Editing
Oregairu (Indonesia):Jilid 4 Bab 5
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
===5-3=== Berkat situasinya menjadi begitu anehnya suram, aku tidak bisa tidur meskipun yang lain sudah diam. Ketika aku berpaling dalam tidurku, wajah Totsuka persis berada di depanku. Aku dapat mendengarnya bernafas teratur dalam tidurnya. “…nnggh.” Sebuah helaan terselip dariku. Cahaya rembulan yang masuk melalui jendela menerangi wajah Totsuka. Selagi bibir memikatnya membisikkan nama seseorang, dia sedikit bergeliat. Senyuman yang lembut dan menabjubkan muncul di wajahnya; dia terlihat senang karena sesuatu. Sesaat setelah aku menyadarinya, aku tidak bisa menahan diriku untuk tidak terus melihat bibir Totsuka. Aku teramat sadar atas dengkuran samarnya dan bahkan suaranya bergemerisik selagi dia berpaling di tempat tidurnya. “Aku rasa aku tidak bisa tidur seperti ini…” Ketika aku melirik ponsel pada tanganku, bahkan belum jam 11ː00, mengejutkannya. Kelihatannya waktu berlalu lebih pelan semakin jauh kamu pergi dari kota. Kereta api yang ribut dan cahaya kota yang berkerlap-kerlip juga tidak ada. Malam ini malam yang hening. Aku berpikir bahwa merasakan angin malam dengan kulitku akan menenangkanku. Berdiri dengan pelan sehingga aku tidak akan membangunkan yang lain, aku berjalan ke luar. Sudah malam pada dataran tinggi ini. Perlahan tapi pasti, rasa dingin yang tentram itu membuatku tenang. Atau begitulah yang kuharap, tapi bukan begitu cara kerjanya – malam biasanya menakutkanku. Entah kenapa, aku hampir menjerit kaget hanya karena mendengar burung hantu dan daun bergemerisik. Selagi jantungku berdetak hebat, aku melihat sekelilingku. Secara intuitif, aku dapat melihat sosok seseorang di antara pepohonan. …whoa, apa ini sang penjaga hutan…? Itu terdengar lebih menakutkan dari yang seharusnya. Istilah yang seharusnya adalah “imajinasiku saja”, kurasa. Biar kubuat jelas saja bahwa kamu tidak menyebut penjaga pohon ‘dryads’ dalam bahasa Inggris. Dari awal pun aku tidak tahu apa dryad itu bahasa Inggris. Di antara pepohonan tersebut berdiri seorang gadis yang rambut panjangnya berniat menggapai tanah. Pemandangan yang satu ini terlihat tidak nyata, seakan aku sedang melihat sejenis arwah atau peri. Aku pasti sedang berhalusinasi. Ketika cahaya rembulan menyinarinya dengan lembut, kulit putihnya terlihat jelas. Ketika hembusan angin menari, rambut berayunnya menari mengikutinya. Selagi gadis bagaikan bidadari ini bermandikan cahaya rembulan, dia mulai bernyanyi – dengan pelan, oh sangat pelan. Di dalam kegelapan mengigil hutan tersebut, lantunan pelannya terdengar anehnya nyaman di telingaku. Kalau aku, aku hanya menatapi pemandangan tersebut. Kalau aku melangkah saja, aku mungkin akan menghancurkan dunia ini dimana hanya ada dia di dalamnya. Dengan pemikiran itu dalam pikiranku, aku terus berdiri dan mengagumi musik tersebut. Aku heran apa aku sebaiknya kembali… Aku berpaling dengan perlahan, berniat untuk melewati jalanku sebelumnya. Tapi sesaat segera aku melangkahkan kakiku, aku tak sengaja menginjak sebatang ranting kecil, mematahkannya. Nyanyian tersebut mendadak berhenti. “…” “…” Satu, dua, tiga detik berlalu – waktu minimum