Editing Suzumiya Haruhi ~ Indonesian Version:Jilid1 Bab01

Jump to navigation Jump to search

Warning: You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you log in or create an account, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.

The edit can be undone. Please check the comparison below to verify that this is what you want to do, and then save the changes below to finish undoing the edit.

Latest revision Your text
Line 230: Line 230:
   
   
  +
<!--Penanda Sunting-->
 
   
   
Line 239: Line 239:
 
Kenapa bisa-bisanya aku bilang begitu?
 
Kenapa bisa-bisanya aku bilang begitu?
   
Petunjuk #1: dia mengubah gaya rambutnya setiap hari. Lebih jauh lagi, menurut pengamatanku, ada semacam pola disana. Hari senin, Haruhi datang ke sekolah dengan rambutnya tergerai, tanpa diikat sama sekali. Hari selanjutnya, dia mengikat kuncir kuda. Walaupun aku benci mengakuinya, gaya rambut itu memang terlihat bagus untuknya. Lalu, dia akan mengikatnya jadi dua kuncir kuda di hari berikutnya, kemudian tiga kuncir kuda pada hari berikutnya; di hari jum’at, ada empat ikatan-pita kuncir kuda di kepalanya. Tindakannya penuh teka-teki!
+
Petunjuk #1: dia mengubah gaya rambutnya setiap hari. Lebih jauh lagi, menilai dari pengamatanku, ada semacam pola disana. Hari senin, Haruhi datang ke sekolah dengan rambutnya tergerai, tanpa diikat sama sekali. Hari selanjutnya, dia mengikat kuncir kuda. Walaupun aku benci mengakuinya, gaya rambut itu memang terlihat bagus untuknya. Lalu, dia akan mengikatnya jadi dua kuncir kuda di hari berikutnya, kemudian tiga kuncir kuda pada hari berikutnya; di hari jum’at, ada empat ikatan-pita kuncir kuda di kepalanya. Tindakannya penuh teka-teki!
   
 
Senin = 0, Selasa = 1, Rabu = 2...
 
Senin = 0, Selasa = 1, Rabu = 2...
Line 245: Line 245:
 
Dengan bertambahnya hari di satu minggu, begitu juga jumlah kuncir kudanya; hari senin selanjutnya, seluruh proses akan dimulai lagi dari awal. Aku tak mengerti kenapa dia melakukan itu. Melanjutkan logika sebelumnya, dia seharusnya punya enam kuncir kuda di hari minggu... tiba-tiba aku ingin melihat gaya rambut hari minggunya.
 
Dengan bertambahnya hari di satu minggu, begitu juga jumlah kuncir kudanya; hari senin selanjutnya, seluruh proses akan dimulai lagi dari awal. Aku tak mengerti kenapa dia melakukan itu. Melanjutkan logika sebelumnya, dia seharusnya punya enam kuncir kuda di hari minggu... tiba-tiba aku ingin melihat gaya rambut hari minggunya.
   
Petunjuk #2: Saat pelajaran olahraga, kelas 1-5 dan 1-6 digabungkan dan belajar bersama, dengan yang cewek dipisah dari yang cowok. Ketika ganti pakaian, para cewek pergi ke ruang kelas 1-5, dan cowok ke ruang kelas 1-6; ini artinya setiap pelajaran sebelumnya berakhir, cowok-cowok dari kelas kami (1-5) akan pindah ke ruangan lain untuk ganti pakaian.
+
Petunjuk #2: Saat pelajaran olahraga, kelas 1-5 dan 1-6 digabungkan dan belajar bersama, dengan yang cewek dipisah dari yang cowok. Ketika ganti pakaian, para cewek pergi ke ruangkelas 1-5, dan cowok ke ruangkelas 1-6; ini artinya setiap pelajaran sebelumnya berakhir, cowok-cowok dari kelas kami (1-5) akan pindah ke ruangan lain untuk ganti pakaian.
   
 
Sayangnya, Haruhi benar-benar tak mengindahkan cowok-cowok di kelas kami, dan membuka seragam sailornya sebelum kami sempat pindah kelas.
 
