Difference between revisions of "No Game No Life:Volume 5 Bagian 1"
(→Part 1) |
(edit navigasi) |
||
(17 intermediate revisions by the same user not shown) | |||
Line 11: | Line 11: | ||
Hanya beberapa bulan lalu, negara ini diambang kepunahan, ditekan hingga kota terakhirnya. |
Hanya beberapa bulan lalu, negara ini diambang kepunahan, ditekan hingga kota terakhirnya. |
||
− | Namun sekarang Elchea telah menambah negara maritim yang luas, 「 |
+ | Namun sekarang Elchea telah menambah negara maritim yang luas, 「Serikat Timur」, dan terus melebarkan wilayahnya dengan kecepatan yang belum-pernah-dilihat. |
Teriakan penderitaan yang melengking dan keras datang dari ibukota sebuah negara yang lambat laun berubah dari 「Negara」 menjadi 「Federasi」. |
Teriakan penderitaan yang melengking dan keras datang dari ibukota sebuah negara yang lambat laun berubah dari 「Negara」 menjadi 「Federasi」. |
||
Line 33: | Line 33: | ||
- Stephanie Dora, biasanya dipanggil Steph. |
- Stephanie Dora, biasanya dipanggil Steph. |
||
− | Dia adalah kepala keluarga Dora, memiliki gelar bangsawan, dan dia juga adalah cucu dari raja |
+ | Dia adalah kepala keluarga Dora, memiliki gelar bangsawan, dan dia juga adalah cucu dari raja terdahulu, serta putri berdarah biru. |
Dia seharusnya menjadi wanita anggun dengan potensi yang luar biasa di masa depan - namun, masa depan itu tidak akan terjadi sama sekali dalm waktu dekat, dan dia jelas tidak memiliki alasan untuk menjelaskan situasinya sekarang ini. |
Dia seharusnya menjadi wanita anggun dengan potensi yang luar biasa di masa depan - namun, masa depan itu tidak akan terjadi sama sekali dalm waktu dekat, dan dia jelas tidak memiliki alasan untuk menjelaskan situasinya sekarang ini. |
||
Line 51: | Line 51: | ||
Dia terus berteriak dengan lengannya terbuka lebar. |
Dia terus berteriak dengan lengannya terbuka lebar. |
||
− | “Temukan alasan sebenarnya mengapa Ratu Seirens hibernasi dari perpustakaan raja |
+ | “Temukan alasan sebenarnya mengapa Ratu Seirens hibernasi dari perpustakaan raja terdahulu!! Serahkan padaku!! Bukankah ini yang idiot akan katakan!? Berapa banyak buku menurutmu yang ada disana!? Dan, apa yang mau aku katakan adalah!” |
Dia berhenti sejenak, dan mengamati rak buku yang menutupi semua tembok sekitar. |
Dia berhenti sejenak, dan mengamati rak buku yang menutupi semua tembok sekitar. |
||
Line 57: | Line 57: | ||
“Mengapa dan bagaimana bisa aku menerima tugas seperti mencari sebuah buku yang eksistensinya masih tidak jelas dengan mudah!!” |
“Mengapa dan bagaimana bisa aku menerima tugas seperti mencari sebuah buku yang eksistensinya masih tidak jelas dengan mudah!!” |
||
− | Mereka berada di dalam ruangan rahasia raja |
+ | Mereka berada di dalam ruangan rahasia raja terdahulu- perpustakaan rahasianya. |
− | Raja |
+ | Raja terdahulu telah memainkan peran raja bodoh demi menyelidiki dan mencari tahu isi dari game negara lain yang melibatkan sihir atau kemampuan supernatural, sekaligus bagaimana Imanity sendiri dapat meraih kemenangan atas mereka. |
Catatan yang beliau buat sepanjang hidupnya - warisan dari manusia agung ini, semua diperlihatkan di dalam ruangan ini, menutupi tembok sekitar mereka. |
Catatan yang beliau buat sepanjang hidupnya - warisan dari manusia agung ini, semua diperlihatkan di dalam ruangan ini, menutupi tembok sekitar mereka. |
||
Line 65: | Line 65: | ||
Pekerjaannya yang hebat dikompilasi dalam ribuan buku, sampai memenuhi perpustakaan. |
Pekerjaannya yang hebat dikompilasi dalam ribuan buku, sampai memenuhi perpustakaan. |
||
− | Walaupun mereka sudah mengurutkan berdasarkan tanggal ditulisnya - masih belum ada tanda-tanda petunjuk kapan raja |
+ | Walaupun mereka sudah mengurutkan berdasarkan tanggal ditulisnya - masih belum ada tanda-tanda petunjuk kapan raja terdahulu mendekati Seirens, jadi mereka hanya bisa memeriksa buku-buku tersebut satu per satu. Steph mengeluarkan raungan penderitaan saat menyadari tugas itulah yang harus mereka jalani, peritiwa inilah yang tadinya terjadi. |
Dan baigan terburuk adalah - |
Dan baigan terburuk adalah - |
||
Line 182: | Line 182: | ||
===Part 2=== |
===Part 2=== |
||
+ | Mari berganti pemandangan - ke dua puluh ribu meter di udara. |
||
− | Let’s switch the scene – to twenty thousand meters in the air. |
||
− | Sora |
+ | Sora mulai berpikir di ketinggian hampir tiga kali tinggi pegunungan Himalayas. |
+ | Bagaimana dia seharusnya mendeskripsikan pemandangan di hadapannya? |
||
− | How should he describe the scenery in front of him? |
||
+ | - Pertama, silahkan imajinasikan sebuah kubus Rubik. |
||
− | - First, please imagine a Rubik’s cube. |
||
+ | Kemudian berikan Rubik yang memerlukan tingkat kecerdasaan tertentu itu ke seseorang yang sangat jauh dari tingkat kecerdasan yang dibutuhkan itu. |
||
− | Then hand this Rubik’s cube that requires a certain level of intelligence over to someone that is pretty far off from that certain level of intelligence. |
||
+ | Setelah dipisahkan secara paksa dengan sepasang tang, pecahan dari kubus Rubik akan tersebar di sekitar lantai. |
||
− | After being forcibly taken apart by a pair of pliers, the splinters of the Rubik’s cube would then be splattered all about the floor. |
||
+ | Sekarang tahanlah keinginan untuk mengomeli, dan ulangi langkah-langkah tadi sekitar seribu kali lagi. |
||
− | Now resist the urge to complain, and repeat those previous actions about a thousand more times. |
||
+ | Jadi? Sekarang kamu mengerti? |
||
− | So? Do you get it now? |
||
+ | Pemandangan tersebut diatur dalam model yang sedemikian rupa - dimana pemandangan tersebut berada di sekitar Sora. |
||
− | The scenery was arranged in such a fashion – which was the scenery around Sora. |
||
+ | “Selamat datang di kampung halamanku, terletak di balik Phantasmas, Kota Terapung – Avant Heim.” |
||
− | “Welcome to my hometown located on the back of the Phantasmas, <!-- TL note: Phantasma plural = Phantasmas/Phantasmae? --> <!-- CL note: its good --> the floating city – Avant Heim.” |
||
+ | Dengan punggungnya menghadap ke gunung kecil pecahan dari Rubik. |
||
− | With her back facing the small mountain of splinters of Rubik’s cubes. |
||
− | Jibril |
+ | Jibril memperkenalkan 「Kota」-nya dengan senyum manis di wajahnya, sembari Sora dengan bengong menanggapi: |
− | “Um, |
+ | “Um, Aku cukup yakin bahwa semua kota yang aku tahu paling tidak punya jalan di dalamnya.” |
+ | Pemandangan di sekitar mereka dirajut dan ditenun dengan kubus-kubus raksasa yang tak terhitung dan saling tumpang tindih. |
||
− | The scenery around them was knitted and woven with countless gigantic cubes stacked upon each other. |
||
+ | Di mata seniman terkenal, ada kemungkinan tema yang bermakna di balik semua itu. |
||
− | In the eyes of a renowned artist, there would probably be some meaningful theme to it. |
||
+ | Namun, dengan menyesel, Sora, Sang perjaka delapan-belas-tahun, hanya dapat menjelaskan semua itu dengan satu kata. |
||
− | However, regretfully, the eighteen-year-old mortal virgin Sora could only describe it with one word. |
||
+ | Dan kata itu - kacau-balau |
||
− | Which was – chaotic. |
||
− | + | “Pokoknya, Jibril – ijinkan aku berkata ini mengenai Flügel.” |
|
− | “…「 |
+ | “…「Ruang Bebas」…penting…” |
− | - Sora |
+ | - Sora dan lainnya memulai bekerja di waktu yang sama dengan Steph dan Izuna. |
+ | Untuk mengetahui syarat sebenarnya agar dapat membangunkan Ratu Seirens - jadi, untuk melaksanakan perbandingan dan evaluasi dengan orang-orang yang telah melalui game yang sama, mereka harus pergi ke satu tempat di dunia, dimana sebagian besar informasi tersimpan. |
||
− | To discover the true conditions to awaken the Empress of the Seirens – so, in order to carry out comparison and evaluation with people that had underwent the same game, they had went to the one place in the world that stored the most information. |
||
− | + | Dimana tempat tersebut - kota para Flügel, Avant Heim. |
|
− | “Ah, Master, |
+ | “Ah, Master, jangan berkeliaran terlalu jauh dari aku, karena udara disini agak tipis.” |
− | Sora |
+ | Sora dan Shiro mengangguk puas setelah mendengar perkataan Jibril. |
+ | Juga Sora benar-benar tidak punya ide, bagaimana mereka harusnya melanjutkan dari sana. |
||
− | Also Sora had absolutely no idea of how they should proceed from there. |
||
+ | “…Betul juga, jika hanya para Flügel yang tinggal disini, tidak perlu menyediakan transportasi umum sama sekali.…” |
||
− | “…Right, if only the Flügel stay here, there isn’t a need for public transport services at all…” |
||
+ | Dalam 「Kota」 di bawah mereka, tidak ada sama sekali pintu, jendela, maupun jalan. Sejujurnya, makhluk yang dapat bergerak tanpa ada segala bentuk batasan tidak perlu semua itu. Meskipun mereka dapat memahami itu, fakta bahwa seluruh tempat telah dibangun dengan kubus yang sangat besar dan tak terhitung, menghancurkan rasa perspektif manusia, dan karena mereka tidak punya perbandingan tempat lain, mereka tidak dapat mengukur seberapa besar sebenarnya tempat itu. |
||
− | In the 「City」 below them, there weren’t any doors, windows, nor roads. To be honest, beings that could move about without any form of restriction didn’t need those things. Although they could understand that, the fact that the entire place was constructed with huge, countless cubes denied people any sense of perspective, and since they had nothing to compare the place to they couldn’t gauge how exactly big it was. |
||
+ | “…Itu tidak seperti kota…Lebih seperti teka-teki bergambar<ref>TL Note: jigsaw puzzle, puzzle yang harus diselesaikan dengan cara menyatukan potongan-potongan menjadi sebuah gambar sempurna yang bermakna</ref>…” |
||
− | “…It’s not like a city…it’s more like a jigsaw puzzle…” |
||
+ | Shiro menjelaskan pemikirannya yang mudah pahami, setelah itu dia bergumam sambil meliihat ke atas: |
||
− | Shiro expressed her easily understandable thoughts, after which she mumbled while looking up: |
||
+ | “…Langitnya…biru?” |
||
− | “…The sky is…blue?” |
||
+ | Di ketinggian dua puluh ribut meter harusnya berada di ambang luar angkasa, jadi mereka tidak seharusnya bisa melihat langit biru sama sekali… |
||
− | At twenty thousand meters up the place should be at the doors of outer space, so they shouldn’t be able to see blue skies at all… |
||
− | “Avant Heim |
+ | “Avant Heim adalah salah satu Phantasma yang berperingkat kedua diantara 「Enam-Belas Ras」. Ras ini bahkan berperingkat lebih tinggi dari ras yang dimana adalah sumber dari Galeri Elemental di dunia – Elementals, dan mereka adalah organisme yang benar-benar mandiri dari semua bentuk umum reproduksi. Sederhananya… Avant Heim adalah dunia lain sepenuhnya, hanya itu yang kamu perlu tahu.” |
+ | Walaupun udara di atmosfer tidak terlihat mencukupi untuk Master-nya - Jibril masih terus menjelaskan. |
||
− | Even though the air in the atmosphere didn’t seem to be enough for her Masters – Jibril still continued to explain. |
||
− | + | “”Hmm…Begitu – Aku tidak paham.”” |
|
− | Sora |
+ | Sora dan Shiro mengangguk bersama dengan ekspresi fokus yang sama. |
− | + | “Tidak peduli Flügel atau Phantasma, kamu kebanyakan menolak sepenuhnya untuk bekerja sama dalam ketentuan yang masuk akal oleh yang lainnya dan entah mengapa membuat kita merasa rileks.”<!-- TL note: you lot completely refuse to work along terms comprehensible by others, and that for some reason makes us feel relaxed--> |
|
+ | Setelah satu kalimat sarkasme, Sora memandang ke arah horizon, dan melihat sesuatu di bawah pohon tinggi yang istimewa - mungkinkah pandanganya menipunya… kemungkinan tidak, memang ada sesuatu dibawah itu yang terlihat seberti tengkorak naga, dan itu dihiasi dengan megah dan teliti, kemudian ditinggal begitu saja – |
||
− | After a line of sarcasm, Sora looked towards the horizon, and saw something under a particularly tall tree – could it be that his eyes were deceiving him… probably not, there was something underneath that appeared to be a dragon skull, and it was decorated lavishly and carefully as well, then left there in the open just like that – |
||
− | “…Jibril, |
+ | “…Jibril, Aku tidak mengerti seni arah dari kota ini sama sekali.” |
+ | “Apa!? Tempat ini nantinya akan menjadi tahta Master, kalau ternyata kamu tidak menyukainya, hal itu membuatku kecewa…” |
||
− | “What!? This place will eventually be the throne of the Masters, to think that you’d actually dislike it, it really makes me disappointed…” |
||
+ | Mendengar Sora menggerutu, Jibril membalas dengan setengah hati. |
||
− | Hearing Sora’s grumbling, Jibril replied somewhat dispiritedly. |
||
+ | “Omong-omong, kamu mungkin seharusnya menyelamatkan gadis ini kan?” |
||
− | “Speaking of which, you should probably save this girl right?” |
||
− | Sora |
+ | Sora berbicara sambil menunjuk ke arah – |
− | “Aaaaahhhh, |
+ | “Aaaaahhhh, matahari! Matahari! Aku akan meleleh! Aku akan meleleh, terbakar dan menguap!” |
+ | Plum sedang jongkong dengan badannya mengerut menjadi bola dan tudungnya menutupi wajahnya sambil terus menerus menangis. |
||
− | Plum was crouching down with her body scrunched up into a ball and her hood covering her face while crying continuously. |
||
− | “Ah, |
+ | “Ah, Aku minta maaf… I benar-benar lupa tentangmu, apakah kamu masih hidup?” |
+ | “Aku akan mati dalam beberapa detik ke depan! Kekuatanku menurun secara drastis!!” |
||
− | “I’ll be dead in a few seconds! My power is decreasing drastically!!” |
||
+ | Untuk seorang Dhampir seperti Plum, sinar matahari sangat fatal untuk mereka; dan dia sepertinya dapat hampir menangkis sinar matahari dengan sihirnya, namun sihirnya itu sendiri sepertinya menguras energinya lebih lagi. |
||
− | For a Dhampir like Plum the sunlight was fatal to them; and she appeared to be barely fending off the sunlight with her magic, but that magic itself seemed to be siphoning off even more of her energy. |
||
− | + | “Itu dia, Jibril, tidak bagus untuk Izuna dan Steph terus menunggu, jadi terbangkanlah kita saja ke tempat diamana semua informasi terkonsentrasi. Juga, untuk Plum, sangat bagus jika di dalam ruangan –“ |
|
− | “OK, |
+ | “OK, jadi silahkan genggam lenganku, dan kemudian –“ |
+ | Dia terlihat agak gelisah - namun ekspresinya masih tidak dapat dibaca juga, kemudian dia memegang Sora serta lengan Shiro dan berkata: |
||
− | She appeared somewhat nervous – but yet her expression was simultaneously unreadable as well, and she grasped onto Sora and Shiro’s arms and spoke: |
||
− | “…Masters, |
+ | “…Masters, Aku mengerti bahwa sangat kasar bagiku untuk mengajukan permintaan ini - tetapi dapatkah kamu setuju atas dua permintaanku ini?” |
+ | “…Apa itu, jarang sekali kamu seserius ini.” |
||
− | “…What is it, it’s rare that you’re this serious.” |
||
− | “- |
+ | “- Tolong jangan kecewa, dan tolong percaya.” |
− | …Sora |
+ | …Sora sama sekali tidak mengerti. |
− | + | Dan Jibril cuma berkata satu kalimat ini, kemudian berseru: “Benda di sana itu.” |
|
− | “Y- |
+ | “Y-ya!?” |
+ | Plum yang dimaksud dengan “Benda di sana itu”, menjawab dengan hanya matanya saja yang terlihat dibawah tudungnya. |
||
− | Plum who was referred to as “That thing over there”, replied with only her eyes showing themselves from beneath her hood. |
||
+ | “Aku tidak masalah meninggalkanmu disini – jadi bisakah kamu sedikit lebih cepat?” |
||
− | “I don’t mind leaving you behind here – so could you please hurry up?” |
||
− | “Ah, |
+ | “Ah, Aku segera kesana sekarang juga, jangan tinggalkan aku –“ |
− | Plum |
+ | Plum buru-buru berdiri dan berlari, dan dalam sekejap dia memegang Jibril – pemandangan berganti pula. |
===Part 3=== |
===Part 3=== |
||
+ | Disana – tempat ini kemungkinan berada dalam salah satu kubus yang mereka lihat dari kejauhan sebelumnya. |
||
− | There – it was probably within one of the cubes they had saw from a distance earlier. |
||
+ | Tempat dimana mereka berada sekarang ternyata lebih luas dan megah daripada Perpustakaan Nasional Elchean yang dimonopoli oleh Jibiril sendiri – tempat ini perpustakaan raksasa. |
||
− | The place they were in was even more solemn and immense than the Elchean National Library Jibril had hogged for herself – it was a humongous library. |
||
+ | Dan langit-langit tinggi telrihat menjulang hingga setinggi sepuluh lantai, dan interior didesain seperti reruntuhan kuno, dengan pillar dan tangga yang terbuat dari batu, persilangan koridor dan jalan yang melengkung dengan tanaman rambat tumbuh dimana-mana. |
||
− | The high-perched ceilings appeared to stretch up to ten stories high, and the interior was designed like an ancient ruin, with stone-made pillars and stairs, intersecting corridors and curved walkways with intertwining vines growing all over them. |
||
+ | Dan - benda yang terlihat seperti 「Pillar」 itu ternyata adalah rak buku. |
||
− | And – those things that looked like 「Pillars」 were actually bookshelves. |
||
+ | Di sisi lain, ada banyak kenang-kenangan acak tersebar di seluruh tempat, tangga dan jalan diatur dalam gaya yang mustahil terdapat dimana-mana seperti lukisan M. C. Escher - dan apa yang menerangi mereka adalah, kaca patri raksasa<ref>TL Note: Kaca Patri (Stainned Glass) kaca dekoratif yang biasanya dipasang di gereja</ref> yang jelas tidak ada di tembok manapun, serta lampion melayang yang jumlahnya tak terbatas. |
||
− | On the other hand, there was random memorabilia scattered around the entire place as well, and stairs and walkways arranged in impossible fashions like a surrealist M. C. Escher painting were all over the place – and what lit them up was, gigantic fixtures of painted glass that were definitely not on any walls, as well as infinite amounts of floating lanterns. |
||
+ | Tempat ini bagaikan mimpi namun elegan - tapi perpustakaan ini tempat penghujatan Tuhan, benar-benar tidak dapat dipahami oleh kaum Imanity. |
||
− | It was a dream-like yet elegant place – but it was a blasphemous library completely incomprehensible to the likes of the Imanity. |
||
+ | Tetapi, kesamping hal tersebut sekarang, Sora berbicara sambil menunjuk sesuatu di atas: |
||
− | But leaving that aside for now, Sora spoke while pointing up at something: |
||
− | “…Jibril, |
+ | “…Jibril, itu sepertinya kerjaanmu, kan?” |
+ | Itu sepertinya efek dari udara yang sangat banyak yang Jibril harus pindahkan demi Sora dan lainnya. |
||
− | It was probably the effect of the large amount of air that Jibril had transported for the sake of Sora and the others. |
||
+ | Perpustakaan (semacam) terlihat dirusak oleh angin yang kuat, dan banyak buku menari-nari di udara dalam pola spiral. |
||
− | The library (of sorts) appeared to be ravaged by strong winds, and large amounts of books were dancing about in mid-air in spiral patterns. |
||
+ | Namun Jibril menoleh ke arah tersebut dengan senyum di wajahnya dan berkata: |
||
− | However Jibril looked over at that with a smile on her face and spoke: |
||
− | + | “Jangan kuatirkan itu, Masters, pemiliki tempat ini adalah pencipta dari 《Hukum Kesetaraan Buku》.” |
|
− | Sora |
+ | Sora menolah ke arah buku yang menari, dan teringat mengapa Jibril harus mengambil alih Perpustakaan Nasional ELchean - atau lebih tepat, alasan mengapa dia harus meninggalkan Avant Heim. |
+ | Dikarenakan fakta bahwa mereka harus mengoleksi terlalu banyak buku, buku-buku melampaui Avant Heim - dan mereka memilih menyelesaikan dengan menyetujui 《Hukum Kesetaraan Buku》 atas nama pengeliminasian buku-buku yang tidak penting. |
||
− | Due to the fact that they had collected too many books, the books were overwhelming Avant Heim – and they chose to deal with it by passing the 《Book Equality Law》 in the name of eliminating unnecessary books. |
||
− | + | “Bukunya adalah buku milik Flügel, Aku seorang Flügel, jadi bukunya adalah bukuku.” |
|
− | + | Tiga konjugasinya membuktikan idealisme Giant-nya, dan dia melanjutkan dengan senyum di wajahnya: <ref>TL note: Giant mereferensikan ke karakter dari Doraemon, karena alasan Giant meminjam barang ke orang lain adalah “Barangmu adalah milikku, dan barangku adalah milikku.”</ref> |
|
+ | “Walaupun kecelakaan kecil ini diakibatkan olehku - apakah itu sengaja? Aku percaya bahwa dia harus mempertimbangkan semua faktor-faktor ini sebelum dia dapat 「Memutuskan」, tapi tentu dia orang yang sangat baik dan toleran, mampu untuk memaafkan kesalahanku, tentu. Bahkan, jika ada buku yang berada dalam deposit yang tidak dapat digandakan, produksi ulang dan hanya satu-satunya di dunia, begitulah cara kerjanya ♥” |
||
