Editing
Oregairu (Indonesia):Jilid 4 Bab 4
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
===4-4=== Tidak peduli bagaimanapun dia menjawab pertanyaan Hayama, akan timbul perasaan buruk. Jika dia menjawabnya dengan hangat, mereka akan berpikir, “Dia sombong sekali!” dan jika dia menjawabnya dengan dingin, mereka akan berpikir, “Ada apa dengannya? Sombong sekali!” Tidak peduli apa yang dia lakukan, dia tidak akan terlepas dari pemikiran yang negatif. Raut keterkejutan timbul pada wajah Rumi saat Hayama berbicara padanya, tapi‐ “…tidak terlalu. Aku tidak begitu suka kari,” jawabnya singkat, berpura-pura kalem, sebelum melepaskan diri dari sorotan. Dalam situasi ini, mundur adalah satu-satunya pilihan. Toh, dia tidak ada kartu atau trik yang bisa dipakai. Sebaik yang dia bisa, Rumi berpindah ke tempat yang jauh dari mata manusia. Dia pergi ke luar lingkaran manusia – yakni, pergi ke tempat aku berada. Kebetulan, Yukinoshita juga menjaga jaraknya denganku, meskipun dia berada di sisi yang sama denganku. Penyendiri tipe-angkuh memiliki zona pribadi yang lebar, belum dibilang aura mengancam Yukinoshita yang kuat mencegah orang lain untuk mendekatinya. Kamu dapat menyebutnya ciri khas dari kepribadiannya. Itu adalah, istilahnya, tersendiri. Kenapa aku membuatnya terdengar begitu dramatis? Itu hanya sebuah fakta sederhana. Rumi berdiri semeter dariku, berhenti tepat di antara Yukinoshita dan aku. Dia menjaga jarak yang cukup untuk melihat kami berdua dari sudut matanya. Hayama memandang Rumi dengan senyuman yang sedikit kuatir dan sayu di wajahnya, tapi sekejap kemudian dia kembali bersama anak SD yang lain. “Oke, semuanya, kalian sudah menyelesaikan semua tugas berat kalian, jadi kalian sudah boleh menambahkan penyedap sekarangǃ Ada yang ingin kalian tambahkan?” tanyanya. Suaranya cemerlang dan menawan, menarik semua perhatian ke arahnya. Berkat dia, tatapan dongkol yang terarah pada Rumi mendadak hilang. Anak-anak SD tersebut mengacungkan tangan mereka dengan serempak, menyarankan kopi dan paprika dan coklat dan sebagainya. “Yaaaap! Aku rasa buah cocokǃ Seperti pir dan semacamnya!” Oh, omong-omong, tadi itu Yuigahama. Kenapalah dia ikut berpartisipasi…? Seperti yang bisa kalian duga, ekspresi Hayama juga sedikit mengeras. Bukan hanya dia ikut berpartisipasi dalam permainan anak-anak, kata-katanya juga jelas menunjukkan bahwa kemampuan memasaknya adalah yang terburuk di antara mereka semua. Kembali kalem dalam sekejap, Hayama mengucapkan sesuatu. Apapun yang diucapkannya, kata-katanya membuat bahu Yuigahama terkulai dan dia berjalan dengan lemas dan lamban ke arah kami. Entah kenapa, kelihatannya dia memperlakukannya seperti pengganggu dengan sangat lembut. “Sungguh tolol…” ujarku. Suara pelan membisik untuk melanjutkan kata-kataku. “Terus terang saja, mereka semua benar-benar tolol…” kata Tsurumi Rumi dengan suara yang terdengar dingin di telingaku. Sudah kuputuskan – mulai dari sekarang julukannya adalah Rumi Rumi. Apa dia dari Nadesico? <ref> Ruri dari anime Martian Successor Nadesico dikenal dengan sikap angkuhnya dan slogannya “dasar tolol”. Julukannya adalah Ruri Ruri. </ref> “Ya, mayoritas manusia memang seperti itu. Baguslah kamu cepat memahaminya,” kataku. Rumi melihat ke arahku, dengan ekspresi bingung di wajahnya. Tatapannya juga merupakan tatapan menilai, seakan dia sedang menaksir nilai diriku, jadi itu membuatku sedikit tidak