Difference between revisions of "Sword Art Online Bahasa Indonesia:ME 6"

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search
 
Line 3: Line 3:
 
'''(Lantai 22 Aincrad, Oktober 2024)'''
 
'''(Lantai 22 Aincrad, Oktober 2024)'''
   
Di suatu sore, beberapa hari setelah hidup baruku yang
+
Di suatu sore, beberapa hari setelah hidup baruku yang telah menikah dengan Asuna dimulai, di dalam rumah kayu yang berada jauh di pelosok hutan lantai 22 Aincrad.
   
  +
Selagi berbincang mengenai tempat yang sudah kita kunjungi siang tadi atau masakan yang kita makan, di atas sofa yang bertempat di depan perapian, Asuna tiba-tiba mengungkapkan pikirannya.
telah menikah dengan Asuna dimulai, di dalam rumah kayu
 
   
  +
"Hei, Kirito-kun. Menurutku, mungkin orang itu bukan NPC melainkan pemain......"
yang berada jauh di pelosok hutan lantai 22 Aincrad.
 
 
Selagi berbincang mengenai tempat yang sudah kita kunjungi
 
 
siang tadi atau masakan yang kita makan, di atas sofa yang
 
 
bertempat di depan perapian, Asuna tiba-tiba mengungkapkan
 
 
pikirannya.
 
 
"Hei, Kirito-kun. Menurutku, mungkin orang itu bukan NPC
 
 
melainkan pemain......"
 
   
 
".........Haa?"
 
".........Haa?"
   
Tidak mengerti topik yang mendadak, mulutku tetap sedikit
+
Tidak mengerti topik yang mendadak, mulutku tetap sedikit terbuka. Sambil duduk berdampingan di atas sofa, bibirnya terus mengisap cangkir tehnya.
   
  +
"Yaaa, pemilik toko itu, aku tadinya percaya dari sana kalau dia adalah NPC tanpa ragu...... Tapi hari ini, entah kenapa, waktu aku mengamati wajahnya, aku tiba-tiba merasa kalau orang itu sebenarnya adalah pemain."
terbuka. Sambil duduk berdampingan di atas sofa, bibirnya
 
   
  +
Subyek pembicaraan kita adalah sebuah restoran. Letaknya jauh di belakang dari belakang dan bahkan lebih jauh lagi ke belakang dari bagian bawah blok kota utama «Algade» di lantai 50. Jika kita pergi ke sana tanpa peta, bukan saja sampai di sana, kembalinya pun akan sulit. Sebenarnya, «Restoran» bukan kata yang tepat untuk mendeskripsikannya, «Toko Makanan» akan lebih cocok. Namanya adalah «Rumah Algade».
terus mengisap cangkir tehnya.
 
   
  +
Bangunannya terlihat seperti akan runtuh jika diterpa angin yang kuat. Ada tirai penanda yang tergantung pada pintu masuknya yang merupakan pintu geser. Bagian dalamnya berlantai batu—atau lebih tepatnya lantai beton yang polos, terdapat dua meja dan empat kursi lagi di konternya. Semua perabotannya memiliki aura murahan yang kuat, dan juga itu memang bukannya sengaja disusun agar terlihat murah.
"Yaaa, pemilik toko itu, aku tadinya percaya dari sana
 
   
  +
Di menunya, hanya ada 3 pilihan. «Algade Soba<ref>Soba = Mie jepang disiapkan dengan tepung soba.</ref>», «Algade Panggang» dan «Algade Rebus», tidak satu pun diantara ketiganya memiliki motivasi dibalik penamaannya. Mereka adalah, dari urutan menu, ramen yang tidak terlihat seperti ramen, okonomiyaki<ref>Okonomiyaki = Adonan bulat datar yang digoreng kedua sisinya.</ref> yang tidak terlihat seperti okonomiyaki, dan yang terakhir, aku masih belum punya ide makanan apa itu seharusnya.
kalau dia adalah NPC tanpa ragu...... Tapi hari ini, entah
 
   
  +
Pesanannya lalu dimasak oleh penjaga toko yang sama. Sewaktu Asuna bilang «pemilik toko itu», Pikiranku membayangkan si pemilik yang berpostur pendek memakai baju kerja putih dan toque<ref>[http://2.bp.blogspot.com/-7oss9ZGgyJM/Tc6sBAFetyI/AAAAAAAABXc/3Kc_b_2mQ5k/s1600/toque.png Toque]</ref> putih, yang wajah bulat tak diketahui umurnya tersembunyi di balik gombak<ref>Gombak = Jambul (pada ayam, burung, bunga, dsb); Jambak (rambut di dahi kuda); Rambut di atas dahi (yang ditinggalkan sehabis berpangkas)</ref> panjangnya, lalu akhirnya aku menjawab.
kenapa, waktu aku mengamati wajahnya, aku tiba-tiba merasa
 
   
  +
"......Pe..Pemain? ......tapi orang itu tidak mengatakan apa-apa......"
kalau orang itu sebenarnya adalah pemain."
 
   
  +
"Setidaknya dia bilang ‘Selamat Datang’ dan ‘Terima Kasih’."
Subyek pembicaraan kita adalah sebuah restoran. Letaknya
 
   
  +
"Tapi itu hal biasa untuk NPC. ......sebenarnya kalau kamu mengarahkan kursornya ke dia......"
jauh di belakang dari belakang dan bahkan lebih jauh lagi
 
 
ke belakang dari bagian bawah blok kota utama «Algade» di
 
 
lantai 50. Jika kita pergi ke sana tanpa peta, bukan saja
 
 
sampai di sana, kembalinya pun akan sulit. Sebenarnya,
 
 
«Restoran» bukan kata yang tepat untuk mendeskripsikannya,
 
 
«Toko Makanan» akan lebih cocok. Namanya adalah «Rumah
 
 
Algade».
 
 
Bangunannya terlihat seperti akan runtuh jika diterpa angin
 
 
yang kuat. Ada tirai penanda yang tergantung pada pintu
 
 
masuknya yang merupakan pintu geser. Bagian dalamnya
 
 
berlantai batu—atau lebih tepatnya lantai beton yang polos,
 
 
terdapat dua meja dan empat kursi lagi di konternya. Semua
 
 
perabotannya memiliki aura murahan yang kuat, dan juga itu
 
 
memang bukannya sengaja disusun agar terlihat murah.
 
 
Di menunya, hanya ada 3 pilihan. «Algade Soba<ref>Soba =
 
 
Mie jepang disiapkan dengan tepung soba.</ref>», «Algade
 
 
Panggang» dan «Algade Rebus», tidak satu pun diantara
 
 
ketiganya memiliki motivasi dibalik penamaannya. Mereka
 
 
adalah, dari urutan menu, ramen yang tidak terlihat seperti
 
 
ramen, okonomiyaki<ref>Okonomiyaki = Adonan bulat datar
 
 
yang digoreng kedua sisinya.</ref> yang tidak terlihat
 
 
seperti okonomiyaki, dan yang terakhir, aku masih belum
 
 
punya ide makanan apa itu seharusnya.
 
 
Pesanannya lalu dimasak oleh penjaga toko yang sama.
 
 
Sewaktu Asuna bilang «pemilik toko itu», Pikiranku
 
 
membayangkan si pemilik yang berpostur pendek memakai baju
 
 
kerja putih dan toque<ref>[http://2.bp.blogspot.com/-
 
 
7oss9ZGgyJM/Tc6sBAFetyI/AAAAAAAABXc/3Kc_b_2mQ5k/s1600/toque
 
 
.png Toque]</ref> putih, yang wajah bulat tak diketahui
 
 
umurnya tersembunyi di balik gombak<ref>Gombak = Jambul
 
 
(pada ayam, burung, bunga, dsb); Jambak (rambut di dahi
 
 
kuda); Rambut di atas dahi (yang ditinggalkan sehabis
 
 
berpangkas)</ref> panjangnya, lalu akhirnya aku menjawab.
 
 
"......Pe..Pemain? ......tapi orang itu tidak mengatakan
 
 
apa-apa......"
 
 
"Setidaknya dia bilang ‘Selamat Datang’ dan ‘Terima
 
 
Kasih’."
 
 
"Tapi itu hal biasa untuk NPC. ......sebenarnya kalau kamu
 
 
mengarahkan kursornya ke dia......"
 
   
 
Sampai di sini, aku menyadari sesuatu.
 
Sampai di sini, aku menyadari sesuatu.
   
  +
Ada perbedaan jelas antara pemain dengan NPC, memfokuskan pandangan pada suatu sasaran akan memunculkan «Kursor Berwarna». Meski keduanya sama-sama berwarna hijau, untuk seorang NPC, di bawah bar HP nya akan terpampang jelas "NPC". Tapi metode pembedaan ini tidak bisa bekerja di dalam toko, karena di dalam toko diklasifikasikan dalam bangunan, alasannya adalah pertimbangan sistem. Mungkin mustahil untuk makan dengan tenang jika kursornya terus muncul kapanpun melihat seseorang, jadi kalau aku memfokuskan tatapanku ke pemilik toko itu pun, kursornya tidak akan muncul.
Ada perbedaan jelas antara pemain dengan NPC, memfokuskan
 
 
pandangan pada suatu sasaran akan memunculkan «Kursor
 
 
Berwarna». Meski keduanya sama-sama berwarna hijau, untuk
 
 
seorang NPC, di bawah bar HP nya akan terpampang jelas
 
 
"NPC". Tapi metode pembedaan ini tidak bisa bekerja di
 
 
dalam toko, karena di dalam toko diklasifikasikan dalam
 
 
bangunan, alasannya adalah pertimbangan sistem. Mungkin
 
 
mustahil untuk makan dengan tenang jika kursornya terus
 
 
muncul kapanpun melihat seseorang, jadi kalau aku
 
 
memfokuskan tatapanku ke pemilik toko itu pun, kursornya
 
 
tidak akan muncul.
 