− | “Even if this small accident here was caused by me – or was it on purpose? I believe that she has to consider all these factors before she can 「Decide」, but of course she is extremely kind and tolerant, being able to forgive my mistakes, of course. Even if there are books within the stash there that cannot be copied, reproduced and are the only remaining copies in this world, that’s how it is ♥” |
||
+ | Jadi dia hanya dapat merusak buku-buku tersebut karena dialah yang memilikinya. |
||
− | So she could only damage those books because she owned them as well. |
||
− | - |
+ | - Omong-omong, mengenai 《Hukum Kesetaraan Buku》 yang lalu, Jibril benar-benar tidak dapat memaafkan eksistensinya. |
− | + | Setelah itu – |
|
− | “Aaaaaahhh~! |
+ | “Aaaaaahhh~! Buku-buku! Semua buku-buku yang belum aku selesaikan<nowiki>~~~~</nowiki>!!” |
+ | Semua orang melihat ke sumber raungan ini. |
||
− | Everyone looked towards the source of this outcry. |
||
+ | Sementara yang berdiri disana adalah - |
||
− | While the one standing there was – |
||
“…Whoa…” |
“…Whoa…” |
||
+ | Bahkan Shiro tidak dapat berbuat apa-apa selain terpesona, dan orang yang berdiri disana adalah - gadis muda yang luar biasa cantik. |
||
− | Even Shiro couldn’t help but cry out in awe, and the person standing there was – an extraordinarily beautiful young girl. |
||
+ | Halo berputar-putar di kepalanya, dan sayap terentang dari pinganggnya menunjukkan bahwa dia adalah seorang Flügel seperti Jibril. |
||
− | The halo spinning around on her head, and the wings stretching out from her waist suggested that she was a Flügel just like Jibril. |
||
+ | Akan tetapi pola yang tergambar di udara oleh putaran halo-nya, lebih rumit daripada milik Jibril. |
||
− | However the pattern drawn in the air by her spinning halo was even more complicated than Jibril’s. |
||
+ | Perbedaan paling mencolok diantara mereka adalah dia hanya memiliki satu tanduk keluar dari rambut hijau-giok-nya. |
||
− | The largest difference between them was that she had a single horn protruding from her jade-green hair. |
||
+ | Sayapnya yang terlihat seperti tenunan benang cahaya dikepakkan di udara, dan penampilannya, yang dia tampakkan, terlihat luar biasa suci. |
||
− | Her wings that appeared to be woven from streaks of light flapped in the air, and her appearance as she did so appeared unbelievably sacred. |
||
+ | Tapi penampilannya baik saat terbang dan berjuang untuk mengumpulkan semua buku yang terbang di udara maupun ekspresinya yang terlihat akan menangis, benar-benar berbeda dari tabiat Jibril yang dingin saat pertama kali mereka bertemu - malahan dia sangat manis sekali. |
||
− | But her appearance as she was flying about and struggling to collect all the books that were flapping about in the air, as well as her expression that hinted she was about to cry, was completely different from Jibril’s icy cold demeanour when they had first met – instead she was extremely cute. |
||
− | - |
+ | - Fiuh, Fiuh… |
+ | Dia dengan sengaja terengah-engah, kemudian mendarat di sebelah Jibril dan berkata: |
||
− | She panted intentionally, then landed beside Jibril and spoke: |
||
− | “Ugh~ Jii-chan |
+ | “Ugh~ Jii-chan kamu jahat-nyan~” |
+ | Ekspresi menyedihkan tampak di raut wajahnya yang dengan segera berubah menjadi sebuah senyum malaikat. |
||
− | A saddened expression appeared on her face which immediately shifted to an angelic smile. |
||
− | + | “Apakah ini seperti yang aku pikirkan-nyan? Apakah ini keisengan yang orang-orang mainkan pada orang tercintanya-nyan? Aww~ Jii-chan sudah lama sekali tidak jumpa~~ nyaaaaa!?” |
|
+ | Jibril dengan cerdas ''teleport'' menjauh demi menghindari sergapan-terbang-nya yang mengarah padanya. |
||
− | Jibril brilliantly teleported away in order to dodge her flying lunge towards her. |
||
− | + | Pada saat melihat dia jatuh di tumpukan buku, Jibril berkata dengan sopan di belakang Sora: |
|
− | “- Masters, |
+ | “- Masters, Aku akan memperkenalkan dia padamu, dia adalah salah satu pengecut yang menyetujui 《Hukum Kesetaraan Buku》, kepala dari 「Dewan Delapan Belas Sayap」 Avant Heim, 「Duta Penuh Para Bersayap<!--Full Representative of the Winged-->」 yang memiliki hak untuk membuat keputusan akhir mengenai urusan negara –“ |
+ | Dia menghela nafas dan melanjutkan - |
||
− | She sighed and continued – |
||
“Azrael-senpai.” |
“Azrael-senpai.” |
||
+ | - Dia memperkenal si gadis tanpa ekspresi dengan setengah badannya terkubur dalam buku-buku pada Sora. |
||
− | - She introduced the motionless girl with half her body buried in books to Sora. |
||
… |
… |
||
+ | “…Bagaimana aku menjelaskan ini.” |
||
− | “…How should I put this.” |
||
+ | “Para Flügel…menarik…” |
||
− | “The Flügel…are interesting…” |
||
+ | Gadis tersebut adalah Duta Penuh dari ras yang berperingkat ke-enam, membawa maut bagi siapapun di masa lalu dan dulunya adalah senjata pemusnah-Dewa<!-- TL to Editor : Senjata Pemusnah yang digunakan oleh Dewa , bukan pemusnah dewa-->? |
||
− | That girl was the full representative of the race that was ranked in sixth place, brought death with them wherever they went in the past, and used to be god-killing weapons? |
||
− | Sora |
+ | Sora dan Shiro bergumam sendiri, dikarenakan ekspetasi mereka dihancurkan seluruhnya. |
+ | - Saat ini, gadis muda tersebut yang terkubur dalam tumpukan buku tadi, mungkin karena dia baru ''teleport'', dia sudah memeluk Jibril dengan erat sambil menggerayanginya dengan pipinya dalam jangka waktu yang sangat singkat hingga tidak seorang pun yang disana sadar. |
||
− | - At this time, the young girl that was buried in the pile of books earlier, maybe because she had teleported, she had already hugged Jibril tightly while rubbing her violently with her cheeks over a span of time so short that no-one present had noticed. |
||
[[File:NGNL5 101.jpg|thumb]] |
[[File:NGNL5 101.jpg|thumb]] |
||
− | “Nyan~ Jii-chan |
+ | “Nyan~ Jii-chan jahat sekali~ Aku sudah lama sekali tidak berjumpa denganmu, tapi kamu masih saja tetap dingin<nowiki>~~~~</nowiki> tapi! Tidak apa-apalah!!” |
− | “Azrael-senpai |
+ | “Azrael-senpai tetap saja menyebalkan seperti biasa.” |
+ | Jibril berbicara dengan senyum menghiasi wajahnya meskipun pipinya sedang digerayangi. |
||
− | Jibril spoke with a smile on her face despite having her cheeks violently jerked about. |
||
+ | - Kendati Jibril biasanya akan menanggapi dengan sarkastik, kali ini dia langsung mencercanya, yang mana sangat langka. |
||
− | - Although Jibril would usually reply sarcastically, this time she outright insulted her, which was rare. |
||
− | “Nyan~ |
+ | “Nyan~ Aku sudah katakan aku bukan senpai-mu, panggil aku nee-san, neeeeee-saaaaaannnn~~!!” |
− | Azrael |
+ | Azrael melayang-layang di udara, menggambarkan bentuk angka delapan di sekitar Jibril. |
− | “Jibril |
+ | “Jibril bukanlah contoh yang cukup baik namun apakah benar-benar ok untuk Duta Penuh para Flügel adalah orang yang seperti ini?” |
+ | “…Nii…apakah kamu memiliki hak…untuk mengatakan itu?” |
||
− | “…Nii…you have the right…to say that?” |
||
+ | Shiro melihat dengan dingin ke arah Sora, bagaimanapun semua orang yang ada disana mengabaikan kalimat tersebut. |
||
− | Shiro looked coldly at Sora, however everyone present ignored that line. |
||
+ | Di lain pihak, Jibril berbicara dengan dingin sembari diganggu, dilecehkan dan pipinya digerayangi: |
||
− | On the other hand, Jibril spoke coldly while being pestered, harassed, and having her cheeks rubbed: |
||
− | “Azrael-senpai, |
+ | “Azrael-senpai, Aku punya permintaan untuk hari ini, mohon ijinkan Masters melihat-lihat perpustakaan –“ |
− | + | “Aku menolak-nyan~ kecuali kamu memanggilku Nee-san, Aku akan menolak semua permintaanmu~ ♪” |
|
− | Jibril |
+ | Jibril menjawab ditengah ke-frustasi-an: |
+ | “Jika kamu jelaskan mengapa kamu menggerayangi pipiku, dan mengijinkan Masters untuk melihat-lihat perpustakaan, Aku akan mempertimbangkan hal itu.” |
||
− | “If you explain why you’re rubbing my cheeks, and allow the Masters to browse the library, I’ll consider it.” |
||
− | + | “Karena Jii-chan manis! Penjelasan usai, dan aku mengijinkan mereka-nyan!! Nah, sekarang panggil aku Nee-san ♥ -“ |
|
+ | Dia berbicara sambil menerjang ke arahnya, sembari Jibril ''teleport'' menjauh dari jangkauan tangannya. |
||
− | She spoke while lunging towards her, while Jibril teleported away from her outstretched hand. |
||
+ | “Jadi Masters, Aku sudah memperoleh ijinnya, silahkan melihat-lihat dengan bebas perpustakaan ini. Ini adalah perpustakaan pribadi dari 「Duta Para Bersayap」, diantaranya adalah buku-buku yang tak terhitung yang diperoleh melalui hukum terkutuk dengan cara mengambil buku milik orang lain, jadi tidak ada satupun tempat lain yang memiliki informasi lebih banyak daripada disini.” |
||
− | “So Masters, I’ve already acquired her permission, please browse this place freely. This is the personal library of the 「Representative of the Winged」, among which countless books have been acquired through the cursed law by taking the books of others, so there’s not a single place with more information than here.” |
||
− | + | “K-kamu jahat!! Jii-chan kembali ke janji Nee-san denganmu-nyan~!?” |
|
− | Azrael |
+ | Azrael terlihat hancur, dan suaranya dilapisi oleh syok yang teramat sangat. |
− | Jibril |
+ | Jibril membalas dengan senyum sempurna sekali lagi. |
+ | “Aku tadi bilang bahwa aku akan mempertimbangkan hal itu, dan setelah beberapa pertimbangan, aku memilih tidak ♪” |
||
− | “I said that I’d consider it, and after some consideration, I’m not going to ♪” |
||
− | “Waaaah~ Jii-chan |
+ | “Waaaah~ Jii-chan dulu tidak pernah menipu seperti ini-nyan~ - dan salah siapakah ini-nyan?” |
− | - |
+ | - Memandang<nowiki>~~~~</nowiki> |
− | + | Matanya yang berhiaskan air mata menusuk Sora. |
|
+ | Kekuatan dalam mata itu seolah-olah membuat pandangan itu cukup untuk membunuh. |
||
− | The power in those eyes appeared as if that gaze alone could kill. |
||
− | + | “Senang bertemu denganmu, Aku Sora, ini adalah adik perempuanku Shiro, mohon bantuannya.” |
|
+ | “…Sama-sama…” |
||
− | “…Take care…” |
||
+ | Mereka berdua benar-benar mengabaikan pandangannya karna mereka sudah biasa oleh Jibril. |
||
− | Those two completely ignored her gaze as they were used to it from Jibril. |
||
− | + | Melihat reaksi mereka, Azrael mengeluarkan ketertarikan “Oh?”, sembari Sora menunjuk pada Azrael. |
|
− | + | “Apakah yang dia maksud dengan Nee-san? Jibril, kamu adalah saudari dari Duta Penuh Para Flügel?” |
|
− | + | “Ya-nyan ♥” |
|
− | + | “Bukan ♪” |
|
+ | Keduanya membalas tanpa ragu-ragu - dan dengan senyum yang benar-benar mirip seperti saudari - mereka membalas dengan jawaban yang benar-benar berkebalikan. Jibril menghela nafas dan melanjutkan: |
||
− | Both of them replied without hesitation – and with truly sisters-like smiles – they replied with completely opposite answers. Jibril sighed and continued: |
||
+ | “Para Flügel tidak dapat ber-reproduksi, kami tidak memiliki saudari, saudara, orang tua, yang ada hanyalah urutan kami diciptakan.” |
||
− | “The Flügel cannot reproduce, we have no sisters, no brothers and no parents, there is only the order in which we were created.” |
||
− | “…Ah, |
+ | “…Ah, jadi itu kenapa kamu memanggilanya dengan Senpai.” |
+ | Yang berarti, dia diciptakan lebih dahulu daripada Jibril. |
||
− | Which means, she was a being created even earlier than Jibril. |
||
− | + | “Juga, Azrael adalah 「Duta Para Bersayap」, bukan 「Duta Para Flügel」.” |
|
+ | “…Apakah ada bedanya?” |
||
− | “…Is there a difference?” |
||
− | + | “Dia hanya 「Senator」 dari 「Dewan Delapan-Belas Sayap」 belaka dengan sembilan anggota, termasuk dirinya.” |
|
− | + | Saat ini disebutkan, Sora teringat apa yang dia katakan sebelumnya. |
|
− | + | Dia teringat bahwa sebelum Jibril menjadi milik Sora, dia adalah anggota dari 「Dewan Delapan-Belas Sayap」. |
|
+ | “Pada dasarnya, dia memegang komando hanya pada saat keadaan darurat terjadi, dan 「Hak」 lainnya -“ |
||
− | “Basically she has the first say only when emergencies occur, and another 「Right」 -“ |
||
+ | Yang berarti - Jibril menggelengkan kepada dan tersenyum kecut. |
||
− | Which meant – Jibril shook her head and smiled bitterly. |
||
+ | “Dia tidaklah hebat maupun cerdas, jadi kamu tidak perlu menghormatinya seperti apapun.” |
||
− | “She’s not great nor brilliant, so you don’t need to respect her in any way.” |
||
+ | “…Kamu sangat jahat, sekalipun pada sejenismu, huh, kamu benar-benar tidak berubah sama sekali…” |
||
− | “…You’re really mean even to your own kind, huh, you really haven’t changed at all…” |
||
+ | Mungkin karena dia tidak senang dengan tanggapannya, Azrael menggembungkan pipinya untuk menunjukkan penolakannya. |
||
− | Probably because she was unhappy with her response, Azrael puffed up her cheeks in rebuttal. |
||
− | + | “Bukan bagitu-nyan!! Kita semua diciptakan oleh Artosh, jadi ayah kita adalah Artosh, dan yang diciptakan paling awal adalah aku, Nee-san! Yang paling akhir diciptakan, Jii-chan, adalah adikku! Bukankah ini fakta tak tertulis-nyan!?” <ref>TL note: Artosh adalah salah satu dari Old Deus (Rangking Pertama).</ref> |
|
+ | Saat mendengar perkataannya, senyum kecut Jibril berubah menjadi seperti cemoohan, dan dia melanjutkan: |
||
− | Upon hearing her words, Jibril’s bitter smile turned into one of mockery, and she continued: |
||
+ | “- Dia mengajukan usul seperti itu pada salah satu pertemuan, yang langsung saja ditolak oleh semua anggota dewan, begitulah bagaimana kecerdasaannya yang memilukan.” |
||
− | “- She raised a suggestion like that during one of the meetings, which was completely rejected by all of the members of the council, that’s how pitiful her intelligence is.” |
||
− | + | “Ka~rena~ Jika aku tidak melakukan itu, Jii-chan tidak akan pernah memanggilku Nee-san~ nyan~!” |
|
+ | “Semua orang tahu itu, yang menyebabkan mereka menolaknya, kecuali kamu mengatakan padaku bahwa ini adalah pertama kalinya kamu mendengar hal ini?” |
||
− | “Everyone knows that, which was why they turned it down, unless you’re telling me this is the first time you’re hearing of this?” |
||
+ | Suara Jibril masih tetap saja dingin, selagi Azrael memelukkan sekali lagi dan mulai memamerkan adik kecil perempuannya dengan senyum di wajahnya. |
||
− | Jibril’s tone was as cold as ever, while Azrael hugged her once again and began showing off her little sister with a smile on her face. |
||
− | “Jii-chan |
+ | “Jii-chan dia adalah~ diantara anak-anak yang diciptakan dalam masa Perang Raya, dia adalah 「Unit Akhir」-nyan ♪” |
+ | Dia tertawa gembira, sementara Jibril menghela nafas ditengah keputus-asaan. |
||
− | She laughed cheerily, while Jibril on the other hand sighed deeply in frustration. |
||
+ | “Anak-anak yang diciptakan pada masa akhir, karna mereka diciptakan saat Artosh-sama sedang dalam kekuatan penuh, memiliki keuatan yang tidak dapat dideskripsikan oleh anak-anak sepertiku yang diciptakan pada masa pertengahan perang-nyan~!! Bagimanapun~ anak-anak yang kuat semua bertarung di garis depan – jadi semua meninggal pada 「Pertempuran Terakhir」…” |
||
− | “The children created in the later stages, since they were created when Artosh-sama was at full power, have a power that is completely indescribable by children like me created during the middle stages of the war-nyan~!! However~ the strong children were all fighting on the front lines – so everyone died in the 「Final battle」…” |
||
+ | Semangat Azrael sesaat turun, dan jika orang yang dipeluknya kebetulan adalah seorang Imanity, orang itu jelas akan meletus seperti balon. Dia melanjutkan sambil memeluk satu-satunya saudarinya yang masih hidup. |
||
− | Azrael’s spirits momentarily dipped, and if the person she was hugging happened to be an Imanity, that person would definitely burst like a balloon. She continued while hugging her only surviving sister. |
||
− | “Jii-chan |
+ | “Jii-chan adalah satu-satunya unit tahap-akhir yang selamat setelah「Pertempuran」, dan dia juga adalah 「Unit Akhir」! Dia adalah adik semua orang, dan betapa imouto-manis-nya dia-nyan! Sudah selayaknya dibuat hukum untuk memanggil dia itu, jadi mengapa tidak seorangpun paham?” |
+ | Dia sekali lagi mulai berterbangan dengan pola angka delapan dengan gembira. |
||
− | She once again began flying about in figure-eight shapes cheerily. |
||
+ | Jibril menyipitkan matanya dalam kejijikan, yang mana sangat langka, namun - |
||
− | Jibril squinting her eyes in disgust was a rare sight as well, but – |
||
+ | “…Jibril…untuk berurusan dengannya…rekaman berharga…yang mengganggu…” |
||
− | “…Jibril…to deal with her…disturbing…precious recordings…” |
||
− | Shiro |
+ | Shiro berbicara sambil mengangkat ''smartphone''-nya, dan mulai mengambil video para malaikat. |
+ | Sementara itu, Sora sedang merenungkan pertanyaan lain. |
||
− | On the other hand, Sora was pondering another question. |
||
+ | Dia mengamati secara seksama kepolosan dam senyuman gembira Azrael - |
||
− | He closely observed Azrael’s innocent and cheerful smile – |
||
+ | “…Merepotkan sekali, kalau begini terus aku perlu mengubah rencana…” |
||
− | “…This is a pain, at this rate I’ll need to change the plan…” |
||
+ | Dia bergumam pada dirinya sendiri dengan kecewa. |
||
− | He mumbled to himself disappointedly. |
||
− | - |
+ | - Memandang. |
+ | Mendengar suara pelan yang di keluarkan, Azrael tetap tersenyum - tapi kemudian melihat ke arah Sora dengan pandangan tajam. |
||
− | Hearing his softly spoken words, Azrael kept smiling – but then looked towards Sora with a powerful gaze. |
||
− | “- |
+ | “- Jadi, apakah kamu orang yang telah merebut Jii-chan kami yang tersayang-nyan?” |
+ | “Hah, untuk berkata seorang perjaka merebut kekasih orang lain, pertanyaanmu sangat sulit untuk dijawab.” |
||
− | “Huh, to say a virgin snatched a lover from someone, your question is pretty hard to answer.” |
||
+ | Sora membalas marah, dengan kepalanya mendongak dan dadanya membusung, pada saat yang sama terlihat bermartabar, tragis dan kuat. |
||
− | Sora replied indignantly, with his head lifted and chest protruding, at the same time appearing dignified, tragic and powerful. |
||
− | Azrael |
+ | Azrael melangkah mendekat. |
“Oh -….” |
“Oh -….” |
||
− | + | “…Hah?” |
|
+ | Sangat tidak mungkin untuk bereaksi pada gerakan itu, seolah langkah tersebut mengabaikan semua batasan akan jarak. |
||
− | It was impossible to react to that, as it was a step that ignored all boundaries of distance. |
||
+ | Langkah itu sendiri membutuhkan beberapa saat sebelum Sora dan Shiro menyadari apa yang telah terjadi, dan mereka menjerit kekagetan. |
||
− | The step itself took multiple instants before Sora and Shiro realized what was happening, and they cried out in surprise. |
||
+ | - Secepat itu. |
||
− | - In that instant. |
||
+ | Sebuah getaran tanpa suara keluar dari badan Jibril yang menyebabkan perpustakaan bergempa. |
||
− | A silent shock emanated from Jibril’s body that caused the library to quake. |
||
+ | Sora inisiatif mencurigai bahwa dia menggunakan sihir, bagaimanapun setelah mendengar apa yang mereka berdua katakan setelah itu - |
||
− | Sora had initially suspected that she had used magic, however after hearing what the two said after that – |
||
− | “…Senpai, |
+ | “…Senpai, jika kamu bahkan hanya menyentuh sehelai rambut dari kepala Master – Aku hanya akan bilang, mungkin kamu ingin mempertimbangkannya.” |
− | + | “Masa sih~ Jii-chan tidak perlulah kamu begitu tegang~ Lagipula ada 「Sepuluh Ikrar」-nyan.” |
|
− | - Sora |
+ | - Sora menyadari, dia telah melepaskan sedikit sekali 「Niat Jahat」 saja. |
− | + | Seberapa banyak tepatnya Jibril menahan kekuatannya dalam keadaan normal - |
|
+ | Saat mereka mendapatkan secercah penglihatan mengenai 「Kekuatan Sejati」Jibril, Sora dan Shiro merasakan keringan dingin turun turun dari pipi mereka. |
||
− | As they got an extremely small glimpse of Jibril’s 「True power」, Sora and Shiro felt cold sweat running down their cheeks. |
||
− | + | Dan Azrael tidak terlihat mempermasalahkan 「sedikit niat jahat」, malah dia berbalik menghadap Sora. |
|
+ | Dengan mata hijau-giok-nya - mata yang benar-benar berbeda dari Jibril - dia berkata sambil melihat sepintas ke arah Sora: |
||
− | With those jade-green eyes – eyes that were impossibly different from Jibril’s – she spoke while glancing at Sora: |
||
+ | “Aku ingin membuat semua jelas.” |
||
− | “I wish to make something clear.” |
||
− | “- Yeah, |
+ | “- Yeah, apa itu?” |
+ | - Pandangannya kali ini, benar-benar tidak dapat dibandingan dengan pandangannya yang lalu. |
||
− | - Her gaze this time, was completely incomparable to her gaze from earlier. |
||
+ | Perasaan kebencian yang dahsyat tiba-tiba memenuhi ruangan, menyebabkan udara di perpustakaan memebeku, memeberikan impresi pada mereka bahwa bahkan alam semesta itu sendiri terpengaruh. |
