Editing
Unlimited Fafnir (Indonesia):Jilid 2 Bab 1
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
==== Part 2 ==== Sesegera saat kita sampai di kampus, Mitsuki memberitahu bahwa dia ada urusan di kantor fakultas dan pergi menuju arah menara jam sendirian. Menara jam merupakan pusat lokasi dari Midgar. Kantor fakultas, pusat komando dan fasilitas pentinglainnya juga berkonsentrasi disana. Dia mungkin harus berdiskusi masalah dengan para guru mengenai pemeriksaan kesehatan secara mendadak. Dari sini, aku berjalan keatas bangunan sekolah dimana ruang kelasku berada. Seluruh [D] di Midgard terdaftar ke salah satu dari sembilan pengajar menurut umur dan tingkat pengetahuannya. Sejak aku terdaftar di kelas Brynhildr sama seperti Mitsuki, bahkan selama pelajaran, aku senantiasa dibawah pengawasan penuh Mitsuki. Kelas Brynhildr berlokasi dilantai yang sama seperti ruang penyimpanan dan kelas yang tidak terpakai, jadi hanya ada sedikit orang siana. Walaupun begitu, sekolah ini mulanya memang sedikit muridnya, dibandingkan dengan besar sekolah itu sendiri. Meskipun mempunyai murid yang berjumlah tidak sampai tujuh puluh, sekolah mempunyai empat gedung kelas. Mungkin ini adalah pilihan yang dibuat selama pembangunan untuk menampung jumlah peningkatan [D]... mengingat situasi saat ini, bahkan jika hanya satu ruangkelas yang dipakai perlantai, itu masih tersisa satu gedung yang tidak terpakai. Oleh karena itu, meskipun terdapat banyak gadis yang berpapasan saat menuju sekolah, sesegera setelah mereka masuk ke gedung, sekeliling akan menjadi sangat sunyi. Berjalan di situasi yang sepi hampir seperti di rumah sakit. Aku menyadari seorang gadis mondar-mandir di depan kelas brynhildr. Untuk suatu alasan, dia memegang tepian roknya dengan erat, dengan gelisah, ragu-ragu dan tidak berani masuk ke kelas. Bermandikan cahaya fajar yang keluar melalui jendela, gadis itu mempunyai rambut perak yang menyilaukan, kulit sewarna putih salju yang sempurna. Ketika dia masih berdiri, dia sangat cantik seperti hasil dari seni. Dia adalah seorang yang saya kenal. —Iris Freyja. Dia adalah teman sekelas yang duduk disamping kiriku di kelas. Dia biasanya diperlakukan sebagai murid yang performanya kurang karena dia tidak mampu menggunakan kekuatannya dengan baik. Aku, di lain pihak, seperti orang yang belum berpengalaman di Midgard . Sebelumnya, kita berlatih bersama untuk persiapan tes dan juga bergabung untuk melawan invasi [Leviathan]. Selain adikku Mitsuki, dia adalah orang terdekat bagiku di sekolah, tetapi --- Aku dengan gugup menelan ludah. ---ini tidak baik, jangan gugup, aku harus tetap tenang. Pertama tama aku menarik napas dalam dalam kemudian menyapa Iris yang terlihat belum melihatku. "Selamat Pagi, Iris." "Hawah!?" "Woah!?" Karena Iris melompat ketakutan, itu juga membuat aku melompat ketakutan. Pahanya yang mempesona terlihat dibawah rok yang berkibar. Menyadari situasi ini, Iris segera menekan tepian roknya dengan muka yang memerah. “M-Mononobe... apakah kamu melihatnya ?” Iris bertanya dengan suara gemetar. “A-aku tidak melihatnya, tidak, lebih tepatnya aku tidak melihat apapun ditempatnya.” Dibawah tekanan dari pandangan