Editing No Game No Life:Volume 5 Bagian 3

Jump to navigation Jump to search

Warning: You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you log in or create an account, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.

The edit can be undone. Please check the comparison below to verify that this is what you want to do, and then save the changes below to finish undoing the edit.

Latest revision Your text
Line 1,616: Line 1,616:
 
Didalam tengah ruangan, ada tertumpuk gundukan buku yang telah dikumpulkan oleh nyaris seratus Flügel yang berjanji pada Ikrar.
 
Didalam tengah ruangan, ada tertumpuk gundukan buku yang telah dikumpulkan oleh nyaris seratus Flügel yang berjanji pada Ikrar.
   
Terkubur di dalam tumpukan buku setinggi gunung, Sora merasa capek dan mulai bergumam pada dirinya sendiri.
+
Terbukur di dalam tumpukan buku setinggi gunung, Sora merasa capek dan mulai bergumam pada dirinya sendiri.
   
 
Shiro yang duduk diatas pangkuannya mulai menulis sesuatu di buku catatan juga, setelah itu dia mulai menggambar garis berlekuk-lekuk dengan tidak senang dan mengerang tidak sabar.
 
Shiro yang duduk diatas pangkuannya mulai menulis sesuatu di buku catatan juga, setelah itu dia mulai menggambar garis berlekuk-lekuk dengan tidak senang dan mengerang tidak sabar.
Line 1,750: Line 1,750:
 
“Avant Heim tidak terbang di angkasa, dia berevolusi mengelilingi planet - dia berenang dalam Galeri Elemental yang tidak dapat dilihat Imanity, jadi dia tidak dapat pergi ke luar angkasa diaman tidak ada Roh – jadi…”
 
“Avant Heim tidak terbang di angkasa, dia berevolusi mengelilingi planet - dia berenang dalam Galeri Elemental yang tidak dapat dilihat Imanity, jadi dia tidak dapat pergi ke luar angkasa diaman tidak ada Roh – jadi…”
   
  +
Sora’s gaze shifted up along with Jibril’s, and he remained momentarily speechless.
Sora mengalihkan pandangan ke atas, sama dengan Jibril, dan dia tetap terdiam membeku.
 
   
  +
- He had never seen the Milky Way up close.
- Dia tidak permah melihat Bima Sakti sedekat ini.
 
   
  +
But compared to photos online, it was way more epic than he thought it would have been, a glittering river of stars suspended in mid-air.
Tapi dibandingkan dengan foto ''online'', hal itu jauh lebih epik dari yang dia pikirkan, sungai bintang berbinar tergantung di udara.
 
   
  +
Suddenly a flash of light streaked past as though to cover the red moon up.
Tiba-tiba seberkas cahaya lewat di depan bulan merah seakan menutupinya.
 
   
  +
“He’s looking at the red moon…and crying.”
“Dia melihat pada bulan merah…dan menangis.”
 
   
  +
The light emitted an afterglow that shimmered faintly as it passed, and swam away.
Cahaya itu meninggal berkas bersinar yang berkilau meredup saat melewatinya, dan menghilang.
 
   
  +
Earlier they had heard the call of a whale as well, and now – it sounded rather lonely to them.
Sebelumnya mereka telah mendengar suara paus juga, dan sekarang – itu terdengar agak kesepian bagi mereka.
 
   
“…Apakah Phantasma memiliki perasaan juga?”
+
“…Do the Phantasma have feelings as well?”
   
- 「Phantasma」 yang berangking dua diantara 「Enam Belas Ras」.
+
- The 「Phantasma」 that were ranked second among the 「Sixteen Races」.
   
  +
Sora then thought, it was of course reasonable that Azrael had called upon them so emotionally as she was ranked as well.
Sora kemudian berpikir, tentu masuk akal bahwa Azrael telah dipanggil mereka dengan begitu emosional karna dia memiliki rangking juga.
 
   
  +
But it just seemed rather impossible to believe that a floating slab of land could have emotions.
Tapi terlihat agak mustahil untuk mempercayai bahwa sebongkah daratan melayang dapat memiliki emosi.
 
   
  +
Then – Sora remembered something all of a sudden, and he said sadly:
Kemudian - tiba-tiba Sora teringat sesuatu, dan dia berkata dengan sedih:
 
   
“…Bahkan Phantasma tahuCinta」, tapi aku tidak…”
+
“…Even the Phantasma knowLove」, but I don’t…”
   
“Hah? Mengapa kamu berkataDiatahu cinta?”
+
“Huh? Why do you sayHeknows love?”
   
