Sword Art Online Bahasa Indonesia:Jilid 9 Prolog II: Difference between revisions

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search
Arka (talk | contribs)
Created page with "==Prolog II== '''''June 2026''''' ===Bagian 1=== Sambil meneguk es kopi susu dan menikmati aroma lembutnya saat perlahan-lahan ditelan, Asada Shino menghela napas panjan..."
 
Line 1: Line 1:
==Prolog II==
==Prolog 2==


'''''June 2026'''''
''''Juni 2026''''


'''Bagian 1'''


Sambil meminum kopi susu dingin, menikmati wewangian yang menenangkan dan memasukkannya ke tenggorokan, Asada Shino medesah panjang.


===Bagian 1===
Dia melihat dengan samar payung penuh warna melintas lewat kaca jendela antik. Dia tidak suka hujan, tapi ada di bangku meja di kafe ini, yang lebih seperti markas geng, dan melihat jalan yang becek tidak akan membuatnya murung. Perabotan di dalam kafe tidak terlihat canggih sama sekali, dan bau khas dari dapur di balik ''counter'' membuatnya berkhayal, seperti jatuh ke batas antara dunia nyata dan dunia virtual. Waktu sekolah yang selesai sejam yang lalu terasa seperti dari dunia yang berbeda.


"Hujannya lumayang deras, bukan."


Sambil meneguk es kopi susu dan menikmati aroma lembutnya saat perlahan-lahan ditelan, Asada Shino menghela napas panjang.
Butuh waktu beberapa saat sebelum dia sadar suara bariton yang berasal dari balik ''counter'' ditujukan padanya. Tentu saja, karena tidak ada pelanggan yang lain. Memfokuskan pandangannya ke arah master berkulit gelap itu, yang sedang membersihkan gelas kaca dengan hati-hati, Shino menjawab:


Dia sedang menonton adegan samar payung warna-warni lewat melalui jendela kaca kuno. Dia tidak menyukai hujan, tapi duduk di kursi meja di warung kopi, yang seperti tempat persembunyian, dan menonton pemandangan abu-abu dari jalan basah tidak bisa membuat suasana hatinya jadi bad mood. Furnitur di toko tidak memiliki indikasi teknologi, dan aroma nostalgia dari dapur di dalam meja memberinya ilusi, seperti jatuh ke dalam perbatasan antara dunia nyata dan dunia maya. Seolah-olah kelas sekolah satu jam lalu adalah suatu peristiwa dari dunia yang berbeda.
"Yep, sekarang masih musim hujan kan. Kelihatannya hujannya bakal berlanjut sampai besok."


"jatuh cukup banyak, Tidakah itu."
"Aku yakin ini ulah penyihir Undine."


Butuh beberapa saat sebelum ia menyadari suara bariton yang datang dari atas meja yang ditujukan padanya. Tentu saja, karena tidak ada pelanggan lain. Mengarahkan pandangan ke arah master café berwarna au lait, yang hati-hati memoles gelas, Shino menjawab:
Raksasa bermuka seram itu mengatakannya dengan wajah merah, sebelum tanpa sadar tersenyum kecut.


"....... Waktu kamu bercanda, tidak akan lucu kalau wajahmu seperti itu, Agil-san."


<!--page 101-->
"Mu......."
"Ya, ini musim hujan lagian, tampaknya akan terus hujan sampai besok.."


"Aku yakin ini tindakan penyihir Undine '."
Suasana di kafe dan bar, penjaga «Dicey Café» Agil meraba-raba kening dan mulutnya untuk membentuknya 'seperti itu', dan kelihatannya bisa membuat anak kecil menangis melihatnya, Shino yang melihatnya hanya bisa tertawa kecil. Dia kemudian mengangkat gelasnya dan meminum kopinya.


