Editing
Oregairu (Indonesia):Jilid 10 Bab 1
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
==3== Pengalaman itu adalah beberapa stasiun yang bergoncang-goncang dan penuh orang. Kami berbaur bersama gelombang-gelombang manusia yang menembus gerbang tiket, berjalan menuruni jalan yang curam sampai akhirnya kami mencapai gerbang dari jalan setapak yang pertama dari Kuil Sengen. Jalan-jalan setapak yang bisa terlihat darinya Rute Nasional 14 ini dikatakan pernah berada di bawah air. Info ini di-tweet oleh akun official CHI-BA+KUN, jadi tidak perlu ragu tentang itu. Dan bisa saja, dulu sekali, tempat ini punya pemandangan megah yang mirip dengan sebuah Situs Warisan Dunia UNIESCO, Kuil Itsukushima. Dengan kata lain, ada sedikit kemungkinan Chiba bisa menjadi Situs Warisan Dunia UNIESCO; aku sudah memikirkan hal itu dalam-dalam. “Oh kawan, keadaannya jadi gila...” ''Inilah yang terjadi dengan Situs Warisan Dunia UNIESCO pribadiku... Populer sekali...'' “Ini kan kuil paling gede di daerah sini, ya kan? Ya pasti semua orang bakal kesini, tahulah.” Oh, iya, memang begitu... Kemudian aku tersadar. Kalau semua orang pergi kesini, kalau dipikir-pikir lagi, bukannya itu berarti siswa-siswi dari sekolahku bisa saja datang ke sini...? ''Sial, aku kan ke kuil sekitar aja tiap tahun, jadi hal seperti itu malah kelewat...'' Saat pikiran-pikiran itu melayang-layang di kepalaku, Komachi yang ada di sebelahku mulai melihat-lihat sekitar dengan gelisah. “Oh, itu dia mereka.” Kemudian ia menembus kerumunan dan terus berjalan. “H-Hey, Komachi. Kemana kamu?” ''Kau itu kan calon siswi, oke? Jadi kau harus genggam tanganku supaya nggak jatuh dan terselip dan jadi anak yang hilang, malah, onii-chan akan membawa kau seperti putri!'' Di arah tanganku terlentang ada muka-muka yang aku akrab dengannya. “Selamat Tahun Baru kalian berdua!” Komachi bergegas ke arah mereka bagaikan mau memeluk mereka dan cewek di depan dengan riangnya mengangkat tangannya. Saat melakukannya, untalan rambut coklat cerahnya akan bergerak-gerak. “Selamat Tahun Baru dan yahallo!” “Apaan ucapan begitu...? Selamat Tahun Baru,” begitu aku menjawabnya, sambil tercengang. Yuigahama memakai jaket abu-abu kecoklatan dengan rajutan vertikal di tengah, dengan syal panjang yang melingkupi lehernya, dan tangan yang diangkatnya ditutup oleh sarung tangan. Cewek di sebelahnya memakai jaket putih dan yang mencuat dari jalinan rok-mininya adalah kakinya yang ditutup kaos kaki hitam. Ia adalah Yukinoshita Yukino. “...Selamat Tahun Baru,” kata Yukinoshita, dengan tetap melingkupi mukanya dalam syalnya. Yah, melakukan upacara ucapan Tahun Baru terasa memalukan dalam satu hal atau yang lainnya. Akupun malah jadi memainkan ujung syalku juga. “Ahh... Yah, betul. Selamat Tahun Baru.” “Oke, ayo kita mulai kunjungannya,” kata Komachi, dan ia kembali menembus kerumunan orang. Kamipun mengikuti di belakangnya. [[File:Yahari-10-1-a.JPG]] Selagi kami berjalan, aku menyondongkan kepalaku kebelakang Komachi. “Komachi-chan, boleh onii-chan tanya sesuatu?” “Apa itu?” Dengan diam-diam aku berjalan ke samping Komachi dan mengecilkan suaraku. “Kenapa mereka kesini?” “Pertemuan dengan Komachi ☆!” “Tunggu dulu, pertemuan...?” aku mengatakannya dengan suara menandakan kebingungan dan ia pun mengeluh. “Mereka kan temen-temenku, jadi nggak papa kan?” “Yah, nggak papa sih... Tapi meminta mereka kesini, tahulah, gimana bilangnya ya?” kataku, dengan mengusap-usap pipiku selagi berpikir. Bukannya mestinya untuk acara seperti ini kau mengundang teman-temanmu? Yah, bukan