nyaman. Menyadari cara Rumi melihat ke arahku, Yukinoshita menyela. “Kamu juga bagian dari mayoritas tersebut.” “Jangan meremehkanku. Aku mempunyai talenta menabjubkan untuk menyendiri bahkan saat aku bagian dari sebuah mayoritas.” “Sungguh seperti kamu untuk membanggakan sesuatu seperti itu sampai sebegitunya. Kamu melampaui ekspektasiku. Kamu pantas menerima cemooh, bukan rasa takjub.” “Bukankah kamu biasanya menghormati seseorang kalau mereka melampaui ekspektasimu…?” Rumi mendengarkan percakapan kami dengan hening, tidak sekalipun dia tersenyum. Berjalan sedikit mendekati kami dengan segan, dia berkata pada kami. “Nama.” “Huh? Nama apa?” tanyaku balik, tidak paham apa yang dia katakan hanya dari kata ‘nama’. Sebagai balasannya, Rumi mengulangi kata-katanya dengan angkuh, menjelaskan maksudnya dengan cukup baik. “Aku sedang menanyakan namamu. Biasanya begitu kamu menafsirkannya.” “…perkenalkan dirimu dulu sebelum kamu menanyakan nama orang lain.” tatapan Yukinoshita tajam dan berbahaya. Sialnya bagi Rumi, tatapan itu mungkin tatapannya yang paling mengerikan sampai sekarang. Dia menatapnya – atau, tepatnya – dia membuat tatapan maut. Kelihatannya dia tidak berniat untuk mempertimbangkan bahwa dia sedang berbicara dengan seorang anak kecil. Malah, Yukinoshita membuat kesan yang lebih galak dari biasanya. Mungkin dia tidak begitu suka anak kecil. Tatapannya pastilah membuat Rumi takut, karena dia berpaling dengan tidak nyaman. “…Tsurumi Rumi.” Walaupun dia menguggamkan kata-kata itu dari sudut mulutnya, kamu masih bisa mendengarnya. Yukinoshita memikirkan hal yang sama denganku, kelihatannya. Setelah dia mendengar nama Rumi, dia mengangguk singkat. “Aku Yukinoshita Yukino. Orang itu… Hiki… Hikiga… Hikikatakgaya‐kun<ref> Dalam bahasa Jepang, julukannya Hikigaeru-kun. Gaeru/Kaeru dapat berarti pulang, yang tentu biasa dilakukan penyendiri seperti Hachiman. Kaeru juga dapat berarti katak. </ref>, bukan?” “Hei, dari mana kamu tahu julukanku dari kelas 4 SD? Akhirnya, mereka hanya memanggilku si Katak.” Entah kapan, aku rasa mereka berhenti menyambungkannya pada margaku dan mulai memperlakukanku seperti seekor amfibi. “Aku Hikigaya Hachiman.” Karena aku pasti akan menjadi Hikikatakgaya-san jika ini terus berlanjut, aku memperkenalkan diriku dengan benar. “Dan ini Yuigahama Yui.” Aku menunjukkan jariku pada Yuigahama, yang sekarang sudah agak dekat. “Ada apa? Kamu memanggilku?” Yuigahama menemukan kami bertiga dan sepertinya sedang menebak apa yang sedang kami lakukan. “Oh, ya, ya. Aku Yuigahama Yui. Tsurumi Rumi-chan, bukan? Senang berjumpa denganmu.” Tapi Tsurumi Rumi hanya mengangguk pada sapaan Yuigahama. Dia tidak mau melihat matanya. Selagi dia melihat kakinya, dia berkata dengan segan. “Entah kenapa, aku merasa dua orang ini berbeda. Berbeda dari mereka.” Itu sulit untuk memahaminya karena subjek kalimatnya samar, tapi mungkin maksudnya kami berdua – Yukinoshita dan aku – itu tipe manusia yang berbeda dari mereka, yakni Hayama dan kawan-kawan. Ya, kami berbeda. Kalau kamu melihat pada sekelompok manusia yang dikenal dengan “mereka”, mereka kelihatannya sedang menikmati hidup mereka dengan lomba memasak kari istimewa mereka. “Aku juga berbeda. Dari mereka,” kata Rumi, sengaja merenungkan kata-katanya seakan dengan menyatakannya keras-keras dia sedang menegaskan hal itu pada dirinya. Wajah Yuigahama berubah menjadi serius. “Apa maksudmu berbeda?” “Semua orang disekelilingku itu bocah. Ya, aku lebih baik tidak ikut-ikutan dengan mereka<!