Raksasa berwajah menakutkan mengeluarkan kata-kata dengan wajah merah, sebelum sengaja membuat senyum pahit.
Kenapa dia bisa mengetahui reaksi Shino? Tepat setelah Agil membuat wajah aneh tapi menghibur tadi, bel pintu berbunyi. Pelanggan tadi berhenti tepat saat dia masuk ke dalam dan melihat wajah master, lalu menggelengkan kepalanya dan berkata,


"...... Ketika kamu menceritakan lelucon, itu akan kehilangan efeknya jika kamu membuat wajah seperti itu, Agil-san."
"..... Hei Agil, kalau kamu menyambut semua pelanggan dengan wajah itu, kafe ini akan bangkrut dalam waktu dekat."


"Mu ......"
"B-Bukan seperti itu. Ini cuma ''guyonan'' kok."


Adegan di kedai kopi dan bar, penjaga toko «Dicey Café» Agil meraba-raba alis dan mulutnya untuk 'wajah seperti itu', tampak seperti itu bisa membuat anak-anak segera mulai menangis, Shino yang menonton tertawa sedikit. Dia lalu dengan cepat membawa gelas ke mulutnya dan menelan kopi.
".....Nggak, itu juga salah."


Bagaimana ia menafsirkan reaksi Shino? Tepat setelah Agil membuat wajah menakutkan hebat dengan cara memuaskan, bel pintu berbunyi. Para pelanggan baru berhenti bergerak hanya ketika ia berjalan satu langkah ke toko dan melihat wajah tuan rumah, lalu menggeleng sebelum berkata,
Setelah menunjukkan kesalahan Agil, dia memasukkan payungnya ke dalam tong wiski di dekat pintu sebelum melihat Shino dan mengangkat tangan kanannya.
 
"........Hei Agil, jika kau menyapa pelanggan dengan wajah itu setiap kali, toko ini pasti akan keluar dari bisnisnya segera."
 
"I-Itu tidak. Itu rasa khusus yang digunakan untuk lelucon.."
 
"...... Tidak, itu juga salah."
 
Seperti ia menekan Agil, ia meletakkan payung ke tong wiski dekat pintu sebelum melihat Shino dan mengangkat tangan kanannya.


"Otsu."
"Otsu."


<!--page 102-->
"Kamu telat."
"Kau terlambat."


Dia mengerutkan kening sedikit saat dia menjawab, orang yang ia harapkan —— Kirigaya Kazuto menyusutkan lehernya sebelum membuat alasan,
Dia menampakkan muka sedikit marah saat menjawabnya, orang yang ditunggunya —————— Kirigaya Kazuto menunduk sebelum minta maaf,


"Maaf, aku tidak naik kereta api untuk beberapa waktu sekarang ......"
"Maaf, aku belum pernah naik kereta untuk beberapa saat...."


Dia duduk di sisi yang berlawanan dari Shino, kemudian membuka sebuah kancing kerah kemeja.
Dia duduk di kursi yang berlawanan dengan Shino, lalu melepaskan kemejanya.


"Kau tidak datang dengan sepedamu hari ini?"
"Kamu nggak naik sepeda hari ini?"


"Aku tak ingin mengendara saat hujan ...... Agil, Caffè Shakerato untukku."
"Aku nggak mau naik sepeda waktu hujan.... Agil, satu Caffe Shakereto."


Shino menatap Kazuto yang santai telah memesan minuman asing, lehernya setipis avatar di dunia maya, wajahnya juga tidak bisa dikatakan sehat.
Shino melihat Kirito yang dengan santainya memesan minuman yang jarang dipesan, lehernya sama dengan ''avatar''nya di dunia virtual, wajahnya juga tidak bisa dibilang sehat.


"...... Bukankah kau terlalu kurus? kau harus makan lebih banyak."
"......Bukannya kamu terlalu kurus? Makanlah lebih banyak."


Shino berkata saat mengerutkan kening, tapi Kazuto hanya melambaikan tangannya.
Shino mengatakannya dengan khawatir, tapi Kazuto mengisyaratkan 'tidak' padanya.


"Dari sini ini akan kembali ke berat badan standarku tetap Tapi dari Jumat sampai hari Minggu, itu akan turun lagi ......."
"Sekarang berat badanku mungkin naik lagi. Tapi mulai Jumat sampai minggu, mungkin turun lagi....."


