Editing
Oregairu (Indonesia):Jilid 6 Bab 7
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
===7-4=== Pintu ruang kelas ditutup setiap kali tidak ada pertunjukkan. Sepertinya menjadi resepsionis juga berarti menjadi penjaga rumah karena aku sedang duduk di kursi di depan kelas kami sementara teman sekelasku beristirahat atau mengunjungi atraksi kelas yang lain. Besok, aku harus pergi berkeliling sekolah sebagai tugas asisten dokumentasi di panitia komite, jadi cuma hari ini aku bisa berpartisipasi di dalam kelas. Karena tidak bisa berkontribusi terhadap persiapan awal kelas dan jadwal besok juga sudah penuh, cukup adil bagiku untuk tetap di sini sepanjang hari. Malah, aku ingin berterima kasih pada teman sekelasku karena mereka telah bersusah payah mempersiapkan dan mengesahkan pekerjaan ini padaku sebagai bentuk dalam partisipasi kelas. Yah, orang-orang yang penuh perhatian seperti ''itu'' ada banyak sekali. Aku mungkin tahu siapa yang mengagaskan ide tersebut. “Kerja bagus.” ''Bruk'', sebuah kantong plastik diletakkan di atas meja. Aku mendongak dan melihat Yuigahama. Dia menarik sebuah kursi lipat yang tersandar di dinding, membuka lipatannya, dan menghempaskan dirinya ke atas kursi sambil berseru "oomph". ''Kamu itu nenek-nenek ya?'' “Jadi, bagaimana?” “Kurasa cukup bagus. Setidaknya para penonton terlihat menyukainya." Mengesampingkan fakta bahwa itu tidak bisa benar-benar dianggap sebagai sebuah drama, pertunjukkan itu cukup baik dalam memancing perasaan para penontonnya. Visi super produser Ebina-san masih menjadi sebuah misteri bagiku, tapi aku rasa pertunjukkan itu cukup baik dalam memberikan hiburan yang lebih berfokus pada humor, seperti yang digagas oleh Tobe. Tidak ada sesuatu yang benar-benar bisa dikeluhkan, apalagi karena ini adalah sesuatu yang dihasilkan pada festival budaya anak SMA. Membuat orang-orang dengan lingkaran sosial yang luas seperti Hayama, Tobe, dan Oooka sebagai bagian dari pemeran bukanlah sebuah tindakan pilih kasih, karena menurutku mereka mampu untuk memaksimalkan keseruan di dalam lingkaran sosial mereka masing-masing. Melihat orang yang kamu kenal memainkan karakter yang lain, dan kemudian, melihat orang tersebut sesekali memancarkan sifat biasanya itu sejenis keseruan yang berbeda yang bisa mereka buat dibandingkan dengan hiburan biasa. Jika dipikir seperti itu, musikal ini bisa dianggap lumayan bagus. Terutama karena Totsuka begitu imut. “Ya, karena semua orang banting tulang mengerjakannya,” kata Yuigahama sembari dia merenggangkan badannya dan menekuk punggungnya ke belakang dan mengerang "Hnnǃ". Nada emosionalnya menyampaikan semua masalah yang harus mereka hadapi sampai hari ini. ''Kalian semua hebat sekali, sungguh... Omong-omong, kalau kamu merenganggkan badan sambil mengenakan T-shirt, perhatianku jadi tertarik pada belahan dada dan pusarmu, jadi tolong hentikan.'' “Ya, aku tahu. Aku yakin mereka semua bekerja keras. Tapi aku tidak ada di sana jadi aku tidak tahu pasti." “Duh, kamu kan bergabung ke panitia komite. Te-terus... apa kamu sama sekali tidak masalah dikucilkan saat kita membentuk lingkaran tadi?" Yuigahama menekan kedua jari telunjuk mereka bersama dan mendongak ke arahku. Ini adalah salah satu kebiasaannya setiap kali dia menanyakan sesuatu yang sensitif. Dia menguatirkan sesuatu yang tidak penting lagi. “Tidak, tidak begitu. Lagipula, aku juga tidak melakukan apa-apa, jadi agak aneh kalau aku juga ikut." Itu tidak mengubah fakta bahwa dia sedang