Editing
Hakomari (Indonesia):Jilid 2 3 Mei
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
===03 Mei (Minggu) 21:32=== Dia datang. Tidak sampai 20 menit sejak panggilan itu. Jendela pecah dan serpihannya tersebar di dalam ruangan itu. Dia memecahkan kaca dengan sepatunya dan kini berdiri di tengah ruangan dengan pakaian rumahnya. "...Kau tiba di sini dengan cepat, berarti kau sudah tahu lokasiku?" Miyazaki-kun menatapnya dari koridor tepat di depan pintu masuk dan menekankan sebuah pisau dapur kepadaku. "Kau kira susah untuk mengetahuinya? Kau jarang menelepon di tengah banyak orang. Jadi lebih mungkin kalau kau sedang ada di rumah, bukan? Lagipula tidak ada tempat lain yang terpikirkan." "Tapi bukankah masih terlalu cepat kalau hanya karena itu?" "Aku sudah tahu tempat tinggalmu tepat sejak kau ketahuan sebagai rekan [Yuuhei Ishihara]. ...Ayolah, bukankah itu sudah cukup? Lepaskan tanganmu dari Kazuki. Bukankah kau bilang sendiri kalau kau enggan melakukan pembunuhan yang berisiko tinggi? Kalau kau menusuknya, ini bukan cuma risiko lagi. Kau jelas akan dihukum atas melibatkan penganiayaan fisik atau lebih." "Diam." "Tidak perlu membuat keributan hanya karena ini tidak berjalan seperti rencanamu. Yang penting kan kau tidak diancam [Yuuhei Ishihara] lagi? Serahkan Kazuki padaku dan aku akan janji untuk mengakhiri ancaman ini!" "Itu cuma janji kosong, bukan?" Dia bersikap seolah-olah tersinggung dan tidak mendengarkan Otonashi-san. Mengapa Miyazaki-kun bersikap begitu? —itu dia, dia meningkatkan tingkat keterpurukannya. Miyazaki-kun sedang berperan sebagai musuh dan mencoba menyiapkan panggung agar pengaruh pengkhianatanku terasa lebih dahsyat. Otonashi-san akan mengalahkan sang musuh, Miyazaki-kun, dan menyelamatkanku. Tentu saja dia akan merasa lega dan senang. <u>Dan saat itulah dia akan dikhianati olehku.</u> Jadi, demi meningkatkan 'tingkat keterpurukan’, Miyazaki-kun tidak boleh bersedia melepaskanku sekarang. "Mengocehlah! Tidakkah ini cukup untuk pertemuan terakhir kalian?" "Jangan bicara yang aneh-aneh!" Tapi mengapa Otonashi-san tidak langsung menyerangnya saja? Tentu saja, pisaunya sedang ditekankan pada tenggorokanku. Tapi ini hanya ancaman yang tak berarti. Miyazaki-kun tidak akan menusukku karena (dalam sandiwara ini) dia ingin melakukan pembunuhan tanpa resiko untuk melakukan sesuatu untuk mencegah ancaman yang ditujukan padanya. "Aku sudah menilaimu sebagai seorang yang tegas dan berotak cemerlang, tahu?" Kalau dia mengatakan itu berarti dia tahu Miyazaki-kun tidak berencana untuk menusukku. Dan dia masih tidak melangkah maju. "Tenanglah, Miyazaki." Tapi memang, ia tidak bisa mengesampingkan kemungkinan aku akan ditusuk. Miyazaki-kun mungkin saja kehilangan kendali dan tidak sengaja menusukku. ......itukah alasannya? <u>Dia tidak mau bergerak karena tidak sepenuhnya yakin Miyazaki-kun tidak akan melukaiku</u>? "......" Tidak mungkin, ya. Lagipula dia tidak punya alasan untuk melindungiku sampai sebegitunya. Aku tidak tahu alasannya hingga sekarang, tapi Otonashi-san tidak bergerak. Situasi buntu. Miyazaki-kun menyodok pinggulku tanpa sepengetahuan Otonashi-san, dengan tangan kirinya. ......Aku tahu! Aku sudah menerima instruksi tentang apa yang harus dilakukan saat situasi buntu. Aku tidak ingin berperan aktif, tapi sepertinya aku tidak punya pilihan lain. Dia sudah menyuruhku untuk tidak menahan diri, karena Otonashi-san akan menyadari bahwa ini hanya sandiwara. Aku menelan ludah dan mengambil tindakan. Aku—menggigit tangan Miyazaki sekeras