--Well, not like I was any better playing along with them-->. Jadi aku berhenti melakukan semua hal tidak berguna itu. Aku lebih baik sendirian.” “Ta-tapi.” Yuigahama terlihat kehilangan kata-kata. “Aku rasa teman dan kenangan SDmu itu penting.” “Aku tidak benar-benar perlu sesuatu seperti kenangan… saat aku masuk SMP, aku bisa berteman dengan orang yang datang dari sekolah lain.” Dia mengangkat kepalanya dengan cepat, menatap ke arah langit. Matahari akhirnya sudah terbenam dan langit, yang berwarna biru indigo seperti tinta cair, mulai menghitam. Bintang-bintang mulai berkelap-kelip satu per satu. Tatapan jauh Rumi teramat menyedihkan, tapi pada saat yang sama, tatapan tersebut menyimpan seberkas harapan yang indah. Tsurumi Rumi masih percaya; dia masih berharap. Dia bergantung pada harapan bahwa situasinya akan membaik kalau dia memasuki lingkungan yang baru. Namun harapan itu tiada artinya. “Maaf untuk mengucapkan ini, tapi hal itu tidak akan terjadi.” Orang yang mengucapkan pernyataan yang terlampau blak-blakan itu adalah Yukinoshita Yukino. Rumi menatapnya dengan getir. Yukinoshita menatap matanya. “Orang yang satu SD denganmu sekarang akan masuk ke SMP yang sama denganmu. Kalau begitu, sejarah akan terulang,” terangnya dengan dingin, tanpa berbasa-basi. “Saat itu, ‘orang yang datang dari sekolah lain’ hanya akan ikut mengucilkanmu.” Bagi mereka yang tamat dari SD negeri lokal dan melanjut ke SMP negeri, hubungan yang telah mereka jalin sampai saat itu akan terus berlanjut. Kamu harus mulai dengan semua beban yang kamu kumpulkan dari SD. Meskipun kamu menjalin teman baru, hutang masa lalumu akan menghalangimu. Masa lalumu akan disebar luaskan, dalam bentuk cerita lucu dan lelucon. Saat kamu sudah menjadi alat komunikasi yang siap sedia bagi lelaki dan perempuan itu, tamat sudah kamu. Tidak ada orang yang mengucapkan apapun. Aku tidak mampu memikirkan bantahan untuk itu. Bukan hanya aku yang tidak ada bantahan, Yuigahama juga terus terdiam dengan tidak nyaman. Tapi bahkan Rumi tidak dapat mengucapkan apapun, tidak ada satupun. “Kamu tahu sebanyak itu, bukan?” kata Yukinoshita, seakan sedang melancarkan serangan terakhirnya. Kemudian, selagi dia melirik ke arah Rumi yang terdiam, dia mengunci mulutnya dengan erat, seakan mencoba untuk menahan sesuatu. Mungkin, mungkin saja, Yukinoshita dapat melihat diri masa lalunya dalam bentuk gadis di depannya. “Sudah kuduga…” Suatu bisikan pelan yang pasrah terselip dari mulut Rumi. “Aku sudah melakukan hal yang sangat bodoh,” gugamnya untuk mengolok dirinya. “Ada apa?” tanya Yuigahama dengan lembut. “Orang dikucilkan oleh kelompok itu beberapa kali… tapi akhirnya itu akan berhenti dan kami akan berbicara padanya lagi setelah itu – semacam sebuah tren. Seseorang selalu menyarankannya dan semua orang akan ikut melakukannya.” Rumi mengatakannya dengan kalem, tapi aku merinding saat mendengar apa yang dia katakan. Ada apa dengan cerita ini? Menakutkan sekali. “Kemudian, salah satu dari gadis yang populer dan cukup suka bicara dikucilkan, dan aku menjaga jarakku darinya juga, tapi… tapi sebelum aku menyadarinya, aku selanjutnya. Aku tidak melakukan sesuatu yang salah.” Aku yakin itu terlihat seperti sebuah ide yang bagus saat itu. Tidak, mereka tidak melakukannya dengan alasan yang jelas di pikiran