Editing
Oregairu (Indonesia):Jilid 6 Bab 6
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
===6-2=== Baik aku maupun Yuigahama tidak banyak berbicara saat berjalan ke sana. Pada saat dia bertemu denganku, Yuigahama langsung membombardirku dengan pertanyaan-pertanyaan mengenai keadaan Yukinoshita, tapi aku tidak punya banyak jawaban untuknya. Apartemen tempat Yukinoshita tinggal merupakan menara apartemen yang terkenal, bahkan dianggap mewah di lingkungan ini. Karena mewah, keamanannya juga ketat. Masuk ke dalam sana tidak semudah itu. Kami memanggil ruangan Yukinoshita dari pintu masuk. Yuigahama menekan tombol belnya. Sebeluimnya Yuigahama sudah memanggilnya dan mengirimkan pesan teks padanya, tapi dia tidak mendapat balasan. Jadi aku merasa dia tidak akan bertemu kami meskipun kami pergi ke tempatnya. Meskipun begitu, dia membunyikan belnya dua kali, tiga kali bahkan. ''Tidak muncul juga, huh..?'' “Pura-pura sedang keluar?” kataku. “Tidak masalah kalau cuma itu. Tapi kalau dia terlalu sakit sampai tidak sanggup untuk berdiri...” ''Pemikiranmu sedikit terlalu ekstrim,'' pikirku, tapi aku tidak merasa ingin menertawainya. Dia berhenti sejenak dan kemudian membunyikan beli itu sekali lagi. Kemudian terdengar suatu suara statis. [“…Ya?”] Suara yang terdengar lemah muncul dari kotak bel tersebut. Yuigahama melesat ke depan dan menyahut, "Yukinonǃ? Ini aku, Yui. Apa kamu baik-baik saja?" “…Ya, aku baik-baik saja, jadi…” “Jadi”. Apa maksudnya dengan "jadi"? "Jadi, pulang saja"? Itu apa yang ingin dia katakan? “Cepat buka pintunya.” [“...Kenapa, kamu ada disini?”] Dia pasti mengira cuma Yuigahama yang datang. Mendengar suaraku sedikit mengejutkannya. “Kita perlu bicara.” [“...Bisakah, kalian menunggu sepuluh menit?”] “Oke.” Kami duduk di sofa pintu masuk dan menunggu seperti yang diminta selama sepuluh menit. Aku rasa hanya apartemen bagus yang memiliki sofa di pintu masuk, huh... Yuigahama melototi ponselnya sepanjang waktu. Karena jari-jarinya tidak bergerak, aku rasa dia sedang terus menatapi jamnya. Selagi aku duduk termenung, Yuigahama berdiri dari sampingku. Dia membunyikan belnya dan memanggil Yukinoshita. [“Ya…”] “Sudah sepuluh menit.” [“...Silahkan masuk.”] sahut Yukinoshita, lalu pintu otomatis tersebut terbuka. Yuigahama melangkah maju tanpa ragu. Aku mengikuti persis di belakangnya ke dalam lift dan dia menekan tombol ke lantai 15. Lift tersebut naik dengan kecepatan yang lebih tinggi dari yang kuduga. Angka yang ditunjukkan di layar lift tersebut terus silih berganti dan tidak lama kami sudah sampai ke lantai 15. Di luar lift, kami disambut dengan berbagai pintu, tapi pintu yang kami hadapi di depan kami tidak memiliki plat nama. Yuigahama mengepalkan tangannya dengan kuat untuk sejenak seakan sedang menguatkan dirinya dan kemudian meraih interkom dengan jarinya. Aku tidak tahu mengenai kualitas belnya, tapi suara yang dihasilkannya bukanlah suara bel mekanik, tapi lebih menyerupai suara dari suatu instrumen musik. Bel tersebut dibunyikan sekali dan kami menunggu sejenak. Kami tidak bisa mendengar apa-apa dari dalam sana, mungkin karena dindingnya memiliki fitur kedap suara. Beberapa detik kemudian kami dapat mendengar suara gemeretak kunci pintu yang sedang terbuka. Perlu beberapa detik lagi sampai semuanya terbuka. Kami menunggu di depan pintu tersebut sampai pintunya terbuka dengan perlahan tanpa ada suara. Wajah Yukinoshita mencuat sedikit dari celah pintu tersebut. “Silahkan masuk.” Setelah masuk, tercium wangi lambaian sabun yang samar. Sosok Yukinoshita juga terlihat berbeda dibanding biasanya. Sweater tenunnya yang bertekstur lembut dan berwarna putih terlihat terlalu besar untuk tubuh ramping