Editing
HEAVY OBJECT:Volume 2 Bagian 1
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
===Bagian 5=== Dan kemudian mereka semua dikirim ke Antartika. Para teroris itu diduga bersembunyi di Gunung Erebus yang dekat dengan laut, tapi Quenser dan yang lain menggunakan perahu untuk mendarat di pesisirnya daripada harus terbang langsung ke sana. Dari situ, mereka dan sekitar 100 prajurit lainnya secara perlahan dan harus secara hati-hati memutari tempat itu. Para prajurit yang biasa bertugas menjaga markas kali ini juga harus ikut serta dalam misi ini. Mereka menggunakan tank dan sebuah helikopter, dan mereka semua terlihat seperti sebuah pasukan yang berasal dari era yang telah hilang. “Apa kau serius?” gumam Heivia saat dia berjalan berdampingan dengan Quenser. “Ini adalah Antartika. Biar aku katakan ini sekali lagi, Antartika. Apa yang aku lakukan di sini? Aku seharusnya berada di markas selama 3 tahun untuk bisa menjadi kepala keluarga di dalam keluarga besarku. Apa yang aku lakukan di sini? Apakah monster berdadan raksasa itu telah lupa kalau aku ini adalah analis radar?” “Coba pikir, aku datang ke sini sebagai mahasiswa magang untuk mempelajari Object, jadi kenapa aku juga ada di benua es ini tanpa ada sebuah Object-pun di sini?” “Brengsek. Kita ini hanya antena manusia. Mereka seharusnya mengirim drone daripada mengirim manusia.” “Dengan angin yang sulit di sini, aku ragu kalau UAV bisa digunakan di tempat seperti ini. Juga, sinyal radio mudah untuk dilacak, jadi ide itu cukup buruk untuk kondisi seperti ini.” “Bisakah kamu tidak usah terlalu serius? Apa kamu mengembangkan kemampuan masokismu itu di bawah kesewenang-wenangan komandan kita?” “Aku hanya ingin menyelesaikan ini dengan cepat supaya kita bisa segera pergi dari sini. Aku tidak terlalu peduli dengan pekerjaan yang tidak berhubungan dengan Object. Heivia, kau harus belajar bagaimana caranya orang dewasa menyelesaikan masalah.” Kata Quenser dengan nada bosan, tapi sepertinya Heivia tidak mendengarkan. Heivia melihat ke langit yang sangat putih di atas dan berkata, “Ngomong-ngomong, ini Antartika bukan? Selalu ada satu hal yang ingin aku tanyakan tentang tempat ini. Apa kau keberatan kalau aku bertanya?” “Keagungan alam bukanlah hal yang aku kuasai. Kalau kau butuh penjelasan, tanyakan saja pada orang-orang dari Lembaga Swadaya Lingkungan.” “Oh, ini bukan sesuatu yang aneh kok.” Antartika adalah sebuah benua es. Di beberapa tempat, suhunya bisa mencapai 50 derajat celsius di bawah nol, membuatnya benar-benar menjadi sebuah area beku di bumi. Di tanah putih ini, air lebih banyak menghabiskan waktunya sebagai zat padat daripada zat cair. Hal yang sama terjadi pada manusia. Jika otot dan darah di dalam tubuh dilemparkan pada suhu yang sangat ekstrem seperti ini, ia akan berubah menjadi lebih padat dari pada sebelumnya. “Kenapa di Antartika sangat dingin?” gerutu Heivia saat dia melepaskan penutup kepala dari mantel musim dingin yang ia kenakan. Rasanya agak aneh jika ia mengusap keringat di alisnya dan melihat ke sekelilingnya. Di dalam film dokumenter hewan yang ia tonton, wilayah ini benar-benar sangat putih, tapi mereka berdiri di sebuah wilayah yang berupa tanah seperti batu hitam. Juga, sebuah uap putih keluar dari