berarti aku tahu “mestinya” itu yang bagaimana karena aku tak punya teman semasa SMP. Aku bertanya-tanya apakah memang seperti itu. Mungkin saja ini salahnya para hantu? Bisa saja. Jadi ini yah yang mereka katakan hantu penyendiri, huh...? Hanya saja, fakta bahwa Komachi bertemu teman-temannya selagi bersama kakak laki-lakinya untuk hal yang seperti ini membuatku khawatir tentang pergaulannya. Aku menatap termenung, tapi Komachi tahu apa yang harus dikatakan dan dengan paksa meneguk liurnya. “Yah, pikirin aja musim apa sekarang. Gak undang kawan-kawanmu itu jadi salah satu bentuk tata krama, tahu...” kata Komachi, dengan lancarnya. Benar, aku paham sekarang. Jadi alasan kenapa dia tidak mengundang teman-temannya adalah karena betapa gugupnya mereka saat sedang musim-musimnya menjalani tes. Tes-tes membuat sebuah batas. Inilah cerita klasik: teman-temanmu melakukan tes masuk di sekolah yang sama, dan akhirnya ada satu pihak yang gagal dan yang satu lagi berhasil masuk. Saat kau dengar ada pasangan yang gagal masuk di sekolah yang sama, hal itu membangkitkan nafsu makan dan apabila itu menjadi salah satu tuas yang membuat masalah yang akhirnya membuat mereka putus, makananmu itu berubah menjadi makanan Susumu-kun. Kalau umur mereka sekitar umur anak SMP, maka hubungan pertemanan merekapun pasti akan menjadi retak. Khususnya saat mereka memutuskan akan mengambil tes masuk sekolah khusus persiapan universitas, ada orang yang sudah ditakdirkan akan ditinggalkan karena ada batasnya siapa yang bisa masuk. Dan orang yang tertinggal akan memutuskan hubungan mereka secepat yang dia bisa. Kalau saja itu aku, itulah yang akan kulakukan. Karena pada akhirnya kau merasa malu, frustasi, tak senang dan iri. Kalau sudah saatnya perasaan iblis itu menyeruak, akan ada waktunya saat dimana kau akan mengekang dirimu sendiri, tersenyum dan setelah itu langsung kau putuskan hubunganmu. Menjadi sadar akan pemutusan yang akan terjadi adalah hal yang agak membingungkan. Kalau kau ingin lulus dengan muka berseri-seri, bukannya hau harus hindari bertemu teman-temanmu terlalu sering? Dan saat itulah dimana tak punya teman ada gunanya! Hachiman punya pikiran kalau dalam sekolah untuk persiapan tes, mereka harus mulai mengajari caranya menghancurkan hubungan pertemanan! Itulah mengapa saat seperti ini punya teman dengan perbedaan umur cukup jauh dapat membuatmu beristirahat sejenak. Kedua belah pihak bisa ngobrol satu sama lain tanpa merasa terkekang. Sekarangpun, tiga orang itu masih ngobrol dengan semangat satu sama lain selagi berjalan, Komachi ngobrol dengan Yukinoshita dan Yuigahama dan merekapun membalas ia dengan tersenyum. Untuk Komachi, yang selalu belajar saat liburan musim dingin, saat ini adalah saat untuknya dimana ia bisa bersantai. Di dalam gelombang penuh manusia, Yuigahama menatap sekitar dengan tatapan tajam. Kelihatannya ia masih bingung tentang stan makanan apa yang ia akan antri di sisi jalan utama. “Wow, kayak ada festival di sini,” kata Yuigahama, dan muka Komachi tiba-tiba berseri-seri. “Aku tahu! Ah, mau makan sesuatu?” “Pasti lah! Kalau gitu, mungkin... gimana kalau apel permen?” Kelihatannya mereka akan mulai berjalan-jalan pergi dari jalan utama selagi mereka mengobrol. Yukinoshita, yang masih disebelah mereka, menyentak syalnya dan menahan mereka. “Kita akan lakukan itu setelah kunjngan kita ke kuil,” kata Yukinoshita. “Okeeeee...” Dengan enggan mereka berdua kembali dari kerumunan orang. ''Yang satu itu kayak momen dari kakak beradik perempuan... Hal seperti itu, yah, nggak