Sayangnya, Haruhi benar-benar tak mengindahkan cowok-cowok di kelas kami, dan membuka seragam sailornya sebelum kami sempat pindah kelas.
Line 253: Line 253:
 
Pada saat itu, Asakura Ryouko mendorong para cowok yang terbelalak, terpaku, termasuk aku, keluar dari kelas.
 
Pada saat itu, Asakura Ryouko mendorong para cowok yang terbelalak, terpaku, termasuk aku, keluar dari kelas.
   
Menurut desas-desus, para cewek, dengan Asakura Ryouko sebagai pemimpinnya, mencoba membicarakan masalah ini dengan Haruhi, tapi tiada hasil. Setiap pelajaran olahraga, Haruhi mengabaikan seluruh kelas dan membuka seragamnya tanpa banyak lirik-lirik. Dan jadinya, kami para cowok diminta meninggalkan kelas di detik bel berbunyi &mdash; atas permintaan Asakura Ryouko.
+
Menurut desas-desus, para cewek, dengan Asakura Ryouko sebagai pemimpinnya, mencoba membicarakan masalah ini dengan Haruhi, tapi tiada hasil. Setiap pelajaran olahraga, Haruhi mengabaikan seluruh kelas dan membuka seragamnya tanpa banyak lirak-lirik. Dan jadinya, kami para cowok diminta meninggalkan kelas di detik bel berbunyi -- atas permintaan Asakura Ryouko.
   
 
Tapi, beneran lho, Haruhi punya badan yang sangat bagus... argh, ini bukan saatnya ngomongin hal kayak gitu.
 
Tapi, beneran lho, Haruhi punya badan yang sangat bagus... argh, ini bukan saatnya ngomongin hal kayak gitu.
   
Petunjuk #3: setiap akhir pelajaran, Haruhi akan pergi [[Suzumiya_Haruhi_%7E_Indonesian_Version:Jilid1_Catatan_dan_Referensi_Penerjemah#AWOL|AWOL]]. Ketika bel sekolah berbunyi, dia akan menarik tasnya lalu melesat keluar kelas. Logisnya, aku pikir dia langsung pulang ke rumah; tak pernah kepikiran olehku kalau dia berpartisipasi di semua klub ekskul di sekolah. Suatu hari, kalian akan melihatnya mengoper bola di Klub Basket, dan selanjutnya kalian akan melihatnya menjahit sarung bantal di Klub Menjahit. Hari berikutnya, kalian akan melihatnya mengayunkan tongkat di Klub Hoki. Kupikir dia juga gabung sama Klub Basket. Jadi, pada dasarnya, dia mengikuti semua klub olahraga di sekolah. Tentu saja semua klub mengincarnya untuk jadi anggota, tentu saja, tapi dia menolak semuanya. Penjelasannya adalah: ”Menjengkelkan buatku ngelakuin aktivitas klub yang sama tiap hari.” Pada akhirnya, dia tidak mengikuti klub yang manapun juga.
+
Petunjuk #3: setiap akhir pelajaran, Haruhi akan pergi [[Suzumiya_Haruhi_%7E_Indonesian_Version:Jilid1_Catatan_dan_Referensi_Penerjemah#AWOL|AWOL]]. Ketika bel sekolah berbunyi, dia akan menarik tasnya lalu melesat keluar kelas. Logisnya, aku pikir dia langsung pulang ke rumah; tak pernah kepikiran olehku kalau dia berpartisipasi semua klub ekskul di sekolah. Suatu hari, kau akan melihatnya mempassing bola di Klub Basket, dan selanjutnya kau akan melihatnya menjahit sarung bantal di Klub Menjahit. Hari berikutnya, kau akan melihatnya mengayunkan tongkat di Klub Hoki. Kupikir dia juga gabung sama Klub Basket. Jadi, pada dasarnya, dia mengikuti semua klub olahraga di sekolah. Tentu saja semua klub mengincarnya untuk jadi anggota, tentu saja, tapi dia menolak semuanya. Penjelasannya adalah: ”Menjengkelkan buatku ngelakuin aktivitas klub yang sama tiap hari.” Di akhir hari, dia tidak mengikuti klub yang manapun juga.
   
Maunya apa sih nih anak?
+
Maunya apa sih nih anak ?
   