Iris, aku menjawab dengan jujur. “Benarkah ? apakah kau benar benar tidak lihat apapun ?” Tetapi Iris bersikeras bertanya tanpa henti. Terdapat air mata di ujung matanya. Kulitnya yang seputih salju juga menjadi merah. Urgh... Iris, dengan dia menunjukkan emosi semacam itu, entah bagaimana ia sangat cantik. Itu membuatku tidak nyaman melihat kematanya langsung, jadi aku mengalihkan pandangan menjauh. Dengan begitu Iris bergerak lebih dekat kepadaku. “Ah, reaksi seperti itu kamu terlihat seperti pembohong! Kamu melihatnya kan!” “TI-tidak, aku tidak bermaksud begitu! Aku beneran tidak melihatnya!” Aku menjelaskannya sambil melangkah mundur dan menabrak tembok lorong dibelakangku. Dengan linangan air mata, Iris menatapku dari jarak yang sangat dekat, menyudutkan aku seutuhnya. Aku dapat merasakan napas Iris dan payudaranya yang lembut sedikit menyentuhku. Dalam sekejap, sesuatu melintas melalui kepalaku. --- Terima kasih , Mononobe. Disertai oleh terima kasih, apa yang menyentuhku adalah bibir cherrynya. Dibawah langit berbintang, ciuman pertama dipantai. Mungkin secara harfiah itu yang dia maksud, Iris hanya bermaksud untuk berterima kasih. Karena sebelum kita berciuman, dia berkata ingin menjadi temanku, mungkin itu adalah salah satu bentuk kasih sayang. Itu mungkin saja dikarenakan dia tumbuh dalam budaya yang berbeda. Bagaimanapun, seberapa banyak aku meyakinkan diriku bahwa itu hanya untuk berterimakasih, tapi aku masih saja tidak nyaman dibuatnya. Karena Iris memperlakukan aku dengan cara yang sama seperti sebelumnya, aku mencoba tehnik mengontrol diri yang pernah diajari di NIFL, mencoba untuk bertingkah seperti biasa. Tapi dengan dia yang berada sangat dekat, sangat sulit untuk tidak tergelincir. “Mononobe, kau harus jujur padaku, kalu tidak aku akan merasa tidak nyaman...” Karena dia berbisik dan hampir menempel kepadaku, wajahku serasa menjadi panas. “Seperti yang aku katakan, aku tidak berbohong! Aku tidak melihat apapun! Aku tidak melihat celana dalam apapun!” Aku menjawab dengan penuh ketakutan tetapi untuk alasan lain, iris bertambah panik. “Apa... ternyata kamu telah melihatnya!!” “Huh ? apa yang kau bicarakan ?” Aku balik bertanya ke Iris karena aku tidak mengerti reaksinya, tepi dengan linangan air mata, dia mengguncangkan kepalanya. “Boo-hoo... dari semua orang, aku tidak percaya Mononobe yang melihatnya.. A-aku tidak mesum, oke ? aku benar benar tidak mesum ? “ “Mesum ?” Merasa keluar dari arah pembicaraan, aku merasa bingung. Tapi setelah melihat dia memegang ujung roknya diantara pahanya, entah mengapa itu seperti mencegah roknya terangkat, sebuah kemungkinan yang mengejutkan terlintas dibenakku. “---Iris, bolehkah aku menanyakan sesuatu, apakah kamu tidak memakai '''itu''' ?” Pundak Iris bergetar. “Eh, ah, t-tidak!! Biasanya tidak seperti ini, oke? Hanya saja hari ini aku lupa untuk memakainya.” “.. jadi.. kamu beneran tidak memakai apapun? .” Melihat dia yang masih saja ceroboh, aku hanya bisa mendesah. “Eh...? Seperti yang kau katakan, kamu beneran tidak lihat apa apa kan? “ “Ya, seperti yang aku katakan berulang kali, aku tidak melihat apapun.” Jika aku sudah melihatnya, mungkin