merasa prihatin denganku, jadi aku menjawabnya dengan jujur yang cukup jarang bagiku. Yuigahama menghela dengan senyuman pasrah. "...Aku tahu kamu pasti bilang begitu." “Huh, kok bisa…?” ''Agak sedikit memalukan kalau kamu tahu apa yang akan aku katakan, jadi tolong hentikan.'' Yuigahama bersandar pada sandaran kursinya dan suara deriknya menyerupai suara tawa yang malu-malu. “Duh. Maksudku, kamu begitu serius untuk hal-hal teraneh. Aku bisa mengetahuinya dengan melihatimu." “Apa, kamu sedang melihatiku…?” Kursi itu kemudian berderik kaget. Ketika aku melihatnya, Yuigahama sudah setengah berdiri dan melambai-lambaikan tangannya di depan dadanya. "Ah, cuma bercanda. Lupakan yang kubilang barusan. Aku sama sekali tidak melihatimu. Maksudku aku ''sering'' melihati yang lain." “Uh, tidak masalah juga kalau kamu melihatku..." Aku menggaruk kepalaku sambil menyahut. Kami berdua terdiam. Kemudian, suara dari dua kelas tetangga semakin bertambah keras. Kelihatannya kelas 2-E dan 2-G sukses besar. Terutama kelas 2-E. Mereka membuat semacam wahana jet coaster dan ada antrian yang panjang di sana. Orang yang tidak sanggup menahan antrian yang panjang itu mulai mengeluh dan siswa kelas 2-E tampak bingung bagaimana mengatasinya. Anehnya, antrian biasanya akan memancing lebih banyak antrian. Hal ini tidak cuma terbatas pada antrian. Barang-barang yang terjual akan semakin banyak terjual. Fakta bahwa barang itu terjual berperan juga sebagai iklan yang menyebabkan semakin tinggi angka penjualan barang tersebut. Tidak terkecuali situasi kelas 2-E melihat ekor antrian yang semakin memanjang. “Wow, itu terlihat sulit," seru Yuigahama. “Situasinya akan semakin tidak terkendali jika dibiarkan terus, kan?" Dari apa yang bisa kulihat, kelas 2-E tidak memiliki cukup tenaga sehingga mereka tidak bisa cukup cepat memproses antrian tersebut. Hanya tinggal menunggu waktu sampai lorong itu penuh sesak. Pada saat itulah. ''Priiiiiiit—'' terdengar suara yang melengking. Aku melirik ke arah suara tersebut dan menemukan Meguri-senpai. “Semuanya, ayo atasi," kata Meguri-senpai meskipun tidak ada orang di sekitarnya. Tiba-tiba, anggota OSIS yang lain bermunculan. Mereka segera mengatur antrian tersebut dan memindahkan sisa-sisa orang yang ada di belakang ke tempat lain. ''Kalian itu staf di Komiket ya?'' “Apakah ada ketua kelas 2-E di sini?" Yukinoshita juga ada di antara para OSIS. Dia segera memanggil ketua kelas, mendengarkan situasinya, dan memaparkan bagaimana cara menangani situasi tersebut. “Yukinon keren sekali…” “Ya. Tapi orang dari kelas 2-E itu tampak amat ketakutan…” Bagi kami, Yukinoshita sedang bersikap seperti dirinya yang biasa, tapi bagi orang yang tidak mengenalnya dengan baik, aura dinginnya yang intens amat menakutkan. “Tapi dia tampak jauh lebih baik sekarang." “…Itu benar.” Yukinoshita menghela kecil setelah menyelesaikan paparan mengenai langkah-langkah pencegahan dengan ketua kelas tersebut. Ketika dia mengangkat wajahnya, tatapannya terarah padaku untuk sesaat. Tapi dia segera memalingkan pandangannya dan berjalan pergi. Mungkin ada tugas lain yang perlu dia urus. Selagi kami melihatnya pergi, aku berbicara pada Yuigahama yang duduk di sampingku, "Hei, boleh aku bertanya sesuatu?" “Hm? Tanya apa?” Yuigahama menyandarkan dagunya pada kedua tangannya di atas meja dan menjawab tanpa berpaling. “Ketika kita pergi ke tempat Yukinoshita kemarin, apa kalian ada membicarakan sesuatu?" tanyaku. Yuigahama bergumam sambil berpikir