Editing Sayonara Piano Sonata (Indonesia):Jilid 1 Bab 2

Jump to navigation Jump to search

Warning: You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you log in or create an account, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.

The edit can be undone. Please check the comparison below to verify that this is what you want to do, and then save the changes below to finish undoing the edit.

Latest revision Your text
Line 5: Line 5:
 
Di dunia ini terdapat sebuah jenis hubungan, yaitu tipe yang tidak mengenakkan. Dan begitulah jenis hubungan yang aku dan Aihara Chiaki miliki. Karena rumah kami saling berdekatan, tidak heran kalau kami bersekolah di tempat yang sama sejak SD hingga SMP. Meski begitu, kami berada di kelas yang sama selama sembilan tahun berturut-turut, bahkan kami pun sekolah di SMA yang sama. Mungkin bakal ada yang bilang kalau itu karena kepandaian kami yang tidak berbeda jauh, tapi masalahnya adalah, kami berdua sama-sama berada di kelas 1-3. Tidak ada yang bisa kukatakan, selain ikatan menjijikkan kami memang begitu dalam.
 
Di dunia ini terdapat sebuah jenis hubungan, yaitu tipe yang tidak mengenakkan. Dan begitulah jenis hubungan yang aku dan Aihara Chiaki miliki. Karena rumah kami saling berdekatan, tidak heran kalau kami bersekolah di tempat yang sama sejak SD hingga SMP. Meski begitu, kami berada di kelas yang sama selama sembilan tahun berturut-turut, bahkan kami pun sekolah di SMA yang sama. Mungkin bakal ada yang bilang kalau itu karena kepandaian kami yang tidak berbeda jauh, tapi masalahnya adalah, kami berdua sama-sama berada di kelas 1-3. Tidak ada yang bisa kukatakan, selain ikatan menjijikkan kami memang begitu dalam.
   
"Bukankah ini hebat? Aku payah dalam Matematika dan Bahasa Inggris, jadi aku bisa mencontek Nao. Nao sendiri tidak begitu pandai dalam Olahraga, Sedangkan aku jago dalam Olahraga. Mulai sekarang, ayo kita saling bantu," tidak lama setelah berakhirnya upacara pembukaan, Chiaki mengatakan hal itu sambil menepuk pundakku diselingi suara ''*papapa*'' dari kelas kami yang masih berbaun lilin. Ia memang jago dalam Olahraga, tapi bagaimana caranya ia membantuku dalam pelajaran itu?
+
"Bukankah ini hebat? Aku payah dalam Matematika dan Bahasa Inggris, jadi aku bisa mencontek Nao. Nao sendiri tidak begitu pandai dalam Olahraga, Sedangkan aku jago dalam Olahraga. Mulai sekarang, ayo kita saling bantu," tidak lama setelah berakhirnya upacara pembukaan, Chiaki mengatakan hal itu sambil menepuk pundakku diselingi suara *papapa* dari kelas kami yang masih berbaun lilin. Ia memang jago dalam Olahraga, tapi bagaimana caranya ia membantuku dalam pelajaran itu?
   
 
"Anak ini hebat, lo. Kamu bisa melihat kumpulan CD yang menggunung saat membuka pintu rumahnya, dan semuanya akan jatuh berserakan."
 
"Anak ini hebat, lo. Kamu bisa melihat kumpulan CD yang menggunung saat membuka pintu rumahnya, dan semuanya akan jatuh berserakan."
Line 33: Line 33:
 
Kugelengkan kepala berkali-kali untuk menyangkalnya. Semua anak lelaki di sekelilingku pun menghela napas lega. Mereka menarikku menjauh dari para perempuan, dan kelompok kami pun bergeser ke pojok kelas. Mereka mulai bisik-bisik bicara.
 
Kugelengkan kepala berkali-kali untuk menyangkalnya. Semua anak lelaki di sekelilingku pun menghela napas lega. Mereka menarikku menjauh dari para perempuan, dan kelompok kami pun bergeser ke pojok kelas. Mereka mulai bisik-bisik bicara.
   