ada ruang untuk onii-chan, tahu kan...'' Apakah itu karena sifat bisa diandalkannya Yukinoshita, kemampuan Yuigahama untuk berbaur dengan orang lain, atau adik perempuan yang terkenal kejelekannya, sifat saudari dari Hikigaya Komachi yang membuat orang lain melakukan keinginannya; yang manapun alasannya, untuk cewek-cewek dengan perbedaan umur, kecocokan mereka tak terlalu buruk. Yuigahama memimpin mereka didepan, Komachi mengikutinya dengan senyuman di mukanya, dan Yukinoshita memandang mereka tanpa suara selagi mengikuti dari belakang. Aku berjalan dan mengawasi mereka di posisi paling belakang. Dan kemudian, itu terjadi. Aku merasa tak nyaman dengan “obrolan para saudari” yang aku pikirkan tadi. ''...Nggak baik.'' Karena aku sudah memikirkan hal paling bodoh pertama kalinya di Tahun Barulah mengapa kedua sisi mulutku entah kenapa melengkung, sebuah senyuman muncul begitu saja di mukaku. Aku menarik-narik syalku untuk mencoba menutupinya. Tanpa sadar, aku mengalihkan pandangan dari depan dan mataku berputar-putar di sekitar kerumunan orang. Tak bisakah mereka mengatasi kerumunan ini, aku tanya? Rentetan pemikiranku membuatku hampir-hampir muntah. ''Aku pengen pulang aja sekarang...'' Tapi saat kami sampai ke halaman depan kuil setelah menapaki tangga batu, kepadatan jadi berkurang entah kenapa. Mungkin saja ini karena tidak ada stan makanan di halaman ini. Karena kuil sudah di depan mata, semua orang berjalan lurus kedepan tanpa berlalu-lalang. Kami bergabung dengan kerumunan dan kamipun sampai di depan kuil. “Apa ya yang semua orang harapkan?” “Kau harusnya gak begitu di kunjungan pertamamu. Ini bukan Tanabata, tahu...” “Benar. Ini bukanlah hal yang benar-benar bisa mengabulkan permohonan, lagi pula.” “Wooow, kalian membosankan!” Komachi mengatakannya dengan ekspresi ketakutan dan Yuigahama setuju dengannya. “Ya, kalian! Maksudku kita kan berdoa pada dewa dewi, jadi mendingan kita minta sesuatu soalnya kita akan dapat untung juga darinya!” ''Sial, aku nggak tahu logika misterius apa yang dia pakai dalam debat itu.'' Yukinoshita menekan dahinya seperti sedang kesusahan memahaminya dan mendesah. “Oke... Yah, aku rasa biar saja begitu. Walau begitu, aku rasa nuansanya lebih kayak sedang bersumpah setia daripada yang lain.” Yukinoshita sekelebat tersenyum. Yuigahama mengangguk keras dan mengangkat tangannya. Mereka berdua kemudian memasukkan persembahan dan membunyikan lonceng bersama-sama. Lalu kedua-duanya dua kali menundukkan kepala dan menepuk tangan. Kemudian mereka menutup kedua matanya. Ikrar janji di sebuah altar didepan banyak orang malah menimbulkan rasa yang hebat. Akupun mengikuti mereka, dengan melakukan adat tersebut dan menepuk kedua belah tanganku. ''Harapan... atau sesuatu kayak bikin sumpah setia, huh...?'' Aku melirik kesamping ke arah Yukinoshita dan Yuigahama. Yukinoshita terdiam dengan matanya yang tertutup, dan mengeluarkan nafas ringan. Yuigahama mengeluhkan “mmmm!” selagi mengerutkan alisnya. Apa-apa saja yang mereka berdua harapkan dan sumpah setia mereka, aku tak tahu. Akupun melakukan hal yang sama, menutup mataku. Aku tidak punya harapan yang benar-benar merupakan harapan, tapi aku mau ada hal-hal yang aku bisa selesaikan sesuai dengan usahaku tanpa berharap pada mereka. ''Kalau sekarang, aku harap Komachi bisa lulus tesnya...'' Karena memang benar, cuma ini hal yang aku tidak bisa lakukan apa-apa terhadapnya.
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube × Cursed × Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information