Editing
Hakomari (Indonesia):Jilid 3 Putaran Kedua
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
===▶Hari Keenam <B> Ruangan utama=== Hari keenam datang tanpa adanya perubahan. Seperti yang diperkirakan Daiya, [Perebutan Kerajaan] berhenti setelah kami mengungkapkan [kelas] kami dan menyimpan semua pisaunya. Tapi mereka bertiga masih belum mempercayai 'kotak' itu, tidak peduli seberapa jauh kami jelaskan, dan kami masih belum tau siapa si 'pemilik'. Dan batas waktunya perlahan mendekat. Aku pergi dari kamarku ke ruangan utama. Aku telah terbiasa dengan sensasi seperti diteleportasi, jadi bukan masalah lagi. Ruangan putih itu memiliki warna putih yang aneh. —Tapi tidak perlu khawatir, kurasa. Karena akulah [Revolusioner] dan Daiya adalah [Penyihir], [Perebutan Kerajaan] tidak akan dimulai. "<u>Kazuki-san</u>." Yuuri-san melihatku dan menghampiriku dengan cepat juga senyuman yang lebar. "Hm? Ada apa?" Mungkin tidak sadar dengan senyumannya sendiri, Yuuri-san memiringkan kepalanya dan bersuara dengan pelan, "Eh?" Iroha-san yang menonton kami dengan tatapan dari samping, mulai mempermainkannya: "Yuuri senang bertemu denganmu, Kazuki-kun! Dia sudah sangat menempel denganmu, ya?" Karena tidak bisa tau dia ini serius atau tidak. Wajah Yuuri-san memerah. "I-Iroha~! Jangan bicara seperti aku ini anak anjing saja~" Aku membayangkan Yuuri-san memiliki ekor dan menghampiriku." "Phf!!" Ya ampun, itu akan sangat cocok! "K-Kenapa tertawa, Kazuki-san?!" Dia menggembungkan pipinya. Saat itu aku cari aman dengan hanya tersenyum padanya. Tapi — belakangan ini kita jadi sangat sering bicara. Sejak hari kedua kita mulai berusaha untuk saling bicara untuk memperdalam kepercayaan kami. Kami juga telah melakukan [Pertemuan Rahasia] dengan beberapa pemain. Kurasa ini sangat berhasil, karena Daiya saja mengikutinya. Setidaknya aku tidak yakin kalau akan ada orang lain yang akan membunuh seseorang. "...Kazuki-san, sebagai hukuman karena telah tertawa, tolong...um, [Pertemuan Rahasia] hari ini, pilih aku sebagai rekanmu." Untuk suatu alasan Yuuri-san masih menggembungkan pipinya juga sedikit memerah saat mengatakannya. "Bukan masalah, tapi kenapa hukuman?" "...eh? ...ahhh, p-pokoknya, itu hukuman! ...mungkin!" Dia berkata dengan segala kemampuannya, melambaikan tangannya ke atas dan bawah. Itu menghiburku untuk suatu alasan. "Hm?" Maria, yang meliriknya, menghampiri kami sembari menggarukkan kepalanya dengan murung. "...eh? Ada apa, Maria?" Pertamanya, entah kenapa Maria tetap diam. "......begini, yang ingin kubilang... Kamu sudah menghabiskan empat kali [Pertemuan Rahasia] dengan Yanagi, 'kan?" "Eh?" "Ini akan jadi yang kelima kalau kamu memilihnya lagi. Jadi mungkin saja orang lain berfikir kamu hanya memilih orang tertentu. Kalau kamu melakukan [Pertemuan Rahasia] dengan orang tertentu sampai lima kali, kerja sama kita yang telah meningkat justru berhenti sampai di sana." "...umm? Jadi, kamu tidak ingin aku melakkukan [Pertemuan Rahasia] dengan Yuuri-san?" "Bukan, bukan soal Yanagi. Yang ingin kukatakan adalah hanya memilih orang tertentu saja akan bahaya." "...jadi apa maksudnya?" "Kamu hanya baru melakukan [Pertemuan Rahasia] tiga kali denganku!" Bukankah itu hal lain...? "Otonashi-san cemburu. Manisnya!" Kata Iroha-san sembari mellihatnya dengan senang. "...apa-apaan asumsi yang salah itu. Aku hanya mengatakan kelakuan Kazuki." "Otonashi-san sedang sedih." "...kelihatannya kamu tidak menangkap maksudnya." "Maria, kamu cemburu?" —Bam! "A-Aw!" Dia menendang kakiku dengan perasaannya! "Hah..." Kamiuchi-kun, yang melihat kami sembari memainkan perangkat portable-nya, memotong kami dengan ekspresi yang terpukau. "Ah, ya ampun, jujur, aku