 
Tapi, biasanya tidak ada orang yang peduli dengan
 
 
menentukan seorang NPC, karena mereka sudah sangat jelas
 
 
dengan sekali pandang. Berbeda dengan darah dan daging
 
 
manusia yang beroperasi melalui NerveGear, NPC yang
 
 
dikontrol sistem punya karakteristik unik. Setelah
 
 
terpenjara di dalam SAO selama dua tahun, siapapun bisa
 
 
tahu apakah orang lain adalah pemain atau NPC tanpa
 
 
berpikir sekalipun—selagi aku memikirkannya, otakku
 
 
memeriksa lagi pose berdiri yang suram si pemilik Rumah
 
   
  +
Tapi, biasanya tidak ada orang yang peduli dengan menentukan seorang NPC, karena mereka sudah sangat jelas dengan sekali pandang. Berbeda dengan darah dan daging manusia yang beroperasi melalui NerveGear, NPC yang dikontrol sistem punya karakteristik unik. Setelah terpenjara di dalam SAO selama dua tahun, siapapun bisa tahu apakah orang lain adalah pemain atau NPC tanpa berpikir sekalipun—selagi aku memikirkannya, otakku memeriksa lagi pose berdiri yang suram si pemilik Rumah Algade itu.
Algade itu.
 
   
 
Lalu, mataku terbuka lebar keheranan.
 
Lalu, mataku terbuka lebar keheranan.
Line 169: Line 43:
 
Asuna tersenyum senang untuk beberapa alasan.
 
Asuna tersenyum senang untuk beberapa alasan.
   
Senyumannya, yang belum berubah sejak pertama kali kita
+
Senyumannya, yang belum berubah sejak pertama kali kita bertemu, tembus menembak hatiku, kapan pun hal ini terjadi, aku selalu merentangkan tanganku untuk menggapainya sambil kepusingan. Tapi kali ini, wajah si pemilik Rumah Algade yang mengambang-ambang di kepalaku mencegahnya.
   
  +
Aku menggaruk kepalaku untuk mendorong bayang-bayang tak menyenangkan itu keluar.
bertemu, tembus menembak hatiku, kapan pun hal ini terjadi,
 
   
  +
"Tidak, tetapi apa mungkin seseorang bisa tidak dikenali apakah dia pemain atau NPC? Aku yakin pasti ada cara sederhana untuk memeriksanya......"
aku selalu merentangkan tanganku untuk menggapainya sambil
 
   
  +
"Bagaimana kalau memeriksa reaksinya setelah diserang? Tapi begitu kita memakai berbagai macam metode nekad dan ternyata dia adalah pemain, kita tidak akan bisa kembali ke toko itu lagi. ......Yah, sekarang, aku tidak ingin kembali ke sana juga sih."
kepusingan. Tapi kali ini, wajah si pemilik Rumah Algade
 
 
yang mengambang-ambang di kepalaku mencegahnya.
 
 
Aku menggaruk kepalaku untuk mendorong bayang-bayang tak
 
 
menyenangkan itu keluar.
 
 
"Tidak, tetapi apa mungkin seseorang bisa tidak dikenali
 
 
apakah dia pemain atau NPC? Aku yakin pasti ada cara
 
 
sederhana untuk memeriksanya......"
 
 
"Bagaimana kalau memeriksa reaksinya setelah diserang? Tapi
 
 
begitu kita memakai berbagai macam metode nekad dan
 
 
ternyata dia adalah pemain, kita tidak akan bisa kembali ke
 
 
toko itu lagi. ......Yah, sekarang, aku tidak ingin kembali
 
 
ke sana juga sih."
 
   
 
"Tidak, aku terganggu, benar-benar terganggu."
 
"Tidak, aku terganggu, benar-benar terganggu."
Line 203: Line 55:
 
Asuna lekas menggelengkan kepalanya dan menghela nafas.
 
Asuna lekas menggelengkan kepalanya dan menghela nafas.
   
"......Kirito-kun, apa sih yang kamu suka dari toko itu?
+
"......Kirito-kun, apa sih yang kamu suka dari toko itu? Sudah setengah tahun sejak pertama kali kamu membawaku ke sana, aku benar-benar tidak mengerti......"
   
  +
"Tentang itu, aku sendiri tidak tahu alasannya. Atmosfer yang tidak ramah, makanannya buruk...... tapi sekali-sekali aku tidak bisa menahan dorongan untuk mencoba ramen misterius itu lagi."
Sudah setengah tahun sejak pertama kali kamu membawaku ke
 
   
  +
"Itu bukan ramen sih, ......Yah, kenapa tidak tanya saja? Anda NPC atau pemain, seperti itu."
sana, aku benar-benar tidak mengerti......"
 
   
  +
Karena sudah mempertimbangkan ide Asuna beberapa detik lalu, aku menggelengkan kepala.
"Tentang itu, aku sendiri tidak tahu alasannya. Atmosfer
 
   
  +
"Tidak, pasti gagal. Ketidakramahan pemilik toko itu seperti sepuluh Heathcliff digabung. Aku yakin sepenuhnya pertanyaan kita akan diabaikan. Yah, tempat itu juga tempat yang bagus sih.”
yang tidak ramah, makanannya buruk...... tapi sekali-sekali
 
   
  +
"B..Benar, ......kita biarkan saja sebagai misteri. Maaf karena aku sudah memulai topik aneh, kamu mau kue lagi?"
aku tidak bisa menahan dorongan untuk mencoba ramen
 
   
  +
Setelah mengatakannya, Asuna berdiri, tapi aku lekas menggenggam tangan kirinya dan menariknya kembali.
misterius itu lagi."
 
 
"Itu bukan ramen sih, ......Yah, kenapa tidak tanya saja?
 
 
Anda NPC atau pemain, seperti itu."
 
 
Karena sudah mempertimbangkan ide Asuna beberapa detik
 
 
lalu, aku menggelengkan kepala.
 
 
"Tidak, pasti gagal. Ketidakramahan pemilik toko itu
 
 
seperti sepuluh Heathcliff digabung. Aku yakin sepenuhnya
 
 
pertanyaan kita akan diabaikan. Yah, tempat itu juga tempat
 
 
yang bagus sih.”
 
 
"B..Benar, ......kita biarkan saja sebagai misteri. Maaf
 
 
karena aku sudah memulai topik aneh, kamu mau kue lagi?"
 
 
Setelah mengatakannya, Asuna berdiri, tapi aku lekas
 
 
menggenggam tangan kirinya dan menariknya kembali.
 
   
 
"......Tidak, tidak bisa kubiarkan."
 
"......Tidak, tidak bisa kubiarkan."
Line 245: Line 73:
 
"Eh?"
 
"Eh?"
   
"Merasa gelisah lagi dan lagi seperti ini akan jadi tak
+
"Merasa gelisah lagi dan lagi seperti ini akan jadi tak tertahankan, aku tidak bisa kembali ke garis depan sampai aku tahu pemilik toko itu manusia atau NPC."
 
tertahankan, aku tidak bisa kembali ke garis depan sampai
 
 
aku tahu pemilik toko itu manusia atau NPC."
 
 
Begitu mendengarnya, 'Jangan berbicara seperti itu!'
 
 
terlihat jelas pada ekspresi Asuna, tapi dia duduk lagi
 
 
tanpa mengatakannya.
 
 
"......Tapi, kalau begitu, kita harus berbuat apa? Aku
 
 
tidak tahu cara apapun untuk memastikannya, dan bertanya
 
 
juga tidak mungkin kan?"
 
 
"Tidak, ada satu cara. Singkatnya, cuma melihat kursor saat
 
 
si pemilik itu di luar toko sudah cukup. Sebagai seorang
 
   
  +
Begitu mendengarnya, 'Jangan berbicara seperti itu!' terlihat jelas pada ekspresi Asuna, tapi dia duduk lagi tanpa mengatakannya.
pemain, dia pastinya perlu keluar untuk membeli bahan
 
   
  +
"......Tapi, kalau begitu, kita harus berbuat apa? Aku tidak tahu cara apapun untuk memastikannya, dan bertanya juga tidak mungkin kan?"
makanan, sedangkan NPC juga punya perilaku spesifik seperti
 
   
  +
"Tidak, ada satu cara. Singkatnya, cuma melihat kursor saat si pemilik itu di luar toko sudah cukup. Sebagai seorang pemain, dia pastinya perlu keluar untuk membeli bahan makanan, sedangkan NPC juga punya perilaku spesifik seperti bersih-bersih di luar toko."
bersih-bersih di luar toko."
 
   
 
"..................Ja..Jangan bilang..."
 
"..................Ja..Jangan bilang..."
   
Wajah Asuna menjadi kaku dan dia mencoba melarikan diri
+
Wajah Asuna menjadi kaku dan dia mencoba melarikan diri dari sofa lagi, tapi kurebut kedua bahunya dan berkata,
   
  +
"Oke, besok ayo berkemah disana jam enam pagi. Ada gang kosong di seberang jalan, kita tidak akan dicurigai kalau mengintai dari situ."
dari sofa lagi, tapi kurebut kedua bahunya dan berkata,
 
 
"Oke, besok ayo berkemah disana jam enam pagi. Ada gang
 
 
kosong di seberang jalan, kita tidak akan dicurigai kalau
 
 
mengintai dari situ."
 
   
 
"..................Dingin, pastinya, sangat dingin."
 
"..................Dingin, pastinya, sangat dingin."
   
"Iya, kita butuh perlengkapan tahan dingin! Aku yakin kita
+
"Iya, kita butuh perlengkapan tahan dingin! Aku yakin kita punya cukup untuk kita berdua di gudang, lalu kotak makanan juga diisi dengan bahan-bahan yang menambah ketahanan dingin. Persiapannya sekarang sempurna, kuserahkan padamu Asuna!"
   