||
− | A sudden crushing sense of malice filled the room, causing the air in the library to freeze, giving them the impression that the very universe itself was being affected. |
||
+ | Jika mereka gagal menjawab dengan benar - mereka akan langsung mati. |
||
− | If they were to answer incorrectly – they would die immediately. |
||
− | + | Dunia ini memiliki 「Sepuluh Ikrar」. |
|
− | Jibril |
+ | Jibril sedang menunggu perintah mereka di samping. |
− | - |
+ | - Walaupun begitu, mereka tidak bisa relax. |
+ | Pandangan Azrael memberikan impresi mereka seperti itu, setelah itu dia berkata: |
||
− | Azrael’s gaze gave them that impression, after which she spoke: |
||
− | + | “Sepanjang kamu memerintahkannya, Jii-chan akan memanggilku 「Nee-chan ♥」 kan-nyan?” |
|
… |
… |
||
Line 592: | Line 592: | ||
…? |
…? |
||
+ | Tanda bahaya yang salah - tidak, Sora merasa sebuah perasaan mendalam yang memberikan dia impresi bahwa sepanjang dia dapat relax, rohnya sendiri akan keluar darinya. |
||
− | False alarm – no, Sora felt a sinking feeling that gave him the impression that as long as he were to relax, his very soul would escape him. |
||
+ | Alasan sebenarnya mengapa dia dapat masih dapat berdiri hanyalah karena Shiro mencengkram tangannya dalam ketakutan. |
||
− | The very reason why he was barely standing was because Shiro was clutching his hand in fear. |
||
+ | Bagaimanapun, Azrael mengabaikannya dan melanjutkan dengan emosional. |
||
− | However, Azrael ignored him and continued emotionally. |
||
− | “E-even like she licked the feet of the E-Elves, she could like mine – or shower with me or something! N-no, I won’t force her to do something like that!! For example you could allow me to watch or something –“ |
||
+ | “B-bahkan seperti dia menjilat kaki seorang E-Elves, dia dapat menyukai aku - atau mandi bersamaku atau sesuatu! T-Tidak, aku tidak akan memaksanya untuk melakukan sesuatu seperti itu!! Contohnya kamu dapat mempersilahkan aku untuk menonton atau hal lain –“ |
||
− | - How could she have known that? Sora felt suspicious, however he took out his smartphone from his pocket and replied: |
||
+ | - Bagaimana bisa dia mengetahui itu? Sora merasa curiga, namun dia mengeluarkan ''smartphone''-nya dari kantong dan membalas: |
||
− | “…If you want videos of Jibril showering, I have videos –“ |
||
+ | “…Jika kamu mau video Jibril sedang mandi, Aku punya beberapa –“ |
||
− | “I’ll bet the Flügel’s race piece for that! Give it to me-nyan!!” |
||
+ | “Aku akan mempertaruhkan bidak ras Flügel untuk itu! Berikan itu padaku-nyan!!” |
||
− | - An impossibly loud sound could be heard in that twenty-thousand-foot high altitude. |
||
+ | - Sebuah suara yang keras tak terkira terdengar di tempat setinggi dua puluh ribu kaki<ref>TL note: 1 kaki ~ 30 cm ~ 1/3 m</ref>. |
||
− | “Azrael-san, please calm down, you don’t have the right to do that. To bet the race piece, you need to consult the decision of the「Council of Eighteen Wings」 right? I think your request will be unanimously denied once again ♥” |
||
+ | |||
+ | “Azrael-san, mohon tenang, kamu tidak memiliki hak untuk melalukan itu. Untuk mempertaruhkan bidak ras, kamu perlu berunding dengan 「Dewan Delapan-Belas Sayap」 kan? Aku pikir permintaanmu akan ditolak mentah-mentah lagi ♥” |
||
“U-ugh~~…! – Nyan?” |
“U-ugh~~…! – Nyan?” |
||
+ | Nada suara Jibril memperlihatkan sedikitpun ketakutan meski ada sedikit tambahan (cekikikan) di akhir kalimat, namun Azrael - |
||
− | Jibril’s tone of voice didn’t carry any sense of apprehension despite her adding a small (giggle) at the end of the sentence, however Azrael – |
||
+ | “Tunggu sebentar-nyan… suara-suara gemuruh roda gigi datang dari kepalaku! Otakku sekarang ini sedang bekerja dalam kecepatan cahaya, ini adalah saat paling aktif setelah dahulu kala, dua puluh enam ribu tahun-nyan!” |
||
− | “Wait a second-nyan… noises of gears rumbling are coming from my head! My brain is currently working at light-speeds, it’s the most active it’s been in my, Azrael’s twenty-six-thousand years-nyan!” |
||
+ | - Azrael membiarkan umurnya yang luar biasa panjang terselip begitu saja sambil terlihat seperti mempertimbangkan sesuatu. |
||
− | - Azrael let slip her incredibly long lifespan just like that while appearing as though considering something. |
||
+ | Akhirnya dia tiba-tiba mengangkat kepalanya, sepertinya mendapatkan sebuah ide. |
||
− | Finally she raised her head up all of a sudden, seemingly having got an idea. |
||
− | “- |
+ | “- Ah iya-nyan!! Kamu…namamu Sora kan!?” |
− | “Ah, |
+ | “Ah, iya.” |
− | + | “Aku akan menjadi milikmu juga-nyan! Pertimbanganku menunjukkan bahwa jika itu terjadi aku akan bisa mandi bersama Jii-chan!!” |
|
− | + | “Ide terburuk yang kamu punya dalam dua puluh enam ribu tahun, selamat atas kerja keras untuk itu, Azrael-san.” |
|
+ | Jibril menyenyumkan sebuah senyum yang bahkan tidak dapat dideskripsikan dengan kata sifat dingin, seperti ada sedikit kekecewaan juga penghinaan ke Azrael. |
||
− | Jibril smiled a smile that couldn’t even be described with the adjective cold, as it carried hints of disappointment as well, and she mocked Azrael. |
||
− | + | Namun - Shiro melirik diam-diam ke arah kakaknya. |
|
− | Azrael |
+ | Azrael dengan santainya mempertaruhkan kebebasannya sendiri sebagai kondisi - seperti Jibril dahulu, hanya saja dia bukan Duta dari Flügel, dan walaupun jika mereka memperolehnya, mereka tidak akan dapat mendapatkan ras Flügel. |
+ | Meski tidak akan mudah untuk mengalahkan Flügel dalam sebuah game. |
||
− | Although it would be no easy feat to play against the Flügel. |
||
+ | Azrael bahkan menyangka bahwa dia dulu 「Sengaja Kalah」, juga itu akan menjadi keputusan yang menguntungkan untuk memilikinya sebagai aset. |
||
− | Azrael even hinted that she would 「Intentionally lose」, also it would be a rather beneficial decision to have her as an asset. |
||
− | + | Juga, niat kakaknya termasuk menyerap para Flügel juga. |
|
+ | Dalam pikiran yang berturut-turut ini, Shiro melirik ke kakaknya hanya untuk memastikan kecurigaannya - |
||
− | On this train of thought, Shiro looked over at her brother as though to confirm her suspicions – |
||
“…?” |
“…?” |
||
+ | Dia mendapati bahwa Sora telah benar-benar kehilangan ketertarikan dan tenang, setelah itu dia melirik dengan curiga ke arah Azrael. |
||
− | She found that Sora had completely lost interest and had calmed down, after which she looked over curiously at Azrael. |
||
+ | Wajahnya masih memiliki senyum yang mempesona - sebuah senyuman yang terlalu sempurna. |
||
− | Her face still had that enchanting smile on it – an overly perfect smile. |
||
− | “…Ah…” – |
+ | “…Ah…” – paham dengan arti ekspresi kakaknya, Shiro mengangguk sedikit. |
+ | Sora tiba-tiba menghela nafas, berbalik arah dan berjalan menjauh. |
||
− | Sora sighed unexpectedly, turned around and walked away. |
||
+ | “…Sangat langka bagimu untuk mengatakan hal-hal semacam itu, namun hal semacam ini sebaiknya menunggu saatnya nanti…” |
||
− | “…It’s rare of you to say such things, but this sort of thing should wait until next time…” |
||
− | “Eh~~… |
+ | “Eh~~… badan bugil Jii-chan –“ |
− | Azrael |
+ | Azrael menolak untuk menyerah, dan Sora menggenggam tangan Shiro dan meludah. |
+ | “…Aku membual pada Steph sebelumnya bahwa aku akan mendapatkan tiga ras, namun sepertinya sekarang aku harus meminta maaf padanya.” |
||
− | “…I bragged to Steph earlier that I would acquire three races, but now I’ll have to apologize to her.” |
||
− | + | Memandang ke arah Azrael, Sora - meliriknya dengan pandangannya penuh kekecewaan dan berkata: |
|
− | “- |
+ | “- Yang ini tidak berguna, Jibril saja cukup.” |
− | + | Mengabaikan lirikan Azrael, Sora dan Shiro melanjutkan ke rak buku yang bergunung. |
|
− | + | “Jadi Jibril, kita bisa melihat-lihat buku-buku disini kan?” |
|
− | “…Yes, Azrael-senpai |
+ | “…Yes, Azrael-senpai telah mengijinkannya.” |
+ | Sora mengangguk dan mengamati sekitarnya. |
||
− | Sora nodded and surveyed his surroundings. |
||
+ | Buku, buku, buku… itu adalah sebuah kota raksasa yang dibuat dengan hanya buku saja. |
||
− | Books, books, books… it was a giant city made up of nothing but books. |
||
+ | Dan sejauh mata memandang, dia dapat melihat bahwa dibalik buku yang tak terhitung, ada - tulisan dari beberapa bahasa yang dia tidak tahu. |
||
− | And within his line of sight, he could see that on the back of countless books, there was – writing of multiple languages he didn’t know. |
||
+ | “Karna ekspetasiku yang sebenarnya dihancurkan, kita harus berusaha keras… lupakan, ayo coba yang terbaik, Shiro.” |
||
− | “Since my original expectations were crushed, it looks like we’ll have to tough it out… forget it, let’s try our best, Shiro.” |
||
“…Mm.” |
“…Mm.” |
||
+ | Keduanya setuju dan menghilang di dalam tumpukan buku-buku, sambil dua Flügel melihat mereka pergi dalam diam. |
||
− | The two agreed and disappeared in the piles of books, while the two Flügel watched them go in silence. |
||
===Part 4=== |
===Part 4=== |
||
+ | Azrael duduk bersila di salah satu tumpukan buku dan bertopang dagu. |
||
− | Azrael sat cross-legged on one of the piles of books and put her head in her hands. |
||
− | “Mm~ |
+ | “Mm~ Aku menginginkan diriku sendiri sebagai umpan untuk mendapatkan Jii-chan, mungkinkah umpannya tadi terlalu besar-nyan?” |
+ | Dia dengan dingin menyingkap alasan mengapa ekspetasi Sora tadi dihancurkan. |
||
− | She coldly revealed the reason why Sora’s expectations were crushed. |
||
+ | Tidak diragukan lagu, pemikiran Azrael benar-benar berbeda dari kelakuannya, seperti dia tidak yakin dan tidak percaya Sora. |
||
− | No doubt, Azrael’s thoughts were completely different from her demeanour, as she didn’t believe nor trust Sora. |
||
− | + | Untuk mendapatkan Jibril kembali, yang dia mau hanyalah mereka jatuh ke jebakannya. |
|
− | - |
+ | - Dan kenapa Jibril memanggil mereka sebagai Masters, dia sama sekali tidak peduli. |
− | + | “…Kamu benar-benar belum berubah, Azrael.” |
|
+ | Ekspresi Azrael berkedut sedikit saat namanya dipanggil langsung seperti itu, dan dia membalas dengan tenang: |
||
− | Azrael’s expression twitched slightly upon having her name called directly like that, and she replied calmly: |
||
− | “Jii-chan |
+ | “Jii-chan bahkan bisa membalas omongan seperti padaku dan Artosh-sama, jadi sangat tidak mungkin bahwa kamu akan melayani seorang Imanity biasa-nyan. Sepanjang itu ditentukan oleh ikrar, menutupi niat seseorang atau membuat seoerang menjadi boneka seharusnya hal yang mudah. Toh, kedua orang itu pasti menang dengan keberuntungan saja, sehingga kamu dipaksa untuk mengikuti mereka, kan-nyan? Sejujurnya –“ |
+ | Dia memandang mata Jibril. |
||
− | She looked directly into Jibril’s eyes. |
||
− | “- Jii-chan |
+ | “- Jii-chan telah berubah.” |
− | Jibril |
+ | Jibril menjawab perkataan Azrael dengan senyum dingin. |
+ | “Ya, Aku telah berubah…yang mana kamu tidak dapat.” |
||
− | “Yes, I have changed…whereas you can’t.” |
||
“…” |
“…” |
||
+ | “Dan mengenai bagaimana aku ditaklukkan pada tantangan, kamu tidak perlu berkomentar – ekspetasiku dahulu ternyata tersia-sia.” |
||
− | “As for how I was defeated in that challenge, you have nothing to say – my expectations were all for nothing.” |
||
+ | Jibril tersenyum samar dalam pengkhianatan, dan melanjutkan dengan dingin: |
||
− | Jibril smiled faintly in betrayal, and continued coldly: |
||
+ | “…Alasan mengapa aku menentang Master terdahulu (Artosh) dan kamu, adalah karena - Aku cuma tidak bisa menerima pribadimu lagi - terlalu keras kelapa, jadi…” |
||
− | “…The reason why I defied my late Master (Artosh) and you, is because – I just can’t take your personalities anymore – too stubborn, so…” |
||
+ | Dia sedikit ragu-ragu, haruskah dia mengatakannya? Atau - |
||
− | She hesitated slightly, should she say it? Or – |
||
− | Jibril |
+ | Jibril memutuskan untuk melanjutkannya. |
+ | Dia tahu Azreal akan menyerang lebih dari siapapun. |
||
− | She knew Azrael would take offense more than anyone. |
||
+ | Meski ini pun - dia memutuskan bahwa dia akan memberitahunya, jadi dia lakukan. |
||
− | Despite this – she decided that she would tell her, so she did. |
||
+ | “Yang mana mengapa kita kalah, dan sampai sekarang - kamu tetap tidak akan berubah.” |
||
− | “Which is why we lost, and until now – you still won’t change.” |
||
+ | Mendengar perkataann itu, senyum Azrael menghilang seluruhnya. |
||
− | Hearing these words, Azrael’s smile completely vanished. |
||
+ | Sejujurnya - ekspresi Azrael seperti boneka beku. |
||
− | To be honest – Azrael’s expression was like a cold puppet. |
||
+ | Tidak, itu benar-benar makhluk yang berbeda dengan penampilan Azrael - dan ''itu'' berbicara: |
||
− | No, it was a completely different existence with Azrael’s appearance – and it spoke: |
||
− | “- 「 |
+ | “- 「Unit Akhir」, engkau mengetahui sang 「Jawaban」?” |
+ | Jibril melihat pada makhluk tersebut dengan pandangan yang dipenuhi kebencian, dan dia berkata pada ''itu'', hampir meludah, katanya: |
||
Jibril looked at that existence with a gaze of pure hate, and she spoke to it, almost spitting her words: |
Jibril looked at that existence with a gaze of pure hate, and she spoke to it, almost spitting her words: |
||
− | “- |
+ | “- Ya, atau lebih tepatnya, Aku menemukannya sejak lama, hanya saja aku tidak memiliki bukti konkrit.” |
“…” |
“…” |
||
− | + | “Jadi sekarang aku harus membantu Masters menemukan apa yang mereka perlukan - itu saja.” |
|
+ | Jibril berbalik menjauh, meninggalkan makhluk sunyi. |
||
− | Jibril turned away, leaving behind the silent existence. |
||
- … |
- … |
||
− | + | “…Bagaimana menurutmu-nyan?” |
|
− | - |
+ | - Kamu harus bertanya. |
− | + | “…Ya-nyan, tapi bagaimana jika kamu keliru?” |
|
+ | - Kamu tidak harus bertanya, kamu sudah tahu. |
||
− | - You don’t have to ask, you know already. |
||
− | + | “…Benar sekali-nyan…” |
|
− | - 「 |
+ | - 「Unit Akhir」, Aku benar-benar yakin dengan keputusanmu, tidak hanya aku, namun semua orang lain. |
− | + | “Aku tahu, nyan…” |
|
+ | Aku tahu… dia mengulangi perkataannya pada dirinya sendiri. |
||
− | I know… she told herself that repeatedly. |
||
− | Azrael |
+ | Azrael berbicara untuk menjawab pada - kehendak Phantasma (Avant Heim) yang bersemayam dalam dirinya. |
+ | Azrael menoleh sedikit ke arah orang-orang yang sedang mencari-cari di tumpukan buku-buku - |
||
− | Azrael merely looked at the people who were searching through the books – |
||
+ | Dia hanya bisa bertanya lagi saat mereka membuat langkah. |
||
− | She could only ask again when they made a move. |
||
===Part 5=== |
===Part 5=== |
||
+ | “…Tidak, kita tidak akan berhasil dengan kecepatan seperti ini.” |
||
− | “…No, we won’t make it at this rate.” |
||
+ | Berdiri di depan tumpukan-buku raksasa, Sora menyadari bahwa usaha mereka sia-sia belaka setelah hanya sekitar setengah jam. |
||
− | Standing before a gigantic pile of books, Sora realized that their efforts were futile after a mere half-hour. |
||
− | “Shiro, |
+ | “Shiro, berapa banyak bahasa di dunia ini yang telah kamu pelajari?” |
− | + | “…Hanya…bahgasa Imanity, Werebeast dan Elven…” |
|
− | Shiro |
+ | Shiro bergumam pelan, dan Sora mengelus rambutnya penuh cinta. |
− | + | Untuk Sora yang hampir menguasai bahasa Imanity, kecepatan belajar tersebut tidak dapat dideskripsikan sederhana dengan 「Hanya」. |
|
+ | Namun, meskipun itu - |
||
− | But, despite that – |
||
− | “Jibril, |
+ | “Jibril, dalam bahasa apakah ini?” |
− | + | “Itu bahasa Dwarven dan Demon, Aku hanya samar-samar mengerti…” |
|
+ | …Benar, satu-satunya yang dapat mengerti semua buku-buku adalah Jibril. |
||
− | …Right, the only one that could understand all the books there would be Jibril. |
||
+ | Meskipun Shiro dapat mempelajari bahasa asing dengan kecepatan yang tidak komprehensif, buku-buku disini sendiri ada jutaan, jadi mengandalkan sejumlah kecil orang untuk mencari informasi disini sangatlah tidak mungkin, yang jelas sekali dari awalnya. |
||
− | Even though Shiro could learn foreign languages at incomprehensible speeds, the books here alone were in the millions, so relying on this few people to search for information here would be impossible, which was obvious from the very start. |
||
“…Jibril.” |
“…Jibril.” |
||
− | + | “Ya.” |
|
+ | “Tidak ada waktu, jika kita terlalu lama, nyawa Ino akan dalam bahaya. Bahkan jika kita memiliki garis hidup, jika Sairens berpikir kita secara genius kabur, kita akan berada dalam masalah besar - tidak bisakah kamu mendapatkan sedikit bantuan?” |
||
− | “There’s no time, if we take too long, Ino’s life will be in danger. Even if we have a lifeline, if the Seirens think we’re genuinely running away, we’ll be in big trouble – can’t you get some help?” |
||
+ | Mereka tidak punya waktu lagi untuk duduk disini dan berlahan-lahan mengumpulkan informasi yang cukup untuk menantang Ratu sekali lagi secepat mungkin yang bisa. |
||
− | They had no time to sit here and slowly gather information, as they needed to challenge the Empress once more as soon as possible. |
||
+ | Karena itulah - Sora memiliki niat sebenarnya untuk mengandalkan pada Azrael untuk mengumpulkan bantuan - |
||
− | Because of that – Sora had originally intended to rely on Azrael to gather help – |
||
+ | Bagaimanapun harapannya dihancurkan langsung saat dia menyadari Azrael tidak memiliki niat untuk hal seperti itu. |
||
− | However his hopes were crushed as soon as he realized Azrael didn’t have any intention of the sort. |
||
+ | Ekspresi yang Sora tadi lihat di wajah Azrael, bukanlah seorang Flügel yang cerdas - bukanpula sesuatu yang seperti Jibril yang kolektif terhadap rasa penasaran dan pengetahuan, bukanpula orang yang mudah kegirangan. |
||
− | The expression Sora saw on Azrael’s face, wasn’t that of a knowledgeable Flügel – nor was it something like Jibril’s who was a collective of both curiosity and intelligence, nor was she a trigger-happy person. |
||
+ | Itu - saja - |
||
− | It – was only – |
||
+ | “…Aku bisa mendapatkan bantuan, tapi aku takut bahwa bantuan itu bukanlah seperti apa yang kamu harapkan.” |
||
− | “…I can get help, but I fear it may not be what you’re expecting.” |
||
− | + | Ya, itu akan menjadi niat Azrael, tapi – |
|
− | + | “Tidak ada jalan lain, jadi mari lakukan apa yang dia mau karna kita tidak punya waktu untuk hanya duduk disini - Shiro.” |
|
“…Mm.” |
“…Mm.” |
||
− | - Sora |
+ | - Sora membuat gerakan menggelisahkan yang terlampau langka - mengigiti kukunya, dan Shiro membalasnya juga. |
+ | “- Karna ekspetasimu yang sebenarnya dihancurkan, kita hanya dapat menyesuaikan pada keadaan saat ini, jadi kita akan memerlukanmu untuk bekerja sama.” |
||
− | “- Since your original expectations were crushed, we can only adapt to the situation at hand, so we’ll need you to cooperate.” |
||
“…OK…” |
“…OK…” |
||
Line 826: | Line 828: | ||
===Part 6=== |
===Part 6=== |
||
− | + | “Hei, Azra…el?” |
|
− | Sora |
+ | Sora memutuskan untuk memanggil Azrael, namun malah membeku sekejap. |
+ | - Kemungkinan karena dia harus mengubah pemandangan di Serikat Timur atau hal-hal yang dia ketahui menjadi kenyataan. |
||
− | - Probably because she had turned the scenery in the Eastern Union or the things within her knowledge into reality. |
||
+ | Dia mirip sekali dengan hikikomoris Jepang yang Sora tahu - yang mana termasuk Sora dan Shiro sendiri - benar-benar seperti itu, dia terpendam dalam benda seperti kotatsu, dengan kepalanya ditutupi dalam selimut, memandang ke arah sebuah proyektor (televisi) yang cuma bergambar semut – |
||
− | She was just like the Japanese hikikomoris Sora knew – which included Sora and Shiro themselves – exactly like that, she was buried in a kotatsu-like thing, with her head covered within a blanket, staring at a projector (television) that had only static on it – |
||
− | + | “…Apakah hal itu-nyan…? Apakah ada sesuatu yang sangat penting sampai-sampai kamu harus mengganggu seseorang yang tak bergunia sepertiku ini-nyan?” |
|
+ | Menghabiskan tenaga saja - Azrael membuat sekitarnya terlihat gelap dan suram dalam usahanya untuk menonjolkan kesedihan. |
||
− | What a waste of energy – Azrael made the surroundings on her appear dark and gloomy in an attempt to accentuate her sadness. |
||
+ | Berhadapan dengan kemampuan aktingnya yang sangat berlebihan, bukannya Sora merasa kagum, setelah itu dia berbicara dengan muka datar: |
||
− | Faced with her overly exaggerated acting skills, Sora instead felt admiration, after which he spoke with a deadpan expression: |
||
− | “- Ah~ |
+ | “- Ah~ em, kamu tahu mengenai Sang Ratu Sairens yang berhibernasi kan?” |