sangat cemburu, jadi bisakah kau mati saja, Hoshino-senpai?" "Eh? Cemburu kenapa...? Aku 'kan ditendang tadi?" "...lalu kenapa dengan wajahmu itu kalau kau tidak mengerti maksudku? Bukankah itu wajah kemenangan?" Saatku memiringkan kepalaku karenanya, Kamiuchi-kun mendesah sekali dan mengembalikan perhatiannya pada perangkat portable itu. Ia mungkin masih seperti tadi, tapi aku sudah cukup terbiasa dengannya. Aku jadi canggung saat melihat sisi kejamnya, tapi setelah aku berbicara dengannya, aku sadar kalau ia ini orang yang cukup baik. "Hm? Oh." Ia menaruh perangkat itu di meja dan berdiri. "Kenapa?" "Ah, aku cuma membaca pembicaraan sebelumnya dan aku dapat kesimpulan!" Ia mendekati Daiya yang duduk di kursi, lalu menepuk pundaknya dengan tersenyum. Daiya mengerutkan dahinya karena sikapnya yang sok kenal. Itulah bagaimana mereka saling berhubungan belakangan ini. "Oomine-senpai. Aku percaya padamu tentang 'kotak' ini!" Aku terkejut dan langsung bertanya, "Eh? Serius, Kamiuchi-kun?" "Kenapa harus berbohong? ...oh yah, jujur saja, bukan masalah percaya atau tidak. Batas waktu kita sudah memendek. Dan karena kita tidak punya penjelasan lain selain 'kotak', kita tidak punya pilihan lain." Omong-omong, Maria bilang kalau mereka akan mempercayai kami saat batas waktunya sudah memepet. "Oke, kita harus apa, ya? Kalau tidak salah, kau bilang ini akan berakhir setelah menghancurkan 'kotak', 'kan? Jadi 'gimana kalau 'gini:" Kamiuchi-kun menggulung lengan kemeja putihnya. "<u>Kita bunuh Oomine-senpai</u>." "———Eh?" Sudah terlambat. Terlambat kusadari arti kata-kata itu. Tanpa memberi kami waktu untuk menyadarinya, ia mengayunkan *****-nya dan—- Ia membunuh Daiya. "——ah..." ......Eh? Apa...? Meski aku tau apa yang terjadi, aku masih belum bisa menyadarinya. Kamiuchi-kun menggorok leher Daiya. Darah menyemprot dari lukanya. Daiya berhenti bergerak dengan mata yang terbuka. Lalu — ia mati. Aku bisa memastikannya. Tapi aku hanya bisa menganggapnya sebagai kenyataannya, bukan artinya. Jadi, aku hanya terus berdiri, keheranan. Kemeja Kamiuchi-kun berubah menjadi merah gelap dan wajahnya dipenuhi darah Daiya. Tangannya memegang pisau yang tidak seharusnya di sini. Pisau tempur yang telah kita simpan. "Aneh, 'kan?" Saat memainkan pisaunya yang ia sembunyikan dibalik sabuk celananya, Kamiuchi-kun membisikkannya. "Bukannya kau bilang akan selesai setelah si 'pemilik' mati? Dan si 'pemilik' itu Oomine-senpai, 'kan?" "Seperti itu itu, 'kan, Maricchi?" Maria membuka matanya dengan lebar dan terpukul mundur. Mungkin ia tidak yakin akan dapat jawaban dan melanjutkan, "Apa ini artinya Oomine-senpai belum mati? Oke, siap." Ia mengatakannya dan— —menusukkan pisaunya ke dalam leher Daiya untuk kedua kalinya. Lebih banyak darah berceceran. Tubuh Daiya terjatuh karenanya dan kepalanya menghantam meja dengan suara keras. Cairan merah mengalir di mejanya. "Eh,—" Yuuri-san mengeraskan suaranya dan terjatuh ke belakang. "IIAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAH!!" Kamiuchi-kun melihat Yuuri-san dan tersenyum. "Senyumanmu manis... Hm, tapi ia sudah mati, 'kan? Yang artinya kata-kata Maria ini salah atau hal tentang 'kotak' ini sendiri hanya kebohongan. Hm. Ah, tapi aku percaya dengan ceritamu.Jadi aku menganggap kalau Oomine-senpai itu «bukan orangnya»." «Bukan orangnya», katanya. Aku mengerti maksudnya. —sialnya, aku mengerti. "Maricchi." Tanya si pembunuh. "<u>Siapa lagi yang harus kubunuh</u>?" Ia menanyakan siapa «orangnya». Tiba-tiba, aku melihat tangannya yang menggenggam pisau gemetaran. Awalnya kufikir itu ketakutannya terhadap tindakannya. Tapi setelah melihat ekspresinya, aku mengerti alasan yang sebenarnya. Tangan itu gemetaran karena senang. Aah — kenapa aku salah paham? Kenapa aku berhubungan baik dengan pembunuh itu? Ia hanya menunggu waktunya untuk mengungkapkan kebengisan yang ia sembunyikan. [Perebutan Kerajaan] adalah permainan tentang menipu. Tentang saling membunuh. Tidak mungkin bisa dihentikan. Percobaan Daiya gagal dan terbunuh sebagai gantinya. Bahkan dari hari pertama...