 
Dari hal ini saja, kabar “cewek kelas satu yang aneh” secara instan menyebar ke seluruh penjuru sekolah. Dalam waktu sebulan, tak ada seorang pun yang tak mengenal siapa Suzumiya Haruhi. Percepat ke bulan Mei, orang-orang mungkin masih banyak yang belum tahu siapa kepala sekolah di sini, tapi nama Suzumiya Haruhi sudah terkenal.
 
Dari hal ini saja, kabar “cewek kelas satu yang aneh” secara instan menyebar ke seluruh penjuru sekolah. Dalam waktu sebulan, tak ada seorang pun yang tak mengenal siapa Suzumiya Haruhi. Percepat ke bulan Mei, orang-orang mungkin masih banyak yang belum tahu siapa kepala sekolah di sini, tapi nama Suzumiya Haruhi sudah terkenal.
   
Jadi, dengan segala hal yang terjadi &mdash; dan Haruhi selalu jadi penyebabnya &mdash; Mei telah tiba.
+
Jadi, dengan segala hal yang terjadi -- dan Haruhi selalu jadi penyebabnya -- Mei telah tiba.
   
 
Walau secara pribadi aku pikir bahwa takdir itu bahkan kurang bisa dipercaya daripada [[Suzumiya_Haruhi_%7E_Indonesian_Version:Jilid1_Catatan_dan_Referensi_Penerjemah#Monster_Loch_Ness|monster Loch Ness]], kalau takdir, di suatu tempat yang tak diketahui, aktif mempengaruhi hidup manusia, roda takdirku mungkin sudah mulai berputar. Bisa dibayangkan, di suatu gunung terpencil, mungkin ada orang tua yang sibuk menulis ulang takdirku.
 
Walau secara pribadi aku pikir bahwa takdir itu bahkan kurang bisa dipercaya daripada [[Suzumiya_Haruhi_%7E_Indonesian_Version:Jilid1_Catatan_dan_Referensi_Penerjemah#Monster_Loch_Ness|monster Loch Ness]], kalau takdir, di suatu tempat yang tak diketahui, aktif mempengaruhi hidup manusia, roda takdirku mungkin sudah mulai berputar. Bisa dibayangkan, di suatu gunung terpencil, mungkin ada orang tua yang sibuk menulis ulang takdirku.
   
Setelah liburan Golden Week berakhir, aku berjalan ke sekolah, tak yakin hari apa hari ini. Cuaca Mei yang cerah tak seperti biasanya meledakkan kulitku dan membuatku mandi keringat – jalan bukit terjal pun seperti tidak berujung. Bumi ini pengen apaan sih? Apa kena demam kuning atau semacamnya gitu?
+
Setelah liburan Golden Week berakhir, aku berjalan ke sekolah, tak yakin hari apa hari ini. Cerah tak biasanya cuaca Mei meledakkan kulitku dan membuatku mandi keringat – jalan bukit terjal pun seperti tidak berujung. Bumi ini pengen apaan sih? Apa kena demam kuning atau semacamnya gitu?
   
 
“Yo, Kyon.”
 
“Yo, Kyon.”
Line 281: Line 281:
 
“Bosen banget.”
 
“Bosen banget.”
   
“Oke, terus lo sendiri kemana?”
+
“Oke, terus loe ndiri ke mana?”
   
 
“Kerja paruh waktu tiap hari.”
 
“Kerja paruh waktu tiap hari.”
   
“Lo ga keliatan kayak orang macam gitu.”
+
“Loe ga keliatan kayak orang macam gituan.”
   
“Kyon, lo ini dah SMA sekarang &mdash; ngapain juga masih bawa-bawa adik ke rumah kakek dan nenek lo? Elo seenggaknya harus keliatan kayak murid SMA.”
+
“Kyon, loe ini dah SMA sekarang -- ngapain juga masih bawa-bawa adik ke rumah kakek dan nenek loe? Elo seenggaknya harus keliatan kayak murid SMA.”
   