dalam tanah di banyak tempat. Pertemuan dua jenis angin yang sangat kuat bertiup di segala arah, dan salju putih terus turun dari awan putih di atasnya, tapi uap itu membuat mereka sama sekali tidak bisa merasakan dingin dan salju meleleh ketika menyentuh tanah, jadi itu tidak dihitung. Tidak ada satu pun yang ia lihat sekarang ini persis dengan apa yang ia pikirkan selama ini di kepalanya. Sementara itu, Quenser melihat ke bawah untuk membaca apa yang tertulis di termomter digitalnya. “Musim di wilayah garis khatulistiwa itu terbalik, ‘kan? Sekarang di sini hampir musim panas. Bahkan suhu udara di sini adalah -3.9 derajat celsius. Kau akan merasa sangat kedinginan jika melepaskan mantel musim dinginmu itu.” “Tidak mungkin. Ini masih di bawah nol derajat? Aku merasa seperti berada di dalam sauna.” “Ini adalah wilayah pegunungan berapi, jadi panas merambat secara teratur dari dalam tanah. Aku ingat bahwa di sini pernah terjadi letusan gunung berapi dua tahun yang lalu dan itu membuat pergerakan yang signifikan dari permukaan di sini. Kau merasa panas karena itu. Kalau kau mencoba tidak bergerak kau akan merasa kedinginan, jadi kau harus memasang mantelmu itu segera.” “Ah ha ha ha ha ha ha!!” tawa Heivia tanpa peringatan. Quenser melihat dengan wajah bingung dan Heivia menunjuk sebuah titik tertentu. “Lihat Quenser!! Itu adalah kolam air panas. Kita ada di Antartika dan ada kolam air panas keluar dari dalam tanah!!” “...Aku ‘kan sudah bilang kalau kita ini sekarang ada di wilayah pegunungan berapi.” “Tapi itu adalah kolam air panas!! Tempat ini menghancurkan semua yang aku ketahui soal Antartika!!” Saat dia berbicara, Heivia melepaskan kacamata tebalnya. Dia merangkak di pinggir kolam yang mengeluarkan uap putih dan memasukkan tangannya di dalamnya. “Oh... wow. Suhu 40 derajatnya sangat pas.” “Hentikan Heivia. Kalau kita meluncur ke dalam kolam air panas ini, kita tidak akan mempedulikan soal perang ini lagi.” Sebenarnya mereka tidak ingin pergi dari sini, tapi Froleytia pasti akan menyentak mereka jika mereka jatuh ke dalam jebakan kolam air panas ini. Jadi mereka berdua pergi begitu saja dari tempat itu. Ada seratusan prajurit yang ikut di dalam misi ini, tapi karena lingkaran yang harus diputari sangat luas, Quenser dan Heivia pun tak bisa melihat mereka lagi. Mereka berjalan melintasi wilayah bebatuan hitam yang keras yang tampil di dalam perangkat genggam mereka. Setelah berjalan cukup jauh, tanah hitam itu kemudian tertutup salju dan es. Tanahnya memang terlihat rata, tapi sebenarnya cukup miring untuk membuat orang yang jatuh menjadi sebuah bola salju raksasa. Suhu di sekitar mereka juga turun dengan drastis. Tanah putih itu hanyalah pemandangan yang bisa mereka lihat di setiap arah dan mereka tidak bisa melihat penunjuk wilayah yang jelas. Hanya bergantung pada peta membuat mereka merasa telah menghilang. Quenser melihat ke kakinya yang menginjak es yang hancur di kakinya. “Oh, sekarang rasanya aku benar-benar berada di Antartika.” “Ow!? Tempat ini bukan hanya dingin, tapi menyakitkan! Hei, Quenser. Ada yang aneh di wajahku, apa kau melihat sesuatu yang aneh!?” “Keringat di wajahmu membeku. Aku rasa itu yang membuatmu merasa sakit.” “Sial, sial, sial, sial!!” teriak Heivia saat dia