  +
Terhadap kata-kataku yang menyembur keluar, wajah Asuna menjadi sangat kompleks lalu merespon dengan 'Oh~'. Tapi antusiasme tampak hilang dari ucapannya karena beberapa alasan.
punya cukup untuk kita berdua di gudang, lalu kotak makanan
 
 
juga diisi dengan bahan-bahan yang menambah ketahanan
 
 
dingin. Persiapannya sekarang sempurna, kuserahkan padamu
 
 
Asuna!"
 
 
Terhadap kata-kataku yang menyembur keluar, wajah Asuna
 
 
menjadi sangat kompleks lalu merespon dengan 'Oh~'. Tapi
 
 
antusiasme tampak hilang dari ucapannya karena beberapa
 
 
alasan.
 
   
   
Line 309: Line 97:
 
Hari berikutnya.
 
Hari berikutnya.
   
Selagi hari masih gelap, mengenakan mantel bulu yang tebal,
+
Selagi hari masih gelap, mengenakan mantel bulu yang tebal, kita memasuki posisi observasi di jembatan pejalan kaki di seberang atap Rumah Algade.
 
kita memasuki posisi observasi di jembatan pejalan kaki di
 
 
seberang atap Rumah Algade.
 
   
 
Enam jam kemudian.
 
Enam jam kemudian.
   
Kita dipaksa mundur setelah menyadari bahwa harapan kita
+
Kita dipaksa mundur setelah menyadari bahwa harapan kita tidak membuahkan hasil.
 
tidak membuahkan hasil.
 
   
   
Line 325: Line 107:
 
"......Dia tidak keluar sama sekali, ya kan!"
 
"......Dia tidak keluar sama sekali, ya kan!"
   
Di kafe terbuka sekitar jalan utama, Asuna protes setelah
+
Di kafe terbuka sekitar jalan utama, Asuna protes setelah dengan cepat meminum susu panas dan meletakkan cangkir kosongnya kembali ke meja.
 
dengan cepat meminum susu panas dan meletakkan cangkir
 
 
kosongnya kembali ke meja.
 
 
"Bahkan sebelum itu, tirai tandanya ditinggal saat malam,
 
 
dan juga tidak ada indikasi pembersihan bagian luar. Aku
 
 
sangat terganggu!"
 
 
"............Hee-hee maaf<ref>Disini Kirito bicara maaf
 
   
  +
"Bahkan sebelum itu, tirai tandanya ditinggal saat malam, dan juga tidak ada indikasi pembersihan bagian luar. Aku sangat terganggu!"
dengan nada kekanakan yang mengesalkan, tapi karena tidak
 
   
tahu padanan bahasa Indonesianya...</ref> tentang itu."
+
"............Hee-hee maaf<ref>Disini Kirito bicara maaf dengan nada kekanakan yang mengesalkan, tapi karena tidak tahu padanan bahasa Indonesianya...</ref> tentang itu."
   
 
Pertama aku harus minta maaf atas nama si pemilik toko.
 
Pertama aku harus minta maaf atas nama si pemilik toko.
   
  +
Tingkat kelesuan Rumah Algade jauh lebih tinggi dari yang diperkirakan. Sang pemilik toko tidak pernah keluar untuk membeli persediaan maupun membersihkan bagian luar. Satu-satunya perubahan yang kita amati adalah pelat tanda di pintu gesernya, yang berubah dari "Tutup" ke "Buka" pukul sepuluh. Tentu saja, tindakan itu saja belum cukup untuk menentukan apakah dia pemain atau NPC.
Tingkat kelesuan Rumah Algade jauh lebih tinggi dari yang
 
   
  +
".............Hmm, tapi bahan makanannya harusnya akan habis...... Lalu dia pastinya harus keluar untuk menyetok ulang......"
diperkirakan. Sang pemilik toko tidak pernah keluar untuk
 
   
  +
Usai menyelesaikan celotehanku, Asuna membalas dengan tatapan tajam ke arahku,
membeli persediaan maupun membersihkan bagian luar. Satu-
 
   
  +
"......Terus, kamu sungguhan mau menunggu sampai itu terjadi? Kalau kamu pikirkan lagi, toko itu bahkan tidak punya pelanggan, berapa hari lagi sampai bahan makanannya habis? Aku tidak akan kaget kalau ternyata butuh waktu berminggu-minggu! Aku tidak akan melakukan itu!"
satunya perubahan yang kita amati adalah pelat tanda di
 
 
pintu gesernya, yang berubah dari "Tutup" ke "Buka" pukul
 
 
sepuluh. Tentu saja, tindakan itu saja belum cukup untuk
 
 
menentukan apakah dia pemain atau NPC.
 
 
".............Hmm, tapi bahan makanannya harusnya akan
 
 
habis...... Lalu dia pastinya harus keluar untuk menyetok
 
 
ulang......"
 
 
Usai menyelesaikan celotehanku, Asuna membalas dengan
 
 
tatapan tajam ke arahku,
 
 
"......Terus, kamu sungguhan mau menunggu sampai itu
 
 
terjadi? Kalau kamu pikirkan lagi, toko itu bahkan tidak
 
 
punya pelanggan, berapa hari lagi sampai bahan makanannya
 
 
habis? Aku tidak akan kaget kalau ternyata butuh waktu
 
 
berminggu-minggu! Aku tidak akan melakukan itu!"
 
   
 
"Ma..Maaf......"
 
"Ma..Maaf......"
Line 383: Line 127:
 
Aku minta maaf lagi, lalu berpikir mati-matian.
 
Aku minta maaf lagi, lalu berpikir mati-matian.
   
Sesuatu—, pasti ada suatu cara. Cara untuk memastikan
+
Sesuatu—, pasti ada suatu cara. Cara untuk memastikan apakah dia pemain atau bukan, tanpa dia perlu mengambil selangkah pun keluar dari tokonya.
   
  +
Kalau kita tidak bisa memeriksa orangnya, bagaimana dengan tokonya? Apa ada cara untuk menentukan apakah tokonya itu toko pemain atau toko NPC? Jelas toko itu buatan pemain jika ia berdiri tegak diantara bangunan-bangunan elegan di jalanan Salemburg. Tapi ini Algade, kota paling kacau di Aincrad, ada banyak toko yang sama mencurigakannya begitu kita memasuki jalan belakang.
apakah dia pemain atau bukan, tanpa dia perlu mengambil
 
   
  +
—Ini tidak baik. Sudah termasuk di dalam kelompok clearing<ref>Clearing = Kelompok pemain yang menyelesaikan game di garis depan</ref> selama dua tahun di Aincrad ini, menerima julukan «Black Swordsman», tapi tidak mampu menentukan apakah orang itu pemain atau NPC. Benar-benar memalukan.
selangkah pun keluar dari tokonya.
 
   
  +
Senyum mengejek diri sendiri mengambang ke wajahku, lalu— Sebuah ide terbesit di otakku.
Kalau kita tidak bisa memeriksa orangnya, bagaimana dengan
 
 
tokonya? Apa ada cara untuk menentukan apakah tokonya itu
 
 
toko pemain atau toko NPC? Jelas toko itu buatan pemain
 
 
jika ia berdiri tegak diantara bangunan-bangunan elegan di
 
 
jalanan Salemburg. Tapi ini Algade, kota paling kacau di
 
 
Aincrad, ada banyak toko yang sama mencurigakannya begitu
 
 
kita memasuki jalan belakang.
 
 
—Ini tidak baik. Sudah termasuk di dalam kelompok
 
 
clearing<ref>Clearing = Kelompok pemain yang menyelesaikan
 
 
game di garis depan</ref> selama dua tahun di Aincrad ini,
 
 
menerima julukan «Black Swordsman», tapi tidak mampu
 
 
menentukan apakah orang itu pemain atau NPC. Benar-benar
 
 
memalukan.
 
 
Senyum mengejek diri sendiri mengambang ke wajahku, lalu—
 
 
Sebuah ide terbesit di otakku.
 
   
 
"I...... Itu dia!"
 
"I...... Itu dia!"
Line 425: Line 141:
 
Meski Asuna melirikku dengan skeptis, aku terus mengoceh,
 
Meski Asuna melirikku dengan skeptis, aku terus mengoceh,
   
  +
"Kalau bahannya tidak akan habis, kita tinggal menghabiskannya sendiri! Dengar, untuk restoran NPC, istilah kehabisan stok tidak ada dari awalnya, makanannya cuma muncul begitu saja dari dapur. Tapi toko pemain berbeda, penjaga tokonya harus membeli stok atau makanannya tidak bisa dibuat. Artinya......"
"Kalau bahannya tidak akan habis, kita tinggal
 
 
menghabiskannya sendiri! Dengar, untuk restoran NPC,
 
 
istilah kehabisan stok tidak ada dari awalnya, makanannya
 
 
cuma muncul begitu saja dari dapur. Tapi toko pemain
 
 
berbeda, penjaga tokonya harus membeli stok atau makanannya
 
 
tidak bisa dibuat. Artinya......"
 
 
Di titik ini Asuna mendadak bangkit dari meja dan mencoba
 
 
melesat kabur.
 
Tapi fokusku dalam meningkatkan stat Ketangkasan
 
 
menunjukkan hasilnya, tangannya tertangkap sebelum dia
 
   
  +
Di titik ini Asuna mendadak bangkit dari meja dan mencoba melesat kabur.
mengambil jarak sedikitpun.
 
  +
Tapi fokusku dalam meningkatkan stat Ketangkasan menunjukkan hasilnya, tangannya tertangkap sebelum dia mengambil jarak sedikitpun.
   
 
"—Kita cuma harus memakannya! Apapun dari menu toko itu!"
 
"—Kita cuma harus memakannya! Apapun dari menu toko itu!"
   
"Tidak mau! Bagaimana kalau itu restoran NPC? Makanan yang
+
"Tidak mau! Bagaimana kalau itu restoran NPC? Makanan yang tak terhingga banyaknya akan terus keluar, kan?"
   