mereka. Mereka hanya merasakan suatu kewajiban aneh ini, seperti mereka harus melakukannya. “Itu karna aku mengucapkan banyak hal pada gadis itu, kamu tahu.” Temanmu semalam bisa mengubah rahasiamu menjadi lelucon di keesokan harinya demi membuat seseorang tertawa. Kalau kamu kelas 6 SD, kamu mungkin mencintai seseorang. Kamu akan terpancing untuk mengatakannya pada seseorang mengenai perasaan cinta yang tidak kamu kenali dan tidak dapat kamu hadapi itu. Tapi karena itu juga memalukan, kamu curhat pada seseorang yang dapat kamu percayai dalam percakapan hati-ke-hati. Aku heran kenapa orang-orang menyebarkan rumor itu setelah mengatakan, “Aku pasti akan merahasiakannya!” Apa mereka itu Klub Danchou? <ref> Trio komedian Jepang yang populer. Mengatakan “Aku pasti tidak akan ___!” dan kemudian melakukannya juga pada akhirnya adalah salah satu lelucon utama mereka. </ref> Aku mungkin bisa membicarakannya sambil tertawa sekarang, tapi pada saat itu aku berpikir tidak ada yang lebih menyakitkan lagi dari ini. Kamu meletakkan kepercayaanmu pada seseorang dan mencurahkan rahasiamu, tapi cepat atau lambat itu akan kembali menghantuimu. Tidak ada yang namanya manusia yang dicap orang jahat di dunia ini. Dalam kondisi normal, semua itu kurang lebih baik, atau, setidaknya, biasa-biasa saja. Tapi pancing saja mereka, dan mereka bisa tiba-tiba berubah. Itulah apa yang menakutkan dari manusia. Kamu harus terus waspada. Tiba-tiba, kutipan itu muncul dalam benakku. Tidak ada orang yang jahat sejak lahir. Semua orang mempercayai hal itu, termasuk diriku. Aku tidak meragukan bahwa kebajikan itu ada. Namun manusia menunjukkan watak aslinya ketika kelihatannya mereka bisa meraup keuntungan. Manusia akan mencari alasan atas tingkah laku mereka setiap kali mereka dinodai kejahatan; mereka sebenarnya tidak jahar. Untuk mempertahankan harga diri mereka yang sinting, dunia ini menjadi sinting. Seseorang yang kamu puji “keren” sampai semalam menjadi “sombong” hari ini; seseorang yang kamu hormati sebagai seseorang yang “pintar dan penuh wawasan” sekarang diolok sebagai seseorang yang “meremehkan murid yang kurang pandai”, dan “penuh semangat” menjadi “menjengkelkan dan terlampau terbawa suasana”. Untuk menghukum kriminalitas di sebuah dunia yang sinting, manusia menghunuskan pedang keadilan. Karena mereka tidak bisa menghakimi diri mereka sendiri, mereka bergabung dengan sesama. Mereka membahas tentang amoralitas dan dosa seakan memang sewajarnya demikian, dan mereka akan membersihkan peradaban atas rasa keadilan mereka. Mereka membesar-besarkan masalah kecil. Kalau itu bukan penipuan, dinamakan apa itu? Di dalam dunia yang tertutup itu, kamu akan merinding dengan rasa tidak enak pada pemikiran kamu korban selanjutnya. Jadi sebelum itu dapat terjadi, kamu mencari kambing hitam. Dan kemudian siklusnya terus berlanjut. Siklus itu tidak pernah berhenti. Apa artinya membangun tali pertemanan kalau kamu akan dikorbankan demi martabat orang lain? “Aku heran apa… ini akan terjadi juga saat SMP,” Rumi terisak, suaranya bergetar. Sebuah teriakan kesenangan dapat terdengar, seakan menutupi suaranya. Suara itu bahkan tidak sampai sepuluh meter jauhnya, tapi dari sudut pandangku, itu terdengar seperti suara dari suatu tempat aneh yang jauh di sana.
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube × Cursed × Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information