yang kubisa. "...Uwaa!!" Teriakan itu tidak dibuat-buat, melainkan reaksi yang pantas untuk rasa sakit. Miyazaki-kun menjatuhkan pisaunya dengan sangat natural seperti yang sudah direncanakan sebelumnya. Kami membuat pertahanannya terbuka. Otonashi-san tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Itu benar-benar terjadi dalam sepersekian detik. Sebuah ruangan berukuran enam Tatami. Sesaat kemudian, dia sudah ada di depan mata kami. Dia berlari ke arah Miyazaki-kun dan menyerudukkan kepala ke tulang hidungnya. Dia melangkah menuju celah antara Miyazaki-kun dan aku seraya mendorongnya mundur dengan menyerang dagunya saat Miyazaki-kun masih memegangi hidungnya. Kemudian dengan cepat dia memungut pisau dan melemparnya ke luar jangkauan Miyazaki-kun. "Mundurlah, Kazuki." Aku mengangguk dan melakukan seperti yang dikatakannya. Otonashi-san pun melangkah sedikit ke belakang dan mulai berbicara. "Berikan kunci untuk borgol tangan dan kakinya, Miyazaki. Akan kulepaskan kau setelah itu." "......Kau lebih lembek dari yang kukira." Miyazaki-kun berkata seraya menghentikan darah dari hidungnya dengan tangan. "Kau bisa saja memuntahiku dahulu. Dengan itu, aku harus memberikan kunci-kuncinya padamu." "...Aku tidak perlu bertindak sejauh itu." Karena kata-kata itu, aku ingat. Benar. Otonashi-san tidak suka menggunakan kekerasan. Dia bisa bertarung karena dia harus melakukannya demi «menyelamatkanku». Tapi dia tidak akan bisa memuntahi seseorang hanya untuk membuatnya menyerahkan beberapa buah kunci. Miyazaki-kun menegakkan badannya. Kemudian melompat ke arah Otonashi-san untuk meringkusnya. Tapi di saat dia menyentuhnya, tubuh Miyazaki-kun melayang di udara. "Ap---!!" Itu bukanlah akting, melainkan seruan terkejut sungguhan. Kejadian itu terjadi begitu cepat hingga dia bahkan tidak sempat melihat kekalahannya sendiri. Sungguh lemparan bahu yang menakjubkan. "Kalau kau mendekat, aku akan menghajarmu." "...Sialan, aku tidak tahu kalau kau Sabuk Hitam Judo!" "Tidak heran. Lagian aku cuma Sabuk Putih. ...Yah, aku sudah pernah mengalahkan beberapa Sabuk Hitam, sih." Setelah mengatakan itu, dia mencengkeramnya dengan [http://en.wikipedia.org/wiki/Kesa_gatame Kesa-Gatame]. "Ugh..." "Aku mendengar suara logam waktu melemparmu." Otonashi-san merogoh saku Miyazaki-kun dengan tangan kirinya yang bebas. Dia menemukan benda yang diminta dalam waktu singkat dan melemparkannya padaku. Benda bersuara logam di lantai itu adalah kunci untuk borgol tangan dan kakiku. "Kazuki, jam berapa ini? Tolong beritahu tepatnya." "...Pukul 21.39." "Jadi tidak ada masalah. Kazuki, cepat ambil ponselmu dan kabur lewat beranda. Aku akan menyusul dalam 5 menit. Sampai saat itu akan kupastikan dia tidak bisa bergerak." Miyazaki-kun cepat-cepat melirik padaku. Jangan khawatir, aku tidak akan mengikuti perintahnya. Tapi karena Kesa-Gatame itu, aku tidak bisa memborgolnya. Apa yang harus kulakukan? Aku tidak bisa memborgolnya kalau begini. Ak u menurunkan pandanganku. Dan melihat sesuatu. Yang memberiku ide. Aku mendapat ide yang bodoh, tapi hanya karena ini adalah cara yang berarti untuk mengkhianatinya. Aah, kalau kulakukan ini, jelas aku akan menjadi musuh bagi Aya Otonashi. Aku sudah memutuskan, jadi aku sudah mengira akhirnya akan seperti ini. Tapi ini terlalu buruk. Kunci-kunci itu tidak cocok. Kunci-kunci yang asli sudah ada padaku sejak awal. Aku melepaskan borgol-borgolku. Bebas dari borgol tangan, aku memungut—<u>pisau dapur yang dilemparkan Otonashi-san padaku</u>. "<u>Aya</u>." Aku mengacungkan