Editing
Oregairu (Indonesia):Jilid 4 Bab 3
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
===3-4=== ''Orienteering'' adalah olahraga kompetitif yang dimana seseorang melintasi pos-pos yang ditetapkan dan mencapai garis ''finish'' dalam jangka waktu tertentu. Memang, itu adalah semacam olahraga. Versi asli olahraga ini, yang melibatkan seseorang berlari dengan sebuah peta dan kompas, terlihat seperti olahraga yang lumayan serius. Tapi untuk kali ini, anak SD itu melakukan ''orienteering'' rekreasi, bukan versi seriusnya. Mereka berjalan mengelilingi gunung dalam kelompok kecil, menjawab kuis pada setiap pos yang tertulis pada peta mereka, dan bersaing untuk meraih waktu terbaik dan jumlah jawaban yang benar terbanyak. Mengenang kembali, aku juga ingat melakukan hal ini. Kelompokku kesulitan dalam menjawab, berkat kebodohan mereka yang luar biasa. Aku ingat bahwa cuma aku sendiri yang tahu jawaban yang benar dan tidak ada orang yang memakai jawaban yang kubisikkan, jadi kami akhirnya bersalahan pada akhirnya dan semua orang bersikap, “Aww…” Dataran tinggi ini terasa sejuk meskipun sekarang pertengahan musim panas, dan setiap kali angin berhembus, dedaunan akan bergemersik di udara. Karena kami tidak berpartisipasi dan sebagainya, kami langsung menuju ke garis ''finish''. Saat kami melihat-lihat mencari penunjuk jalan, kami berpapasan dengan anak SD yang menempelkan kertas kecil pada dahi masing-masing dalam usaha untuk memecahkan sebuah teka teki. Mereka terlihat begitu bersenang-senang. Setiap kali Hayama dan Miura melihat anak SD, mereka meneriakkan “Semoga beruntung!” atau “Garis ''finish'' menantimu!” dan sebagainya. Mereka benar-benar memainkan peran relawan. Ketika Hayama melakukan hal semacam itu, jujur saja itu terasa wajar, tapi ketika Miura melakukannya, itu agak mengejutkan. “Hei, hei, Hayato. Aku suka anak-anak lebih dari yang kubayangkan. Bukankah anak-anak itu super imut?” …jadi itu hanya pesona “Aku imut karena aku memekik saat melihat sesuatu yang imut” biasa. Aku juga mempertimbangkan untuk mengincar pesona keimutanku, tapi karena aku seorang lelaki, aku hanya akan dicap lolicon karenanya, jadi aku menghapus pemikiran itu. Ketika Hayama dan Miura mulai terbiasa memanggil anak-anak itu, Tobe, Ebina‐ san, Totsuka dan Yuigahama juga mulai berbicara dengan mereka secara tidak langsung. Mereka begitu pandai bersosialisasi. Dan ditambah lagi, anak-anak itu langsung akrab dengan mereka pada saat mereka melihat sikap mereka. Kami sering berpapasan dengan kelompok mereka, tapi rasanya kami berjumpa dengan anak yang sama dua atau tiga kali. Karena aku tidak memperhatikannya dengan begitu cermat ataupun berbicara dengan mereka, aku tidak mengingat mereka dengan baik. Sungguh, sulit untuk membedakan anak-anak SD itu dari satu sama lain. Mereka semua sama riangnya dan sama ributnya, dan satu-satunya kesan yang mereka buat adalah mereka terlihat sedang menikmatinya. Ketika jalannya bercabang ke samping, kami berpapasan dengan sekelompok lima gadis. Mereka adalah sekelompok gadis yang teramat riang dan bersemangat. Sebagai seorang gadis, mereka mengikuti tren busana, dan mereka berbincang dengan keras dengan cara yang feminin. Aku mendapat firasat bahwa ketika gadis seperti ini memasuki SMP, mereka mungkin akan menjadi sosialita. Mereka adalah riajuu yang masih belum menetas, begitulah ungkapannya. Kelihatannya bagi gadis-gadis seperti ini, murid SMA – terutama yang menyolok seperti Hayama dan Miura – merupakan sasaran kekaguman mereka. Mereka tidak perlu diminta untuk berbicara dengan kami. Gadis-gadis tersebut mendekati kami dengan pendekatan yang nyaris terang-terangan <!