bagi kami untuk mengenali keberadaan satu sama lain.the bare minimum amount of time for us to recognise each other’s presences. “…siapa itu?” Suaranya adalah suara seorang gadis biasa – Yukinoshita Yukino. Kalau kamu mengeong seperti seekor kucing, kamu mungkin akan bersikap seperti, “Oh, apa itu kucing…?” Tapi bagi Yukinoshita dia kelihatnnya lebih mungkin akan mengatakan sesuatu seperti, “Oh, apa itu antek…?” Aku menyerah dan menunjukkan wajahku di depan Yukinoshita. “…aku.” Ada jeda sejenak. “Siapa itu?” “Kenapa kamu menanyakan hal yang sama seperti sebelumnya? Kita sepertinya berkenalan.” Jadi berhenti memiringkan kepalamu, sialan. Fakta bahwa wajahnya imut membutku lebih jengkel dari yang seharusnya. “Apa yang kamu lakukan di luar sini jam segini? Kamu mestinya sedang tertidur selamanya.” “Bisakah kamu berhenti mengumumkan kematianku dengan oh begitu lembutnya?” Yukinoshita mengalihkan pandangannya, yang hanya menyatakan betapa sedikitnya ketertarikannya padaku, atau pada apapun itu. Malah, dia memilih untuk menatap ke atas langit. Ketika aku mengikuti tatapannya dan melihat ke atas, seluruh langit berkelap-kelip penuh bintang.<!--which all but declared how little interest she had in me, or anyone else for that matter.--> “Kamu sedang menatap bintang?” Dibandingkan dengan di kota, kamu benar-benar dapat melihat bintang dengan jelas dari manapun di tempat ini. Bintang-bintang bersinar dengan cemerlang, karena tidak ada cahaya lain dari manapun. Kalau kamu memikirkan arti tersiratnya, aku tidak ragu bahwa para penyendiri akan bersinar saat terpisah dari orang lain. Sial, masa depanku terlalu cemerlang. “Bukan itu apa yang sedang kulakukan.” Apa, apa itu berarti dia ada di bawah ampunan langit?<ref> Referensi komik manga Sora no Manimani </ref> Atau bagaimana dengan barang langit yang hilang?<ref> Referensi Sora no Otoshimono </ref> Yukinoshita membuat helaan agak muram. “Aku bertengkar sedikit dengan Miura‐ san…” Wajahnya murung, terlihat agak depresi. Oh, jarang sekali dia yang dipermalukan. Seperti yang bisa kuduga dari Miura – bukan tanpa alasan dia dijuluki sang Ratu Api. “Aku mematahkan argumennya dalam setengah jam dan membuatnya menangis. Aku melakukan sesuatu yang sangat tidak pantas…” Sang Ratu Es terlalu kuat. Tidak perlu pembuktian lagi. Dia itu sang Raja Iblis dari Surga Keenam, sungguh.<ref> Kelihatannya ini adalah julukan yang Oda Nobunaga, daimyo yang terkenal atas kebrutalannya, buat untuk dirinya. </ref> “Jadi tentu saja, kamu akhirnya merasa tidak enak dan datang kemari.” “Benar. Aku tidak pernah terpikir dia akan menangis… Yuigahama‐san sedang menenangkannya saat ini.” Aku melihat sekilas penyesalannya. Mungkin bahkan Yukinoshita yang agung lemah terhadap air mata. Wow, lain kali aku sebaiknya tidak usah peduli apa yang orang lain pikirkan dan menangis keras-keras saja. Tidak pantas untuk dilihat. Yukinoshita menyisir rambutnya, seakan untuk memberi tanda dia sedang mengganti topiknya. “Gadis itu… kita perlu melakukan sesuatu untuknya.” “Kamu benar-benar bersusah payah untuk seorang gadis yang bahkan tidak kamu kenal.” “Selama ini kita sudah melakukan sesuatu hanya untuk orang yang tidak kenal. Aku tidak hanya memberikan pertolongan pada orang yang kukenal. <!