Editing No Game No Life:Volume 5 Bagian 3

Jump to navigation Jump to search

Warning: You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you log in or create an account, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.

The edit can be undone. Please check the comparison below to verify that this is what you want to do, and then save the changes below to finish undoing the edit.

Latest revision Your text
Line 1,062: Line 1,062:
 
“Nyahaha, nyahahahaha…betapa membosankan, aku tidak pernah terpikir bahwa itu akan menjadi semembosankan ini setelah aku mengerti.”
 
“Nyahaha, nyahahahaha…betapa membosankan, aku tidak pernah terpikir bahwa itu akan menjadi semembosankan ini setelah aku mengerti.”
   
Dia melihat ke bawah, dan dia hanya dapat tertawa - yang berarti…
+
Dia melihat kebawah, dan dia hanya dapat tertawa - yang berarti…
   
 
“Apakah kamu akhirnya mengerti?”
 
“Apakah kamu akhirnya mengerti?”
Line 1,072: Line 1,072:
 
Jawaban yang mereka telah cari selama lebih dari enam ribu tahun - pada akhirnya adalah 「Tidak ada jawabannya sama sekali」-
 
Jawaban yang mereka telah cari selama lebih dari enam ribu tahun - pada akhirnya adalah 「Tidak ada jawabannya sama sekali」-
   
  +
“The unknown will definitely never be reversed into knowledge, because our knowledge will eventually transform into the unknown, there is no end to this as what may be common knowledge yesterday may not be common knowledge today.”
“Yang tak diketahui akan jelas-jlas tidak pernah dibalik menjadi pengetahuan, karena pengetahuan kita lambat laun akan berubah menjadi tak diketahui, tidak akhir untuk ini seperti apa yang menjadi pengetahuan umum kemarin mungkin tidak menjadi pengetahuan umum hari ini.”
 
   
  +
It was because that she had never lost, so after her first loss, she was truly able to fear – the unknown.
Itu karena dia tidak pernah kalah, jadi setelah kekalahan pertamanya, dia benar-benar dapat takut akan - yang tak diketahui.
 
   
  +
The more she tried to understand it, the further it shrank away from her.
Semakin dia berusaha untuk mengerti, semakin jauh itu menghilang dari dia.
 
   
“Jadi hal yang penting adalah tidakMenghafal」, melainkanMempelajari」- dan bahkan nikmati risiko yang datang dengan beradaptasi pada situasi.”
+
“So the important thing is not toMemorize」, it’s toLearn」- and even enjoy the risk that comes with adapting to the situation.”
   
  +
Thus – the only way was to continuously strive forward –
Demikin - satu-satunya jalan untuk terus berjuang maju –
 
   
  +
“The reason why we lost in the Great War was because we were unable to accomplish that. Azrael-senpai, when I lost to the Masters and kneeled in front of them to acknowledge my subservience, Artosh’s final order – was completed.”
“Alasan mengapa kita kalah dalam Perang Besar adalah kita tidak dapat menyelesaikan itu. Azrael-senpai, saat aku kalah pada Master dan berlutut di depan mereka untuk mengakui pengabdianku, perintah terakhir Artosh - terselesaikan.”
 
   
Azrael melihat ke bawah dan bergumam:
+
Azrael looked down and mumbled:
   
“…Artosh-sama…apakah aku telah menyelesaikan perintah terakhirmu juga?”
+
“…Artosh-sama…did I accomplish your final orders as well?”
   
  +
- Did she not have to lie anymore?
- Apakah dia tidak harus berbohong lagi?
 
   
Azrael melihat ke atas pada langit jauh sekali lagi saat dia menghapus air matanya.
+
Azrael looked up at the distant skies once again as she wiped away her tears.
   
Dia tidak pernah menyadari bahwa dia memiliki kemampuan untuk meneteskan air mata - apakah ini cukup untuk menentramkan Artosh-sama?
+
She had never realized that she had the ability to shed tears was this enough to appease Artosh-sama?
   