+ | “Nyaaaaa…si idiot itu dulu dipengaruhi oleh dongeng dan mendorong dua ras termasuk dirinya sendiri pada ambang kepunahan dalam jangka satu generasi, bahkan membuat sebuah kerang tidak dapat berkata-kata? Semua orang tahu-nyan~…” |
||
− | “Nyaaaaa…that idiot that was influenced by fairy tales and pushed two races including herself to the brink of extinction in the span of a single generation, leaving even the shellfish speechless? Everyone knows-nyan~…” |
||
− | Azrael |
+ | Azrael menjawab dibawah selimutnya. |
+ | - Sambil melihat ke arah halo-nya yang berputar-putar di sekitar atas selimut, Sora melanjutkan sambil mengalami perasaan yang tak terdeskripsikan: |
||
− | - While looking at her halo that was spinning about above her blanket, Sora continued while experiencing indescribable feelings: |
||
− | “Y- |
+ | “Y-ya, itu dia, kami mencari catatan kondisinya yang dia atur sebelum memulai game-nya.” |
− | + | “…Jika itu yang kamu mau, Jii-chan juga tahu-nyan! Itu adalah 「Dia akan terus berhibernasi sepanjang dia belum jatuh cinta」-nyan.” |
|
− | + | “Ya, tapi – itu palsu.” |
|
+ | Mendengar perkataannya, mata Azrael terbuka dengan pandangan tajam, sepertinya lupa akan akting depresi sebelumnya. |
||
− | Hearing her words, Azrael’s eyes lit up with a sharp glint as though forgetting her previous depressed act. |
||
− | “Oh! |
+ | “Oh! Itukah mengapa semua orang kalah-nyan? Jadi apa kondisi sebenarnya-nyan?” |
+ | - Kawan itu ternyata adalah seorang Flügel saja. |
||
− | - That fellow was a Flügel after all. |
||
+ | “Itulah yang ingin aku ketahui, jadi aku mencari semua catatan yang ada dari orang-orang yang telah mencoba game itu bersamanya, dan perkataan terperinci yang dikatakan para pemain untuk perbandingan.” |
||
− | “That’s what I want to know, so I’m looking for all available records of people that have carried out games with her, and the exact words the players were told for comparison.” |
||
“Oh~….” |
“Oh~….” |
||
+ | Azrael memandang kosong sebentar, setelah itu dia menjawab dengan dingin: |
||
− | Azrael stared into space for a moment, after which she replied coldly: |
||
+ | “Mengenai itu, jika kamu mencari catatan, catatan-catatan tersebut diletakkan di tempat tertentu di suatu tempat, carilah sendiri, dan aku akan menginformasikanmu lagi jika kamu sudah punya tujuan jelas.” |
||
− | “About that, if you’re looking for records, they’re placed in a certain somewhere, look for it yourself, and I’ll inform you again if you have a definitive goal.” |
||
− | + | Tapi – tidak dapat disangkal, dia berbeda dengan Jibril. |
|
+ | “Ya, tapi terdapat terlalu banyak buku, dan kita tidak punya waktu, jadi dimanakah tempat semua catatan mengenai itu –“ |
||
− | “Yes, but there’s too many books, we don’t have time, so where are all the related records –“ |
||
− | + | “Aku tidak tahu sama sekali-nyan! Ahahahahaha~” |
|
… |
… |
||
− | + | “Karena 《Hukum Kesetaraan》-nyan~ Setelah meminjamkan buku-buku tersebut berkali-kali, bahkan akupun tidak tahu dimana mereka-nyan~♪” |
|
+ | |||
+ | “Kamu mengerti sekarang? Master, inilah tepatnya mengapa aku meninggalkan kampung halamanku.” |
||
+ | Kemungkinan karena dia telah lupa bahwa dia seharusnya berakting depresi, Azrael tertawa terbahak-bahak sembari Jibril benar-benar serius. |
||
− | “Do you understand now? Master, this is exactly why I left my hometown.” |
||
+ | “…Karna kamu semua hidup untuk mengoleksi buku, kamu seharusnya menyimpan mereka dengan baik…” |
||
− | Probably because she had forgotten she was supposed to be acting depressed, Azrael laughed cheerily while Jibril was completely solemn. |
||
+ | “Hmm? Itu keliru-nyan, tujuan kita adalah untuk mengoleksi 「Pengetahuan」, 「Buku」 bukanlah apa-apa untuk kita-nyan. Aku bahkan berpikir bahwa sepanjang kita bisa menghafalkan isi dari buku, membuang mereka tidak masalah; namun karena orang-orang yang belum membacanya akan marah, kita tidak melakukannya-nyan~” |
||
− | “…Since you all live to collect books, you should at least keep them properly…” |
||
+ | “Kamu mengerti sekarang? Master, inilah tepatnya! Alasan mengapa aku meninggalkan kampung halamanku.” |
||
− | “Hmm? That’s wrong-nyan, our aim is to collect 「Knowledge」, 「Books」 are actually nothing to us-nyan. I even think that as long as we can memorise the contents of the books, throwing them away is fine as well; but since the people who haven’t read them would be angry, we didn’t do that-nyan~” |
||
+ | Jibirl menyenyumkan senyum yang mengindikasikan dia akan segera menyerang disaat dia menjelaskan pada Sora sekali lagi. |
||
− | “Do you understand now? Master, this is exactly it! The reason why I left my hometown.” |
||
+ | - Sora sekarang mengerti, dia hanya fokus pada 「Pengetahuan」- |
||
− | Jibril smiled a smile that indicated she would strike at any moment as she explained to Sora once again. |
||
+ | 「Untuk apa yang dimaksud」…Sora tidak dapat menahan tertawanya, bagaimanapun dia tidak akan repot-repot menjelaskannya, malahan dia bertanya pada Azrael: |
||
− | - Sora now understood, all she was focused on was 「Knowledge」- |
||
+ | “Jadi, apa yang harus kulakukan?” |
||
− | 「As for what that meant」…Sora couldn’t restrain his laughter, however he didn’t bother explaining it, and instead asked Azrael: |
||
+ | “Hmm~ biarkan saja orang-orang yang bertanggung-jawab untuk mencarinya untuk kalian! Ada beberapa lainnya yang terlalu berpikiran tertutup seperti Jii-chan, jadi sepanjang kalian menginginkannya, kamu seharusnya bisa mendapatkan semuanya-nyan~” |
||
− | “So, what should I do?” |
||
+ | “Mm, jadi aku akan menyerahkannya pada –“ |
||
− | “Hmm~ just let the people that are in charge of the books’ locations to search for them! There are some others that are just as close-minded as Jii-chan, so as long as they’re willing to, you should be able to get all of them-nyan~” |
||
+ | “Suasana hatiku sedang tidak baik-nyan~” |
||
− | “Mm, so I’ll leave it to –“ |
||
+ | Terlihat berharap untuk terlihat menyedihkan sekali lagi, Azrael berbicara sambil mengubur dirinya dalam selimut sekali lagi: |
||
− | “I’m not in the mood-nyan~” |
||
− | Seemingly wishing to appear sad once again, Azrael spoke while burying herself under the blanket once more: |
||
+ | “Aku bisa membiarkan mainan imouto-manisku untuk berkeliaran kemanapun, tapi aku tidak punya kewajiban untuk mengurusi kalian semua. Aku tidak punya keuntungan dengan menjadi rekanmu, dan bahkan Jii-chan memanggilku seorang idiot, jadi sekarang aku sangat depresi-nyan~” |
||
− | “I can allow my cute imouto’s toys to wander about everywhere, but I have no obligation to take care of you all. I have no value in being your companion, and even Jii-chan called me an idiot, so I’m very depressed now-nyan~ I’m very hurt-nyan~ So I don’t want to do anything-nyan~” |
||
− | Sora |
+ | Sora berlahan memberikan teleponnya. |
− | + | “Bahkan jika aku menunjukkan video Jibril mandi?” |
|
− | “---------- |
+ | “----------Tidak.” |
− | + | “Jika kamu setuju sekarang juga, Aku akan mengabulkan penawaran mengenai dia memanggilmu 「Nee-san」?” |
|
− | “--------------------------- |
+ | “---------------------------T…idak setuju.” |
+ | Azrael membalas sambil berkeringat deras, seperti dia sedang menghadapi pertempuran mati-matian dengan sesuatu. |
||
− | Azrael replied while sweating furiously, as though she was engaging in mortal combat with something. |
||
+ | Dia mengeluarkan kata-katanya sambil terengah-engah, seakan-akan sedang dalam latihan yang brutal. |
||
− | She squeezed out her words while breathing heavily, seemingly undergoing some brutal training. |
||
− | + | “A-aku sangat~~ tersakiti sekarang-nyan – sesuatu seperti itu… ah, bukan, Aku tidak mengabaikan Jii-chan seakan seperti sesuatu dibawahku-nyan! Hanya saja bahwa aku terlalu tersakiti, jadi aku butuh sesuatu yang lebih dari itu – um, kamu seharusnya tahu…apa yang kumaksud kan?” |
|
− | Cheh – Sora |
+ | Cheh – Sora menggerutu tanpa suara. |
+ | Dia melihat bahwa diantara bualan dan kebohongan Azrael - hanya kecintaannya pada Jibril yang nyata, yang mana alasan mengapa dia memainkan kartu jokernya tapi tidak berhasil. |
||
− | He saw that amongst Azrael’s deception and lies – only her devotion to Jibril was real, which was the reason why he played his trump card but to no avail. |
||
+ | Jika begini terus, tindakannya akan terbatas. |
||
− | At this rate, his actions would be limited. |
||
+ | Berhadapan dengan lawan semacam Flügel? Dimana lawan memiliki keunggulan dalam game yang masih tidak mereka kenali? - Sungguh sebuah lelucon. |
||
− | Facing an opponent such as the Flügel? Having the opponent have the upper hand in a game still yet unknown to them? – What a joke. |
||
+ | “- Sejujurnya, aku tidak peduli apa yang terjadi pada kalian. jadi jika para ikan bego, anjing kampung kudisan dan monyet bodtak ingin punah, ya silahkan, paling-paling kita hanya akan mendapatkan beberapa buku lagi mendeskripsikan kejatuhan mereka-nyan. Untukku, itu menguntungkan-nyan.” |
||
− | “- To be honest, I don’t care what happens to you, so if those stupid fish, mangy mutts and bald monkeys want to go extinct just let them, at the most we’ll just get a few more books describing their downfall-nyan. For me, it’s advantageous-nyan.” |
||
− | + | Pandangannya jatuh pada Sora. |
|
+ | “Untuk seseorang yang abadi sepertiku…orang-orang sepertimu yang mati dalam sekejap mata bahkan tidak layak untuk nilai dari sebuah 「Dongeng」. Kamu ingin aku untuk membantu? Mengapa aku harus melakukannya-nyan?” |
||
− | “To someone immortal like me…people like you who die in the blink of an eye don’t even deserve the value of a 「Fairy tale」. You want me to help? Why do I have to-nyan?” |
||
+ | - Tapi dia tidak dapat membiarkan dia memiliki keunggulan, jika dia melakukannya semua akan selesai. |
||
− | - But he couldn’t let her have the upper hand, as if she did it would be all over. |
||
+ | Jika Azreal bersikeras bermain permainan psikologis - aku siap. |
||
− | If Azrael insisted on playing mind games – bring it on. |
||
+ | “Jadi begitu kamu sebenarnya, yang karena itu aku katakan kamu tidak berguna, dapatkah kamu cuma mendeteksi ejekankuy? 「Orang mati」.” |
||
− | “So that’s how you really are, which is why I said you’re useless, can’t you even detect my mockery? 「Dead man」.” |
||
+ | Sora membalas dengan tekad bulat tapi diwaktu yang sama dengan bangga - dan mendengar perkataannya, ekspresi Azrael berubah. |
||
− | Sora replied with determination but at the same time in pride – and hearing his words, Azrael’s expression changed. |
||
+ | “Sebuah alat dipakai oleh tidak seorangpun, sebuah boneka yang tak berharga, Aku mengnggap bahwa sungguh hidup yang nikmat kehidupanmu disana.” |
||
− | “A tool used by no one, a puppet with no value, I’ll assume that’s a pretty enjoyable life you’re living there.” |
||
“-…” |
“-…” |
||
+ | “Tidak masalah, karena saat kita menguasai dunia, orang-orang seperti pasti akan mengatakan hal seperti 「Mohon ijinkan aku untuk bergabung」 kan? Sebab kamu semua hanya tahu bagaimana untuk mengikuti saja kemana angin berhembus. Jibril, kita akan pikirkan sendiri jalannya, jadi mari cari temanmu satu per satu –“ |
||
− | “It’s fine, since when we’ve taken over the world, people like you would definitely say something like 「Please allow me to join」 right? Because you all only know how to follow along with where the wind blows. Jibril, we’ll think of a way ourselves, so let’s go find your friends one by one –“ |
||
− | Sora |
+ | Sora berdiri dan berbalik untuk pergi. |
+ | “…Kamu berani untuk berargumen denganku, jangan bilang kamu sekarang kabur?” |
||
− | “…You dare to pick an argument with me, don’t tell me you’re running away now?” |
||
− | - |
+ | - Dia menangkap umpannya, Sora tersenyum pada dirinya. |
+ | “Argumen? Hah! Hanya yang setara yang dapat berargumen satu dengan yang lain.” |
||
− | “Argument? Hah! Only equals can argue with each other.” |
||
+ | “Oh… Aku tidak terpikir bahwa kamu menjadi begitu sadar-diri mengenai hal itu, kamu paling tidak layak untuk mendapatkan pujian.” |
||
− | “Oh… I didn’t think that you’d be so self-conscious about it, you’re worthy of some commendation after all.” |
||
+ | “- Yang berada di ranking bawah adalah kamu tentunya, apakah kamu bangun di sisi kasur yang salah hari ini? Otak udang.” |
||
− | “- The one that’s on the lower rank is you of course, did you get up on the wrong side of the bed today? Airhead.” |
||
− | “…. |
+ | “….Sangat bagus-nyan, siapa yang takut siapa-nyan.” |
+ | Setelah itu dia mengangkat tangannya dan mengumumkan. |
||
− | After which she raised her hand and announced. |
||
− | “「 |
+ | “「Bunuh dan jarah semua hal yang kamu inginkan, untuk itu adalah kesetaraan pada firman surga」-nyan!” |
… |
… |
||
− | - |
+ | -…Mendengar perkataannya yang terlampau kasar, Sora dan Shiro menutup-setengah mata mereka. |
+ | “…Kata-kata macam apakah itu?” |
||
− | “…What kind of words are those…?” |
||
− | “Ah, Masters, |
+ | “Ah, Masters, itu adalah sebuah ungkapan Flügel jadi tidak masalah jika kamu tidak tahu.” |
− | + | “Tidak, bukan itu yang aku maksud.” |
|
− | + | “Bukan sebuah argumen – tapi kita akan bermain sebuah game-nyan, hanya itu saja –“ |
|
− | + | Mengabaikan percakapan Sora dan Jibril, Azrael menjentikkan jarinya. |
|
− | “「 |
+ | “「Kita semua」 akan bermain bersama dengan teman-teman Jii-chan yang kamu cari, jadi kamu bisa meminta bantuan mereka.” |
− | - |
+ | - Dalam sekejap. |
+ | Semua orang yang hadir di-''teleport'' denga kekuatan yang bahkan Jibril tidak dapat tolak. |
||
− | Everyone present was teleported with a force that even Jibril couldn’t resist. |
||
+ | Dan apa yang mereka lihat setelah pemandangan berganti adalah – |
||
− | And what they saw after the scenery had changed was – |
||
− | - |
+ | - Sebuah spanduk panjang bertuliskan ‘{{furigana|「」|Kuuhaku}} Pertemuan Penggemar, Tandatangan dan Jabat Tangan’. |
− | + | Tak terhitung Flügel sedang menyiapkan tempat – |
|
− | + | “…Kita ditipu -!!” |
|
+ | Hampir seratus tatapan jatuh pada mereka bersamaan, Sora langsung mengerti. |
||
− | As almost a hundred gazes fell upon them simultaneously, Sora understood instantly. |
||
+ | - Dia hanya berpura-pura terprovokasi - yang artinya, Sora telah kalah dalam departemen permainan psikologi. |
||
− | - She merely pretended to be provoked – which means, he lost in the mind games department. |
||
+ | Namun, dibandingkan dengan ini tatapan tersebut nyaris membuat Sora dan Shiro pingsang. |
||
− | But, as compared to this, the gazes that were upon him nearly made Sora and Shiro black out. |
||
+ | Bagaimanapun - pertanyaan tersebut terpatri dalam pikirannya yang membuatnya tetap tersadar. |
||
− | However – the questions that were festering in his mind caused him to stay conscious. |
||
+ | Itu adalah kartu yang tidak seorangpun dari mereka bisa mengiranya. |
||
− | It was a card that none of them had expected. |
||
+ | Meskipun karna Sora sudah menutup telinganya dan bersiap untuk pingsang, ida tidak mendengar sedikitpun. |
||
− | Although since Sora had already shut his ears and was prepared to faint, he didn’t hear any of it. |
||
+ | Itu kemungkinan adalah suara teriakan perempuan meminta pertolongan, dan suara itu menutupi seluruh area seperti sebuah ledakan. |
||
− | It was probably the sound of a girl yelling for help, and the sound covered the entire area like an explosion. |
||
+ | Dibawah tatapan-tatapan yang super banyak, Sora bertanya dengan suara bergetar: |
||
− | Under the countless approaching gazes, Sora asked in a trembling voice: |
||
− | + | “Hei, Jibril, apa…ini? Apa ini-aaaaahhhhh!” |
|
− | Sora |
+ | Sora menjerit memeluk panik Shiro yang matanya sudah berputar keatas menjadi hanya putih, sembari Jibril bertepuk tangan satu kali dan menjawab: |
+ | “Ah, Aku lupa, supaya mereka sepatakan dengan Serikat Timur, Aku mengambil 「Kitab (Diari Observasi)」 milik Master dan memberikanya pada mereka, supaya mempercepat penyebaran informasi –“ |
||
− | “Ah, I forgot, in order for them to deal with the Eastern Union, I took the Masters’ 「Bible (Observation Diary)」and passed it to them, in order for faster transmission of information –“ |
||
− | Jibril |
+ | Jibril terkikik dan melanjutkan: |
+ | “Aku bahkan memberi mereka voucher tandatangan, voucher jabat tangan dan voucher menginap gratis, jangan lupa semua jenis dan barang-barang spesial bagai-mimpi –“ |
||
− | “I even gave them complimentary autograph vouchers, handshake vouchers, date vouchers and sleepover vouchers, don’t forget all the various and dream-like special items –“ |
||
+ | “Jangan gunakan metode kotor macam itu!! Seperti itu bahkan jika pembeli berulang meningkat, kecepatan penetrasi pembeli tidak akan meningkat, kan!?” |
||
− | “Don’t use that sort of dirty methods!! Like that even if repeated buyers increase, the buyer penetration rate wouldn’t increase, right!?” |
||
+ | “…Jadi begitu, Aku ingin mengatakan bahwa kita akan menjual sejumlah besar salinan tapi sepertinya hanya terdapat sejumlah kecil orang disini, jadi itulah alasannya. Lain kali aku akan memikirkan metode yang jauh lebih menguntungkan - atau cara yang lebih efisein untuk menyebarkan informasi. |
||
− | “…I see, I wanted to say that we would sell a large amount of copies but there seems to be an eerily small amount of people here, so that’s the reason. Next time I’ll think of an even more profitable method – or rather, a more effective way of passing information. |
||
+ | Wajah Jibril penuh tekad, dan dia memulai mati-matian menulis sesuatu di buku catatannya, bagaimanapun Sora melanjutkan: |
||
− | Jibril’s face was full of determination, and she began furiously writing down stuff on a notebook, however Sora continued: |
||
− | + | “Tunggu sebentar Jibril! Kamu harus melaporkan padaku saat kamu melakukan hal seperti ini!!” |
|
+ | - Tidak heran Azrael mengetahui sejumlah besar informasi yang mencurigakan mengenai mereka. |
||
− | - No wonder Azrael knew a suspiciously large amount of information regarding them. |
||
+ | Tapi karena alasan untuk itu adalah karena kawannya sendiri, bagaimana mereka bisa menang dengan permainan psikologi mereka? |
||
− | But since the reason for that was due to their own comrade, how were they supposed to win at their mind games? |
||
+ | Agar jelas, ratusan Flügel yang hadir disana, semua adalah 「Penggemar」 Sora dan Shiro. |
||
− | To make it clear, the hundred Flügel present there were all Sora and Shiro’s 「Fans」. |
||
− | + | Melihat ke arah mereka sekali lagi, Sora nyaris pingsan lagi, namun Jibril tersenyum - |
|
− | + | “Tidak masalah, Masters, kamu sudah menang kali ini.” |
|
− | “Huh? |
+ | “Huh? Apa?” |
− | - Jibril |
+ | - Jibril berbicara sambil memandang tajam ke arah Azrael. |
“<nowiki>~~~~~~~~~~~~~~</nowiki>” |
“<nowiki>~~~~~~~~~~~~~~</nowiki>” |
||
Line 1,052: | Line 1,055: | ||
“<nowiki>~~~~~~~~</nowiki>” |
“<nowiki>~~~~~~~~</nowiki>” |
||
− | - |
+ | - Itu kemungkinan adalah bahasa Flügel. |
+ | Mereka berdua sedang bercakap-cakap dalam bahasa yang Sora dan Shiro tidak bisa mengerti. |
||
− | The two of them were conversing in a language that Sora and Shiro couldn’t understand. |
||
+ | Namun karena suatu alasan - |
||
− | But for some reason – |
||
+ | Aula tersebut dipenuh oleh teriakan pertolongan wanita sejak tadi… |
||
− | The hall that was filled with a woman’s screams of help since earlier… |
||
+ | Suasana tiba-tiba berubah, dan apa yang menggantikan adalah sunyi senyap. |
||
− | The atmosphere suddenly changed, and what replaced it was a suffocating silence. |
||
− | “- Um~ Jibril-san? |
+ | “- Um~ Jibril-san? Perasaanku tidak enak mengenai hal ini, apa yang kalian bicarakan?” |
− | “Ah, |
+ | “Ah, maaf Master, kita sudah selesai berbicara jadi aku akan mengatakan padamu sekarang.” |
− | Jibril |
+ | Jibril berbalik arah. |
− | + | “Seperti apa yang dibilang Azrael-senpai tadi, kami akan merekrut bantuan orang-orang ini untuk mencari informasi kita.” |
|
+ | Jibril berbicara dengan senyum di wajahnya pada Sora dan Shiro yang gemetar. |
||
− | Jibril spoke with a smile on her face to the trembling Sora and Shiro. |
||
− | + | “Intinya, kita hanya harus mengalahkan mereka semua dalam sebuah game ♪” |
|
− | “Jibril, |
+ | “Jibril, apakah kamu tahu berapa besar usaha yang harus dilakukan hanya untuk mengalahkanmu saja – siapa yang dapat mengalahkan segerombolan besar Flügel?” |
− | + | “…Gemetar.” |
|
+ | Mereka berdua dari awalnya demophobia dan antropophobia… |
||
− | The two were demophobic and anthropophobic in the first place… |
||
+ | Tidak perlu disebutkan bahwa mereka harus menghadapi hampir seratus Flügel dalam Shiritori Termaterialisasi, sehingga mereka jelas-jelas tidak akan dapat bertahan hidup. |