--I don’t extend a helping hand to people I know through association.--> Lagipula… bukankah kamu rasa dia agak mirip Yuigahama‐san?” “Kamu rasa begitu?” [[Image:YahariLoveCom_v4-175.jpg|thumb|200px]] Aku tidak pernah berpikir begitu. Sebenarnya, ada seseorang di sini yang jauh lebih mirip dengannya. Yukinoshita melihat ke arahku dengan sekilas ekspresi yang kesepian di wajahnya. “Aku rasa… Yuigahama‐san mungkin pernah melalui hal seperti ini sebelumnya.” Ah, kalau dia mengatakannya seperti itu, aku bisa memahaminya. Yuigahama tidak diragukan lagi terlibat di dalam politik kelas kami. Aku tidak mau berpikir terlalu keras soal itu, tapi… aku yakin dia pernah ikut-ikutan dengan yang lain sekali atau dua kali. Dan karena itulah, dia tahu. Dia tahu perasaan bersalah tersebut. Kebaikan Yuigahama bukanlah kebaikan seorang ibu yang mengasihi. Dia bersikap seperti itu karena dia sadar dengan jelas bahwa di dalam hatinya dia adalah seorang manusia yang menjijikan, kejam dan pengecut. Meski begitu, dia mengulurkan bantuan dengan teguh atas dasar kebaikan hatinya tanpa memalingkan matanya. “Juga…” Mengalihkan matanya ke bawah, Yukinoshita menendang pelan sebutir kerikil di dekat kakinya dengan jari kakinya. “Aku ragu Hayama-kun akan berhenti menguatirkannya,” katanya setelah sekian lama. “Ya, dia memang berusaha sebisanya untuk itu, kurasa.” Dalam segi itu dia memiliki watak seorang pemimpin. Kamu bisa bilang ceritanya itu cerita seorang pemimpin di akhir zaman.<ref> Referensi Seikimatsu Leader den Takeshi. </ref>. Dia mungkin memiliki watak seorang pahlawan. Aku heran apa dia dibesarkan di manga Shonen Jump. Tidak mirip denganku yang dibesarkan dengan manja. “Bukan begitu…” kata Yukinoshita dengan tidak yakin. Saat dia berbicara, kata-katanya ditelan oleh suara hutan tersebut, meninggalkan keheningan setelahnya. “Hei, apa ada sesuatu yang terjadi antara kamu dengan Hayama?” Kamu bisa bilang bahwa Yukinoshita memiliki sikap yang tajam terhadap Hayama atau bahwa dia memperlakukannya dengan dingin. Aku dapat merasakannya pertama kali Hayama masuk ke dalam ruang klub. Selama perkemahan ini, sikapnya bahkan menjadi lebih kentara. Ketika aku menyuarakan pertanyaanku karena sedikit penasaran, Yukinoshita menjawabnya dengan sempurna dan datar seakan ini tidak ada apa-apanya. “Kami memasuki SD yang sama, itu saja. Orang tua kami juga mengenal satu sama lain. Ayahnya adalah penasehat hukum perusahaan kami. Omong-omong, ibunya seorang dokter.” Jadi si lelaki ganteng riajuu itu berasal dari keluarga yang elit, pandai dalam segala bidang olahraga dan mendapat nilai yang tinggi, juga memiliki seorang gadis cantik sebagai teman masa kecilnya. Hmph… sulit untuk mencari kata yang tepat, tapi aku masih belum menyerah padanya.<!--but I wasn’t about to roll over for him.