Yukinoshita sehingga lengan sweater tersebut terbentang sampai ke telapak tangannya. Leher dan tulang selangkanya terlihat jelas dan rambut hitamnya yang diikat menjadi satu terjuntai sampai ke dadanya seakan untuk menyembunyikan lehernya tersebut. Rok maxi-nya yang panjang terbentang sampai ke pergelangan kakinya. [[File:YahariLoveCom v6-193.jpg|thumb]] Dari pintu masuk, aku dapat melihat beberapa pintu. Pintu yang terlihat jelas seperti kamar tidur setidaknya ada tiga. Sisanya terlihat seperti pintu kamar mandi dan toilet. Di ujung lorong masuk terdapat ruang tamu yang diterangi pencahayaan alami serta ruang makan. Jadi ini yang dinamakan apartemen 3LDK<ref> Apartemen dengan '''3''' kamar, ruang tamu ('''L'''iving̞ room), ruang makan ('''D'''ining room), dan dapur ('''K'''itchen) </ref>. Di dalam apartemen yang luas ini, Yukinoshita tinggal disini sendiri. Dipandu oleh Yukinoshita, kami bergerak melalui lorong menuju ruang tamu. Tampak balkon mencuat di luar ruang tamu. Dari jendela, dapat terlihat langit senja yang telah seluruhnya gelap serta pemandangan malam pusat kota yang baru. Di arah barat, cahaya senja yang tersisa tampak amat kesepian. Laptop yang tertutup terletak di atas suatu meja gelas miniatur. Di sampingnya tertumpuk berkas-berkas yang berada di dalam map. Kelihatannya dia terus bekerja dari kemarin malam. Desain ruang tamu itu minimalis, seakan dia tidak mengharapkan kedatangan tamu sama sekali. Tempat itu lebih menyerupai interior hotel bisnis, dengan sedikit furnitur yang sederhana tapi efektif. Di antara furnitur tersebut, terdapat sofa yang terasa hangat, ditutupi dengan kain berwarna krem. Di depan sofa tersebut terdapat suatu meja tv. Agak mengejutkan melihat dia mempunyai televisi yang besar, tapi setelah dilihat lebih dekat, bagian bawah meja tersebut diisi dengan barang-barang Destinyland termasuk "Pan-san si Panda". Dia tidak membeli televisi besar itu hanya untuk bisa mengisinya dengan itu, kan...? “Silahkan duduk disana." Dipersilahkan olehnya, Yuigahama dan aku duduk tanpa banyak bersuara. Aku heran apa yang akan dilakukan Yukinoshita, tapi dia hanya bersandar pada dinding. Ketika Yuigahama berkata padanya, "ayo duduk." Yukinoshita menggelengkan kepalanya dengan lembut. “Jadi, apa yang perlu kita bicarakan?" Meskipun wajahnya menghadap ke arah kami, pandangannya melihat lebih jauh ke bawah. Bahkan kilauan di dalam matanya yang biasanya berkobar sekarang amat jinak seperti permukaan air yang surut. Aku terus duduk tanpa menjawab pertanyaannya selagi Yuigahama mencari kata-kata yang tepat. "Ah, um... Aku dengar kamu tidak masuk sekolah hari ini, Yukinon. Jadi aku ingin tahu apa kamu baik-baik saja." “Ya. Baru cuma sehari, kalian terlalu berlebihan. Aku juga sudah memberitahu sekolah.” “Kamu tinggal sendirian, tentu saja orang akan khawatir." kataku. “Dan kamu juga kelelahan sekali, kan? Kamu masih terlihat agak sakit," kata Yuigahama. Yukinoshita menunduk dengan pelan, seakan sedang mencoba untuk menyembunyikan wajahnya. "Aku hanya sedikit capek, itu saja. Tidak masalah." “...Bukankah ''itu'' masalahnya?" kata Yuigahama. Yukinoshita terdiam. Ya, dia menyerangnya di tempat yang tepat. Dia tidak akan beristirahat di rumah kalau semuanya berjalan dengan baik-baik saja. Yukinoshita terlihat semakin rapuh dibanding sebelumnya sembari masih menundukkan kepalanya. “Yukinon, kamu tidak perlu melakukan semuanya sendiri. Ada orang lain yang bersamamu juga.” “Aku paham itu. Itulah kenapa aku membagi kembali beban kerjanya agar bebannya berkurang-” “Tapi bebannya tidak berkurangǃ” dia memotong kata-kata Yukinoshita. Suara Yuigahama pelan dan kalem, namun juga berapi-api dan cemas. Suaranya menutupi