"Aihara Chiaki adalah salah satu ''barang bagus'' di kelas kita! Itu hal yang luar biasa."
+
"Aihara Chiaki adalah salah satu barang bagus di kelas kita! Itu hal yang luar biasa."
   
 
"Awalnya kupikir kalau aku suka gadis berambut panjang, tapi kini aku sadar ternyata itu salah."
 
"Awalnya kupikir kalau aku suka gadis berambut panjang, tapi kini aku sadar ternyata itu salah."
Line 75: Line 75:
 
Aku coba mengingat lembaran brosur pengenalan klub-klub di sekolah yang kudapatkan saat upacara pembukaan, juga pawai orang-orang yang menunggu di gerbang sekolah agar mendapat murid baru sebagai anggota klub mereka. Aku tidak melihat ada klub dengan nama serumit itu. Dan bicara soal musik, aku cuma orang yang punya wawasan dalam hal mendengarkan saja ....
 
Aku coba mengingat lembaran brosur pengenalan klub-klub di sekolah yang kudapatkan saat upacara pembukaan, juga pawai orang-orang yang menunggu di gerbang sekolah agar mendapat murid baru sebagai anggota klub mereka. Aku tidak melihat ada klub dengan nama serumit itu. Dan bicara soal musik, aku cuma orang yang punya wawasan dalam hal mendengarkan saja ....
   
"Yang dimaksud musik rakyat di sini sebenarnya mengacu pada musik ''rock''! Kalau kami menyebut ''band rock'' secara terang-terangan, para guru tidak akan menerimanya; lagi pula, hanya dengan Kagurazaka-senpai dan aku saja, tidak mungkin kami akan diterima. Jadi kumohon, bergabunglah dengan klub kami!"
+
"Yang dimaksud musik rakyat di sini sebenarnya mengacu pada musik rock! Kalau kami menyebut band rock secara terang-terangan, para guru tidak akan menerimanya; lagi pula, hanya dengan Kagurazaka-senpai dan aku saja, tidak mungkin kami akan diterima. Jadi kumohon, bergabunglah dengan klub kami!"
   
 
Rupanya itu alasan yang membuat ia mati-matian memaksaku untuk bergabung ....
 
Rupanya itu alasan yang membuat ia mati-matian memaksaku untuk bergabung ....
Line 93: Line 93:
 
"Karena ... aku tidak akan bisa betah."
 
"Karena ... aku tidak akan bisa betah."
   
Sebenarnya aku ingin bilang, ''Kamu pernah memaksaku untuk ikut pelatihan Judo, dan akhirnya aku menyerah dalam waktu singkat, sekitar dua minggu — harusnya kamu juga tahu itu.'' Tapi, pada akhirnya aku tidak pernah mengatakannya.
+
Sebenarnya aku ingin bilang, Kamu pernah memaksaku untuk ikut pelatihan Judo, dan akhirnya aku menyerah dalam waktu singkat, sekitar dua minggu — harusnya kamu juga tahu itu. Tapi, pada akhirnya aku tidak pernah mengatakannya.
   
 
"Benarkah? Terus apa yang mau kamu lakukan di masa SMA-mu?"
 
"Benarkah? Terus apa yang mau kamu lakukan di masa SMA-mu?"
Line 129: Line 129:
 
Setelah menatap Chiaki yang pergi, aku turun ke lantai satu, lalu menuju sebuah lapangan kecil setelah berjalan keluar dari gerbang belakang sekolah. Di dekat pembakaran sampah yang sudah berkarat dan usang, berdiri sebuah gedung sempit. Gedung itu berbentuk persegi panjang sederhana yang terbuat dari semen, mirip dengan toilet umum di taman. Pada sisi-sisinya terdapat beberapa pintu. Karena sudah lama tidak ada yang pernah menggunakannya, tembok maupun pintu-pintunya telah diselimuti debu, yang membuatnya cukup kotor. Tanpa sebab atau alasan yang jelas, sekolah swasta ini semakin memperluas wilayahnya, ditambah lagi, jumlah murid yang masuk di sekolah ini semakin menurun — semua ini menyebabkan jumlah fasilitas maupun ruang kosong yang tidak digunakan semakin bertambah.
 
