Editing
Oregairu (Indonesia):Jilid 4 Bab 3
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
===3-3=== Setelah kami meletakkan tas kami di dalam bangunan utama, kami dituntun ke suatu tempat yang disebut “Lapangan Berkumpul”. Hampir seratus anak SD menunggu kami di sana. Mereka semua mungkin kelas 6 SD, tapi mereka itu manusia yang beraneka ragam dengan bentuk tubuh yang bervariasi. Kalau mereka itu anak SMA berseragam atau karyawan berjas, kamu dapat menemukan suatu elemen pemersatu tidak peduli ada berapa banyak orang di sana, jadi tidak akan ada masalah. Tapi kalau kamu mendapatkan sekumpulan anak SD berantakan yang mengenakan warna apapun yang mereka sukai, hasilnya cukup membingungkan. Tidak hanya begitu. Hampir seluruhnya sedang bercakap-cakap dengan serempak, dan itu, sangat, jelas sekali kacau balau. Gadis memekik dan lelaki berteriak – kericuhannya luar biasa. Sekarang setelah aku seorang murid SMA, aku jarang sekali melihat sekelompok anak SD pada jarak dekat. Jumlah mereka saja (itu cara yang baik untuk menyatakannya) mengejutkanku. Apa tempat ini sebuah kebun binatang? Di kiriku, Yuigahama mengernyit risau, dan di kananku, Yukinoshita terlihat sedikit pucat. Meskipun para guru berdiri tepat di belakang anak-anak itu, tidak ada tanda-tanda bahwa situasi ini akan berubah. Kalau aku, aku hanya menatap arlojiku dengan keras. Anak-anak itu pasti juga telah menyadari ada sesuatu yang tidak biasa, karena suasananya mulai menjadi hening setelah sekitar beberapa menit. Jangkrik berderik… Aku berani bersumpah aku melihat tumpukan rumput kering<ref> [http://wehaveconcerns.com/wp-content/uploads/2016/01/Tumbleweed-862x574.jpg Tumbleweed ] </ref> berhembus lewat… “Baiklah, anak-anak. Perlu tiga menit penuh bagi kalian untuk diam.” I-i-i-itu diaǃ Kata-kata legendaris yang sering dipakai pada upacara sekolah dan rapat kelas. Astaga, untuk dapat mendengarnya lagi di usia setua ini… Seperti yang kuduga, guru itu membukanya dengan sebuah ceramah. Pertama-tama, mereka menegaskan prosedur biasa untuk anak-anak yang mengikuti perkemahan. Aku ingat juga dipaksa mendengarkan hal-hal ini sewaktu SD. Setelah ceramahnya usai, rencana untuk perkemahan ini ditampilkan. ''Orienteering'' adalah acara pembukanya. Kamu juga boleh menyebutnya jalan sehat. Semua orang membuka Buku Panduan Pramuka mereka dan mendengarkan penjelasannya. Sampul buku panduan mereka digambar dengan ilustrasi bergaya-anime. Ah, gaya lukisan itu pastilah dilukis oleh seorang gadis. Aku jamin gadis yang paling pandai melukis yang membuatnya (“A-aku tidak keberatan menggambarnya…” katanya saat itu), sementara gadis komite panitia yang akan mendapat pujian. Suatu hari di masa depan, gadis itu hanya akan menyesali dengan getir masa lalunya yang kelam. “Terakhir, di sini ada abang dan kakak baik yang akan menolong kalian. Pertama-tama ayo kita ucapkan halo pada mereka. Senang berjumpa dengan kalian.” “Senang berjumpa dengan kalian,” lantun mereka dengan tidak serempak. Sapaan itu dipanjang-panjangkan, mirip seperti, “Ita‐da‐ki‐maaaaasu!” yang patut mereka ucapkan saat makan siang di sekolah. Itu seperti ucapan selamat tinggal saat tamat sekolah. Aku membicarakan tentang kalimat seperti, “Ini akan terukir selamanya di dalam hatiku” atau “Perjalanan sekolah!” Aku memang juga terpaksa untuk mengucapkan omong kosong itu, tapi dipikir lagi, kurasa kenangan traumatis benar-benar akan terukir selamanya di dalam hatimu. Pandangan penuh tanda tanya anak SD tersebut dengan serempak berpaling pada kami semua. Seakan itu aba-abanya, Hayama melangkah ke depan dengan lincah. “Kami akan membantu kalian semua untuk tiga hari selanjutnya. Jangan takut untuk memberitahu kami setiap kali kalian perlu sesuatu. Ayo kita jadikan ini perkemahan musim panas yang tak terlupakan, oke? Kami berharap bisa