dan kemudian berkata, "Tidak ada sama sekali." “Huh?” Aku meminta penjelasan dengan bahasa isyarat. Yuigahama kemudian menceritakan kelanjutan hari itu. "Ini ketika kamu sudah pulang, Hikki. Kami lapar, jadi kami makan malam bersama. Lalu kami menonton beberapa DVD. Setelah itu, aku pulang... Jadi aku tidak menanyakan apapun yang ingin kamu tahu padanya, Hikki.” Kalimat terakhirnya tersebut nyaris seakan dia sedang menolak untuk menceritakannya. “…Yah, sebenarnya juga tidak ada yang ingin kuketahui.” “Sungguh? Tapi aku ingin mengetahui beberapa hal." “Huh? Jadi kenapa—“ ''—kamu tidak menanyakannya?'' Aku mencoba bertanya, tapi ketika aku melihat mimik wajah Yuigahama, suaraku pudar. Ekspresinya selagi dia melihat Yukinoshita yang berjalan melewati belokan lorong tampak begitu tulus sampai aku ragu untuk melanjutkan kata-kataku. “Aku akan menunggu Yukinon. Aku rasa dia sedang berusaha sebisanya untuk berbicara dengan kita dan lebih dekat dengan kita... Itulah kenapa aku akan menunggunya." Itu adalah jawaban yang bisa kamu duga dari Yuigahama. Yuigahama pasti akan menunggu. Itu karena selama ini dia telah berusaha untuk lebih dekat. Yukinoshita sepenuhnya memahami hal ini dan itulah kenapa dia sedang berusaha untuk membalasnya dengan mencoba untuk juga ikut melangkah maju. “Tapi aku tidak akan menunggu orang yang tidak akan kemana-mana." “Huh? Yah benar juga, tidak ada gunanya menunggu orang seperti itu." Yuigahama tersenyum tipis. Sambil memegangi pipinya dengan kedua tangan, dia memutar sedikit badannya ke arahku. Di depan kelas yang sedang bersantai, arus lalu lalang orang meningkat. Para murid berjalan kesana kemari di lorong ini, menuju ke tempat tujuan mereka yang selanjutnya atau mencoba untuk menarik lebih banyak pengunjung. Keramaian ini tidak perlu membeda-bedakan siapapun baik setiap orang yang sedang bergegas maupun kami. Keramaian itu menyatu dengan latar belakang, menjadi bagian dari suara-suara di sekitar kami. Itulah kenapa aku bisa mendengar suaranya dengan begitu jelas, suara yang jauh lebih menenangkan dan dewasa dibanding biasanya. “Bukan begitu. Aku tidak akan menunggu... tapi aku yang akan mengejarnya.” Jantungku melompat. Rasa nyerinya terasa seperti akan mengoyakku dari dalam. Ketika aku melihat mata Yuigahama yang berkaca-kaca, itu membuatku ingin berpikir mengenai makna dari kata-kata tersebut. Tapi kalau aku memikirkannya, aku akan tiba ke jalan buntu. Dan akhirnya, aku mungkin akan keliru. Sampai sejauh ini aku sudah banyak keliru mengenai banyak hal. Tapi kali ini, aku tidak mau keliru, aku pasti tidak mau keliru. Itulah kenapa aku tidak memiliki kata-kata yang diperlukan untuk menjawabnya pada saat ini. “Iyakah…” “Uh huh, iya.” Aku memberikan jawaban yang tidak berarti dan tidak jelas dan Yuigahama membalasnya dengan senyuman yang malu-malu. Senyuman malu-malu tersebut memberitahuku bahwa pembahasan ini sudah selesai. Kami berdua menghela kecil dan memalingkan pandangan kami. Pada saat itulah mataku melihat kantong plastik yang bersandar di atas meja. “Omong-omong, itu kantong apa?" “Oh, aku lupa. Kamu belum makan siang, kan?" Dia meraih-raih ke dalam kantong tersebut dan mengeluarkan sebuah kotak kertas. Dia kemudian mengeluarkan sesuatu dari kotak tersebut. ''Huh. Itu matryoshka<ref>Boneka khas Rusia yang dapat diisi dengan boneka-boneka yang lebih kecil.