Editing HEAVY OBJECT:Volume 2 Bagian 1

Jump to navigation Jump to search

Warning: You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you log in or create an account, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.

The edit can be undone. Please check the comparison below to verify that this is what you want to do, and then save the changes below to finish undoing the edit.

Latest revision Your text
Line 417: Line 417:
 
“Bukannya mereka memiliki satelit yang mengorbit di dalam sumbu bumi di luar atmosfer sana?”
 
“Bukannya mereka memiliki satelit yang mengorbit di dalam sumbu bumi di luar atmosfer sana?”
   
“Ya, dan itulah tempat yang memiliki banyak sekali konflik. ‘Berada tepat di sumbu bumi’ berarti memiliki tempat yang sangat strategis, jadi sangat banyak sekali satelit yang ada di sana. Kerajaan Legitimasi memiliki keunggulan kekuatan di Kutub Utara, tapi itu berarti kita sama sekali tidak memiliki keunggulan kekuatan di Kutub Selatan.”
+
“Ya, dan itulah tempat yang memiliki banyak sekali konflik. ‘Berada tepat di sumbu bumi’ berarti memiliki tempat yang sangat strategis, jadi sangat banyak sekali satelit yang ada di sana. Kerajaan Legitimasi memiliki keunggulan kekuatan di Kutub Utara, tapi itu berarti kita sama sekali tidak
 
“Dan kamu dengan sengaja menggunakan alasan kekurangan peralatan pendukung untuk menyuruh orang-orang seperti kami untuk menjadi radar manusia,” kata Heivia dengan kesal.
 
 
“Ini bukan hal yang dilakukan manusia beradab seperti kami.”
 
 
“Heivia, manusia beradab tahu sopan santun. Apa kau tahu maksudku?” jawab Froleytia.
 
 
Heivia baru mau menjawabnya, tapi sebelum ia sempat menjawabnya...
 
 
Sebuah peluru menerjang tanah di antara Quenser dan Heivia.
 
 
(Serangan musuh!?)
 
 
Mereka berdua segera merunduk, tapi mereka sadar bahwa pematang rata seperti ini tidak memberikan tempat sama sekali untuk sembunyi.
 
 
Heivia meraih bahu Quenser dan memaksanya untuk mundur. Bahkan di dalam pematang yang terlihat rata ini, tanahnya seperti gundukan tak terlihat. Mereka menusukkan kaki mereka beberapa meter sedikit ke dalam salju dan bersembunyi di balik tanah es ini.
 
 
“(Apa, apa, apa!? Apa ini serangan teroris!?)”
 
 
“(Siapa lagi kalau bukan!? Kita hampir mati di Antartika. Jika bukan karena angin ini, salah satu dari kita pasti mati dengan tembakan di titik vital!!)”
 
 
“(Wilayah di sini sangat panas vulkanis dan dinginnya luar biasa, jadi pasti ada perbedaan suhu yang sangat drastis di sini. Mereka sudah ada di sini lebih lama dari kita, jadi pasti logam di laras dan pembidiknya sudah disesuaikan untuk kondisi ini.)”
 
 
Saat mereka berbicara di dalam suara yang serak, peluru itu menghantam salju itu lagi dan melemparkan kristal-kristal es ke udara.
 
 
Titik hantamnya tersebar di beberapa titik. Mungkin itu karena tiupan angin yang sangat keras sehingga mereka tidak bisa mengenai target mereka seperti yang dikatakan Heivia, atau mungkin karena ada beberapa alasan kecil yang menumpuk di depan mereka.
 
 
Sambil masih berbaring di tanah, Heivia menahan senapannya dan dengan menggunakan pembidiknya, dia mencoba mengumpulkan data dari pemancar inframerah dan spektrum ultraviolet.
 
 
“(Jarak mereka 200 meter. Ada 7... mungkin 8 orang. Senapan mereka menggunakan penyangga kayu. Mereka memasang sebuah pelontar granat dengan menggunakan plester elektrik.)”
 
 
“(Apa kau bisa menghabisi mereka?)” Tanya Quenser.
 
 
“(Kenapa kau berbicara seperti seorang penonton biasa? Keluarkan pistol atau PDW-mu untuk membantuku!!)”
 
 
“(Maaf, tapi aku tidak punya pistol. Aku cuman punya peledak yang biasanya.)”
 
 
“(Terus kenapa kau ada di sini!?)”
 
 
Heivia sudah bersiap menyekik Quenser, tapi peluru itu kembali menghantam salju di dekat mereka. Dia dengan panik menunduk dan membalas tembakannya untuk menjaga musuh tetap bersiaga.
 
 
“(Sial, sial, sial!! Aku akan menyekikmu nanti, tapi ada banyak hal yang ingin aku tanyakan! Kenapa kau pergi untuk melawan teroris tanpa sebutir peluru pun di tanganmu!?)”
 
 
“(Kalau boleh jujur, aku juga ingin punya satu di tanganku sekarang!)”
 
 
“Kau tidak bisa, Quenser,” potong Froleytia. “Seorang mahasiswa magang yang belum menyelesaikan pelatihannya tidak diizinkan untuk membawa senjata api.”
 
 
“(Yah, tapi bukannya lebih parah kalau aku membawa peledak?)”
 
 
“Kau diizinkan menggunakan peledak untuk percobaan anti-syok pada Object di sekolah negara asalmu, ‘kan? Itulah kenapa kau diizinkan untuk menggunakan peledak di sini. Juga, pikiranmu yang seperti itu menunjukkan kalau kau adalah seorang bocah yang tidak tahu betapa menyakitkannya pemecatan tidak hormat.”
 
 
“(Oh begitu...)” jawab Quener saat peluru teroris itu menghantam salju tepat di sebelahnya.
 
 
Di saat itu, Heivia berteriak.
 
 
“Jangan duduk saja dan lakukan sesuaaaaaatttttuuuuuuuuu!! Kenapa hanya aku saja yang melawan balik!? Kita tahu dimana posisi musuh, jadi gunakan meriam Object putri untuk menghancurkan mereka semua!!”
 
 
“Oh, iya juga ya,” kata Quenser saat dia menyetel frekuensi radionya untuk menghubungi sang putri.
 
 
Jawabannnya sangat jelas dan bisa dimengerti.
 
 
“Di lokasi itu, gelombang ledakan dan panasnya bisa mengenai kalian juga. Apa kau yakin? Ganti.”
 
 
“Sial, sial, sial, sial, sial, sial, sial, FUCK!!” teriak Heivia saat dia membalas dua sampai tiga kali tembakan dengan senapannya. Sementara itu, Quenser mencoba menghubungi kawan-kawannya di wilayah ini, tapi tidak ada satu pun kawannya yang bisa datang dengan cepat.
 
 
“Brengsek. Mereka meninggalkan kita pada posisi ini agar mereka bisa menghindar, iya ‘kan?”
 
 
Dia ingin melemparkan senapannya dan pergi dari sini, tapi dengan peluru yang beterbangan udara, mengangkat kepalanya tanpa hati-hati akan membuatnya terbunuh. Dua ratus meter itu jarak yang terhitung pendek untuk sebuah senapan, hanya saja karena angin yang sangat keras dan pematang putih ini membuat mereka kehilangan kontak visual yang jelas. Dan itu adalah alasan kenapa kedua belah pihak sama-sama tidak bisa mengenai lawannya.
 
 
Prajurit musuh mungkin sudah memahami tempat ini dan menyebar. Hanya beberapa meter lagi jarak antara mereka berdua dengan prajurit musuh, tapi mereka sangat jelas berusaha memutari mereka.
 
 
Quenser hampir saja mau mengangkat kepalanya karena kaget, tapi Heivia menahannya di bawah. Lalu dengan segera peluru tadi hampir menyasar ke posisi kepalanya yang akan naik.
 
 
Sambil tertutupi salju, Quenser berkata, “Ini buruk, Heivia!!”
 
 
“Maksudmu musuh yang mencoba mengepung kita begitu, ‘kan!? Aku sudah tahu itu! Masalahnya adalah tidak ada satu hal pun yang bisa kita lakukan saat ini!!
 
 
“Tidak, bukan itu!! Penguin!!”
 
 
“Hah!? Siapa yang peduli soal penguin seka— Penguin!?”
 
 
“Itu bayi! Bayi penguin!!”
 
 
Dengan wajah terkejut, Heivia melihat ke arah yang ditunjukkan oleh Quenser. Seekor bayi penguin berwarna abu-abu sedang menetas di tengah pertempuran dua faksi ini.
 
 
Jika terus begitu, bayi itu bisa terjebak di dalam baku tembak, tapi mereka tidak bisa berhenti begitu saja.
 
 
Persis saat itu, ketika darah tiba-tiba naik ke kepalanya, mukjizat pun terjadi.
 
 
Saat dia menarik jarinya dari pelatuknya, para teroris itu melakukan hal yang sama.
 
 
Yang tertinggal sekarang hanyalah bayi penguin yang berusaha menetas tanpa menghiraukan suasana pertempuran di tempat ini.
 
 
Dengan tangan berkeringat, Quenser dan Heivia menonton perkembangannya.
 
 
“(Ayo!! Kau bisa melakukannya, bayi penguin!!)”
 
 
“(Tunggu, kenapa cuma ada bayinya!? Di mana orang tuanya!?)”
 
 
Dan kemudian bayi penguin itu jatuh.
 
 
“Waahh!!”
 
 
“Jangan, Heivia!! Tidak boleh ada interaksi manusia di dalam proses alam!!”
 
 
Heivia hampir saja berlari ke tempat itu, tapi Quenser dengan cepat menghalangi niat baiknya. Sementara itu, bayi penguin itu menggunakan kakinya untuk kembali berdiri dengan kakinya.
 
 
“Gyah!” lalu terdengar ringkikan dari langit.
 
 
“Seekor Albatros!?”
 
 
“Hei, burung itu tidak mencoba memakan bayi penguin itu, ‘kan? Iya, ‘kan!?”
 
 
Namun hukum alam kembali bermain di sini.
 
 
Sementara Heivia mencoba mengarahkan senapannya ke burung itu dan Quenser mencoba menghentikannya, Albatros itu melebarkan sayapnya dan bersiap untuk menerjang tanah dari surga. Siluet bayi penguin yang terlihat seperti bola berbulu itu tidak tahu apa yang akan terjadi padanya.
 
 
Dan Albatros itu menyerangnya.
 
 
Musuh alami penguin itu menerjang tanah seperti sebuah tombak. Paruhnya yang mematikan dengan akurat menarget bayi penguin itu.
 
 
Semua orang melihat warna dan bau darah.
 
 
Quenser dan Heivia lupa bahwa mereka sedang bertempur dengan senapan mereka dan menutup mata mereka dengan tangan.
 
 
Tapi tragedi yang mereka pikirkan tidak terjadi.
 
 
“Kmyaaaaaaahhhhh!!” datang suara ringkikan dari arah lain.
 
 
“!? Apa—apa itu, Quenser!?”
 
 
“Aku pikir itu ibunya. Itu ibu penguin!!”
 
 
Ketakutan karena mendengar suara peringatan dari ibunya, Albatros itu meleset dari target pertamanya. Paruhnya mengiris bayi penguin itu sedikit dan ibunya mengeluarkan suara teriakan yang lebih tinggi.
 
 
Albatros itu sepertinya tidak mau mengalah. Ia menyiapkan ancang-ancangnya lagi dari langit putih, terbang dengan jarak yang lebih lebar, dan kemudian mengarahkan dirinya ke bayi penguin itu lagi.
 
 
Namun, bayi itu tidak lagi sendiri.
 
 
Ibunya bertindak seperti pelindung bagi bayi penguin itu.
 
