Editing
HEAVY OBJECT:Volume 1 Bagian 1
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
===Bagian 10=== Badai salju yang dingin mengirimkan rasa yang tajam di kulit wajahnya. Pandangannya yang tertutup oleh warna putih membuat perasaannya tidak enak. Salju yang dalam menahan kakinya seperti batang kayu yang tertanam dalam di bawah tanah, Quenser dengan susah payah lari dengan memegang senapan di kedua tangannya. Tujuannya adalah untuk menyelamatkan sang Putri. Dia tidak memiliki alasan untuk melawan sang Object. Dan sebenarnya, jika dia lari ke monster itu, dia akan mati sebagai sampah yang diinjak daripada dianggap mati sebagai musuh. Quenser berharap bahwa sekarang dia memiliki cara untuk menemukan titik buta dari Object dan menyelamatkan sang Putri, tapi... (Dimana?) Senapan itu begitu dingin seperti balok es. Giginya berderit dan dia melihat sekelilingnya sambil menahan rasa dingin di ujung jarinya. (Sial! Di mana dia!?) Dia sangat yakin bahwa layar itu menunjukkan area ini sebagai area yang benar, tapi sang Elite itu sama sekali tidak bisa ditemukan keberadaannya. Apakah pasukan musuh sudah membawanya pergi? Atau dia salah membaca petanya dan pergi ke tempat yang salah? (Sial! Bagaimana aku bisa hidup selama 6 bulan tanpa mengetahui posisi di dalam peta? ...Sudah berapa banyak aku bergantung pada orang lain?) Quenser menancapkan kabel ke pembidiknya. Kabel yang lain memiliki earphone kecil untuk satu telinga. Dia memasangnya di telinga kanannya dan mengoperasikan senapan yang tidak biasa ia gunakan dengan jari yang bergetar. Menurut Heivia, senapan ini memiliki mikrofon untuk menemukan musuh. (...) Sementara memfokuskan diri pada mikrofon yang mencuat dari senapan itu seperti bayonet, Quenser secara perlahan berputar. Sementara ia sedang mengarahkan mikrofon itu ke semua arah, dia mendengar sebuah suara melalui mikrofonnya. “Ke sini...?” Dia tidak terlalu terlatih, jadi dia memegang senapan itu seperti orang lain yang mengarahkannya ke arah suara itu berasal. Saat dia mendekatinya, dia mendengar bahwa suara itu terdengar semakin besar. Terkadang, suara itu terdengar seperti suara manusia dan Quenser dengan panik bersembunyi di balik batu. Quenser hanya menjulurkan kepalanya saja dari balik batu. Dia bisa melihat manusia di balik salju yang tertiup dengan keras. Dia mengira bahwa jaraknya dengan jarak sosok manusia itu adalah 100 meter. Dari jarak seperti itu, dia tidak akan tahu siapa yang ada di depannya, tapi dia bisa melihat tiga sampai empat orang figur berotot seperti manusia mengelilingi figur manusia yang lebih pendek. Figur yang lebih pendek itu berlutut di bawah dan tangannya berada di balik kepalanya. (Sang Putri! Sial, jadi dia benar-benar tertangkap...!!) Quenser mengeluarkan kepalanya dari balik batu dan melihat ke sekeliling area itu terlebih dahulu. Dia tidak melihat Object berada di sekitar mereka. Mungkin benda itu sudah kembali untuk memburu mereka yang selamat setelah sang Putri tertangkap. Dalam waktu yang singkat, Quenser berpikir bahwa ini adalah sebuah perangkap yang akan menjebaknya dengan sebuah tembakan meriam plasma berstabilitas rendah dari jarak yang jauh saat dia bergerak sedikit saja. Namun, dia sadar bahwa hal seperti itu tidak akan terjadi. Dia ragu bahwa mereka akan menggunakan Object untuk menjebak dirinya dan Object tidak perlu membuat sebuah jebakan yang digunakan hanya untuk menjebak seorang manusia. Sama seperti gajah, Object akan menghancurkan semut seperti menginjak pasir. Quenser merasa takut bahwa sensor bahaya di kepalanya sudah tidak bekerja secara maksimal. Object itu sangat menakutkan sampai-sampai dia benar-benar tidak bisa memikirkan apapun. Bagaimanapun, jika dia tenang dan memikirkannya lagi... (Object tidak ada di sini.) Quenser menyadari berat senapannya sekali lagi. Dia menjulurkan kepalanya dari balik batu itu untuk mengecek situasinya sekali lagi. (Kalau aku bisa melakukan sesuatu