“Dia tahu untuk menangisi Master-nya, dan dia memiliki Master untuk dicintai - bahkan jika itu bukanlah cinta, bukankah itu berarti dia mengetahui cinta?”
+
“He knows to cry for his Master, and he has a Master to love even if it isn’t love, doesn’t that mean he knows love?”
   
 
“…”
 
“…”
   
- Jibril tiba-tiba berkata serius.
+
- Jibril suddenly said thoughtfully.
   
“Master, adakah seseorang yang ketidakhadirannya membuatmu merasa tidak nyaman?”
+
“Master, is there a person whose absence would make you feel uncomfortable?”
   
 
“Shiro.”
 
“Shiro.”
   
“Jadi orang yang kamu cintai –“
+
“So the one you love is –“
   
“Shiro – ah~ jadi jika aku tahu cinta dan aku tahu bagaimana mencintai, apakah itu berarti aku tahu bagaimana caranya jatuh cinta?”
+
“Shiro – ah~ so if I know love and I know how to love, does that mean I know how to fall in love?”
   
  +
Love differs from person to person – what a troublesome concept.
Cinta berbeda dari satu orang ke orang lain – sungguh konsep yang menyebalkan.
 
   
  +
What was the Empress searching for before she hibernated? If it was truly related to love, then he could do nothing – Jibril was thinking of something else at the same time.
Apakah yang Ratu cari sebelum dia berhibernasi? Jika dia itu benar-benar berhubungan dengan cinta, maka dia tidak dapat melakukan apa-apa – Jibril sedang berpikir lain hal pada saat yang sama.
 
   
  +
“…Is it really like that?”
“…Benarkah seperti itu?”
 
   
Saat Artosh ditaklukkan, Jibril telah merasa putus asa total bersamaan dengan para Flügel sisanya.
+
When Artosh had been conquered, Jibril had felt crushing despair along with the rest of the Flügel.
   
  +
After that, the Flügel had begun gathering information, they didn’t know what they were searching for, but they still searched.
Setelah itu, para Flügel telah mulai mengumpulkan informasi, mereka tidak mengetahui apa yang mereka cari, tapi mereka masih mencari.
 
   
  +
The reason to live, the reason to exist, the reason to not die –
Alasan untuk hidup, alasan untuk tetap ada, alasan untuk tidak mati –
 
   
MencariJawaban-jawabantersebut yang tidak mungkin adatapi Jibril menemukannya.
+
Searching for thoseAnswersthat couldn’t possibly existbut Jibril found it.
   
  +
It wasn’t a common answer, but it let her find – her own reason to exist.
Itu bukanlah jawaban biasa, tapi jawaban itu membuatnya menemukan - alasan pribadinya untuk tetap ada.
 
   
“…? Apakah itu, Jibril?”
+
“…? What is it, Jibril?”
   
  +
It wasn’t for knowledge, but instead for the 「Unknown」 ahead of her that confused her, if –
Itu bukanlah untuk pengetahuan, melainkan untuk 「Yang tak diketahui」 di depannya yang membuatnya bingung, jika –
 
   
“M-master, maafkan aku karna bertanya, tapi dapatkah kamu mendengarkan pada satu permintaanku ini?”
+
“M-master, forgive me for asking, but could you listen to a single request of mine?”
   
“Yeah, apa?”
+
“Yeah, what is it?”
   
“Dapatkah kamu berkata 「Jibril kamu teman yang tak berguna, aku tidak membutuhkanmu lagi」?”
+
“Could you please say 「Jibril you useless fellow, I don’t need you anymore」?”
   
  +
“…L-let me just say something here, I don’t get where this conversation is going at all.”
“…B-biarkan aku mengatakan sesuatu, aku tidak mengerti ke arah mana pembicaraan ini sama sekali.”
 
   
“Mohon jangan bertanyatolong.”
+
“Just don’t askplease.”
   
  +
As he saw Jibril press her forehead on the ground while bowing deeply, Sora accepted her request reluctantly.
Saat dia melihat Jibril menekan dahinya diatas tanah sambil membungkuk dalam, Sora menerima permintaannya dengan agak terpaksa.
 
   
“-「Jibril kamu teman tak berguna, aku tidak membutuhkanmu lagi」- apakah cukup begitu?”
+
“-「Jibril you useless fellow, I don’t need you anymore」- is that alright?”
   
 
-
 
-
Line 1,830: Line 1,830:
 
“M-M-M-M-Master!!”
 
