Editing
Hakomari (Indonesia):Jilid 2 5 Mei
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
=== 05 Mei (Tuesday) 23:00=== <i> Tidak ada yang berakhir. Meski Maria Otonashi had promised me that aku tidak akan berganti lagi dengan tubuh ini, tidak ada yang berakhir. Entah mengapa aku berdiri di tengah-tengah lapangan sekolah, tapi tidak ada apa pun selain kegelapan. Aku tahu bangunan sekolah ada di dekat sini, tapi aku tidak bisa melihat apa-apa. Tidak ada apa-apa. Tidak ada apa pun di dekatku. Hanya Riko Asami dan aku sedang saling berhadapan. Aku tidak mengerti. Kenapa situasinya seperti ini? Ke mana Maria-san pergi? "Sudah agak lama." Riko Asami membuka mulutnya di hadapanku. Aku menaikkan alis. Ada sesuatu yang salah? "Huhu, pasti kau tidak mengenali diriku dalam penampilan ini. Aku ini 'O'!" "Eh?" Nada yang jelas berbeda dalam suaranya dan sebuah senyum mempesona yang tidak akan pernah sanggup kubuat. Aah, benar. Orang ini memang "O". "Kenapa kau ada dalam penampilan Riko Asami di depanku...? Dan di mana Maria-san...?" "O" hanya tersenyum mendengar pertanyaan ini, dan mendekatiku tanpa jawaban. Karena merasakan intensitas keanehan dari dirinya, aku secara refleks melangkah mundur. "Kata Kazuki Hoshino dalam kehidupan sehari-harimu pun ada harapan!" Dia berkata demikian dan mengulurkan tangannya ke arahku. Lalu, dia memasukkan jarinya ke dalam mulutku. "A-gh...?" "Meski itu tidak mungkin ada." Jari-jari Riko Asami menari-nari di dalam mulutku. Mereka dikotori oleh air liurku. Air liur di jari-jarinya ini terasa nyaris seperti cairan tubuh serangga bagiku. "Karena kau memandang rasa dirimu sendiri hanya dengan ini." "O" berkata dengan penampilanku. "—<u>yaitu rasa lumpur</u>." ...Ya, memang terasa seperti itu. Pahit, luar biasa pahit—aku tidak sanggup menahannya. Meskipun seharusnya ini adalah tubuh Kazuki Hoshino, perlahan-lahan lumpur mulai menyebar bagaikan virus. Tubuhku menghitam. Ia terlumuri oleh warna dosa. Lumpur kotor meluber dan menganiayaku. "O" mengeluarkan jari-jarinya dari mulutku. Aku jatuh terduduk. Lumpur di dalam tubuhku ikut terguncang karenanya. "Penolakanmu terhadap dirimu sendiri sudah tidak tertolong. Kau—", aku merasa mual saat mengengar kata-kata ini. "—adalah orang yang paling kau benci. Jadi, lumpur di dalam dirimu akan tetap ada di situ untuk selama-lamanya." "O" meletakkan tangannya di atas bahuku. Aku mengangkat kepalaku dan melihat wajah Riko Asami yang bahkan tidak ingin kulihat. "Tidak mungkin ada harapan untukmu, yang bahkan tidak mampu menyingkirkan lumpurnya sendiri." Aku sudah tahu betul. Tidak mungkin aku akan menemukan harapan dalam kehidupan sehari-hariku. Sampai sekarang hal itu tidak ada. Jadi kenapa harus ada untukku, setelah aku melakukan kejahatan di puncak noda-nodaku? Riko Asami sudah tamat. "<u>Itu tidak benar</u>." Aku menoleh ke arah suara di belakangku, dengan masih berlutut. Maria Otonashi sedang berdiri di situ dengan nafas terengah-engah. Di sebelahnya ada Nii-san. Nii-san, yang tidak lagi menganggapku saudara. "Kau lebih cepat dari yang kukira." "Apa-apaan dengan kekerasan pada [Riko Asami] ini, 'O'!" Maria Otonashi meraung murka kepada "O". "Huhu... Aku lebih suka kalau kau dan Kazuki Hoshino-kun terpisah, deh. Aku hanya menyesuaikan dirinya