Sakurasou no Pet na Kanojo (Indonesia):Jilid 2 Bab 2: Difference between revisions

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search
Airun (talk | contribs)
No edit summary
Airun (talk | contribs)
No edit summary
Line 1: Line 1:
"Ini dia, roti melon spesial dari Hashimoto."
<p>Chapter 2 "Badai"</p>
Ketika hari kedua latihan ujian Mashiro selesai, tanpa berubah sedikitpun, Sorata menuntunnya ke meja dapur. Sebelum Mashiro memerhatikan, Sorata meletakkan sebuah tas dari toko roti di atas meja.  
<br>"Ini dia, roti melon spesial dari Hashimoto."</br>
Seperti hari yang lalu, Sorata harus mengantar Mashiro ke sekolah dan kembali. Jadi ketika Mashiro mengerjakan ujiannya dia berlari ke pasar-pasar harus mengantri untuk membeli roti melon.
<p>Ketika hari kedua latihan ujian Mashiro selesai, tanpa berubah sedikitpun, Sorata menuntunnya ke meja dapur. Sebelum Mashiro memerhatikan, Sorata meletakkan sebuah tas dari toko roti di atas meja.</p>
sorata tidak membelinya karena hukuman saat kalah dalam game. Itu adalah sesuatu yang dia pikirkan setelah cukup lama memertimbangkan; untuk menggunakannya sebagai umpan untuk Mashiro agar berjanji sesuatu padanya.  
<p>Seperti hari yang lalu, Sorata harus mengantar Mashiro ke sekolah dan kembali. Jadi ketika Mashiro mengerjakan ujiannya dia berlari ke pasar-pasar harus mengantri untuk membeli roti melon.</p>
Mashiro melihat tas berisi roti melon dengan ketertarikan yang besar, dan tanpa suara ia mencoba mengambilnya. Sebelum tangan Mashiro sempat menyentuh tas itu, Sorata dengan cepat memindahkan roti melon spesial itu. Tangan Mashiro memotong tempat kosong, melihat sekilas ke Sonata dengan wajah mengeluh, dan kembali menatap ke tas toko roti.
<p>Sorata bukan membelinya karena hukuman saat kalah dalam game. Itu adalah sesuatu yang dia pikirkan setelah cukup lama memertimbangkan, Sorata menggunakannya sebagai umpan untuk Mashiro agar berjanji sesuatu padanya.</p>
"Kamu tidak memberikannya padaku?"
<p>Mashiro melihat tas berisi roti melon dengan ketertarikan yang besar, dan tanpa suara ia mencoba mengambilnya. Sebelum tangan Mashiro sempat menyentuh tas itu, Sorata dengan cepat memindahkan roti melon spesial itu. Tangan Mashiro memotong tempat kosong, melihat sekilas ke Sonata dengan wajah mengeluh, dan kembali menatap ke tas toko roti.</p>
"Jangan bertanya pada tas."
<br>"Kamu tidak memberikannya padaku?"</br>
Dengan sebuah kerutan di wajahnya, Mashiro akhirnya menatap Sonata.
<br>"Jangan bertanya pada tas."</br>
"Gitu ya, kamu nyoba memberinya umpan dengan roti,"  
<br>Dengan sebuah kerutan di wajahnya, Mashiro akhirnya menatap Sonata.</br>
Jin, yang sudah berada di dapur memakan udon dingin untuk makan siangnya yang telat, menyeringai sambil melihat ke duanya. Jin memakai sebuah kaus polo dengan sepasang celana chino berwarna abu-abu. Dia memiliki penampilan bersih seperti biasanya meskipun sedang berada di asrama.  
<br>"Gitu ya, kamu nyoba memberinya umpan dengan roti,"</br>
Sorata tidak ingin diamati oleh yang lain. Dia ingin megeluh tentang itu pada Jin, tapi mungkin akan ada beberapa masalah yang muncul jika mengubah percakapan ini jadi dia memutuskan untuk mengabaikan Jin.
<p>Jin, yang sudah berada di dapur memakan udon dingin untuk makan siangnya yang telat, menyeringai sambil melihat ke duanya. Jin memakai sebuah kaus polo dengan sepasang celana chino berwarna abu-abu. Dia memiliki penampilan bersih seperti biasanya meskipun sedang berada di asrama.</p>
"Sebagai ganti dari roti melon ini, aku ingin kamu berjanji sesuatu padaku,"
<p>Sorata tidak ingin diamati oleh yang lain. Dia ingin megeluh tentang itu pada Jin, tapi mungkin akan ada beberapa masalah yang muncul jika mengubah percakapan ini jadi dia memutuskan untuk mengabaikan Jin.</p>
"Aku akan melakukannya."
<br>"Sebagai ganti dari roti melon ini, aku ingin kamu berjanji sesuatu padaku."</br>
"Aku belum mengatakan apa itu!"
<br>"Aku akan melakukannya."</br>
"......"
<br>"Aku belum mengatakan apa itu!"</br>
"Dengarkan baik-baik, pada minggu ini, Aoyama akan pindah kesini. Ke kamar di sebelah kamarmu. Kamu tahu tentang ini kan?"
<br>"......"</br>
Ya, Mashiro menganggukan kepalanya.
<br>"Dengarkan baik-baik, pada minggu ini, Aoyama akan pindah kesini. Ke kamar di sebelah kamarmu. Kamu tahu tentang ini kan?"</br>
"Sekarang pikirkan ini baik-baik. Orang yang membangunkanmu dipagi hari adalah aku. Orang yang menyiapkan pakaianmu juga aku. Mencuci dan memasak juga dilakukan olehku..... Bukan cuma itu, orang yang mencuci, melipat, dan memilih dalamanmu juga aku."
<br>Ya, Mashiro menganggukan kepalanya.</br>
"Orang yang memakainya adalah aku."
<br>"Sekarang pikirkan ini baik-baik. Orang yang membangunkanmu dipagi hari adalah aku. Orang yang menyiapkan pakaianmu juga aku. Mencuci dan memasak juga dilakukan olehku..... Bukan cuma itu, orang yang mencuci, melipat, dan memilih dalamanmu juga aku."</br>
"Kamu ga usah nambahin itu! Bagaimanapun kamu memikirkan tentang ini, ini aneh kan? Apa yang akan Aoyama pikirkan jika dia mengetahui tentang kebenaran mengejutkan ini?"
<br>"Orang yang memakainya adalah aku."</br>
<br>"Kamu ga usah nambahin itu! Bagaimanapun kamu memikirkan tentang ini, ini aneh kan? Apa yang akan Aoyama pikirkan jika dia mengetahui tentang kebenaran mengejutkan ini?"</br>
<p>Sorata mungkin akan dicap sebagai orang aneh, dan diperlakukan seperti sampah. Dan rumor-rumor akan menyebar bukan cuma di sekolah, tapi juga mungkin di area tempat perbelanjaan, membuat suatu ketidakmungkinan bagi Sorata untuk berjalan di siang hari. Memikirkan tntang ini membuat Sorata depresi. </p>