 
Tidak ada jaminan bahwa ibunya mampu melindungi bayinya.
 
 
Paruh tajam dan cakarnya sudah cukup untuk mengoyak seekor penguin raksasa.
 
 
Ia melebarkan sayap yang biasa ia gunakan untuk mendarat di air, membuka paruhnya selebar yang ia bisa, dan mengeluarkan suara ringkikan yang lebih kuat.
 
 
Quenser dan Heivia menahan napas mereka.
 
 
Para teroris itu juga terdiam ketika melihat hal itu.
 
 
Lalu...
 
 
Albatros itu terbang di atas kedua penguin itu beberapa kali sebelum akhirnya ia benar-benar menyerah. Ia meninggalkan trayektorinya, mengeluarkan tangisan penyesalan dan pergi ke langit putih.
 
 
Ibu penguin itu berhasil melindungi anaknya.
 
 
[[Image:HO v02 056.jpg|thumb]]
 
 
Dalam waktu singkat, sorakan terdengar di antartika seperti tempat itu berubah menjadi sebuah stadium. Suara itu terdengar seperti kerumunan manusia yang begitu takjub akan cinta kasih si ibu penguin.
 
 
Quenser dan Heivia saling berpelukan dan para prajurit musuh itu mengangkat senjata mereka ke atas seperti mengangkat barbel tanda mereka senang. Suara kegembiraan yang mengelilingi penguin itu sepertinya membuat mereka berdua merasa terkejut. Bayi penguin itu bersembunyi di antara kaki ibunya dan dua binatang itu segera pergi dari tempat itu.
 
 
Biasanya sang ayahlah yang melakukan tugas itu, tapi kali ini entah kenapa sang ibu yang melakukannya.
 
 
Setelah 10 menit, penguin itu itu keluar dari wilayah pertempuran ini, berjalan turun ke sisi lereng, dan menghilang dari pandangan Quenser dan Heivia.
 
 
Tidak lama kemudian, demam penguin itu akhirnya berakhir.
 
 
Segera setelah itu, kedua belah pihak langsung bertempur habis-habisan tanpa ragu.
 
 
Quenser dan Heivia bersembunyi sebisa mungkin. Saat Heivia menarik pelatuknya, dia menangis darah.
 
 
“Ahhhhhh!!! Tembak tembak tembak tembak tembak!!”
 
 
“Dahh! Brengsek! Aku rasa kita tidak bisa saling mengerti satu sama lain!!” teriak Quenser saat dia mengoperasikan perangkat genggamnya.
 
 
Di Antartika, semuanya terlihat putih tidak peduli kemana pun kau melihat, jadi dia membesarkan dan mengecilkan petanya untuk mengecek semua yang ia lihat dua kali.
 
 
Melihat itu, Heivia merasa kesal dan berkata. “Memangnya memeriksa peta bisa membantu kita!? Kita tidak bisa mendapatkan bantuan dari sang putri! Musuh bisa dengan cepat mengepung kita dan memecah pertahanan kita!!”
 
 
“Ayo kita selesaikan itu sebelum itu terjadi.” Quenser menarik peledak plastik Hand Axe dari tasnya. Dia menancapkan pemicu elektrik-gelombang radio ke dalamnya. “Saat aku memberi tanda, tembak membabi buta sebanyak yang kau bisa. Aku akan melempar peledak ini saat itu.”
 
 
“Apa kau tidak tahu berapa jarak kita dengan mereka? 200 meter. Tidak peduli kau melempar sejauh apa, bahkan pemain baseball profesional tidak bisa melempar sejauh itu.”
 
 
“Aku tidak punya waktu untuk menjelaskan! Lakukan sekarang!!”
 
 
“Sekarang! Sial!!”
 
 
Masih mengeluh, Heivia menggenggam senapannya. Dari pada membidik musuhnya, dia menembak semaunya dia ke segala arah dan membuat senapannya terlihat seperti mengipasi semua arah dengan peluru.
 
 
Dan hasilnya adalah akurasi tembakannya menurun secara drastis, dan bahkan tidak ada satu pun pelurunya yang mengenai mereka. Namun, cara ini menakuti para musuh dan cukup membuat mereka berlindung di balik sesuatu.
 
 
Quenser mengangkat tubuhnya dan melemparkan bom plastik itu dengan seluruh kekuatannya. Hand Axe berputar dengan garis lengkung yang jauh, tapi tidak cukup jauh untuk mengenai musuh seperti yang diperkirakan oleh Heivia. Juga, angin membuat bom itu tidak bisa terbang secara lurus. Melihat betapa keras angin bertiup, cukup banyak tenaga yang dikeluarkan Quenser untuk melempar benda sejauh 50 meter. Itu mendarat di sebuah kerak es tebal, jadi Hand Axe itu meluncur seperti menuruni batu miring. Sisi salju yang miring membantu Quenser untuk menambah jarak luncur bom itu semakin jauh.
 
 
Bahkan dengan semua faktor itu, 120 meter adalah batasnya. Bahkan tidak sampai jarak 200 meter.
 
 
Heivia mendecakkan lidahnya dan berteriak, “Brengsek! Aku bilang juga apa!!”
 
 
“Tidak apa-apa! Ini memang yang aku inginkan!! Menunduk Heivia!!” teriak Quenser saat dia mengirim sinyal gelombang radio untuk meledakannya.
 
 
Heivia merasa ragu, tapi hasilnya di luar perkiraannya sama sekali.
 
 
Dengan suara erangan yang luar biasa, jarak 200 meter itu membentuk sebuah celah seperti gua.
 
 
Bentuknya seperti sebuah jurang. Bumi bergerak dan jatuh ke ke bawah hingga beberapa ratus meter. Salju, es, dan para prajurit itu tertelan ke bawah.
 
 
Tidak ada yang bisa lakukan.
 
 
Para prajurit yang menembakkan peluru itu jatuh ke bawah dengan keterkejutan yang luar biasa.
 
 
“Bagus, sepertinya berhasil,” kata Quenser dengan helaan napas saat dia menarik jarinya dari pemicu yang ia gunakan sebagai peledak.
 
 
“Yang aku inginkan hanyalah pengetahuan soal desain Object, jadi kenapa aku harus mencari tahu cara untuk membunuh orang?”
 
 
“...Um, apa yang terjadi?”
 
 
“Tempat mereka berpijak tadi sepertinya benar-benar dan sangat menyakinkan adalah ‘di atas es beku’. Lapisan es tebal yang menutupi jurang di bawahnya dan celahnya sangat lebar. Karena aktivitas vulkanis di tempat ini, wilayah di bawah lapisan es berubah menjadi sungai. Lapisannya cukup tebal sampai-sampai mobil salju bisa berjalan melintasinya tanpa perlu takut tenggelam, tapi tidak cukup kuat untuk menahan peledak dari militer.”
 
 
“Oh, jadi itu alasan kamu memeriksa peta.”
 
 
“Aku rasa aku tahu kenapa mereka tidak mengirim Object ke sini.”
 
 
Quenser melihat betapa dalam jurang yang mereka ciptakan. Tapi dia tidak bisa melihat dasar jurang itu, sangat gelap dan dalam. Jika sebuah Object jatuh ke dalamnya, sebuah crane yang mampu mengangkat sebuah Object seberat 200.000 ton harus dibuat. Dan tentu saja, umat manusia tidak memiliki benda seperti itu.
 
 
“Coba pikir, kau pernah menyebutkan sebuah eksperimen menghancurkan lapisan es di tempat asalmu.”
 
 
“Bukan sesuatu yang kasar,” kata Quenser mencoba mengelak. “Apa kamu merasa beruntung karena aku membawa peledak?”
 
 
“Tentu saja, tapi aku masih merasa ingin mencekikmu.”
 
 
===Bagian 6===
 
 
Quenser dan Heivia berjalan dengan susah payah di atas pematang bersalju ini.
 
 
Setelah perjalan lama, mereka akhirnya sampai di tempat tujuan mereka.
 
 
Pasukan yang membentuk formasi cincin mengepung seluruh area itu dari seluruh sisi dengan jarak cukup dekat untuk mengatasi kalau-kalau mereka berhadap dengan musuh, rekan mereka dapat segera memberikan batuan dari rute lain. Saat salah seorang rekan mereka melambaikan tangan di seberang pematang puih itu, Quenser membalasnya dengan melambaikan tangannya.
 
 
“Kau tahu, rasanya sangat melegakan kalau bisa melihat salah satu dari kita di dekat kita.”
 
 
“Kau bodoh! Masih ada cara lain kalau kau ingin menyapa mereka!! Melambaikan tanganmu seperti itu sama saja memberikan tanda asap kalau kau ada di sini!! Kita baru saja membunuh beberapa dari mereka, jadi mereka semua pasti berjaga-jaga!!”
 
 
Pasukan yang diseberang itu juga sepertinya mendapatkan peringatan yang sama, jadi mereka semua menundukkan kepala mereka dan menarik pandangan mereka ke tanah.
 
 
Heivia bergetar dan napasnya memutih di udara saat dia berkata, “Aku sudah merasa sangat cukup di Antartika. Di sini sangat dingin!! Aku kira selatan khatulistiwa seharusnya lebih hangat karena menjelang musim panas!! Aku seperti tidak bisa merasakan kalau pemanasan global sedang terjadi sekarang! Di sini sangat dingin!!”
 
 
“Itu karena kau tidak tahu berapa suhu rata-rata di sini. Paling tidak, aku tidak mau berjalan di malam hari di Antartika.”
 
 
Saat mereka saling bergumam, sebuah transmisi radio masuk ke dalam radio mereka. Yang berbicara itu adalah sang putri dan dia sedang menunggu di Laut Ross dengan Baby Magnum.
 
 
“Dengan semua suhu panas yang berkumpul di sekelilingku, aku terbakar di sini. Aku ingin hal ini cepat selesai. Quenser, apa kau bermain-main dengan pendingin udara di ruang perawatan?”
 
 
“Sial, suara tuan putri terdengar seperti dia sangat menikmati yang dia miliki.”
 
 
“Ahh, di sini panas sekali. Tidak ada yang bisa melihat, jadi aku rasa aku harus melepas pakaian ketatku ini. Aku ragu kalau sekarang akan ada pertarungan gerak cepat di tempat ini.”
 
 
“Apa kau mencoba menaikkan suhu tubuh kami dengan membuat kami berimajinasi?”
 
 
“?”
 
 
Saat Quenser terheran-heran, Heivia sepertinya kehilangan seluruh motivasinya.
 
 
“Aku ingin memperjelas posisi kita saat ini,” gertaknya. “Kita adalah tentara yang dilatih untuk melindungi wilayah di sekeliling markas. Kita tidak disiapkan untuk misi khusus di mana kita harus maju untuk menyerang garis pertahanan teroris.”
 
 
“Huh? Apa ada jenis-jenis lain dari pasukan infanteri?”
 
 
“Oh, ayolah. Ini bukan sesuatu yang ingin kudengar dari seseorang yang selalu berada di garis depan! Paling tidak, kau harus tahu bahwa pekerjaanmu sangat berbeda dengan pekerjaan yang kami kerjakan!!”
 
 
“Kau sepertinya sangat lelah, Heivia. Aku memang hanya seorang mahasiswa magang, tapi mereka yang ada di markas adalah tentara, sama sepertimu.”
 
 
“Kita mungkin memanggil mereka dengan sebutan tentara, tapi kami tentara yang berlainan pekerjaan. Beberapa pergi ke akademi militer dan yang lain menjalani kursus kilat. Tergantung dari wilayah militer mana yang ingin kau tuju, rutenya juga tidak sama. Sebagian besar yang memilih belajar di akademi militer membutuhkan waktu lama untuk lulus. Tidak banyak yang menjalani kursus kilat selama 6 bulan seperti aku.”
 