pisau pada Otonashi-san. Dia akan langsung menyadari bahwa aku tidak punya niat untuk menikam. Tapi tidak masalah. Itu tidak mengubah fakta bahwa aku mengkhianatinya. "Lepaskan Miyazaki-kun, dengan patuh." Otonashi-san menyadari maksud dari pisau dapur itu. Dan— "Eh...?" Bukan Otonashi-san, malah aku yang tanpa sadar menaikkan suaraku. Dia membelalakkan matanya dan berhenti bernafas hanya karena aku mengarahkan pisau padanya. Aku belum pernah melihatnya begitu tanpa pertahanan. Memanfaatkan kesempatan ini, Miyazaki-kun membebaskan diri dari tahanannya. Tapi Otonashi-san tetap mematung. Aku mendekatinya dengan pisau itu, membungkukkan dan memborgolnya. Setelah membiarkan kedua tangannya terborgol tanpa perlawanan, dia akhirnya membuka mulutnya. "Apa ... maksudnya ini, Kazuki?" Dia mengatakan dengan bingung. "Apa ini... Aku tidak mengerti. Kenapa kamu mengacungkan pisau padaku...?" "Dia mengkhianatimu!" Untunglah Miyazaki-kun yang menjelaskannya. "Mengkhianati...? Tidak ada alasan untuk melakukan itu. Kazuki tidak bisa apa-apa melawan 'Sevennight in Mud' tanpaku. Dia hanya akan mengkhianatiku jika dia menyerah padamu. Tapi ini tidak mungkin sekali. Dia tidak akan pernah mengkhianat—" "Jadi ini artinya Hoshino menyerah pada kami, bukan?" "Dia...menyerah?" Secara refleks aku mengalihkan mataku saat dia memandangiku lekat-lekat. "Hu—" Suara tawa pecah dari mulut Miyazaki-kun. "Huhu, ahahahahaha! Pemandangan menyedihkan apa ini, Otonashi? Tolong hentikan! Aku punya penilaian yang relatif tinggi padamu saat bertarung tadi, tahu? Tapi lihat betapa rapuhnya kau untuk segitu syoknya cuma karena dikhianati pacarmu! Sungguh mengecewakan!" "Kazuki." Otonashi-san bahkan tidak berminat untuk melihat ke arah Miyazaki-kun, yang sedang tertawa seperti itu. Otonashi-san memandangiku sepanjang waktu. "Benarkah itu? Kamu sudah menyerah pada [Yuuhei Ishihara] seperti yang dia bilang?" "......Aku sudah menyerah!" Aku mengaku. Ketika mendengar itu, Otonashi-san menunduk, menyembunyikan wajahnya, dan mulai gemetaran. "Wuah, tunggu sebentar! Kenapa kau gemetaran? Jangan bilang kalau kau mulai menangis! Oi, oi, jangan berlebihan! Jujur saja, hentikan, ini terlalu lucu!!" Melihat hasil yang tak terduga ini, Miyazaki-kun kembali menambah tertawanya. "Ah benar, Otonashi. Kuberitahu sesuatu yang bagus! Tidak salah lagi, dia ini [Kazuki Hoshino]. Dia bukan [Yuuhei Ishihara]. Orang yang mengkhianati dan memborgolmu ini tak diragukan lagi adalah [Kazuki Hoshino]!" "......Aku tahu." Dia menjawab, dengan kepala tergantung. "Apa?" "Aku sangat sadar bahwa dia adalah [Kazuki Hoshino] dan bukan orang lain." Otonashi-san masih menunduk, namun akhirnya ia berdiri. Aku masih tidak bisa melihat wajahnya. Dia mendekatiku dengan gontai. Aku melangkah mundur dengan pisau di tanganku secara refleks karena kelakuannya yang aneh. Dia mendekatiku walau aku sedang memegang pisau sementara dia masih terikat dengan borgol. Aku mundur lebih jauh. Aku membentur tembok. Dia meninju keras-keras dinding di atas kepalaku yang menghindar dengan tangannya yang masih terborgol. "Kazuki, kamu benar-benar menyerah pada orang-orang seperti mereka?" Dia berkata dengan suara yang datar dan dalam. Aku mengangkat bahu dan dengan hati-hati mengintip dirinya. Perlahan-lahan dia mengangkat kepala. Ah, aku mengerti... dia gemetaran karena marah. "Kamu, satu-satunya yang mengalahkanku sejak aku menjadi 'box,' menyerah pada gerombolan lemah yang setengah-setengah ini, katamu? Apa kamu mau menghinaku...? Kamu mau bilang kalau aku lebih rendah