Sora melihat wajah dia.
+
Sora looked at her face.
   
  +
“…I’m not really sure what you’re getting at, but that expression isn’t half bad.”
“…Aku tidak begitu yakin kamu kerasukan apa, tapi ekspresi itu tidaklah buruk.”
 
   
Akhirnya - Sora berbicara pada Azrael dengan senyum di wajahnya.
+
Finally Sora spoke to Azrael with a smile on his face.
   
“…Bolehkan aku bertanya empat pertanyaan? Imanity – bukan, So-chan, Shi-chan.”
+
“…May I ask you four questions? Imanity – no, So-chan, Shi-chan.”
   
  +
- There was no answer in the first place, they merely had to go back to square one – which meant that she had some things to confirm.
- Tidak ada jawabnya pada awalnya, mereka hanyalah harus kembali ke kotak pertama - yang berarti bahwa dia memiliki sesuatu untuk dipastikan.
 
   
  +
“You both…what do you live for?”
“Kalian berdua…kalian hidup untuk apa?”
 
   
“Untuk Shiro, tentu.”
+
“For Shiro, of course.”
   
“…Untuk Nii.”
+
“…For Nii.”
   
  +
“What if one of you were to die?”
“Bagaimana jika salah satu dari kalian mati?”
 
   
  +
“If we die we die together, so there isn’t much of a big deal.”
“Jika kita mati, kita mati bersama, jadi itu bukanlah masalah.”
 
   
“…Bersama.”
+
“…Together.”
   
  +
“Why…what keeps you living?”
“Mengapa…apa yang membuatmu tetap hidup?”
 
   
“Aku tidak kepikiran!”
+
“I have no idea!”
   
“…Tuhan tahu!”
+
“…God knows!”
   
  +
“We don’t have time to be considering this sort of thing, we’re different from you anyway, life is short.”
“Kami tidak punya wkatu untuk mempertimbangkan hal semacam ini, lagipula kami berbeda darimu, hidup itu pendek.”
 
   
  +
“…Busy…”
“…Sibuk…”
 
   
- Mereka tidak ragu-ragu, Sora membalas dengan senyum di wajahnya sementara Shiro membalas lebih serius.
+
- They didn’t hesitate throughout, Sora replying with a smile on his face while Shiro replied rather seriously.
   
  +
But – those weren’t the answers she was looking for – she could only reference them.
Tapi - itu bukanlah jawabannya yang dia harapkan - itu hanya dapat menjadi referensi baginya.
 
   
Jadi para akhirnya - Azrael bertanya:
+
So at last Azrael asked:
   
“Dapatkah aku…dapatkah aku menjadi seperti Jii-chan juga?”
+
“Can I…can I be like Jii-chan as well?”
   
  +
“That’s impossible, you can only be yourself.”
“Itu tidak mungkin, kamu hanya bisa menjadi dirimu sendiri.”
 
   
  +
- They replied without hesitation as well, which was to be expected.
- Mereka membalas tanpa keraguan juga, yang sudah dapat ditebak.
 
   
Dia telah mengetahuinya sejak lama, tapi saat Azrael mulai terlihat semakin melankolis, Sora malah -
+
She had known that since long ago, but as Azrael began looking increasingly melancholy, Sora instead
   
  +
“But what’s wrong with that?”
“Tapi apa yang salah dengan itu?”
 
   
  +
Completely cheerful – his smile was, without a doubt –
Benar-benar ceria - senyumnya, tidak salah lagi -
 
   
  +
“Your expression now is excellent, I love it when you’re like this.”
“Ekspresimu sekarang sangat sempurna, aku menyukainya saat kamu seperti ini.”
 
   
  +
- He spoke with a smile as wide as the skies.
- Dia berbicara dengan senyum selebar angkasa.
 
   
 
 
Line 1,152: Line 1,152:
 
…Nyahahaha.
 
…Nyahahaha.
   