  +
"Kalau begitu, kita akan tahu kalau dia NPC kan? Ayo pergi sekarang! Masalahnya—Yang mana yang kita pilih dari menu. «Algade Soba», «Algade Panggang», atau «Algade Rebus»...... ?? Asuna, kamu suka yang mana?"
tak terhingga banyaknya akan terus keluar, kan?"
 
   
  +
Wakil ketua guild Knights of Blood, pengguna rapier yang dijuluki «The Flash» menembakkan tatapannya ke arahku yang mampu membuat lubang kecil di tengah dahiku usai mendengar pertanyaanku.
"Kalau begitu, kita akan tahu kalau dia NPC kan? Ayo pergi
 
   
  +
Beberapa lama kemudian, dia kembali duduk di kursi dan berujar,
sekarang! Masalahnya—Yang mana yang kita pilih dari menu.
 
   
  +
"«Rebus» jelas bukan, ......«Panggang» yang kadang-kadang mengandung benda aneh juga bukan."
«Algade Soba», «Algade Panggang», atau «Algade Rebus»......
 
   
  +
"Kalau begitu «Soba». Ya, cocok untuk tantangan ini juga, karena kita makan itu saat pertama kali ke sini."
?? Asuna, kamu suka yang mana?"
 
   
  +
"............Benar, tapi bukannya kita mengajak ketua guild juga waktu itu?"<ref>Mengacu pada kejadian di jilid 8 'Sebuah Kasus Pembunuhan di dalam Area'</ref>
Wakil ketua guild Knights of Blood, pengguna rapier yang
 
   
  +
Saat aku mencoba mengingatnya dengan serius, Asuna langsung menggelengkan kepalanya.
dijuluki «The Flash» menembakkan tatapannya ke arahku yang
 
   
  +
"Cuma bercanda. —Kalau begitu, kapan kita akan melakukannya?"
mampu membuat lubang kecil di tengah dahiku usai mendengar
 
 
pertanyaanku.
 
 
Beberapa lama kemudian, dia kembali duduk di kursi dan
 
 
berujar,
 
 
"«Rebus» jelas bukan, ......«Panggang» yang kadang-kadang
 
 
mengandung benda aneh juga bukan."
 
 
"Kalau begitu «Soba». Ya, cocok untuk tantangan ini juga,
 
 
karena kita makan itu saat pertama kali ke sini."
 
 
"............Benar, tapi bukannya kita mengajak ketua guild
 
 
juga waktu itu?"<ref>Mengacu pada kejadian di jilid 8
 
 
'Sebuah Kasus Pembunuhan di dalam Area'</ref>
 
 
Saat aku mencoba mengingatnya dengan serius, Asuna langsung
 
 
menggelengkan kepalanya.
 
 
"Cuma bercanda. —Kalau begitu, kapan kita akan
 
 
melakukannya?"
 
   
 
Aku menyeringai sambil berdiri, dan berkata,
 
Aku menyeringai sambil berdiri, dan berkata,
Line 502: Line 174:
 
Beberapa menit kemudian.
 
Beberapa menit kemudian.
   
Asuna dan aku berdiri di depan toko makanan itu, yang
+
Asuna dan aku berdiri di depan toko makanan itu, yang sebentar lagi akan menjadi medan pertempuran duel satu arah kami.
 
sebentar lagi akan menjadi medan pertempuran duel satu arah
 
 
kami.
 
   
 
"............Ini saatnya."
 
"............Ini saatnya."
   
Setelah memastikan dengan anggukan dari pasanganku— Tangan
+
Setelah memastikan dengan anggukan dari pasanganku— Tangan kiriku meminggirkan tirai tanda yang kotor, sedang tangan kananku membuka paksa pintu gesernya.
 
kiriku meminggirkan tirai tanda yang kotor, sedang tangan
 
 
kananku membuka paksa pintu gesernya.
 
   
 
"Selamat datang."
 
"Selamat datang."
   
Suara salam yang biasa di dalam konter terucap bukan lain
+
Suara salam yang biasa di dalam konter terucap bukan lain oleh sang pemilik toko. Aku duduk di konter alih-alih mejaku yang biasa. Segera setelah Asuna duduk di sampingku, aku mulai memesan.
 
oleh sang pemilik toko. Aku duduk di konter alih-alih
 
 
mejaku yang biasa. Segera setelah Asuna duduk di sampingku,
 
 
aku mulai memesan.
 
   
 
"Dua Algade Soba."
 
"Dua Algade Soba."
   
  +
Si pemilik toko menyiapkan mangkoknya tanpa menjawab, dua bola mie yang misterius dilemparkan ke panci yang besar. Dari tindakan-tindakan ini, masih belum memungkinkan untuk memastikan apakah dia pemain atau bukan. Beberapa lama kemudian, si pemilik toko menggunakan sumpit panjang untuk memindahkan mie yang sudah mereda ke mangkok, penukaran air panas, yang diperlukan di dunia nyata, tampak tak diperlukan disini. Dia menempatkan daging yang diiris tipis, segumpal sayuran yang telah direbus, dan telur setengah matang, lalu menuangkan sop berwarna terang ke dalam mangkok.
Si pemilik toko menyiapkan mangkoknya tanpa menjawab, dua
 
   
  +
Dua mangkok telah berbaris di konter, sebuah efek suara berdering ketika aku menarik soba itu dari tempat penyimpananku.
bola mie yang misterius dilemparkan ke panci yang besar.
 
   
  +
Kita berdua mengambil sumpit dan berucap 'Itadakimasu'<ref>Itadakimasu = Ucapan yang dikatakan orang Jepang sebelum makan</ref> bersamaan. Inilah awal ronde pertama pertempuran.
Dari tindakan-tindakan ini, masih belum memungkinkan untuk
 
   
  +
Mengenai kuliner di Aincrad, cita rasanya dibuat ulang dari set data cita rasa awal, namun, dengan bumbu tambahan, orang bisa memodifikasi rasanya lebih jauh lagi. Misalnya, Steak Coklat, yang merupakan harga diri Asuna, dibuat dengan mencampur sedikit set bumbu ke dalam cita rasa saus siap-buat. Dengan kata lain, dengan bantuan tangan pemain, cita rasa masakan bisa diperkuat, dan dalam kebanyakan kasus, memperkaya cita rasanya.
memastikan apakah dia pemain atau bukan. Beberapa lama
 
   
  +
—Tapi cukup ajaib untuk mengatakan perasaan «Bahkan tidak ada satu rasa pun» dari Algade Soba adalah hasil dari bantuan tangan pemain. Meski sop itu telah ditambahkan bumbu, kekuatan cita rasanya seakan telah dicairkan ke dimensi lain, bagai lukisan yang latarnya tertulis tegas tetapi subyeknya tidak ada.
kemudian, si pemilik toko menggunakan sumpit panjang untuk
 
   
  +
Mungkin yang menarikku kembali ke toko ini adalah rasa yang hilang itu, hari dimana hidangan ini akan «Lengkap», harapan singkat seperti itu— Tapi tentu, entah kenapa aku tahu momen itu tidak akan pernah datang.
memindahkan mie yang sudah mereda ke mangkok, penukaran air
 
   
  +
Selagi aku asyik melamun, Asuna, yang ekspresi wajahnya bisa terbaca sebagai 'Kenapa ini terjadi padaku' ada di sampingku. Kita selesai makan di saat yang bersamaan.
panas, yang diperlukan di dunia nyata, tampak tak
 
 
diperlukan disini. Dia menempatkan daging yang diiris
 
 
tipis, segumpal sayuran yang telah direbus, dan telur
 
 
setengah matang, lalu menuangkan sop berwarna terang ke
 
 
dalam mangkok.
 
 
Dua mangkok telah berbaris di konter, sebuah efek suara
 
 
berdering ketika aku menarik soba itu dari tempat
 
 
penyimpananku.
 
 
Kita berdua mengambil sumpit dan berucap
 
 
'Itadakimasu'<ref>Itadakimasu = Ucapan yang dikatakan orang
 
 
Jepang sebelum makan</ref> bersamaan. Inilah awal ronde
 
 
pertama pertempuran.
 
 
Mengenai kuliner di Aincrad, cita rasanya dibuat ulang dari
 
 
set data cita rasa awal, namun, dengan bumbu tambahan,
 
 
orang bisa memodifikasi rasanya lebih jauh lagi. Misalnya,
 
 
Steak Coklat, yang merupakan harga diri Asuna, dibuat
 
 
dengan mencampur sedikit set bumbu ke dalam cita rasa saus
 
 
siap-buat. Dengan kata lain, dengan bantuan tangan pemain,
 
 
cita rasa masakan bisa diperkuat, dan dalam kebanyakan
 
 
kasus, memperkaya cita rasanya.
 
 
—Tapi cukup ajaib untuk mengatakan perasaan «Bahkan tidak
 
 
ada satu rasa pun» dari Algade Soba adalah hasil dari
 
 
bantuan tangan pemain. Meski sop itu telah ditambahkan
 
 
bumbu, kekuatan cita rasanya seakan telah dicairkan ke
 
 
dimensi lain, bagai lukisan yang latarnya tertulis tegas
 
 
tetapi subyeknya tidak ada.
 
 
Mungkin yang menarikku kembali ke toko ini adalah rasa yang
 
 
hilang itu, hari dimana hidangan ini akan «Lengkap»,
 
 
harapan singkat seperti itu— Tapi tentu, entah kenapa aku
 
 
tahu momen itu tidak akan pernah datang.
 
 
Selagi aku asyik melamun, Asuna, yang ekspresi wajahnya
 
 
bisa terbaca sebagai 'Kenapa ini terjadi padaku' ada di
 
 
sampingku. Kita selesai makan di saat yang bersamaan.
 
   
 
Kukembalikan mangkok kosongnya ke konter— lalu berkata,
 
Kukembalikan mangkok kosongnya ke konter— lalu berkata,
Line 610: Line 204:
 
"......Dua Algade Soba, tambah!"
 
