Editing
Oregairu (Indonesia):Jilid 4 Bab 3
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
===3-5=== Setelah kami keluar dari pepohonan, kami berada di lapangan terbuka. Kelihatannya garis ''finish'' diletakkan di tengah gunung. Jadi ini lapangannya, huh? Sekarang kami harus memakai waktu kami bersiap-siap untuk murid yang akan tiba. “Pak, kalian telat. Kalian harus cepat. Aku ingin kalian menurunkan ini dan susun mejanya.” Hiratsuka‐sensei turun dari mobil ''minivan''nya. Jalur ''orienteering'' dan jalan pegunungan mungkin terhubung dari arah yang berbeda. Ketika kami membuka bagasinya, kami mendapati segunung kotak makan siang dan minuman di dalam kontainer. Udara dingin yang merembes dari dalam mobil menyejukkan tubuh kami yang sedikit berkeringat. Para lelaki mengeluarkan kontainer-kontainer dengan sepenuh tenaga. “Oh, dan dinginkan buah pir untuk penutup itu,” kata Hiratsuka‐sensei selagi dia menunjukkan jempolnya ke balik bahunya. Kami dapat mendengar suara aliran sungai selagi air bergemercik ke bawah. Kelihatannya buah pir itu direndalm dalam air yang mengalir itu dengan semacam cara. “Disini ada beberapa pisau dapur, jadi kuserahkan tugas mengupas dan memotongnya pada kalian.” Hiratsuka‐sensei menepuk sebuah keranjang. Di dalamnya, sekumpulan pisau buah dimasukkan ke dalam sebuah papan talenan, beserta piring kertas, tusuk gigi dan sebuah set untuk membagi buahnya. Mudah dimulut sulit dilakukan. Mengupas buah pir untuk anak seangkatan itu kerja yang cukup keras. Dan jangan lupakan pembagian kotak makan siang dan persiapan untuk menyusun meja. “Kelihatannya lebih baik kita bagi kerjanya,” kata Hayama selagi dia melihat pada segunung pekerjaan itu. Miura mengamati kukunya dengan cermat sambil berkontribusi dalam diskusi. “Aku tidak ikut memasak.” “Aku hancur soal memasak, yo,” tambah Tobe. “Aku terserah saja,” ikut Ebina. Hayama berpikir sejenak. “Hmm, bagaimana ya? Kita tidak perlu begitu banyak orang untuk menyusun mejanya, jadi… ya, kami berempat sudah cukup.” “’ke, kalau begitu kami kupas pirnya,” sahut Yuigahama. Kelompok ini dibagi dua. “…bukankah kamu sebaiknya pergi menyusun meja saja?” tanyaku pada Yuigahama selagi kami berjalan ke sungai untuk mengambil buah pirnya. “Huh, kenapa?” tanyanya pada awalnya. Tapi kemudian dia berkata, “Oh, aku paham. Kamu ingin berkata aku tidak pandai memasakǃ Aku sangat mampu untuk mengupas buah pir, kamu tahu!” “Nah, bukan itu yang kumaksud sama sekali.” Aku hanya mengatakan itu karena dia akrab dengan Miura dan yang lain, jadi mungkin dia sebaiknya pergi bersama mereka atau semacamnya. Terserahlah. Setelah kami membawa buah pirnya kemari dan menyusun beberapa pisau dapur, kami segera memulai pekerjaan kami. Totsuka, Komachi dan aku memutuskan untuk meletakkan piring dan menusuk buahnya dengan tusuk gigi, menyerahkan tugas mengupasnya pada Yukinoshita dan Yuigahama. Yukinoshita mengupas buah pir tersebut dengan teramat mahir. Di sampingnya, Yuigahama berpura-pura menyinsingkan lengan bajunya, terlihat penuh percaya diri. Hanya saja masalahnya dia dari awal mengenakan kaus berlengan pendek. “Heheh, Aku telah mengasah kemampuanku untuk kesempatan ini.” “Begitu ya, kalau begitu akan kulihat. Melihat kemampuanmu, maksudku.” Yukinoshita mengamatinya, tersenyum lembut… tapi kemudian, wajahnya menjadi murung. Yuigahama telah mengupas pir itu menjadi sesosok jam pasir yang seksi dan merangsang. Apa-apaan dengan pahatan level tingginya itu? Bagaimana pirnya bisa jadi begitu tidak rata…? Kemampuan