Revision as of 02:55, 25 April 2014

Chapter 2 "Badai"


"Ini dia, roti melon spesial dari Hashimoto."

Ketika hari kedua latihan ujian Mashiro selesai, tanpa berubah sedikitpun, Sorata menuntunnya ke meja dapur. Sebelum Mashiro memerhatikan, Sorata meletakkan sebuah tas dari toko roti di atas meja.

Seperti hari yang lalu, Sorata harus mengantar Mashiro ke sekolah dan kembali. Jadi ketika Mashiro mengerjakan ujiannya dia berlari ke pasar-pasar harus mengantri untuk membeli roti melon.

Sorata bukan membelinya karena hukuman saat kalah dalam game. Itu adalah sesuatu yang dia pikirkan setelah cukup lama memertimbangkan, Sorata menggunakannya sebagai umpan untuk Mashiro agar berjanji sesuatu padanya.

Mashiro melihat tas berisi roti melon dengan ketertarikan yang besar, dan tanpa suara ia mencoba mengambilnya. Sebelum tangan Mashiro sempat menyentuh tas itu, Sorata dengan cepat memindahkan roti melon spesial itu. Tangan Mashiro memotong tempat kosong, melihat sekilas ke Sonata dengan wajah mengeluh, dan kembali menatap ke tas toko roti.


"Kamu tidak memberikannya padaku?"

"Jangan bertanya pada tas."

Dengan sebuah kerutan di wajahnya, Mashiro akhirnya menatap Sonata.

"Gitu ya, kamu nyoba memberinya umpan dengan roti,"

Jin, yang sudah berada di dapur memakan udon dingin untuk makan siangnya yang telat, menyeringai sambil melihat ke duanya. Jin memakai sebuah kaus polo dengan sepasang celana chino berwarna abu-abu. Dia memiliki penampilan bersih seperti biasanya meskipun sedang berada di asrama.

Sorata tidak ingin diamati oleh yang lain. Dia ingin megeluh tentang itu pada Jin, tapi mungkin akan ada beberapa masalah yang muncul jika mengubah percakapan ini jadi dia memutuskan untuk mengabaikan Jin.


"Sebagai ganti dari roti melon ini, aku ingin kamu berjanji sesuatu padaku."

"Aku akan melakukannya."

"Aku belum mengatakan apa itu!"

"......"

"Dengarkan baik-baik, pada minggu ini, Aoyama akan pindah kesini. Ke kamar di sebelah kamarmu. Kamu tahu tentang ini kan?"

Ya, Mashiro menganggukan kepalanya.

"Sekarang pikirkan ini baik-baik. Orang yang membangunkanmu dipagi hari adalah aku. Orang yang menyiapkan pakaianmu juga aku. Mencuci dan memasak juga dilakukan olehku..... Bukan cuma itu, orang yang mencuci, melipat, dan memilih dalamanmu juga aku."

"Orang yang memakainya adalah aku."

"Kamu ga usah nambahin itu! Bagaimanapun kamu memikirkan tentang ini, ini aneh kan? Apa yang akan Aoyama pikirkan jika dia mengetahui tentang kebenaran mengejutkan ini?"

Sorata mungkin akan dicap sebagai orang aneh, dan diperlakukan seperti sampah. Dan rumor-rumor akan menyebar bukan cuma di sekolah, tapi juga mungkin di area tempat perbelanjaan, membuat suatu ketidakmungkinan bagi Sorata untuk berjalan di siang hari. Memikirkan tntang ini membuat Sorata depresi.