dengan panik membersihkan wajahnya yang sedikit demi sedikit membeku dan menarik tudung kepalanya. “Brengsek! Kalau kita benar-benar ada Antartika, apa kita tidak bisa melihat sesuatu yang imut seperti penguin!?” “Es yang banyak ini juga pemandangan yang bagus. Kau akan jatuh sakit beberapa hari lagi, mungkin.” “Kenapa kamu bisa sangat tenang di sini, Quenser? Apa kau berasal dari negara yang sangat dingin?” “Tidak. Aku sudah sangat kenyang dengan es,” kata Quenser dengan berdehem. “Saat aku masih bersekolah di negara asalku, kami melakukan banyak percobaan dengan selembar persegi es kering untuk mengajarkan kita tentang dasar dari armor Object. Kita belajar bagaimana retakan itu bergerak dengan menusuknya di tempat yang berbeda-beda.” “Kenapa es? Armor Object ‘kan terbuat dari logam.” “Dengan air, percobaannya menjadi lebih mudah dipakai ulang. Dengan pendingin, percobaannya bisa dilakukan berkali-kali sebanyak yang kita mau. Juga, kita hanya belajar dasar yang paling dasar dari bagaimana retakan itu bekerja, jadi tidak ada alasan yang cukup untuk menggunakan lempeng logam dengan titik lebur yang sangat tinggi yang memiliki bahan yang sangat reaktif yang khusus dibuat oleh para pengrajin dengan harga yang sangat mahal. Dengan mencampurkan bahan kimia di dalam air untuk menambah kepekatannya sebelum mendinginkannya, lapisan es itu bisa meretak dengan cara yang sama. Kami juga melakukan percobaan dengan meningkatkan efesiensi penyerapan tekanan dengan merusak kepekatannya,” kata Quenser sambil menghela napasnya. Karena pelajaran sekolah di tempat asalnya sangat membosankan, Quenser memutuskan untuk pergi ke medan perang. Quenser kemudian mengganti topik pembicaraannya. “Coba pikir, apa yang para teroris itu coba lakukan di tempat antah berantah seperti ini? Apa mereka menggunakan rudal untuk serangan udara itu sebagai hiasan?” “Kau tidak tahu apa-apa, Quenser,” jawab Froleytia di radionya. “Antartika sudah menjadi perlombaan di antara banyak negara untuk mendapatkan hak mengeksploitasinya sebelum PBB runtuh.” “...? Aku pikir Antartika tidak memiliki batas negara?” “Karena tidak memiliki batas negara-lah yang membuat banyak negara berlomba-lomba merebut tempat ini dengan susah payah. Antartika memiliki pertambangan besi dan batu bara. Laut yang memiliki banyak persedian ikan. Tempat ini memiliki banyak hal untuk diperebutkan,” kata Froleytia berusaha menjelaskan. “Saat ini, faksi-faksi di dunia yang ingin merebut tempat ini adalah Negara Junta Militer yang kita kalahkan sebelumnya, Wilayah Lembah Amerika Barat bagian tengah milik Korporasi Kapitalis, Kepulauan Chono milik Aliansi Informasi, dan Wilayah Britania Raya Selatan milik Kerajaan Legitimasi.” Quenser terkejut mendengarnya. “Oseania dan Kepulauan Chono berada di selatan khatulistiwa, tapi Wilayah Lembah Amerika Selatan berada di sekitar Los Angeles, bukan? Dan Wilayah Selatan Britania Raya berada di London... Wilayah-wilayah itu sangat jauh dari Antartika.” “Mereka menggunakan semangat penjelajahan mereka dan memaksakan pendapat bahwa orang pertama yang menemukan benua itulah yang berhak atasnya. Jika ekspedisi benar-benar dilakukan, siapa yang pertama duluan dialah yang menang, tapi paham seperti itu tidak melibatkan para pihak