 
“Bukannya mereka yang belajar dua kali lipat lebih lama darimu itu lebih kuat?”
 
 
“Quenser, apa kau pikir mereka yang hanya belajar di bangku kuliah selama setahun lebih kuat dari seseorang yang merangkak di rawa-rawa selama 6 bulan? Dan juga, kebanyakan orang harus mengulang dua kali masa kursus sebelum bisa lulus dari tempat itu. Yang bisa benar-benar lolos selama 6 bulan itu sangat jarang.”
 
 
“Dengan kata lain tempat itu seperti tempat bermain jika dibandingkan dengan masa-masa ketika kita harus berlarian dengan senjata di pundak kita,” potong Froleytia.
 
 
Dengan caranya ia menyusun apa yang ingin dia utarakan, Froleytia terdengar seperti wanita tua, tapi umurnya hanya 18 tahun. Quenser kemudian berpikir sudah berapa kali dia pergi ke medan perang.
 
 
“Omong-omong, kenapa kau pergi ke tempat kursus yang berawa-rawa, Heivia?” Tanya Quenser.
 
 
“Ahn?”
 
 
Mereka berdua begitu tenang namun bukan karena mereka baru saja memenangkan baku tembak yang baru saja terjadi dan sedang memastikan bahwa tidak ada musuh lagi di dekat atau depan mereka; bukan juga menunda-nunda untuk pergi ke medan selanjutnya, tapi Quenser dan Heivia malah mengobrol.
 
 
“Well, kau bangsawan, ‘kan? Kau pasti punya kursus spesial yang diterima khusus bagi kaum bangsawan dan membuatmu langsung menjadi Letnan Dua setelah kau lulus.”
 
 
“Oh, itu pasti akademi militer. Bahkan orang sipil biasa bisa mendapatkan pangkat setinggi itu setelah lulus. Kalau pangkatmu sudah setingkat Jendral, yang ada hanya bangsawan saja, tapi kalau warga sipil mau bekerja keras, mereka bisa saja mendapatkan pangkat setinggi Brigadir Jendral.”
 
 
“Jadi kenapa kau memilih memulainya dari Perwira Satu?”
 
 
“Ada banyak alasan. Yang pertama untuk menaikkan status keluargaku, aku harus menunjukkan bahwa aku mampu melindungi markas dan mendukung bangsa dan negaraku di garis depan daripada duduk di garis aman sambil membaca berita perang lewat koran.”
 
 
“Tapi sekarang kau hanya malas-malasan,” tambah Froleytia.
 
 
“Well, aku tidak akan memberitahu mereka kalau aku bermalas-malasan di sini. Dan juga, ‘mendukung negara dan bangsaku di garis depan’ itu bukan berarti aku harus melawan Object satu lawan satu di medan perang yang dikuasai oleh Object. Aku tidak akan pernah mengira kalau aku akan dikirim di tengah-tengah benua Antartika.”
 
 
“Menjadi bangsawan itu ternyata merepotkan. Setiap kali aku mendengar hal yang merepotkan seperti itu, aku rasa aku lebih baik menjadi warga biasa,” kata Quenser.
 
 
“Aku akan lebih hati-hati kalau menjadi warga biasa. Bahkan ketika keanggotaan di Parlemen sudah cukup terbuka akhir-akhir ini, bangsawan tetap memiliki kontrol yang cukup kuat di pemerintahan. Kalau kau tidak khawatir suaramu akan terdengar di dalam Parlemen, kesempatanmu untuk didengar oleh anggota Parlemen juga kecil,’kan?”
 
 
“Politik itu menyebalkan. Selama ada orang yang menjalankannya, aku tidak terlalu peduli.”
 
 
“Benarkah? Aku rasa itulah yang disebut Apatisme Kependudukan.”
 
 
Saat mereka saling berbicara dengan perlahan, tiba-tiba mereka berhenti berbicara.
 
 
Dibalik bukit rendah itu adalah Gunung Erebus.
 
 
Quenser dan Heivia bersembunyi di salah satu tumpukan salju dan memeriksa wilayah itu dengan teropong dan sebuah pembidik senapan dengan hati-hati.
 
 
Namun, markas itu cukup besar. Salju yang tertiup oleh angin membuat wilayah ini tidak mudah terlihat. Dari sudut pandang lensa teropong mereka, yang terlihat di depan mereka hanyalah sebuah gundukan tipis yang terhampar di atas pematang salju yang sangat luas.
 
 
Hampir sama dengan gerbang yang membuka jalan menuju gunung, sebuah bangunan kotak dibangun di tengah hamparan dan gundukan salju. Kemungkinan itu adalah observatorium nirawak milik Kerajaan Legitimasi yang sudah tidak digunakan lagi.
 
 
Di pematang salju di dekatnya, ada sebuah tabung setebal 80 cm dan panjangnya 9 meter di tiap sisi. Tidak hanya dua atau tiga. Itu dipasang dengan jarak tertentu dan ada 50 tabung seperti itu sepanjang beberapa kilometer ke belakang.
 
 
Quenser dan Heivia pun terlihat kebingungan.
 
 
“(Seharusnya, posisi laser penarget rudal udara yang menjatuhkan pesawat kita itu ada di dekat sini.)”
 
 
“(Ke mana teroris yang lain? Jangan bilang kalau mereka kedinginan dan pergi dari tempat ini.)”
 
 
“Kalau mereka menghangatkan diri di dalam observatorium itu, kita bisa saja langsung menyerang mereka, tapi sepertinya apa yang kalian harapkan itu tidak akan terjadi. Malah sebaliknya,” kata komandan mereka, Froleytia.
 
 
“Kenapa?”
 
 
“Kita diperintahkan untuk mencari teroris itu bahkan jika mereka tidak lagi ada di sini. Kita harus terus mencari mereka di setiap butiran salju yang ada di benua ini. Bahkan jika teroris itu telah pergi dari Antartika, kita harus terus mencari sampai kita mendapatkan kepastian.”
 
 
“Serius nih? Hei, Quenser, ayo kita cek observatorium nirawak itu. Kalau kita membiarkan mereka pergi, kita bisa mati kedinginan di sini. Cepat, cepat, ayo kita selesaikan ini secepat mungkin agar kita bisa menikmati selimut dan penghangat di markas.”
 
 
“Tidak, Heivia. Kalau kau terlalu terburu-buru, kepalamu bisa ditembus oleh peluru musuh.”
 
 
Setelah mereka selesai beradu mulut dengan suara parau, Quenser dan Heivia merangkak perlahan di atas salju. Ia menangkap pergerakan prajurit lain yang bergerak ke arah yang sama dengan dirinya. Mereka adalah prajurit Kerajaan Legitimasi, sama seperti Quenser dan Heivia, dan mereka semua memiliki tujuan yang sama. Mereka ingin segera menyelesaikan pekerjaan ini, namun mereka dipenuhi rasa penasaran tentang apa isi tabung besar itu.
 
 
Sambil berpikir apa yang mereka ingin utarakan, Heivia berkata, “Di era dimana pertarungan Object setinggi 50 meter sering terjadi, prajurit kerdil seperti kita ini akan terlihat sangat bodoh saat menembak satu sama lain. Tidak peduli strategi apa yang kita gunakan, mereka tidak akan bisa menang selama ada Object sang putri yang menunggu di Laut Ross. Mereka semua itu seharusnya menyerah saja. Mati untuk hal konyol seperti ini terdengar bodoh.”
 
 
“Hei, Heivia. Selama ini aku selalu penasaran,” kata Quenser saat dia melihat sekitar dengan perut yang menempel di salju. Mereka sudah merangkak sekitar satu kilometer melewati salju ini. “Coba pikir, kau tahu apa fungsi tabung yang mengitari observatorium itu?”
 
 
“Ahn? Bukannya itu hanya antena yang digunakan oleh observatorium? Mereka mungkin menaruhnya seperti itu karena angin yang terlalu kuat,” kata Heivia dengan ringan, tapi dia sama tidak memiliki keyakinan saat mengatakannya.
 
 
Dan kemudian Quenser mendapatkan jawabannya lewat sumber lain.
 
 
Tabung setebal 80 cm, dan panjang 9 meter itu memiliki sebuah formasi; membentuk sebuah pola dengan menuju pada sebuah titik.
 
 
Sebuah baterai raksasa yang ditopang oleh plat dengan titik gravitasi rendah tiba-tiba saja muncul di tengah rute yang ditempuh Quenser dan Heivia.
 
 
“...Hah?”
 
 
Untuk sebenar, Quenser dan Heivia tidak bisa lagi bergerak seperti yang mereka inginkan. Bahkan saat mereka saling melihat satu sama lain, mereka tidak mampu menjelaskan apa yang terlihat di depan mereka.
 
 
Mereka sudah pernah melihat hal itu sebelumnya.
 
 
Mereka tahu bahwa benda itu sedang menunjuk ke arah mereka.
 
 
Itu adalah.
 
 
Suku cadang yang digunakan sebagai senjata sebuah Object.
 
 
Meriam sebanyak 50 buah itu membentuk sebuah garis sebaris yang cukup panjang dan semuanya mengarah kepada Quenser dan prajurit lainnnya.
 
 
“Oooouuuucccchhhhh!?”
 
 
Quenser dan Heivia sadar dengan apa yang ada di depan mereka, mereka berteriak, dan mereka dengan cepat berguling ke arah gundukan salju yang lebih tebal secepat dan sebisa mereka.
 
 
Segera setelah itu, meriam itu meraung.
 
 
Sepertinya yang dipasang di situ adalah sebuah railgun.
 
 
Gelombang ledakan yang diakibatkan oleh dentuman proyektil railgun meledak secara beruntun dan membuat tubuh Quenser terbang ke udara. Beberapa detik kemudian, dia jatuh ke bawah dan menghantam salju yang cukup keras kemudian berguling, tapi kali ini bukan karena dia ingin melakukan itu. Meriam itu tidak mengenai dirinya. Jika saja ia terkena serangan itu, tubuhnya mungkin sudah hancur berkeping-keping. Tubuh kecilnya seperti diremukkan oleh gelombang ledakan yang diciptakan oleh dentuman proyektil itu.
 
 
Namun, semua itu tidak membuatnya berhenti bernapas.
 
 
“Gh...bh!?”
 
 
Dia mendorong perutnya ke belakang sehingga punggungnya membentuk huruf U dan akhirnya dia berhasil menghirup udara. Sepertinya tembakan itu meleset karena suhu udara di tempat ini cukup dingin untuk membekukan jangkar meriam itu. Namun, panas yang dihasilkan oleh motornya akan dengan cepat melelehkannya. Keajaiban seperti ini tidak akan terjadi dua kali dalam sehari.
 
 
(Aku akan terbunuh!?)
 
 
Berdiri di situ juga akan membunuhnya, tapi pematang datar ini juga tidak memberikannya tempat untuk berlindung. Musuh sudah memancing mereka ke sini untuk sebuah alasan.
 
 
(Brengsek. Kenapa mereka memiliki railgun?! Padahal mereka menggunakan rudal untuk menjatuhkan pesawat Kerajaan Legitimasi!!)
 
 
Quenser tidak tahu harus berpikir apa.
 
 
Saat dia panik, dia mendengar suara Heivia memanggilnya.
 
 
“Quenser!! Cepat turun ke sini!!”
 
 
Dia tidak tahu apa yang dia maksudkan, tapi dia segera menyadarinya ketika dia melihat sebuah retakan besar mulai terbuka di bumi. Gelombang pertama serangan itu membuka sebuah retakan besar di atas tanah. Lebarnya sebesar 1 meter. Heivia sudah memanjat turun dan berlindung di balik parit darurat itu dan mengeluarkan kepalanya sedikit untuk memanggil Quenser.
 