Ngomong-ngomong, Kyon itu aku. Bibiku lah yang pertama memanggilku seperti itu. Beberapa tahun yang lalu, bibi lama-tak-bertemu-aku tiba-tiba bicara kepadaku: “Astaga, Kyon sekarang sudah besar yah!” Adikku pikir kalau itu lucu dan mulai memanggilku Kyon. Setelah itu sisanya adalah sejarah &mdash; teman-temanku, mendengar adikku memanggilku Kyon, memutuskan untuk mengikutinya. Semenjak hari itu, panggilanku berubah jadi Kyon. Sialan, dulu adikku memanggilku "Onii-chan"!
+
Ngomong-ngomong, Kyon itu aku. Bibiku lah yang pertama memanggilku seperti itu. Beberapa tahun yang lalu, bibi lama-tak-bertemuku tiba-tiba bicara kepadaku: “Astaga, Kyon sekarang sudah besar yah!” Adikku pikir kalau itu lucu dan mulai memanggilku Kyon. Setelah itu lanjutannya adalah sejarah -- teman-temanku, mendengar adikku memanggilku Kyon, memutuskan untuk mengikutinya. Semenjak hari itu, panggilanku berubah jadi Kyon. Sialan, dulu adikku memanggilku "Onii-chan"!
   
 
“Udah jadi tradisi di keluarga gue kumpul ama saudara-saudara selama liburan Golden Week,” jawabku sambil mendaki bukit.
 
“Udah jadi tradisi di keluarga gue kumpul ama saudara-saudara selama liburan Golden Week,” jawabku sambil mendaki bukit.
Line 301: Line 301:
   
   
Suzumiya Haruhi sudah duduk di belakang bangkuku, melihat ke luar, ketika aku memasuki kelas. Tampak dua penjepit rambut seperti roti bundar di kepalanya; jadi hari ini hari rabu yah. Setelah duduk – karena beberapa alasan yang aku tak tahu, penjelasan yang masuk akal mungkin hanyalah aku yang jadi gila - sebelum kusadari, kudapati diriku sekali lagi bicara dengan Suzumiya Haruhi.
+
Suzumiya Haruhi sudah duduk di belakang bangkuku, melihat ke luar, ketika aku memasuki kelas. Tampak dua penjepit rambut seperti roti bundar di kepalanya; jadi hari ini hari rabu yah. Setelah duduk – karena beberapa alasan yang kutak tahu, penjelasan yang masuk akal mungkin hanyalah aku yang jadi gila - sebelum kusadari, kudapati diriku sekali lagi bicara dengan Suzumiya Haruhi.
   
“Lo ganti gaya rambut tiap hari gara-gara alien?”
+
“Loe ganti gaya rambut tiap hari gara-gara alien?”
   
 
Seperti robot, Suzumiya Haruhi pelan-pelan memutar wajahnya menghadapku, dan menatapku dengan ekspresi yang sangat serius sekali. Sangat menakutkan sekali, sebenarnya.
 
Seperti robot, Suzumiya Haruhi pelan-pelan memutar wajahnya menghadapku, dan menatapku dengan ekspresi yang sangat serius sekali. Sangat menakutkan sekali, sebenarnya.
Line 371: Line 371:
   
   
“Lo beneran nyobain ikutan semua klub?”
+
“Loe beneran nyobain ikutan semua klub?”
 
 
Dari hari itu seterusnya, berbicara dengannya sebentar sebelum absensi jadi rutinitas sehari-hari. Tentu saja, kalau aku tak mencoba mengawalinya, Haruhi takkan bereaksi. Satu hal lagi, kalau aku bicara soal bagaimana acara TV semalam, atau bagaimana cuaca hari ini, dll &mdash; yang dia anggap sebagai “topik idiot” &mdash; dia hanya akan mengabaikanku. Tahu begitu, aku hati-hati memilih topik pembicaraan kapanpun aku mengobrol dengannya.
+
Dari hari itu seterusnya, berbicara dengannya sebentar sebelum absensi jadi rutinitas sehari-hari. Tentu saja, kalau aku tak mencoba mengawalinya, Haruhi takkan bereaksi. Satu hal lagi, kalau aku bicara soal bagaimana acara TV semalam, atau bagaimana cuaca hari ini, dll -- yang dia anggap sebagai “topik idiot” -- dia hanya akan mengabaikanku. Tahu begitu, aku hati-hati memilih topik pembicaraan kapanpun aku mengobrol dengannya.
 
[[Image:Sh_v1_01.jpg|thumb|''Dia memalingkan mukanya jengkel, menandai akhir percakapan hari ini.'']]
 