yang ikut terlibat, tidak seperti di Zaman Penjelajahan.” Itu berarti teroris ini (atau nama apapun yang mereka gunakan karena nama mereka tidak diketahui) telah menarget pesawat pengintai Kerajaan Legitimasi dengan rudal serangan udara karena masalah perebutan wilayah Antartika atau sumber daya alamnya. (Tapi bukan itu masalah utamanya. Di era Object seperti ini, para prajurit seperti kita diperintah untuk berlarian di tempat seperti ini sangatlah buruk untuk didengar...) “Apa kau memiliki hal lain untuk dikatakan Quenser?” tanya Froleytia. “Tidak!! Tidak ada sama sekali!!” “Aku memiliki berita bagus buat kalian. Jika kalian terjebak baku tembak dengan teroris, Object kita yang sangat indah telah bersiaga di Laut Ross, dan pelayan lucu kita akan menghancurkan mereka dengan tembakan meriam jarak jauh saat kalian menemukan lokasi mereka.” “Lalu,” kata Heivia saat udara yang keluar dari napasnya mengeluakan uap putih. “Tidak bisakah kamu menggunakan satelit militer daripada menyuruh kita berjalan di tempat ini? Di era saat ini, kau bisa membangun vila di bulan dengan pesawat ulang alik atau bisa menggunakan elevator laser atau mass driver. Satelit begitu banyak bertebaran di luar angkasa seperti botol kaleng di jalanan. Aku rasa seorang komandan yang sedang memerintahkan kita sambil ditemani coklat hangat di kapal pengangkut tidak mengerti perasaan kami di tempat sedingin ini.” “Masalahnya, agak repot untuk melakukannya di wilayah Arktik atau Antartika,” jawab Froleytia dengan halus walau dia tidak menghiraukan argumen Heivia yang terakhir. “Satelit pencocokkan wilayah geografis menggunakan gaya sentrifugal bumi untuk bertahan di wilayah garis equator dan benda itu tidak akan bisa melacak sampai sejauh ini. Beberapa satelit mungkin memang bisa berada tidak di wilayah garis equator, tapi mereka hanya bisa memeriksa wilayah-wilayah tertentu beberapa saat dalam sehari.” “Bukannya mereka memiliki satelit yang mengorbit di dalam sumbu bumi di luar atmosfer sana?” “Ya, dan itulah tempat yang memiliki banyak sekali konflik. ‘Berada tepat di sumbu bumi’ berarti memiliki tempat yang sangat strategis, jadi sangat banyak sekali satelit yang ada di sana. Kerajaan Legitimasi memiliki keunggulan kekuatan di Kutub Utara, tapi itu berarti kita sama sekali tidak memiliki keunggulan kekuatan di Kutub Selatan.” “Dan kamu dengan sengaja menggunakan alasan kekurangan peralatan pendukung untuk menyuruh orang-orang seperti kami untuk menjadi radar manusia,” kata Heivia dengan kesal. “Ini bukan hal yang dilakukan manusia beradab seperti kami.” “Heivia, manusia beradab tahu sopan santun. Apa kau tahu maksudku?” jawab Froleytia. Heivia baru mau menjawabnya, tapi sebelum ia sempat menjawabnya... Sebuah peluru menerjang tanah di antara Quenser dan Heivia. (Serangan musuh!?) Mereka berdua segera merunduk, tapi mereka sadar bahwa pematang rata seperti ini tidak memberikan tempat sama sekali untuk sembunyi. Heivia meraih bahu Quenser dan memaksanya untuk mundur. Bahkan di dalam pematang yang terlihat rata ini, tanahnya seperti gundukan tak terlihat. Mereka menusukkan kaki mereka beberapa meter sedikit ke dalam salju dan bersembunyi di balik tanah es ini. “(Apa, apa, apa!? Apa ini serangan teroris!?)” “(Siapa lagi kalau bukan!? Kita hampir mati di Antartika. Jika bukan karena angin ini, salah satu dari kita pasti mati dengan tembakan di titik vital!!)” “(Wilayah di sini sangat panas vulkanis dan dinginnya luar biasa, jadi pasti ada perbedaan suhu yang sangat drastis di sini. Mereka sudah ada di sini lebih lama dari kita, jadi pasti logam di laras dan pembidiknya sudah disesuaikan untuk kondisi ini.)” Saat mereka berbicara di dalam suara yang serak, peluru itu menghantam salju itu lagi dan melemparkan kristal-kristal es ke udara. Titik hantamnya tersebar di beberapa titik. Mungkin itu karena tiupan angin yang sangat keras sehingga mereka tidak bisa mengenai target mereka seperti yang dikatakan Heivia, atau mungkin karena ada beberapa alasan kecil yang menumpuk di depan mereka. Sambil masih berbaring di tanah, Heivia menahan senapannya dan dengan menggunakan pembidiknya, dia mencoba mengumpulkan data dari pemancar inframerah dan spektrum ultraviolet. “(Jarak mereka 200 meter. Ada 7... mungkin 8 orang. Senapan mereka menggunakan penyangga kayu. Mereka memasang sebuah pelontar granat dengan menggunakan plester elektrik.)” “(Apa kau bisa menghabisi mereka?)” Tanya Quenser. “(Kenapa kau berbicara seperti seorang penonton biasa? Keluarkan pistol atau PDW-mu untuk membantuku!!)” “(Maaf, tapi aku tidak punya pistol. Aku cuman punya peledak yang biasanya.)” “(Terus kenapa kau ada di sini!?)” Heivia sudah bersiap menyekik Quenser, tapi peluru itu kembali menghantam salju di dekat mereka. Dia dengan panik menunduk dan membalas tembakannya untuk menjaga musuh tetap bersiaga. “(Sial, sial, sial!! Aku akan menyekikmu nanti, tapi ada banyak hal yang ingin aku tanyakan! Kenapa kau pergi untuk melawan teroris tanpa sebutir peluru pun di tanganmu!?)” “(Kalau boleh jujur, aku juga ingin punya satu di tanganku sekarang!)” “Kau tidak bisa, Quenser,” potong Froleytia. “Seorang mahasiswa magang yang belum menyelesaikan pelatihannya tidak diizinkan untuk membawa senjata api.” “(Yah, tapi bukannya lebih parah kalau aku membawa peledak?)” “Kau diizinkan menggunakan peledak untuk percobaan anti-syok pada Object di sekolah negara asalmu, ‘kan? Itulah kenapa kau diizinkan untuk menggunakan peledak di sini. Juga, pikiranmu yang seperti itu menunjukkan kalau kau adalah seorang bocah yang tidak tahu betapa menyakitkannya pemecatan tidak hormat.” “(Oh begitu...)” jawab Quener saat peluru teroris itu menghantam salju tepat di sebelahnya. Di saat itu, Heivia berteriak. “Jangan duduk saja dan lakukan sesuaaaaaatttttuuuuuuuuu!! Kenapa hanya aku saja yang melawan balik!? Kita tahu dimana posisi musuh, jadi gunakan meriam Object putri untuk menghancurkan mereka semua!!” “Oh, iya juga ya,” kata Quenser saat dia menyetel frekuensi radionya untuk menghubungi sang putri. Jawabannnya sangat jelas dan bisa dimengerti. “Di lokasi itu, gelombang ledakan dan panasnya bisa mengenai kalian juga. Apa kau yakin? Ganti.” “Sial, sial, sial, sial, sial, sial, sial, FUCK!!” teriak Heivia saat dia membalas dua sampai tiga kali tembakan dengan senapannya. Sementara itu, Quenser mencoba menghubungi kawan-kawannya di wilayah ini, tapi tidak ada satu pun kawannya yang bisa datang dengan cepat. “Brengsek. Mereka meninggalkan kita pada posisi ini agar mereka bisa menghindar, iya ‘kan?” Dia ingin melemparkan senapannya dan pergi dari sini, tapi dengan peluru yang beterbangan udara, mengangkat kepalanya tanpa hati-hati akan membuatnya terbunuh. Dua ratus meter itu jarak yang terhitung pendek untuk sebuah senapan, hanya saja karena angin yang sangat keras dan pematang putih ini membuat mereka kehilangan kontak visual yang jelas. Dan itu adalah alasan kenapa kedua belah pihak sama-sama tidak bisa mengenai lawannya. Prajurit musuh mungkin sudah memahami tempat ini dan menyebar. Hanya beberapa meter lagi jarak antara mereka berdua dengan prajurit musuh, tapi mereka sangat jelas berusaha memutari mereka. Quenser hampir saja mau mengangkat kepalanya karena kaget, tapi Heivia menahannya di bawah. Lalu dengan segera peluru tadi hampir menyasar ke posisi kepalanya yang akan naik. Sambil tertutupi salju, Quenser berkata, “Ini buruk, Heivia!!” “Maksudmu musuh yang mencoba mengepung kita begitu, ‘kan!? Aku sudah tahu itu! Masalahnya adalah tidak ada satu hal pun yang bisa kita lakukan saat ini!! “Tidak, bukan itu!! Penguin!!” “Hah!? Siapa yang peduli soal penguin seka— Penguin!?” “Itu bayi! Bayi penguin!!” Dengan wajah terkejut, Heivia melihat ke arah yang ditunjukkan oleh Quenser. Seekor bayi penguin berwarna abu-abu sedang menetas di tengah pertempuran dua faksi ini. Jika terus begitu, bayi itu bisa terjebak di dalam baku tembak, tapi mereka tidak bisa berhenti begitu saja. Persis saat itu, ketika darah tiba-tiba naik ke kepalanya, mukjizat pun terjadi. Saat dia menarik jarinya dari pelatuknya, para teroris itu melakukan hal yang sama. Yang tertinggal sekarang hanyalah bayi penguin yang berusaha menetas tanpa menghiraukan suasana pertempuran di tempat ini. Dengan tangan berkeringat, Quenser dan Heivia menonton perkembangannya. “(Ayo!! Kau bisa melakukannya, bayi penguin!!)” “(Tunggu, kenapa cuma ada bayinya!? Di mana orang tuanya!?)” Dan kemudian bayi penguin itu jatuh. “Waahh!!” “Jangan, Heivia!! Tidak boleh ada interaksi manusia di dalam proses alam!!” Heivia hampir saja berlari ke tempat itu, tapi Quenser dengan cepat menghalangi niat baiknya. Sementara itu, bayi penguin itu menggunakan kakinya untuk kembali berdiri dengan kakinya. “Gyah!” lalu terdengar ringkikan dari langit. “Seekor Albatros!?” “Hei, burung itu tidak mencoba memakan bayi penguin itu, ‘kan? Iya, ‘kan!?” Namun hukum alam kembali bermain di sini. Sementara Heivia mencoba mengarahkan senapannya ke burung itu dan Quenser mencoba menghentikannya, Albatros itu melebarkan sayapnya dan bersiap untuk menerjang tanah dari surga. Siluet bayi penguin yang terlihat seperti bola berbulu itu tidak tahu apa yang akan terjadi padanya. Dan Albatros itu menyerangnya. Musuh alami penguin itu menerjang tanah seperti sebuah tombak. Paruhnya yang mematikan dengan akurat menarget bayi penguin itu. Semua orang melihat warna dan bau darah. Quenser dan Heivia lupa bahwa mereka sedang bertempur dengan senapan mereka dan menutup mata mereka dengan tangan. Tapi tragedi yang mereka pikirkan tidak terjadi. “Kmyaaaaaaahhhhh!!” datang suara ringkikan dari arah lain. “!? Apa—apa itu, Quenser!?” “Aku pikir itu ibunya. Itu ibu penguin!!” Ketakutan karena mendengar suara peringatan dari ibunya, Albatros itu meleset dari target pertamanya. Paruhnya mengiris bayi penguin itu sedikit dan ibunya mengeluarkan suara teriakan yang lebih tinggi. Albatros itu sepertinya tidak mau mengalah. Ia menyiapkan ancang-ancangnya lagi dari langit putih, terbang dengan jarak yang lebih lebar, dan kemudian mengarahkan dirinya ke bayi penguin itu lagi. Namun, bayi itu tidak lagi sendiri. Ibunya bertindak seperti pelindung bagi bayi penguin itu. Tidak ada jaminan bahwa ibunya mampu melindungi bayinya. Paruh tajam dan cakarnya sudah cukup untuk mengoyak seekor penguin raksasa. Ia melebarkan sayap yang biasa ia gunakan untuk mendarat di air, membuka paruhnya selebar yang ia bisa, dan mengeluarkan suara ringkikan yang lebih kuat. Quenser dan Heivia menahan napas mereka. Para teroris itu juga terdiam ketika melihat hal itu. Lalu... Albatros itu terbang di atas kedua penguin itu beberapa kali sebelum akhirnya ia benar-benar menyerah. Ia meninggalkan trayektorinya, mengeluarkan tangisan penyesalan dan pergi ke langit putih. Ibu penguin itu berhasil melindungi anaknya. [[Image:HO v02 056.jpg|thumb]] Dalam waktu singkat, sorakan terdengar di antartika seperti tempat itu berubah menjadi sebuah stadium. Suara itu terdengar seperti kerumunan manusia yang begitu takjub akan cinta kasih si ibu penguin. Quenser dan Heivia saling berpelukan dan para prajurit musuh itu mengangkat senjata mereka ke atas seperti mengangkat barbel tanda mereka senang. Suara kegembiraan yang mengelilingi penguin itu sepertinya membuat mereka berdua merasa terkejut. Bayi penguin itu bersembunyi di antara kaki ibunya dan dua binatang itu segera pergi dari tempat itu. Biasanya sang ayahlah yang melakukan tugas itu, tapi kali ini entah kenapa sang ibu yang melakukannya. Setelah 10 menit, penguin itu itu keluar dari wilayah pertempuran ini, berjalan turun ke sisi lereng, dan menghilang dari pandangan Quenser dan Heivia. Tidak lama kemudian, demam penguin itu akhirnya berakhir. Segera setelah itu, kedua belah pihak langsung bertempur habis-habisan tanpa ragu. Quenser dan Heivia bersembunyi sebisa mungkin. Saat Heivia menarik pelatuknya, dia menangis darah. “Ahhhhhh!!! Tembak tembak tembak tembak tembak!!” “Dahh! Brengsek! Aku rasa kita tidak bisa saling mengerti satu sama lain!!” teriak Quenser saat dia mengoperasikan perangkat genggamnya. Di Antartika, semuanya terlihat putih tidak peduli kemana pun kau melihat, jadi dia membesarkan dan mengecilkan petanya untuk mengecek semua yang ia lihat dua kali. Melihat itu, Heivia merasa kesal dan berkata. “Memangnya memeriksa peta bisa membantu kita!? Kita tidak bisa mendapatkan bantuan dari sang putri! Musuh bisa dengan cepat mengepung kita dan memecah pertahanan kita!!” “Ayo kita selesaikan itu sebelum itu terjadi.” Quenser menarik peledak plastik Hand Axe dari tasnya. Dia menancapkan pemicu elektrik-gelombang radio ke dalamnya. “Saat aku memberi tanda, tembak membabi buta sebanyak yang kau bisa. Aku akan melempar peledak ini saat itu.” “Apa kau tidak tahu berapa jarak kita dengan mereka? 200 meter. Tidak peduli kau melempar sejauh apa, bahkan pemain baseball profesional tidak bisa melempar sejauh itu.” “Aku tidak punya waktu untuk menjelaskan! Lakukan sekarang!!” “Sekarang! Sial!!” Masih mengeluh, Heivia menggenggam senapannya. Dari pada membidik musuhnya, dia menembak semaunya dia ke segala arah dan membuat senapannya terlihat seperti mengipasi semua arah dengan peluru. Dan hasilnya adalah akurasi tembakannya menurun secara drastis, dan bahkan tidak ada satu pun pelurunya yang mengenai mereka. Namun, cara ini menakuti para musuh dan cukup membuat mereka berlindung di balik sesuatu. Quenser mengangkat tubuhnya dan melemparkan bom plastik itu dengan seluruh kekuatannya. Hand Axe berputar dengan garis lengkung yang jauh, tapi tidak cukup jauh untuk mengenai musuh seperti yang diperkirakan oleh Heivia. Juga, angin membuat bom itu tidak bisa terbang secara lurus. Melihat betapa keras angin bertiup, cukup banyak tenaga yang dikeluarkan Quenser untuk melempar benda sejauh 50 meter. Itu mendarat di sebuah kerak es tebal, jadi Hand Axe itu meluncur seperti menuruni batu miring. Sisi salju yang miring membantu Quenser untuk menambah jarak luncur bom itu semakin jauh. Bahkan dengan semua faktor itu, 120 meter adalah batasnya. Bahkan tidak sampai jarak 200 meter. Heivia mendecakkan lidahnya dan berteriak, “Brengsek! Aku bilang juga apa!!” “Tidak apa-apa! Ini memang yang aku inginkan!! Menunduk Heivia!!” teriak Quenser saat dia mengirim sinyal gelombang radio untuk meledakannya. Heivia merasa ragu, tapi hasilnya di luar perkiraannya sama sekali. Dengan suara erangan yang luar biasa, jarak 200 meter itu membentuk sebuah celah seperti gua. Bentuknya seperti sebuah jurang. Bumi bergerak dan jatuh ke ke bawah hingga beberapa ratus meter. Salju, es, dan para prajurit itu tertelan ke bawah. Tidak ada yang bisa lakukan. Para prajurit yang menembakkan peluru itu jatuh ke bawah dengan keterkejutan yang luar biasa. “Bagus, sepertinya berhasil,” kata Quenser dengan helaan napas saat dia menarik jarinya dari pemicu yang ia gunakan sebagai peledak. “Yang aku inginkan hanyalah pengetahuan soal desain Object, jadi kenapa aku harus mencari tahu cara untuk membunuh orang?” “...Um, apa yang terjadi?” “Tempat mereka berpijak tadi sepertinya benar-benar dan sangat menyakinkan adalah ‘di atas es beku’. Lapisan es tebal yang menutupi jurang di bawahnya dan celahnya sangat lebar. Karena aktivitas vulkanis di tempat ini, wilayah di bawah lapisan es berubah menjadi sungai. Lapisannya cukup tebal sampai-sampai mobil salju bisa berjalan melintasinya tanpa perlu takut tenggelam, tapi tidak cukup kuat untuk menahan peledak dari militer.” “Oh, jadi itu alasan kamu memeriksa peta.” “Aku rasa aku tahu kenapa mereka tidak mengirim Object ke sini.” Quenser melihat betapa dalam jurang yang mereka ciptakan. Tapi dia tidak bisa melihat dasar jurang itu, sangat gelap dan dalam. Jika sebuah Object jatuh ke dalamnya, sebuah crane yang mampu mengangkat sebuah Object seberat 200.000 ton harus dibuat. Dan tentu saja, umat manusia tidak memiliki benda seperti itu. “Coba pikir, kau pernah menyebutkan sebuah eksperimen menghancurkan lapisan es di tempat asalmu.” “Bukan sesuatu yang kasar,” kata Quenser mencoba mengelak. “Apa kamu merasa beruntung karena aku membawa peledak?” “Tentu saja, tapi aku masih merasa ingin mencekikmu.”
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube × Cursed × Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information