  +
“The answer that we’d searched for over so long turned out to be 「Going back to square one」, I can’t take this, even people who can live forever get tired you know-nyan.”
“Jawaban yang kami cari selama ini ternyata adalah 「Kembali lagi ke kotak pertama」, Aku tidak bisa menerima ini, bahkan orang-orang yang dapat hidup selamanya bisa capek kau tahu-nyan.”
 
   
  +
Yes – thinking for oneself, which was their – reply.
Ya – berpikir untuk diri sendiri, adalah jawaban - mereka.
 
   
  +
She had to look for it herself, then find her own answer that belonged to her and her alone just like Jibril had.
Dia harus mencarinya untuk dirinya sendiri, kemudian menemukan jawabannya sendiri yang merupakan miliknya dan hanya dia seperti milik Jibril.
 
   
  +
- As long as she knew she could accomplish it – it was enough.
- Sepanjang dia tahu dia dapat menyelesaikan ini - itu sudah cukup.
 
   
Azrael berkata dengan capek, meskipun begitu
+
Azrael said tiredly, however
   
Tiba-tiba, dia mendengar Jibril meminta maaf pada Sora.
+
Suddenly, she heard Jibril apologizing to Sora.
   
  +
“…Masters, I put my own life on the line on my own accord, and even had to rely on your strength in the end…I offer my sincerest apolo –“
“…Master, I telah mempertaruhkan nyawaku di ujung tanduk berdasarkan pendirianku sendiri, dan bahkan aku harus bergantung pada kekuatanmu pada akhirnya…Aku memohon ma–“
 
   
“Ah~ Tentang itu, Jibril.”
+
“Ah~ about that, Jibril.”
   
  +
Sora scratched his head, seemingly not knowing where to start and said:
Sora menggaruk kepalanya, seperti tidak mengetahui dimana akan memulai dan berkata:
 
   
“Kawan kita disana itu tidak memiliki hak untuk memerintahkan semua Flügel untuk bunuh diri!”
+
“This fellow over here doesn’t have the rights to order all Flügel to commit suicide!”
   
“-------Apa!?”
+
“-------What!?”
   
  +
Ignoring the speechless Jibril, Azrael said bitterly:
Mengabaikan Jibril yang bengong, Azrael berkata dengan pahit:
 
   
  +
“Huh? The cat’s out of the bag!”
“Huh? Anak panah telah dilepaskan!<ref>TL Note : Dari peribahasa Indonesia : Anak panah yang sudah terlepas dari busurnya, tak dapat dikembalikan lagi (Rahasia harus disimpan baik-baik, sekali terbuka tak akan dapat tertutup lagi)</ref>”
 
   
  +
She stuck out her tongue evilly and laughed.
Dia menjulurkan lidahnya dengan jahat dan tertawa.
 
   
  +
“Banning the act of suicide without permission – doesn’t actually mean I can order you all to commit suicide! Hmm~ I’d never thought that this lie would go unnoticed for over six thousand years, nyahahaha ♪”
“Melarang tindakan bunuh diri tanpa ijin - tidak berarti aku dapat memerintahkan kalian semua untuk bunuh diri! Hmm~ Aku tidak pernah berpikir bahwa kebohongan ini tidak akan diketahui selama lebih dari enam ribu tahun, nyahahaha ♪”
 
   
Shiro melanjutkan bahkan lebih langsung -
+
Shiro continued even more directly
   
  +
“…And even if she did…Jibril belongs to…Nii and Shiro…”
“…Dan bahkan dia melakukannya…Jibril milik…Nii dan Shiro…”
 
   
 
-
 
-
   
  +
She had dragged her masters in, and had prepared to die –
Dia telah membawa tuannya masuk, dan dia telah bersiap untuk mati -
 
   
  +
As Sora noticed that Jibril’s shoulders were beginning to tremble in anger, he sighed and said:
Saat sora menyadari bahwa bahu Jibril mulai bergetar marah, dia menghela dan berkata:
 
   
“- Tapi jika itu hanya Azrael saja, dia dapat melakukannya.”
+
“- But if it’s just Azrael alone, she can do it.”
   