"......Dua Algade Soba, tambah!"
   
Ada sedikit jeda di tindakan si pemilik toko, tapi mungkin
+
Ada sedikit jeda di tindakan si pemilik toko, tapi mungkin itu cuma khayalanku saja. Wajah bulat pria berusia tiga puluh sampai empat puluhan di bawah gombak panjangnya tidak berekspresi sama sekali, sang pemilik toko melempar dua bola mie ke panci besarnya.
   
  +
Mulai dari saat itu, pertempuran tiada akhir antara aku dan Asuna melawan si pemilik dimulai.
itu cuma khayalanku saja. Wajah bulat pria berusia tiga
 
   
  +
Tentu, apapun yang dimakan di Aincrad, tidak akan ada yang memasuki perut di tubuh dunia nyata. Tapi mesin reproduksi rasa menipu otak, yang berakibat perasaan ‘kenyang’ yang tak terhindarkan."
puluh sampai empat puluhan di bawah gombak panjangnya tidak
 
   
  +
Sejujurnya, perasaan itu sudah datang usai mangkok kedua habis, tetapi tidak ada jalan buatku untuk mundur.
berekspresi sama sekali, sang pemilik toko melempar dua
 
 
bola mie ke panci besarnya.
 
 
Mulai dari saat itu, pertempuran tiada akhir antara aku dan
 
 
Asuna melawan si pemilik dimulai.
 
 
Tentu, apapun yang dimakan di Aincrad, tidak akan ada yang
 
 
memasuki perut di tubuh dunia nyata. Tapi mesin reproduksi
 
 
rasa menipu otak, yang berakibat perasaan ‘kenyang’ yang
 
 
tak terhindarkan."
 
 
Sejujurnya, perasaan itu sudah datang usai mangkok kedua
 
 
habis, tetapi tidak ada jalan buatku untuk mundur.
 
   
 
"......Dua Algade Soba, tambah"
 
"......Dua Algade Soba, tambah"
   
Perasaan kenyang ini hanyalah halusinasi, soba ini cuma
+
Perasaan kenyang ini hanyalah halusinasi, soba ini cuma data digital. Yang artinya tidak ada yang menghalangiku untuk memakannya selamanya.
  +
Usai menipu diri seperti itu, aku menghabiskan mangkok ketiga dan melanjutkan ke mangkok keempat. Ada juga Asuna, yang selalu bisa kuandalkan dalam pertempuran besar, dia berada pada tempo yang persis sama denganku.
 
data digital. Yang artinya tidak ada yang menghalangiku
 
 
untuk memakannya selamanya.
 
Usai menipu diri seperti itu, aku menghabiskan mangkok
 
 
ketiga dan melanjutkan ke mangkok keempat. Ada juga Asuna,
 
 
yang selalu bisa kuandalkan dalam pertempuran besar, dia
 
 
berada pada tempo yang persis sama denganku.
 
 
—Namun segera setelah dia menyelesaikan sup dari mangkok
 
   
  +
—Namun segera setelah dia menyelesaikan sup dari mangkok kelima,
kelima,
 
   
 
"............Kirito-kun, maafkan aku."
 
"............Kirito-kun, maafkan aku."
Line 659: Line 223:
 
Bisikan samar bergaung dari mangkok yang dihabiskannya.
 
Bisikan samar bergaung dari mangkok yang dihabiskannya.
   
"Aku..tidak kuat lagi, aku harus menyerahkan sisanya
+
"Aku..tidak kuat lagi, aku harus menyerahkan sisanya padamu...... Kebenarannya..kamu harus..temukan......"
   
  +
Rambutnya yang berwarna kastanye berkibar, lalu «The Flash» tumbang di konter.
padamu...... Kebenarannya..kamu harus..temukan......"
 
 
Rambutnya yang berwarna kastanye berkibar, lalu «The Flash»
 
 
tumbang di konter.
 
   
 
—ASUNAaaaaaaaa??!!
 
—ASUNAaaaaaaaa??!!
   
  +
Aku ingin meneriakkannya, tapi melakukannya bisa menyebabkan perut virtualku membalikkan sesuatu keluar, jadi aku membatasi diriku untuk hanya mengatakan 'Otsu'.<ref>Otsu = Singkatan dari Otsukaresama yang artinya ‘Terima kasih atas kerja kerasnya.’</ref>
Aku ingin meneriakkannya, tapi melakukannya bisa
 
 
menyebabkan perut virtualku membalikkan sesuatu keluar,
 
 
jadi aku membatasi diriku untuk hanya mengatakan
 
 
'Otsu'.<ref>Otsu = Singkatan dari Otsukaresama yang artinya
 
 
‘Terima kasih atas kerja kerasnya.’</ref>
 
   
 
Kuangkat wajahku dan membelalaki si pemilik toko,
 
Kuangkat wajahku dan membelalaki si pemilik toko,
Line 685: Line 237:
 
Aku juga mendekati batas.
 
Aku juga mendekati batas.
   
Demi Asuna, aku tidak bisa kalah disini. Namun saat
+
Demi Asuna, aku tidak bisa kalah disini. Namun saat menghisap mangkok keenam yang berisi sesuatu yang bukan ramen, aku tak mampu menghentikan rasa takut yang bertumbuh di dalamku.
   
  +
—Mungkin dia memang benar NPC? Setelah semua yang kita lakukan, mie dan supnya masih muncul keluar tanpa jeda. Apa aku menantangnya dalam pertarungan dimana kita tidak punya peluang untuk menang?
menghisap mangkok keenam yang berisi sesuatu yang bukan
 
   
  +
—Tidak, meski mungkin memang begitu, belum waktunya untuk tumbang. Demi Asuna.
ramen, aku tak mampu menghentikan rasa takut yang bertumbuh
 
 
di dalamku.
 
 
—Mungkin dia memang benar NPC? Setelah semua yang kita
 
 
lakukan, mie dan supnya masih muncul keluar tanpa jeda. Apa
 
 
aku menantangnya dalam pertarungan dimana kita tidak punya
 
 
peluang untuk menang?
 
 
—Tidak, meski mungkin memang begitu, belum waktunya untuk
 
 
tumbang. Demi Asuna.
 
   
 
Mangkok ketujuh.
 
Mangkok ketujuh.
Line 709: Line 247:
 
Mangkok kedelapan.
 
Mangkok kedelapan.
   
Bar HP perutku sekarang sudah merah tua, tapi ekspresi si
+
Bar HP perutku sekarang sudah merah tua, tapi ekspresi si pemilik toko masih tetap tak berubah. Kuhirup mie itu satu persatu, sambil memikirkan cara untuk membalikkan arus situasi pertempuran saat ini.
   
  +
Jika ini adalah toko ramen sungguhan, akan ada lada, tepung ikan, atau bawang di konternya. Sehingga menyantap nikmat bagian yang belakangan dengan mengubah rasanya itu mungkin. Tapi toko ini tidak memiliki hal sebagus itu. Hanya ada satu cara, dengan «Algade Rebus» sebagai pengecualian, mencampur dua masakan yang lain itu mungkin, tapi melakukannya sama saja dengan menghentikan diri sendiri dengan tikaman. Kenapa «Rebus»? Aku pernah menemani Cline dan kami memesan «Algade Rebus», kami berdua bilang 'Menyerah' cuma setelah dua suap, memang menu legenda.
pemilik toko masih tetap tak berubah. Kuhirup mie itu satu
 
 
persatu, sambil memikirkan cara untuk membalikkan arus
 
 
situasi pertempuran saat ini.
 
 
Jika ini adalah toko ramen sungguhan, akan ada lada, tepung
 
 
ikan, atau bawang di konternya. Sehingga menyantap nikmat
 
 
bagian yang belakangan dengan mengubah rasanya itu mungkin.
 
 
Tapi toko ini tidak memiliki hal sebagus itu. Hanya ada
 
 
satu cara, dengan «Algade Rebus» sebagai pengecualian,
 
 
mencampur dua masakan yang lain itu mungkin, tapi
 
 
melakukannya sama saja dengan menghentikan diri sendiri
 
 
dengan tikaman. Kenapa «Rebus»? Aku pernah menemani Cline
 
 
dan kami memesan «Algade Rebus», kami berdua bilang
 
 
'Menyerah' cuma setelah dua suap, memang menu legenda.
 
   
 
—Jadi apa ini akhirnya?
 
—Jadi apa ini akhirnya?
   
Dalam kesadaranku yang makin memudar, aku mendengar suara
+
Dalam kesadaranku yang makin memudar, aku mendengar suara menghidupkan dari ingatan jauh.
 
menghidupkan dari ingatan jauh.
 
 
Wajah Asuna, yang sedang memakan Algade Soba denganku saat
 
 
pertama-tama, berucap,
 
   
  +
Wajah Asuna, yang sedang memakan Algade Soba denganku saat pertama-tama, berucap,
"Suatu hari aku ingin membuat saus kecap, kalau tidak
 
   
perasaan tidak enak ini tak akan pernah hilang."
+
"Suatu hari aku ingin membuat saus kecap, kalau tidak perasaan tidak enak ini tak akan pernah hilang."
   
 
"............!"
 
"............!"
   
Mataku terbuka penuh, dan tanganku yang gemetaran bergerak
+
Mataku terbuka penuh, dan tanganku yang gemetaran bergerak untuk membuka tempat penyimpanan bersama aku dan Asuna. Mencari diantara daftar item yang sangat banyak, kutemukan item sasaranku.
   
  +
Begitu kugenggam apa yang kucari-cari, aku memiringkannya di atas mangkok, cairan yang sedikit gelap mengalir turun dan segera menyebabkan warna kuning tipis sop itu berubah menjadi coklat. Wangi sedap yang tidak bisa dibandingkan dengan apapun, bau yang terbenam di dalam dasar ingatanku adalah— saus kecap. Hasil dari penelitian panjang Asuna, bumbu terhebat Aincrad yang tidak seorang pun bisa membuatnya kecuali dia.
untuk membuka tempat penyimpanan bersama aku dan Asuna.
 