menghabiskan waktu dengan kalian semua.” Semua orang bertepuk tangan. Gadis-gadis SD memekik dan tergelak melihatnya. Para guru juga bertepuk tangan dengan pelan. Wow, Hayama sungguh hebat. Dia terlihat benar-benar terbiasa dengan ini. Aku sulit untuk percaya seseorang bisa mengimprovisasi kalimat sapaan yang baik pada para anak SD itu tanpa persiapan apapun. Menilai dari keahliannya saja, aku juga ragu Yukinoshita dapat menandinginya. “Kamu ketua Klub Servis, jadi apa kamu akan menyapa mereka juga?” “Aku tidak begitu suka berdiri di hadapan banyak orang.” Tidak mengejutkan, sungguh. Maksudku, gadis ini akan menonjol di dalam keramaian tak peduli apapun yang dilakukannya. Dia kelihatannya mendapati hal tersebut menyakitkan. Mungkin dia tidak suka menerima perhatian penuh. “Namun, aku lumayan suka berdiri di atas orang lain…” Oh, iya… “Oke,” ucap para guru. “Ayo kita mulai ''orienteering''!” Murid-murid dibagi ke dalam kelompok yang berisi lima atau enam orang. Menilai dari betapa mulusnya mereka membentuk kelompoknya, mereka pastilah telah memutuskannya sebelumnya. Kemungkinan besar, mereka akan melakukan aktivitas selama perkemahan ini dalam kelompok tersebut. Aku rasa tidak banyak anak SD yang mengaitkan pembagian kelompok dengan perasaan kelam. Setiap anak memasang ekspresi ceria pada wajahnya. Mereka masih belum mengetahui konsep kasta sekolah dalam artian yang konkret. Mulai SMP dan selanjutnya, pembagian yang kejam itu akan ditetapkan. Waktumu sebagai seorang anak SD memang bahagia. Pak, anak SD memang yang terbaik<ref> Dia mengutip kalimat terkenal Subaru dari Ro‐Kyu‐Bu!, yang menjadi meme Internet oleh fans Jepang. </ref>! Kelompok kami entah kenapa menjadi hening berkepanjangan. Saat dia melihati salah satu kelompok anak SD tersebut, Tobe mengaruk-garuk rambutnya dan membuka mulutnya. “Pak, anak SD itu muda sekali. Kita anak SMA, macam, orang tua sekarang.” “Hei, Tobe, bisa kamu hentikan itu? Kamu buat aku seperti seorang nenek.” Miura meliriknya untuk memperingatinya. Tobe merasa gugup. “Whoa, Aku sungguh tidak bermaksud begituǃ Sungguuuuh!” Untuk sesaat tadi, aku bersumpah aku dapat merasakan tatapan Hiratsuka-sensei pada kami, tapi mungkin aku hanya membayangkannya saja. Kalau saja memang begitu adanya. “Tapi kalian tahu, sewaktu aku masih SD, anak SMA terlihat begitu dewasa bagiku,” kata Totsuka sambil mengenang, setelah mendengar percakapan di depannya. Mendengar Totsuka, Komachi menepukkan jari telunjuknya pada dagunya dan memiringkan kepalanya. “Anak SMA terasa dewasa dari sudut pandangku juga, k'mu tahu? Kecuali abangku.” “…hei. Aku itu super dewasa. Aku mengeluh dan menggerutu, aku berbohong dan aku bersikap curang.” “Berpikir seperti pria puber tidak dianggap dewasa, onii‐chan.” “Siapa duga imajinasimu mengenai orang dewasa itu begitu menyedihkan, Hikki?!” Setelah mendengar kata-kata pedas Komachi dan Yuigahama, Totsuka menepuk punggungku dengan pelan. “Aku mungkin tidak bisa melihat sikapmu di rumah, tapi kamu kelihatan dewasa di sekolah, Hachiman,” dia tertawa kecil. “Kamu benar-benar kalem dan tenang, kamu tahu?” “T‐Totsuka…” Aku hampir meneteskan air mata. Pada saat itu, aku mendengar suara kalem yang bercampur dengan tawa mengejek. “Dia hanya terlihat seperti itu karena dia tidak berbicara pada siapapun. Sebenarnya, dia itu manusia yang kesepian dan menyedihkan.” Ketika aku berpaling ke belakang, dia berdiri di sana. Yukinoshita memasang senyuman dingin di wajahnya. Aku membalasnya dengan senyuman dinginku sendiri. “…bagaimana kamu bisa tahu sikapku di kelas? Apa kamu menguntitku? Apa kamu sadar ada undang-undang terhadap mereka yang menganggu kedamaian seseorang? Apa kamu ingin mati di mata masyarakat?” “Kamu sudah lebih lihai dibanding sebelumnya…” Yuigahama tersenyum takjub. Di sampingnya terdengar suara seseorang