Setelah menatap Chiaki yang pergi, aku turun ke lantai satu, lalu menuju sebuah lapangan kecil setelah berjalan keluar dari gerbang belakang sekolah. Di dekat pembakaran sampah yang sudah berkarat dan usang, berdiri sebuah gedung sempit. Gedung itu berbentuk persegi panjang sederhana yang terbuat dari semen, mirip dengan toilet umum di taman. Pada sisi-sisinya terdapat beberapa pintu. Karena sudah lama tidak ada yang pernah menggunakannya, tembok maupun pintu-pintunya telah diselimuti debu, yang membuatnya cukup kotor. Tanpa sebab atau alasan yang jelas, sekolah swasta ini semakin memperluas wilayahnya, ditambah lagi, jumlah murid yang masuk di sekolah ini semakin menurun — semua ini menyebabkan jumlah fasilitas maupun ruang kosong yang tidak digunakan semakin bertambah.
   
Di hari ketiga aku bersekolah, kutahu kalau ruangan yang terletak di sisi kiri gedung ini ternyata bisa dimasuki. Selama penelusuranku di sekitar lingkungan sekolah, kucoba memutar gagang pintu ruangan itu. Sambil mengeluarkan bunyi ''*kra kra*'', pintu itu pun terbuka begitu saja. Kemudian, kusadari kalau menekan gagang pintu secara diagonal ke kanan bawah lalu memutarnya 45 derajat, kuncinya akan terbuka.
+
Di hari ketiga aku bersekolah, kutahu kalau ruangan yang terletak di sisi kiri gedung ini ternyata bisa dimasuki. Selama penelusuranku di sekitar lingkungan sekolah, kucoba memutar gagang pintu ruangan itu. Sambil mengeluarkan bunyi *kra kra*, pintu itu pun terbuka begitu saja. Kemudian, kusadari kalau menekan gagang pintu secara diagonal ke kanan bawah lalu memutarnya 45 derajat, kuncinya akan terbuka.
   
 
Di dalamnya, terdapat sebuah rak besi tinggi, sebuah loker dan sebuah meja belajar tua. Temboknya ditempeli dengan bahan penyerap suara, dengan banyak lubang bundar yang ukurannya hampir sama. Dilihat dari tanda yang tertinggal di lantai, dapat diketahui kalau tempat ini dulunya ruang piano. Lalu kini, satu-satunya yang bisa disebut perlengkapan sekolah hanyalah sistem audio mini yang terletak di samping meja.
 
Di dalamnya, terdapat sebuah rak besi tinggi, sebuah loker dan sebuah meja belajar tua. Temboknya ditempeli dengan bahan penyerap suara, dengan banyak lubang bundar yang ukurannya hampir sama. Dilihat dari tanda yang tertinggal di lantai, dapat diketahui kalau tempat ini dulunya ruang piano. Lalu kini, satu-satunya yang bisa disebut perlengkapan sekolah hanyalah sistem audio mini yang terletak di samping meja.
   
Sebenarnya, SMA ini almamater ayahku. Aku pernah dengar dari beliau, kalau sekolah ini dulunya punya Klub Musik, tapi dibubarkan tidak lama setelah beliau lulus. Beliau sering bercerita dengan setengah bercanda, ''Murid-murid pada zaman Ayah dulu punya kelakuan yang buruk, itu sebabnya sekolah membubarkannya.'' Justru, mungkin memang seperti itulah yang terjadi.
+
Sebenarnya, SMA ini almamater ayahku. Aku pernah dengar dari beliau, kalau sekolah ini dulunya punya Klub Musik, tapi dibubarkan tidak lama setelah beliau lulus. Beliau sering bercerita dengan setengah bercanda, Murid-murid pada zaman Ayah dulu punya kelakuan yang buruk, oleh karena itu sekolah membubarkannya. Justru, mungkin memang seperti itulah yang terjadi.
   
