Editing
Oregairu (Indonesia):Jilid 4 Bab 2
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
===2‐3=== “Baiklah, sekarang… mari kita dengar kenapa kamu tidak mengangkat panggilanku – Hikigaya Hachiman.” Orang yang mendorong kacamata hitamnya ke bawah dan melemparkan tatapan tajam ke arahku adalah – tanpa perlu disebut lagi – Hiratsuka‐sensei. Whoa, apa dia sedang marah besar… “Uhh… koneksi kami tidak stabil. Kurasa ada beberapa hubungan antara berapa banyak rambut yang dimiliki dirutnya dan berapa banyak antena yang mereka punya. Itu seperti rambut antena Kitarou.<ref> Kitarou adalah karakter manga ikonik yang didasarkan atas sebuah dongeng rakyat Jepang. Rambutnya berfungsi sebagai antena untuk mendeteksi aktivitas paranormal. </ref> Serius, itu pastilah kelemahan yang berasal dari nama perusahaan mereka – itu semua salah SoftBankǃ Sebelum mereka kreatif soal penerbitan mereka, mereka seharusnya kreatif soal kestabilan koneksi mereka duluǃ Walaupun aku suka membaca buku-buku mereka<ref> SoftBank adalah sebuah perusahaan telekomunikasi dan internet Jepang, tapi mereka terkenal atas buruknya keamanan koneksi mereka. Softbank juga mempunyai sebuah anak perusahaan yang dikenal sebagai SB Creative Corp., yang menerbitkan novel ringan dengan label GA Bunko.<!--under the label--> </ref>!” “Onii‐chan, koneksimu akan dipotong… kamu ditahan atas nama keadilan…” Komachi memandangku dengan gugup dan kemudian berhenti. Aku tidak apa-apa. Aku orang yang cukup baik. …Aku tidak apa-apa, bukan? Dan juga, tolong kembalikan koneksi kami. Hiratsuka‐sensei menghela. “Cukup. Dari awal pun aku tidak mengharapkan alasan yang masuk akal…” Kalau begitu tolong jangan tanya alasanku… atau begitulah yang akan kukatakan, tapi aku tak bisa melakukannya karena Hiratsuka-sensei terus berbicara dengan senyuman di wajahnya. “Kenapa? Aku cuma senang kamu tidak terlibat suatu kecelakaan. Setelah apa yang terjadi padamu sebelumnya, aku sedikit kuatir.” Aku merasa sulit untuk berbicara selama sejenak. “Sensei.” Dengan “apa yang terjadi padamu sebelumnya”, tidak diragukan lagi dia sedang mengacu pada kecelakaan lalu lintas sekali itu. Sebagai seorang guru, itu wajar dia akan tahu soal kecelakaan yang menimpa salah seorang muridnya. Apa yang bisa kukatakan…? Dia orang yang cukup berdedikasi dan berhati-baik. “Aku memakai koneksiku dan menjalin hubungan dengan adikmu, jadi aku bisa bernafas lega.” “…menakutkan.” Banjiran pesan-pesannya dan caranya untuk memastikan keselamatan seseorang itu mengerikanǃ Itu hampir mirip dengan modus operandi seorang penguntitǃ Aku sekarang mengerti menakutkannya dicintai orang. Aku tidak memerlukanmu, sayang. <ref> In the Japanese, he says, “愛なんていらねえよ、夏” (lit. I don’t need love, summer), which is a reference to a Japanese romantic drama. I changed this line to a lyric from the Kenny Rogers song “I don’t need you”. </ref> “Jadi ada apa<!--So is something up-->? Aku akan pergi ke Chiba dengan adikku sekarang, jadi‐” kataku, membuat Hiratsuka-sensei berkedip beberapa kali karena terkejut. “Apa, kamu masih belum membaca pesanku? Kita semua akan pergi ke Chiba sebagai bagian dari aktivitas Klub Servis.” “Huh?” Apa sesuatu seperti itu ada di dalam pesan teks yang kudapat? Mula-mula aku membuka pesan-pesannya, tapi berkat pesan teksnya yang agak yandere, aku mematikan teleponku karena takut. Merasa bahwa aku sebaiknya melihatnya untuk berjaga-jaga, aku mengeluarkan ponselku. Selagi aku melakukannya, suatu suara memanggilku dari belakang. “Hikki! Kamu telat.” Ketika aku berpaling ke belakang, Yuigahama sedang menenteng sekantong plastik toko swalayan, yang diisi sampai penuh. Dia mengenakan topi pelindung matahari berwarna pink terang, dengan kaos oblong berlengan pendek dan celana pendek yang pendek yang kira-kira sedang meneriakkan “Aku menderita defisiensi pakaian<!