sedikit untuk kenyamananku. ...Nah, apakah kau sudah menemukan sesuatu yang bisa memberinya harapan?" "Sudah." Maria Otonashi langsung menyatakannya dengan tegas. "O" tidak mengubah ekspresinya mendengar reaksi ini. "Riko." Nii-san memanggil namaku. Ini terasa sangat asing. Aku mengerti, karena ini adalah pertama kalinya. Pertama kalinya Nii-san memanggilku dengan nama ini sejak aku masuk ke dalam tubuh ini. "...ada apa malam-malam begini? Kamu tidak menganggapku «adikmu», kan?" "Kamu akhirnya sadar sebagai Riko Asami, ‘kan? Kalau begitu, semuanya berubah. Aku bisa memanggilmu «Riko Asami»." Aku tetap diam, sehingga Nii-san meneruskan. "Katakan padaku, apa yang mau kau lakukan sekarang? 'Sevennight in Mud' akan dihancurkan. Kau akan kembali menjadi Riko Asami. Aku dan kau akan terpisahkan. Lalu apa yang akan kau lakukan?" "Aku akan menggunakan 'box' milik Maria-san!" "Asami. Maaf, tapi itu kutarik kembali." "Eh...?" Aku langsung menatap Maria Otonashi. "Setelah mendengarkan Miyazaki, aku berubah pikiran. Aku tidak bisa membiarkanmu menggunakan 'box' ini." Ia berkata terang-terangan tanpa menunjukkan penyesalan karena melanggar janjinya sendiri. Tidak, ini sudah jelas! Pasti dia sadar betapa konyolnya jika dia kehilangan ingatannya hanya demi diriku. "Kalau begitu aku mau mati saja!" Sebuah jawaban yang sangat alamiah. Tentu saja ini adalah solusi terbaik untuk masalah ini. Nii-san mengernyitkan alis mendengar kata-kataku dan memuntahkan kara-kata ini: "Apa kau pikir [Riko Asami] hanya milikmu seorang?" "...Hah?" Aku Riko Asami. Jadi, aku adalah milikku. Bukankah itu wajar? "Kenapa kau tampak begitu terkejut? Kau adalah milik dirimu saja? Tidak bisa!" Nii-san berkata, terheran-heran padaku. "Kau juga milikku! Dan bukan cuma itu. Kau itu milik Maria Otonashi, dan kau juga milik Kazuki Hoshino. Jadi, kau tahu," He scowled at me. "<u>Aku tidak akan mengizinkanmu mati atas kemauanmu sendiri</u>!" Aku tidak mengerti. Aku tidak mengerti mengapa Nii-san berkata padaku dengan wajah lembut. "Jadi bagaimana dosaku bisa dimaafkan...? Aku bahkan tidak boleh mati?! Sudah dua orang yang mati gara-gara aku. Aku harus—" "Riko." Dia mencegatku. "Ini adalah alasan utamaku mengapa aku memutuskan untuk tidak mengizinkanmu menggunakan 'box'-ku. Aku salah paham. Yah, Miyazaki mungkin sengaja diam dalam hal ini, tapi aku salah tentang kebenarannya." Maria Otonashi meneruskan. "<u>Ryuu Miyazaki adalah yang membunuh mereka berdua, bukan</u>?" ...Tidak. Tentu saja, memang Nii-san yang melakukannya. Tetapi aku tahu bahwa ini akan terjadi ketika aku meminta tolong padanya. Nii-san hanya mengabulkan permintaanku pada waktunya dan melaksanakannya. Jadi, ini adalah dosaku. "Jangan salah paham, Riko! Aku tidak membunuh mereka karena dirimu. Aku benci mereka. I detested them. I was just unable to control these intense feelings of mine." Itu bohong. Tentu saja, dia mungkin membenci mereka. Tapi hanya karena perasaan ini, dia tidak akan bisa melakukannya. Dia mengarang kalimat terakhir karena ia ingin membebaskanku. Akulah orang yang membuatnya menarik pelatuk. "Aku berpikir untuk kabur bersamamu. Tapi ini tidak realistis. Kita masih di bawah umur dan tidak bisa menghidupi hidup yang kita jalani. Kalaupun bisa, aku tidak berpikir kita akan menemukan