 
Quenser segera berguling dan menjatuhkan dirinya ke situ.
 
 
Saat dia jatuh, railgun itu memulai serangan gelombang kedua.
 
 
Efek dari serangan itu membuat sebuah adegan layaknya sebuah serangan bom dari langit, dan oksigen seperti ditarik keluar dari paru-paru Quenser bahkan ketika ia berada di dalam parit.
 
 
Heivia menyadarinya dan mendekatinya.
 
 
“Sial, ini bukan guyonan lagi. Teroris itu memiliki puluhan suku cadang senjata Object. Apakah mereka berniat menggunakan meriam itu untuk strategi anti-tank seperti perang zaman dahulu!?”
 
 
“Apa yang kau bilang tadi?”
 
 
“Waktu aku masih di akademi, aku mendapat pelajaran sejarah tentang strategi perang klasik. Posisi bertempur ketika kau memancing musuh ke dalam posisi yang kau inginkan dan menyerang mereka dari semua sisi, hal itu sering digunakan saat perang zaman dahulu. Saat itu, mereka menggunakan senapan anti-tank, tapi semua benda itu pasti sudah tidak ada. Sial!! Bukankah ini terlalu sulit bagi prajurit sekelas kita!?”
 
 
Quenser berpikir berapa banyak rekan mereka yang selamat dengan memasuki parit ini. Dia berharap mereka semua berhasil selamat dan tidak terbunuh di tempat ini.
 
 
Heivia bersandar di dinding parit ini dan bertanya, “Apa kau tahu hal terburuk saat ini, Quenser?”
 
 
“Um, karena meriam Object itu dapat menembak dari semua sisi walau hanya suku cadang?”
 
 
“Bukan,” kata Heivia dengan alisnya yang penuh dengan keringat. “Kalau mereka menggunakan meriam Object, berarti mereka juga memiliki reaktor yang bisa memberikan suplai tenaga yang cukup.”
 
 
“Tunggu, kau ingin bilang...”
 
 
“Aku tidak tahu apakah mereka benar-benar teroris!! Mereka memiliki Object!! Mereka memiliki Object tersembunyi di sini dan dengan menggunakan kabel tenaga raksasa mereka bisa menembakkan railgun sesuka mereka. Bahkan kalau kita berhasil kabur dari sini, ada Object musuh yang menghalangi kita!!”
 
 
Mendengar hal itu dari orang lain membuat Quenser begitu gugup dan lemas.
 
 
Senjata raksasa yang dikenal dengan nama Object memiliki armor yang cukup tebal untuk menahan serangan nuklir sekalipun, dan reaktornya memiliki tenaga yang jauh lebih banyak daripada reaktor nuklir. Mereka menggunakan tenaga listrik sebesar itu untuk serangan laser beruntun atau bahkan meriam plasma berstabilitas rendah. Hanya Object lain yang dapat menahan serangan sebesar itu. Tidak peduli sekeras apa prajurit kerdil seperti mereka berusaha, hampir mustahil menahan serangan sebesar itu.
 
 
Namun...
 
 
“Heivia. Maaf, tapi kita tidak memiliki waktu untuk menjelaskan apa yang harus kita lakukan selanjutnya.
 
 
“Ahn?”
 
 
“Lihat ke bawah!! Gelombang serangan itu membuat retakannya membesar! Kalau begini terus kita bisa jatuh ke bawah dan tidak akan bisa naik ke atas lagi!!”
 
 
Heivia melihat ke arah sepatu bootnya dan kemudian ia merasa syok. Retakan itu membesar, dan semakin melebar setiap detiknya. Namun, merangkak ke luar di saat seperti ini akan membunuh mereka dengan singkat. Mereka akan mati jika tidak melakukan apapun dan juga akan mati jika mereka melakukan sesuatu. Jika mereka tidak memecahkan masalah ini, mereka akan terbunuh.
 
 
“Apa yang harus kita lakukan sekarang, Quenser? Meriam itu seperti tumpukan logam yang mau menerkam kita. Senjataku tidak akan mampu menembus kulit luarnya!!”
 
 
“Yeah, dan aku tidak memiliki Hand Axe yang cukup untuk meledakan tiap meriam itu. Bahkan aku tidak memiliki ide untuk mendekati meriam itu.”
 
 
“Apakah kita bisa memecahkan es di bawah teroris itu?”
 
 
“Sepertinya tidak, mereka berada di atas tanah solid. Dan bahkan jika kita bisa meledakannya, kita akan terjebak di bawah es selamanya.”
 
 
Dengan penjelasan itu, Quenser mengganti frekuensi radionya.
 
 
Dia sedang menghubungi tuan putri yang menunggu di atas Object yang mengapung di Laut Ross.
 
 
“Memanggil Baby Magnum. Apa kau tahu posisi kami? Apa kau bisa menghancurkan meriam Object ini dari situ?”
 
 
“Gunungnya menghalangi, jadi aku tidak bisa menembaknya. Aku bisa menembakkan coilgun dengan garis parabola kalau kau mau.”
 
 
“Berapa besar akurasinya?”
 
 
“Sekitar 50/50. Aku bisa meledakan mereka dengan bom karpet, tapi kau juga akan terkena ledakannya.”
 
 
Meriam utama milik Baby Magnum didesain untuk serangan langsung ke titik lemah Object lawan daripada serangan jarak jauh. Dengan angin yang cukup kuat saat ini, jangkauan tembakannya akan berkurang karena akurasinya yang lemah.
 
 
Sementara itu, railgun musuh sudah menyerang sebanyak tiga hingga empat gelombang serangan dan menggetarkan tanah di kaki Quenser dan Heivia. Musuh sepertinya tahu kalau mereka bersembunyi di balik parit darurat ini dan mencoba menghancurkan parit ini sekalian.
 
 
Quenser mengernyit saat getaran itu sampai ke telinganya, tapi dia segera mengangkat kepalanya.
 
 
“Baby Magnum! Apakah seranganmu masih bisa mengenai tempat ini bahkan jika tidak akurat!?”
 
 
“I-iya. Aku bisa, tapi...”
 
 
“Aku akan berikan intruksinya kepadamu sekarang!! Gunakan koordinat 000212 sebagai basisnya, target adalah W-11, J-18, G-26, M-19, L-27, B-20, dan R-12!! Bahkan dengan angin yang kuat, kau harusnya bisa menghindari friendly fire dengan margin error plus atau minus 5! Kirim serangan bom karpet coilgun ke sini! Sekarang!!”
 
 
“Aku rasa serangan itu tidak akan melukai musuh.”
 
 
“Lakukan saja!! Seranganmu akan menyelesaikan semuanya!!”
 
 
“?”
 
 
Tuan putri tidak tahu apa yang sebenarnya diinginkan oleh Quenser, tapi sepertinya tuan putri pun tahu bahwa ini adalah situasi darurat dan setiap detik nyawa dipertaruhkan di sini. Bahkan tanpa penjelasan, dia mengikuti semua instruksi itu. Sebuah suara keras bergaung di seluruh wilayah. Karena mereka berada pada posisi di antara gunung, suara itu terdengar seperti suara dentuman keras di udara.
 
 
Coilgun milik Baby Magnum seharusnya menembak dengan kecepatan suara, tapi saat ini ia menembakkan peluru dengan kecepatan yang lebih rendah (maka dari itu kekuatannya juga) supaya proyektil bisa jatuh tepat di arah yang diinginkan. Untuk sesaat, suara itu baru terdengar ketika proyektil itu menghantam tanah.
 
 
Namun, tidak ada waktu untuk terkagum atas hal ini.
 
 
Quenser meraih tepian retakan ini dengan kedua tangan dan berteriak kepada semua rekan-rekannya yang ada di situ lewat radio.
 
 
“Bertahan!! Retakannya mungkin akan melebar dan runtuh!!”
 
 
“Hei, apa sebenarnya yang kau lakukan!?”
 
 
Heivia melakukan apa yang diperintahkan kepadanya dengan agak kesal, tapi tidak ada waktu untuk meminta penjelasan.
 
 
Coilgun itu menghujani semua yang ada di situ.
 
 
Massa logam itu tanpa ampun menusuk tanah solid yang ada di situ dan menimbulkan getaran seperti gempa bumi.
 
 
Proyektil itu memiliki berat 1 ton dan menancap ke dalam tanah sedalam 1 meter. Ia jatuh seperti hujan dari ketinggian 3800 meter, jadi tidak bisa dibayangkan seberapa besar energi kinetik yang ada di dalamnya.
 
 
Dengan suara ledakan, salju dan es beterbangan di udara dan jatuh kembali ke tanah seperti longsor. Quenser sudah berpegangan dengan cukup erat, tapi tangannya hampir terselip di ujung pegangannya. Namun, dia tidak bisa lagi merasakan kakinya. Gelombang ledakan membuat retakan itu melebar dan tanah tempat dia berdiri pun ikut menghilang. Satu-satunya tanah solid yang ada di Antartika pun pecah seperti gelas yang retak.
 
 
“Sial!! Tidak peduli musuh atau sekutu, meriam Object benar-benar mengerikan!! Kau seharusnya melihat retakan ini dari satelit!” kata Heivia yang kesal saat dia berusaha keras untuk mengangkat kakinya di ujung retakan ini. “Hei, Quenser. Aku tidak suka permintaanmu yang tadi! Jujur saja, aku berharap kalau ledakan ini paling tidak bisa mengusir para teroris itu dari sin—”
 
 
Dia kemudian tidak bisa berkata apa-apa lagi.
 
 
Dia sudah melihatnya.
 
 
Selongsong raksasa itu memiliki berat berton-ton dan menghujani tanah dari ketinggian yang cukup tinggi. Selongsong itu menghantam satu-satunya bagian tanah solid di Antartika, gelombang ledakan menyebar ke seluruh arah, dan longsor pun terjadi di gunung salju yang paling dekat dengan mereka.
 
 
Namun, 50 meriam itu sama sekali tidak terkena dampak dari serangan brutal ini.
 
 
Mereka tertutupi oleh salju dan es yang beterbangan akibat ledakan, tapi sepertinya tidak cukup kuat untuk membuat senjata itu tidak lagi berfungsi.
 
 
“Brengsek!!”
 
 
Tenggorokannya pun mengering. Merangkak di dalam celah ini juga akan membuat mereka hancur berkeping-keping. Namun, mereka tidak bisa bersembunyi di kerak ini karena tembakan meriam Object tadi membuat celah ini membesar dan membuat tanah di sini menjadi seperti bukit.
 
 
Quenser kemudian memanjat keluar dari celah itu dan berteriak, “Ayo panjat saja!!”
 
 
“Apa kau tahu apa yang baru saja kau katakan!?”
 
 
“Kalau kau tidak melakukannya, kau akan mati!!”
 
 
Quenser sudah berada di atas retakan itu dan berteriak tanpa menjelaskan apa yang sebenarnya dia inginkan. Dia kemudian menggunakan radio untuk meminta semua orang melakukan hal yang sama. Heivia tidak yakin apa yang harus ia lakukan sekarang, tapi dinding retakan ini telah menjadi seperti lereng bukit dan tidak ada pijakan untuk kakinya. Jika dia kehilangan kekuatan genggamannya dia pasti akan jatuh ke tanah dan mati. Dia akhirnya memutuskan untuk merangkak naik pada setengah perjalanan menuju ke atas dan memanjat jarak yang tersisa dengan sedikit putus asa.
 
 
Tentu saja, tidak terhitung berapa banyak railgun dan coilgun yang mengarah pada mereka.
 