--I have a wardrobe deficiency-->”. Itu adalah pakaian yang tercipta hanya demi musim panas. Akhir-akhir ini, bahkan anak SD pun tidak memakai kaos lengan pendek dan celana pendek. Yukinoshita berdiri di bayang-bayang Yuigahama, seakan sedang bersembunyi di sana. Untuk sekali ini dia mengenakan celana jeans untuk menyesuaikannya dengan kemeja kerah stand-up. Walaupun pakaiannya tidak banyak menampilkan kulitnya, penampilan rapi dan apiknya memang memancarkan suasana yang sejuk. “Huh? Kenapa kalian ada di sini?” tanyaku. “Kamu tanya kenapa? Tentu saja, karena aktivitas klub,” kata Yuigahama dengan acuh tak acuh. “Aku datang setelah aku meminta bantuan Komachi-chan.” …wow, aku kurang lebih tahu keadaannya sekarang. Kamu tahu, Hiratsuka-sensei mencoba membujukku untuk mengikuti aktivitas klub, tapi setelah aku mengabaikannya berkali-kali, dia menghubungi Yuigahama, yang kemudian merasa berkewajiban untuk menghubungi Komachi.<!--in turn--> Lontong sateǃ Mereka curangǃ<!--I call foul play--> Mereka memanfaatkan rasa cinta keabanganku – suatu rasa cinta yang mendorongku untuk pergi ke luar rumah dengan riang setiap kali diminta adikku<!--at my sister’s beck and call-->! Mereka benar-benar membuatku tertipuǃ<!--They really got me good!--> Tapi pada kasus ini, kurasa penipu terbesar di antara mereka semua adalah Komachi, yang membawaku ke sini tanpa memberitahuku kebenarannya. Rasa benci terbesar muncul dari rasa cinta terbesar. Aku akan mendapat masalah besar jika aku mencintainya lebih dari cintaku yang sekarang. Berbicara soal Komacho, dia dengan semangat menggebu-gebu mulai menyapa dengan riang dan antusias segera setelah dia melihat kedua gadis itu. “Yui‐san! Yahallo!” “Yahallo, Komachi‐chan!” Apa sapaan itu tren terbaru atau apa? Hentikan itu. Sel otakku sedang bermatian di sini.<!--I’m losing brain cells here.--> “Yukino‐san! Yahallo!” “Ya…” Yukinoshita baru saja akan menjawab, tapi dia kelihatannya menghentikan dirinya dengan tepat waktu. “Selamat siang, Komachi‐san.” Wajahnya berubah menjadi merah terang lebih cepat dari kamu bisa mengedip. Komachi mencengkram tangan Yuigahama dengan sangat erat. “Aku senang sekali kamu mengajakku juga!” “Kamu sebaiknya berterima-kasih pada Yukinon,” ucap Yuigahama. “Aku juga mendapat panggilan dari Yukinon, tapi kelihatannya itu Sensei yang ingin mengajakmu, Komachi‐chan.” Hmph. Jadi dengan kata lain, urutannya seperti ini: Hiratsuka‐sensei ‐> Yukinoshita ‐> Yuigahama ‐> Komachi ‐> Aku. Ketika dia mendengar itu, Komachi melompat ke arah Yukinoshita untuk memeluknya. “Jadi begitu ternyata<!--So that’s how it happened-->! Terima kasih banyakǃ Aku mencintaimu, Yukino‐san!” ujarnya dengan penuh terus terang. Yukinoshita tersentak sejenak atas tampilan kasih sayangnya yang terang-terangan ini. Dia memalingkan wajahnya dari wajah Komachi dan terbatuk dengan kaku.<!--primly--> “…er, itu… Aku cuma berpendapat bahwa perlu seseorang untuk mengawasi benda itu.” Ya, senang sekali dapat berkenalan denganmu. Namaku adalah ‘benda itu’. “Itulah kenapa tindakanku tidak begitu layak untuk disebutkan,” kata Yukinoshita setelah diam sejenak lagi. “Kamu berterima kasih padaku justru karena begitulah kamu biasanya.” Yukinoshita merona. Ketika mereka melihatnya, Yuigahama dan Komachi tersenyum gemas padanya. Ah gawat, kalau begini terus Komachi akan jatuh dalam pengaruh jahat Yukinoshita. Sudah terlambat bagi Yuigahama, tapi aku ingin Komachi tetap di jalan yang benar. Aku harus membenarkan jalannyaǃ “Komachi, kamu tidak perlu merasa berterima kasih terhadap Yukinoshita. Karena mereka menganggap adikku diperlukan untuk mengawasiku, kamu seharusnya benar-benar