dari sekelompok pecundang yang menyedihkan ini, hah...?!" Suaranya yang kedengarannya tertekan itu perlahan-lahan mengeras. "Jangan main-main denganku, sungguh, jangan main-main denganku! Jangan ucapkan omong kosong itu! Tidak mungkin kepercayaanmu akan patah begitu saja cuma gara-gara gerombolan ini...!!" Ia mengayunkan tangannya yang terikat turun. Aku refleks memejamkan mata. The wall clanged. Suara keras terdengar dari atas kepalaku. Aku pelan-pelan membuka mataku dan melihat mukanya yang geram telah memerah murka di hadapanku. "O-oi! Ada apa, Otonashi? Apa kau jadi gila karena syok dikhianati pacarmu?" "Diam kau." Dia menggerutu, dengan pandangan tetap terpancang padaku. "...Aku merasa ada yang aneh sejak menerima telepon itu. Tapi aku yakin kamu tidak akan bekerja sama dengan mereka. Karena itu aku percaya kata-kata Miyazaki. Tapi, kamu malah seperti ini... Sial! Ini bodoh sekali!" Otonashi-san melihat pisauku seakan-akan baru saja menyadarinya, dan semakin tersenyum mengejek dengan ekspresinya yang takjub. "...Ada apa dengan pisau dapur ini? Kamu mau menusukku kalau aku tidak patuh? Haha, lucu sekali. Sini, tusuk aku! Pertahananku terbuka, lho. Ayo! Ayo ayo! Kalau kamu bisa!" "Uuh..." Aku menurunkan pisauku secara naluriah. "Katakan. Kenapa kamu lakukan ini. —Katakan!" Aku menggantungkan kepalaku dan berkata, sambil menggertakkan gigi dalam keadaanku yang menyedihkan ini. "Luu-cha—kakakku dijadikan sandera. Aku tidak punya pilihan selain mematuhi mereka." "Karena hal sesepele itu..." "Ini tidak sepele! Luu-chan adalah satu-satunya—" "Kamu ini laki-laki yang siap meremukkan badanmu sendiri demi gadis yang kausayangi, ya." Aku menahan nafasku. "Tunggu dulu, Otonashi!" Otonashi-san menoleh pada Miyazaki-kun tanpa niat. "Apa? Kau tidak bisa lihat kami sedang sibuk?" "Tidak, kau tahu, tidakkah seharusnya kau menyangkal bahwa dia adalah [Kazuki Hoshino] karena dia melakukan hal seperti ini padamu? Jadi kenapa kau yakin jika orang ini adalah [Kazuki Hoshino]?" Benar, Miyazaki-kun tidak bisa mengabaikan ini. Tujuannya sejak awal adalah untuk membuatnya mencampuradukkan [Kazuki Hoshino] dan [Yuuhei Ishihara]. "Kau mengatakan hal yang aneh, tahu? Kazuki jelas adalah Kazuki. Tidak mungkin ini akan berubah." "Bagaimana kau bisa membedakan mereka!? ...ah, aku tahu. Kau sedang menghibur diri. Karena kau percaya bahwa suara yang meminta pertolongan itu milik [Kazuki Hoshino], selama ini kau mempertahankan kesalahpahaman itu dan tidak meragukannya." "Aku tahu kok, kalau suara itu milik[Yuuhei Ishihara]." Miyazaki-kun mengernyit. "Jangan bohong! Apa maksudmu kau sadar kalau itu adalah rekaman suara?" "Tidak." "Jadi bagaimana caranya kau tahu itu bukan [Kazuki Hoshino]!?" "Tentu saja aku tahu." Dia membuka mulutnya seolah dia sedang menyatakan sebuah fakta. "<u>Kazuki tidak pernah memanggilku «Aya» saat meminta bantuan</u>." "—Ah." Aku ingat. Aku ingat nama yang kusebut saat aku sedang ditimpa dan dihajar oleh Daiya, seorang diri di ruang musik. Tepatnya, dia benar! Aku tidak pernah bisa memanggilnya «Aya» saat sungguh-sungguh meminta bantuannya. Maksudku, ini adalah nama orang yang pernah kulawan. "...Jadi, beri tahu aku, mengapa kau datang untuk menyelamatkannya?" "Seperti yang tadi kau jelaskan, menyelamatkan [Yuuhei Ishihara] sama saja dengan menyelamatkan Kazuki." "...Tunggu dulu. Apa ini artinya kau memandang Kazuki Hoshino sebagai [Yuuhei Ishihara] sekarang?" "Ya, sebenarnya aku melakukannya. Tapi aku tahu kalau dia [Kazuki Hoshino] dengan melihatnya." "......Oi, oi! Kau