</ref> yang agak aneh.'' pikirku, tapi kelihatannya itu benda yang lain. Itu sepertinya, roti atau sejenisnya. Sebuah roti yang tembem dan berbentuk persegi panjang. Roti itu dilumuri dengan krim kocok, dihias dengan sirup coklat dan meses coklat beraneka warna. Tapi ini pada dasarnya sebuah roti. Roti persegi panjang yang tembem. Dilihat lagi, ini ''cuma'' roti. Kue? Lebih cocok dibilang roti. Tapi dengan bangga Yuigahama mengangkat roti dengan krim kocok tersebut SIAP DISAJIKAN. But Yuigahama proudly lifted up that loaf of bread ON THE FRESH CREAM[^5]. “Tada! Hanitō <ref>Makanan penutup khas Jepang. Roti dan kulitnya dipisah, roti putihnya dipotong jadi kubus lalu roti beserta kulitnya dilumuri campuran mentega dan madu. Kemudian dipanggang. Kemudian disusun kembali dalam bentuk kotak dan sembari diberi hiasan berupa krim, coklat, dst sesuai selera. [https://en.wikipedia.org/wiki/Honey_toast Coba dilihat, kelihatan lezat sekali. ]</ref>!” …Ooh, jadi ini hanitō yang super terkenal di "Pasela, Karaoke Favorit Semua Orang" itu... Ini menu kolaborasinya atau apa ya? Apa aku salah? Bukan kolaborasi? Apa kita tidak akan mendapat minuman dan tatakan gelas yang dibuat khusus buat kami?<ref>Karaoke Pasela berkolaborasi dengan anime Fantasista Doll di tahun 2013. Terdapat minuman, hanitō dan tatakan gelas bertemakan anime tersebut.</ref> Aku juga suka Karatetsu<ref>Karaoke no Tetsujin. Salah satu tempat karaoke di Jepang.</ref>! Aku melihatinya dengan tatapan yang sedikit menggebu-gebu. Mungkin karena itulah Yuigahama berkata dengan jengkel, "Itu biasa saja. Ada menu ini juga di Pasela Chiba." “Uh, kamu tahu aku tidak sering pergi karaoke." ''Tapi di tangan seorang amatiran, kualitas seperti inilah yang bisa kamu harapkan dari hanitō. Tentu saja, koki profesional bisa membuatnya lebih otentik. Maksudku, kalau ini mah cuma roti doang. Tidak bisakah mereka lebih berusaha sedikit untuk membuatnya terlihat tidak seperti roti? Ini jelas sekali roti. Roti yang sebenar-benarnya.'' “Yoink,” Yuigahama secara tak terduga berseru dengan semangat saat dia membagi makanannya dan menaruhnya pada piring kertas. Jadi kamu melakukannya dengan tangan kosong... Yah, tidak masalah juga. Aku menerima seporsi hanitō yang sudah dipotong itu. “Enak sekali!” Yuigahama melahap makanannya sampai mulutnya penuh, mengunyah sampai membuat krimnya terlumur pada wajahnya. Dia pasti pecinta manis. Dia terlihat cukup senang. Saat aku melihat ekspresinya, aku mulai merasa bahwa aku sendiri mungkin juga akan menyukai hanitō ini. Aku mengambil sepotong ke dalam mulutku dengan antusias. ''…Roti ini keras sekali... Madunya bahkan belum meresap sampai ke dalam.'' Krim kocoknya tidak cukup banyak, jadi di tengah kunyahanku menjadi terasa seperti sedang dihukum perlahan-lahan... Selera Yuigahama untuk memilih ini sebagai makan siang cukup berbahaya juga. Tapi orang yang dimaksud terlihat puas. Apa ada sesuatu yang enak di roti ini? “Krimnya enak sekali!” ''Hei... Tunggu dulu... memang hanitō itu perlu krim kocok ya? Dan kamu juga mencuri sebagian krimnya dari porsiku, kan?'' Aku berpikir untuk merepetinya, tapi aku menahan diriku karena Yuigahama terlihat sangat menikmatinya. Kami menyelesaikan makanan kami dengan teh, sebagai penutup. ''…Hmm, yah. Kurasa enak, mungkin?'' Yuigahama menyelesaikan makanannya dan menyeka krim di mulutnya dengan tisu. Bibirnya berkilau. Cahaya matahari yang terpantul dari bibirnya sangat menyilaukan. Sehingga aku jadi memalingkan pandanganku. Hanitō ini cukup besar meskipun untuk kami berdua. Yah, tapi itu memang ''sepapan'' roti... Berarti harganya