anti-memasaknya sudah maksimum… “Ke-kenapa?! Aku melihat ibuku ketika dia melakukannya!” “Kamu hanya melihatinya, huh…” Rasa putus asa menyelubungi tempat itu, tapi setelah dia selesai menghela, Yukinoshita mengambil pisau dan pirnya dengan tekad bulat di matanya. Kulit pir tersebut lepas dengan mulus. “Yuigahama‐san, tahan pisaunya dan putar buah pir itu mengelilinginya.” “Se-seperti ini?” “Tidak. Pisaunya harus sejajar dengan buah pirnya. Kalau pisaunya miring dan membelah terlalu dalam, isi buah pirnya akan ikut terkupas.” Yukinoshita berhenti hanya sejenak. “Kamu lamban. Kalau kamu tidak mengupasnya dengan cepat, panas tanganmu akan menjalar pada buah pir tersebut dan jadinya menetes-netes.” “Apa kamu mertuaku?ǃ Memegang pisau itu menyeramkan, Yukinon!” “Maaf mengatakannya, tapi kita tidak punya waktu untuk ini. Buat kelas memasakmu lain kali.” Aku meletakkan tanganku pada buah pir tersebut dan memberikannya pada Komachi. “Komachi.” “Baik.” Mengambil buah pir tersebut, Komachi mulai mengupas kulitnya dengan mulus dengan pisau buah yang tersisa. “Serahkan pada kami,” kataku. “Kamu kerjakan tusuk giginya saja.” “Aww…” Yuigahama tidak terlihat terbujuk, tapi dia dengan segan menyerahkan pisaunya padaku. Sekarang setelah kami berganti tempat, aku juga benar-benar tidak ingin menunjukkan kelemahan apapun. Lakukan dengan lebih apik dibanding biasanya, kataku pada diriku sendiri. Selagi lapisannya terkelupas satu per satu dengan segan seperti pakaian seorang gadis yang polos, buah pir itu menampilkan dirinya sebagai buah yang lezat dan matang. Di dalam kepalaku, aku sedang merapal, buat itu berkelasǃ buat itu berkelasǃ Bagus, lenganku tidak terlihat melamban. Aku tidak sia-sia menjadi calon bapak rumah tangga. Aku akan berusaha segenap tenaga supaya aku tidak perlu bekerja. Totsuka melirik ke arah tanganku dengan mata berbinar-binar. “Hachiman, kamu menabjubkan. Kamu benar-benar mahir.” “Ugh! Dia benar!” erang Yuigahama. “Hikki, kamu terlalu mahir… menjijikan.” “Kenapa kamu ‘ugh’ barusan…? Tunggu, aku menjijikan?” Di dalam hatiku, aku kaget. “…Aku harus mengakui kamu cukup mahir untuk seorang lelaki.” Yukinoshita memujiku, begitu tidak biasa baginya. Tunggu, bukankah lebih tepatnya ini untuk yang pertama kalinya? Wajahku tanpa sadar berpaling ke arahnya. “…namun.” Ketika aku melihatnya, buah pir di depan Yukinoshita sudah menjadi sekelompok kelinci. “Kamu masih perlu banyak belajar.” Senyuman kemenangannya yang cemerlang sangat menyilaukan. Dia telah melakukan semua dekorasi fantastis itu dalam waktu yang singkat hanya untuk menunjukkan perbedaan level kemampuan di antara kami… dia terlalu kompetitif… “Karena kulit buah pir itu keras, akan lebih mudah untuk dimakan setelah dikupas… Aku sudah paham. Aku kalah.” “Wah wah, apa yang membuatmu berpikir aku berencana berlomba denganmu?” Berani sekali Yukinoshita mengatakan itu setelah aku bersusah payah untuk mengakui kekalahanku. Dia mungkin berkata lain, tapi suaranya jelas terdengar senang… Aku sedikit kesal, tapi berkat suasana hati Yukinoshita yang baik, kami menyelesaikannya dengan mulus, jadi aku membiarkannya saja. Yukinoshita berkata pada Komachi di sampingnya, mungkin karena ketegangan yang meningkat di antara kami. “Komachi‐san, kamu mengikuti ujian masuk SMA-mu tahun ini, bukan? Kalau begitu aku ada pertanyaan untukmu. Prefektur mana yang memiliki laju produksi buah pir tertinggi?” “Prefektur Yamanashi<ref> ‘Nashi’ adalah bahasa Jepang untuk buah pir. </ref>!” “Hei, jangan asal tebak kalau kamu