benar-benar bohong sekarang. Nyatanya, kau tidak bisa membedakan mereka sampai sekarang, kan!" "Ini cuma soal waktu pergantiannya. Aku hanya perlu mengamati gerakan otot wajahnya sekitar tiga detik untuk melihat perbedaannya. Sekarang aku bisa mengenali Kazuki sebagai Kazuki." Dia bisa mengenali bahwa aku adalah aku? Walaupun tidak ada orang lain yang bisa? "...Hal seperti itu tidak mungkin! Jangan bohongi aku!" "Kupikir juga begitu. Kalau bukan Kazuki, mungkin aku tidak bisa membedakannya. Tapi khusus untuk Kazuki, hal itu mungkin saja." "Mengapa?!" Dia kemudian menyatakan— "<u>Karena aku telah bersama Kazuki lebih lama dari siapapun di dunia ini.</u>" Kata-kata itu terasa akrab sekali denganku, di suatu tempat, di suatu waktu. "Ah—" Suaraku tanpa sadar keluar. Aku memegang pundaknya. Dia menoleh padaku keheranan. Melihatku seperti ini, Miyazaki-kun mengernyit dan mengatakan: "Ada apa, Hoshino? Kau tentu tidak hendak melepaskan borgolnya cuma karena omong kosong yang klise itu, bukan? Kau tahu kan, apa yang akan terjadi kalau kau lakukan itu?" Untuk beberapa alasan, ancaman itu tidak mempan padaku lagi. "Umm, Otonashi-san." Kalau aku mengatakan ini, aku tidak bisa kembali lagi. Tapi aku sudah memutuskan, walaupun aku merasa bimbang. "<u>Biarkan aku menyentuh 'box'-mu.</u>"<!--Pervert!--> Keheranan di wajahnya berubah. "Kamu tidak perlu memintanya. Meskipun aku ingin, aku tidak bisa menghindar gara-gara borgolnya." Walau telah memukuli tembok tanpa takut pada pisauku, dia mengatakan itu. Dia melanjutkan kata-katanya dengan agak malu sembari tersenyum. "...kamu tinggal menyentuhnya saja." Dengan kata-katanya yang terus terang, dia mengizinkanku untuk melakukannya. Aku mengangguk pelan dan menekankan tanganku ke dadanya. "—Ah." Aku terlempar ke dasar lautan. Ini kedua kalinya aku melihat dasar lautan ini. Adegan di mana semua orang bahagia belum berubah. Namun, bohong kalau semuanya bisa bahagia di sini. Seseorang menangis di tengah-tengah mereka. Seseorang yang tahu bahwa anugerah ini hanyalah kebohongan dan tidak bisa bergabung dengan mereka. Aku sudah pernah mendengar tangisan ini. Ini melelahkan. Tidak ada oksigen di sana, jadi aku tidak bisa terus di tempat itu. Karena itukah ini terasa melelahkan? Atau ini karena aku tahu aku tidak bisa mengobati luka hatinya? Karena aku tahu aku tidak bisa apa-apa melawan kesebatangkaraannya? Aku merasakan air mata di pipiku. Seperti yang kulakukan dalam 'box' kali sebelumnya. "—Maafkan aku." Aku mengingat segala tentang dirinya. Mengapa aku berpikir bahwa dia hanya menggunakan aku sebagai umpan untuk "O"? Mengapa aku hanya berpikir she was making light of kehidupan sehari-hariku? Tidak mungkin dia melakukan hal seperti itu—dia, yang selalu mengutamakan kepentingan orang lain. Dia percaya bahwa aku akan terus berjuang melawan 'Sevennight in Mud' walau sendirian. Karena itu dia tidak mencoba menghubungiku setelah aku tidak mengangkat teleponnya. Tapi aku malah tidak bisa percaya padanya dan... mengkhianatinya. "Maafkan aku." Aku mengatakannya sekali lagi. Dia mengalihkan pandangannya, tampak agak gugup. "...Tidak, mungkin aku belum memikirkan masalah ini dengan matang. Aku seenaknya menaruh harapan yang tinggi padamu, tanpa memperkirakan kalau kamu melupakan semua yang terjadi dalam 'Rejecting Classroom'... mungkin. ......umm, aku baru sadar sekarang, jadi tolong maafkan aku." Aku menggelengkan kepalaku. Dia menengok padaku dengan lirikan. "Biar kuberitahu sesuatu yang tidak kuberitahu sebelumnya karena kupikir kamu bisa mengerti sendiri. Kazuki, kehidupan sehari-harimu tidak akan kembali. Tapi—" Dia mengembalikan tatapannya, melenturkankan sudut-sudut mulutnya sebentar dan berkata: "—<u>Kita bisa mendapatkan kembali kehidupan sehari-harimu</u>." Aah— Hanya dengan kata-kata itu, aku tidak akan pernah salah dengan kedudukanku lagi.