Difference between revisions of "Sword Art Online Bahasa Indonesia:Jilid 5 Bab 4"

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search
m
Line 19: Line 19:
   
 
Shino tinggal sendirian di apartemen yang terletak di antara sekolah dan stasiun JR. Walaupun apartemen itu hanya seluas 6 tatami mats[1], dan tidak seluas dapur pada umumnya, tempat itu bagus dan nyaman terletak tepat disamping pusat perbelajaan.
 
Shino tinggal sendirian di apartemen yang terletak di antara sekolah dan stasiun JR. Walaupun apartemen itu hanya seluas 6 tatami mats[1], dan tidak seluas dapur pada umumnya, tempat itu bagus dan nyaman terletak tepat disamping pusat perbelajaan.
  +
  +
Pusat perbelanjaan pada jam 14.30 di siang hari masih tidak memiliki banyak orang yang terlihat.
  +
  +
Pertama Shino menelusuri melewati rak toko buku. Meskipun dia menemukan sebuah buku dari penulis favoritnya, Dia mengembalikan karena hard cover copy dan meninggalkan toko itu . Jika dia memesannya online, Dia dapat meminjam itu dari perpustakaan kota.
  +
  +
Selanjutnya dia pergi ke toko alat tulis untuk membeli penghapus dan buku garis. Setelah mengecek uang yang tersisa, dia menuju supermarket di tengah pusat perbelanjaan sambil berpikir menu untuk makan malam. Biasanya Shino makan malam dengan makanan biasa. Selama bergizi,berkalori dan murah, rasa dan penampilan hanya sekunder.
  +
  +
Sementara memikirkan membuat wortel dan sup seledri bersama hamburger tahu, dia melewati game center di depan supermarket yang hendak dia masuki.
  +
  +
"Asada~—"
  +
  +
Di ruang antara dua toko sebuah suara memanggil Shino dari lorong sempit
  +
  +
Refleks takut, Shino memutar 90 derajat ke kanannya.
  +
  +
Tiga siswi yang memakai baju yang identik sama dengan Shino kecuali dengan perbedaan yang signifikan di rok panjang mereka. Satu dari mereka berjonkok dan memainkan ponselnya. Dua lainnya bersandar di dinding supermarket sambil tersenyum menonton Shino.
  +
  +
Ketika Shino tetap diam, satu dari mereka membuat isyarat sombong menyentak dengan dagunya .
  +
  +
"Ayo pergi kesini."
  +
  +
Tapi Shino tidak bergerak, bertanya dengan suara kecil
  +
"…Apa? "
  +
  +
Pada saat itu teman yang lain mendekatinya dan tanpa ragu-ragu, meraih tangan kanan Shino
  +
  +
"Terserah, datang saja. "
  +
  +
Dengan itu, dia telah ditarik sebelum ia sempat membalas jawabannya.
  +
   
 
<to be continue>
 
<to be continue>

Revision as of 04:26, 23 September 2012

Bab 4

Saat dia melangkah melewati gerbang sekolah, angin kering dan dingin meniup menerpa wajahnya.

Asada Shido terdiam, dengan erat membungkus kembali syal putihnya. Mengenakan kacamata cell-frame, dengan setengah wajahnya tersembunyi dibalik kain syalnya, dia sekali lagi mulai berjalan. Dia melanjutkan dengan langkah cepat di trotoar yang ditutupi oleh daun musim gugur, sambil mendesah kecil dari dalam dadanya.

…Sekarang dari total 608 hari untuk 3 tahun di sekolah menengah terkemuka, 156 hari telah berlalu.

Sebuah seperempatnya telah berlalu.Dengan pikiran itu, dia telah terhuyung-huyung oleh pertapaan yang telah dipaksakan pada dirinya untuk waktu terlalu lama. Namun jika dia menambahkan di sekolah menengah, maka sudah 60 persen hari-hari telah memudar menuju masa lalu. Ini akan berakhir, suatu saat nanti…. Ini akan berakhir suatu saat nanti. Dia mengulangi kata-kata tersebut dalam pikirannya seperti mantra.

