Editing No Game No Life:Volume 5 Bagian 3
Jump to navigation
Jump to search
Warning: You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you log in or create an account, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
The edit can be undone. Please check the comparison below to verify that this is what you want to do, and then save the changes below to finish undoing the edit.
Latest revision | Your text | ||
Line 30: | Line 30: | ||
Izuna melihat ke atas pada Steph dan bertanya, dan tangan Steph di dalamnya sesaat membeku. |
Izuna melihat ke atas pada Steph dan bertanya, dan tangan Steph di dalamnya sesaat membeku. |
||
+ | Izuna looked up at Steph and asked, and Steph’s hand in hers momentarily froze. |
||
Bagaimana bisa dia begitu kasar - Steph merasa marah pada ketidak-sensitif-annya sendiri. |
Bagaimana bisa dia begitu kasar - Steph merasa marah pada ketidak-sensitif-annya sendiri. |
||
Line 87: | Line 88: | ||
- Walaupun dia mengatakan ini, dia menggenggam tangan Steph agak lebih erat. |
- Walaupun dia mengatakan ini, dia menggenggam tangan Steph agak lebih erat. |
||
− | Steph tersenyum agak pahit pada kelakuan Izuna yang mudah |
+ | Steph tersenyum agak pahit pada kelakuan Izuna yang mudah diabaca, dan saat dia akan melangkah maju sekali lagi - |
“Ah~ itu Izuna!” |
“Ah~ itu Izuna!” |
||
Line 105: | Line 106: | ||
“Hei, Izuna, ayo bertarung! Kamu benar-benar kuat kan?” |
“Hei, Izuna, ayo bertarung! Kamu benar-benar kuat kan?” |
||
− | “Kamu idiot, kamu benar-benar idiot, kamu |
+ | “Kamu idiot, kamu benar-benar idiot, kamu butuh orang tua menemani, kamu monyet botak!” |
“Siapa orang-orang ini…des?” |
“Siapa orang-orang ini…des?” |
||
Line 149: | Line 150: | ||
“Bagus sekali! Jadi janji ya! Izuna! Kamu sebaiknya menepatinya!” |
“Bagus sekali! Jadi janji ya! Izuna! Kamu sebaiknya menepatinya!” |
||
− | “Aku sudah berkata |
+ | “Aku sudah berkata kita butuh orang tua juga, kalian gumpalan idiots! – Izuna-sama, Aku meminta maaf.” |
Begitu saja, beberapa anak-anak tiba-tiba menghilang seperti saat mereka datang. |
Begitu saja, beberapa anak-anak tiba-tiba menghilang seperti saat mereka datang. |
||
Line 271: | Line 272: | ||
“Mengapa kita selmat, sebagai senjata hampa dari Master yang tewas? Jawab aku –“ |
“Mengapa kita selmat, sebagai senjata hampa dari Master yang tewas? Jawab aku –“ |
||
− | “”- 「 |
+ | “”- 「野砲 (ヤホウ yahou) 」-“” <ref>TL note: Artileri lapangan</ref> |
Kilatan cahaya menembus dada Azrael. |
Kilatan cahaya menembus dada Azrael. |
||
Line 795: | Line 796: | ||
Akhiri saja seperti ini - enam ribu tahun ini - yang tak berarti – |
Akhiri saja seperti ini - enam ribu tahun ini - yang tak berarti – |
||
− | “AAAAAAHHHH |
+ | “AAAAAAHHHH I’M SORRY I’M SORRY PLEASE DON’T KILL ME~~!” |
… |
… |
||
Line 878: | Line 879: | ||
===Part 6=== |
===Part 6=== |
||
− | + | In her dream, Azrael saw her Master Artosh’s memories. |
|
− | + | The everlasting chaos would only bring strength to the 「God of War」 Artosh. |
|
− | + | The Old Deus that fed on battle hunger, hostility, hatred and blood – the God of War Artosh. |
|
− | + | And now he and the splinters of his eighteen wings – the feathers (the Flügel) and his follower the Phantasma (Avant Heim), with such a small army, one god, one Phantasma, and one race – waged war on the entire world, and had achieved a crushing victory. |
|
+ | The throne of the One True God was in Artosh-sama’s grasp…it was unquestionable. |
||
− | Tahta Sang Dewa Tunggal Sejati dalam genggaman Artosh-sama…itu tidak perlu ditanyakan. |
||
+ | A Master like that, had only ever mentioned the possibility of defeat once. |
||
− | Seorang Master seperti ini, hanya pernah menyebut kemungkinan kalah sekali. |
||
+ | “There’s a chance I might be defeated.” |
||
− | “Ada kemungkinan aku akan kalah.” |
||
− | - |
+ | - You’re joking. |
− | + | “I’m very strong.” |
|
− | - |
+ | - Of course. |
+ | “Nobody’s strength is greater than mine.” |
||
− | “Tidak ada kekuatan seseorang yang lebih hebat daripada aku.” |
||
− | - |
+ | - Of course. |
+ | “That’s why there’s something I just can’t understand.” |
||
− | “Itulah mengapa ada sesuatu yang aku tidak dapat mengerti.” |
||
+ | Something you can’t understand? |
||
− | Sesuatu yang tidak dapat kau mengerti? |
||
+ | “I can’t understand it, because only the weak are able to. It’s the unknown possibility that I may lose to one stronger than I.” |
||
− | “Aku tidak memahaminya, karena hanya yang lemahlah yang dapat. Itu adalah kemungkinan yang tidak diketahui bahwa aku mungkin kalah pada seseorang yang lebih kuat daripada aku.” |
||
- …… |
- …… |