berterima kasih padaku karena aku tidak berguna.” Heh, aku tidak bisa mengatakannya dengan cara yang lebih baik lagi. Dengan itu, tidak diragukan lagi adikku akan menunjukkanku rasa terima kasih dan hormat serta kasih sayang yang pantas diterima seorang abang. [[File:YahariLoveCom v4-057.jpg|thumbnail|200px]] “…” “…” “…” Atau begitulah yang kupikir. Suatu keheningan yang berlarut-larut menyapaku sebagai balasannya. Hanya deru kereta api berkecepatan tinggi yang menerjang telingaku. Selagi semua orang kehilangan kata-kata, Yukinoshita tersenyum manis. Aku merasa seperti sudah cukup lama semenjak aku terakhir melihatnya tersenyum seperti itu. “Ternyata memanggil Komachi-san itu keputusan yang benar. Semoga beruntung menangani benda itu.” “Namun, jujur saja, aku tak sabar untuk menyerahkannya kepada orang lain!” Aku sedang dibuang oleh adik kecilku sendiri. Dalam usaha untuk mengalihkan perhatianku dari air mata yang mengancam untuk mengalir dari mataku, aku melihat ke atas. Aw, matahari terik itu sedikit menyengat. Aku memanggil Hiratsuka‐sensei. “Cuacanya panas, jadi tolong bisakah kita cepat pergi?” “Tunggu dulu. Orang terakhir sudah datang sekarang.” Persis setelah itu, seseorang sedang menuruni tangga stasiun dan pergi ke arah kami. Ketika aku melihat caranya mencari-cari ke sekelilingnya seperti seekor anak anjing yang hilang, aku tahu siapa dia dalam sekejap. Sebelum aku menyadarinya, aku sudah mengangkat tanganku. Itu membuatnya melihatku dan berlari ke arahku. “Hachiman!” Bahkan selagi dia sedang terengah-engah, Totsuka menyimpan sebuah senyuman berbinar dan riang untukku. Dia lebih bersinar dan lebih cemerlang daripada matahari di pertengahan musim panas. Tapi dia tersenyum pada orang lain selain diriku… ketika aku terpikir akan itu, dadaku terasa sesak dan pedih. Sesuatu terperangkap di dalam tenggorokanku, menambahkan penderitaanku. Luka di dalam hatiku jadi bernanah. Tapi ketika aku melihat ke arah senyuman Totsuka yang menggemaskan, aku tersembuhkan dalam dua detik penuh. Dalam bahasa Inggris, kamu bisa katakan SMILEnya itu PRETTY dan adalah sebuah CURE<ref> Referensi terhadap Smile Pretty Cureǃ anime gadis penyihir. </ref>. Totsuka begitu kawaii. Dia itu Totsukawaii singkatnya. Komachi, yang sedang berdiri di sampingku, langsung beraksi. “Yahallo, Totsuka‐san!” dia menyapanya. “Oh. Yahallo!” Sial, itu begitu imut. Kita sebaiknya menjadikan itu tren terbaru. “Jadi kamu juga diajak, Totsuka?” “Yap, ka'rna tidak ada cukup relawan. Tapi… apa aku boleh ikut pergi?” “Tentu saja boleh!” ujarku. Tunggu dulu, kalau kita cuma akan pergi ke Chiba, ini bukan sesuatu yang perlu begitu dikuatirkan. Namun, Hiratsuka‐sensei cukup bijak<!--had the good sense--> untuk mengajak Totsuka. ''Kerja b'gus''. Dan dengan itu, semuanya sudah di sini. …semuanya? Aku melihat ke sekeliling dengan resah. “Bagaimana dengan Zaimokuza?” “…siapa itu?” Yukinoshita memiringkan kepalanya karena kebingungan. Sebagai balasannya, Hiratsuka menuturkan omelan, seakan mengingat sesuatu. “Aku juga memanggilnya, tapi dia bilang tidak, menyebutkan semacam pertarungan sengit dan Comiket dan tenggat waktu atau apalah,” jelasnya. Wow, yang benar saja, Zaimokuza? Satu-satunya hal yang kucemburui adalah bahwa dia memiliki pilihan untuk menolak. Dia mungkin sedang menikmati kehidupannya bermalas-malasan dengan rekan bermain gamenya sekarang ini… meski begitu, bagaimana orang yang kepengen jadi pengarang itu<!