 
Ada keuntungan dari tembok penyerap suara — aku bisa membawa setumpuk CD-ku ke ruangan ini dan mendengarkan lagu kesukaanku sekeras yang aku mau. Ini adalah cara yang bagus untuk menghabiskan waktu seusai sekolah. Kalau aku ada di rumah, ayahku pasti sudah memutar rekaman musik klasik keras-keras. Itulah yang membuatku tidak punya tempat untuk menikmati musikku ini dengan tenang.
 
Ada keuntungan dari tembok penyerap suara — aku bisa membawa setumpuk CD-ku ke ruangan ini dan mendengarkan lagu kesukaanku sekeras yang aku mau. Ini adalah cara yang bagus untuk menghabiskan waktu seusai sekolah. Kalau aku ada di rumah, ayahku pasti sudah memutar rekaman musik klasik keras-keras. Itulah yang membuatku tidak punya tempat untuk menikmati musikku ini dengan tenang.
Line 139: Line 139:
 
Karena kondisi ruangan ini tidak terlalu bagus, kedap suaranya belumlah sempurna. Aku harus menyisipkan handuk di celah-celah sekitar pintu sebelum menyalakan sistem audio. Pada hari itu, CD pertama yang kudengarkan adalah album rekaman konser Bob Marley, yang membawaku ke suasana reggae. Mungkin aku sudah terpengaruh oleh kata-kata Chiaki.
 
Karena kondisi ruangan ini tidak terlalu bagus, kedap suaranya belumlah sempurna. Aku harus menyisipkan handuk di celah-celah sekitar pintu sebelum menyalakan sistem audio. Pada hari itu, CD pertama yang kudengarkan adalah album rekaman konser Bob Marley, yang membawaku ke suasana reggae. Mungkin aku sudah terpengaruh oleh kata-kata Chiaki.
   
''Berarti hidupmu membosankan, dong?''
+
Berarti hidupmu membosankan, dong?
   
 
Padahal aku tidak pernah sekalipun memikirkannya. Yang ada, hal tersebut cukup membuatku sakit kepala. Dan hanya karena aku tidak bergabung ke sebuah klub, hidupku malah dianggap membosankan. Begini saja seharusnya tidak apa-apa — anggap saja kalau yang kulakukan ini kegiatan Klub Apresiasi Musik! Toh, aku juga tidak pernah merepotkan orang lain. Aku memang menggunakan ruangan ini tanpa izin terlebih dahulu, tapi karena ruang kelas ini sepertinya lama tidak pernah digunakan, ditambah fakta bahwa aku menjaga ruang kelas ini tetap bersih — selama aku bisa memastikan kalau tidak ada orang luar yang bisa mendengar musik yang sedang kuputar, maka tidak jadi masalah, 'kan?
 
Padahal aku tidak pernah sekalipun memikirkannya. Yang ada, hal tersebut cukup membuatku sakit kepala. Dan hanya karena aku tidak bergabung ke sebuah klub, hidupku malah dianggap membosankan. Begini saja seharusnya tidak apa-apa — anggap saja kalau yang kulakukan ini kegiatan Klub Apresiasi Musik! Toh, aku juga tidak pernah merepotkan orang lain. Aku memang menggunakan ruangan ini tanpa izin terlebih dahulu, tapi karena ruang kelas ini sepertinya lama tidak pernah digunakan, ditambah fakta bahwa aku menjaga ruang kelas ini tetap bersih — selama aku bisa memastikan kalau tidak ada orang luar yang bisa mendengar musik yang sedang kuputar, maka tidak jadi masalah, 'kan?

Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see Baka-Tsuki:Copyrights for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource. Do not submit copyrighted work without permission!

To protect the wiki against automated edit spam, we kindly ask you to solve the following CAPTCHA:

Cancel Editing help (opens in new window)