kepada empat orang itu, aku bisa menyelamatkan sang Putri!!) Perasaan tidak nyaman yang melebihi rasa takut akan Object mulai membuat dadanya terasa sesak. Dia “harus melakukan sesuatu” kepada empat orang itu. Dengan senapan di tangannya, “melakukan sesuatu” berarti menembak dan membunuh empat orang manusia itu. Quenser tidak cukup ahli dalam menyerang mereka tanpa harus mengenai organ vital mereka dan peluru di dalam senapan militer ini cukup ampuh untuk menghancurkan bagian tubuh mereka dengan sekali tembakan. Mereka akan mati karena syok walau tidak mengenai organ vital mereka. Apakah dia bisa membunuh mereka? Apakah dia bisa membunuh empat orang untuk menyelamatkan satu orang kawannya? (Sial!!) Dia membungkus tangannya yang bergetar tanpa kontrol karena rasa takut. Dia bisa merasakan giginya yang terus menggeretak. (Ini adalah medan perang. Membunuh mereka adalah hukum di sini! Menyerahkan semua masalah perang kepada Object... apakah ini yang kita serahkan kepada sang Putri!?) Dia berusaha untuk meningkatkan keberaniannya, Quenser menggedor pahanya dengan kepalan tangannya dan memaksakan dirinya untuk menahan senapan itu. Namun, dia merasa pusing saat dia melihat melalui pembidik itu. Dia mundur untuk menahan rasa ingin muntahnya dan entah bagaimana dia berusaha bertahan untuk membidik. Dia membidik seorang pria yang lebih dekat dengan sang putri. Dia mengarahkan senapanya ke kanan di mana pria yang tidak menyadari keberadaannya itu berada di dekat dengan sang Putri. Sekarang dia tinggal menarik pelatuknya. Namun, seperti es yang begitu cepat membeku, jari yang berada di pelatuk itu tidak bisa bergerak. (...Ini adalah manusia.) Saat dia menahan perasaannya untuk muntah, gambar yang ada di pembidik itu bergerak. (Ini bukan target yang biasa aku tembak di tempat pelatihan. Ini benar-benar manusia. ini sama sepertiku; prajurit yang terlena oleh kedamaian yang ditawarkan oleh Object yang melindungi negara mereka dan menjamin kepulangan mereka ke negara asal mereka...) Dia tidak bisa menembak. Saat dia menyadari hal itu, dia mendengar suara yang dia kenal melalui mikrofonnya. Itu adalah suara seseorang yang sedang digaet oleh seorang prajurit. Itu adalah suara yang berasal dari salah seorang prajurit yang dia bidik itu. “Hei, ayo kita coba daya tahan pakaian khusus Elite ini. Saat Object itu kembali, kita bisa menali tangannya dengan tali dan kita tarik dari belakang. Nanti kita lihat apakah baju itu menahan tubuhnya agar tidak terluka maupun telanjang saat kita kembali ke markas nanti.” Gerakan Quenser terhenti saat dia mendengar hal itu. Dia mendengar suara tawa dari beberapa prajurit yang lain. “Tidak peduli betapa mudahnya meluncur dari salju ini, bukannya nanti mengubah Elite itu menjadi daging cincang?” “Yah, dan apa yang akan kita lakukan kalau dia masih hidup saat kita kembali ke markas kita? Apa kau akan melakukan tes pada tubuh indah Elite ini? Aku dengar orang-orang dari kamar penyiksaan sering mengeluh karena peralatan mereka banyak yang rusak.” Tidak, bukan gerakannya yang berhenti. Getaran pada tubuhnya yang berhenti. Begitu juga dengan perasaan ingin muntahnya yang membuat tubuhnya bergetar. Detak jantungnya kembali normal. Dia mematikan mikrofonnya seperti menutup suara para prajurit yang saling berbicara itu. Quenser memiliki pemikiran baru. Dia tidak bisa menarik pelatuk itu karena berpikir bahwa mereka adalah manusia. Tapi... Mereka bukan manusia, bukankah begitu? Suara yang keras seakan meledak dan peluru senapan itu meledakkan kepala salah seorang prajurit yang tertawa itu sebelum Quenser sadar bahwa senapannya-lah yang mengakibatkan hal itu. Tidak mempedulikan mayat tanpa kepala itu, Quenser berteriak. “Menunduk!!” Apakah Sang Putri yang telah mengerti pada apa yang dia katakan atau malah para prajurit yang berada di sekitarnya? Saat sang Putri itu melempar dirinya di dalam salju, Quenser dengan cepat mengganti mode senapan