   
  +
Setelah kutaruh botol kecil itu, kugenggam mangkoknya dan kuhirup sejumlah besar mie dan sop.
Mencari diantara daftar item yang sangat banyak, kutemukan
 
 
item sasaranku.
 
 
Begitu kugenggam apa yang kucari-cari, aku memiringkannya
 
 
di atas mangkok, cairan yang sedikit gelap mengalir turun
 
 
dan segera menyebabkan warna kuning tipis sop itu berubah
 
 
menjadi coklat. Wangi sedap yang tidak bisa dibandingkan
 
 
dengan apapun, bau yang terbenam di dalam dasar ingatanku
 
 
adalah— saus kecap. Hasil dari penelitian panjang Asuna,
 
 
bumbu terhebat Aincrad yang tidak seorang pun bisa
 
 
membuatnya kecuali dia.
 
 
Setelah kutaruh botol kecil itu, kugenggam mangkoknya dan
 
 
kuhirup sejumlah besar mie dan sop.
 
   
 
"............Ini dia."
 
"............Ini dia."
   
Aku berbisik dengan suara serak. Rasa ini. Yang telah
+
Aku berbisik dengan suara serak. Rasa ini. Yang telah kucari-cari, bentuk lengkap dari Soba Algade. Sudah ada disini sekarang.
   
  +
Kalau memakan ini, sebanyak apapun mangkok— Tidak, mungkin aku bisa makan lima mangkok lagi,aku masih bisa bertempur!
kucari-cari, bentuk lengkap dari Soba Algade. Sudah ada
 
 
disini sekarang.
 
 
Kalau memakan ini, sebanyak apapun mangkok— Tidak, mungkin
 
 
aku bisa makan lima mangkok lagi,aku masih bisa bertempur!
 
   
 
—Saat itu.
 
—Saat itu.
   
Ucapan yang belum pernah kudengar di dalam toko ini
+
Ucapan yang belum pernah kudengar di dalam toko ini menggema dari atas kepalaku.
 
menggema dari atas kepalaku.
 
   
 
"............Tuan, itu, boleh saya......coba?"
 
"............Tuan, itu, boleh saya......coba?"
   
Kuangkat wajahku yang kebingungan, mengangguk dan mendorong
+
Kuangkat wajahku yang kebingungan, mengangguk dan mendorong mangkokku kepadanya.
   
  +
Si pemilik yang misterius itu mengangkatnya dan memakan sesuap mie dan sop digabung. Dia menengadah beberapa saat sebelum menempatkan mangkoknya kembali di konter—
mangkokku kepadanya.
 
   
  +
Segera setelahnya, dua garis air mata mengalir dari balik gombak panjangnya.
Si pemilik yang misterius itu mengangkatnya dan memakan
 
   
  +
"............Ini dia. Rasa ini... dunia nyata... rasa toko saya!"
sesuap mie dan sop digabung. Dia menengadah beberapa saat
 
 
sebelum menempatkan mangkoknya kembali di konter—
 
 
Segera setelahnya, dua garis air mata mengalir dari balik
 
 
gombak panjangnya.
 
 
"............Ini dia. Rasa ini... dunia nyata... rasa toko
 
 
saya!"
 
   
 
—Jadi anda memang pemain!
 
—Jadi anda memang pemain!
Line 827: Line 295:
 
"............Toko anda, dimana lokasinya?"
 
"............Toko anda, dimana lokasinya?"
   
  +
"Hmm, di Ogikubo<ref>Distrik di Tokyo, dikenal sebagai tempat lahir ramen Tokyo</ref>, saya terhisap ke dalam NetGame jadi toko itu sudah berhenti beroperasi. Tapi begitu game ini selesai dan saya kembali ke sisi lain, saya akan membuka toko ramen lagi. Dengan ramen ini, juga «Panggang» dan «Rebus» juga akan tampil, jangan sungkan untuk datang."
"Hmm, di Ogikubo<ref>Distrik di Tokyo, dikenal sebagai
 
 
tempat lahir ramen Tokyo</ref>, saya terhisap ke dalam
 
 
NetGame jadi toko itu sudah berhenti beroperasi. Tapi
 
 
begitu game ini selesai dan saya kembali ke sisi lain, saya
 
 
akan membuka toko ramen lagi. Dengan ramen ini, juga
 
 
«Panggang» dan «Rebus» juga akan tampil, jangan sungkan
 
 
untuk datang."
 
 
Air mata mengalir menuruni wajahnya, kemana karakter
 
 
pendiam yang tadi? Selagi menonton pemilik toko yang telah
 
   
memperoleh momentum bicara, aku tumbang ke konter.
+
Air mata mengalir menuruni wajahnya, kemana karakter pendiam yang tadi? Selagi menonton pemilik toko yang telah memperoleh momentum bicara, aku tumbang ke konter.
   
 
Selagi kesadaranku memudar, Pikiran terakhirku adalah,
 
Selagi kesadaranku memudar, Pikiran terakhirku adalah,

Latest revision as of 15:20, 19 August 2014

Pertempuran Algade[edit]

(Lantai 22 Aincrad, Oktober 2024)

Di suatu sore, beberapa hari setelah hidup baruku yang telah menikah dengan Asuna dimulai, di dalam rumah kayu yang berada jauh di pelosok hutan lantai 22 Aincrad.

Selagi berbincang mengenai tempat yang sudah kita kunjungi siang tadi atau masakan yang kita makan, di atas sofa yang bertempat di depan perapian, Asuna tiba-tiba mengungkapkan pikirannya.

"Hei, Kirito-kun. Menurutku, mungkin orang itu bukan NPC melainkan pemain......"

".........Haa?"

Tidak mengerti topik yang mendadak, mulutku tetap sedikit terbuka. Sambil duduk berdampingan di atas sofa, bibirnya terus mengisap cangkir tehnya.

"Yaaa, pemilik toko itu, aku tadinya percaya dari sana kalau dia adalah NPC tanpa ragu...... Tapi hari ini, entah kenapa, waktu aku mengamati wajahnya, aku tiba-tiba merasa kalau orang itu sebenarnya adalah pemain."

Subyek pembicaraan kita adalah sebuah restoran. Letaknya jauh di belakang dari belakang dan bahkan lebih jauh lagi ke belakang dari bagian bawah blok kota utama «Algade» di lantai 50. Jika kita pergi ke sana tanpa peta, bukan saja sampai di sana, kembalinya pun akan sulit. Sebenarnya, «Restoran» bukan kata yang tepat untuk mendeskripsikannya, «Toko Makanan» akan lebih cocok. Namanya adalah «Rumah Algade».

Bangunannya terlihat seperti akan runtuh jika diterpa angin yang kuat. Ada tirai penanda yang tergantung pada pintu masuknya yang merupakan pintu geser. Bagian dalamnya berlantai batu—atau lebih tepatnya lantai beton yang polos, terdapat dua meja dan empat kursi lagi di konternya. Semua perabotannya memiliki aura murahan yang kuat, dan juga itu memang bukannya sengaja disusun agar terlihat murah.

Di menunya, hanya ada 3 pilihan. «Algade Soba[1]», «Algade Panggang» dan «Algade Rebus», tidak satu pun diantara ketiganya memiliki motivasi dibalik penamaannya. Mereka adalah, dari urutan menu, ramen yang tidak terlihat seperti ramen, okonomiyaki[2] yang tidak terlihat seperti okonomiyaki, dan yang terakhir, aku masih belum punya ide makanan apa itu seharusnya.

Pesanannya lalu dimasak oleh penjaga toko yang sama. Sewaktu Asuna bilang «pemilik toko itu», Pikiranku membayangkan si pemilik yang berpostur pendek memakai baju kerja putih dan toque[3] putih, yang wajah bulat tak diketahui umurnya tersembunyi di balik gombak[4] panjangnya, lalu akhirnya aku menjawab.

"......Pe..Pemain? ......tapi orang itu tidak mengatakan apa-apa......"

"Setidaknya dia bilang ‘Selamat Datang’ dan ‘Terima Kasih’."

"Tapi itu hal biasa untuk NPC. ......sebenarnya kalau kamu mengarahkan kursornya ke dia......"

Sampai di sini, aku menyadari sesuatu.

Ada perbedaan jelas antara pemain dengan NPC, memfokuskan pandangan pada suatu sasaran akan memunculkan «Kursor Berwarna». Meski keduanya sama-sama berwarna hijau, untuk seorang NPC, di bawah bar HP nya akan terpampang jelas "NPC". Tapi metode pembedaan ini tidak bisa bekerja di dalam toko, karena di dalam toko diklasifikasikan dalam bangunan, alasannya adalah pertimbangan sistem. Mungkin mustahil untuk makan dengan tenang jika kursornya terus muncul kapanpun melihat seseorang, jadi kalau aku memfokuskan tatapanku ke pemilik toko itu pun, kursornya tidak akan muncul.

Tapi, biasanya tidak ada orang yang peduli dengan menentukan seorang NPC, karena mereka sudah sangat jelas dengan sekali pandang. Berbeda dengan darah dan daging manusia yang beroperasi melalui NerveGear, NPC yang dikontrol sistem punya karakteristik unik. Setelah terpenjara di dalam SAO selama dua tahun, siapapun bisa tahu apakah orang lain adalah pemain atau NPC tanpa berpikir sekalipun—selagi aku memikirkannya, otakku memeriksa lagi pose berdiri yang suram si pemilik Rumah Algade itu.

Lalu, mataku terbuka lebar keheranan.

"......Ini buruk, entah kenapa aku tidak bisa yakin."

"............Iya kan?"

Asuna tersenyum senang untuk beberapa alasan.

