Editing
Oregairu (Indonesia):Jilid 10 Bab 1
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
==5== Kami kembali ke jalan utama kuil tempat kami datang tadi, melewati gerbang batu, dan pergi ke samping Rute Nasional. Angin yang membekukan tertiup dari Rute Nasional yang lebar itu. Badanku bergetar karena merespon dingin dan Komachi dan aku mengatur-atur kerah kami. Beda sendiri, Yukinosita tidak terlihat lemah terhadap dingin dan hanya mengatur syal di lehernya. Komachi menyentak lengan baju Yukinoshita. “Yukino-san, ayo kita pulang sama-sama!” “...Kayaknya begitu.” Yukinoshita terlihat agak ragu pertamanya, tapi kemudian ia menjawabnya dengan senyuman. Yah, sebenarnya tak benar-benar perlu untuk berpisah kalau arah kami pulang sama saja. Jalan yang terbentang dari sini ke stasiun adalah distrik perbelanjaan dan kerena kepadatan para pembeli di kunjungan kuil mereka, ada beberapa kedai kecil yang didirikan di sisi jalan, energi tumit-ke-tumit dengan bagian dalam kuil. Komachi dan Yukinoshita mengobrol tentang banyak hal seperti tes-tes dan hal yang mereka lakukan saat liburan musim dingin. Saat kami sampai ke depan gerbang tiket stasiun, dengan menghabiskan waktu berjalan-jalan di jalan yang sedikit miring, Komachi tiba-tiba berhenti. “Uh oh! A-Astaga! Aku beneran lupa beli jimat keberuntungan! Malunya! Aku malah lupa nulis sesuatu di lembaran kayu juga, jadi aku akan lari ke sana cepat-cepat! Jadi, Yukino-san, aku akan pergi sekarang!” “Ah, mungkin aku mau beli jimat juga,” kataku. Komachi kemudian melihatku dengan mata setengah tertutup. “Onii-chan, ngomong apa sih kau? Oni-sampah bodoh! Nincompoop! Hachiman! Nggak papa, jadi kalian pulang duluan aja!” “B-Baiklah... Nggak, tunggu dulu. Hachiman bukanlah ejekan.” Aku menjawab balik, tapi kata-kataku tak sampai kepada Komachi karena ia sudah lari jauh. Ayolah, kau membuatku kikuk dengan beraksi secepat itu. Harus ngapain ya... Karena aku tak tahu harus bagaimana karena Komachi, aku akan menamakan fenomena ini, “Harus ngapaKomachi...” Oooohkawan, harus ngapaKomachi? Aku memandang ke arah Yukinoshita dengan bertanya-tanyga apa yang harus kami lakukan dan bahunya pun bergetar dengan muka menghadap ke arah lain. “Apa...?” Aku bertanya. Yukinoshita berdesah ringan dan mengatur nafasnya. Kemudian, seperti berbisik dengan mulutnya, ia berkata dengan suara lirih, “Bodoh, nincompoop, Hachiman...” ''Kayaknya kosakata ejekannya udah ditambahin kata-kata baru...'' Aku memandangnya dengan tatapan ragu dan kaku, dan Yukinoshita mengalihkannya dengan membersihkan tenggorokannya. “Nggak, nggak papa. Aku cuma merasa kalian akrab sekali.” Ia mengatakannya sembari tersenyum lembut, dengan cepat menghadap ke depan, dan melewati gerbang tiket. Aku melakukan hal yang sama setelahnya dan naik tangga ke luar gerbong. Seperti biasa, tempat itu penuh dengan orang-orang. Kelihatannya saat ini adalah saat di mana jumlah orang yang ingin pulang ke rumah setelah kunjungan mereka paling banyak. Kami menaiki kereta setelah kedatangannya dan tempat duduk pun dengan cepat terduduki seluruhnya, membuat kami harus berdiri tegap. Yah, hanya dua stasiun saja. Kami bisa saja kelelahan, tapi kami sepertinya bisa menahannya selama itu. Kereta ini bergetar saat ia meninggalkan stasiun. Aku tersentak ke depan karena gerakannya dan dengan panik aku meraih sandaran gantung. Saat aku melakukannya, aku bisa merasakan ada yang menggenggam ujung jaketku. Aku melirik sejenak dan tangan yang putih, dan kecil itu menggenggam hemku. Karena hal itu, aku menggenggam sandaran gantung