itu menjadi semi-auto. Dengan latihan yang sangat sedikit pada tangannya, dia ragu bahwa bisa menahan gaya dorong senjatanya saat dia menggantinya pada mode otomatis. Namun, musuh juga tidak mungkin membiarkan diri mereka ditembak oleh Quenser. Dengan refleks, mereka berbalik dan mengangkat senjata mereka ke arah suara itu berasal. Quenser bergerak sedikit lebih cepat. Quenser menembak membabi buta semua yang ada di sana, jadi dia mengarahkan larasnya dari kanan ke kiri daripada dia secara berhati-hati membidik. Dengan cepat dia menarik pelatuknya, dia menembakkan peluru yang terbang dengan jarak waktu yang membuat kematian terasa begitu pendek. Untungnya, dia membuat mereka terkejut. Darah merah tepercik ke udara dan para prajurit itu jatuh ke salju. (...Sepertinya aku sudah menyelesaikannya...!!) Namun, dua sisa dari prajurit yang tersisa itu berhasil menunduk dan kemudian lari dari tembakan membabi buta Quenser. Saat Quenser berdiri karena berat dari dorongan senapannya, dia melihat salah satu dari prajurit yang selamat mengarahkan senjatanya sambil berlutut. Sambil tetap menunduk, sang Putri menendangnya. Di dalam pergulatan mereka, prajurit itu tidak bisa menembakkan senjatanya. Quenser panik, tapi rasa khawatirnya itu tidak beralasan. Sang Putri memegang tusuk logam untuk memasak yang memiliki standar yang sama dengan peralatan bertahan hidup seperti perban dan tongkat pancing. Dia menusuk prajurit itu dari samping. Satu prajurit yang tersisa mencoba melarikan diri dari sang Putri, tapi dia dengan cerobohnya mengangkat kepalanya terlalu tinggi sehingga berondongan peluru dari Quenser mengenai kepalanya dan membuatnya jatuh ke salju. Selesai. Atau itu yang Quenser pikirkan. Prajurit yang terluka akibat serangan tusukan dari sang Putri menarik pelatuk senapannya dan jatuh ke salju. Sepertinya, dia tidak berniat melakukan itu, tapi dia menarik pelatuk dari pelontar granatnya yang terdapat di bagian bawah senapannya. Larasnya membidik ke sembarang arah...yang tanpa sengaja membidik ke arah Quenser. Suara ledakan yang keras dan proyektil itu membentuk sebuah bentuk panah daripada garis lurus. Quenser tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Segera setelah itu, Quenser terlempar karena ledakan itu dan rasa sakit menjalar ke bagian atas tubuhnya. Pandangannya tertutup oleh warna putih. Saat pertama, dia berpikir bahwa itu adalah langit, tapi sebenarnya kepalanya tertutup oleh salju. Butuh beberapa saat sampai dia bisa berbaring di sisi tubuhnya. (...Apa...yang terjadi padaku...?) Saat dia masih belum sadar apa yang terjadi pada dirinya, semua kekuatannya meninggalkan tubuhnya. Entah bagaimana dia mampu menggerakkan tubuhnya yang membeku seperti mayat yang telah mencapai tahap Rigor mortis, tapi pegangan senapannya masih ada di jarinya. Lengannya kemudian jatuh di atas salju. Akhirnya dia bisa merasakan rasa sakit di dada dan lehernya. (Sial, apa yang terjadi? Apa mereka semua mati? Apa aku meleset? Mereka tidak akan bangun lagi ‘kan?) Tidak ada lagi suara tembakan. Dia telah membunuh mereka semua, mereka telah kabur, atau mereka berhenti karena mereka sadar bahwa mereka akan menghabiskan peluru mereka? Terkubur di bawah salju, Quenser tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya. (...Kh...) Dia melihat lukanya, tapi tubuhnya tidak bisa bergerak sesuai dengan keinginannya. Sementara itu, pikirannya berhenti berpikiran normal. (Apa yang terjadi dengan sang Putri...?) Dia berusaha keras untuk sampai ke tempat ini demi menyelamatkan sang Putri dan dia tidak memiliki tenaga untuk melihat apakah sang Putri masih hidup atau tidak. Kesadarannya menurun hingga ia turun ke dalam kegelapan. Bahkan rasa sakit yang ia rasakan tadi menghilang; tidak ada lagi rasa sakit yang membuatnya harus berteriak.
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube × Cursed × Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information