Senyumannya, yang belum berubah sejak pertama kali kita bertemu, tembus menembak hatiku, kapan pun hal ini terjadi, aku selalu merentangkan tanganku untuk menggapainya sambil kepusingan. Tapi kali ini, wajah si pemilik Rumah Algade yang mengambang-ambang di kepalaku mencegahnya.

Aku menggaruk kepalaku untuk mendorong bayang-bayang tak menyenangkan itu keluar.

"Tidak, tetapi apa mungkin seseorang bisa tidak dikenali apakah dia pemain atau NPC? Aku yakin pasti ada cara sederhana untuk memeriksanya......"

"Bagaimana kalau memeriksa reaksinya setelah diserang? Tapi begitu kita memakai berbagai macam metode nekad dan ternyata dia adalah pemain, kita tidak akan bisa kembali ke toko itu lagi. ......Yah, sekarang, aku tidak ingin kembali ke sana juga sih."

"Tidak, aku terganggu, benar-benar terganggu."

Asuna lekas menggelengkan kepalanya dan menghela nafas.

"......Kirito-kun, apa sih yang kamu suka dari toko itu? Sudah setengah tahun sejak pertama kali kamu membawaku ke sana, aku benar-benar tidak mengerti......"

"Tentang itu, aku sendiri tidak tahu alasannya. Atmosfer yang tidak ramah, makanannya buruk...... tapi sekali-sekali aku tidak bisa menahan dorongan untuk mencoba ramen misterius itu lagi."

"Itu bukan ramen sih, ......Yah, kenapa tidak tanya saja? Anda NPC atau pemain, seperti itu."

Karena sudah mempertimbangkan ide Asuna beberapa detik lalu, aku menggelengkan kepala.

"Tidak, pasti gagal. Ketidakramahan pemilik toko itu seperti sepuluh Heathcliff digabung. Aku yakin sepenuhnya pertanyaan kita akan diabaikan. Yah, tempat itu juga tempat yang bagus sih.”

"B..Benar, ......kita biarkan saja sebagai misteri. Maaf karena aku sudah memulai topik aneh, kamu mau kue lagi?"

Setelah mengatakannya, Asuna berdiri, tapi aku lekas menggenggam tangan kirinya dan menariknya kembali.

"......Tidak, tidak bisa kubiarkan."

"Eh?"

"Merasa gelisah lagi dan lagi seperti ini akan jadi tak tertahankan, aku tidak bisa kembali ke garis depan sampai aku tahu pemilik toko itu manusia atau NPC."

Begitu mendengarnya, 'Jangan berbicara seperti itu!' terlihat jelas pada ekspresi Asuna, tapi dia duduk lagi tanpa mengatakannya.

"......Tapi, kalau begitu, kita harus berbuat apa? Aku tidak tahu cara apapun untuk memastikannya, dan bertanya juga tidak mungkin kan?"

"Tidak, ada satu cara. Singkatnya, cuma melihat kursor saat si pemilik itu di luar toko sudah cukup. Sebagai seorang pemain, dia pastinya perlu keluar untuk membeli bahan makanan, sedangkan NPC juga punya perilaku spesifik seperti bersih-bersih di luar toko."

"..................Ja..Jangan bilang..."

Wajah Asuna menjadi kaku dan dia mencoba melarikan diri dari sofa lagi, tapi kurebut kedua bahunya dan berkata,

"Oke, besok ayo berkemah disana jam enam pagi. Ada gang kosong di seberang jalan, kita tidak akan dicurigai kalau mengintai dari situ."

"..................Dingin, pastinya, sangat dingin."

"Iya, kita butuh perlengkapan tahan dingin! Aku yakin kita punya cukup untuk kita berdua di gudang, lalu kotak makanan juga diisi dengan bahan-bahan yang menambah ketahanan dingin. Persiapannya sekarang sempurna, kuserahkan padamu Asuna!"

Terhadap kata-kataku yang menyembur keluar, wajah Asuna menjadi sangat kompleks lalu merespon dengan 'Oh~'. Tapi antusiasme tampak hilang dari ucapannya karena beberapa alasan.


Hari berikutnya.

Selagi hari masih gelap, mengenakan mantel bulu yang tebal, kita memasuki posisi observasi di jembatan pejalan kaki di seberang atap Rumah Algade.

Enam jam kemudian.

Kita dipaksa mundur setelah menyadari bahwa harapan kita tidak membuahkan hasil.


"......Dia tidak keluar sama sekali, ya kan!"

Di kafe terbuka sekitar jalan utama, Asuna protes setelah dengan cepat meminum susu panas dan meletakkan cangkir kosongnya kembali ke meja.

"Bahkan sebelum itu, tirai tandanya ditinggal saat malam, dan juga tidak ada indikasi pembersihan bagian luar. Aku sangat terganggu!"

"............Hee-hee maaf[5] tentang itu."

Pertama aku harus minta maaf atas nama si pemilik toko.

Tingkat kelesuan Rumah Algade jauh lebih tinggi dari yang diperkirakan. Sang pemilik toko tidak pernah keluar untuk membeli persediaan maupun membersihkan bagian luar. Satu-satunya perubahan yang kita amati adalah pelat tanda di pintu gesernya, yang berubah dari "Tutup" ke "Buka" pukul sepuluh. Tentu saja, tindakan itu saja belum cukup untuk menentukan apakah dia pemain atau NPC.

".............Hmm, tapi bahan makanannya harusnya akan habis...... Lalu dia pastinya harus keluar untuk menyetok ulang......"

Usai menyelesaikan celotehanku, Asuna membalas dengan tatapan tajam ke arahku,

"......Terus, kamu sungguhan mau menunggu sampai itu terjadi? Kalau kamu pikirkan lagi, toko itu bahkan tidak punya pelanggan, berapa hari lagi sampai bahan makanannya habis? Aku tidak akan kaget kalau ternyata butuh waktu berminggu-minggu! Aku tidak akan melakukan itu!"

"Ma..Maaf......"

Aku minta maaf lagi, lalu berpikir mati-matian.

Sesuatu—, pasti ada suatu cara. Cara untuk memastikan apakah dia pemain atau bukan, tanpa dia perlu mengambil selangkah pun keluar dari tokonya.

Kalau kita tidak bisa memeriksa orangnya, bagaimana dengan tokonya? Apa ada cara untuk menentukan apakah tokonya itu toko pemain atau toko NPC? Jelas toko itu buatan pemain jika ia berdiri tegak diantara bangunan-bangunan elegan di jalanan Salemburg. Tapi ini Algade, kota paling kacau di Aincrad, ada banyak toko yang sama mencurigakannya begitu kita memasuki jalan belakang.

—Ini tidak baik. Sudah termasuk di dalam kelompok clearing[6] selama dua tahun di Aincrad ini, menerima julukan «Black Swordsman», tapi tidak mampu menentukan apakah orang itu pemain atau NPC. Benar-benar memalukan.

Senyum mengejek diri sendiri mengambang ke wajahku, lalu— Sebuah ide terbesit di otakku.

"I...... Itu dia!"

"............Apa?"

Meski Asuna melirikku dengan skeptis, aku terus mengoceh,

"Kalau bahannya tidak akan habis, kita tinggal menghabiskannya sendiri! Dengar, untuk restoran NPC, istilah kehabisan stok tidak ada dari awalnya, makanannya cuma muncul begitu saja dari dapur. Tapi toko pemain berbeda, penjaga tokonya harus membeli stok atau makanannya tidak bisa dibuat. Artinya......"

Di titik ini Asuna mendadak bangkit dari meja dan mencoba melesat kabur. Tapi fokusku dalam meningkatkan stat Ketangkasan menunjukkan hasilnya, tangannya tertangkap sebelum dia mengambil jarak sedikitpun.

"—Kita cuma harus memakannya! Apapun dari menu toko itu!"

"Tidak mau! Bagaimana kalau itu restoran NPC? Makanan yang tak terhingga banyaknya akan terus keluar, kan?"

"Kalau begitu, kita akan tahu kalau dia NPC kan? Ayo pergi sekarang! Masalahnya—Yang mana yang kita pilih dari menu. «Algade Soba», «Algade Panggang», atau «Algade Rebus»...... ?? Asuna, kamu suka yang mana?"

Wakil ketua guild Knights of Blood, pengguna rapier yang dijuluki «The Flash» menembakkan tatapannya ke arahku yang mampu membuat lubang kecil di tengah dahiku usai mendengar pertanyaanku.

Beberapa lama kemudian, dia kembali duduk di kursi dan berujar,

"«Rebus» jelas bukan, ......«Panggang» yang kadang-kadang mengandung benda aneh juga bukan."

"Kalau begitu «Soba». Ya, cocok untuk tantangan ini juga, karena kita makan itu saat pertama kali ke sini."

"............Benar, tapi bukannya kita mengajak ketua guild juga waktu itu?"[7]

Saat aku mencoba mengingatnya dengan serius, Asuna langsung menggelengkan kepalanya.

"Cuma bercanda. —Kalau begitu, kapan kita akan melakukannya?"

Aku menyeringai sambil berdiri, dan berkata,

"Hebat kan, kita belum makan siang di sini."


Beberapa menit kemudian.

Asuna dan aku berdiri di depan toko makanan itu, yang sebentar lagi akan menjadi medan pertempuran duel satu arah kami.

"............Ini saatnya."

Setelah memastikan dengan anggukan dari pasanganku— Tangan kiriku meminggirkan tirai tanda yang kotor, sedang tangan kananku membuka paksa pintu gesernya.

"Selamat datang."

Suara salam yang biasa di dalam konter terucap bukan lain oleh sang pemilik toko. Aku duduk di konter alih-alih mejaku yang biasa. Segera setelah Asuna duduk di sampingku, aku mulai memesan.

"Dua Algade Soba."

