Editing
HEAVY OBJECT:Volume 1 Bagian 1
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
===Bagian 11=== Ia serasa mendengar seseorang memanggil namanya. Yang bisa dia lihat sekarang hanyalah pandangan yang entah berwarna hitam maupun warna-warni. Sepertinya warna itu berasal dari kedua bola matanya yang tertutup dan menghasilkan mosaik tanpa proses dari otak. Sementara Quenser kehilangan keseimbangannya, rasanya dia ingin muntah, dan matanya begitu kosong, dia mendengar seseorang memanggil namanya. “...Hey, bangun, Quenser!! Jangan tidur! Bangun!!” “Heivia...?” Quenser berguman dengan suara yang serak. Tubuhnya tenggelam di dalam salju, tapi dia tidak bisa merasakan dinginnya salju. “Kenapa? Bukannya kau melarikan diri...?” “Diam. Aku tidak memiliki pilihan lain.” Heivia memiliki misil anti-tank yang mudah dibawa digantung di punggungnya. Dia sebenarnya tahu bahwa memiliki benda seperti ini pun tidak ada artinya, tapi Heivia merasa bahwa dia harus membawa senjata sebanyak yang ia bisa bawa. Quenser sepertinya tahu bahwa tubuh Heivia bergetar karena ketakutan. Rasa takut akan Object tidak akan bisa hilang begitu saja. Bahkan, Heivia telah mengikuti Quenser. “...Apakah aku tertembak...?” “Kau itu amatir. Granat tadi tidak mengarah ke kamu tapi ke batu yang ada di sana. Tubuh bagian atasmu terkena pecahan batu yang meledak tadi. Kalau kau langsung terkena granat itu, tubuhmu pasti hancur. Mereka sengaja melakukan itu.” “Begitu ya. Aku payah sekali... apa aku pingsan karena ledakan itu?” Quenser mencoba untuk bangun, tapi ia mengerang setelah merasa tekanan yang begitu hebat di dadanya. Sepertinya efek syok yang diakibatkan ledakan itu tadi membuat jantungnya berdetak cepat. Ia batuk dan akhirnya ia bisa merasakan dirinya yang masih utuh di dalam salju. “Oh, tidak! Di mana sang Putri Elite...? Apa dia dibawa oleh musuh saat aku pingsan?” “Apa yang kau katakan? Kau menang. Kau mengalahkan mereka semua, jadi jangan khawatir. Lihat, pahlawan. Putri yang kau selamatkan ada di sana.” Quenser melihat ke arah yang ditunjuk oleh Heivia dan melihat sang Elite itu duduk sekitar 2 meter dari mereka. Putri berdiri sambil melihat wajah Quenser seperti tidak percaya pada apa yang dia lihat. Ekspresinya saat itu sulit untuk dikatakan. Hanya saja yang pasti adalah rasa takut yang begitu kuat. Lebih kuat dari syok yang ia rasakan. Dia terlihat tidak bisa percaya bahwa dia telah selamat dan tetap hidup. Emosinya tidak bisa dijelaskan dengan istilah umum yang biasa digunakan. “Kenapa...?” katanya dengan suara yang bergetar karena emosinya yang masih berkumpul di dalam dirinya. “Kenapa kau datang untuk menyelamatkanku...?” Setelah itu, apa yang selama ini dia rasakan dan tahan sedari tadi tumpah keluar karena lubang di dalam hatinya. Atau mungkin dia merasakan sesuatu yang membuatnya tidak bisa berbohong lebih lama lagi. “Kamu ‘kan tidak pernah diperintah untuk bertarung. Kamu juga bukan Elite. Kamu tidak dilindungi oleh armor tebal yang anti ledakan nuklir, jadi kenapa kamu ke sini?” Quenser merenungkan perkataan sang Elite. Makna lebih dalam dari yang biasa sang Elite itu tunjukkan seperti menampilkan pribadi yang berbeda dari yang Quenser tahu. “Dan aku akan terus menertawakanmu di dalam hatiku.” Kata-katanya terus tumpah ke luar. Hal ini sebenarnya agak tidak sopan untuk dikatakan seorang pilot Object yang menjadi ujung tombak angkatan militer, dan sekaligus, wakil dari negaranya. “Aku akan menertawakanmu karena kau akan selalu membutuhkanku untuk melindungimu dan karena kau akan terbunuh karena Object!” Namun, hal inilah yang kini membuatnya terlihat seperti manusia. Quenser sadar bahwa sang Putri itu tidak terlihat seperti air yang bening; ia