--The girls approached us with an almost man‐to‐man‐like offense-->. Astaga, tidak ada yang mendekati Yukinoshita ataupun aku, seperti yang bisa kalian duga. Ketika aku mendengarkan percakapan mereka, mereka memulainya dengan sapaan, sebelum berdiskusi mengenai busana dan olahraga dan SMP dan sebagainya. Mereka melanjutkan percakapan tersebut selagi mereka berjalan bersama dengan kami, mencari-cari pos selagi mereka melakukannya. “Baiklah, kami akan membantumu untuk kali ini saja. Tapi rahasiakan ini dari yang lain, oke?” kata Hayama, membuat gadis-gadis itu untuk menyahut dengan semangat. Berbagi rahasia. Aku mendapatkan perasaan aneh bahwa ini juga salah satu teknik untuk akrab dengan orang lain. Kamu bisa bilang gadis ini memang begitu riang dan terbuka, tapi satu hal mengangguku. Sebagian besar kelompok itu semuanya sangat akrab atau sedikit terhubung ke dalam sebuah kelompok meskipun mereka dibagi-bagi ke dalam kelompok yang lebih kecil lagi, tapi aku dapat merasakan sesuatu yang tidak wajar dalam kelompok yang satu ini. Ini adalah sebuah kelompok lima orang, dan hanya ada satu gadis yang berjalan mengikuti dua langkah di belakang yang lain. Dia memiliki lengan dan kaki yang kuat, ramping dan luwes serta berambut hitam dengan sedikit corak keunguan. Dibanding dengan gadis yang lain, dia menghasilkan kesan yang agak dewasa. Pakaian femininnya juga lebih dewasa dibanding mereka di sekitarnya. Terus terang saja, aku bisa bilang dia itu sudah teramat manis. Dia gadis yang lebih menarik perhatian dibanding dengan mereka yang lain. Meski begitu, tidak ada yang terlihat begitu peduli bahwa cuma dia yang tertinggal di belakang. Tidak, mereka menyadarinya, aku yakin. Sekali-sekali, aku mendapati keempat gadis yang lain berpaling ke belakang bahu mereka dan menahan kekehan pelan pada satu sama lain. Jarak satu meter di antara mereka itu tidak terlihat tanda-tanda akan tertutup. Dari segi pengamat, mereka terlihat berada pada kelompok yang sama, bukanlah sesuatu yang tidak wajar. Tapi di dalam spektrum yang tidak dapat ditangkap mata manusia, seberkas dinding yang tak terlihat berdiri di antara mereka. Gadis itu membawa sebuah kamera digital yang digantung pada lehernya, dan terkadang dia akan meletakkan tangannya pada kamera tersebut sambil merenung dalam. Tapi dia tidak terlihat begitu berniat untuk berfoto. Kamera, huh? Kamera digital masih belum begitu lazim sewaktu aku masih SD, jadi semua orang memakai kamera dengan film sekali pakai serta lensanya, seperti ''QuickSnap'' dan kawan-kawan. Kamu harus membelinya lagi setiap kali sudah habis. Karena aku tidak punya banyak teman, aku tidak memotret banyak foto, yang berarti aku tidak akan menghabiskan dua puluh empat film yang tersedia. Sebagian besar fotoku akan menampilkan Komachi dan anjing peliharaan kami ̈(dulu). Aku akan memotret foto tersebut ketika aku pulang dari sekolah untuk menghabiskan filmnya. Hal bagus mengenai kamera digitalnya adalah kebalikannya. Tidak ada batasan berapa banyak foto yang dipotret. Gadis itu berjalan di sudut ujung belakang kelompok tersebut. Dia melihat ke arah yang berbeda dari mereka. Persis seperti pengguna ''Stand'' tertarik pada satu sama lain, penyendiri teramat ahli dalam mendeteksi penyendiri lain, kelihatannya. Keheningan berkuasa untuk sesaat. Yukinoshita menghela lembut. Kelihatannya dia juga telah menyadari ketidak-wajaran itu. Yah, itu bukanlah hal yang buruk, sungguh. Seseorang perlu merasakan kesepian setidaknya sekali atau dua kali dalam kehidupan mereka. Tidak, kamu harus merasakannya. Bayangan seseorang terikat pada orang tanpa istirahat itu jauh lebih abnormal dan mengelisahkan. Seseorang tidak punya pilihan selain mempelajari rasa kesepian. Aku yakin ada beberapa hal yang tidak dapat kamu rasakan tanpanya. Jika ada sesuatu yang kamu pelajari bersama teman, maka pasti ada juga sesuatu yang kamu pelajari