pasti mahal. Itu bukan seperti sandwich. “Oh ya, berapa jadinya?" tanyaku sambil mengeluarkan dompetku. Yuigahama menghentikanku. “Tidak usah. Itu tidak seberapa." “Tidak, jangan begitu.” “Aku bilang tidak usah!” Yuigahama menolak dengan keras kepala. Kalau begitu terus, ini tidak akan selesai-selesai... “Aku memang berniat untuk diberi nafkah, tapi aku tidak akan menerima sumbangan!" “Apa-apaan dengan harga diri anehmu itu!?" Yuigahama mengerang dan berpikir untuk beberapa saat. Dia kemudian berbisik pelan, "Astaga. Kamu menjengkelkan sekali, Hikki... Ya sudah. Kalau begitu lain kali kamu traktir aku hanitō, bagaimana...? Hmm, di Pasela Chiba." “Kamu juga sudah memilih tempatnya...?" tuturku dengan getir, tapi bahkan aku juga mengerti maksud di baliknya. Karena itu, aku mendapati diriku sekali lagi memperhitungkan jarakku dengan Yuigahama. Aku sungguh berpikir bahwa kami sudah semakin dekat dibanding sebelumnya. Aku tidak se-parah itu sampai aku akan terus menyangkal fakta tersebut. Sama juga dengan formulir yang kemarin. Kalau cuma untuk mengisinya saja, aku sebenarnya bisa meminta bantuan siapa saja. Tapi aku malah sengaja mencari Yuigahama dan bahkan mengandalkan dirinya. ''Aku'' yang mengizinkan hal tersebut. Sangat mudah sekali untuk mengandalkan Yuigahama. Namun. Itulah persisnya kenapa aku perlu terus menahan diriku. Untuk meletakkan kepercayaan begitu saja pada seseorang itu merupakan suatu ketergantungan. Aku tidak boleh mengandalkan kebaikan hati Yuigahama. Aku tidak boleh membiarkan niat baik Yuigahama memanjakanku. Kebaikannya adalah sesuatu yang telah menciptakan memori yang menyakitkan, membuatmu kuatir dan menderita karenanya, dan memerasmu sampai habis karenanya. Dan aku tahu semua itu. Itulah kenapa aku tidak bisa percaya padanya semudah itu. Jika ada suatu kemungkinan kecil bahwa semua ini bukan karena kebaikannya atau niat baiknya, tapi karena suatu perasaan yang jauh lebih berbeda, maka aku harus jauh lebih berhati-hati. Karena itu artinya memperalat kelemahan seseorang. Perasaan harus dikendalikan dengan baik. Jarak yang sesuai harus dipertahankan. ''——Jadi apakah aku boleh untuk setidaknya melangkah selangkah lagi?'' Festival budaya adalah sebuah festival. Sebuah festival itu luar biasa. Rasa luar biasa itulah yang membuat keputusan yang kamu ambil lebih aneh dari biasanya. Tapi yah, aku yakin bahkan diriku akan membuat keputusan yang salah, setidaknya untuk hari ini. “…Boleh kita pilih tempat yang lain?" “Uh huh, tentu,” Yuigahama tersenyum. "Jadi kapan kita pergi?" Ada suatu intensitas aneh di balik senyumannya. “U-Um, Maafkan aku. Boleh beri aku sedikit waktu lagi untuk memikirkannya...?" Aku mendapati diriku berbicara dengan sopan. Yuigahama menyahuti jawabanku dengan helaan yang enggan. Festival budaya ini hanya tinggal satu hari lagi. Namun, sudah pasti, akhirnya akan tiba. Jam yang terus berdetak detik demi detik menandakan bahwa bahkan momen ini, juga akhirnya akan berakhir. {| border="1" cellpadding="5" cellspacing="0" style="margin: 1em 1em 1em 0; background: #f9f9f9; border: 1px #aaaaaa solid; padding: 0.2em; border-collapse: collapse;" |- | Mundur ke [[Oregairu (Indonesia):Jilid 6 Bab 6| Bab 6]] | Kembali ke [[Yahari Ore no Seishun Rabu Kome wa Machigatteru (Indonesia)|Halaman Utama]] | Lanjut ke [[Oregairu (Indonesia):Jilid 6 Bab 8| Bab 8]] |- |}
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube × Cursed × Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information