Tentu saja, meskipun hari kelulusan telah mendekat, itu bukan seolah-olah dia memiliki sesuatu yang dia inginkan atau seseorang yang ingin bersamanya. Sederhananya dirinya telah ditengah-tengah keadaan dipaksa untuk mengikuti, dia ingin bebas dari yang dikenal sebagai «high school students».

Menghadiri suaka itu seperti tempat hari ke hari, mendengar nasihat guru lesu, berolahraga dan melakukan hal yang lain disamping sekelompok orang yang meragukan dia telah berubah bahkan satu-satunya cara sejak kecil. Apa artinya berada di sana untuk melakukan semua itu ? Shino sangat tidak mengerti. Di situasi yang sangat luar biasa ada juga guru yang memberi pelajaran yang dia temukan bermakna dan ada juga siswa yang harus dihormati. Tapi bagi Shino tidak ada dari keberadaan dari mereka yang sangat penting.

Shino pernah mengatakan sekali pada kakek dan neneknya yang sekarang adalah wali resminya, bahwa dia ingin langsung bekerja atau melatih pekerjaannya di sekolah kejuruaan daripada ke sekolah menengah atas. Kakeknya yang kuno telah menjadi merah karena marah sementara neneknya menangis, mengatakan bahwa dia ingin Shino pergi ke sekolah yang baik dan menikah menjadi sebuah keluarga yang baik, kalau tidak dia tidak dapat mampu bertahan meminta maaf kepada ayah Shino. Dia memiliki sedikit pilihan tapi hanya untuk belajar mati-matian, mendapat akuan ke sekolah cukup terkenal di metropolitan Tokyo, tapi dia terkejut ketika dia masuk dan dapat melihat. Di sana tidak ada perubahan dari sekolah umum yang ada di kotanya.

Pada akhirnya Shino, sama seperti dia memiliki di sekolah menengah, Secara rutin dia menghitung hari yang tersisa sementara dia berjalan keluar sekolah setiap harinya.

Shino tinggal sendirian di apartemen yang terletak di antara sekolah dan stasiun JR. Walaupun apartemen itu hanya seluas 6 tatami mats[1], dan tidak seluas dapur pada umumnya, tempat itu bagus dan nyaman terletak tepat disamping pusat perbelajaan.

Pusat perbelanjaan pada jam 14.30 di siang hari masih tidak memiliki banyak orang yang terlihat.

Pertama Shino menelusuri melewati rak toko buku. Meskipun dia menemukan sebuah buku dari penulis favoritnya, Dia mengembalikan karena hard cover copy dan meninggalkan toko itu . Jika dia memesannya online, Dia dapat meminjam itu dari perpustakaan kota.

Selanjutnya dia pergi ke toko alat tulis untuk membeli penghapus dan buku garis. Setelah mengecek uang yang tersisa, dia menuju supermarket di tengah pusat perbelanjaan sambil berpikir menu untuk makan malam. Biasanya Shino makan malam dengan makanan biasa. Selama bergizi,berkalori dan murah, rasa dan penampilan hanya sekunder.

Sementara memikirkan membuat wortel dan sup seledri bersama hamburger tahu, dia melewati game center di depan supermarket yang hendak dia masuki.

"Asada~—"

Di ruang antara dua toko sebuah suara memanggil Shino dari lorong sempit

Refleks takut, Shino memutar 90 derajat ke kanannya.

Tiga siswi yang memakai baju yang identik sama dengan Shino kecuali dengan perbedaan yang signifikan di rok panjang mereka. Satu dari mereka berjonkok dan memainkan ponselnya. Dua lainnya bersandar di dinding supermarket sambil tersenyum menonton Shino.

Ketika Shino tetap diam, satu dari mereka membuat isyarat sombong menyentak dengan dagunya .

"Ayo pergi kesini."

Tapi Shino tidak bergerak, bertanya dengan suara kecil "…Apa? "

Pada saat itu teman yang lain mendekatinya dan tanpa ragu-ragu, meraih tangan kanan Shino

"Terserah, datang saja. "

Dengan itu, dia telah ditarik sebelum ia sempat membalas jawabannya.


<to be continue>