[[Image:Sh_v1_01.jpg|thumb|''Dia memalingkan mukanya jengkel, menandai akhir percakapan hari ini.'']]
   
“Ada klub yang lebih asik ga daripada yang lain? Gue sendiri pengen ikutan juga.”
+
“Ada klub yang lebih asik ga daripada yang lain? Gue ndiri pengen ikutan juga.”
   
 
“Ga ada.” Haruhi menjawab datar. “Sama sekali ga ada.”
 
“Ga ada.” Haruhi menjawab datar. “Sama sekali ga ada.”
Line 382: Line 382:
 
Dia menegaskannya lagi, lalu perlahan menghembuskan nafas. Dia menghela nafas tadi?
 
Dia menegaskannya lagi, lalu perlahan menghembuskan nafas. Dia menghela nafas tadi?
   
“Kupikir SMA bakal sedikit lebih baik. Ternyata, sama aja kayak [[Suzumiya_Haruhi_%7E_Indonesian_Version:Jilid1_Catatan_dan_Referensi_Penerjemah#Pendidikan_Wajib|pendidikan wajib]]. Ga ada perubahan sama sekali. Kayaknya aku salah masuk SMA.”
+
“Kupikir SMA bakal dikit lebih baik. Ternyata, sama aja kayak [[Suzumiya_Haruhi_%7E_Indonesian_Version:Jilid1_Catatan_dan_Referensi_Penerjemah#Pendidikan_Wajib|pendidikan wajib]]. Ga ada perubahan sama sekali. Kayaknya aku salah masuk SMA.”
   
 
<!-- si Kyon lagi sarkasme nih disini, makanya "agak" dihaluskan hehe.... -->
 
<!-- si Kyon lagi sarkasme nih disini, makanya "agak" dihaluskan hehe.... -->
Mbak, kriteria sekolah apakah yang anda gunakan ketika anda memutuskan sekolah mana untuk anda hadiri?
+
Mbak, kriteria sekolah apakah yang anda gunakan ketika anda memutuskan sekolah mana untuk kau hadiri?
   
 
“Klub olahraga dan klub kebudayaan sama saja. Kalo aja ada beberapa klub unik di sekolah...”
 
“Klub olahraga dan klub kebudayaan sama saja. Kalo aja ada beberapa klub unik di sekolah...”
Line 393: Line 393:
 
“Berisik. Kalau aku suka sebuah klub, jadi itu klub unik; kalo engga, biasa aja.”
 
“Berisik. Kalau aku suka sebuah klub, jadi itu klub unik; kalo engga, biasa aja.”
   
“Iya gitu? Udah gue duga lo bakal ngomong gitu.”
+
“Iya gitu? Udah gue duga loe bakal ngomong gitu.”
   
 
“Huh!”
 
“Huh!”
Line 405: Line 405:
 
Di hari yang lain:
 
Di hari yang lain:
   
“Gue denger-denger kemaren... ga terlalu penting sih... beneran lo mutusin semua pacar lo?”
+
“Gue denger-denger kemaren... ga terlalu penting sih... beneran loe mutusin semua pacar loe?”
 
 
 
“Kenapa aku harus dengar ini dari kamu lagi sih?”
 
“Kenapa aku harus dengar ini dari kamu lagi sih?”
Line 429: Line 429:
 
“Terus, tanpa gagal, mereka bakalan nembak lewat telepon. Apa-apaan tuh! Ini subjek serius, paling engga bilang langsung hadap-hadapan!!”
 
“Terus, tanpa gagal, mereka bakalan nembak lewat telepon. Apa-apaan tuh! Ini subjek serius, paling engga bilang langsung hadap-hadapan!!”
   
Aku bisa bersimpati sama mereka. Bikin pengakuan penting &mdash; buat mereka, paling tidak &mdash; seperti itu ke seseorang yang melihatmu seakan-akan kamu itu cacing mungkin membuat siapapun merasa gelisah. Mereka hilang keberanian pas ngeliat ekspresi lo! Aku membayangkan apa yang mereka pikirkan saat aku merespon Haruhi.
+
Aku bisa bersimpati sama mereka. Bikin pengakuan penting -- buat mereka, paling tidak -- seperti itu ke seseorang yang melihatmu seakan-akan kamu itu cacing mungkin membuat siapapun merasa gelisah. Mereka hilang keberanian pas ngeliat ekspresi loe! Aku membayangkan apa yang mereka pikirkan saat aku merespon Haruhi.
   