 
Mereka bukan makhluk dengan kekuatan luar biasa yang bisa menghindari serangan seperti itu.
 
 
“Sial!!”
 
 
Tahu bawa hal ini percuma, Heivia mengangkat senapannya.
 
 
Tapi Quenser berkata, “Tidak apa-apa.”
 
 
Heivia ingin menjawab, “Bagaimana mungkin ini baik-baik saja?” tapi musuh sudah membuat gerakan pertama mereka.
 
 
Suara yang begitu menggelegar akibat tembakan railgun terperangkap di telinga Heivia dan membuat degup jantungnya begitu kencang.
 
 
Satu tembakan saja dari senjata itu cukup untuk menghancurkan kapal tempur menjadi dua.
 
 
Heivia hampir menutup matanya, tapi kemudian apa yang terjadi berikutnya sama sekali di luar hasil perkiraannya.
 
 
“...Hah?”
 
 
Heivia melihat dengan tatapan kosong dengan apa yang terjadi di depannya.
 
 
Dia memang merasakan sakit.
 
 
Namun, itu hanya karena serangan gelombang kejut yang dihasilkan oleh ledakannya. Jika proryektil itu mengenainya, dia pasti mati.
 
 
Tembakan railgun itu tidak mengenai mereka. Malahan meriam railgun itu terlempar pada arah yang berlawanan. Dan tidak hanya itu saja. Beberapa meriam kehilangan kekuatannya dan terdorong akibat tembakan yang terlampau kuat, yang lain pun runtuh ke samping, dan beberapa yang lain meluncur ke atas seperti roket. Puluhan railgun itu runtuh seperti layar domino yang belum selesai untuk runtuh.
 
 
Kepala Heivia penuh dengan pertanyaan.
 
 
“A-apa? Apa yang baru saja terjadi?”
 
 
“Aku yakin kalau jangkar yang ditanam di bawah tanah itu tidak lagi mampu untuk menyokong railgun itu.”
 
 
“?”
 
 
“Lebih jelasnya, retakan tanah inilah yang menghancurkan itu. Bukan meriam Baby Magnum.” Quenser berdiri dari posisi berbaringnya. “Railgun dan laser yang digunakan oleh Object didesain untuk bisa dipasang ke dalam tubuh seberat 200.000 ton. Saat ditembakan, gelombang kejut dan gelombang panas tersebar ke seluruh arah. Meriam-meriam ini tidak digunakkan untuk melindungi markas karena friendly fire dari mereka sama bahayanya dengan serangan musuh.”
 
 
“Lalu apa hubungannya dengan ini?”
 
 
“Saat diletakkan di tanah, kekuatan yang dihasilkan oleh meriam ini sangat besar dan gelombang kejut yang dihasilkan akan menghancurkan railgun itu sendiri. Mereka harus menanam jangkar sedalam 10 meter untuk menjaga keseimbangan dan menahan gelombang kejut yang dihasilkan. Tapi...”
 
 
“Tembakan meriam tuan putri menghancurkan tanah itu sendiri...”
 
 
“Jangkarnya tidak bisa lagi berfungsi. Tembakan pertama tadi juga tidak mengenai kita karena meriam itu miring dan bergetar. Setelah itu, kita tinggal melihat mereka seperti anak kecil yang menembakan magnum dengan satu tangan. Senjata itu akan melukai anak itu. Sementara menghindari area tembak railgun yang runtuh itu, kita harus menghancurkan kabel tenaganya. Beberapa dari mereka mungkin masih berfungsi.”
 
 
“Kalau begitu kita harus mencari siapa orang yang mengendalikan mereka.”
 
 
“Aku rasa aku punya ide.”
 
 
Quenser menggunkan dagunya untuk menunjuk observatorium nirawak milik Kerajaan Legitimasi yang terlihat begitu penuh dengan kehidupan. Sepertinya musuh yang mengendalikan meriam-meriam ini menggunakan penghangat yang ada di dalam observatorium. Satu-satunya tempat mereka bersantai sudah hancur, jadi mereka tentu saja panik.
 
 
“Ayo kita cari tempat yang lebih baik sebelum mereka menembak lagi,” kata Quenser saat dia menepuk pundak Heivia. “Saat pertempuran sesungguhnya terjadi, aku tidak akan berguna lagi, jadi kau yang akan memimpin kali ini, Heivia.”
 
 
===Bagian 7===
 
 
Setelah meredam puluhan meriam itu, Quenser dan Heivia bergabung dengan sisa pasukan Kerajaan Legitimasi. Mereka juga telah kehilangan beberapa rekan mereka.
 
 
Setelah itu pertempuran berikutnya berjalan seterang hari itu.
 
 
Teroris yang ada di observatorium nirawak itu dikalahkan dengan cukup mudah. Sepertinya posisi anti-tank yang menggunakan meriam-meriam Object adalah satu-satunya senjata utama yang mereka miliki, dan mereka tidak tahu bahwa ada kemungkinan jika pasukan musuh berhasil menerobos ke dalam sini. Teroris ini kalah jumlah, jadi mereka tidak memiliki kesempatan untuk menang. Mungkin itulah kenapa mereka sangat bergantung kepada meriam-meriam itu yang dikontrol di observatorium ini.
 
 
Mereka juga menemukan pelontar roket yang digunakan untuk menarget pesawat pengintai milik Kerajaan Legitimasi. Pelontar itu sendiri dipasang di atas kendaraan. Delapan rudal dipasang di atasnya seperti menara berputar. Empat tabung dipasang sebagai pelontar meriamnya dan ada dua set pelontar meriam dipasang beriringan.
 
 
Pelontar rudal itu menggunakan pembidik laser, dan terpisah dari situ ada sebuah kendaraan radar. Namun, sudut kendaraan itu cukup aneh. Sepertinya, pengaturan awalnya adalah untuk serangan anti-pesawat tapi kemudian dipasang untuk mencari posisi Quenser dan yang lain di tanah.
 
 
“Ujung-ujungnya kita membunuh mereka semua, jadi kita masih belum tahu apa yang mereka incar. Aku tahu dari wajah tidak enak Froleytia.”
 
 
Di dalam situasi dimana kawan maupun musuh bisa terluka, menangkap musuh merupakan pekerjaan yang sulit. Jika pasukan musuh berhasil menyiapkan jebakan saat mereka menunggu, mereka pasti akan terjebak dalam masalah. Dan pada akhirnya, Heivia dan yang lain menggunakan kekuatan mereka secara maksimal dan berujung pada terbunuhnya semua anggota teroris ini.
 
 
“Sekarang kita tidak tahu apa tujuan mereka dan apa yang coba mereka sembunyikan di sini. Apa kita akan disuruh menggali benua ini untuk mencari tahu apa yang mereka sembunyikan di benua putih ini walau kita menang?”
 
 
“Gunung Erebus adalah gunung aktif, jadi wilayah ini cukup hangat seperti tempat kita diturunkan pada awal misi.”
 
 
Quenser menunjuk ke bawah kaki mereka. Itu bukanlah salju putih atau es, melainkan tanah solid.
 
 
Heivia melihat asap putih keluar dari batu itu dan berkata, “Brengsek. Ini bukan situasi dimana kita disuruh mencari sesuatu. Tidak peduli berapa keras kita mencari, gaji kita tetap sama. Kita mengalahkan seluruh teroris itu dan mengalahkan meriam anti-tank yang mereka pasang. Apakah kau tidak merasa kalau pekerjaan kita ini agak tidak adil? Kan kita tidak boleh merebut semua kejayaan di sini dari teman kita yang lain.”
 
 
“Apa, kau akan menyerah sekarang? Froleytia akan memarahimu nanti.”
 
 
“Lihat ke bawah Quenser. Ini adalah kolam air panas. Dan suhunya tepat pada 40 derajat celcius. Aku tidak akan melepas bajuku dan telanjang di sini, tapi aku tidak merasa keberatan dengan melepas sepatu bootku dan membasahi kakiku.”
 
 
“Kau tahu, aku juga tidak mau menggunakan tenagaku untuk mencari apa yang mereka sembunyikan di benua putih ini. Lagipula ini tidak ada hubungannya dengan mempelajari Object.”
 
 
Pasukan Kerajaan Legitimasi menggunakan seluruh tenaga manusia yang ada untuk mencari apapun yang mereka temukan di observatorium nirawak ini. Keberadaan Object yang memberi tenaga bagi meriam anti-tank ini juga masih menjadi misteri, namun kedua orang bodoh ini sudah tidak lagi peduli. Mereka membenamkan kaki mereka ke dalam air hangat dengan lebar satu meter dan dalam 30 meter, duduk di atas batu, dan mengembalikan mood mereka hingga seperti semula.
 
 
“Ngomong-ngomong, kenapa teroris ini menggunakan rudal anti serangan udara?”
 
 
“Ahn? Maksudmu apa?”
 
 
“Mereka menggunakan meriam-meriam Object, bukan? Kenapa mereka tidak menggunakan meriam itu saja untuk menjatuhkan pesawat? Dan jika mereka benar-benar memiliki Object untuk memberikan tenaga.”
 
 
“Memangnya aku tahu? Mereka menggunakan meriam itu sebagai serangan kejutan, jadi mereka menggunakan senjata mereka yang paling buruk supaya kita tidak tahu senjata terbaik apa yang mereka miliki.”
 
 
“Dan kenapa Object itu tidak muncul di radar putri? Object itu tingginya 50 meter. Akan sangat sulit untuk menyembunyikannya.”
 
 
“Hei, Quenser. Aku agak meragukannya, tapi kita tidak memiliki Stealth Object di sini bukan?”
 
 
“Wow, tidak mungkin. Kau pikir berapa banyak fungsi stealth yang harus dipasang di senjata sebesar itu? Dan di penyediaan dananya saja, mereka harus mengeluarkan uang dengan jumlah yang sama dengan perawatan konservasi air.”
 
 
“Well, kau harus bertanya langsung pada musuh soal itu. Semua Object generasi kedua benar-benar mengerikan antara satu dengan yang lain. Dan juga, semua ini hanya kemungkinan karena kita tidak tahu apakah Object ini benar-benar ada.”
 
 
Mereka tidak bisa bertanya pada musuh dan mereka tidak tahu apa yang diinginkan oleh para teroris ini. Apa yang sebenarnya ingin mereka lakukan di Antartika?
 
 
“Well, ini bukan tugas kita lagi. Komandan berdada besar itu bisa mengkhawatirkan hal itu lain kali,” kata Heivia seraya ingin lepas tanggung jawab. Seluruh tubuhnya terasa begitu ringan ketika dia menyerap panas air itu lewat kakinya dan uap panas ini benar-benar merelaksasi tubuhnya. “Dahh...ini benar-benar terasa sangat nikmat dan aku mengantuk...”
 
 
“Hey, aku beri tahu kau ya, kau akan mati kalau kau tertidur di sini. Aku juga mau.”
 
 
Quenser tidak mau berpikir apapun yang tidak berhubungan dengan Object. Dia memutar kepalanya dan menikmati air hangat kolam ini dengan kakinya.
 
 
Dan kemudian dia menyadari sebuah obyek perak berada di sana.
 
 
“?”
 
 
Quenser berhenti bergerak dan melihat ke arah benda itu sekali lagi.
 
 
Benda itu berada di tengah-tengah badai salju yang bertiup sangat kencang. Jaraknya sekitar 50 meter dan bentuknya seperti sebuah batu setinggi orang dewasa. Di bagian belakangnya terdapat sebuah perangkat yang mencuat keluar. Sepertinya menyembunyikan benda ini di tengah-tengah badai salju adalah ide terbaik.
 