Jibril menghela tajam saat dia mendengar itu, sementara Azrael cepat-cepat menghapus senyumnya.
+
Jibril inhaled sharply as she heard that, while Azrael immediately erased her smile.
   
  +
“This fellow over here bet herself and only herself from the very beginning, as no matter the consequence she was prepared to die alone. What kind of sister would tell her beloved imouto to go kill herself? She’s Jibril’s trusted sister after all!”
“Kawan disana itu mempertaruhkan dirinya sendiri dan hanya dirinya sendiri dari awal, tidak pedulu apapun konsekuensinya dia telah bersiap untuk mati sendiri. Kakak macam apa yang akan mengatakankan pada imouto tercintanya untuk membunuh dirinya sendiri? Dia adalah kakak terpercaya Jibril bagaimanapun juga!”
 
   
- Azrael tetap diam, kemudian menghela dan membalas.
+
- Azrael remained silent, then sighed and replied.
   
  +
And that reply was more convincing than any form of protest she may have made.
Dan balasan itu lebih meyakinkan dari bentuk protes apapun yang dia pernah buat.
 
   
  +
If there was an 「Answer」, and if the Flügel could find that answer, even if she were to exercise her rights for all of them to commit suicide, no one would want to die. Even if there was no answer, with Jibril at the head of them, if they could all find a reason to continue living, they wouldn’t want to kill themselves as well anyway.
Jika ada sebuah 「Jawaban」, dan jika para Flügel dapat menemukan jawaban itu, bahkan jika dia menggunakan haknya untuk semuanya bunuh diri, tidak seorangpun akan ingin mati. Bahkan jika tidak jawaban, dengan Jibril sebagai kepala mereka, jika mereka semua dapat menemukan alasan untuk terus hidup, mereka tidak akan mau untuk membunuh diri mereka sendiri juga pula.
 
   
  +
- At that time, Azrael whose purpose of living was to prevent anyone from committing suicide, would have completed her mission.
- Saat itu, Azrael yang tujuan hidupnya adalah mencegah semua orang dari bunuh diri, telah menyelesaikan misinya.
 
   
“…So-chan, apakah kamu pernah sebal pada orang-orang agar tidak mengurusi urusanmu sendiri?”
+
“…So-chan, have you ever pissed people off by not minding your own business?”
   
“Ya…, sering kali, dan aku sebal sekali pada mereka juga. Namun aku telah memutuskan dari lama bahwa aku tidak akan membiarkan siapapun mati dalam dunia (game) ini, jadi –“
+
“Yeah, many times, and I pissed them off a lot as well. However I decided long ago that I won’t let anyone die in this world (game), so –“
   
  +
- She heard a single clap.
- Dia mendengarkan satu tepukan.
 
   
“Ayo bermain game.”
+
“Let’s play a game.”
   
  +
Sora clapped his hands and spoke while laughing.
Sora menepuk tangannya dan berbicara sambil tertawa.
 
   
“Akan sangat menyebalkan jika kita harus mulai dari nol, huh?”
+
“It would be a pain if we had to start from scratch, huh?”
   
- Tidak salah, jadi ayo bermain game.
+
- No doubt, so let’s play a game.
   
  +
“So, things are simple now, anyway let’s switch a game first.”
“Jadi, hal-hal menjadi mudah sekarang, omong-omong ayo bertukar permainan dulu.”
 
   
  +
- It would definitely be an extremely interesting game.
- Ini jelas akan menjadi permainan yang sangat menarik sekali.
 
   
  +
“We want to make this world – even more interesting.”
“Kami ingin membuat dunia ini - lebih lebih menarik.”
 
   
  +
- A game that would never get boring.
- Sebauh permainan yang tidak pernah jadi membosankan.
 
   
  +
“As for whether or not we can do it – so, which side will you bet on?”
“Apakah bisa atau tidak kita melakukannya - jadi, sisi mana yang akan kamu pegang?”
 
   
 
 
Line 1,236: Line 1,236:
 
“Nyaha…nyahahah, nyahahahahahhahahahah!!”
 