tanpa teman. Sesuatu itu pastilah sama bernilainya, dua sisi pada koin yang sama. Jadi momen ini juga memberikan sesuatu yang bernilai bagi gadis ini. Dengan keyakinanku ini, aku berpura-pura tidak tahu apa-apa. Itu bukan urusanku. Tapi, kalian tahu, ada banyak orang di luar sana yang tidak berpikir demikian. “Apa kamu menemukan posnya?” panggil seseorang pada gadis itu. Dia adalah Hayama. [[Image:YahariLoveCom v4-093.jpg|thumb|200px]] “…tidak,” sahutnya dengan senyuman risih. Hayama menjawabnya dengan senyuman ramah. “Begitu ya. Kalau begitu ayo kita cari sama-sama. Siapa namamu?” “Tsurumi Rumi,” katanya dengan goyah. “Aku Hayama Hayato; senang berjumpa denganmu. Apa kamu rasa mungkin posnya tersembunyi di sana?” kata Hayama selagi dia menepuk punggung Rumi dan menunjukkan jalannya. …HAYAMA KAMU HEBAT SEKALI! “Kau lihat itu?” kataku. “Dia mulus sekali. Dia baru saja menanyakan namanya dengan santai.” “Aku melihatnya. Pencapaian yang tidak akan pernah kamu capai seumur hidupmu,” kata Yukinoshita, suaranya penuh dengan ejekan. Tapi kemudian ekspresi mencela segera muncul di wajahnya. “Walaupun aku tidak bisa menyebut itu cara yang begitu bagus untuk melakukannya.” Selagi Rumi mngikuti Hayama, dia berakhir berada tepat di tengah-tengah kelompoknya. Tapi dia tidak terlihat begitu senang. Sama seperti sebelumnya, pandangannya tidak diarahkan pada siapapun, malah menatap ke arah celah di antara pepohonan dan batu-batu kerikil pada jalan tersebut. Rumi bukan satu-satuya yang tidak terlihat begitu senang. Pada saat Rumi datang, ketegangan berkobar di dalam kelompok yang seharusnya penuh semangat itu. Keberadaannya tidak memancing rasa jijik, tapi bagi mereka dia adalah si orang itu.<!--the Other--> Mereka tidak mengabaikannya dengan menyolok. Mereka tidak terang-terangan menunjukkan perasaan mereka dengan mendecakkan lidah mereka, ataupun menendang tanah dengan frustasi. Mereka tidak menunjukkan tanda-tanda menyalahkannya karena menerobos. Tapi aku dapat mengetahuinya dari suasananya saja. Perseteruan mereka bertambah tanpa perlu kata-kata yang pedas. Itu adalah agresi tanpa kata-kata, agresi tanpa kekerasan, agresi yang pasif. Itu adalah penindasan. Yukinoshita menghela pasrah. “Itu tidak mengejutkan…” “Jadi hal semacam itu terjadi di SD juga,” kataku. Yukinoshita memandangku dari samping. “Murid SD ataupun murid SMA tidak ada bedanya. Bagaimanapun, kita semua sama-sama manusia.” Awalnya mereka mungkin membiarkannya berada di dalam lingkaran mereka, tapi sebelum kamu menyadarinya, kelompok itu sudah mengeluarkan Rumi lagi. Tidak berbicara pada siapapun dan tidak diajak berbicara oleh siapapun wajar akan berakhir dikeluarkan. Dari jauh, aku dapat melihat Rumi mengelus-elus kameranya lagi tanpa ada gangguan. Menurut petanya, sebuah penunjuk jalan ditancap di sekitar tempat ini. Kalau terdapat orang dewasa sebanyak ini mencari-carinya, kami akan segera menemukannya. Dan memang, kami menemukan penunjuk jalan yang sedikit kotor itu tertancap di balik bayang-bayang pohon. Penunjuk jalan itu juga dulunya putih, tapi setelah bertahun-tahun diterpa cuaca, warnanya sekarang secoklat teh. Selembar kertas putih cerah terpaku pada penunjuk jalan tersebut. Anak SD tersebut hanya perlu menjawab pertanyaan yang tertulis di sana. “Terima kasih banyak sekali!” gadis-gadis itu mengucapkan terima kasih pada kami dengan riang saat kami berpisah. Kelihatannya anak SD itu masih perlu mencari pos selanjutnya. Kami berpaling menuju garis ''finish'' selangkah di depan mereka. Ketika aku berpaling ke balik bahuku, Rumi menghilang ke balik bayang-bayang pepohonan, persis selangkah di belakang mereka.
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube × Cursed × Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information