--> Semua yang kupunya hanya wajah yang lumayan, bakat dalam berbahasa, membenci olahraga berkelompok dan adik kecil terimut di dunia. Baiklah, kita seri sekarangǃ Waktunya bagi dia untuk merasakan kekalahan. Kalau ternyata orang ini bahkan mempunyai adik, maka gawat sudah aku… aku akan kalah telak. “Tapi, berurusan dengan teman keluarga terdengar menjengkelkan juga.” “Kurasa begitu.” “Kamu membuatnya terdengar seakan itu bukan masalahmu…” “Karena itu tugas kakakku untuk muncul pada situasi-situasi publik yang kusebut. Aku bukanlah apa-apa selain cadangan.” Whoosh, angin bertiup, mendesir pucuk pepohonan. Di dalam malam yang hening tersebut, suara daun menjadi keras; seeprti mendengar suara peniti jatuh. Bahkan dengan semua suara ini, suara Yukinoshita mencapai diriku. “Meski begitu… aku senang aku datang kemari hari ini. Kupikir itu mustahil.” “Huh? Kenapa?” Aku melihat ke arah Yukinoshita, tidak paham arti dari apa yang dikatakannya. Tapi Yukinoshita menatap ke atas langit malam berbintang tersebut, tidak bergeming. Itu seakan dia sama sekali tidak mengatakan apapun. Masih terdiam, aku menunggu Yukinoshita untuk mengatakan sesuatu. Serangga bercicit tak sabar. Mungkin karena cuaca sudah semakin dingin selagi hari semakin malam, angin khas musim gugur berhembus di udara. Seakan itu aba-abanya, Yukinoshita memalingkan kepalanya ke arahku. Walaupun dia memasang senyum kecil pada wajahnya, dia tidak mengucapkan apapun. Dia tidak akan menjawab pertanyaan yang tidak pernah kutanyakan. Itulah bagaimana keheningan di antara kami tercipta. Setelah beberapa saat berlalu, Yukinoshita berdiri tegak. “Kita sebaiknya pulang sekarang.” “…oh, baiklah. Sampai jumpa nanti.” “Ya. Selamat malam.” Pada akhirnya, aku tidak pernah menanyakan lebih dari itu. Aku tidak membuat kebiasaan memaksakan pertanyaan tentang sesuatu yang tidak ingin kubicarakan. Aku rasa kami lebih baik tidak terlalu banyak mengetahui tentang satu sama lain, mempertahankan hubungan nyaman yang dibuat oleh kami sendiri. Yukinoshita berjalan melintasi jalan yang tidak diterangi tersebut dengan langkah percaya diri. Aku melihatnya segera menghilang ke dalam kegelapan. Sekarang setelah hanya aku yang tersisa, aku menatap tajam ke atas langit malam, sama dengan langit yang ditatapi Yukinoshita. Aku dengar cahaya bintang itu sebuah relik masa lalu. Karena cahaya bintang berasal dari masa lalu, cahaya tersebut melewati sebulan demi bulan dan setahun demi tahun. Cahaya dari hari yang telah berlalu tersebut meloncat ke arah kami. Semua orang adalah budak masa lalu mereka. Tidak peduli betapa besar keinginanmu untuk maju, kejadian tahun yang sudah berlalu akan membebanimu seperti cahaya bintang tersebut sesaat kamu melirik ke atas. Tak mampu tertawa ataupun menghilangkan masa lalumu, kamu membawanya tanpa henti di sudut hatimu, menunggunya untuk bangkit kembali pada saat yang tidak tepat. Begitulah keadaannya bagi Yuigahama, bagi Hayama – dan, mungkin – bagi Yukinoshita. <noinclude> {| border="1" cellpadding="5" cellspacing="0" style="margin: 1em 1em 1em 0; background: #f9f9f9; border: 1px #aaaaaa solid; padding: 0.2em; border-collapse: collapse;" |- | '''Mundur ke''' [[Oregairu (Indonesia):Jilid 4 Bab 4|Bab 4]] | '''Kembali ke''' [[Yahari Ore no Seishun Rabu Kome wa Machigatteru (Indonesia)|Halaman Utama]] | '''Lanjut ke''' [[Oregairu (Indonesia):Jilid 4 Bab 6|Bab 6]] |- |}
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube × Cursed × Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information