<!-- "my place to be" is awkward. Would "my existence" or something similar work better? --> Aku adalah... aku. Aku adalah—<u>Kazuki Hoshino</u>. Aku mengambil kunci keluar dari sakuku. Aku memasukkannya pada gembok borgol-borgol itu. "...Apa yang kau lakukan, Hoshino!? Kau mengorbankan nyawa saudaramu cuma karena tergila-gila pada pacarmu?! Kau ini benar-benar mengerikan..." "Tidak. Memang, aku sudah memutuskan. Tapi bukannya aku mau mengorbankan nyawa kakakku." "Terus kenapa? Kalau kau tidak menurut, Ruka Hoshino akan terbunuh!" "Dia tidak akan terbunuh." "Mengapa kau bisa mengatakan itu?!" "Sederhana saja." Ini bukan gertakan, aku hanya menyatakan niatku. "Karena aku tidak akan membiarkanmu." Aku tidak perlu mematuhi mereka lagi. Aku tidak perlu lagi membatasi diriku dengan pilihan yang mereka siapkan untukku. Karena aku tidak akan kalah lagi saat dia ada di sisiku. Aku memutuskan untuk mempercayakan segalanya padanya. Aku memutar kunci-kunci itu. Borgol tangannya terbuka dan jatuh ke lantai. Aku meraih tangan-tangannya yang bebas. Dia menatapku, aku menatapnya. "Tolong, bantu aku—" Aku tidak akan salah lagi. Aku tidak akan salah memanggil nama ini lagi. "—<u>Maria</u>." Saat kukatakan, dia—sungguh, hanya dalam sepersekian detik— Dia tersenyum, polos, seperti gadis biasa seusianya. "Ada syaratnya." Dia kembali berbicara dengan ekspresi angkuhnya yang biasa. "Aku mungkin tidak perlu mengatakan ini secara khusus. Aku percaya kau akan mematuhinya. Bagaimanapun juga, aku juga merasa gelisah dan itu agak menyakitkanku. Jadi, biar kukatakan lagi." Aku mengangguk pelan, tanpa mengetahui niatnya. "Aku tidak akan kehilangan dirimu <!-- “ I won’t lose sight of you” ada yang tahu kata yang lebih pas ? -->. Jadi, kumohon. Kamu juga,—" Maria mengalihkan matanya sekali. Kemudian kembali melihatku dan berkata dengan jelas: "—jangan kehilangan diriku lagi." Aah... aku mengerti. Aku tidak menyadarinya hingga sekarang. Aku merasa sendirian tanpa sebab, tapi bukan hanya aku yang jadi menderita karena ini. Pada saat yang sama aku membiarkan Maria sendirian dan membuatnya menderita. Sejak 'Rejecting Classroom,' Maria selalu menjadi <u>[Aya Otonashi]</u>. <u>Dia berusaha menjadi ‘box’ itu sendiri</u>. Dirinya yang sesungguhnya, [Maria Otonashi], tidak ada di mana-mana. «Aku Aya Otonashi. Senang bertemu denganmu.» «Tapi aku tidaklah kuat.» Samar-samar aku mengingat adegan saat dia mengatakannya. Benar, akulah satu-satunya orang yang bisa memanggilnya «Maria», karena akulah satu-satunya yang menyaksikan pindah sekolahnya yang pertama. Kalau aku sampai lupa, [Maria Otonashi] akan benar-benar dilupakan oleh semua orang—mungkin bahkan oleh dirinya sendiri—dan menghilang. "Hentikan ini!" Setelah mendengar suara itu, aku melepaskan tangan Maria. "Bukankah ini menggelikan? Bersatu atau tidak, itu tidak akan mengubah apapun! Kazuki Hoshino tetap akan diambil alih dan kakaknya, Ruka, akan dibunuh. Atau mungkin kau pikir kau bisa masuk dunia imajinasi?" Miyazaki-kun mencemooh kami. "Kalian tidak bisa menang! Lagipula, [Yuuhei Ishihara] sudah membunuh dirinya sendiri. Kau tidak mungkin menemukan orang yang sudah mati! Tentu saja, kau juga tidak bisa menghancurkan 'box'-nya. Bagaimana