bodoh.” jawaban Komachi membuatku sedih. “Setidaknya pikirkan dulu sedikit.” Apa dia benar-benar mengikuti ujiannya tahun ini? Kelihatannya dia perlu belajar baik-baik ketika kami pulang. Yukinoshita melihat ke arah Komachi dengan senyuman pedih pada wajahnya. “Yah, kamu lebih baik mempelajarinya nanti. Toh, hanya tinggal hitungan hari sebelum ujianmu… kalau begitu sekarang.” Dia mencoba memancing minat Yuigahama. “Yuigahama‐san, apa jawaban yang benar?” “Heh heh… prefektur Tottori!” Yuigahama menjawab dengan penuh percaya diri, setelah kelihatannya menanti-nanti pertanyaan itu. “Salah,” kata Yukinoshita. “Tolong kembali masuk SMP.” “Kamu mengejekku dengan lebih parah dibanding Komachi‐chan!” Itu karena dia murid SMA dan Komachi murid SMP… itu sangat wajar bahwa Yukinoshita dapat melihat perbedaan tersebut. Namun, Tottori sudah agak mendekati. Tottori mungkin peringkat satu sekitar sepuluh tahun yang lalu. Sekarang itu kira-kira peringkat tiga. Setelah mendengar jawaban Yuigahama, Komachi mendadak tertawa lemah. “Heheheheh. Aku mendapatkan jawabannya setelah mendengar jawabannya tadi. Kalau Tottori salah, kalau begitu… dari proses eliminasi, jawaban yang benar adalah prefektur Torine!” “Salah. Aku tidak paham apa yang kamu maksud dengan proses eliminasi…” “Yah, namanya terdengar mirip. Tottori dan Torine…” Penduduk Chiba lemah di bidang geografi selain Kantō. Dan dengan geografi, maksudku mereka hanya tertarik dimana peringkat Chiba di Kantō. Tokyo dan Kanagawa adalah dua kota terkuat, sementara persaingan yang sengit melawan Saitama berlangsung untuk memperebutkan posisi ketiga. Itu sangatlah sulit. “Yukinoshita‐san, apa jawabannya?” tanya Totsuka. Yukinoshita menampilkan jawaban yang benar. “Jawabannya Prefektur Chiba.” “Persis seperti yang bisa diduga dari Yukipedia-san. Atau mungkin sebaiknya kusebut Chibapedia-san sekarang?” “Nama asliku bahkan tidak ada lagi di sana…” kata Yukinoshita, merasa jijik. Aneh sekali. Aku bermaksud memberikan pujian terbesar padanya. “Ohhh, jadi Chiba peringkat pertama,” kata Totsuka dengan kagum. “Jadi pir Chiba lumayan terkenal?” Entah kenapa, kelihatannya bahkan orang yang tinggal di Chiba hanya memiliki pengetahuan sepihak mengenai Chiba. “Mungkin tidak di dalam kota ini sendiri, tapi cukup terkenal di luar. Maksudku, pir itu begitu terkenal sampai kamu bisa diskors dari sekolah kalau kamu memetik buahnya. Omong-omong, kudengar kamu bisa dikeluarkan dari sekolah jika kamu memakannya.” “Pengetahuan Chiba itu sudah pasti tidak akan masuk ujian…” Kelihatannya bahkan sang Chibapedia-san juga tidak tahu itu. Dan jadi pertandingan final untuk Kejuaraan Mutlak Trivia Chiba jatuh padaku. Berkat kami bercakap-cakap selagi kami bekerja, kami menyelesaikan tugasnya dengan mulus. Ketika aku mendongakkan kepalaku, anak SD tersebut terlihat sampai satu per satu. Untuk beberapa saat setelahnya, kami hidup hanya untuk membagikan kotak makan siang dan buah pir kepada anak-anak yang lapar itu. <noinclude> {| border="1" cellpadding="5" cellspacing="0" style="margin: 1em 1em 1em 0; background: #f9f9f9; border: 1px #aaaaaa solid; padding: 0.2em; border-collapse: collapse;" |- | '''Mundur ke''' [[Oregairu (Indonesia):Jilid 4 Bab 2|Bab 2]] | '''Kembali ke''' [[Yahari Ore no Seishun Rabu Kome wa Machigatteru (Indonesia)|Halaman Utama]] | '''Lanjut ke''' [[Oregairu (Indonesia):Jilid 4 Bab 4|Bab 4]] |- |}
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube × Cursed × Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information