[Perebutan Kerajaan] telah berlangsung. "Kenapa, kamu masih...punya pisau itu?" Tanyaaku saat melihat pisau yang meneteskan darah Daiya. "Itu pertanyaan pertamamu? Yah, mudah sekali. Aku mencurinya saat [Pertemuan Rahasia] dengan Yuuri-chan. Itu saja." "...eh? Jadi ini salahku...?" Yuuri-san mengangkat kepalanya dan menatapnya dengan mata yang terbelalak. Si pembunuh tersenyum padanya dan berkata, "Lain kali lebih hati-hati!" "Ah—" Yuuri-san kehilangan kata-katanya dan langsung menangis. "Siapa selanjutnya, Maricchi? ...hei, masih lumpuh? Kenapa kau hiperbola sekali? Yah, tapi jujur saja, orang yang naif juga sangat manis." Saat mengungkapkan kata-kata itu, ia menatapi pisau berdarahnya. "...oke." Katanya dan menghampiriku. "Selanjutnya Hoshino-senpai, lagipula aku cemburu padanya. —Karena itu aku ingin orang ini mati." Ia memilihku seperti ia memesan makanan. Tapi keinginan untuk membunuh terkumpul dalam matanya. Aku melihati pisau berdarahnya dan membeku. Itu karena pisau itu telah mengambil nyawa Daiya. Si pembunuh menghampiriku. Meski seharusnya aku kabur, tapi aku tidak dapat bergerak. "Tunggu." Kamiuchi-kun mematuhi perkataan Maria. "Apa, Maricchi?" Maria memberitau padanya, yang menyembunyikan keinginan membunuh di dalam matanya. "Akulah si 'pemilik'." Kamiuchi-kun menaikkan sebelah alisnya. "Kamu harus membunuhku, bukan Kazuki." Ia tertawa saat menyadari perkataannya. "Haha, jadi kau ingin menyelamatkannya sampai aku ingin mengorbankan dirimu? Luar biasa!" "Aku mengatakan kebenarannya." Kamiuchi-kun menghampiri Maria, yang menatapnya dengan tajam. Maria mengangkat tangannya untuk meyakinkannya kalau dia tidak berniat melawan. "Ma-Maria..." Saatku panggil namanya, dia tersenyum padaku, aku melihat senyumannya dan aku jadi yakin: Dia mengnatakannya tanpa membuat rencana. Dia hanya ingin mengorbankan dirinya untukku. "Aku tersentuh, Maricchi. Aku tidak habis fikir kalau ada orang yang menghargai nyawa orang lain lebih dari dirinya. Itu bukan omong kosong. Tapi itulah cinta! Cinta sejati!" Maria tertawa dengan nada menghina." "Oh. Bagus kalau kamu tersentuh." "Apa kau yakin mau mati untuk menyelamatkan Hoshino-senpai?" "Ya." Kamiuchi-kun mendengus saat Maria mengatakannya tanpa ragu. "Ini luar biasa. Bukankah cinta itu indah? Aah, ya ampun, aku mengerti! Bukan aku ingin jadi antagonisnya, aku hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepat mungkin. Aku tidak suka memainkan penjahat kelas kakap yang akan menyerangmu sambil meneriakkan «Kau yang harus mati!» Jadi, kalian berdua bisa hidup." Sambil mengelus kepala Maria , Kamiuchi Koudai melanjutkan. "Terserah kau, Maricchi." Ia menekan pisaunya ke lehernya. "——" Maria terkejut. Dia menatapnya dengan tajam, tidak menghiraukan pisaunya yang berada di lehernya, dan menyeka tangan Kamiuchi-kun yang mengelus kepalanya. "......jangan bercanda. Lebih baik mati daripada menyerahkan tubuhku padamu.." "Jahat! Masih banyak, sih, yang mau melakukannya untukku. Jadi kamu menolak?" "Tentu!" "Terserahlah." Ia menyerah — dengan mudahnya. "<u>Kalau 'gitu Yuuri-chan saja</u>." Tidak mungkin ia akan menyerah. Yuuri-san langsung memucat saat dia menganggap kata-katanya bukanlah kebohongan, dipaksa untuk menyadarinya dengan senyum dinginnya dan rasa haus di matanya. "J-Jangan—!!" "Tapi, Yuuri-chan, mau bagaimana lagi? Maricchi