lebih terlihat seperti air putih yang berbau seperti klorin. “Aku tidak ingin mengatakan hal seperti ini dan aku rasa aku memiliki pendapat yang lebih sopan dari itu, tapi aku harus mengatakan ini karena aku memiliki perasaan yang buruk tentangmu!! Kenapa kamu ke sini untuk menyelamatkanku!?” Quenser dan Heivia saling bertukar pandang. Mereka kemudian melihat kembali sang Elite. Mereka melihat seorang gadis yang kehilangan perannya karena kehilangan Object. “Yang kamu maksudkan dengan ‘perasaan yang buruk’ tentangku itu benar.” “Eh...?” “Aku mencoba mempelajari sebanyak mungkin tentang Object, tapi aku sekarang mengerti sesuatu yang kudapat setelah pertarungan hari ini. Benda itu adalah monster. Benar, itu adalah monster. Siapa yang bertarung sendirian di sana selama ini untuk mencegah monster itu datang ke markas kita?” Gadis itu melihat Quenser dengan pandangan terkejut. Terkubur di dalam salju dengan tingkat gangguan mental dan syok yang tinggi sepertinya tidak menghilangkan keteguhan di wajahnya, tapi Quenser mencoba menggerakkan otot wajahnya yang kaku untuk tersenyum. “Tapi tidak lama lagi,” kata Quenser sambil mengangkat senapan yang jatuh di dekatnya. Dia menarik magasin yang telah habis dan menggantinya dengan magasin yang baru yang diberikan oleh Heivia. Dibandingkan dengan Object, benda ini tidak lebih dari tusuk gigi. Dengan benda itu di tangannya, Quenser melihat wajah sang Elite dan memperlihatkan mukanya yang kacau itu. “Kau tidak perlu lagi bertarung sendirian. Apa ada alasan lain yang perlu kau tahu?” Gadis itu tidak tahu apa yang harus ia jawab lagi. Dia adalah seorang Elite, pilot yang mengendarai senjata raksasa bernama Object. Sepertinya tidak ada seorang pun yang pernah berkata seperti itu kepadanya sebelumnya. Dia telah hidup dengan menanggung begitu banyak nyawa di pundaknya, menang adalah hasil yang ingin mereka dengar, dan dia tidak pernah diancam akan kehilangan semuanya jika ia kalah. Dia berusaha sendirian dengan keringatnya sendiri dengan beban seperti itu. Maka dari itu, dia tidak pernah protes atas perannya di dalam perang ini yang tidak memberikan hasil menggembirakan apapun bahkan ketika dia harus terluka dan menanggung banyak perasaan kecewa pada dirinya. Gadis itu tidak begitu menerima apa yang dikatakan oleh Quenser. Dia berbalik dengan wajah yang kacau kepada Heivia, tapi Heivia menyelanya. “Aku bukan tentara khusus. Quenser bilang bahwa kamu tidak cukup untuk menjadi umpan dan instingku mengatakan hal itu. Aku tahu kalau Quenser itu sangat benar, jadi aku harus menyiapkan sesuatu yang dapat berfungsi sebagai umpan yang lebih baik dari kita. Kalau tidak, kita akan mati. Dan juga...well... seperti yang aku bilang tadi, aku tidak memiliki pilihan.” Dengan gayanya yang biasa, Heivia melihat ke sekelilingnya. “Sekarang, putriku dan ksatrianya. Sepertinya kita tidak bertahan di tempat ini lebih lama lagi.” “...?” Quenser termenung, tapi kemudian dia sadar apa yang dimaksudkan oleh Heivia. Keberanian Heivia yang ia paksakan – tersembunyi dibalik ketakutannya – merasakan kehadiran Object yang mendekati mereka dengan suara petir yang menggelegar. “Ayo pergi! Kau membuat beberapa kegaduhan saat membunuh prajurit-prajurit itu. Object mereka pasti mengarah ke sini!!” Heivia menangis karena ketakutan dan mengakhiri suasana menenangkan itu. Mereka kembali ke neraka yang menyambut mereka. Permainan kejar-kejaran dengan taruhan hidup dan mati bersama dengan Object yang mengejar mereka telah dimulai. “Sial! Ke mana kita harus pergi!?” Salju yang dalam menahan kaki mereka, tapi Quenser begitu kuat berusaha untuk bergerak. Sementara Heivia berteriak begitu keras untuk menghilangkan rasa takutnya. “Kau harus