“Hmm, lo bener. Kalo gue sih bakal ngajak tuh cewek keluar dan ngomong langsung ke dianya.”
+
“Hmm, loe bener. Kalo gue sih bakal ngajak tuh cewek keluar dan ngomong langsung ke dianya.”
   
 
“Siapa yang peduli sama kamu!”
 
“Siapa yang peduli sama kamu!”
Line 437: Line 437:
 
Apa yang... Apa gue salah ngomong lagi?
 
Apa yang... Apa gue salah ngomong lagi?
 
 
“Masalahnya, apa semua cowok di dunia itu makhluk bego? Aku keganggu terus sama pertanyaan ini dari SMP.”
+
“Masalahnya, apa semua cowok di dunia itu mahluk bego? Aku keganggu terus sama pertanyaan ini dari SMP.”
   
 
Sekarang ga makin baik, kan!
 
Sekarang ga makin baik, kan!
   
“Terus, cowok macam apa yang lo anggep ‘menarik’? Apa emang harus alien?”
+
“Terus, cowok macam apa yang loe anggep ‘menarik’? Apa emang harus alien?”
   
 
“Mau alien kek ato yang semacem itu kek yang penting ga normal. Bisa cowok bisa cewek.”
 
“Mau alien kek ato yang semacem itu kek yang penting ga normal. Bisa cowok bisa cewek.”
   
“Napa sih lo nuntut banget sama yang selain manusia?”
+
“Napa sih loe nuntut banget sama yang selain meanusia?”
   
 
Waktu aku mengoceh tentang itu Haruhi melihat remeh padaku.
 
Waktu aku mengoceh tentang itu Haruhi melihat remeh padaku.
Line 451: Line 451:
 
“Abisnya manusia itu sama sekali ga asik!”
 
“Abisnya manusia itu sama sekali ga asik!”
   
“Itu... mungkin lo bener.”
+
“Itu... mungkin loe bener.”
   
 
Bahkan aku pun tak bisa membantah pemikiran Haruhi; kalo emang murid pindahan yang manis ini setengah-manusia setengah-alien, bahkan gue sendiri pun bakalan nganggap itu keren. Kalo Taniguchi, yang lagi duduk di dekat gue mata-matain Haruhi dan gue, ternyata seorang detektif dari masa depan, bakalan lebih keren lagi. Kalau Asakura Ryouko, yang, entah napa, selalu senyam-senyum ke gue, punya semacam kekuatan supranatural, maka kehidupan sekolah gue bakalan seasik yang bisa didapetin.
 
Bahkan aku pun tak bisa membantah pemikiran Haruhi; kalo emang murid pindahan yang manis ini setengah-manusia setengah-alien, bahkan gue sendiri pun bakalan nganggap itu keren. Kalo Taniguchi, yang lagi duduk di dekat gue mata-matain Haruhi dan gue, ternyata seorang detektif dari masa depan, bakalan lebih keren lagi. Kalau Asakura Ryouko, yang, entah napa, selalu senyam-senyum ke gue, punya semacam kekuatan supranatural, maka kehidupan sekolah gue bakalan seasik yang bisa didapetin.
Line 475: Line 475:
 
“Saya minta maaf karena telat. Eh... kalau gitu, kita mulai saja!”
 
“Saya minta maaf karena telat. Eh... kalau gitu, kita mulai saja!”
   
Dia mengulangi dirinya lagi, dan suasana kelas akhirnya kembali normal &mdash; walaupun suasana macam ini sangat dibenci Haruhi!
+
Dia mengulangi dirinya lagi, dan suasana kelas akhirnya kembali normal -- walaupun suasana macam ini sangat dibenci Haruhi!
   
 
Mungkinkah hidup memang seperti itu?
 
Mungkinkah hidup memang seperti itu?

Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see Baka-Tsuki:Copyrights for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource. Do not submit copyrighted work without permission!

To protect the wiki against automated edit spam, we kindly ask you to solve the following CAPTCHA:

Cancel Editing help (opens in new window)