kau mengatasi masalah ini? Ayo, katakan padaku!" Dia... benar. Sang 'owner', adik laki-laki Miyazaki-kun, sudah tidak ada lagi. Kami tidak bisa melakukan apa-apa untuk mengatasi ini. "......Aku sudah tahu siapa [Yuuhei Ishihara] sebenarnya." Miyazaki-kun membelalakkan matanya sedetik setelah mendengar kata-kata Maria, namun saat dia melihat ekspresi tidak bersemangat Maria and curled his mouth up. "Jadi? Kau menemukannya?" "...Tidak. Aku sudah mencarinya seharian, tapi tidak menemukan dia." "Huhu, bisa dimengerti. Kau tidak akan bisa menemukan orang yang sudah mati!" Miyazaki-kun menyatakannya dengan penuh kemenangan. ......Oh? Perasaan aneh apa ini? Aku merasa ada yang sangat ganjil dengan kegembiraan Miyazaki-kun. Apa...? «Sudah terlambat—kau tahu? Aku sudah tidak bisa melindungi orang yang ingin kulindungi lagi.» Dia mengatakan itu. Bahwa dia membantu menyempurnakan 'Sevennight in Mud' karena itulah satu-satunya cara untuk melindungi "dirinya." Karena «adik laki-lakinya» yang sangat berharga baginya telah meninggal. Aku mengerti. "—Itu bohong." Saat aku membisikkan itu, Miyazaki-kun langsung berpaling padaku. "Kau bilang dia sudah mati, tapi itu bohong. Kalau dipikir-pikir, hal itu jelas saja. Kau tidak akan pernah melakukan ataupun memperkenankan hal itu." "......Apa yang kau ocehkan, Hoshino? Jangan coba memutarbalikkan maknanya semaumu!" "Dia berharga bagimu, bukan?" Miyazaki-kun mengerutkan dahi saat mendengar pertanyaan yang tiba-tiba ini, namun dia mengakuinya juga. "Ya." "Kalau begitu, bukankah kau tidak akan membicarakan kematiannya sambil tertawa?" Tentu saja aku hanya berpikir bahwa hal itu aneh, jadi itu tidak dihitung sebagai bukti. Jadi, andai Miyazaki-kun menghindari pertanyaanku dengan tenang, dia mungkin saja menipuku lagi. Tapi— "Jadi, dia belum mati, ‘kan?" Namun, Miyazaki-kun tidak dapat menjawab pertanyaanku. Dia menggantungkan kepalanya. "Sebuah kebohongan memberikan harapan saat kau menyadari bahwa itu hanyalah kebohongan." Aku mengatakan kalimat itu. Dia sendiri yang pernah mengatakannya padaku. Aku melanjutkan kata-kataku saat dia mengangkat kepalanya. "Kau benar." Dia membelalakkan matanya dan membuka mulutnya. Aku terdiam saat melihatnya, tapi dia mengepalkan tinjunya, menggertakkan giginya dan memandang murka padaku. "—Si...al...!" Dia, bagaimanapun, tidak bisa melakukan apa-apa dan menundukkan pandangannya. Dia mulai berjalan terhuyung-huyung and lewat di depan kami. Dia mengulurkan tangannya ke arah meja dan mengambil ponsel. Dia mengoperasikan telepon itu tanpa suara, menekankannya pada telinganya dan mendengarkan sesuatu. "Aku tidak melakukannya tepat waktu." Bisikan itu terdengar seolah dia berbicara dengan dirinya sendiri. "Aku tidak melakukannya tepat waktu. Aku sedang mandi pada saat dia memanggilku. Jadinya, sudah sangat terlambat waktu aku menyadari pesan-suara inil." Sepertinya dia sedang mendengarkan kata-kata dalam pesan-suara. "Aku seharusnya bisa menyelamatkannya sebelum itu terjadi. Andai saja aku menyadari penderitaannya lebih awal, aku mungkin bisa mencegahnya. Tapi, aku malah tenggelam dalam kesedihanku sendiri dan tidak mendengar jeritan minta tolongnya, walau dia seharusnya adalah orang yang berharga bagiku. Inilah akibatnya." Setelah mengatakan itu, dia membuka laci yang di atas. "Aku tahu ini sudah sangat terlambat. Aku tahu aku tidak akan melakukan tepat pada waktunya lagi. Tapi tahukah kalian? Dia masih menjerit! Aku tidak ingin... mendengar jeritan itu lagi." Dia memasukkan tangannya ke dalam laci. "Aku akan