yang menginjak ranting mati. “…apa kamu mungkin… sedang berusaha meniru seseorang?” Seharusnya ini musim panas, tapi aku sumpah aku bisa melihat badai salju di belakang Yukinoshitaǃ Senyuman berkedutnya sangat menakutkanǃ Ya Tuhan, aku benar-benar minta maafǃ Hayama, yang mendengarkan pertarungan verbal kami dari jauh, mengangguk beberapa kali seakan dia baru saja memahami sesuatu. “Ah, Aku paham. Jadi gadis itu adik Hikitani-kun, huh? Aku tidak merasa dia mirip Totsuka,” kata Hayama selagi dia berdiri di depan Komachi. Hei, jangan dekat-dekat dengan Komachi… “Aku teman sekelas Hikitani-kun Hayama Hayato. Senang berjumpa denganmu, Komachi‐ chan.” “Um, hai. Senang berjumpa denganmu juga. Terima kasih telah membantu abangku.” Komachi mundur karena kaget dan menyembunyikan wajahnya di belakang Yuigahama. Dari sudut pandangnya, dia melihat Hayama dari atas sampai bawah. “Hayato‐kun, tidak mungkin dia itu adik Sai‐chan,” kata Yuigahama. “Dia lebih kelihatan berhubungan dengan Yukinon.” Cuma dari rambutnya saja… Hayama menggelengkan kepalanya mendengar kata-kata Yuigahama. “Nah, Aku tahu Yukinoshita tidak punya adik.” “Oh, benarka… huh? Kenapa kamu bisa tahu itu, Hayato‐kun?” “Kenapa, tanyamu…?” Hayama menatap ke arah Yukinoshita dari samping. Bukannya melihat tatapannya, Yukinoshita melihat tepat ke arah anak-anak SD itu. “Aku heran apa yang harus kita lakukan.” “Ah, pertanyaan bagus. Aku pergi memanggil Hiratsuka-sensei sebentar.” Hayama mundur, setelah membaca tanda-tanda bahayanya. Tidak seperti biasanya, Yukinoshita bersikap menusuk pada Hayama. Dia juga bersikap seperti itu padaku, tapi dia menggunakan durinya bagaikan pedang padaku. Sikap menusuknya terhadap Hayama terasa lebih pasif, seakan dia sedang berusaha untuk menghindarinya. Aku heran apa dia mengidap alergi riajuu. Aku heran apa antihistamin efektif untuk mengobatinya. Setelah Hayama mundur, Komachi diam-diam mendekat ke arahku. “Onii‐chan, ini kabar buruk!” “Apanya?” “Kalau kamu bertanding dengan lelaki ganteng itu, peluangmu untuk menang itu nol, onii-chanǃ Siaga merah!” “Diamlah. Pergi sana.” Apa dia datang kemari hanya untuk melaporkan itu padaku, adik bodohku ini? Toh, aku tidak memiliki niat sedikitpun untuk bertanding dengannya untuk memperebutkan sesuatu. Selama dia belum memiliki kelemahan untuk kuperalat, aku tidak akan melakukan apapun dengan Hayama. Tapi suatu serangan tiba-tiba menyergapku dari arah yang paling tak terduga. “Ini memang kabar buruk… kamu menghasilkan kesan uke yang hebat, belum lagi aku merasa kamu itu tsundere uke, jadi kalau Hayama-kun pergi mengincarmu, kamu akan segera tunduk padanya.” “Er, ya… Aku akan berhati-hati.” Ketika aku memikirkannya, ini adalah percakapanku yang pertama kalinya dengan Ebina-san. Aku benar-benar berharap yang kedua kalinya tidak melibatkan hal-hal yang tidak boleh diucapkan. Apaan kesan uke yang diucapkannya itu? Aku tidak menghasilkan kesan apapun. Selagi semua ini berlangsung, Hayama kembali bersama dengan Hiratsuka-sensei. Dia menjelaskan pada kami pekerjaan yang perlu kami lakukan hari ini. “Aku yakin kalian bisa menyelesaikan tugas ini selama ''orienteering''. Yang harus kalian lakukan adalah menyiapkan makan siang pada garis ''finish''. Susun mejanya dengan kotak makan siang dan minuman. Aku akan membawa itu semua dengan mobilku.” “Bisa sekalian membawa kami ke sana juga?” “Tidak cukup ruang. Cepat bergegas. Dan pastikan kalian sampai di sana sebelum anak-anak itu.” Kami akan benar-benar gawat kalau kami tidak sampai ke sana sebelum anak-anak itu, melihat kami akan menyiapkan makan siang dan sebagainya. Sudah cukup banyak anak-anak yang berangkat. Sebaiknya sedia payung sebelum hujan.
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube × Cursed × Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information