kebahagiaan dalam hidup sebagai buronan." Nii-san tersenyum masam dan berkata. "Jadi, aku akan menyerahkan diri. Aku akan membuktikan ketidakbersalahanmu. Ini keputusan terbaik yang bisa aku buat." Nii-san mencoba mengambil alih semua dosa dari diriku dan membawanya bersamanya ke dalam penjara. "......Mengapa kamu, demi diriku, begitu—" "Jangan membuatku mengatakan hal semudah itu!" Aku sama sekali tidak mengerti. Mengapa? Kami mungkin bersaudara, tapi kami adalah manusia yang berbeda. Dia tidak mendapat keuntungan apa pun dari melakukan sesuatu untukku. Nii-san mengeluarkan sesuatu dari tasnya dan memberikannya padaku. Aku terdiam menerimanya. Sentuhannya terasa familiar bagiku. Aku melihat «sesuatu» yang kuterima ini. "—Ah." Suaraku pecah. Maksudku, bukankah ini sudah hancur? Bukankah semua hal yang berharga bagiku sudah hancur? "Aku mencucinya, mengisinya dengan kapas dan menjahitnya kembali. Itu saja. Yah, memang tidak seperti baru, tapi bisa dibilang ini sudah betul, kan?" Ini adalah sebuah boneka kelinci. Boneka yang kuterima dari Nii-san, yang memenangkannya untukku dalam sebuah UFO catcher <ref> permainan mesin pencapit boneka </ref>. "A, ah—" Aku berlutut. Isakan keluar dari mulutku tanpa kusadari dan aku pun mulai meneteskan air mata. Tetes-tetes air mata itu membasuh sebagian lumpur dalam diriku. ...Tentu saja, tidak semuanya. Aku tidak akan lepas dari lumpur ini. —Tapi sebagian kini memang telah terbasuh. Mungkin, Mungkin— "......Nii-san" Mungkin aku tidak perlu meminta kepada 'box' sejak awal. Mungkin aku hanya belum sadar. Karena aku yakin— —'permintaanku' sudah terkabul sejak lama. "Maafkan aku, Nii-san. Ini semua salahku, aku minta maaf." Karena aku belum menyadari hal ini, Nii-san harus menanggungnya untukku. Andai saja aku menghargai diriku sendiri, akhirnya pasti akan berbeda. "Kali ini adalah giliranku untuk menyelamatkanmu, Nii-san." Aku menyeka air mataku dan berdiri. Nii-san sedikit terkejut melihatku. "Aku akan menyelamatkanmu dari penderitaan... Aku akan menunggumu. Sampai kita bisa bersama-sama lagi, aku akan menunggu." Suaraku masih bergetar dan senyumanku agak dipaksakan, namun meskipun demikian, aku berkata dengan tegas: "Aku akan menunggumu sebagai Riko Asami." Membelalak, Nii-san membeku selama beberapa saat, namun kemudian ekspresinya perlahan-lahan mengendur. Tak seperti kemarin, kini kesegaran memancar di matanya. "Kau tahu tidak?" Nii-san membuka mulutnya sembari tersenyum. "'Aku tidak melakukannya tepat waktu.' Aku selalu berpikir seperti ini. Tapi mungkin—mungkin aku nyaris tepat waktu <!-- made it barely in time -->." Aku jelas tidak bisa bilang aku benar-benar puas dengan akhir ini. Nii-san dan aku akan, tanpa ragu, membenci masa lalu kami sampai mati. Akan tetapi, kami berusaha berpegang erat pada hal yang membuat kami bisa bertahan. Tanpa keraguan, kami berpegang erat pada hal itu. Maria Otonashi, yang diam melihat kami, mengangguk sambil tersenyum. "Jadi aku bisa memenuhi janjiku dengan Kazuki." Setelah mengatakan itu, senyumannya digantikan dengan bersutan pada "O". "Enyahlah bersama 'box' sekarang juga!" "O" mengangguk tanpa berhenti tersenyum. "Box" milikku, "Sevennight in Mud," dengan ini akan berakhir. "O" mengulurkan tangan ke mata Riko Asami di tubuhnya. Mataku