“Nyaha…nyahahah, nyahahahahahhahahahah!!”
   
  +
In six thousand years, no, possibly for the first time in her life, she laughed sincerely.
Dalam enam ribu tahun, tidak, kemungkinan untuk pertama kalinya dalam hidupnya, dia tertawa lepas.
 
   
  +
Maybe because her physical abilities were being restrained by the Imanity – she laughed too hard to the point where her stomach began to ache.
Mungkin karena kemampuan fisknya dikekang oleh Imanity - dia tertawa terlalu keras sampai dimana perutnya mulai sakit.
 
   
  +
Azrael laughed so emotionally that she even started to cry, and she raised her head – and then -
Azrael tertawa begitu emosional bahkan sampai dia mulai menangis, dan dia mengangkat kepalanya - dan kemudian -
 
   
- Dia meraih Sora dan menciumnya.
+
- She grabbed onto Sora and kissed him.
   
 
“Ugh!?”
 
“Ugh!?”
Line 1,248: Line 1,248:
 
“…!?”
 
“…!?”
   
“Apa – M, Master!? A-Azrael-senpai!!”
+
“What – M, Master!? A-Azrael-senpai!!”
   
…Untuk beberapa detik penuh, lidah Azrael mencium Sora dan berhenti.
+
…For a full few seconds, Azrael tongue-kissed Sora and stopped.
   
“Nyahaha~ jika kedua sisi bertaruh bahwaItu mungkin」, taruhannya tidak akan sah ♥”
+
“Nyahaha~ if both sides bet thatIt’s possible」, the bet won’t be valid ♥”
   
 
“”…””
 
“”…””
   
Sora terlihat kalah, sementara dua lainnya melihat mereka dengan pandangan yang dapat membunuh, dan Azrael berbicara, mengabaikan mereka:
+
Sora appeared lost, while the other two looked at them with gazes that could kill, and Azrael spoke, ignoring them:
   
“Kami...khusus untukku yang ingin mati, kamu memberiku kesempatan untuk bersenang-senang dengan kalian semua, dan aku benar-benar senang bahagia atas permintaanmu-nyan. Tapiaku belum meiliki hak untuk berjalan berdampingan dengan So-chan seperti Jii-chan.”
+
“We...as for me who wanted to die, you gave me a chance to have fun with you all, and so I’m extremely overjoyed at your request-nyan. ButI don’t yet have the right to walk alongside So-chan like Jii-chan does.”
   
  +
She waved and turned to leave…she felt the gravity that restrained her body and continued forward.
Dia melambai dan berbalik untuk pergi…dia merasakan gravitasi yang mengekang badannya dan terus maju.
 
   
  +
Her sister worried about her, the Imanity worried about her, comforted her, and even prevented her from committing suicide.
Adiknya khawatir terhadapnya, Imanity khawatir terhadapnya, menghiburnya, dan bahkan mencegahnya dari bunuh diri.
 
   
  +
No matter what you were to say – if this were to go on, I would be relying on them too much, and she smiled bitterly.
Tidak peduli apa yang akan kamu katakan - jika ini terus berlanjut, aku akan bergantung pada mereka terlalu banyak, dan dia tersenyum pahit.
 
   
“Tapi ini juga tidak apa-apa, karena aku bertaruh ituMungkinjuga-nyan? Sebelum hasilnya ekluar - aku akan berusaha sebaik mungkin untuk itu, karna Jii-chan percaya padaku-nyan, Aku harap kamu semua dapat menungguku sebentar lagi.”
+
“But this is fine as well, since I bet it’sPossibletoo-nyan? Before the results come out I’ll try my best to wait for it, since Jii-chan believes in me-nyan, I hope that you all can just wait for me a while more.”
   
 
===Part 8===
 
===Part 8===

Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see Baka-Tsuki:Copyrights for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource. Do not submit copyrighted work without permission!

To protect the wiki against automated edit spam, we kindly ask you to solve the following CAPTCHA:

Cancel Editing help (opens in new window)