||
− | Not to mention that they had to face off almost a hundred Flügel in Materialization Shiritori, so they would definitely not be able to survive. |
||
+ | Hanya memikirkannya saja - membuat wajah Sora dan Shiro pucat pasi. |
||
− | Just imagining it – made Sora and Shiro’s faces pale in fear. |
||
+ | “Bukan, itu berarti 「Mengalahkan mereka semua sekaligus」, untungnya permintaan lawan tidaklah seberapa besar.” |
||
− | “No, that means 「Defeating all of them at once」, luckily the opponent’s demands aren’t that huge.” |
||
− | + | “Yap, kamu hanya perlu bermain melawan semuja orang disini-nyan.” |
|
+ | “Jika kamu menang, semua orang kaan membantumu mengumpulkan buku yang kamu cari. Jika kamu kalah, aku akan membiarkan Masters memilih apakah Masters menginginkan acara tandatangan atau jabat angan. Itu adalah kondisi yang kami atur sebelumnya.” |
||
− | “If you win, everyone will help you collect the books that you’re looking for. If you lose, I’ll let the Masters choose whether you want the autograph or handshake events. These are the conditions we set down earlier.” |
||
− | + | Sial – |
|
+ | Aula telah dipenuhi oleh teriakan bantuan wanita sekali lagi, dan Sora dan Shiro sedang diambang pingsan. |
||
− | The hall was filled with women’s voices crying for help once more, and Sora and Shiro were at the verge of fainting. |
||
+ | “Jibril…kamu ingin kami mati…?” |
||
− | “Jibril…do you want us to die…?” |
||
+ | “…Jibril…kami…percaya kamu…” |
||
− | “…Jibril…we…trusted you…” |
||
+ | Si bersaudara bergemetar terus menerus seperti kijang baru lahir. |
||
− | The siblings were trembling non-stop like newborn deer. |
||
− | + | “Santai saja – Masters tidak akan kalah, dan –“ |
|
− | Jibril |
+ | Jibril melirik ke arah Azrael. |
− | Azrael |
+ | Azrael menepuk tangannya satu kali. |
+ | “Kita tidak mungkin bermain Shiritori dengan orang sebanyak ini, jadi mari bermain - 「{{furigana|Darumasan ga Koronda|Patungan}}」<ref>TL note : lebih lengkapnya [http://en.wikipedia.org/wiki/Statues_(game) disini] </ref>.” |
||
− | “We can’t possibly play Shiritori with this many people, so let’s play - 「Red light, Green light」.” |
||
− | “- Jibril, |
+ | “- Jibril, ijinkan aku bertanya padamu sekali lagi – kami ingin kita mati?” |
− | + | “…Gemetar.” |
|
− | + | Bermain patuan melawan Flügel? |
|
− | + | Mereka bisa terbang dan ''teleport'' sesuka hati, jadi jika ada tempat yang diluar jangkauan mereka… |
|
− | + | Hal itu mengacu pada 「Alam Barzah」. |
|
+ | Selagi Azrael menghentikan barisan pemikirannya. |
||
− | While Azrael cut off his train of thought. |
||
− | + | “Tapi versi normal dari patungan terlalu membosankan-nyan, jadi –“ |
|
− | + | “Berhubungan dengan kodrat para Flügel – kita akan memakai 「Permainan Kata」 untuk dimainkan.” |
|
− | Jibril |
+ | Jibril mengangkat tangan saat dia mengatakan ini. |
+ | Pada tangannya yang terangkat, seperti pusaran - |
||
− | On her raised palm, just like a vortex – |
||
+ | Empat puluh enam karakter tergambarkan dari sinar yang muncul. |
||
− | Forty-six characters woven from light appeared on it. |
||
− | Sora |
+ | Sora mengenali karakter-karakter tersebut - itu adalah empat puluh enam - katakana. |
− | Jibril |
+ | Jibril melemparkan karakter tersebut pada Azrael. |
− | “Hmm~? |
+ | “Hmm~? Apakah itu huruf-huruf duniamu? Apakah ada konsonan?” |
+ | Azrael memikirkan dengan dalam karakter itu, kemudia mulai menggerakkan tangannya dalam pola rumit. |
||
− | Azrael closely pondered the characters, then began moving her hand about in a complex fashion. |
||
+ | - Walaupun Sora tidak dapat mendeteksi sihir, tanah mulai bergetar seperti ada sesuatu yang mengangkat dari bawah tanah, jadi mereka menebak bahwa ada sihir yang luar biasa diaktifkan. |
||
− | - Although Sora couldn’t detect magic, the ground began to shake about as if something was hoisting it up from underneath, so they guessed that there was a gigantic spell being activated. |
||
− | + | “Oke, Aku selesai-nyan, jadi mari kita mulai-nyan?” |
|
− | + | Setelah dia mengatakan ini, katakana - empat puluh enam karakter dari ア (a) sampai ン (n), di tangan Azrael – berubah menjadi cahaya… |
|
+ | Dan mereka terpecah bersamaan, secara otomatis mendistribusikan mereka sendiri diantara seratusan cewek Flügel. |
||
− | And they dissolved simultaneously, automatically distributing themselves individually amongst the hundred Flügel females. |
||
+ | Setelah memastikan bahwa semua karakter telah diserahkan, Azrael kemudian berkata: |
||
− | After ensuring that all the characters were assigned, Azrael then said: |
||
+ | “Aturannya mudah, Aku hanya harus memindahkan karakter dari tempat tertentu pada setiap perempuan yang hadir.” |
||
− | “The rules are simple, I have just transported the characters to a certain location on each of the women present.” |
||
+ | - Empat puluh enam karakter, dan dengan partisipan yang hampir seratus, tidak mungkin mengetahui siapa yang memiliki karakter apa. |
||
− | - Forty-six characters, and with the participants almost entering the hundreds, there was no way to tell who had which characters. |
||
+ | “ Game-nya adalah Patungan, untuk kemudahan aku secara khusus melarang penggunaan ''teleport'' dalam game.” |
||
− | “The game is Red light, Green light, so for your convenience I’ve specially banned teleportation from being used within the game.” |
||
+ | - Setelah itu… |
||
− | - After that… |
||
+ | “Jika kalian tertangkap oleh anak-anak ini kamu kalah, dan jika kamu berhasil menghidari mereka selama satu jam kamu menang.” |
||
− | “If you both get caught by these children you lose, and if you manage to evade them for an hour it will be considered a victory.” |
||
+ | “Sepanjang kamu menyentuh karakter yang berubah - itu jika kamu berhasil melakukannya tanpa tertangkap, karakter akan berpindah ke Masters.” |
||
− | “As long as you touch the shifting characters – that is if you manage to do it while not getting caught, the characters will be transferred to the Masters.” |
||
+ | Jibril berbicara dengan senyum di wajahnya seolah seperti melanjutkan penjelasan Azrael. |
||
− | Jibril spoke with a smile on her face as if to continue Azrael’s explanation. |
||
− | + | Setelah selesai, dia melemparkan dua karakter ke arah Azrael. |
|
− | + | “Disaat karakter digabungkan, mereka menjadi 「Roh Kata」.” |
|
− | Azrael |
+ | Azrael mengangkat tangannya sebagai contoh, dan dua huruf - 「コ (ko) 」 dan 「タ (ta) 」, mulai berputar-putar di pergelangannya, dan dia berkata: |
+ | “Setelah kamu menyentuh 「Roh Kata」, arti dari kata akan menjadi kenyataan – tidak peduli apakah itu sebuah konsep atau objek, kamu bahkan bisa mengubah bentuknya sesuka hati.” |
||
− | “After you touch the 「Word Spirits」, their meanings will become reality – no matter whether it’s a concept or an object, you can even shift their states at will.” |
||
“”Oh.”” |
“”Oh.”” |
||
− | + | Sesaat saja setelah dia mengatakan itu, Sora dan Shiro - melihat masa depan. |
|
+ | Azrael menggabungkan dua karakter di tangannya - dan kemudian - |
||
− | Azrael combined the two characters in her hand – and then – |
||
− | “- Nyaaaaaahhhhhh |
+ | “- Nyaaaaaahhhhhh apa ini, ini menjijikkan aaaahhhhhh!! Nyaaaaahhhhh!!” |
− | + | Sebuah - 「{{furigana|Ta•ko|Gurita}}」<ref>章魚【タ•コ】 berarti Gurita. タ untuk 'ta', コ untuk 'ko'.</ref> raksasa muncul dan tentakelnya melilit – |
|
+ | Masa depan yang Sora dan Shiro lihat menjadi kenyataan, sementara itu Azrael berguling-guling di lantai sambil berteriak. |
||
− | The future Sora and Shiro saw became reality, meanwhile Azrael rolled around on the floor while yelling. |
||
− | “Ah, Senpai |
+ | “Ah, Senpai kamu memang sesuatu, ada apa dengan menggabungkan karakter dari bahasa yang tidak kamu tahu untuk menghibur kami.” |
− | Jibril |
+ | Jibril tertawa datar disebelahnya, sambil Azrael kemungkinan benar-benar merasa jijik. |
+ | Dalam sekejap - sebuah bom besar, ruangan disekitar mereka meledak dan gurita ikut menghilang bersama dengan karakter. |
||
− | In an instant – with a huge boom, the space about them exploded and the squid disappeared along with the characters. |
||
− | + | “H-hanya seperti itu, nyan?” |
|
− | Sora |
+ | Sora dan Shiro melihat ke arahnya, tak mampu berkata-kata dengan matanya yang setengah terbuka, sementara Azrael berpura-pura seperti tidak ada yang terjadi. |
+ | “Kamu bisa membuat arti dari kata menjadi kenyataan-nyan, tidak peduli apakah itu benda, fenomena, atau konsep, semua akan mencul sama saja-nyan.” |
||
− | “You can turn the meanings of the words into reality-nyan, no matter whether it’s a thing, a phenomenon or a concept, it will appear just the same-nyan.” |
||
− | + | “Juga, karena Senpai tidak tahu apa arti kata yang aku berikan padanya, yang terealisasi adalah impresiku tentang kata tersebut yang aku berikan padanya. Dalam game sebenarnya, yang bisa menggunakan 「Roh Kata」 hanyalah Masters seorang ♪” |
|
“…” |
“…” |
||
+ | Dia menjawab dengan riang dan santai, mengakui bahwa dia telah sengaja menjebak Azrael. |
||
− | She replied cheerily and nonchalantly, confessing that she had played a prank on Azrael. |
||
+ | Bagaimanapun Azrael tidak terlihat mempermasalahkan juga, dan dia terbatuk dan melanjutkan: |
||
− | However Azrael didn’t seem to mind either, and she coughed and continued: |
||
+ | “Tapi - saat kata tersebut telah dipakai satu kali mereka akan menghliang, jadi aku menyarankan untuk memakainya secara hati-hati-nyan!” |
||
− | “But – once the words are used once they will disappear, so I suggest that you use them carefully-nyan!” |
||
-… |
-… |
||
− | + | “Penjelasan usai, apakah Masters memiliki pertanyaan?” |
|
+ | “Banyak – seperti bagaimana kita kabur, jika kamu masih belum tahu sekarang aku akan memberitahumu. Manusia tidak bisa terbang.” |
||
− | “A lot – such as how we run away, if you don’t know this by now I’ll tell you. Humans can’t fly.” |
||
− | + | “Gemetar.” |
|
− | “…I |
+ | “…I meminta maaf, Masters, I sebenarnya akan membantu – tapi aku tidak bisa berpartisipasi dalam game kali ini.” |
− | + | Kedua Masters terlihat terkejut, sementara itu Azrael tertawa dan berkata pada mereka: |
|
+ | “Jika kalian ingin meminjam kekuatan Jii-chan itu tidak bisa diperhitungkan sebagai kompetisi-nyan, karena tidak seorangpun bisa menangkap kalian. Sudah sangat murah hati bagi kami untuk membiarkanmu menggunakan 「Roh Kata」, jadi –“ |
||
− | “If you wish to borrow Jii-chan’s strength it won’t be considered as a competition-nyan, since no one will be able to catch you. It was already very generous on our part to allow you to use the 「Word Spirits」, so –“ |
||
− | Azrael |
+ | Azrael terkikik dan… |
+ | “Dhampir yang bersembunyi disana, tolong pinjamkan mereka sayapmu.” |
||
− | “The Dhampir hiding over there, please lend them your wings.” |
||
− | …She |
+ | …She melirik ke samping. |
− | - |
+ | - Hanya seperti itu. |
+ | Plum ditarik keluar ke pandangan mata di saat mantra anti-kasat-mata dihancurkan seperti kaca. |
||
− | Plum was dragged out into plain sight as her invisibility spell was crushed like glass. |
||
− | “…Eh? E-eh<nowiki>~~~~~</nowiki>~!? |
+ | “…Eh? E-eh<nowiki>~~~~~</nowiki>~!? M-mengapa aku terlihat!?” |
+ | “…Kamu memang sesuatu – keberadaanmu dihapus sampai pada tingkat yang mengagumkan.” |
||
− | “…You really are something – your presence was erased to a notable degree.” |
||
− | - |
+ | - Bahkan Sora dan Shiro telah lupa akan eksistensinya, dan Jibril berbicara dengan sopan. |
− | Azrael |
+ | Azrael berdiri di sebelah Jibril dan bertanya pada Plum: |
+ | “Hei, bahkan jika kamu adalah spesies yang tidak berguna yang bahkan tidak bisa dibandingkan dengan lalat, jika kamu bisa melakukan hal itu, maka seharusnya tidak adalah masalah menciptkan mantra yang membuat penerimanya memiliki sayap kan-nyan?” |
||
− | “Hey, even if you’re a useless species that can’t even be compared to a mosquito, if you put your back into it, there shouldn’t be a problem in creating a spell that gives the user wings right-nyan?” |
||
+ | - Azrael bertanya padanya dengan nada kurang ajar bahkan lebih sombong dari pada seorang dewa. |
||
− | - Azrael asked her question in a disrespectful tone even more prideful than a god’s. |
||
+ | Di lain pihak, Plum membalas dengan berani kendati bergetar ketakutan setengah mati. |
||
− | On the other hand, Plum replied boldly despite trembling in fear of death. |
||
− | “E-eh~~ |
+ | “E-eh~~ j-jika kamu ingin aku untuk bisa membuat mereka terbang dalam kecepatan seorang Flügel, itu tidak mungkin… Kekuatannya dari gelombang akan meng-disintegrasi tidak hanya mereka namun aku juga, serta kekuatanku sudah mau habis –“ |
− | Azrael |
+ | Azrael tetap tersenyum. |
− | + | “Jika kamu capek kamu bisa mengekstrak cairan tubuh dari mereka berdua-nyan!” |
|
+ | “Aku akan mengabdikan diriku untuk membuat sayap bagi kalian berdua!” |
||
− | “I will dedicate myself to create wings for you two!” |
||
+ | Kelakuan Plum berubah lebih cepat daripada kecepatan suara, dan dia membungkuk hormat ke mereka berdua, namun – |
||
− | Plum’s attitude changed faster than the speed of sound, and she bowed respectfully at the both of them, however – |
||
− | + | “Tidak, tunggu sebentar, mengapa kami harus setujui ini semua –“ |
|
+ | …Begitu Sora akan berbicara seperti itu, dia dihentikan oleh pandangan Jibril. |
||
− | …As Sora was about to say that, he stopped at Jibril’s gaze. |
||
+ | - Tolong jangan mengecewakan, dan percayalah – |
||
− | - Please don’t be disappointed, and please believe – |
||
+ | Dia melihat gadis yang tulus memberitahunya dengan pandangan mata penuh harapan maupun kekecewaan. |
||
− | He saw the girl that had told him that sincerely with an expectant yet disappointed gaze. |
||
+ | Dan, seketika dia mengubah pandang, dia melihat seorang gadis hampa seperti tempurung tanpa penghuni, yang sedang tersenyum tapi terlihat seperti orang mati. |
||
− | And, as he shifted his gaze, he saw the empty girl who was like an uninhabited shell, who was smiling but looked like a dead person. |
||
− | + | “Bunuh dan jarah semua hal yang kamu inginkan, untuk itu adalah kesetaraan pada firman surga – semacam itulah 「Game」-nya-nyan?” |
|
“…” |
“…” |
||
+ | Pandangan dengan perasaan kuatir di dalammnya, dan sebuah senyum seperti boneka hampa. |
||
− | The uneasy gaze with a soul residing within it, and an empty puppet-like smile. |
||
+ | Apa yang Sora lihat disana adalah - pemandangan yang benar-benar sama seperti sebelumnya - tapi… |
||
− | What Sora saw there was – a scene exactly the same as earlier – but… |
||
− | - Game, |
+ | - Game, kata ini membuat mata Sora dan Shiro berbinar, dan otak mereka menjadi tenang dengan kecepatan ekstrim. |
+ | Aturan, kondisi kemenangan, dan niat Azrael, semua hal itu bercampuk aduk diri mereka sendiri dengan kecepatan luar biasa dalam kepala mereka. |
||
− | Rules, victory conditions, and Azrael’s intentions, all those things swirled about and combined themselves at furious speeds within their heads. |
||
“…Nii.” |
“…Nii.” |
||
+ | Shiro yang sedang melakukan hal yang sama persis terlihat gelisah, namun Sora menganggukkan kepalanya padanya, dan berkata - Aku tahu. |
||
− | Shiro who was doing the exact same thing appeared noticeably uneasy, however Sora nodded his head at her, and told her – I know. |
||
+ | Ini adalah 「Game」 yang jelas berbeda dari yang sudah mereka lakukakan sebelumnya. |
||
− | It was a noticeably different 「Game」 than they had taken part in previously. |
||
+ | Game sudah berakhir sebelum dimulai. |
||
− | The game would have to end before it began. |
||
− | {{furigana|「」|Kuuhaku}} |
+ | {{furigana|「」|Kuuhaku}} mengikuti aturan baku ini, namun game ini – |
+ | Game ini adalah game tantangan oleh lawan, sebuah game yang mereka tidak perhitungkan, yang berarti bahwa ini adalah game dimana lawan memiliki keunggulan. |
||
− | It was a game challenged by the opposition, a game that they had not taken into account for, which meant that it was a game where the opponent had the upper hand. |
||
− | + | Ini juga adalah game dengan kondisi rahasia yang tersembunyi dalam bahasa Flügel. |
|
+ | Ini juga adalah game dengan peraturan yang sengaja disiapkan agar mereka dirugikan. |
||
− | It was also a game with rules intentionally prepared to be disadvantageous towards them. |
||
+ | Game ini terlalu berbahaya, terlalu mencurigakan, mereka tidak memiliki informasi yang cukup, jadi mereka seharusnya tidak menyetujinya sama sekali. |
||
− | This game was too dangerous, too suspicious, they didn’t have enough information, so they shouldn’t be agreeing to it at all. |
||
+ | “…Masters…tolong, tolong percaya aku.” |
||
− | “…Masters…please, please believe me.” |
||
+ | Dalam pandangan kegelisahannya ada persiapan bahkan untuk menerima hukuman. |
||
− | Within her wavering gaze there lay a preparation to even receive punishment. |
||
− | + | Tapi - itu juga pandangan yang benar-benar percaya bahwa Sora dan Shiro akan menang, dan dengan pemikiran tersebut, Jibril telah menyiapkan game-nya. |
|
− | “- |
+ | “- Biarkan aku memastikan kondisinya.” |
− | Sora |
+ | Sora melirik ke Jibril, dan bertanya dengan pikirannya yang benar-benar tenang. |
+ | Dan Shiro dengan gelisah melihat kearahnya sejak tadi, melihat Sora begitu tegas, memutuskan untuk mengikuti keputusannya. |
||
− | And Shiro who was looking up at him uneasily since earlier, upon seeing Sora so decisive, decided to follow along with his decision. |
||
+ | Kegelisahan dalam matanya menghilang, dan dia hanya berkonsentrasi supaya mempertajam pemikirannya. |
||
− | The uneasiness in her eyes vanished, and she merely concentrated in order to sharpen her thinking. |
||
− | + | Seperti itu saja, Sora dan Shiro mengabaikan Jibril yang menutup matanya dalam sikap bersyukur di sebelah mereka. |
|
+ | Mereka berdua mulai menarik kesimpulan atas semua hal yang perlu mereka masukkan dalam pertimbangan - otak mereka berputar keras, merenungkan game yang mereka tidak pernah antisipasi sebelumnya, bahkan mengantipasi hal yang mereka tidak akan bisa antisipasi sebelumnya. |
||
− | The two began deducing all the things they needed to take into consideration – their brains spun about violently, pondering this game which they had not anticipated earlier, even anticipating things that they wouldn’t be able to anticipate beforehand. |
||
− | “- |
+ | “- Pertama, Shiro dan aku harus bergandengan tangan selama game berlangsung, dan ini adalah kondisi definitif.” |
− | + | “…Biarkan Plum membuat…sayap.” |
|
+ | “Ya, Shiro dan aku masing-masing akan memiliki satu sisi dari sepasang sayap yang akan bergerak sesuai pikiran kita, ini adalah kondisi definitif.” |
||
− | “Yes, Shiro and I will each have one side of a pair of wings that will move according to our thoughts, this is a definitive condition.” |
||
+ | “…Plum…kamu bisa melakukannya…kamu harus bisa melakukannya.” |
||
− | “…Plum…you can do it…you have to do it.” |
||
+ | Kalimat Shiro berubah dari pertanyaan ke perintah, dan Plum menjawab dengan kepalanya menunduk sedih. |
||
− | Shiro’s sentence turned from a question to an order, and Plum replied with her head drooped low in sadness. |
||
− | “Eh, |
+ | “Eh, itu…? i-itu akan menjadi mantra yang sangat rumit, jika mungkin aku tidak –“ |
+ | “Aku tidak peduli bentuknya seperti apa, tapi selama jangka waktu tersebut, aku akan mengijinkanmu menjilati keringatku.” |
||
− | “I don’t care what the shape is like, but over the course of that period I will permit you to lick off my sweat.” |
||
− | + | “Serahkan padaku!! Aku akan menunjukkan kekuatan sebenarnya seorang Dhamphir – hah!!” |
|
+ | Dia menjawab dengan energi yang terlalu berlebihan. |
||
− | She replied with a completely unnecessary burst of energy. |
||
+ | Dalam sekejap sayap Plum menjadi merah darah, dan pola-pola rumit muncul dalam matanya. |
||
− | In an instant Plum’s wings turned blood-red, and complex patterns appeared within her eyes. |
||
+ | Plum mulai menyihir sebuah mantra tertentu yang rumit, dan mengubah penampilannya menjadi - |
||
− | Plum began conjuring a particularly complicated spell, and changed her appearance into – |
||
+ | …Sebuah syal. |
||
− | …A scarf. |
||
+ | Syal tersebut dihembus perlahan oleh angin, dan mendarat di leher Sora dan Shiro. |
||
− | The scarf billowed in the wind gently, and landed on Sora and Shiro’s necks. |
||
− | Sora |
+ | Sora dan Shiro dihubungkan satu sama lain seperti dua orang dalam sebuah syal panjang. |
+ | “F-fiuh…A-Aku menyamarkan kehadiranku dalam dimensi fisik…!!Dengan begini…u-ujung kedua syal…seharusnya memiliki kemampuan sebuah pasang sayap -!!” |
||
− | “P-phew…I-I disguised my existence on the physical plane…!! A-at this rate…t-the two ends of the scarf…should have the capabilities of a pair of wings -!!” |