"Latihan di gunung?"
"Latihan di gunung?"


"Tidak, tidak ada selain tidur."
"Nggak, cuma tidur."
 
"Lalu kenapa kau bisa kurus?"
 
"Tidak minum dan makan sama sekali."
 
"...... Hah? Apa tujuan mu itu pencerahan?"
 
Shino memiringkan kepalanya saat ia tidak dapat memahami arti dari kata-katanya, pada saat itu, bunyi klik-klak cahaya bisa didengar dari meja. Apa yang dia lihat adalah tuan rumah yang memegang botol kocok keperakan dengan elegan cocok dengan badannya yang besar —— tapi berkata seperti itu mungkin kasar. Saat Shino menonton sambil berpikir itu, Agil dengan lembut menuangkan isi botol kocok ke dalam gelas coupe yang luas, sebelum menaruhnya ke sebuah nampan dan membawanya keluar.
 
<!--page 103-->
Gelas yang ditempatkan di depan Kazuto berisi cairan cokelat muda dengan atasannya cokelat busa halus.
 
"Ini Caffè ...... sesuatu atau lainnya yang kau pesan tadi?"
 
Shino bertanya, Kazuto kemudian meluncurkan gelas dengan ujung jari ke arah dirinya sendiri. "Itadakimasu," dia mengangkat gelas saat ia bergumam, dan meletakkannya di bibirnya. Tekstur busa krim tebal, dingin menyegarkan, dan aroma kopi mengunjungi bergiliran, setelah menelan, rasa manis megah masih lembut bertahan. Ini dunia yang berbeda dari es café au lait yang bisa dibeli di mesin penjual otomatis sekolah.


"............ Enak Sekali."
"Terus kenapa kamu tambah kurus?"


Saat Shino bergumam, Agil membuat tampilan puas sebelum memukul lengan tebal atasnya.
"Puasa makan dan minum."


"Tanpa lengan bartender yang fantastis, itu tidak akan menjadi lembut."
".....Hah? Kamu bertapa atau ngapain?"


"Tidak bisa berhenti membual tentang tingkat keahlian mu sejak datang kembali ke dunia nyata, huh. Tinggalkan ini, Agil, bau apa ini?"
Shino menggelengkan kepalanya karena dia tidak tahu apa maksud kata-katanya, dan bersamaan, suara klik-klak pelan terdengar dari balik ''counter''. Dia melihat master yang sedang mengocok ''shaker'' perak dengan cepat, yang tidak cocok dengan tubuh besarnya —————— tapi mengatakannya juga tidak sopan. Saat Shino memikirkannya, Agil menuangkan isinya ke dalam gelas coupe yang besar, sebelum meletakkannya ke atas nampan dan membawanya.


Kazuto bertanya saat bau merangsang hidungnya, penjaga toko berdeham dan menjawab,
Gelas yang dibawanya ke tempat Kazuto berisi cairan cokelat muda dengan busa cokelat lembut.


"kacang panggang Gaya Boston. Lengan fantastis batu ini ......."
"Ini Caffe...... apalah atau kamu pesan yang lainnya juga?"


<!--page 104-->
Shino bertanya, Kazuto kemudian menggeser gelas itu kearahnya. 'Itadakimasu,' dia mengangkat gelasnya sambil bergumam, dan meletakannya di mulutnya. Tekstur dari busa lembut yang tebal, rasa sejuk yang menenangkan, dan aroma kopi yang akhirnya keluar, setelah meminumnya, rasa manis yang keluar sesudahnya masih terasa. Sangat berbeda dengan cafe au lait dingin kalengan yang bisa dibeli di mesin penjual di sekolahnya.
"Heh?, rasa dari kampung halaman istrimu,huh? Lalu aku amil ini."


Agil, yang di potong di pertengahan pidatonya, berjalan pergi dengan bibir dalam bentuk ?, Kazuto mengambil gelas di depan Shino, lalu meneguknya. Menghela napas, membetulkan postur tubuhnya di kursi, sebelum melihat lurus ke depan.
"..............Rasanya enak."