“M-M-M-M-Master!!”
   
“- A-a-apat!?”
+
“- W-w-what!?”
   
  +
She teleported so close to Sora that their heads almost connected, which caused Sora to cry out uncontrollably.
Dia berteleportasi beigtu dekat pada Sora, hingga kepala mereka nyaris tersambung, yang membuat Sora berteriak tidak terkontrol.
 
   
  +
“W-why is this? I’m currently feeling the same sensation of my spine tingling as I licked the feet of that long-eared one under Master’s orders, and the time where I stole Shiro-san from you during the FPS in the Eastern Federation – and a feeling as if my chest is being constricted! What exactly is this unknown sensation!?”
“A-apa ini? Aku sekarang merasakan sensasi geli di tulang belakang yang sama saat aku menjilat kaki si telinga-panjang karna perintah Master, dan pada saat dimana aku menculik Shiro-san darimu selama pertandingan FPS di Serikat TImur - dan sebuah perasaan yang seakan membuat dadaku sesak! Sebanarnya, apakah sensasi yang tidak akhu ketahui ini!?”
 
   
  +
“I don’t know! I don’t know, but aren’t you adding too much weird elements into this!?”
“Aku tak tahu! Aku tak tahu, tapi tidakkah kamu menambahkan terlalu banyak elemen aneh ke dalam sini!?”
 
   
  +
Sora replied with his face set in stone as Jibril looked at him while panting, blushing and almost drooling.
Sora menjawab dengan wajahnya membatu saat Jibril melihatnya sambil terengah-engah, merona, dan nyaris ''ngiler''.
 
   
Walaupun begitu, Jibril tiba-tiba terlihat mengerti sebuah haldia mengangguk, dan kemudian
+
Although, Jibril suddenly seemed to have understood somethingshe nodded, and then
   
“Master, dalam enam ribu, empat ratus tujuh tahun sejak kelahiranku - Jibril akhirnya mengerti apa yang artinya jatuh cinta.”
+
“Master, in the six thousand, four hundred and seven years since my birth – Jibril has finally understood what it means to fall in love.”
   
“…Huh? Apakah kamu serius?”
+
“…Huh? Are you serious?”
   
“Ya, aku akhirnya dapat membantu Master – dan apa yang dimaksud cinta!”
+
“Yes, I can finally help Master outand what love means is!”
   
Jibril berlutut dengan khidmat di depan Sora dan melaporkan.
+
Jibril kneeled down solemnly in front of Sora and reported.
   
“Master memerintahkan Dora-chan untukJatuh cinta denganmu」, dan mengabaikannya terlepas dari satu kali itu; bagi Dora-chan itu adalah sebuah deklarasi cinta, so! Perasaan yang berada dalamku saat Master yang telah aku layani selama ini dengan sepenuh hatiku berkata dia tidak membutuhkanku lagi yang mana adalah sayang, kepahitan, kenyamanan dan segala macam perasaan lain yang membuat aku merinding sampai ke sumsum, itulah cinta -!!”
+
“Master commanded Dora-chan toFall in love with you」, and ignored her aside from that one time; as for Dora-chan that was a declaration of love, so! The feelings placed within me as the Master I’ve been serving under for so long with all my heart said he doesn’t need me any longer – which is pity, bitterness, relaxation and all other sorts of feelings that make chills run down my spine, that’s love -!!”
   
“Jibril, bisakah kamu tenang, kamu hanya membuat hal-hal semakin rumit –“
+
“Jibril, could you please just calm down, you’re just making things more complicated –“
   
Sora berkata ini dengan ekspresinya yang masih membatu, pada saat inidengan dentuman keras! –
+
Sora said with his expression still carved in stone, at this timewith a loud slam! –
   
Shiro berdiri.
+
Shiro stood up.
   
“Huh!? A-apa itu tadi, Shiro, jantungku nyaris copot!”
+
“Huh!? W-what was that, Shiro, my heart nearly leaped out of my chest!”
   
  +
However she completely ignored Sora’s response.
Namun dia benar-benar tidak memperdulikan tanggapan Sora.
 
   
  +
“…Unknown sensation…I don’t know…can’t reach…yearning…Azrael couldn’t find it…Jibril found it…Steph felt it…the unknown…the future…「Hope」.”
“…Sensasi yang tidak diketahui…Aku tidak tahu…tak dapat meraih…kerinduan…Azrael tidak dapat menemukannya…Jibril menemukannya…Steph merasakannya…yang tak diketahui…masa depan…「Harapan」.”
 