--wannabe--> bisa ada tenggat waktu yang sudah mau sampai? “Baiklah, ayo kita berangkat sekarang,” kata Hiratsuka‐sensei pada kami semua. Kami siap untuk masuk ke dalam minivan itu. Ketika kami membuka pintunya, ada tujuh tempat duduk: tempat duduk pengemudi, tempat duduk di samping pengemudi, tiga tempat duduk di belakang dan dua tempat duduk di tengah-tengah. “Yukinon, ayo kita makan permennya.” “Bukankah itu dimaksudkan untuk dimakan setelah kita sampai?” Kelihatannya Yuigahama dan Yukinoshita sudah berencana untuk duduk bersama. Yang berarti bahwa… Aha. Dengan kata lain, aku akan dihempit Totsuka dan Komachi – Pedang Kemenangan yang Dijanjikan <ref> The Sword of Promised Victory (Pedang Kemenangan yang Dijanjikan) adalah Excalibur-nya game-game buatan Type-Moon. </ref>. Kemenangan ini milikkuǃ Aku baru saja akan masuk dengan penuh jaya ke tempat duduk belakang saat seseorang menarik kerah bajuku. “Hikigaya, kamu duduk di kursi kenek,” kata Hiratsuka‐sensei. “Huh? Tunggu dulu, kenapa?!” Aku menendang dan melawan selagi aku diseret ke sana. Hiratsuka‐sensei menutupi wajah merah terangnya dengan satu tangan. “Ja-jangan salah pahamǃ Ti-tidak seperti aku ingin duduk di sampingmu atau semacamnya!” Ohh, sungguh tsundere. Kalau kamu mengesampingkan usianya, itu imut. “Itu hanya karna kursi kenek punya tingkat kematian tertinggi!” lanjutnya. “Parah kali anda!” aku melawan dalam usaha untuk melepaskan diri dari lengan Hiratsuka-sensei. Hiratsuka‐sensei tiba-tiba menampilkan sebuah senyuman. “Aku bercanda,” tekannya. “Jalannya jauh dan aku lebih baik tidak merasa bosan selagi aku mengemudi, kamu tahu? Cuma berbicara denganmu saja sudah menyenangkan.” “Begitu ya…” Ketika dia tersenyum padaku dengan begitu kalem dan lembutnya, aku kehilangan semua kemampuan untuk melawan. Ketika aku duduk di kursi kenek dengan patuh, Hiratsuka-sensei mengangguk puas. Setelah kami memastikan bahwa semua orang sudah ada di dalam mobil, Sensei dan aku mengencangkan sabuk pengaman kami. Kemudian Hiratsuka-sensei menghidupkan mesinnya dan menginjak gasnya. Mobil minivan itu mulai melaju meninggalkan stasiun lokal yang familier itu. Kalau kami akan pergi ke Chiba, maka segera saja<!--there was no time to waste getting out--> pergi ke Jalan Tol Nasional 14 dari sini. Tapi untuk beberapa alasan, mobil yang dikemudikan Hiratsuka-sensei menuju ke simpang susun <ref> [https://id.wikipedia.org/wiki/Simpang_susun Simpang Susun] </ref>. Alat navigasi mobilnya hanya bisa menunjuk ke arah jalan layang. “Um, bukankah kita akan pergi ke Chiba…?” tanyaku. Hiratsuka‐sensei menyeringai. “Coba kutanya kamu. Sejak kapan kamu beranggapan bahwa kita akan pergi ke Stasiun Chiba…?” “Er, itu tidak ada hubungannya dengan anggapan. Biasanya, kalau kamu bilang kamu akan pergi ke Chiba, maksudmu itu Stasiun Chiba‐” “Kamu mengharapkan Stasiun Chiba? Sayang sekaliǃ Kita ke Desa Chibaǃ” “Kenapa anda begitu heboh sekali…?” Orang yang tidak pandai dalam interaksi sosial masih akan berinteraksi dengan orang lain dari waktu ke waktu, tapi kalau sudah begitu lama tidak berinteraksi, antisipasi untuk berinteraksi akan melonjak untuk beberapa alasan. Inilah contoh gampangnya dimana mengingat kembali hal ini, besok harinya akan membuatmu membenci dirimu sendiri, yang mungkin karena seiring berjalannya waktu. Aku berharap Hiratsuka-sensei tidak akan jadi depresi besok. Tapi yang penting, kita akan pergi ke Desa Chiba, huh…? Aku pernah mendengarnya sebelumnya… Aku heran seperti apa tempatnya. <noinclude> {| border="1" cellpadding="5" cellspacing="0" style="margin: 1em 1em 1em 0; background: #f9f9f9; border: 1px #aaaaaa solid; padding: 0.2em; border-collapse: collapse;" |- | '''Mundur ke''' [[Oregairu (Indonesia):Jilid 4 Bab 1|Bab 1]] | '''Kembali ke''' [[Yahari Ore no Seishun Rabu Kome wa Machigatteru (Indonesia)|Halaman Utama]] | '''Lanjut ke''' [[Oregairu (Indonesia):Jilid 4 Bab 3|Bab 3]] |- |}
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube × Cursed × Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information