"............ Bagaimana keadaanya sekarang?"
Setelah Shino memuji minuman itu, Agil menampakkan wajah puas sebelum memukul-mukul lengannya.


Dia mengerti arti dari pertanyaan tiba-tiba itu segera. Namun, Shino tidak langsung menjawab, ia meraih gelas dari tangan Kazuto lagi, kali ini ia meneguknya besar. Saat krim mulus diturunkan ke tenggorokannya, aroma yang kaya melarikan diri ke hidungnya. Stimulus menghubungkan kembali pemikiran terfragmentasi dalam benaknya, mengubah mereka menjadi kata-kata singkat,
"Tanpa tangan bartender yang hebat, hasilnya nggak bakal seperti itu."


"Ya ...... Dia tampak sudah tenang."
"Nggak bisa berhenti membanggakan kemampuanmu sejak kembali ke sini, huh. Lagian, Agil, bau apa ini?"


Setengah tahun lalu, pada tahun 2025, insiden «Death Gun» terjadi.
Kazuto bertanya setelah mencium sesuatu, sang penjaga berdehem dan menjawab,


Salah satu dari tiga pelaku saat itu juga satu-satunya teman Shino, Shinkawa Kyouji, telah menerima pengecualian setelah pengadilan panjang dari kasus remaja, ia dipindahkan untuk dipenjara di sebuah fasilitas rehabilitasi remaja bulan lalu.
"Kacang panggang gaya Boston. Tangan yang kuat ini....."


Selama persidangan, dia tetap keras kepala diam, bahkan pemeriksaan kejiwaan yang dilakukan oleh seorang ahli tidak bisa membuat dia membuka mulutnya, namun, sekitar enam bulan setelah kejadian itu, ia mulai menyetujui permintaan konselor, sedikit demi sedikit . Shino samar-samar bisa menebak alasan untuk itu. Enam bulan —— atau seratus delapan puluh hari, adalah periode penyimpanan dari biaya pembayaran di game VRMMO «Gun Gale Online». Setelah periode tersebut berlalu, diri lainnya Shinkawa Kyouji, atau bisa dikatakan diri sejati «Spiegel» akan hilang dari server GGO, yang menyebabkan Kyouji harus siap untuk akhirnya menghadapi kenyataan.
"Heh——, masakan khas kampung halaman istrimu, ya? Kalau begitu aku pesan itu."

Revision as of 19:22, 13 December 2012

Prolog 2

'Juni 2026'

Bagian 1

Sambil meminum kopi susu dingin, menikmati wewangian yang menenangkan dan memasukkannya ke tenggorokan, Asada Shino medesah panjang.

Dia melihat dengan samar payung penuh warna melintas lewat kaca jendela antik. Dia tidak suka hujan, tapi ada di bangku meja di kafe ini, yang lebih seperti markas geng, dan melihat jalan yang becek tidak akan membuatnya murung. Perabotan di dalam kafe tidak terlihat canggih sama sekali, dan bau khas dari dapur di balik counter membuatnya berkhayal, seperti jatuh ke batas antara dunia nyata dan dunia virtual. Waktu sekolah yang selesai sejam yang lalu terasa seperti dari dunia yang berbeda.

"Hujannya lumayang deras, bukan."

Butuh waktu beberapa saat sebelum dia sadar suara bariton yang berasal dari balik counter ditujukan padanya. Tentu saja, karena tidak ada pelanggan yang lain. Memfokuskan pandangannya ke arah master berkulit gelap itu, yang sedang membersihkan gelas kaca dengan hati-hati, Shino menjawab:

"Yep, sekarang masih musim hujan kan. Kelihatannya hujannya bakal berlanjut sampai besok."

"Aku yakin ini ulah penyihir Undine."

Raksasa bermuka seram itu mengatakannya dengan wajah merah, sebelum tanpa sadar tersenyum kecut.

"....... Waktu kamu bercanda, tidak akan lucu kalau wajahmu seperti itu, Agil-san."

"Mu......."