||
+ | Seperti pertama kali bertemu Sora dulu, dia melakukan hal yang sama pada bawaannya juga, dan Plum mentransformasikan dirinya sendiri menjadi sebuah syal melayang. |
||
− | Just as the first time she had met Sora, she did the same thing to their luggage as well, and Plum transformed herself into a flying scarf. |
||
− | + | Dalam atmosfir yang bahkan seorang Flügel menunjukkan kekagumannya, Sora hampir dapat melihat Plum membusungkan dada datarnya dalam kebanggaan. |
|
+ | - Meskipun dia sangat terengah-engah. |
||
− | - Although she was panting heavily. |
||
+ | Syal yang menghubungkan leher Sora dan Shiro melebar pada kedua sisinya… |
||
− | The scarf connecting Sora and Shiro’s necks spread out at its two sides… |
||
+ | Menggambar sebuah pola tetesan darah di udara, dan merangkai dirinya sendiri menjadi sayap. Sora mengangguk… |
||
− | It drew a pattern in the air of blood trickling, and wove itself into wings. Sora nodded… |
||
+ | Dan menanyakan sisa pertanyaan: |
||
− | And asked the remaining question: |
||
− | “- |
+ | “- Setelah itu… ubah Avant Heim menjadi tempat dimana Shiro, Plum dan I bisa bergerak sesukai hati tanpa batasan. Juga, meskipun kami punya sapa, kami tidak tahu cara menggunakannya, jadi aku meminta bahwa setelah kami pergi - game akan dimulai lima menit setelahnya…apakah ada masalah dengan itu? Shiro.” |
− | “…Mm, |
+ | “…Mm, tidak masalah.” |
+ | - Saat ini mereka semua menarik nafas dalam, dan itu bukanlah karena mereka berdua telah mengalami perubahan karakter seperti itu… |
||
− | - At this time all of them took a deep breath, and it wasn’t because the two of them had experienced such a drastic change in character… |
||
+ | Malahan karena mereka hanya meminta waktu tambahan lima menit. |
||
− | Instead it was because he had only requested five minutes of extra time. |
||
− | + | “Tidak ada masalah kan?” |
|
− | Jibril |
+ | Jibril berbalik dan bertanya pada Azrael dan kerumunan Flügel di belakangnya. |
+ | Menggunakan kekuatan yang belum pernah digunakan, dengan hanya empat puluh empat karakter sebagai senjata, Imanity harus menghindari serangan gencar seratusan Flügel. |
||
− | Using a never before used power, with a measly forty-four characters as weapons, the Imanity would have to avoid the onslaught of a hundred Flügel. |
||
+ | Jika mereka bisa melakukannya - mereka semua menelan ludah bersamaan. |
||
− | If they could do it – all of them swallowed their saliva at once. |
||
− | “…Mm, |
+ | “…Mm, tidak ada masalah-nyan, meski aku merasa itu agak sedikit terlalu ringan-nyan…” |
+ | Azrael berbicara, seperti hanya satu satu-nya yang masih belum memahami situasi. |
||
− | Azrael spoke, appearing to be the only one that hadn’t grasped the situation. |
||
+ | Ujung jarinya melambai - setelah itu sebuah ledakan besar terjadi. |
||
− | Her fingertips shifted gently – after which a giant explosion occurred. |
||
− | “- |
+ | “- Aku sudah mengubah Avant-kun (Avant Heim) menjadi tempat yang sesuai dengan kondisi kalian – jadi sekarang bisa mulai kan?” |
+ | Azrael menyelesaikan menulis ulang penampilan dunia lain seluruhnya seakan-akan semudah menggambar sketsa. |
||
− | Azrael dismissed rewriting the appearance of another world entirely as though it were as easy as drawing a sketch. |
||
+ | Dia menjentikkan jarinya sekali lagi, dan tembok mulai berubah tanpa suara - dan sebuah lubang raksasa muncul. |
||
− | She snapped her fingers once more, and the walls began shifting silently – and a gigantic hole appeared. |
||
− | + | …Dari lubang di tembok, seluruh kota Avant Heim dapat dilihat. |
|
+ | Mungkin karena Azrael telah mengubah posisi matahari, atau mudahnya karena waktu sudah berlalu, di luar sedang malam hari. |
||
− | Maybe because Azrael had shifted the position of the sun, or simply because some time had passed, it was night-time outside. |
||
− | + | Tidak ada sinar matahari, yang mana itu menjadi lingkungan yang optimal bagi Plum. |
|
+ | Mereka memasukkan kepala mereka di celah untuk memeriksa kondisi di luar - Sora dan Shiro menggenggam tangan mereka dengan erat. |
||
− | They stuck their heads out of the gap to examine the conditions outside – Sora and Shiro grasped each other’s hands tightly. |
||
+ | Syal di lehernya yang terhembus oleh angin - mereka dapat merasakan bahwa Plum menahan keingingan mengatakan seseuatu. |
||
− | The scarf on their necks that was being blown about in the wind – they could sense that Plum was resisting the urge to say something. |
||
+ | Mereka tidak bisa melihat apa-apa di bawah. |
||
− | They couldn’t see anything done below. |
||
+ | Namun mereka merasakan sensasi bagaikan tubuh mereka akan disapu oleh angin, yang berarti bahwa itu ketinggian yang ekstrim. |
||
− | However they felt a sensation as if their bodies were going to be swept away in the wind, which meant that it was at extremely high altitudes. |
||
− | + | “Jadi – sekarang mari mulai game dengan dua Master melawan semua Flügel yang hadir.” |
|
− | + | Di belakang Sora dan Shiro, Jibril mengumumkan dengan hormat. |
|
+ | Dan di belakangnya adalah lirikan hampir seratus mata Flügel. |
||
− | And behind her there were the gazes of almost a hundred Flügel. |
||
+ | Walaupun begitu - saat mereka memasuki game, lirikan tersebut tidak akan dapat mempengaruhi pikiran Sora dan Shiro lagi. |
||
− | Despite this – once they were to enter the game, those gazes wouldn’t be able to affect Sora and Shiro’s thoughts any longer. |
||
+ | “Ini adalah peta Avant Heim versi sekarang.” |
||
− | “This is the map of this version of Avant Heim.” |
||
+ | Shiro mengambil satu, melihat ke peta yang berkepak-kepak di udara dan menangguk. |
||
− | Shiro took one look at the map that was flapping about in the wind and nodded. |
||
+ | Sembari Jibril mengambil selangkah kebelakang dan membungkuk dengan dalam. |
||
− | While Jibril took a step back and bowed deeply. |
||
− | “…Masters, |
+ | “…Masters, terima kasih.” |
+ | “Sejujurnya kami tidak percaya diri sama sekali, tapi… kami percaya padamu, jadi sebaiknya kamu jangan mengecewakan kami!” |
||
− | “To be honest I’m not confident at all, but… we believe in you, so you better not let us down!” |
||
+ | “…Itu wajar…untuk mengurus keluarga.” |
||
− | “…It’s natural…to care about family.” |
||
− | Jibril |
+ | Jibril dan Sora dan Shiro terlibat dalam percakapan yang dapat dimengerti oleh hanya mereka bertiga saja. |
“”-「Aschente」-!!”” |
“”-「Aschente」-!!”” |
||
− | + | Disaat Jibril dan semua orang lain mengangkat tangan dan berseru satu kata ini: |
|
− | Sora |
+ | Sora dan Shiro melompat keluar dari lubang di dinding. |
+ | Dalam sekejap, gravitasi mengambil alih mereka berdua, yang mana adalah sebuah gaya yang tidak bisa ditahan oleh badan manusia. |
||
− | In an instant, gravity took hold of the both of them, which was a force no human body could resist. |
||
+ | Bersama dengan angin kencang di luar, mereka berdua berlahan - turun makin cepat. |
||
− | Along with the strong winds outside, the two slowly – descended at an increasing speed. |
||
+ | Mereka tidak dapat melihat ada apa di bawaha mereka, tapi apapun itu hanya ada satu hasil - kematian. |
||
− | They couldn’t see what was beneath them, but whatever it was there could only be one outcome – death. |
||
+ | Disaat menghadapai ini mereka tidak mungkin tidak gelisah atau tidak ketakutan - mengapa? Sora kehabisan kata-kata dan hanya tersenyum pahit. |
||
− | When faced with this they were impossibly not uneasy nor scared – why? Sora couldn’t help but smile bitterly. |
||
“…Nii…” |
“…Nii…” |
||
+ | Mendengar adiknya memanggilnya, Sora melihat ke samping, hanya untuk melihat sisi lain dari syal - memiliki sebuah sayap tunggal tumbuh keluar darinya. |
||
− | Hearing his sister calling out for him, Sora looked to the side, only to see that the other side of the scarf – had a single wing growing out of it. |
||
+ | Sora memastikan bahwa ada sayap yang mirip dipunggungnya melalui pandangan Shiro. |
||
− | Sora confirmed that there was another similar wing on his back through Shiro’s gaze. |
||
+ | “…Ayo…” |
||
− | “…Let’s go…” |
||
+ | - Ya – Sora tersenyum, mereka tidak mungkin bisa merasakan ketidak-gelisahan atau ketidak-takutan. |
||
− | - Yes – Sora smiled, they couldn’t possibly feel uneasiness nor fear. |
||
+ | Mereka bergenggaman tangan, dan mengepakkan sayap mereka bersama-sama sebagai kesatuan. |
||
− | They grasped each other’s hands, and flapped their wings together as one. |
||
+ | Dengan sebuah gaya bahkan lebih kuat daripada seekor elang - mereka mematahkan belenggu gravitasi. |
||
− | With a force even more powerful than an eagle’s – they broke the shackles of gravity. |
||
<noinclude> |
<noinclude> |
||
Line 1,448: | Line 1,451: | ||
==References== |
==References== |
||
<references /> |
<references /> |
||
− | {{SimpleNav}} |
||
</noinclude> |
</noinclude> |
||
+ | {|border="1" cellpadding="5" cellspacing="0" style="margin: 1em 1em 1em 0; background: #f9f9f9; border: 1px #aaaaaa solid; padding: 0.2em; border-collapse: collapse;" |
||
+ | |Kembali ke [[No_Game_No_Life:Volume_5_Prolog|Prolog]] |
||
+ | |Pergi ke [[No_Game_No_Life_(Indonesia)|Halaman Utama]] |
||
+ | |Lanjut ke [[No_Game_No_Life:Volume_5_Bagian_2|Bab 2]] |
Latest revision as of 03:53, 23 August 2014
Bab 1: Mencoba[edit]
Part 1[edit]
“Waaaaaahhhhhh!!”
- Ibukota Federasi Elchean, Elchea
Benteng terakhir Imanity - Peringkat terakhir diantara 「Enam-Belas Ras」
Hanya beberapa bulan lalu, negara ini diambang kepunahan, ditekan hingga kota terakhirnya.
Namun sekarang Elchea telah menambah negara maritim yang luas, 「Serikat Timur」, dan terus melebarkan wilayahnya dengan kecepatan yang belum-pernah-dilihat.
Teriakan penderitaan yang melengking dan keras datang dari ibukota sebuah negara yang lambat laun berubah dari 「Negara」 menjadi 「Federasi」.
- Dengan sekejap.
Pekerja dalam kota yang sangat sibuk, membeku beberapa saat, seakan-akan waktu telah berhenti. Tapi itu hanyalah sekejap mata, dan kemudian mereka langsung melanjutkan pekerjaan mereka, seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
Yap – itu adalah peristiwa normal, dan semua sudah terbiasa olehnya.
Semua tahu bahwa 「Orang itu」 kemungkinan berteriak lagi.
Dan alasan mengapa orang itu membuat keributan, kemungkinan karena alasan yang paling normal.
Beberapa kali atmosfir simpatik mengangkasa di seluruh kota, meskipun semua orang masih harus kembali ke tempat kerja mereka masing-masing setelah itu.
“Argh!! Apakah kamu idiot? Kamu idiot! Kamu memang idiot, kan!?”
Gadis berambut merah dengan lincahnya merangkai kalimatnya tiga kali, dan berteriak lagi.
- Stephanie Dora, biasanya dipanggil Steph.
Dia adalah kepala keluarga Dora, memiliki gelar bangsawan, dan dia juga adalah cucu dari raja terdahulu, serta putri berdarah biru.
Dia seharusnya menjadi wanita anggun dengan potensi yang luar biasa di masa depan - namun, masa depan itu tidak akan terjadi sama sekali dalm waktu dekat, dan dia jelas tidak memiliki alasan untuk menjelaskan situasinya sekarang ini.
Dia duduk di kursi, menggaruk kepalanya mati-matian, melihat keatas dan meraung keras.
“…Siapa yang idiot, des?”
Pertanyaan ini diajukan oleh Werebeast yang sedang duduk bersila di lantai di samping Steph - Hatsuze Izuna.
Umurnya terlihat di kisaran single-digit, seorang gadis muda berpakaian yukata dengan telinga seperti-rubah yang besar dan ekor yang berbulu.
Buku di tangannya terbalik, namun Steph tidak repot-repot untuk mengoreksinya.
“Maksudku Sora dan Shiro, tidak, aku!! Apa yang ku katakan – serahkan padaku – argh!! Apa aku idiot? Aku idiot!!”
Dia terus berteriak dengan lengannya terbuka lebar.
“Temukan alasan sebenarnya mengapa Ratu Seirens hibernasi dari perpustakaan raja terdahulu!! Serahkan padaku!! Bukankah ini yang idiot akan katakan!? Berapa banyak buku menurutmu yang ada disana!? Dan, apa yang mau aku katakan adalah!”
Dia berhenti sejenak, dan mengamati rak buku yang menutupi semua tembok sekitar.
“Mengapa dan bagaimana bisa aku menerima tugas seperti mencari sebuah buku yang eksistensinya masih tidak jelas dengan mudah!!”
Mereka berada di dalam ruangan rahasia raja terdahulu- perpustakaan rahasianya.
Raja terdahulu telah memainkan peran raja bodoh demi menyelidiki dan mencari tahu isi dari game negara lain yang melibatkan sihir atau kemampuan supernatural, sekaligus bagaimana Imanity sendiri dapat meraih kemenangan atas mereka.
Catatan yang beliau buat sepanjang hidupnya - warisan dari manusia agung ini, semua diperlihatkan di dalam ruangan ini, menutupi tembok sekitar mereka.
Pekerjaannya yang hebat dikompilasi dalam ribuan buku, sampai memenuhi perpustakaan.
Walaupun mereka sudah mengurutkan berdasarkan tanggal ditulisnya - masih belum ada tanda-tanda petunjuk kapan raja terdahulu mendekati Seirens, jadi mereka hanya bisa memeriksa buku-buku tersebut satu per satu. Steph mengeluarkan raungan penderitaan saat menyadari tugas itulah yang harus mereka jalani, peritiwa inilah yang tadinya terjadi.
Dan baigan terburuk adalah -
Steph menunjuk ke arah Izuna dengan ekspresi sedih di mukanya tapi tanpa air mata untuk mengekspresikannya secara penuh - Werebeast yang memegang buku secara terbalik.
“Apa sih yang menurut Sora, Izuna bisa lakukan? Dia bahkan tidak paham Imanity!!”
“Steph-kou, kamu terlalu keras, des. Apakah sekarang tidak terlihat bahwa aku sedang belajar, des.” [1] - Apa?
“D-Dapatkan kamu berhenti sebentar? Kamu tadi memanggilku apa?”
“…? Kakek berkata bahwa Steph adalah bangsawan sebelumnya, des.”
“Mengapa kamu harus menyingkatnya!? Itu membuatku sangat terhina!” [2]
“…Mengapa, des? Steph-kou.”
Izuna menoleh ke Steph dengan memiringkan kepalanya.
“Ah, aaaaahhhhh, jangan mehinaku dengan matamu yang bundar dan polos!? Jika aku kebetulan membuka pintu ke dunia baru selagi kurang tidur , bagaimana kamu mau menebusnya untukku!?”
Steph mebenturkan kepalanya pada sudut meja karna frustasi, akan tetapi Izuna menyahutnya dengan dingin:
“Steph-kou, hentikan, ayo kembali bekerja, des. Kakek masih mengunggu kita, des.”
“…Guh…k-kamu benar, tidak ada gunanya merapat seperti ini.”
Ya, kakeknya – Hatsuse Ino sedang ditawan oleh Seirens.
Izuna juga capek, tapi bahkan dia sudah berusaha keras untuk belajar bahasa Imanity, jadi Steph tidak punya hak untuk mengeluh - Steph mengambil nafas yang dalam untuk menenangkan dirinya.
Setelah itu dia mengoreksi Izuna..
“Omong-omong, Izuna… Bukumu terbalik.”
“…! A-Aku tahu, des. I-itu sengaja, tentu. Des!?”
Izuna buru-buru membalikkan bukunya, sambil Steph melanjutkan untuk mengoreksinya..
“Juga, walaupun kamu benar-benar tidak mengacau, tidak masalah, tapi bahasa Imanity berbeda dengan bahasa Werebeast, bahasa Imanity dibaca secara horizontal!”
“-? Apakah ada bedanya antara membaca secara vertikal dan horizontal, des?”
Izuna terbelalak dengan ekspresi penasaran di wajahnya.
“…Izuna, Aku belum pernah menanyakan ini sebelumnya, tapi berapakah umurmu?”
Izuna mulai menghitung dengan jarinya secara perhalan setelah mendengarkan pertanyaan itu..
Dia menjawab dengan pertanyaan yang meragukan:
“A…Aku seharusnya memulai menghitung dari nol, kan?”
- Steph langsung mengerti.
Semua ini langsung masuk akal mengapa Izuna ingin sangat dekat dengan Sora dan Shiro, karena mereka pada dasarnya jenis orang yang sama.
Mereka adalah para jenius dalam video game, akan tetapi mereka tidak tahu hal lain selain itu.
Steph menghela nafas dan memberikan padanya buku yang lain.
“…Izuna, kamu sebaiknya memulai dari yang ini.”
“Buku macam apakah ini, des?”
“Itu adalah sebuah buku yang dulu aku gunakan saat aku masih belajar bahasa Werebeast, itu terdapat dalam sebuah format game antara kedua negara–“
“Oh, Aku mengerti, des.”
Pada saat mendengar kata game, Izuna segera menyabet buku tersebut dari Steph dan mulai membolak-baliknya dengan kecepatan yang hebat.
Steph menyetujui motivasi barunya, dan dia tahu bahwa Izuna sesungguhnya berusaha yang terbaik.
Tapi, jika dia membaca secepat itu, kemungkinan dia tidak akan paham apapun - Steph menengadah ke langit-langit dan mengeluarkan nafas panjang.
“B…bagaimanapun aku perlu mencari satu per satu –“
Baru saja saat Steph serius mencari wahyunya
Grumble~~~~
Dia mendengar suara dan bunyi yang membuat pencarian wahyunya langsung menguap.
“-Steph-kou, Aku lapar, des. Bawa makanan, des.”
Bagaikan sebuah saklar dalam dirinya dinyalakan, Izuna tiba-tiba berkata pada Steph dan menutup bukunya dengan suara keras.
Dia termotivasi, energik, dan ingin menyelamatkan kakeknya.
Kendati demikian, dia sebenarnya berkata - bawa makanan.
Izuna meminta itu dengan mata besarnya yang bulat tanpa ada maksud jahat.
Sang gadis Werebeast menggaruk telinganya yang besar dengan kakinya sambil melanjutkan melambaikan ekornya yang berbulu dari kiri ke kanan.
Steph dipaksa untuk membuat keputusan setelah melihat penampilannya yang luar biasa manis.
Satu, lupakan semua hal dan ambruk saja.
Dua, buat makanan untuk makhluk yang manisnya tidak terjelaskan ini.
Setelah berseteru dengan dirinya sendiri selama beberapa saat - kantuknya akhirnya menyerah pada kemanisan Izuna.
“O-oke… lagipula kamu tidak bisa melakukan apapun dengan perut kosong… Aku akan segera membuat sesuatu yang simpel untuk dimakan dengan bahan yang aku punya sekarang.”
“Mm, Aku sangat ingin makan ikan, tapi aku akan menahan diri, kamu diampuni, des.”
Begitu saja, Steph menyeret dirinya perlahan keluar dari perpustakaan.
…Kembali ke topik utama, kalian semua masih ingat bahwa ini adalah Elchea, kan?
Pada saat itu, Steph dapat saja ambruk tanpa peduli pada dunia dan menyerahkan masalah makanan Izuna ke koki di dapur, namun dia benar-benar lupa tentang pilihan ini. Steph berjalan lesu seperti tak bernyawa, keluar dari perpustakaan, sambil Izuna mengikutinya dengan ekor yang masih mengibas-ibas, dan tidak ada seorang pun yang menghiraukan untuk mengingatkan mereka tentang itu.
Part 2[edit]
Mari berganti pemandangan - ke dua puluh ribu meter di udara.
Sora mulai berpikir di ketinggian hampir tiga kali tinggi pegunungan Himalayas.
Bagaimana dia seharusnya mendeskripsikan pemandangan di hadapannya?
- Pertama, silahkan imajinasikan sebuah kubus Rubik.
Kemudian berikan Rubik yang memerlukan tingkat kecerdasaan tertentu itu ke seseorang yang sangat jauh dari tingkat kecerdasan yang dibutuhkan itu.
Setelah dipisahkan secara paksa dengan sepasang tang, pecahan dari kubus Rubik akan tersebar di sekitar lantai.
Sekarang tahanlah keinginan untuk mengomeli, dan ulangi langkah-langkah tadi sekitar seribu kali lagi.
Jadi? Sekarang kamu mengerti?
Pemandangan tersebut diatur dalam model yang sedemikian rupa - dimana pemandangan tersebut berada di sekitar Sora.
“Selamat datang di kampung halamanku, terletak di balik Phantasmas, Kota Terapung – Avant Heim.”
Dengan punggungnya menghadap ke gunung kecil pecahan dari Rubik.
Jibril memperkenalkan 「Kota」-nya dengan senyum manis di wajahnya, sembari Sora dengan bengong menanggapi:
“Um, Aku cukup yakin bahwa semua kota yang aku tahu paling tidak punya jalan di dalamnya.”
Pemandangan di sekitar mereka dirajut dan ditenun dengan kubus-kubus raksasa yang tak terhitung dan saling tumpang tindih.
Di mata seniman terkenal, ada kemungkinan tema yang bermakna di balik semua itu.
Namun, dengan menyesel, Sora, Sang perjaka delapan-belas-tahun, hanya dapat menjelaskan semua itu dengan satu kata.
Dan kata itu - kacau-balau
“Pokoknya, Jibril – ijinkan aku berkata ini mengenai Flügel.”
“…「Ruang Bebas」…penting…”
- Sora dan lainnya memulai bekerja di waktu yang sama dengan Steph dan Izuna.
Untuk mengetahui syarat sebenarnya agar dapat membangunkan Ratu Seirens - jadi, untuk melaksanakan perbandingan dan evaluasi dengan orang-orang yang telah melalui game yang sama, mereka harus pergi ke satu tempat di dunia, dimana sebagian besar informasi tersimpan.
Dimana tempat tersebut - kota para Flügel, Avant Heim.
“Ah, Master, jangan berkeliaran terlalu jauh dari aku, karena udara disini agak tipis.”
Sora dan Shiro mengangguk puas setelah mendengar perkataan Jibril.
Juga Sora benar-benar tidak punya ide, bagaimana mereka harusnya melanjutkan dari sana.
“…Betul juga, jika hanya para Flügel yang tinggal disini, tidak perlu menyediakan transportasi umum sama sekali.…”
Dalam 「Kota」 di bawah mereka, tidak ada sama sekali pintu, jendela, maupun jalan. Sejujurnya, makhluk yang dapat bergerak tanpa ada segala bentuk batasan tidak perlu semua itu. Meskipun mereka dapat memahami itu, fakta bahwa seluruh tempat telah dibangun dengan kubus yang sangat besar dan tak terhitung, menghancurkan rasa perspektif manusia, dan karena mereka tidak punya perbandingan tempat lain, mereka tidak dapat mengukur seberapa besar sebenarnya tempat itu.