suara lain di sekelilingnya, sehingga hanya suaranya yang tersisa. “Aku sedikit marah denganmu, ya" kata Yuigahama, dan bahu Yukinoshita tersentak. Wajar bagi Yuigahama untuk merasa geram. Yukinoshita bahkan sampai menolak segala bantuan serta melakukan semuanya sendirian dan malah membuat dirinya sakit. Aku menghela sedikit dan Yuigahama melotot ke arahku. "Aku juga marah padamu, Hikki. Aku bahkan memberitahumu untuk membantunya jika dia ada masalah..." Jadi itu alasannya kenapa dia terus terdiam sepanjang waktu saat kami berjalan kemari. Tapi memang, aku tidak punya alasan. Memang benar aku sama sekali tidak berguna. Aku akhirnya menundukkan bahuku karena malu. “...Aku tidak mengharapkan anggota Dokumentasi untuk bekerja di luar apa yang diminta pada mereka. Itu sudah cukup kalau dia sanggup menyelesaikan tugasnya." “Tapi—“ “Tidak apa-apa. Waktunya masih cukup. Aku juga bekerja di rumah, jadi kita tidak ketinggalan begitu jauh. Ini bukan sesuatu yang perlu kamu cemaskan, Yuigahama-san.” “Tapi itu aneh.” “Aneh...kah...?” tatapan Yukinoshita belum beranjak dari atas lantai. "...Apa pandanganmu?" Perlu sedikit waktu bagiku untuk menyadari bahwa pertanyaannya tertuju padaku. Dinding yang disandari oleh Yukinoshita membentang sampai ke dapur dan di dalam ruangan yang samar-samar tersebut, ekspresi wajahnya tidak dapat terbaca. Aku perlu memberitahunya bahwa pendekatannya ini salah. Ini bukan seperti argumen logis Hayama. Itu bukan sesuatu yang bisa kuucapkan. Ini bukan seperti kebaikan hati Yuigahama. Hatiku tidak sebaik itu. Tapi aku tahu dimana salahnya. “‘Meminta bantuan orang', 'semua orang seharusnya saling membantu satu sama lain'. Tentu saja itu hal yang benar untuk dilakukan. Itu semua adalah solusi yang baik." “Begitukah...” sahutnya dengan datar dan apatis, namun lengannya yang terlipat terkulai lemah. “Tapi semua itu idealistik. Dunia ini tidak akan berputar seperti itu. Akan ''selalu'' ada orang yang mendapatkan tugas yang tidak mengenakkan dan tetap akan ada orang yang mendorong hal itu terjadi. Seseorang ''selalu'' harus memikul bebannya. Itu kenyataannya. Jadi aku tidak berencana untuk memintamu meminta bantuan atau bekerja sama dengan orang lain." Aku dapat mendengar suara helaan pelan Yukinoshita. Aku masih belum pasti maksud dari helaan tersebut. “Tapi cara pendekatanmu terhadap masalah ini salah." “...Jadi...apa kamu tahu cara yang benar?" suaranya bergetar. “Tidak. Tapi apa yang kamu lakukan sekarang tidaklah sama dengan apa yang biasa kamu lakukan sebelumnya."” “……” Sampai hari ini, gaya Yukinoshita itu konsisten. Dia tidak akan dengan gegabah langsung terjun untuk menyelamatkan orang lain hanya karena mereka meminta bantuan dirinya. Dia akan tetap akan mengulurkan tangannya, tapi selalu menyerahkan keputusan akhirnya pada keinginan orang itu sendiri. Tapi kali ini berbeda. Yukinoshita mengerjakan semuanya dari A sampai Z, mungkin karena orang itu memintanya melakukan hal tersebut, dan dia entah bagaimana akan menanganinya semua sampai akhir. Ini akan menghasilkan suatu Festival Budaya yang lumayan absah; meskipun kita tidak tahu apakah semuanya akan senang melihatnya atau tidak. Tapi hal tersebut bertentangan dengan ideologi yang Yukinoshita ucapkan. Yukinoshita tidak menjawab. Dari sana, keheningan mengisi ruangan tersebut. “……” “……” Ruangan tersebut membeku. Suhu yang kami rasakan mungkin lebih rendah dari suhu yang sesungguhnya. ''Achooǃ'' Yuigahama bersin. Dia terdengar seakan sedang menangis ketika dia mengisakkan hidungnya. Menyadari bahwa ruangan tersebut perlahan semakin dingin, Yukinoshita berhenti bersandar pada dinding. “Maaf. Aku bahkan tidak menuangkan teh untuk kalian...” “Ti-tidak