menghentikan air matanya. Demi ini akan kutanggung dosa dan hukuman apa pun. Aku hanya punya penyelesaian ini! Kalau kalian punya protes, katakan saja!!" "Tentu saja kami punya." Maria menyatakannya. "Kau berhenti berpikir. Kau belum memilih apapun. Kau mencoba menutup kupingmu karena tidak ingin mendengar jeritan ini. Kau hanya menikmati derita dari pertarungan tanpa arti melawan kami." Dia menurunkan pandangannya sekilas, namun kemudian dia mengeluarkan kata-kata selanjutnya. "Kau tidak bisa menarik kembali masa lalu dengan melakukan ini." ".........Lalu, apa?" Dia menggantungkan kepalanya dan berbisik. "Kau akan menarik kembali akhir yang bergelimang mayat ini, atau apa? Kau tidak akan bisa. Aku tidak bisa mendapatkan masa depan yang cerah, bagaimanapun aku berusaha. Jadi setidaknya aku ingin mengabulkan apa yang dia harapkan. Hanya itu. Jadi—" Dia mengeluarkan tangannya dari dalam lemari. "—menyerahlah dengan patuh, sekarang!" Dia mengeluarkan sebuah stun gun. Miyazaki-kun menghambur ke arah Maria. "Maria!!" Maria menangkap tangan kanannya yang terbentang dengan cepat dan memelintirnya. Miyazaki-kun mengerang samar-samar dan menjatuhkan stun gun itu. "Ugh—" Aku memungut stun gun itu. Maria bisa saja menahannya, tapi dia tidak bisa menggunakan kekerasan lebih dari ini. Karena itu, ini adalah giliranku. Aku menerima tatapan murkanya tanpa mengalihkan pandanganku. Aku tidak akan mundur. Kalau dia menunjukkan permusuhan padaku, aku akan mengikuti permainannya. "Maaf, ya." Aku menekan kaitan stun gun ke lehernya. Miyazaki-kun mengerang dan langsung pingsan. "...Kazuki, ayo tinggalkan ruangan ini." "Baik." Namun saat aku hendak keluar dari ruangan itu, kaki kiriku dicengkeram. "—!" Aku buru-buru menoleh. Miyazaki-kun mencengkeram kaki kananku dalam keadaan pingsan. Namun dengan sedikit kekuatan dengan mudah aku menggoncangnya. Dia mengangkat kepalanya. "......Maaf." Apa...? "Maaf aku tidak bisa melakukannya tepat waktu. Maaf aku tidak menyelamatkanmu tepat pada waktunya. Aku akan jadi lebih kuat... Aku akan jadi lebih kuat untuk kita berdua... jadi kumohon, beri aku satu kesempatan lagi...!" Aah, tidak. Permohonannya yang kuat itu bukan ditujukan untukku. Aku menggigit bibir dan mengangkat kaki kananku. Dengan mudah aku melepaskan diri dari tangannya. Kemudian aku menekankan stun gun pada punggung Miyazaki-kun. "......Kau sudah tidak punya kesempatan lagi." Karena aku akan menghancurkan permohonan ini. Aku menyalakan stun gun itu. Kepalanya jatuh, tanpa suara, dan berhenti bergerak. —Maaf. Aku yakin dia mengatakan ini untuk [dia]. Tapi mungkin, permintaan maaf ini juga ditujukan untuk [aku]... tiba-tiba saja aku berpikir begitu. Aku melangkahi Miyazaki-kun dan memungut telepon selulernya. "Kazuki, apa yang kamu lakukan?" Aku memutar pesan suara itu. «...selamatkan... aku..... Tolong, Nii-san, selamatkan aku....!» Dan aku pun mengetahui identitas [Yuuhei Ishihara]. [[Image:Utsuro no Hako vol2 clock5.jpg|frame]] [[Image:Utsuro_no_Hako_vol2_pic3.jpg]] <noinclude> {| border="1" cellpadding="5" cellspacing="0" style="margin: 1em 1em 1em 0; background: #f9f9f9; border: 1px #aaaaaa solid; padding: 0.2em; border-collapse: collapse;" |- | Balik ke [[Hakomari (Indonesia):Jilid 2 2 Mei|2 Mei (Sabtu)]] | Kembali ke [[Hakomari (Indonesia)|Halaman Utama]] | Lanjut ke [[Hakomari (Indonesia):Jilid 2 4 Mei|4 Mei (Senin) Hari Hijau]] |- |} </noinclude>
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube × Cursed × Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information