 
“Oh, aku harap aku tidak memperhatikannya tadi.”
 
 
“Kenapa kau menemukan hal seperti ini, bodoh!? Sekarang kita harus melakukan sesuatu!!”
 
 
“Aku harap semua masalah ini terjadi di belahan dunia lain.”
 
 
“Kita sekarang di Antartika, jadi belahan dunia lain yang kau bilang tadi itu akan membuat wilayah negara aman menjadi sangat berbahaya.”
 
 
Merasa terganggu karena hal ini, Quenser dan Heivia menarik kaki mereka dari dalam kolam air panas dan membersihkan embun-embun air yang menempel di kaki mereka sebelum memakai kaos kaki dan sepatu boot.
 
 
“Hey, Quenser. Sepertinya benda itu mengeluarkan sesuatu seperti uap putih. Apa benar tidak apa-apa?”
 
 
“Kalau kita segera membereskan masalah ini, kita bisa segera bersantai lagi. Pikirkan saja hal ini sebagai motivasi untuk bekerja lebih giat.”
 
 
Mereka bergumam satu sama lain dan berjalan menuju obyek di balik batu itu.
 
 
Di balik itu adalah sebuah kotak dengan lebar 80 cm.
 
 
...Atau seperti itu pandangan pertama saat mereka melihatnya. Sebenarnya benda itu memiliki kaki yang membuatnya terlihat seperti seekor kepiting. Itu adalah robot. Dengan pengamatan lebih detail, kamera dan sensor bisa terlihat menempel di atas kotak itu. Penutupnya sudah dibuang dan laptop anti-air dihubungkan dengan benda itu melalui.
 
 
Heivia mengerut.
 
 
“Apa ini?”
 
 
“Robot pengamat. Aku ingat mempelajari hal ini di sekolahku di negara aman untuk mempelajari struktur dasar Object, atau, ya, seperti itu,” kata Quenser dengan rasa penasaran yang amat tinggi saat dia mendekati benda itu dan mengamatinya dari berbagai sisi. “Sepertinya robot ini digunakan untuk mengumpulkan informasi seperti retakan dari gunung berapi aktif yang tidak bisa dilakukan manusia sendirian.”
 
 
“Mengembangakan sebuah UAV dan sebuah senjata nirawak sepertinya menjadi mode tersendiri di kalangan militer, tapi apakah mereka benar-benar yakin akan menyerahkan pengamatan kepada robot buatan tangan seperti ini?”
 
 
“Pengamatan yang dilakukan di tempat seperti ini menurutku tidak terlalu membutuhkan peralatan seperti ini dibandingkan dengan pengamatan ke planet Mars. Dan juga, lebih mudah untuk mengirimkan sebuah robot ke retakan gunung berapi aktif yang suhunya sangat tinggi daripada menggunakan sebuah pakaian khusus.” Jawab Quenser. “Karena ia harus bertahan di suhu dingin Antartika, sepertinya robot ini juga dibuat untuk suhu ekstrim. Robot ini memiliki antena parabola, jadi sepertinya dikontrol oleh radio kontrol dan mengirim data kembali ke laboratorium atau kapal pengamat via satelit.”
 
 
“Oh begitu. Tapi sepertinya ini sangat menggangguku.” Heivia mengelilingi robot ini dan menunjuk sebuah titik. “Penutupnya sudah diambil dan ditempel dengan sebuah laptop yang dihubungkan dengan kabel.”
 
 
“Hm, sepertinya ada konekter eksternal. Aku tidak mengerti, kenapa orang yang membuat robot ini harus repot-repot melepas penutupnya untuk memasang sebuah laptop di atasnya.”
 
 
“Apa mungkin orang selain pembuatnya yang melakukannya?”
 
 
Quenser dan Heivia saling bertukar pandang.
 
 
Ini mungkin adalah salah satu tujuan teroris.
 
 
“Hei, Quenser. Apa kau bisa mencari tahu apa yang ada di dalam laptop itu?”
 
 
“Apa kita boleh menyentuhnya?”
 
 
“Apa, kau ingin meminta izin dari Froleytia lebih dulu? Aku tidak mau terlihat seperti istri yang ikut kelas memasak. Kau tahu, yang suka memanggil guru bahkan untuk menuangkan minyak ke dalam wajan.”
 
 
“Yah, kalau terjadi sesuatu, kau yang harus dimarahi, Heivia.”
 
 
“Oke, oke. Sial, Quenser. Apa kita ini terlihat seperti istri yang tidak tahu bagaimana cara menggunakan apron?”
 
 
Melihat betapa cepat responnya, Heivia pasti sangat takut terhadap komandannya itu.
 
 
Quenser memasang frekuensi radionya dan menjelaskan situasi yang mereka hadapi dengan robot dan laptop itu.
 
 
Jawaban Froleytia pun sudah jelas.
 
 
“Aku akan mengirim staf dari divisi simulasi ke sana. Jangan sentuh ap pun sampai mereka datang.”
 
 
“Kuh. Jadi sekali lagi, prestasi kita diambil alih oleh orang lain,” kata Heivia dengan wajah tidak suka.
 
 
Namun, dari keluhannya yang tidak terlalu lama itu, ada kemungkinan dia itu marah karena harus menunggu lama di tengah-tengah Antarika daripada meributkan “prestasi” mereka.
 
 
Ketika Heivia terlihat begitu ingin untuk segera keluar dari sini, Froleytia berbicara dengan suara kecil tanpa rasa khawatir.
 
 
“Oh, memangnya kamu tidak berpikir kalau robot itu diisi bom plastik? Kalau kau membuat kesalahan, bisa saja robot itu meledak.”
 
 
“Aku ingin pergi!! Aku ingin pergi sekarang juga!!” teriak Heivia dengan air mata di matanya, tapi Froleytia memerintahkan mereka untuk tetap berada di sana dan mengakhiri transmisinya,
 
 
Quenser dan Heivia dengan gugup menatap robot itu.
 
 
Mereka berdua secara spontan mundur sedikit demi sedikit dari robot itu.
 
 
Tapi...
 
 
“Huh?”
 
 
“Hei, ini cuman aku atau robot itu mulai melakukan sesuatu?”
 
 
Mereka berdua berhenti bergerak.
 
 
Mata mereka tertuju pada laptop yang terhubung dengan robot itu.
 
 
Sebenarnya, mereka melihat ke layarnya.
 
 
Sebuah jendela muncul dan mulai memberikan alarm peringatan.
 
 
Keinginan Heivia untuk pergi semakin kuat detik demi detik.
 
 
“Apa ini menjadi semakin bertambah buruk?”
 
 
“Ini lebih dari buruk...”
 
 
Quenser mengikuti dan membaca tiap teks yang muncul di jendela itu dengan wajah serius. Tidak seperti Heivia, dia segera beranjak menuju laptop itu. Dan dengan segera mengantarkan jarinya ke keyboard.
 
 
Dia membuka beberapa jendela lain dan memeriksa apa yang tertulis di situ.
 
 
“Robot survei ini dikontrol dari laboratorium via satelit dan sedang mengirimkan data dengan arah yang sama. Sepertinya robot ini mencoba menerobos jalur komunikasi yang terhubung lewat satelit.”
 
 
“Maksudmu mereka mencoba mencuri data rahasia yang ada di sini lewat robot ini?”
 
 
“Bukan, bukan begitu! Sial!!” Quenser berteriak saat dia melihat jendela itu lagi. “Mereka mencari satelitnya! Satelit yang digunakan untuk komunikasi juga dilengkapi dengan perangkat untuk bereksperimen di luar angkasa. Salah satu percobaannya adalah dengan membakar permukaan asteroid terdekat dari satelit itu dengan laser dan menganalisis datanya dengan cahaya yang dipancarkan. Seluruh data eksperimen itu sudah diambil!!”
 
 
“Maaf Quenser, tapi aku tidak paham apa yang kau katakan ini.”
 
 
“Sederhananya, mereka meretas masuk ke dalam satelit supaya mereka bisa dengan mudah menarget siapa pun yang mereka inginkan dengan laser yang digunakan untuk eksperimen!! Kekuatannya cukup untuk melelehkan plat baja setebal 30 mm!!”
 
 
“Tunggu, tunggu, tunggu!! Memangnya mereka bisa melakukan itu? Aku rasa satelit itu memiliki pengamanan yang ekstra ketat!!”
 
 
“Mereka bisa. Ini bukan satelit yang digunakan untuk sebuah negara dengan dana yang besar. Satelit ini kecil, murah, dan dibuat dengan dana yang diberikan oleh semacam universitas. Sistem yang digunakan juga berasal dari OS yang dijual di pasaran dan software gratis juga bisa dipasang di dalamnya. Dan itu juga berlaku untuk sistem keamanannya!!”
 
 
“Tapi meskipun begitu, kita berbicara mengenai laser yang digunakan untuk membakar permukaan satelit. Kalau targetnya ada di bumi, bukannya atmosfer bumi akan melemahkannya dan lapisan ozon akan membiaskannya sebelum sampai ke target yang ada di permukaan bumi?”
 
 
“Ya, benar. Tapi hanya jika targetnya ada di bumi,” kata Quenser saat dia menunjuk layarnya. “Teroris ini menarget sebuah vila di bulan”
 
 
“Bulan!?” teriak Heivia dengan suara panik.
 
 
Quenser menunjuk jendela yang menampilkan data mengenai sudut target laser satelit. Arahnya ternyata benar-benar berlawanan dengan dengan atmosfer bumi. Target angkasanya berbeda.
 
 
“Bulan...? Kau seharusnya tidak bercanda seperti itu, Quenser. Ada beberapa hal yang tidak patut untuk dijadikan bahan guyonan, Quenser.”
 
 
“Apa kau buta!! Satelit ini bisa menarget bulan dengan mudah!! Dan, asal kau tahu saja, satelit ini bisa menarget Blind Net yang dipasang sebagai sarana eksperimen membuat lahan tempat tinggal di permukaan bulan!!”
 
 
“Blind Net? Bukannya itu adalah atmosfer optikal kedua? Blind Net dibentuk dari dua lapisan jaring berbentuk setengah bola dengan sebuah kabel semitransparan yang terbuat dari kristal photonm, lapisan yang pertama lebih besar dari lapisan yang berikutnya, dan digunakan untuk mengatur secara bebas jumlah cahaya yang masuk ke permukaannya, bukan? Aku ingat karena rumornya Blind Net akan digunakan untuk Proyek ReTerra untuk melawan pemanasan global.”
 
 
“Bulan tidak memiliki atmosfer tebal seperti di bumi, jadi tidak akan ada perlindungan terhadap cahaya matahari langsung! Dalam satu hari, suhu di permukaannya bervariasi dan rata-rata suhunya bisa berada di bawah nol derajat dan tiba-tiba saja naik hingga ratusan derajat celcius!! Apa kau tidak sadar apa yang akan terjadi jika para teroris ini menggunakan laser ini untuk menghancurkan Blind Net!?”
 
 
Umat manusia mulai melanjutkan sebuah usaha untuk mengembangkan bulan, tapi walau mereka sudah berusaha keras, atmosfer bulan tidak sama dengan atmosfer bumi. Vila yang dibangun di bulan merupakan sebuah bangunan yang dibangun dengan dinding yang tebal dan kokoh. Walau begitu, bangunan itu dibangun dengan asumsi bahwa Blind Net akan melindungi mereka. Dan Blind Net tidak diciptakan untuk bertahan melawan lingkungan yang memiliki perubahan suhu yang ekstrem.
 