aku tidak mungkin bisa bersikap tenang. “Syukurlah.. tidak tunggu, ini masih tidak bagus! Sekarang kamu tahu aku tidak memakainya, Mononobe!?” Menutup mukanya, Iris meringkuk kebawah. Menunjukkan muka yang senang dan depresi bergantian, dia kelihatannya sedang bingung. “Tidak, umm, ini terjadi pada setiap orang setidaknya satu kali.” Dalam keadaan memalukan inii, aku menghibur Iris. “ini.. aku tidak tahu sudah yang keberapa kali...” Jadi yang aku katakan itu percuma. “.....Bagaimana kamu menghadapinya yang terakhir kali ?” “aku dulu memakai baju olahraga... aku dapat melewati hariku dengan cara seperti itu. Tapi tidak ada pelajaran praktek kekuatan atau PE hari ini.. jadi aku tidak membawa bloomers.. itulah mengapa aku bingung harus kembali ke asrama atau tidak.” Sekarang aku mengerti mengapa dia mondar-mandir di depan kelas. Jika dia kembali sekarang, dia mungkin berakhir datang terlambat, itulah mengapa dia kelihatan ragu-ragu. Akankah dia mengambil resiko terlambat ? atau dia hanya harus menghabiskan hari itu tanpa memakai celana dalam, dan dalam kekhawatiran sepanjang waktu karena mungkin hal ini akan terungkap ? Tapi aku ingat bahwa hari ini--- “Iris, bahkan jika kamu terlambat, aku pikir itu lebih baik jika kamu kembali keasrama dulu.” Aku menaruh tanganku ke pundak iris dan berkata dengan sungguh sungguh “ke- kenapa? “ “aku mendengar dari Mitsuki akan ada pemeriksaan kesehatan mendadak hari ini, mungkin.” Wajah Iris berubah pucat. “Mononobe! Aku akan kembali untuk mengambil celana dalamku!” Iris berteriak dengan keras, sangat keras bahkan suaranya bergema di lorong. Dan kemudian dia tiba tiba berdiri. Selanjutnya, memegang ujung roknya dengan tangan, dia lari si sepanjang lorong dan pergi. "..." Tanpa berkata apapun, aku melihatnya pergi. Iris melupakan satu hal yang sangat penting. Tempat ini tepat didepan pintu ruang kelas. Aku membuka pintu dan masuk, hanya untuk melihat gadis berambut pirang di baris terdepan menatapku dengan dingin. Teman sekelasku, Lisa Highwalker. Dia adalah gadis berkepribadian galak. Berselisih dengan ku berkali kali ketika aku pertama kali disini, ketika itu, dia menolak untuk menerimaku bahkan ketika aku menyapanya dia tidak merespon. Tapi sekarang, dia akhirnya memperlakukanku sebagai “ teman sekelas dalam masa percobaan.” “Lisa, teriakan tadi.. apakah kamu mendengar segalanya?” Aku bertanya padanya dengan senyum masam. Lisa menunjukku sambil menatapku dengan tajam. “aku tidak percaya kau membuat Iris-san berteriak sesuatu yang memalukan... ini adalah kesalahan dalam pengawasan... Mononobe Yuu!!.” “Eh ? itu adalah salahku ?” Tidak mengira jari itu akan di tunjukkan kepadaku, aku bertambah gelisah. “Biasanya, menjaga Iris yang kikuk adalah tanggung jawabmu. Untuk mencegah dia dari ejekan, kamu harus menjaga dia lebih baik!” “...Sejak kapan aku menjadi pengasuh Iris?” Aku mendesah dan protes dengan suara yang rendah, tapi dia mengabaikan keluhanku dan memanggil semua teman sekelas. Kecuali Mitsuki dan Iris semuanya sudah hadir. “itulah kenapa, semuanya, tolong anggap saja kalian tidak pernah dengar kata yang memalukan tadi. Sebagai rasa terima kasih karena menjaga rahasia ini, dia akan mentraktir kita semua makan siang." Mendengar perkataannya, teman sekelasnya bereaksi dengan cara masing-masing. "...Tentu saja." Seseorang menjawab dengan tenang. Dia adalah kutu buku yang menghabiskan hari harinya membaca buku. Firill Crest. "Mm." Hanya mengangguk dan menjawab dengan satu kata, tubuhnya yang kecil mungil dan rambutnya yang merah, Ren Miyazawa “Traktiran dari Mononobe-kun ? aku tak sabar untuk itu.” Dengan senyum yang polos, gadis tomboy ini bernama Ariella Lu. “H-hey, kenapa kamu memutuskan seenaknya---“ Aku mencoba protes tapi tiba tiba Lisa memotong pembicaraan. “Astaga.. Apakah ada masalah ?” "Eh? Oh..." Berpikir lebih jauh, itu sebenarnya bukan masalah, karena termasuk aku, semua [D] di Midgard menerima sejumlah uang yang cukup banyak setiap bulan, dikirim ke akun mereka untuk kebutuhan sehari hari. Mentraktir mereka sekali tidak akan membuat hidupku kesusahan. Selama aku menerima kondisi ini, Iris tidak akan terkena malu dan aku juga dapat makan siang dengan semuanya. Untuk seseorang sepertiku yang belum pernah berbagi makanan dengan Lisa dan lainnya, ini adalah kesempatan emas untuk dapat mengenal lebih jauh dengan teman sekelasku. ---Jadi sebenarnya, dia membuatku berada dalam masalah ini adalah untuk mengajakku makan siang bersama mereka ?. Dan juga, Lisa dan lainnya juga tidak kekurangan uang, jika mendapatkan traktiran dari murid lainnya bisa dikatakan hampir tidak ada keuntungan darinya. “...Baiklah, makan siang hari ini aku yang traktir,. Jadi tolong jangan membicarakan teriakan tadi didepannya.” Memutuskan untuk menerima niat baik Lisa, aku mengangguk dan setuju dengan kondisinya. “Bagus. Kamu kalau kamu mengerti.” Lisa tersenyum dengan puas. Aku mendekatkan wajahku ke telinganya dan berbisik. "—Terima kasih, Lisa." “A-Aku tidak tau apa yang kau maksudkan. Dan juga, wajahmu terlalu dekat!” Merona, Lisa mendorongku menjauh. Didalam kelas, yang paling aktif membantu sesama, menghargai teman sekelas seperti mereka adalah keluarga sendiri adalah gadis itu, Lisa Highwalker. Meskipun kepribadiannya yang galak, dia mungkin lebih baik hati daripasa siapapun. Diapun berbalik dengan wajah yang tidak senang. Aku hanya dapat berjalan menuju tempat dudukku dengna senyuman masam. ---Aku tidak sabar menunggu istirahat makan siang. Aku bertanya-tanya apakah iris akan kembali sebelum kelas dimulai? Jam yang dipasang diatas papantulis menunjukkan sebentar lagi bel. Mitsuki dan wali kelas Shinomiya-sensei, masuk ke ruang kelas tiga menit sebelum pelajaran berlangsung. Kemudian bel berbunyi tanda kelas dimulai. Aku mendesah. Iris tidak kembali tepat waktu. Tapi sebelum bel itu berhenti berbunyi, pintu kelas dibuka secara kasar. “A-Aku berhasil...” Bernapas berat, Iris duduk dengan tidak nyama di sebelahku. Segera saat dia menyadari pandanganku, iris mengangkat jempolnya dan berkata. “Aku berhasil melakukannya! Mononobe!” “...Ya, kerja bagus.” Sengaja berpura pura tidak menyadari tatapan kasihan dari Lisa dan lainnya, aku memuji Iris atas kerja kerasnya.
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube × Cursed × Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information