apa, kamu tidak perlu melakukannya... A-aku bisa melakukannya." “Kamu tidak perlu kuatir dengan kesehatanku. Aku merasa jauh lebih baik setelah istirahat sehari." “Kesehatanmu, huh?” tuturku. Kali ini kata-kata yang diucapkannya dengan enteng menarik perhatianku. Yuigahama terbata-bata, merasa sulit untuk membuka mulutnya. Dia menarik nafas, tapi kata-katanya masih tidak mau keluar. Dia berhenti sejenak dan kemudian perlahan mulai berbicara. "Kamu tahu.. Um, aku pikir, Yukinon. Kamu sebaiknya lebih mengandalkan aku dan Hikki. Bukan ''siapa saja'' atau ''semua orang''... tapi andalkan kami berdua, ya? Aku, um... memang tidak banyak yang bisa kulakukan, tapi Hikki-" “...Kalau teh hitam oke?” Yukinoshita memalingkan punggungnya tanpa mendengar sampai akhir dan menghilang ke dalam dapur. Suara Yuigahama tidak bisa langi menggapai sisi yang remang-remang tersebut. Kata-kata mereka selalu tidak sampai. Apartemen yang tinggi, tinggi sekali ini menyerupai Menara Babel dimana kata-kata mereka tidak sampai ke tujuan mereka masing-masing. Yukinoshita membawa datang seperangkat cangkir dan teko teh hitam. Waktu teh tanpa adanya percakapan. Yuigahama memegangi cangkirnya dengan kedua tangan dan menghembus-hembus untuk mendinginkan tehnya. Yukinoshita, masih berdiri, memegangi cangkir dengan tangannya dan melihat ke luar. Tak bisa berkata-kata, aku menaruh cangkir pada mulutku dan segera menegaknya sampai habis. Tidak ada lagi yang perlu didiskusikan. Aku meletakkan cangkirnya dan berdiri. "Oke, aku pulang dulu." “Eh, a-aku juga…” Yuigahama segera ikut berdiri dan kami berjalan menuju pintu masuk. Yukinoshita tidak menghentikan kepulangannya. Meski begitu, dia mengikuti kami ke pintu masuk dengan langkah goyah untuk mengantar kami pergi. Selagi Yuigahama mengenakan sepatunya, Yukinoshita dengan lembut menyentuh tengkuk Yuigahama dengan tangannya. "Yuigahama-san.” “Y-Ya!?” Yuigahama memekik kaget ketika tengkuknya disentuh. Dia mencoba untuk berpaling ke belakang, namun dicegah dengan lembut. “Um... Itu sulit kulakukan sekarang ini. Tapi aku pasti akan mengandalkanmu suatu saat nanti. Jadi, terima kasih..." “Yukinon...” Senyuman Yukinoshita pada Yuigahama terlihat rapuh. Namun, pipinya sedikit merona merah. “Tapi, aku ingin lebih banyak waktu untuk berpikir lagi, jadi..." “Oke...” Tanpa berpaling ke belakang, Yuigahama meletakkan tangannya di atas tangan yang memegangi tengkuknya. “Aku akan serahkan ini padamu, Yuigahama.” “Eh, tung—“ Aku memotong kata-katanya dan menutup pintunya dengan perlahan. ''Maaf, tapi tolong urus ini.'' Yuigahama telah melakukan apa yang perlu dia lakukan; dengan cara yang hanya bisa dia lakukan. Tapi itu tidak akan menyelesaikan masalahnya. Kalau begitu serahkan masalahnya padaku. Mereka bilang waktu itu adalah obat untuk segalanya. Itu suatu kebohongan. Yang waktu lakukan adalah menghempaskan semuanya ke dalam memori masa lalu. Waktu membuat semuanya tidak berguna dan tidak berarti, waktu hanya menutupi masalah yang sesungguhnya. Mereka bilang dunia akan berubah jika kamu berubah. Itu juga suatu kebohongan. Itu penipuan. Dunia akan selalu mencoba untuk menyeretmu, mengesampingkanmu, mencabut semua komponen yang menyolok. Pada akhirnya, kamu akan berhenti berpikir. Dunia ini-sekelilingmu ini-hanya akan mencuci otakmu sampai kamu percaya bahwa "Aku berubah dan maka dunia ini juga berubah". Dunia ini, sekelilingmu ini, masyarakat ini tidak akan berubah dengan pandangan sentimental, emosional dan idealistik tersebut. Aku akan mengajarimu bagaimana ''cara'' mengubah dunia ini.
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube × Cursed × Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information