 
“Tanpa Blind Net, bangunan di sana akan mengalami perbedaan suhu yang cukup tinggi. Tidak akan ada yang tahu dengan nasib bangunan yang ada di dalamnya. Dan hanya dengan retakan seukuran beberapa milimeter, sudah cukup untuk membuat orang-orang yang berada di dalam vila mati karena tersedot udara vakum.”
 
 
Radiasi sinar matahari itu masalah lain bagi Blind Net. Jaring raksasa yang disebut sebagai Blind Net berfungsi untuk mempolarisasi radiasi yang turun ke permukaan bulan.
 
 
Merasa sudah cukup dengan semua yang dia terima ini, Heivia berteriak, “What the hell!? Ini pertama kalinya sebuah serangan berskala besar berniat untuk menyerang bulan dan ini semua akan masuk ke dalam sejarah umat manusia!! Aku pikir orang ini sudahmemikirkan rencana ini satu langkah didepan kita!!”
 
 
“Rencana ini masih berjalan saat kita berbicara. Kita harus mencari cara untuk mengakali satelit ini dengan cepat!!”
 
 
Para teroris yang berada di observatorium nirawak itu mungkin menggunakan laboratorium itu untuk memberi waktu bagi persiapan mereka untuk menyerang bulan. Memang masih belum ditemukan, tapi pasti ada sebuah perahu cepat yang disembunyikan di sini untuk pelarian diri mereka.
 
 
“Tidak bagus!! Dari orbit satelit ini, bulan berada tepat di arahnya, dan dari posisinya yang berhubungan dengan matahari, kita bisa mengetahui dimana lubangnya terbentuk. Kalau kita tidak bisa memberitahukan orang-orang di sana untuk segera dievakuasi, nanti aku tidak akan bisa makan dengan tenang!!”
 
 
“Dengan otoritas yang kita miliki!? Apa kau tahu berapa banyak orang kaya yang ada di bulan sekarang ini!?”
 
 
“Oh, aku tahu. Saat kita merasa ragu, hubungi komandanmu. Kita membutuhkan bantuan Froleytia!!”
 
 
Quenser dan Heivia pergi ke radio mereka untuk menerima petunjuk.
 
 
Froleytia merespon dengan suara marah yang lebih panas dari api neraka.
 
 
“Aku rasa aku menyuruhmu untuk tidak melakukan apapun sampai teknisi kita sampai di sana...”
 
 
“Yah, maaf soal itu. Tapi tolong jangan marahi kami sekarang!!’
 
 
“Kau punya nyali untuk melawan perintah langsung dari komandanmu, Quenser. Tapi...apa baru saja kau bilang vila di bulan?”
 
 
Ia sedikit merenung, tapi sepertinya dia agak tidak sabar.
 
 
“Tunggu sebentar,” Froleytia mengakhiri transmisinya.
 
 
Setelah beberapa menit, dia menghubungi mereka lagi dan sepertinya dia sudah sedikit lebih tenang. Dia mungkin menggunakan perangkat dari divisi simulasi elektronik untuk membantunya mengambil keputusan.
 
 
“Aku mulai dengan kesimpulan yang aku ambil: kita tidak perlu melakukan apapun soal satelit itu. Kita sudah memperkirakan target yang dituju oleh laser itu, tapi wilayah penduduk yang ditarget oleh lubang yang berada di Blind Net adalah Rock Castle. Ada tamu VIP spesial di sana.”
 
 
“?”
 
 
“Di sana ada seorang Jenderal Korporasi Kapitalis, salah satu kekuatan dunia yang seimbang dengan kekuatan Kerajaan Legitimasi. Kerajaan Legitimasi pernah mencoba beberapa kali untuk membunuhnya tapi gagal. Jika para teroris ini berhasil membunuhnya, kita melempar masalah ini ke mereka. Atasan tinggi berpendapat bahwa kita harus melepaskan ini karena ini bukan urusan kita. Aku setuju. Jika ada sebuah alternatif yang membuat bawahanku terbunuh, aku lebih memilih tutup mata.”
 
 
“...”
 
 
“...”
 
 
Quenser dan Heivia saling bertukar pandang. Mereka terlihat bodoh karena sebelumnya sudah khawatir. Mungkin masalah ini akan menjadi bencana bagi para penduduk Korporasi Kapitalis di bulan sekarang, tapi mereka berdua tidak memiliki kewajiban untuk menyelamatkan orang yang memberi perintah untuk membunuh orang dan menontonnya dari atas.
 
 
“Toh, kalian tidak perlu melakukan apapun terhadap satelit itu. Walau kalian sudah menyentuh komputer yang terhubung ke satelit itu. Yah, aku akan meminta bagian intelijen untuk untuk memeriksa robot itu dan meminta mereka untuk membuatnya seperti kecelakaan karena lingkungan yang ekstrem, jadi kita tidak akan mendapat masalah serius. Kalau kau mengerti, kembali ke sini secepatnya.”
 
 
Setelah berkata seperti itu, Froleytia mengakhiri transmisinya.
 
 
Heivia duduk di atas sebuah es.
 
 
“Haah...rasanya tenagaku seperti disedot untuk sesuatu yang tidak penting. Untuk apa selama ini kita bertarung, huh? Bagaimana dengan orang-orang yang terpaksa harus menjadi terkaman meriam anti-tank tadi supaya bisa beristirahat dengan tenang?”
 
 
“...”
 
 
Quenser tidak memberikan respon terhadap komentar Heivia.
 
 
Dia sepertinya memikirkan hal lain.
 
 
“Hei? Ayolah, ayo kita pergi dari sini. Atau kau sepertinya masih memikirkan apa yang terjadi dengan anak penguin tadi?”
 
 
“Heivia, apa aku bisa bertanya sesuatu padamu?”
 
 
“Apa?”
 
 
“Sebelum kita sampai di Antartika, kau mendapat video chat saat kita di ruang penyimpanan amunisi, bukan? Kau tahu, wanita dengan rambut pirang dan gaun dari salah satu keluarga Kerajaan Legitimasi.” Quenser memilih kata-kata yang akan dia ucapkan dengan hati-hati. “Apa kau ingat apa yang dia katakan soal kemana dia pergi? Sesuatu yang sangat jauh dari peperangan di planet ini, bukan?”
 
 
“...Tunggu sebentar. Tunggu sebentar!”
 
 
“Aku rasa dia juga menyebutkan soal warna bendera tidak dilihat sebagai sebuah ancaman di sana. Bukankah itu berarti dia berada di sebuah tempat yang berada di luar wilayah kekuatan dunia manapun.”
 
 
Tentu saja ada beberapa wilayah seperti itu di bumi.
 
 
Sebagai contoh, laut internasional, wilayah yang berada di luar batas 200 mil dari daratan. Atau Antartika, tempat di mana Quenser dan Heivia sekarang berada. Ada beberapa tempat seperti surga di bumi ini yang tidak dimiliki oleh siapa pun, tapi salah satunya adalah...
 
 
“H-Heivia. Kita tidak tahu pasti soal ini. Sebenarnya, kita beruntung kalau kita tidak akan mengkhawatirkan apapun, tapi apakah kau bisa menghubunginya lewat internet?”
 
 
“I-iya. Kita tidak memiliki bukti. Tunggu, apa kita bisa menggunakan internet di sini?”
 
 
Karena saat ini begitu banyak pusat penelitian di Antartika dari berbagai macam kekuatan dunia, mendapatkan jaringan internet di sini cukup mudah, dan Kerajaan Legitimasi memiliki pesawat pengangkut menunggu di laut.
 
 
Heivia menarik perangkat genggamnya dan menyalakan wireless LAN.
 
 
“Quenser, kita terputus dari akses eksternal selama misi, tapi bisakah kau meretasnya?”
 
 
“Kalau aku bisa melakukannya, aku tidak akan menjadi mahasiswa magang di sini. Tapi akses khusus yang dibuat untuk perempuan itu pasti masih aktif. Kalau begitu, paling tidak kau bisa menghubunginya.”
 
 
“Oh! Berhasil, ini berhasil! Tapi aku punya firasat kalau Froleytia akan menyadarinya dan pasti akan sangat marah!!”
 
 
Setelah beberapa perubahan sederhana, Heivia akhirnya berhasil menghubungi gadis yang lokasinya masih tidak diketahui itu.
 
 
Pertanyaanya yang pertama adalah: “Dimana kau saat ini?”
 
 
Pertanyaan itu sangat sederhana dan mendapat jawaban yang singkat.
 
 
“Tentu saja aku ada vila di bulan bernama Rock Castle.”
 
 
Setelah itu, anak dari bangsawan Winchell dari Kerajaan Legitimasi, Heivia, berteriak sangat kuat sampai-sampai kepalanya merah.
 
 
“Fuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuucccccccccccccccckkkkkkkkkkkkkkkkkkk!!!”
 
 
“I-ini pernyataan yang sangat terburu-buru!! Tapi aku tidak masalah sih,” kata gadis itu.
 
 
[[Image:HO v02 098.jpg|thumb]]
 
 
Quenser hampir saja akan menangis “Kau tidak keberatan!?” Tapi kemudian dia berhasil menahan dirinya supaya dia bisa menahan amarah keluarga bangsawan itu.
 
 
Heivia dan Quenser mulai berbisik seperti sebuah pertemuan darurat supaya gadis itu tidak bisa mendengar mereka.
 
 
“(Jadi apa yang terjadi, Quenser? Apa atasan tinggi sangat haus untuk membunuh Jenderal Korporasi Kapitalis sampai-sampai rela kehilangan tuan putri bangsawan Kerajaan Legitimasi?)”
 
 
“(Kalau keluarganya cukup berpengaruh dan bahkan tidak melihat Korporasi Kapitalis sebagai musuh saat kita masih berperang dengan mereka, para atasan mungkin ingin segera menyingkirkan mereka secepat mungkin. Tapi aku ragu Froleatia tahu bahwa ada warga sipil di sana. Kalau dia tahu, dia pasti tidak akan memberikan perintah ini dengan tenang.)”
 
 
“(Terlepas dari itu, semua hasilnya sama saja. Dengan perintah militer seperti ini, kita tidak akan bisa melakukan apapun terhadap satelit ini tanpa mendapat hukuman. Tapi kalau kita tidak melakukan apapun...!!)”
 
 
“Apa yang kalian berdua bisikkan?”
 
 
Suaranya membuat mereka berdua melompat kaget.
 
 
Quenser memukul tangan Heivia dengan sikunya.
 
 
“(Heivia. Hei, Heivia.)”
 
 
“(Ada apa!? Ini sangat darurat!!)”
 
 
“(Kita bisa bilang kalau tanganmu tergelincir. Lakukan, lakukan!!)”
 
 
“Bfh!??” Heivia terkaget-kaget. “(Apa kau tidak tahu apa yang baru saja kau katakan!? Kalau kita melakukannya, kau juga akan dihukum bersamaku!)”
 
 
“(Cepat! Lasernya akan menembak dalam 30 detik!!)”
 
 
“(Oke, aku akan melakukannya!! Aku tidak ingin mendengarmu komplain setelah ini!!)”
 
 
Heivia menarik napas panjang untuk fokus pada dirinya sendiri dan berbalik ke laptop yang terhubung dengan robot survei.
 
 
“Ops! Tanganku tergelincir!!”
 
 
“Heivia, kau bodoh! Kau salah!!”
 
 
Saat mereka saling berteriak satu sama lain, mereka berdua melihat komputer dengan hati yang bimbang dan rasa takut untuk mengubah orbit satelit itu.
 
 
“Sebenarnya apa sih yang kalian berdua lakukan? Ini saat menggangguku.”
 
 
“Kita sebenarnya sedang bermain sebagai pahlawan!! Dan kami berdua sedang menyiapkan bahaya yang sangat tidak menyenangkan untuk hidup kami berdua!!”
 