   
  +
- She was pretending to sleep earlier, so she had heard everything.
- Dia berpura-pura tidur sebelumnya, jadi dia mendegar segala hal.
 
   
  +
She mumbled a string of words – recited, as she suddenly began flipping through the books.
Dia bergumam sebaris perkataan – membacakan, saat dia tiba-tiba mulai membolak-balik buku-buku.
 
   
  +
“…The Empress that deceived everyone… - the Empress…victory condition…wasn’t changed.”
“…Sang Ratu yang menipu semua orang… - Ratu…kondisi kemenangan…tidak berubah.”
 
   
  +
She said.
Kata Dia.
 
   
  +
She suddenly lifted up a book – and said:
Dia tiba-tiba mengangkat sebuah buku – dan berkata:
 
   
  +
“…Nii…I know…the condition…to awaken the Empress now.”
“…Nii…aku tahu…kondisi…untuk membangunkan Ratu sekarang.”
 
   
- Saat mereka mendengar ini, Sora, Jibril dan bahkan Plum terperanjat bersama dan melihat ke arah Shiro.
+
- As they heard this, Sora, Jibril and even Plum leaped up together and looked at Shiro.
   
Dan hanya Shiro – terlihat senang, tidak…
+
And only Shiro – appeared happy, no…
   
“…Nii juga…kesalahan pertimbangan…kamu melakukan itu kadangkala.”
+
“…Nii as well…judgmental error…you do that sometimes.”
   
  +
Her expression was completely different from the usual, as she actually seemed happy and laughed.
Ekspresinya berbeda sepenuhnya dari biasanya, karna dia benar-benar bahagia dan tertawa.
 
   
“…Nii, Nii~ haha…Nii…kacau…♪”
+
“…Nii, Nii~ haha…Nii…messed up…♪”
   
  +
Shiro shook her shoulders from side to side, her feet couldn’t help but swing about – and she smiled victoriously.
Shiro menggoyangkan bahunya dari satu sisi ke sisi lain, kakinya tidak dapat ditahan untuk manari-nari - dan dia tersenyum penuh kemenangan.
 
   
Sora tidak dapat menangkap maksudnya, tapi dia tiba-tiba mengeluh
+
Sora didn’t get her meaning, but he did moan suddenly
   
  +
“W-wait a second, huh? I made a judgmental error? B-but situational decisions are…”
“T-tunggu dulu, huh? Aku membuat kesalahan pertimbangan? T-tapi keputusan situasional adalah…”
 
   
  +
“…Yes, Nii’s…forte…but this time…Shiro won♪”
“…Ya, keahlian…Nii…tapi kali ini…Shiro menang♪”
 
   
  +
- She appeared truly happy.
- Dia terlihat benar-benar bahagia.
 
   
Dalam permainan itu, Sora merasa pusing saat diaman ini adalah pertama kalinya Shiro mengalahkannya dalam hal itu.
+
In that game, Sora only felt dizzy as it was the first time Shiro had beaten him at it.
   
  +
“H-how is this possible…I lost in judging situations, deduction, strategy, my reason for existence…”
“B-bagaimana ini mungkin…aku kalah dalam pertimbangan situasional, deduksi, strategi, alasan untuk aku tetap ada…”
 
   
-『  』 - Mereka adalah pemain ''game'' Imanity terkuat, dwi tunggal, dan jika dia yang seorang ahli strategi kalah dalam hal membuat pertimbangan
+
-『  』 - They were the strongest Imanity gamers, two in one, and if he as the strategist were to lose in terms of judgment
   
Mengabaikan Sora yang nyaris menangis, Plum langsung bertanya pada Shiro:
+
Ignoring Sora who was almost in tears, Plum immediately asked Shiro:
   
  +
“W-what is it!? What do we have to do to awaken the Empress!?”
“A-apa itu!? Apa yang harus kita lakukan untuk membangunkan Ratu!?”
 
   
  +
As everyone bated their breath in anticipation – and as Sora looked at her tearfully.
Saat semua orang menahan nafasnya menunggu jawabanan – dan saat Sora melihatnya dengan mata penuh air mata.
 
   
Shiro – mengungkapkan jawaban.
+
Shiro – revealed the answer.
   
 
<noinclude>
 
<noinclude>

Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see Baka-Tsuki:Copyrights for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource. Do not submit copyrighted work without permission!

To protect the wiki against automated edit spam, we kindly ask you to solve the following CAPTCHA:

Cancel Editing help (opens in new window)