mengingat peta area tempat dimana kau berperang!! Ada gua sekitar 50 meter dari sini. Kalau kita bisa ke sana, kita bisa kabur dari Object ini!!” 50 meter. Itu adalah jarak yang bisa mereka tempuh dengan berlari bahkan dengan peralatan di punggung mereka. Namun, salju yang dalam ini menahan kecepatan mereka dan Object musuh menggunakan aliran listrik statis yang bergerak dengan mulus di lereng gunung. Gerakannya itu membuat Object terlihat menuruni bukit seperti seluncuran. Jaraknya sekitar 3 km, tapi jarak itu tidak ada artinya bagi Object. “Benda itu mengarahkan meriam plasmanya ke kita!!” teriak sang Elite. (Jika Object itu mengarahkan senjatanya ke arah kita, tidak mungkin bisa mengenai kita tepat sasaran. Apa mereka sudah tidak peduli lagi untuk menangkap Sang Putri hidup atau mati?) Anehnya jarak menuju gua itu terasa sangat jauh. (Mereka mungkin bisa mendapatkan informasi dimana Object kita disembunyikan kalau bisa menangkap sang Putri lalu menyiksanya, tapi serangan ini sangat berbeda dari tindakan prajurit-prajurit yang tadi!!) Ia merasa bahwa kakinya begitu kaku karena rasa takut, tapi dia tidak memiliki pilihan lain selain lari. “Hei, Quenser. Kau zeni perang, ‘kan? Apa kau punya peledak?” “Aku punya 5 kilogram C4!” “Apa!? Bukannya standarnya 10 kilo!?” “Aku merasa bodoh kalau membawa peledak seperti itu kemana pun aku pergi! Dan kenapa zeni sipil sepertiku harus menggunakan peledak! Benda itu tidak akan berguna bagi Object!!” “Berikan padaku! Cepat pergi ke sana!! Pemicunya sekalian!!” Saat mereka mendekati mulut gua itu, Quenser menempelkan tanah liat seukuran kaleng semprot rambut. Bom itu diletakkan di dalam sebuah paket dengan kertas film yang bening dan Heivia menyiapkan penerima sinyal peledak di kertas film itu sebelum menancapkan pemicu listrik di dalamnya. Dia kemudian menempelkannya tepat di mulut gua itu. Senjata utama Object mendekati mereka, meriam plasma berstabilitas rendah, dengan perlahan mengarahkan senjatanya kepada mereka. Namun, Heivia melompat ke dalam gua itu sebelum mereka sempat menyalakan pemicunya dan Quenser mengikutinya. Kaki sang Putri tersangkut di dalam salju dan tersandung, tapi dia mampu bangkit kembali dan berguling masuk ke dalam gua. Quenser dengan panik menangkap sang Putri sebelum berteriak kepada Heivia. “Hei, apa yang akan kita lakukan sekarang!? Kalau meriam itu menembak gua ini, kita akan dimasak sampai mati!! Tidak peduli berapa dalam gua ini, panasnya akan menaikkan suhu udara di gua ini dan mengubah gua ini menjadi oven untuk memasak kita!!” “Itulah kegunaan C4! Sekarang, minggir!! Masuk lebih dalam!!” Heivia menyuruh Quenser masuk ke dalam gua itu lebih dalam dengan mengajak sang Elite di belakangnya. Setelah masuk sekitar 10 meter, Quenser baru menyadarinya. Apa yang Heivia rencanakan dengan bom C4 itu? Dia mungkin telah merencanakan sesuatu saat Object itu tadi mendekati mulut gua ini, tapi Quenser ragu kalau serangan itu akan memberikan efek ke Object. Lagi pula, armor Object bisa menahan serangan apapun bahkan serangan nuklir sekali pun tanpa kesulitan sedikit pun. “Maaf, aku mencoba mengadu keberuntungan kita dari awal.” Setelah itu, Heivia menekan tombol pemicu ledakan dengan perangkat nirkabel. Dengan suara begitu menggelegar, langit-langit gua itu runtuh, menutup pintu gua itu. Heivia sedang mencoba menguji keberuntungan mereka. Dari awal, dia ingin mengubur mereka hidup-hidup jika tidak ada jalan keluar. Kedua, suara ledakan yang menekan tubuh mereka menghancurkan gua itu. Berkat itu, Quenser merasa bahwa gendang telinganya terbakar.
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube × Cursed × Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information