 
===Bagian 8===
 
 
Pada akhirnya semuanya berjalan dengan baik, walau tidak ada yang tahu apakah ia berada pada tingkat marah atau tidak.
 
 
Quenser dan Heivia dipanggil ke ruang perwira yang berada di sebuah kapal induk serbu yang sekaligus digunakan sebagai markas. Saat berada di sana, mereka menyadari bahwa Froleytia telah menunggu mereka berdua dengan pidato yang telah ia siapkan. Sebenarnya, hal ini sudah mereka perkirakan tapi kali ini pidato Froleytia berada pada tingkat yang berbeda. Quenser begitu penuh dengan rasa cemas ketika ia melihat shuriken Jepang yang digunakan sebagai hiasan di atas meja akan tiba-tiba melayang ke kepalanya .
 
 
Pidato yang sangat menyiksa ini memakan waktu yang sangat, sangat, sangat, sangat, sangat, sangat, sangat, sangat, sangat, sangat, sangat, sangat sangat, sangat, sangat, sangat sangat, sangat, sangat, sangat lama, dan sekitar 120 menit telah terlewat. Froleytia pasti telah menyadari betapa lama pidatonya itu karena dia mulai batuk-batuk sebelum ia mulai berbicara lagi.
 
 
“Well, kalian beruntung karena ini adalah misi yang tidak resmi. Karena sejak pertama operasi militer ini tidak pernah ada dalam catatan, mereka tidak bisa membuatmu bertanggung jawab. Atau dengan kata lain, kalian seharusnya berada di balik terali besi saat ini.”
 
 
“Haah...yeah...”
 
 
“...Sial. Aku bertarung dan berjuang demi seorang heroine, dan yang aku dapat adalah sebuah pidato bahwa apa yang kulakukan ini bertentangan dengan perintah yang diberikan.”
 
 
Wajah Quenser dan Heivia terlihat seperti pembungkus krim dari plastik yang semua isinya sudah ditekan keluar.
 
 
Walau ia mulai batuk-batuk lagi, Froleytia bertanya, “Jadi bagaimana keadaan gadis ini?”
 
 
“Harusnya kau bertanya pada Heivia, bukan aku.”
 
 
Quenser melempar pertanyaan itu pada Heivia. Heivia terlihat tidak nyaman, tapi dia harus menjawab tanpa melempar pandangannya karena yang bertanya saat ini adalah komandannya.
 
 
“Dia terlihat senang.”
 
 
“Begitu ya.”
 
 
Froleytia terus menggunakan wajah marahnya itu selama 2 jam ke belakang, tapi sekarang wajah itu berganti.
 
 
Dengan senyum masam, komandan dari dua anak laki-laki itu berkata, “Kalau begitu aku rasa tidak ada yang perlu dijelaskan lagi.”
 
 
===Bagian 9===
 
 
Dengan pekerjaannya yang telah selesai, Heivia meninggalkan ruangan Frolyetia dan ia berpisah dengan Quenser ketika ia keluar. Selama ini rekan seperjuangannya hanyalah seorang pelajar, jadi dia tidak mendapatkan pelatihan tentara, jadi Quenser merasa sangat lelah setelah mengelilingi Antartika dengan tempo yang sama dengan Heivia.
 
 
Dan juga, saat ini Heivia membutuhkan waktu untuk sendirian.
 
 
Kamar itu berisi empat tempat tidur, jadi ia tidak bisa pergi ke kamarnya sekarang. Pada akhirnya, dia membuka palka kapal itu dan berjalan menuju dek kapal yang sangat dingin itu.
 
 
Dia menggunakan perangkat genggamnya untuk melakukan sebuah video chat dengan sambungan internet.
 
 
Dia sedang berusaha menelepon anak perempuan dari keluarga Vanderbilt yang berada di vila bulan.
 
 
Froleytia pasti tahu bahwa ia membutuhkan akses khusus untuk tersambung ke sana. Tapi dia tidak mau menghalanginya untuk melakukan kontak dengan anak perempuan itu dengan kewenangannya.
 
 
Dan sepertinya, akses khusus ini tidak bisa dipakai lagi saat hubungan telepon ini berakhir.
 
 
Itulah kenapa dia ingin mengatakan semua yang ingin dia katakan sementara dia memiliki kesempatan.
 
 
“Apa kau sudah sedikit lebih tenang?” tanyanya.
 
 
“I-iya. Kamu juga tidak bisa menyalahkan aku. Semua orang pasti panik ketika mendengar bahwa vila di bulan ini diincar oleh gerombolan teroris.”
 
 
“Mungkin,” kata Heivia dengan senyum masam.
 
 
Sekali lagi Heivia menggunakan kesempatan ini untuk menjaga jarak dengan satu-satunya hal yang bisa membuatnya menjadi penerus keluarganya. Namun, Heivia tidak menyesalinya. Jika ia kehilangan dirinya saat itu, keinginannya untuk menjadi penerus keluarga Winchell tidak akan pernah terpenuhi.
 
 
“Kenapa?” tanya anak perempuan itu. “Aku mengerti kalau mewarisi garis kekuasaan keluarga Winchell bukan tujuanmu. Bahkan orang-orang di keluargamu masih menghindarimu. Tapi...”
 
 
“Apa kau mau bilang kalau yang aku lakukan sekarang ini berbahaya?”
 
 
“Hari ini, aku melihat segenggam hal selama ini yang kau lakukan. Aku selalu berpikir bahwa siapa pun bisa mewarisi garis keturunan keluarganya dan menjadi kepala keluarga dengan berdiam di markas yang jauh dari kata bahaya selama 3 tahun, tapi yang kulihat ini ternyata sangat berbeda. Kalau kamu tetap melakukan hal seperti ini, aku takut kalau suatu saat akan terjadi hal buruk yang menimpamu. Dan...jika kamu menyerah pada kau-tahu-yang-kumaksud, kamu bisa mewarisi garis keturunan keluarga Winchell kapan saja tanpa harus ada orang yang mempermasalahkannya. Jadi ...kenapa?”
 
 
Orang-orang di keluargamu masih menghindarimu.
 
 
Kalau kau menyerah pada kau-tahu-apa-yang-kumaksud...
 
 
Mendengar itu, Heivia menyipitkan matanya. Wajahnya terlihat lebih serius dari saat dia bersama dengan Quenser atau bahkan saat ia bersama dengan Froleytia, atau bahkan tuan putri Baby Magnum.
 
 
“Dengar. Keluarga Winchell dan Keluarga Vanderbilt masih memiliki rasa permusuhan dan kedua belah pihak sama-sama menginginkan supaya salah satu pihak untuk musnah. Kau mengerti, ‘kan?”
 
 
“I-Iya...”
 
 
“Dan kau tahu bahwa tak satu pun dari aku atau kamu yang ingin dirongrong oleh orang-orang yang tidak suka dengan keputusan kita berdua. Kau merasakan hal itu, bukan?”
 
 
“Ya. Tapi...tapi...!!”
 
 
“Hanya itu yang ingin kuketahui.” Heivia tersenyum. “Pada saat ini, kita akan berakhir seperti adegan terakhir drama tragedi Shakespear. Namun, aku tidak ingin hal itu terjadi. Aku akan terus berjuang sampai aku menemukan satu hal yang dapat membuatku mewarisi garis keturunan pemimpin keluarga Winchell dari orang-orang yang ingin mencoba merebutnya dariku. Setelah aku menemukannya, aku akan menutup mulut semua orang yang meragukanku dan menyelesaikan konflik tiada akhir ini.”
 
 
“...”
 
 
“Jadi tunggulah di sana. Aku akan pastikan bahwa aku akan mendapatkan apa yang sudah menjadi hakku. Kenapa kau berpikir kalau aku menolak untuk bergabung dengan akademi militer dan mendaftarkan diriku sebagai perwira pertama? Aku melakukannya supaya aku dapat melakukan apa yang seharusnya aku bisa.”
 
 
Heivia Winchell.
 
 
Saat dia membicarakan tujuannya lewat video chat itu, dia membuat sebuah keputusan yang tak nampak di wajahnya – baik terjelaskan lewat wajahnya atau suaranya yang diam.
 
 
...Dan kalau perlu aku akan melawan Object sialan ini supaya aku dapat meraih tujuanku.
 
 
===Bagian 10===
 
 
Sang putri, pilot Elite dari Baby Magnum, menatap monitor yang ada di dalam kokpitnya.
 
 
Dia berada di Laut Ross di pesisir gunung Erebus, tempat dimana pertempuran telah terjadi di sana.
 
 
Beberapa perahu motor bersandar di sana. Sepertinya perahu itu milik para teroris. Mereka pasti akan menggunakan perahu itu untuk kabur ke Oseania setelah mereka berhasil menyerang bulan dengan menggunakan robot survei.
 
 
Namun, sekarang bukan itu masalahnya.
 
 
Di permukaan laut itu, tepat di sebelah perahu motor itu, terdapat tumpukan kabel. Mereka menggunakan kabel itu sebagai tenaga untuk menggunakan cadangan senjata Object sebagai anti-tank.
 
 
Biasanya, kabel itu akan terhubung ke sebuah Object, tapi tidak ada tanda-tanda bahwa ada Object di tempat ini.
 
 
Sang Putri memeriksa radar Object, tapi dia tidak menangkap apapun di radarnya.
 
 
Dia berpikir lagi sebentar dan kemudian dia memberikan laporan.
 
 
Dia berbicara dengan Froleytia yang sekaligus sebagai penanggung jawab wilayah ini.
 
 
“Seperti yang sudah kuduga, aku tidak bisa mendeteksi keberadaan satu reaktor pun di sini. Bagaimana cara mereka mengirim sebuah Object ke tempat ini juga masih misterius. Mungkin Object itu sekarang sudah menyelam ke dasar laut.”
 
 
“Aku ingin sekali berpikir bahwa Object berbentuk bola sebesar 50 meter itu mampu menyelam tanpa terdeteksi oleh sonar sekalipun.”
 
 
“Mungkin mereka menggunakan fungsi stealth.”
 
 
[[Image:HO v02 106.jpg|thumb]]
 
 
“Aku memiliki firasat bahwa Object sebesar itu bisa dilihat dengan mata telanjang bahkan ketika radar tidak mampu menangkap keberadaannya.”
 
 
“?”
 
 
“Dari railgun yang digunakan sebagai anti-tank, dari kabel berdaya tahan rendah yang digunakan untuk menyuplai tenaga, dan dari misil yang digunakan untuk menyerang pesawat mata-mata kita. Semua prajurit musuh memang sudah mati, tapi ada beberapa petunjuk yang tertinggal yang bisa kita gunakan. Dari semua petunjuk yang ada saat ini, aku yakin orang yang bertanggung jawab untuk serangan ini adalah...”
 
 
Froleytia mulai menangkap jejak dari semua petunjuk ini.
 
 
Mungkin dia memang kekurangan petunjuk.
 
 
Atau mungkin dia masih memiliki keraguan untuk mengungkapkannya.
 
 
Apapun alasannya, pada akhirnya masanya sudah selesai.
 
 
“Mass Driver conglomerate, organisasi terbesar di seluruh dunia yang berada pada kekuatan dunia Korporasi Kapitalis.”
 
 
<noinclude>{{Heavy Object (Indonesia) Nav|prev= HEAVY OBJECT:Volume 2 Prolog|next= HEAVY OBJECT:Volume 2 Bagian 2}}<noinclude/>
 

Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see Baka-Tsuki:Copyrights for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource. Do not submit copyrighted work without permission!

To protect the wiki against automated edit spam, we kindly ask you to solve the following CAPTCHA:

Cancel Editing help (opens in new window)

Template used on this page: