Editing
Oregairu (Indonesia):Jilid 4 Bab 4
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
===4-6=== Siulan ceret yang mendidih memecah keheningan tersebut. Meskipun besar, ceret itu menghasilkan suara yang melengking. <!--The shriek of a steaming kettle shattered the silence. Even though the kettle was simply enormous, it let out a shrill alarm.-->Komachi berdiri dan mulai menuangkan air yang mendidih tersebut untuk menyeduh teh celup. Malam agak sedikit dingin di dataran tinggi ini, tapi karena anak SDnya mulai bubar dan ketenangan mulai muncul, udaranya terasa bahkan lebih dingin dari sebelumnya. Pucuk pohon bergemerisik ditiup angin, dan aku dapat mendengar suara desiran arus sungai yang jauh. Seharusnya sudah kira-kira waktunya untuk tidur bagi anak-anak itu sekarang. Namun, mereka tidak akan cepat terlelap ketika mereka bersama dengan temannya. Mereka mungkin akan memukul satu sama lain dengan bantal mereka, mengeluarkan makanan ringan mereka di atas kasur mereka dan menghabiskan malam sambil mengobrol. Namun, ada sebagian anak yang memang langsung tidur begitu saja. Anak-anak yang bukan bagian dari kelompok akan berusaha tidur lebih awal, meskipun cuma beda beberapa detik dari yang lain. Bukan karena mereka tidak tahan tidak memiliki teman atau semacamnya. Mereka hanya bersikap pengertian sehingga mereka yang lain bisa menikmati malam tersebut tanpa ada gangguan. Yah, tidak seperti akan ada orang yang menyadarinya juga. Jadi ayolah, bisakah mereka berhenti menjahili diriku yang sedang tertidur dan terkikik melihatnya? Bagaimana kalau mereka berhenti bermain-main dengan memotretku dalam situasi seperti itu? Tolong? Kurasa itu bisa dikatakan memperdulikan keberadaanku. Hayama meletakkan cangkir plastiknya ke atas meja. “Kurasa obrolan kita sekarang ini agak mirip obrolan malam saat karya wisata sekolah.” Suaranya seperti suara seseorang yang sedang mengingat sesuatu yang sudah lama berlalu. Angkatan SMA kami masih belum berkarya wisata. Wisata itu dijadwalkan pada semester kedua kelas sebelas. Sekali lagi, aku menanti tugas sederhanaku yaitu berjalan tiga langkah di belakang teman sekelasku dan segera tertidur di malam hari. Tapi itu terasa sederhana bagiku karena aku sudah melampauinya; bagi seseorang yang masih terperangkap di dalam pusaran tersebut, hal itu hanya akan terasa sulit dan melelahkan. “Aku heran apa dia akan baik-baik saja…” tanya Yuigahama padaku dengan sedikit kuatir. Aku tidak perlu bertanya siapa yang sedang dibicarakannya. Mungkin Tsurumi Rumi. Yukinoshita, Yuigahama dan aku, yang berbicara padanya secara langsung, bukanlah satu-satunya yang menyadari bahwa dia tidak memiliki teman. Semua orang dapat melihatnya. Bukan cuma karena dia menonjol, tapi semua orang juga bisa memahami situasinya hanya dengan melihatinya saja. Seseorang menyalakan korek. Raut kalem Hiratsuka-sensei dari samping diterangi di bawah bayangan sebatang pohon. Ketika dia menghembus pelan rokoknya, asap rokok tersebut membumbung ke udara. Asap itu pupus ketika dia mengubah posisi kakinya. “Hmph. Ada sesuatu yang menganjal di pikiran kalian?” tanyanya. Hayama yang menjawab. “Ya, ada seorang murid yang agak terkucilkan…” “Ya, aku merasa kasihan dengannya,” tambah Miura. Karena dia hanya setuju dengan Hayama untuk mengisi percakapan itu, dia mengucapkannya seakan itu sudah jelas. Itu membuat sesuatu di dalam dadaku terasa sedikit perih. “Kamu salah, Hayama,” kataku, mengisi jeda tersebut. “Kamu tidak paham dimana letak akar masalah yang sebenarnya. Pada dasarnya tidak ada yang salah seseorang tidak ada teman atau menyendiri. Masalahnya adalah dia dipaksa terkucilkan karena niat buruk orang.” “Huh? Ada yang salah?” desak Miura. Aku bermaksud berbicara dengan Hayama, tapi malah Miura yang menjawabnya. Menakutkan. “Ada orang yang suka menyendiri dan ada yang tidak. Sesuatu semacam itu, kamu tahu?” “Oh, kurasa.” Itulah kenapa solusi idealnya adalah bukan memberinya perhatian lebih tapi memperbaiki lingkungan yang memaksanya terkucilkan itu. “Jadi apa yang ingin kalian lakukan?” tanya Hiratsuka‐sensei pada kami. “Err…” Kami semua terdiam. Apa yang ingin semua orang lakukan? Tidak banyak, sungguh. Mereka hanya ingin membicarakannya. Singkatnya, itu seperti menonton film dokumenter tentang perang atau kemiskinan di televisi dan berkata “oh no” dan “kita harus melakukan sesuatu”, sedangkan pada saat yang sama kamu tidak bergerak dari sofa empukmu sambil melahap makanan yang lezat. Kalau begitu, kelihatannya tidak ada orang yang akan mulai melakukan apapun. Mereka akan membohongi diri mereka sendiri dan bertingkah, “Hari ini aku menyadari betapa bersyukurnya aku atas nasib baikku”, dan berakhir dengan begitu saja. Mereka mungkin akan menyisihkan sepuluh atau seratus yen untuk penggalangan dana. Tapi cuma begitu saja. Tentu saja, ada orang yang menyadari masalah tersebut dan berusaha untuk mengatasinya dengan serius. Itu sesuatu yang benar-benar hebat, dan aku menghormati serta menghargainya. Penggalangan dana sangat membantu bagi orang-orang yang membutuhkan. Tapi kami berbeda. Aku, Hayama, Miura – tidak ada yang bisa kami lakukan dan kami tidak bertekad untuk mengatasinya. Meskipun kami sadar akan hal tersebut, meskipun kami membuat alasan yang tidak ada gunanya, kami ingin orang lain mengetahui perasaan<!--tender--> kami. Meskipun kami tidak terlibat, sekarang kami tidak bisa pura-pura tidak tahu lagi setelah kami melihat masalahnya dengan mata kepala kami sendiri. Tapi tidak ada yang bisa kami lakukan. Itulah kenapa setidaknya kami ingin merasa kasihan padanya – hal semacam itu. Perasaan ini begitu indah dan mulia, namun pada saat yang sama itu adalah sebuah alasan yang buruk. Tidak lebih dari sebuah tambahan logis pada masa muda penuh kebohongan yang begitu kubenci itu.<!--It was nothing more than a logical extension of that deceitful youth I so despised.--> “Aku…” Seseorang berbicara. Dia Hayama, yang menutup mulutnya dengan sangat erat sebelumnya. “Aku ingin melakukan sesuatu untuk membantunya jika aku bisa.” Itu adalah ungkapan yang begitu sesuai dengan Hayama. Itu adalah kata-kata yang baik hati. Kata-kata itu hanya tidak baik kepada Rumi. Bagi mereka yang dekat dengan Hayama selagi dia mengatakannya, kata-kata itu memang teramat baik hati. Kebohongan untuk kebaikan yang tidak akan melukai siapapun. Itu hanya akan membuat harapan menyala sejenak, meski keputus-asaan dibalut di dalam ungkapan yang bertele-tele itu. Kemungkinan bahwa hal itu tidak bisa dilakukannya terletak tak terungkap, dan semua orang bebas untuk mengartikannya sesuai dengan yang mereka inginkan. “Bagimu itu mustahil. Begitu bukan?”
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube × Cursed × Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information