langsung menolakku... Ah, lagian aku lebih suka kamu, jadi bukan masalah!" "Hal seperti itu, m-mustahil buatku..." "Kalau 'gitu kubunuh Maricchi dan Hoshino-senpai." Yuuri-san makin memucat karena kata-katanya. "Menyerah saja kalau kau tidak ingin mereka berdua mati!" Yuuri-san berbalik perlahan dan menatapku. Matanya dibasahi air mata. Dia menyampaikan sebuah pesan dengan air mata itu. «—jangan khianati aku.» —Ah, benar. Dari hari pertama Yuuri-san takut kalau situasi ini akan datang. Dan aku berjanji padanya. Aku berjanji untuk tidak mengkhianati «Yanagi-san» lagi. Tapi kalau kuselamatkan Yuuri-san, Maria akan— "...Hentikan." Bukan aku yang mengatakannya, tapi Maria. Kamiuchi Koudai membuka mulutnya untuk melawannya. "Hm? Yah, kalau kau sekarang ingin menyenangkanku, silahkan." Dia tentu sudah mengira ia akan mengatakannya. Maria menggigit bibirnya, sangat kuat sampai darah mulai mengalir dari mulutnya. Lalu dia mengalihkan pandangannya dariku dan—dengan jelas berkata, "......<u>Baiklah, kalau begitu nikmati saja tubuhku</u>." <!-- Umm, mungkin kata-katanya kurang cocok. Tapi intinya Maria menyerahkan diri. --> —apa, —apa maksudmu, Maria? "Eh? Serius?" Kamiuchi Koudai melebarkan matanya. "......he, hehe, ahahahaha!" Semangatnya ini— Meski dia lebih baik mati, dia mau menyerahkan dirinya untuk Yuuri-san — Maria sesemangat itu — dan Kamiuchi Koudai menunjuknya sambil tertawa. "Ahahahaha! Serius? Kalau untuk menyelamatkan Hoshino-senpaimu yang tersayang, ya aku mengerti! Tapi kalau untuk Yuuri-chan juga meski baru beberapa hari bersama? Hahaha, itu terlalu lucu!!"<!--What?--> "......apanya yang lucu?"<!--Itu maksudku--> "Ini mengejutkan! Pandanganmu sangat aneh! Kacau karena memprioritaskan orang lain daripada dirimu! Tunggu, memangnya kau fikir itu indah?!"<!--Serius, komentar Kamiuchi pada sikapnya Maria ini sangat gak penting. Mikage Eiji, apa yang terjadi?--> Benar, aku juga tidak bisa menerima sikap Maria. Dari waktu ke waktu pengorbanan dirinya sampai menyakitiku. Sikapnya ini tidak bisa selalu disebut hidup untuk orang lain. <!--wow wow wow... Bahkan Kazuki--> Tapi. Meski sikapnya salah— Itu tidak berarti orang semacam itu pantas mempermainkannya.. <!--finally--> "Jadi penderitaan orang lain itu jauh lebih buruk dari rasa sakit yang kau rasa? Ah, kutarik lagi kata-kataku. Kau tidak akan menggantikannya. Aku akan memerkosa Yuuri-chan apapun yang terjadi." <!--Iroha, apa yang terjadi? Kukira kau bisa konsentrasi di saat genting, dan bum! Kamiuchi kalah. Maksudku, pertahanan Kamiuchi pasti terbuka lebar, 'kan? Terlalu maksa. Lihatlah, Kamiuchi akan memerkosa Yuuri-chan--> "...apa... Apa maksudmu, sialan?! Melakukan itu tidak ada artinya, 'kan!?!" "<u>Tapi pasti akan lebih lucu kalau begini, 'kan</u>?" Bahkan Maria kehilangan kata-katanya. Kamiuchi Koudai menyeringai saat ia melihat keterkejutannya. Ia fikir itu lucu. Ia menganggap sikap mempesona Maria hanya kebodohan dan menghibur dirinya sendiri dengan memainkannya. Aku tidak bisa menerimanya. Aku sangat tidak bisa membiarkan ia menghancurkan harga diri Maria. ...aku tidak membiarkannya. Meski tidak bisa kubiarkan, tapi kenapa— "Uh, uh, uuuuuh..." Suara tangisan Yuuri-san terdengar. Leher Maria ditodong sebuah pisau. —<u>kenapa aku tidak bisa melakukan apa-apa</u>! "Kalian masih belum mau mati, 'kan, Senpai?" Tidak ada yang akan melawannya, jadi ia mengumumkannya, "Oke, mulai sekarang kalian semua adalah budakku." <div style="text-align: right; font-weight: bold;">- [Oomine Daiya], urat nadinya dipotong oleh [Kamiuchi Koudai], mati</div>
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube × Cursed × Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information