“…Itu tidak seperti kota…Lebih seperti teka-teki bergambar[3]…”
Shiro menjelaskan pemikirannya yang mudah pahami, setelah itu dia bergumam sambil meliihat ke atas:
“…Langitnya…biru?”
Di ketinggian dua puluh ribut meter harusnya berada di ambang luar angkasa, jadi mereka tidak seharusnya bisa melihat langit biru sama sekali…
“Avant Heim adalah salah satu Phantasma yang berperingkat kedua diantara 「Enam-Belas Ras」. Ras ini bahkan berperingkat lebih tinggi dari ras yang dimana adalah sumber dari Galeri Elemental di dunia – Elementals, dan mereka adalah organisme yang benar-benar mandiri dari semua bentuk umum reproduksi. Sederhananya… Avant Heim adalah dunia lain sepenuhnya, hanya itu yang kamu perlu tahu.”
Walaupun udara di atmosfer tidak terlihat mencukupi untuk Master-nya - Jibril masih terus menjelaskan.
“”Hmm…Begitu – Aku tidak paham.””
Sora dan Shiro mengangguk bersama dengan ekspresi fokus yang sama.
“Tidak peduli Flügel atau Phantasma, kamu kebanyakan menolak sepenuhnya untuk bekerja sama dalam ketentuan yang masuk akal oleh yang lainnya dan entah mengapa membuat kita merasa rileks.”
Setelah satu kalimat sarkasme, Sora memandang ke arah horizon, dan melihat sesuatu di bawah pohon tinggi yang istimewa - mungkinkah pandanganya menipunya… kemungkinan tidak, memang ada sesuatu dibawah itu yang terlihat seberti tengkorak naga, dan itu dihiasi dengan megah dan teliti, kemudian ditinggal begitu saja –
“…Jibril, Aku tidak mengerti seni arah dari kota ini sama sekali.”
“Apa!? Tempat ini nantinya akan menjadi tahta Master, kalau ternyata kamu tidak menyukainya, hal itu membuatku kecewa…”
Mendengar Sora menggerutu, Jibril membalas dengan setengah hati.
“Omong-omong, kamu mungkin seharusnya menyelamatkan gadis ini kan?”
Sora berbicara sambil menunjuk ke arah –
“Aaaaahhhh, matahari! Matahari! Aku akan meleleh! Aku akan meleleh, terbakar dan menguap!”
Plum sedang jongkong dengan badannya mengerut menjadi bola dan tudungnya menutupi wajahnya sambil terus menerus menangis.
“Ah, Aku minta maaf… I benar-benar lupa tentangmu, apakah kamu masih hidup?”
“Aku akan mati dalam beberapa detik ke depan! Kekuatanku menurun secara drastis!!”
Untuk seorang Dhampir seperti Plum, sinar matahari sangat fatal untuk mereka; dan dia sepertinya dapat hampir menangkis sinar matahari dengan sihirnya, namun sihirnya itu sendiri sepertinya menguras energinya lebih lagi.
“Itu dia, Jibril, tidak bagus untuk Izuna dan Steph terus menunggu, jadi terbangkanlah kita saja ke tempat diamana semua informasi terkonsentrasi. Juga, untuk Plum, sangat bagus jika di dalam ruangan –“
“OK, jadi silahkan genggam lenganku, dan kemudian –“
Dia terlihat agak gelisah - namun ekspresinya masih tidak dapat dibaca juga, kemudian dia memegang Sora serta lengan Shiro dan berkata:
“…Masters, Aku mengerti bahwa sangat kasar bagiku untuk mengajukan permintaan ini - tetapi dapatkah kamu setuju atas dua permintaanku ini?”
“…Apa itu, jarang sekali kamu seserius ini.”
“- Tolong jangan kecewa, dan tolong percaya.”
…Sora sama sekali tidak mengerti.
Dan Jibril cuma berkata satu kalimat ini, kemudian berseru: “Benda di sana itu.”
“Y-ya!?”
Plum yang dimaksud dengan “Benda di sana itu”, menjawab dengan hanya matanya saja yang terlihat dibawah tudungnya.
“Aku tidak masalah meninggalkanmu disini – jadi bisakah kamu sedikit lebih cepat?”
“Ah, Aku segera kesana sekarang juga, jangan tinggalkan aku –“
Plum buru-buru berdiri dan berlari, dan dalam sekejap dia memegang Jibril – pemandangan berganti pula.
Part 3[edit]
Disana – tempat ini kemungkinan berada dalam salah satu kubus yang mereka lihat dari kejauhan sebelumnya.
Tempat dimana mereka berada sekarang ternyata lebih luas dan megah daripada Perpustakaan Nasional Elchean yang dimonopoli oleh Jibiril sendiri – tempat ini perpustakaan raksasa.
Dan langit-langit tinggi telrihat menjulang hingga setinggi sepuluh lantai, dan interior didesain seperti reruntuhan kuno, dengan pillar dan tangga yang terbuat dari batu, persilangan koridor dan jalan yang melengkung dengan tanaman rambat tumbuh dimana-mana.
Dan - benda yang terlihat seperti 「Pillar」 itu ternyata adalah rak buku.
Di sisi lain, ada banyak kenang-kenangan acak tersebar di seluruh tempat, tangga dan jalan diatur dalam gaya yang mustahil terdapat dimana-mana seperti lukisan M. C. Escher - dan apa yang menerangi mereka adalah, kaca patri raksasa[4] yang jelas tidak ada di tembok manapun, serta lampion melayang yang jumlahnya tak terbatas.
Tempat ini bagaikan mimpi namun elegan - tapi perpustakaan ini tempat penghujatan Tuhan, benar-benar tidak dapat dipahami oleh kaum Imanity.
Tetapi, kesamping hal tersebut sekarang, Sora berbicara sambil menunjuk sesuatu di atas:
“…Jibril, itu sepertinya kerjaanmu, kan?”
Itu sepertinya efek dari udara yang sangat banyak yang Jibril harus pindahkan demi Sora dan lainnya.
Perpustakaan (semacam) terlihat dirusak oleh angin yang kuat, dan banyak buku menari-nari di udara dalam pola spiral.
Namun Jibril menoleh ke arah tersebut dengan senyum di wajahnya dan berkata:
“Jangan kuatirkan itu, Masters, pemiliki tempat ini adalah pencipta dari 《Hukum Kesetaraan Buku》.”
Sora menolah ke arah buku yang menari, dan teringat mengapa Jibril harus mengambil alih Perpustakaan Nasional ELchean - atau lebih tepat, alasan mengapa dia harus meninggalkan Avant Heim.
Dikarenakan fakta bahwa mereka harus mengoleksi terlalu banyak buku, buku-buku melampaui Avant Heim - dan mereka memilih menyelesaikan dengan menyetujui 《Hukum Kesetaraan Buku》 atas nama pengeliminasian buku-buku yang tidak penting.
“Bukunya adalah buku milik Flügel, Aku seorang Flügel, jadi bukunya adalah bukuku.”
Tiga konjugasinya membuktikan idealisme Giant-nya, dan dia melanjutkan dengan senyum di wajahnya: [5]
“Walaupun kecelakaan kecil ini diakibatkan olehku - apakah itu sengaja? Aku percaya bahwa dia harus mempertimbangkan semua faktor-faktor ini sebelum dia dapat 「Memutuskan」, tapi tentu dia orang yang sangat baik dan toleran, mampu untuk memaafkan kesalahanku, tentu. Bahkan, jika ada buku yang berada dalam deposit yang tidak dapat digandakan, produksi ulang dan hanya satu-satunya di dunia, begitulah cara kerjanya ♥”
Jadi dia hanya dapat merusak buku-buku tersebut karena dialah yang memilikinya.
- Omong-omong, mengenai 《Hukum Kesetaraan Buku》 yang lalu, Jibril benar-benar tidak dapat memaafkan eksistensinya.
Setelah itu –
“Aaaaaahhh~! Buku-buku! Semua buku-buku yang belum aku selesaikan~~~~!!”
Semua orang melihat ke sumber raungan ini.
Sementara yang berdiri disana adalah -
“…Whoa…”
Bahkan Shiro tidak dapat berbuat apa-apa selain terpesona, dan orang yang berdiri disana adalah - gadis muda yang luar biasa cantik.
Halo berputar-putar di kepalanya, dan sayap terentang dari pinganggnya menunjukkan bahwa dia adalah seorang Flügel seperti Jibril.
Akan tetapi pola yang tergambar di udara oleh putaran halo-nya, lebih rumit daripada milik Jibril.
Perbedaan paling mencolok diantara mereka adalah dia hanya memiliki satu tanduk keluar dari rambut hijau-giok-nya.
Sayapnya yang terlihat seperti tenunan benang cahaya dikepakkan di udara, dan penampilannya, yang dia tampakkan, terlihat luar biasa suci.
Tapi penampilannya baik saat terbang dan berjuang untuk mengumpulkan semua buku yang terbang di udara maupun ekspresinya yang terlihat akan menangis, benar-benar berbeda dari tabiat Jibril yang dingin saat pertama kali mereka bertemu - malahan dia sangat manis sekali.
- Fiuh, Fiuh…
Dia dengan sengaja terengah-engah, kemudian mendarat di sebelah Jibril dan berkata:
“Ugh~ Jii-chan kamu jahat-nyan~”
Ekspresi menyedihkan tampak di raut wajahnya yang dengan segera berubah menjadi sebuah senyum malaikat.
“Apakah ini seperti yang aku pikirkan-nyan? Apakah ini keisengan yang orang-orang mainkan pada orang tercintanya-nyan? Aww~ Jii-chan sudah lama sekali tidak jumpa~~ nyaaaaa!?”
Jibril dengan cerdas teleport menjauh demi menghindari sergapan-terbang-nya yang mengarah padanya.
Pada saat melihat dia jatuh di tumpukan buku, Jibril berkata dengan sopan di belakang Sora:
“- Masters, Aku akan memperkenalkan dia padamu, dia adalah salah satu pengecut yang menyetujui 《Hukum Kesetaraan Buku》, kepala dari 「Dewan Delapan Belas Sayap」 Avant Heim, 「Duta Penuh Para Bersayap」 yang memiliki hak untuk membuat keputusan akhir mengenai urusan negara –“
Dia menghela nafas dan melanjutkan -
“Azrael-senpai.”
- Dia memperkenal si gadis tanpa ekspresi dengan setengah badannya terkubur dalam buku-buku pada Sora.
…
“…Bagaimana aku menjelaskan ini.”
“Para Flügel…menarik…”
Gadis tersebut adalah Duta Penuh dari ras yang berperingkat ke-enam, membawa maut bagi siapapun di masa lalu dan dulunya adalah senjata pemusnah-Dewa?
Sora dan Shiro bergumam sendiri, dikarenakan ekspetasi mereka dihancurkan seluruhnya.
- Saat ini, gadis muda tersebut yang terkubur dalam tumpukan buku tadi, mungkin karena dia baru teleport, dia sudah memeluk Jibril dengan erat sambil menggerayanginya dengan pipinya dalam jangka waktu yang sangat singkat hingga tidak seorang pun yang disana sadar.
“Nyan~ Jii-chan jahat sekali~ Aku sudah lama sekali tidak berjumpa denganmu, tapi kamu masih saja tetap dingin~~~~ tapi! Tidak apa-apalah!!”
“Azrael-senpai tetap saja menyebalkan seperti biasa.”
Jibril berbicara dengan senyum menghiasi wajahnya meskipun pipinya sedang digerayangi.
- Kendati Jibril biasanya akan menanggapi dengan sarkastik, kali ini dia langsung mencercanya, yang mana sangat langka.
“Nyan~ Aku sudah katakan aku bukan senpai-mu, panggil aku nee-san, neeeeee-saaaaaannnn~~!!”
Azrael melayang-layang di udara, menggambarkan bentuk angka delapan di sekitar Jibril.
“Jibril bukanlah contoh yang cukup baik namun apakah benar-benar ok untuk Duta Penuh para Flügel adalah orang yang seperti ini?”
“…Nii…apakah kamu memiliki hak…untuk mengatakan itu?”
Shiro melihat dengan dingin ke arah Sora, bagaimanapun semua orang yang ada disana mengabaikan kalimat tersebut.
Di lain pihak, Jibril berbicara dengan dingin sembari diganggu, dilecehkan dan pipinya digerayangi:
“Azrael-senpai, Aku punya permintaan untuk hari ini, mohon ijinkan Masters melihat-lihat perpustakaan –“
“Aku menolak-nyan~ kecuali kamu memanggilku Nee-san, Aku akan menolak semua permintaanmu~ ♪”
Jibril menjawab ditengah ke-frustasi-an:
“Jika kamu jelaskan mengapa kamu menggerayangi pipiku, dan mengijinkan Masters untuk melihat-lihat perpustakaan, Aku akan mempertimbangkan hal itu.”
“Karena Jii-chan manis! Penjelasan usai, dan aku mengijinkan mereka-nyan!! Nah, sekarang panggil aku Nee-san ♥ -“
Dia berbicara sambil menerjang ke arahnya, sembari Jibril teleport menjauh dari jangkauan tangannya.
“Jadi Masters, Aku sudah memperoleh ijinnya, silahkan melihat-lihat dengan bebas perpustakaan ini. Ini adalah perpustakaan pribadi dari 「Duta Para Bersayap」, diantaranya adalah buku-buku yang tak terhitung yang diperoleh melalui hukum terkutuk dengan cara mengambil buku milik orang lain, jadi tidak ada satupun tempat lain yang memiliki informasi lebih banyak daripada disini.”
“K-kamu jahat!! Jii-chan kembali ke janji Nee-san denganmu-nyan~!?”
Azrael terlihat hancur, dan suaranya dilapisi oleh syok yang teramat sangat.
Jibril membalas dengan senyum sempurna sekali lagi.
“Aku tadi bilang bahwa aku akan mempertimbangkan hal itu, dan setelah beberapa pertimbangan, aku memilih tidak ♪”
“Waaaah~ Jii-chan dulu tidak pernah menipu seperti ini-nyan~ - dan salah siapakah ini-nyan?”
- Memandang~~~~
Matanya yang berhiaskan air mata menusuk Sora.
Kekuatan dalam mata itu seolah-olah membuat pandangan itu cukup untuk membunuh.
“Senang bertemu denganmu, Aku Sora, ini adalah adik perempuanku Shiro, mohon bantuannya.”
“…Sama-sama…”
Mereka berdua benar-benar mengabaikan pandangannya karna mereka sudah biasa oleh Jibril.
Melihat reaksi mereka, Azrael mengeluarkan ketertarikan “Oh?”, sembari Sora menunjuk pada Azrael.
“Apakah yang dia maksud dengan Nee-san? Jibril, kamu adalah saudari dari Duta Penuh Para Flügel?”
“Ya-nyan ♥”
“Bukan ♪”
Keduanya membalas tanpa ragu-ragu - dan dengan senyum yang benar-benar mirip seperti saudari - mereka membalas dengan jawaban yang benar-benar berkebalikan. Jibril menghela nafas dan melanjutkan:
“Para Flügel tidak dapat ber-reproduksi, kami tidak memiliki saudari, saudara, orang tua, yang ada hanyalah urutan kami diciptakan.”
“…Ah, jadi itu kenapa kamu memanggilanya dengan Senpai.”
Yang berarti, dia diciptakan lebih dahulu daripada Jibril.
“Juga, Azrael adalah 「Duta Para Bersayap」, bukan 「Duta Para Flügel」.”
“…Apakah ada bedanya?”
“Dia hanya 「Senator」 dari 「Dewan Delapan-Belas Sayap」 belaka dengan sembilan anggota, termasuk dirinya.”
Saat ini disebutkan, Sora teringat apa yang dia katakan sebelumnya.
Dia teringat bahwa sebelum Jibril menjadi milik Sora, dia adalah anggota dari 「Dewan Delapan-Belas Sayap」.
“Pada dasarnya, dia memegang komando hanya pada saat keadaan darurat terjadi, dan 「Hak」 lainnya -“
Yang berarti - Jibril menggelengkan kepada dan tersenyum kecut.
“Dia tidaklah hebat maupun cerdas, jadi kamu tidak perlu menghormatinya seperti apapun.”
“…Kamu sangat jahat, sekalipun pada sejenismu, huh, kamu benar-benar tidak berubah sama sekali…”
Mungkin karena dia tidak senang dengan tanggapannya, Azrael menggembungkan pipinya untuk menunjukkan penolakannya.
“Bukan bagitu-nyan!! Kita semua diciptakan oleh Artosh, jadi ayah kita adalah Artosh, dan yang diciptakan paling awal adalah aku, Nee-san! Yang paling akhir diciptakan, Jii-chan, adalah adikku! Bukankah ini fakta tak tertulis-nyan!?” [6]
Saat mendengar perkataannya, senyum kecut Jibril berubah menjadi seperti cemoohan, dan dia melanjutkan:
“- Dia mengajukan usul seperti itu pada salah satu pertemuan, yang langsung saja ditolak oleh semua anggota dewan, begitulah bagaimana kecerdasaannya yang memilukan.”
“Ka~rena~ Jika aku tidak melakukan itu, Jii-chan tidak akan pernah memanggilku Nee-san~ nyan~!”
“Semua orang tahu itu, yang menyebabkan mereka menolaknya, kecuali kamu mengatakan padaku bahwa ini adalah pertama kalinya kamu mendengar hal ini?”
Suara Jibril masih tetap saja dingin, selagi Azrael memelukkan sekali lagi dan mulai memamerkan adik kecil perempuannya dengan senyum di wajahnya.
“Jii-chan dia adalah~ diantara anak-anak yang diciptakan dalam masa Perang Raya, dia adalah 「Unit Akhir」-nyan ♪”
Dia tertawa gembira, sementara Jibril menghela nafas ditengah keputus-asaan.
“Anak-anak yang diciptakan pada masa akhir, karna mereka diciptakan saat Artosh-sama sedang dalam kekuatan penuh, memiliki keuatan yang tidak dapat dideskripsikan oleh anak-anak sepertiku yang diciptakan pada masa pertengahan perang-nyan~!! Bagimanapun~ anak-anak yang kuat semua bertarung di garis depan – jadi semua meninggal pada 「Pertempuran Terakhir」…”
Semangat Azrael sesaat turun, dan jika orang yang dipeluknya kebetulan adalah seorang Imanity, orang itu jelas akan meletus seperti balon. Dia melanjutkan sambil memeluk satu-satunya saudarinya yang masih hidup.
“Jii-chan adalah satu-satunya unit tahap-akhir yang selamat setelah「Pertempuran」, dan dia juga adalah 「Unit Akhir」! Dia adalah adik semua orang, dan betapa imouto-manis-nya dia-nyan! Sudah selayaknya dibuat hukum untuk memanggil dia itu, jadi mengapa tidak seorangpun paham?”
Dia sekali lagi mulai berterbangan dengan pola angka delapan dengan gembira.
Jibril menyipitkan matanya dalam kejijikan, yang mana sangat langka, namun -
“…Jibril…untuk berurusan dengannya…rekaman berharga…yang mengganggu…”
Shiro berbicara sambil mengangkat smartphone-nya, dan mulai mengambil video para malaikat.
Sementara itu, Sora sedang merenungkan pertanyaan lain.
Dia mengamati secara seksama kepolosan dam senyuman gembira Azrael -
“…Merepotkan sekali, kalau begini terus aku perlu mengubah rencana…”
Dia bergumam pada dirinya sendiri dengan kecewa.
- Memandang.
Mendengar suara pelan yang di keluarkan, Azrael tetap tersenyum - tapi kemudian melihat ke arah Sora dengan pandangan tajam.
“- Jadi, apakah kamu orang yang telah merebut Jii-chan kami yang tersayang-nyan?”
“Hah, untuk berkata seorang perjaka merebut kekasih orang lain, pertanyaanmu sangat sulit untuk dijawab.”
Sora membalas marah, dengan kepalanya mendongak dan dadanya membusung, pada saat yang sama terlihat bermartabar, tragis dan kuat.
Azrael melangkah mendekat.
“Oh -….”
“…Hah?”
Sangat tidak mungkin untuk bereaksi pada gerakan itu, seolah langkah tersebut mengabaikan semua batasan akan jarak.
Langkah itu sendiri membutuhkan beberapa saat sebelum Sora dan Shiro menyadari apa yang telah terjadi, dan mereka menjerit kekagetan.
- Secepat itu.
Sebuah getaran tanpa suara keluar dari badan Jibril yang menyebabkan perpustakaan bergempa.
Sora inisiatif mencurigai bahwa dia menggunakan sihir, bagaimanapun setelah mendengar apa yang mereka berdua katakan setelah itu -
“…Senpai, jika kamu bahkan hanya menyentuh sehelai rambut dari kepala Master – Aku hanya akan bilang, mungkin kamu ingin mempertimbangkannya.”
“Masa sih~ Jii-chan tidak perlulah kamu begitu tegang~ Lagipula ada 「Sepuluh Ikrar」-nyan.”
- Sora menyadari, dia telah melepaskan sedikit sekali 「Niat Jahat」 saja.
Seberapa banyak tepatnya Jibril menahan kekuatannya dalam keadaan normal -
Saat mereka mendapatkan secercah penglihatan mengenai 「Kekuatan Sejati」Jibril, Sora dan Shiro merasakan keringan dingin turun turun dari pipi mereka.
Dan Azrael tidak terlihat mempermasalahkan 「sedikit niat jahat」, malah dia berbalik menghadap Sora.
Dengan mata hijau-giok-nya - mata yang benar-benar berbeda dari Jibril - dia berkata sambil melihat sepintas ke arah Sora:
“Aku ingin membuat semua jelas.”
“- Yeah, apa itu?”
- Pandangannya kali ini, benar-benar tidak dapat dibandingan dengan pandangannya yang lalu.
Perasaan kebencian yang dahsyat tiba-tiba memenuhi ruangan, menyebabkan udara di perpustakaan memebeku, memeberikan impresi pada mereka bahwa bahkan alam semesta itu sendiri terpengaruh.
Jika mereka gagal menjawab dengan benar - mereka akan langsung mati.
Dunia ini memiliki 「Sepuluh Ikrar」.
Jibril sedang menunggu perintah mereka di samping.
- Walaupun begitu, mereka tidak bisa relax.
Pandangan Azrael memberikan impresi mereka seperti itu, setelah itu dia berkata:
“Sepanjang kamu memerintahkannya, Jii-chan akan memanggilku 「Nee-chan ♥」 kan-nyan?”
…
…?
Tanda bahaya yang salah - tidak, Sora merasa sebuah perasaan mendalam yang memberikan dia impresi bahwa sepanjang dia dapat relax, rohnya sendiri akan keluar darinya.
Alasan sebenarnya mengapa dia dapat masih dapat berdiri hanyalah karena Shiro mencengkram tangannya dalam ketakutan.
Bagaimanapun, Azrael mengabaikannya dan melanjutkan dengan emosional.
“B-bahkan seperti dia menjilat kaki seorang E-Elves, dia dapat menyukai aku - atau mandi bersamaku atau sesuatu! T-Tidak, aku tidak akan memaksanya untuk melakukan sesuatu seperti itu!! Contohnya kamu dapat mempersilahkan aku untuk menonton atau hal lain –“
- Bagaimana bisa dia mengetahui itu? Sora merasa curiga, namun dia mengeluarkan smartphone-nya dari kantong dan membalas:
“…Jika kamu mau video Jibril sedang mandi, Aku punya beberapa –“
“Aku akan mempertaruhkan bidak ras Flügel untuk itu! Berikan itu padaku-nyan!!”
- Sebuah suara yang keras tak terkira terdengar di tempat setinggi dua puluh ribu kaki[7].