tersentuh. Walaupun bukan aku yang saat ini disentuh, aku merasakannya. "O" menjangkau ke dalam mataku seolah-olah ingin mengeluarkannya. Tak sanggup menahan rasa perih, aku menjerit lirih dan menutup mataku. Sakit! ...Tapi meskipun rasanya luar biasa sakit, kupikir ini adalah hal yang benar. Aku merasa ini adalah hal yang benar. Jadi, aku menahan rasa sakit dari bola mataku yang dihancurkan. Rasa sakit itu akhirnya berhenti. Aku kembali melihat "O". Dia telah menyelesaikan pekerjaannya. Bola mataku tak terluka dan "O" memegang "box" hitam kecil yang terlihat seperti peluru di tangannya. "Jadi mungkin ini bukti untuk kata-kata Kazuki Hoshino-kun, 'tidak ada masalah yang tidak bisa dipecahkan dengan kehidupan sehari-hari'?" "......Kali ini, mungkin." "Huhu... aku mengerti. Kau tidak punya pilihan selain mengatakan itu. Lagipula, ini adalah penyangkalan terhadap eksistensimu sebagai 'box.' Kazuki-kun bisa juga, ya, mengatakan hal yang sangat kejam." Maria Otonashi membersut pada "O" dan merebut "box" dari tangannya dengan kasar. "Dengan ini aku bisa pergi bersama Kazuki. Itu saja yang kuinginkan untuk sekarang." "Apa kau menunda kesimpulanmu? Kau masih belum memutuskan apakah kau akan kembali menjadi [Maria Otonashi] atau tetap menjadi [Aya Otonashi], kan?" "Pertanyaan bodoh." Maria Otonashi memandangi 'Sevennight in Mud' di tangannya. Dia menggigit bibirnya seperti membenci 'box' ini. "Jawabannya sudah diputuskan sejak lama." "Kukira juga begitu." "O" menjawab setengah-setengah, tampak tak tertarik. "Aku ini 'box'." Dia berhenti menggigit bibirnya dan berkata. "<u>Aku tidak bisa kembali menjadi diriku saat belum menjadi 'box'.</u>" Tatapannya yang kuat. Itu ekspresi dari ciptaan yang kukagumi selama ini. "Jadi, yang paling baik adalah mempertahankan diriku yang sekarang. Kau boleh menganggapnya sebagai «Memilih untuk tetap menjadi [Aya Otonashi]»." "<u>Lalu mengapa kau tetap bersama-sama dengan Kazuki Hoshino?</u>" "———" Ia tetap diam. "Bukankah ini tidak perlu untukmu? Bukankah kau menawari Riko Asami memakai 'box'-mu karena kau juga berpikir begitu?" "...Aku tidak tahu apa yang kau maksud." "Huhu, mungkin kau masih terpengaruh kutukan dari dunia pengulangan itu. Si Kasumi Mogi itu musuhmu yang kuat, ya?" ".........hmpf." Dia kembali melihat "box" dan mengguling-gulingkannya di antara kedua tangannya. "......aku sudah memutuskan. Sejak lama. Akan tetapi si Kazuki itu malah bilang «Aku tidak menginginkan itu»...!" Dia berbisik dengan suara pelan dan memperlihatkan, meski hanya sekilas, wajah yang getir. Namun, dia segera menghapus ekspresi ini. Dia kembali menunjukkan ekspresi sang ciptaan yang smpurna, yang kurasa indah. Tapi aku yakin pencipta makhluk ini telah melewati rasa sakit dan duka <!-- sebenarnya, dua-duanya bisa diganti kepedihan -Meis --> yang hebat saat menciptakannya. Aku bertanya-tanya, bagaimana dia, yang mengabulkan "permintaan" dari "Sevennight in Mud" dengan kemauannya sendiri, memandang diriku dan "box”. Pada akhirnya, ia menggigit bibirnya, melihat "box" yang berbentuk seperti peluru itu dan— —meremukkan "Sevennight in Mud" dengan pandangan sedih. </i>
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube × Cursed × Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information