Si pemilik toko menyiapkan mangkoknya tanpa menjawab, dua bola mie yang misterius dilemparkan ke panci yang besar. Dari tindakan-tindakan ini, masih belum memungkinkan untuk memastikan apakah dia pemain atau bukan. Beberapa lama kemudian, si pemilik toko menggunakan sumpit panjang untuk memindahkan mie yang sudah mereda ke mangkok, penukaran air panas, yang diperlukan di dunia nyata, tampak tak diperlukan disini. Dia menempatkan daging yang diiris tipis, segumpal sayuran yang telah direbus, dan telur setengah matang, lalu menuangkan sop berwarna terang ke dalam mangkok.

Dua mangkok telah berbaris di konter, sebuah efek suara berdering ketika aku menarik soba itu dari tempat penyimpananku.

Kita berdua mengambil sumpit dan berucap 'Itadakimasu'[8] bersamaan. Inilah awal ronde pertama pertempuran.

Mengenai kuliner di Aincrad, cita rasanya dibuat ulang dari set data cita rasa awal, namun, dengan bumbu tambahan, orang bisa memodifikasi rasanya lebih jauh lagi. Misalnya, Steak Coklat, yang merupakan harga diri Asuna, dibuat dengan mencampur sedikit set bumbu ke dalam cita rasa saus siap-buat. Dengan kata lain, dengan bantuan tangan pemain, cita rasa masakan bisa diperkuat, dan dalam kebanyakan kasus, memperkaya cita rasanya.

—Tapi cukup ajaib untuk mengatakan perasaan «Bahkan tidak ada satu rasa pun» dari Algade Soba adalah hasil dari bantuan tangan pemain. Meski sop itu telah ditambahkan bumbu, kekuatan cita rasanya seakan telah dicairkan ke dimensi lain, bagai lukisan yang latarnya tertulis tegas tetapi subyeknya tidak ada.

Mungkin yang menarikku kembali ke toko ini adalah rasa yang hilang itu, hari dimana hidangan ini akan «Lengkap», harapan singkat seperti itu— Tapi tentu, entah kenapa aku tahu momen itu tidak akan pernah datang.

Selagi aku asyik melamun, Asuna, yang ekspresi wajahnya bisa terbaca sebagai 'Kenapa ini terjadi padaku' ada di sampingku. Kita selesai makan di saat yang bersamaan.

Kukembalikan mangkok kosongnya ke konter— lalu berkata,

"......Dua Algade Soba, tambah!"

Ada sedikit jeda di tindakan si pemilik toko, tapi mungkin itu cuma khayalanku saja. Wajah bulat pria berusia tiga puluh sampai empat puluhan di bawah gombak panjangnya tidak berekspresi sama sekali, sang pemilik toko melempar dua bola mie ke panci besarnya.

Mulai dari saat itu, pertempuran tiada akhir antara aku dan Asuna melawan si pemilik dimulai.

Tentu, apapun yang dimakan di Aincrad, tidak akan ada yang memasuki perut di tubuh dunia nyata. Tapi mesin reproduksi rasa menipu otak, yang berakibat perasaan ‘kenyang’ yang tak terhindarkan."

Sejujurnya, perasaan itu sudah datang usai mangkok kedua habis, tetapi tidak ada jalan buatku untuk mundur.

"......Dua Algade Soba, tambah"

Perasaan kenyang ini hanyalah halusinasi, soba ini cuma data digital. Yang artinya tidak ada yang menghalangiku untuk memakannya selamanya. Usai menipu diri seperti itu, aku menghabiskan mangkok ketiga dan melanjutkan ke mangkok keempat. Ada juga Asuna, yang selalu bisa kuandalkan dalam pertempuran besar, dia berada pada tempo yang persis sama denganku.

—Namun segera setelah dia menyelesaikan sup dari mangkok kelima,

"............Kirito-kun, maafkan aku."

Bisikan samar bergaung dari mangkok yang dihabiskannya.

"Aku..tidak kuat lagi, aku harus menyerahkan sisanya padamu...... Kebenarannya..kamu harus..temukan......"

Rambutnya yang berwarna kastanye berkibar, lalu «The Flash» tumbang di konter.

—ASUNAaaaaaaaa??!!

Aku ingin meneriakkannya, tapi melakukannya bisa menyebabkan perut virtualku membalikkan sesuatu keluar, jadi aku membatasi diriku untuk hanya mengatakan 'Otsu'.[9]

Kuangkat wajahku dan membelalaki si pemilik toko,

"......Satu Algade Soba......tambah"

Aku juga mendekati batas.

Demi Asuna, aku tidak bisa kalah disini. Namun saat menghisap mangkok keenam yang berisi sesuatu yang bukan ramen, aku tak mampu menghentikan rasa takut yang bertumbuh di dalamku.

—Mungkin dia memang benar NPC? Setelah semua yang kita lakukan, mie dan supnya masih muncul keluar tanpa jeda. Apa aku menantangnya dalam pertarungan dimana kita tidak punya peluang untuk menang?

—Tidak, meski mungkin memang begitu, belum waktunya untuk tumbang. Demi Asuna.

Mangkok ketujuh.

Mangkok kedelapan.

Bar HP perutku sekarang sudah merah tua, tapi ekspresi si pemilik toko masih tetap tak berubah. Kuhirup mie itu satu persatu, sambil memikirkan cara untuk membalikkan arus situasi pertempuran saat ini.

Jika ini adalah toko ramen sungguhan, akan ada lada, tepung ikan, atau bawang di konternya. Sehingga menyantap nikmat bagian yang belakangan dengan mengubah rasanya itu mungkin. Tapi toko ini tidak memiliki hal sebagus itu. Hanya ada satu cara, dengan «Algade Rebus» sebagai pengecualian, mencampur dua masakan yang lain itu mungkin, tapi melakukannya sama saja dengan menghentikan diri sendiri dengan tikaman. Kenapa «Rebus»? Aku pernah menemani Cline dan kami memesan «Algade Rebus», kami berdua bilang 'Menyerah' cuma setelah dua suap, memang menu legenda.

—Jadi apa ini akhirnya?

Dalam kesadaranku yang makin memudar, aku mendengar suara menghidupkan dari ingatan jauh.

Wajah Asuna, yang sedang memakan Algade Soba denganku saat pertama-tama, berucap,

"Suatu hari aku ingin membuat saus kecap, kalau tidak perasaan tidak enak ini tak akan pernah hilang."

"............!"

Mataku terbuka penuh, dan tanganku yang gemetaran bergerak untuk membuka tempat penyimpanan bersama aku dan Asuna. Mencari diantara daftar item yang sangat banyak, kutemukan item sasaranku.

Begitu kugenggam apa yang kucari-cari, aku memiringkannya di atas mangkok, cairan yang sedikit gelap mengalir turun dan segera menyebabkan warna kuning tipis sop itu berubah menjadi coklat. Wangi sedap yang tidak bisa dibandingkan dengan apapun, bau yang terbenam di dalam dasar ingatanku adalah— saus kecap. Hasil dari penelitian panjang Asuna, bumbu terhebat Aincrad yang tidak seorang pun bisa membuatnya kecuali dia.

Setelah kutaruh botol kecil itu, kugenggam mangkoknya dan kuhirup sejumlah besar mie dan sop.

"............Ini dia."

Aku berbisik dengan suara serak. Rasa ini. Yang telah kucari-cari, bentuk lengkap dari Soba Algade. Sudah ada disini sekarang.

Kalau memakan ini, sebanyak apapun mangkok— Tidak, mungkin aku bisa makan lima mangkok lagi,aku masih bisa bertempur!

—Saat itu.

Ucapan yang belum pernah kudengar di dalam toko ini menggema dari atas kepalaku.

"............Tuan, itu, boleh saya......coba?"

Kuangkat wajahku yang kebingungan, mengangguk dan mendorong mangkokku kepadanya.

Si pemilik yang misterius itu mengangkatnya dan memakan sesuap mie dan sop digabung. Dia menengadah beberapa saat sebelum menempatkan mangkoknya kembali di konter—

Segera setelahnya, dua garis air mata mengalir dari balik gombak panjangnya.

"............Ini dia. Rasa ini... dunia nyata... rasa toko saya!"

—Jadi anda memang pemain!

—Kalau begitu lebih ramah lagi dong!

Menelan kata-kata yang ingin kuteriakkan, aku bertanya,

"............Toko anda, dimana lokasinya?"

"Hmm, di Ogikubo[10], saya terhisap ke dalam NetGame jadi toko itu sudah berhenti beroperasi. Tapi begitu game ini selesai dan saya kembali ke sisi lain, saya akan membuka toko ramen lagi. Dengan ramen ini, juga «Panggang» dan «Rebus» juga akan tampil, jangan sungkan untuk datang."

Air mata mengalir menuruni wajahnya, kemana karakter pendiam yang tadi? Selagi menonton pemilik toko yang telah memperoleh momentum bicara, aku tumbang ke konter.

Selagi kesadaranku memudar, Pikiran terakhirku adalah,

—Aku tidak akan kesana, pasti—

Catatan Penerjemah[edit]

  1. Soba = Mie jepang disiapkan dengan tepung soba.
  2. Okonomiyaki = Adonan bulat datar yang digoreng kedua sisinya.
  3. Toque
  4. Gombak = Jambul (pada ayam, burung, bunga, dsb); Jambak (rambut di dahi kuda); Rambut di atas dahi (yang ditinggalkan sehabis berpangkas)
  5. Disini Kirito bicara maaf dengan nada kekanakan yang mengesalkan, tapi karena tidak tahu padanan bahasa Indonesianya...
  6. Clearing = Kelompok pemain yang menyelesaikan game di garis depan
  7. Mengacu pada kejadian di jilid 8 'Sebuah Kasus Pembunuhan di dalam Area'
  8. Itadakimasu = Ucapan yang dikatakan orang Jepang sebelum makan
  9. Otsu = Singkatan dari Otsukaresama yang artinya ‘Terima kasih atas kerja kerasnya.’
  10. Distrik di Tokyo, dikenal sebagai tempat lahir ramen Tokyo