lebih keras dengan tanganku dan menegakkan kakiku yang gemetaran. Getaran dari kereta yang meluncur, angin yang mengetuk-ngetuk jendela, dan suara-suara dari para penumpang mengisi penuh keseluruhan kereta. Walaupun begitu, saat kereta ini berguncang, suara hembusan nafas berat dari kananku sampai ke telingaku. ''...Yah, sesak sekali, dan bergetar-getar. Nggak masalah.'' Kami tidak mengobrol satu sama lain meskipun kami sama-sama dekat, dan kedua mataku secara normal beralih-alih menuju iklan-iklan dan pengumuman-pengumuman di atas jendela. Di antara itu, ada satu peta rute kereta. Keraguan dengan cepat kurasakan saat aku melihat ke arahnya. “Oh iya, kau nggak papa ke arah sini?” Aku menanyakannya. Yukinoshita tak memandang ke mana-mana dan memiringkan kepalanya. “Jalan ke rumahku sepertinya sebentar lagi sampai, jadi aku rasa arah sini nggak papa aja...” [[File:Yahari-10-1-b.JPG]] Ia menaruh tangannya ke bawah dagunya sembari berkata hal tersebut dan memeriksa peta rutenya pula. Tak terlalu yakin, huh? Yah, “arah” kan kata-kata ambigu... “Bukan itu, aku cuma merasa kalau ini kan Tahun Baru dan lain hal, aku bertanya-tanya ada apa sih dengan keluargamu atau apalah.” “Ahh, itu maksudnya... Aku nggak pulang ke rumah tahun ini. Aku nggak ada urusan apa-apa di sana, dan agak menyebalkan, jadi...” “Begitu ya.” Aku tak tahu detil pasti dari hubungan Yukinoshita dan keluarganya. Aku membalasnya, tak yakin seberapa jauh aku bisa berkata-kata dan menanyakannya tentang hal itu. Sepertinya kegelisahan tergambar di mukaku, karena Yukinoshita tiba-tiba tersenyum. “Nggak terlalu penting kok. Mereka banyak yang harus dilakukan saat Tahun Baru, juga. Kalau aku pulang, akan ada perasaan nggak nyaman dari kami berdua, jadi aku cuma mengelak dari hubungan yang nggak diperlukan.” “Dan juga,” kata Yukinoshita, melanjutkannya. “Nggak ada banyak perbedaan walaupun aku di sana.” Ia melihat ke luar jendela, memandangi pemandangan yang secara beruntun berganti-ganti. “Bukan masalah kalau gitu, ya kan?” “Eh?” Ekspresinya saat kepalanya berputar ke arahku ada sedikit keterkejutan di sana. “Kalau nggak ada bedanya kalau kau di sana, jadinya buatmu malah lebih gampang. Kau juga nggak usah khawatir jadi gangguan buat siapapun. Lagipula, di dunia ini, ada orang-orang yang menghancurkan suasana cuma dengan berada di sana.” “Apa kamu tadi barusan mengenalkan dirimu?” Yukinoshita tertawa kecil, menunjukkan senyum usilnya. “Ya, ya benar. Makanya, sampai hari ini, aku sudah mengatur-atur diriku sebisa mungkin. Situasi tetap damai karena kepedulian hebatku, jadi aku mau ada sedikit penghargaan di sini.” “Kepedulian bukan sesuatu yang bisa dimintai hadiah karenanya, tahu.” Masuk akal. Tch, sekarang hal itu tersangkut di pikiranku. Kepedulian, nggak perlu, dimintai hadiah karenanya. Tapi meski tak ada hadiahnya karena peduli, ada timbal baliknya malah, huh? Nggak adil sekali. Pada akhirnya, kereta ini berhenti. Stasiun ini adalah tempatku berhenti. Yukinoshita nantinya turun di stasiun berikutnya dan kemudian naik bus. “Oh, ini tempatku turun.” “Ya.” Kami berbicara sejenak dan aku turun ke luar gerbong. “Sampai jumpa.” Aku berbalik untuk mengatakannya “hati-hati pulangnya” dan secepat itu pula pintu kereta itu tertutup setelahnya. Menghadapkan mukanya ke bawah, Yukinoshita mengatakan dengan suara lirih bagai sedang berbisik, “...Aku akan bekerja sama denganmu tahun ini juga.” --Chapter 1-End--
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube × Cursed × Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information