Suasana di kafe dan bar, penjaga «Dicey Café» Agil meraba-raba kening dan mulutnya untuk membentuknya 'seperti itu', dan kelihatannya bisa membuat anak kecil menangis melihatnya, Shino yang melihatnya hanya bisa tertawa kecil. Dia kemudian mengangkat gelasnya dan meminum kopinya.

Kenapa dia bisa mengetahui reaksi Shino? Tepat setelah Agil membuat wajah aneh tapi menghibur tadi, bel pintu berbunyi. Pelanggan tadi berhenti tepat saat dia masuk ke dalam dan melihat wajah master, lalu menggelengkan kepalanya dan berkata,

"..... Hei Agil, kalau kamu menyambut semua pelanggan dengan wajah itu, kafe ini akan bangkrut dalam waktu dekat."

"B-Bukan seperti itu. Ini cuma guyonan kok."

".....Nggak, itu juga salah."

Setelah menunjukkan kesalahan Agil, dia memasukkan payungnya ke dalam tong wiski di dekat pintu sebelum melihat Shino dan mengangkat tangan kanannya.

"Otsu."

"Kamu telat."

Dia menampakkan muka sedikit marah saat menjawabnya, orang yang ditunggunya —————— Kirigaya Kazuto menunduk sebelum minta maaf,

"Maaf, aku belum pernah naik kereta untuk beberapa saat...."

Dia duduk di kursi yang berlawanan dengan Shino, lalu melepaskan kemejanya.

"Kamu nggak naik sepeda hari ini?"

"Aku nggak mau naik sepeda waktu hujan.... Agil, satu Caffe Shakereto."

Shino melihat Kirito yang dengan santainya memesan minuman yang jarang dipesan, lehernya sama dengan avatarnya di dunia virtual, wajahnya juga tidak bisa dibilang sehat.

"......Bukannya kamu terlalu kurus? Makanlah lebih banyak."

Shino mengatakannya dengan khawatir, tapi Kazuto mengisyaratkan 'tidak' padanya.

"Sekarang berat badanku mungkin naik lagi. Tapi mulai Jumat sampai minggu, mungkin turun lagi....."

"Latihan di gunung?"

"Nggak, cuma tidur."

"Terus kenapa kamu tambah kurus?"

"Puasa makan dan minum."

".....Hah? Kamu bertapa atau ngapain?"

Shino menggelengkan kepalanya karena dia tidak tahu apa maksud kata-katanya, dan bersamaan, suara klik-klak pelan terdengar dari balik counter. Dia melihat master yang sedang mengocok shaker perak dengan cepat, yang tidak cocok dengan tubuh besarnya —————— tapi mengatakannya juga tidak sopan. Saat Shino memikirkannya, Agil menuangkan isinya ke dalam gelas coupe yang besar, sebelum meletakkannya ke atas nampan dan membawanya.

Gelas yang dibawanya ke tempat Kazuto berisi cairan cokelat muda dengan busa cokelat lembut.

"Ini Caffe...... apalah atau kamu pesan yang lainnya juga?"

Shino bertanya, Kazuto kemudian menggeser gelas itu kearahnya. 'Itadakimasu,' dia mengangkat gelasnya sambil bergumam, dan meletakannya di mulutnya. Tekstur dari busa lembut yang tebal, rasa sejuk yang menenangkan, dan aroma kopi yang akhirnya keluar, setelah meminumnya, rasa manis yang keluar sesudahnya masih terasa. Sangat berbeda dengan cafe au lait dingin kalengan yang bisa dibeli di mesin penjual di sekolahnya.

"..............Rasanya enak."

Setelah Shino memuji minuman itu, Agil menampakkan wajah puas sebelum memukul-mukul lengannya.

"Tanpa tangan bartender yang hebat, hasilnya nggak bakal seperti itu."

"Nggak bisa berhenti membanggakan kemampuanmu sejak kembali ke sini, huh. Lagian, Agil, bau apa ini?"

Kazuto bertanya setelah mencium sesuatu, sang penjaga berdehem dan menjawab,

"Kacang panggang gaya Boston. Tangan yang kuat ini....."

"Heh——, masakan khas kampung halaman istrimu, ya? Kalau begitu aku pesan itu."