“Azrael-san, mohon tenang, kamu tidak memiliki hak untuk melalukan itu. Untuk mempertaruhkan bidak ras, kamu perlu berunding dengan 「Dewan Delapan-Belas Sayap」 kan? Aku pikir permintaanmu akan ditolak mentah-mentah lagi ♥”
“U-ugh~~…! – Nyan?”
Nada suara Jibril memperlihatkan sedikitpun ketakutan meski ada sedikit tambahan (cekikikan) di akhir kalimat, namun Azrael -
“Tunggu sebentar-nyan… suara-suara gemuruh roda gigi datang dari kepalaku! Otakku sekarang ini sedang bekerja dalam kecepatan cahaya, ini adalah saat paling aktif setelah dahulu kala, dua puluh enam ribu tahun-nyan!”
- Azrael membiarkan umurnya yang luar biasa panjang terselip begitu saja sambil terlihat seperti mempertimbangkan sesuatu.
Akhirnya dia tiba-tiba mengangkat kepalanya, sepertinya mendapatkan sebuah ide.
“- Ah iya-nyan!! Kamu…namamu Sora kan!?”
“Ah, iya.”
“Aku akan menjadi milikmu juga-nyan! Pertimbanganku menunjukkan bahwa jika itu terjadi aku akan bisa mandi bersama Jii-chan!!”
“Ide terburuk yang kamu punya dalam dua puluh enam ribu tahun, selamat atas kerja keras untuk itu, Azrael-san.”
Jibril menyenyumkan sebuah senyum yang bahkan tidak dapat dideskripsikan dengan kata sifat dingin, seperti ada sedikit kekecewaan juga penghinaan ke Azrael.
Namun - Shiro melirik diam-diam ke arah kakaknya.
Azrael dengan santainya mempertaruhkan kebebasannya sendiri sebagai kondisi - seperti Jibril dahulu, hanya saja dia bukan Duta dari Flügel, dan walaupun jika mereka memperolehnya, mereka tidak akan dapat mendapatkan ras Flügel.
Meski tidak akan mudah untuk mengalahkan Flügel dalam sebuah game.
Azrael bahkan menyangka bahwa dia dulu 「Sengaja Kalah」, juga itu akan menjadi keputusan yang menguntungkan untuk memilikinya sebagai aset.
Juga, niat kakaknya termasuk menyerap para Flügel juga.
Dalam pikiran yang berturut-turut ini, Shiro melirik ke kakaknya hanya untuk memastikan kecurigaannya -
“…?”
Dia mendapati bahwa Sora telah benar-benar kehilangan ketertarikan dan tenang, setelah itu dia melirik dengan curiga ke arah Azrael.
Wajahnya masih memiliki senyum yang mempesona - sebuah senyuman yang terlalu sempurna.
“…Ah…” – paham dengan arti ekspresi kakaknya, Shiro mengangguk sedikit.
Sora tiba-tiba menghela nafas, berbalik arah dan berjalan menjauh.
“…Sangat langka bagimu untuk mengatakan hal-hal semacam itu, namun hal semacam ini sebaiknya menunggu saatnya nanti…”
“Eh~~… badan bugil Jii-chan –“
Azrael menolak untuk menyerah, dan Sora menggenggam tangan Shiro dan meludah.
“…Aku membual pada Steph sebelumnya bahwa aku akan mendapatkan tiga ras, namun sepertinya sekarang aku harus meminta maaf padanya.”
Memandang ke arah Azrael, Sora - meliriknya dengan pandangannya penuh kekecewaan dan berkata:
“- Yang ini tidak berguna, Jibril saja cukup.”
Mengabaikan lirikan Azrael, Sora dan Shiro melanjutkan ke rak buku yang bergunung.
“Jadi Jibril, kita bisa melihat-lihat buku-buku disini kan?”
“…Yes, Azrael-senpai telah mengijinkannya.”
Sora mengangguk dan mengamati sekitarnya.
Buku, buku, buku… itu adalah sebuah kota raksasa yang dibuat dengan hanya buku saja.
Dan sejauh mata memandang, dia dapat melihat bahwa dibalik buku yang tak terhitung, ada - tulisan dari beberapa bahasa yang dia tidak tahu.
“Karna ekspetasiku yang sebenarnya dihancurkan, kita harus berusaha keras… lupakan, ayo coba yang terbaik, Shiro.”
“…Mm.”
Keduanya setuju dan menghilang di dalam tumpukan buku-buku, sambil dua Flügel melihat mereka pergi dalam diam.
Part 4[edit]
Azrael duduk bersila di salah satu tumpukan buku dan bertopang dagu.
“Mm~ Aku menginginkan diriku sendiri sebagai umpan untuk mendapatkan Jii-chan, mungkinkah umpannya tadi terlalu besar-nyan?”
Dia dengan dingin menyingkap alasan mengapa ekspetasi Sora tadi dihancurkan.
Tidak diragukan lagu, pemikiran Azrael benar-benar berbeda dari kelakuannya, seperti dia tidak yakin dan tidak percaya Sora.
Untuk mendapatkan Jibril kembali, yang dia mau hanyalah mereka jatuh ke jebakannya.
- Dan kenapa Jibril memanggil mereka sebagai Masters, dia sama sekali tidak peduli.
“…Kamu benar-benar belum berubah, Azrael.”
Ekspresi Azrael berkedut sedikit saat namanya dipanggil langsung seperti itu, dan dia membalas dengan tenang:
“Jii-chan bahkan bisa membalas omongan seperti padaku dan Artosh-sama, jadi sangat tidak mungkin bahwa kamu akan melayani seorang Imanity biasa-nyan. Sepanjang itu ditentukan oleh ikrar, menutupi niat seseorang atau membuat seoerang menjadi boneka seharusnya hal yang mudah. Toh, kedua orang itu pasti menang dengan keberuntungan saja, sehingga kamu dipaksa untuk mengikuti mereka, kan-nyan? Sejujurnya –“
Dia memandang mata Jibril.
“- Jii-chan telah berubah.”
Jibril menjawab perkataan Azrael dengan senyum dingin.
“Ya, Aku telah berubah…yang mana kamu tidak dapat.”
“…”
“Dan mengenai bagaimana aku ditaklukkan pada tantangan, kamu tidak perlu berkomentar – ekspetasiku dahulu ternyata tersia-sia.”
Jibril tersenyum samar dalam pengkhianatan, dan melanjutkan dengan dingin:
“…Alasan mengapa aku menentang Master terdahulu (Artosh) dan kamu, adalah karena - Aku cuma tidak bisa menerima pribadimu lagi - terlalu keras kelapa, jadi…”
Dia sedikit ragu-ragu, haruskah dia mengatakannya? Atau -
Jibril memutuskan untuk melanjutkannya.
Dia tahu Azreal akan menyerang lebih dari siapapun.
Meski ini pun - dia memutuskan bahwa dia akan memberitahunya, jadi dia lakukan.
“Yang mana mengapa kita kalah, dan sampai sekarang - kamu tetap tidak akan berubah.”
Mendengar perkataann itu, senyum Azrael menghilang seluruhnya.
Sejujurnya - ekspresi Azrael seperti boneka beku.
Tidak, itu benar-benar makhluk yang berbeda dengan penampilan Azrael - dan itu berbicara:
“- 「Unit Akhir」, engkau mengetahui sang 「Jawaban」?”
Jibril melihat pada makhluk tersebut dengan pandangan yang dipenuhi kebencian, dan dia berkata pada itu, hampir meludah, katanya: Jibril looked at that existence with a gaze of pure hate, and she spoke to it, almost spitting her words:
“- Ya, atau lebih tepatnya, Aku menemukannya sejak lama, hanya saja aku tidak memiliki bukti konkrit.”
“…”
“Jadi sekarang aku harus membantu Masters menemukan apa yang mereka perlukan - itu saja.”
Jibril berbalik menjauh, meninggalkan makhluk sunyi.
- …
“…Bagaimana menurutmu-nyan?”
- Kamu harus bertanya.
“…Ya-nyan, tapi bagaimana jika kamu keliru?”
- Kamu tidak harus bertanya, kamu sudah tahu.
“…Benar sekali-nyan…”
- 「Unit Akhir」, Aku benar-benar yakin dengan keputusanmu, tidak hanya aku, namun semua orang lain.
“Aku tahu, nyan…”
Aku tahu… dia mengulangi perkataannya pada dirinya sendiri.
Azrael berbicara untuk menjawab pada - kehendak Phantasma (Avant Heim) yang bersemayam dalam dirinya.
Azrael menoleh sedikit ke arah orang-orang yang sedang mencari-cari di tumpukan buku-buku -
Dia hanya bisa bertanya lagi saat mereka membuat langkah.
Part 5[edit]
“…Tidak, kita tidak akan berhasil dengan kecepatan seperti ini.”
Berdiri di depan tumpukan-buku raksasa, Sora menyadari bahwa usaha mereka sia-sia belaka setelah hanya sekitar setengah jam.
“Shiro, berapa banyak bahasa di dunia ini yang telah kamu pelajari?”
“…Hanya…bahgasa Imanity, Werebeast dan Elven…”
Shiro bergumam pelan, dan Sora mengelus rambutnya penuh cinta.
Untuk Sora yang hampir menguasai bahasa Imanity, kecepatan belajar tersebut tidak dapat dideskripsikan sederhana dengan 「Hanya」.
Namun, meskipun itu -
“Jibril, dalam bahasa apakah ini?”
“Itu bahasa Dwarven dan Demon, Aku hanya samar-samar mengerti…”
…Benar, satu-satunya yang dapat mengerti semua buku-buku adalah Jibril.
Meskipun Shiro dapat mempelajari bahasa asing dengan kecepatan yang tidak komprehensif, buku-buku disini sendiri ada jutaan, jadi mengandalkan sejumlah kecil orang untuk mencari informasi disini sangatlah tidak mungkin, yang jelas sekali dari awalnya.
“…Jibril.”
“Ya.”
“Tidak ada waktu, jika kita terlalu lama, nyawa Ino akan dalam bahaya. Bahkan jika kita memiliki garis hidup, jika Sairens berpikir kita secara genius kabur, kita akan berada dalam masalah besar - tidak bisakah kamu mendapatkan sedikit bantuan?”
Mereka tidak punya waktu lagi untuk duduk disini dan berlahan-lahan mengumpulkan informasi yang cukup untuk menantang Ratu sekali lagi secepat mungkin yang bisa.
Karena itulah - Sora memiliki niat sebenarnya untuk mengandalkan pada Azrael untuk mengumpulkan bantuan -
Bagaimanapun harapannya dihancurkan langsung saat dia menyadari Azrael tidak memiliki niat untuk hal seperti itu.
Ekspresi yang Sora tadi lihat di wajah Azrael, bukanlah seorang Flügel yang cerdas - bukanpula sesuatu yang seperti Jibril yang kolektif terhadap rasa penasaran dan pengetahuan, bukanpula orang yang mudah kegirangan.
Itu - saja -
“…Aku bisa mendapatkan bantuan, tapi aku takut bahwa bantuan itu bukanlah seperti apa yang kamu harapkan.”
Ya, itu akan menjadi niat Azrael, tapi –
“Tidak ada jalan lain, jadi mari lakukan apa yang dia mau karna kita tidak punya waktu untuk hanya duduk disini - Shiro.”
“…Mm.”
- Sora membuat gerakan menggelisahkan yang terlampau langka - mengigiti kukunya, dan Shiro membalasnya juga.
“- Karna ekspetasimu yang sebenarnya dihancurkan, kita hanya dapat menyesuaikan pada keadaan saat ini, jadi kita akan memerlukanmu untuk bekerja sama.”
“…OK…”
Part 6[edit]
“Hei, Azra…el?”
Sora memutuskan untuk memanggil Azrael, namun malah membeku sekejap.
- Kemungkinan karena dia harus mengubah pemandangan di Serikat Timur atau hal-hal yang dia ketahui menjadi kenyataan.
Dia mirip sekali dengan hikikomoris Jepang yang Sora tahu - yang mana termasuk Sora dan Shiro sendiri - benar-benar seperti itu, dia terpendam dalam benda seperti kotatsu, dengan kepalanya ditutupi dalam selimut, memandang ke arah sebuah proyektor (televisi) yang cuma bergambar semut –
“…Apakah hal itu-nyan…? Apakah ada sesuatu yang sangat penting sampai-sampai kamu harus mengganggu seseorang yang tak bergunia sepertiku ini-nyan?”
Menghabiskan tenaga saja - Azrael membuat sekitarnya terlihat gelap dan suram dalam usahanya untuk menonjolkan kesedihan.
Berhadapan dengan kemampuan aktingnya yang sangat berlebihan, bukannya Sora merasa kagum, setelah itu dia berbicara dengan muka datar:
“- Ah~ em, kamu tahu mengenai Sang Ratu Sairens yang berhibernasi kan?”
“Nyaaaaa…si idiot itu dulu dipengaruhi oleh dongeng dan mendorong dua ras termasuk dirinya sendiri pada ambang kepunahan dalam jangka satu generasi, bahkan membuat sebuah kerang tidak dapat berkata-kata? Semua orang tahu-nyan~…”
Azrael menjawab dibawah selimutnya.
- Sambil melihat ke arah halo-nya yang berputar-putar di sekitar atas selimut, Sora melanjutkan sambil mengalami perasaan yang tak terdeskripsikan:
“Y-ya, itu dia, kami mencari catatan kondisinya yang dia atur sebelum memulai game-nya.”
“…Jika itu yang kamu mau, Jii-chan juga tahu-nyan! Itu adalah 「Dia akan terus berhibernasi sepanjang dia belum jatuh cinta」-nyan.”
“Ya, tapi – itu palsu.”
Mendengar perkataannya, mata Azrael terbuka dengan pandangan tajam, sepertinya lupa akan akting depresi sebelumnya.
“Oh! Itukah mengapa semua orang kalah-nyan? Jadi apa kondisi sebenarnya-nyan?”
- Kawan itu ternyata adalah seorang Flügel saja.
“Itulah yang ingin aku ketahui, jadi aku mencari semua catatan yang ada dari orang-orang yang telah mencoba game itu bersamanya, dan perkataan terperinci yang dikatakan para pemain untuk perbandingan.”
“Oh~….”
Azrael memandang kosong sebentar, setelah itu dia menjawab dengan dingin:
“Mengenai itu, jika kamu mencari catatan, catatan-catatan tersebut diletakkan di tempat tertentu di suatu tempat, carilah sendiri, dan aku akan menginformasikanmu lagi jika kamu sudah punya tujuan jelas.”
Tapi – tidak dapat disangkal, dia berbeda dengan Jibril.
“Ya, tapi terdapat terlalu banyak buku, dan kita tidak punya waktu, jadi dimanakah tempat semua catatan mengenai itu –“
“Aku tidak tahu sama sekali-nyan! Ahahahahaha~”
…
“Karena 《Hukum Kesetaraan》-nyan~ Setelah meminjamkan buku-buku tersebut berkali-kali, bahkan akupun tidak tahu dimana mereka-nyan~♪”
“Kamu mengerti sekarang? Master, inilah tepatnya mengapa aku meninggalkan kampung halamanku.”
Kemungkinan karena dia telah lupa bahwa dia seharusnya berakting depresi, Azrael tertawa terbahak-bahak sembari Jibril benar-benar serius.
“…Karna kamu semua hidup untuk mengoleksi buku, kamu seharusnya menyimpan mereka dengan baik…”
“Hmm? Itu keliru-nyan, tujuan kita adalah untuk mengoleksi 「Pengetahuan」, 「Buku」 bukanlah apa-apa untuk kita-nyan. Aku bahkan berpikir bahwa sepanjang kita bisa menghafalkan isi dari buku, membuang mereka tidak masalah; namun karena orang-orang yang belum membacanya akan marah, kita tidak melakukannya-nyan~”
“Kamu mengerti sekarang? Master, inilah tepatnya! Alasan mengapa aku meninggalkan kampung halamanku.”
Jibirl menyenyumkan senyum yang mengindikasikan dia akan segera menyerang disaat dia menjelaskan pada Sora sekali lagi.
- Sora sekarang mengerti, dia hanya fokus pada 「Pengetahuan」-
「Untuk apa yang dimaksud」…Sora tidak dapat menahan tertawanya, bagaimanapun dia tidak akan repot-repot menjelaskannya, malahan dia bertanya pada Azrael:
“Jadi, apa yang harus kulakukan?”
“Hmm~ biarkan saja orang-orang yang bertanggung-jawab untuk mencarinya untuk kalian! Ada beberapa lainnya yang terlalu berpikiran tertutup seperti Jii-chan, jadi sepanjang kalian menginginkannya, kamu seharusnya bisa mendapatkan semuanya-nyan~”
“Mm, jadi aku akan menyerahkannya pada –“
“Suasana hatiku sedang tidak baik-nyan~”
Terlihat berharap untuk terlihat menyedihkan sekali lagi, Azrael berbicara sambil mengubur dirinya dalam selimut sekali lagi:
“Aku bisa membiarkan mainan imouto-manisku untuk berkeliaran kemanapun, tapi aku tidak punya kewajiban untuk mengurusi kalian semua. Aku tidak punya keuntungan dengan menjadi rekanmu, dan bahkan Jii-chan memanggilku seorang idiot, jadi sekarang aku sangat depresi-nyan~”
Sora berlahan memberikan teleponnya.
“Bahkan jika aku menunjukkan video Jibril mandi?”
“----------Tidak.”
“Jika kamu setuju sekarang juga, Aku akan mengabulkan penawaran mengenai dia memanggilmu 「Nee-san」?”
“---------------------------T…idak setuju.”
Azrael membalas sambil berkeringat deras, seperti dia sedang menghadapi pertempuran mati-matian dengan sesuatu.
Dia mengeluarkan kata-katanya sambil terengah-engah, seakan-akan sedang dalam latihan yang brutal.
“A-aku sangat~~ tersakiti sekarang-nyan – sesuatu seperti itu… ah, bukan, Aku tidak mengabaikan Jii-chan seakan seperti sesuatu dibawahku-nyan! Hanya saja bahwa aku terlalu tersakiti, jadi aku butuh sesuatu yang lebih dari itu – um, kamu seharusnya tahu…apa yang kumaksud kan?”
Cheh – Sora menggerutu tanpa suara.
Dia melihat bahwa diantara bualan dan kebohongan Azrael - hanya kecintaannya pada Jibril yang nyata, yang mana alasan mengapa dia memainkan kartu jokernya tapi tidak berhasil.
Jika begini terus, tindakannya akan terbatas.
Berhadapan dengan lawan semacam Flügel? Dimana lawan memiliki keunggulan dalam game yang masih tidak mereka kenali? - Sungguh sebuah lelucon.
“- Sejujurnya, aku tidak peduli apa yang terjadi pada kalian. jadi jika para ikan bego, anjing kampung kudisan dan monyet bodtak ingin punah, ya silahkan, paling-paling kita hanya akan mendapatkan beberapa buku lagi mendeskripsikan kejatuhan mereka-nyan. Untukku, itu menguntungkan-nyan.”
Pandangannya jatuh pada Sora.
“Untuk seseorang yang abadi sepertiku…orang-orang sepertimu yang mati dalam sekejap mata bahkan tidak layak untuk nilai dari sebuah 「Dongeng」. Kamu ingin aku untuk membantu? Mengapa aku harus melakukannya-nyan?”
- Tapi dia tidak dapat membiarkan dia memiliki keunggulan, jika dia melakukannya semua akan selesai.
Jika Azreal bersikeras bermain permainan psikologis - aku siap.
“Jadi begitu kamu sebenarnya, yang karena itu aku katakan kamu tidak berguna, dapatkah kamu cuma mendeteksi ejekankuy? 「Orang mati」.”
Sora membalas dengan tekad bulat tapi diwaktu yang sama dengan bangga - dan mendengar perkataannya, ekspresi Azrael berubah.
“Sebuah alat dipakai oleh tidak seorangpun, sebuah boneka yang tak berharga, Aku mengnggap bahwa sungguh hidup yang nikmat kehidupanmu disana.”
“-…”
“Tidak masalah, karena saat kita menguasai dunia, orang-orang seperti pasti akan mengatakan hal seperti 「Mohon ijinkan aku untuk bergabung」 kan? Sebab kamu semua hanya tahu bagaimana untuk mengikuti saja kemana angin berhembus. Jibril, kita akan pikirkan sendiri jalannya, jadi mari cari temanmu satu per satu –“
Sora berdiri dan berbalik untuk pergi.
“…Kamu berani untuk berargumen denganku, jangan bilang kamu sekarang kabur?”
- Dia menangkap umpannya, Sora tersenyum pada dirinya.
“Argumen? Hah! Hanya yang setara yang dapat berargumen satu dengan yang lain.”
“Oh… Aku tidak terpikir bahwa kamu menjadi begitu sadar-diri mengenai hal itu, kamu paling tidak layak untuk mendapatkan pujian.”
“- Yang berada di ranking bawah adalah kamu tentunya, apakah kamu bangun di sisi kasur yang salah hari ini? Otak udang.”
“….Sangat bagus-nyan, siapa yang takut siapa-nyan.”
Setelah itu dia mengangkat tangannya dan mengumumkan.
“「Bunuh dan jarah semua hal yang kamu inginkan, untuk itu adalah kesetaraan pada firman surga」-nyan!”
…
-…Mendengar perkataannya yang terlampau kasar, Sora dan Shiro menutup-setengah mata mereka.
“…Kata-kata macam apakah itu?”
“Ah, Masters, itu adalah sebuah ungkapan Flügel jadi tidak masalah jika kamu tidak tahu.”
“Tidak, bukan itu yang aku maksud.”
“Bukan sebuah argumen – tapi kita akan bermain sebuah game-nyan, hanya itu saja –“
Mengabaikan percakapan Sora dan Jibril, Azrael menjentikkan jarinya.
“「Kita semua」 akan bermain bersama dengan teman-teman Jii-chan yang kamu cari, jadi kamu bisa meminta bantuan mereka.”
- Dalam sekejap.
Semua orang yang hadir di-teleport denga kekuatan yang bahkan Jibril tidak dapat tolak.
Dan apa yang mereka lihat setelah pemandangan berganti adalah –
- Sebuah spanduk panjang bertuliskan ‘Kuuhaku「」 Pertemuan Penggemar, Tandatangan dan Jabat Tangan’.
Tak terhitung Flügel sedang menyiapkan tempat –
“…Kita ditipu -!!”
Hampir seratus tatapan jatuh pada mereka bersamaan, Sora langsung mengerti.
- Dia hanya berpura-pura terprovokasi - yang artinya, Sora telah kalah dalam departemen permainan psikologi.
Namun, dibandingkan dengan ini tatapan tersebut nyaris membuat Sora dan Shiro pingsang.
Bagaimanapun - pertanyaan tersebut terpatri dalam pikirannya yang membuatnya tetap tersadar.
Itu adalah kartu yang tidak seorangpun dari mereka bisa mengiranya.
Meskipun karna Sora sudah menutup telinganya dan bersiap untuk pingsang, ida tidak mendengar sedikitpun.
Itu kemungkinan adalah suara teriakan perempuan meminta pertolongan, dan suara itu menutupi seluruh area seperti sebuah ledakan.
Dibawah tatapan-tatapan yang super banyak, Sora bertanya dengan suara bergetar:
“Hei, Jibril, apa…ini? Apa ini-aaaaahhhhh!”
Sora menjerit memeluk panik Shiro yang matanya sudah berputar keatas menjadi hanya putih, sembari Jibril bertepuk tangan satu kali dan menjawab:
“Ah, Aku lupa, supaya mereka sepatakan dengan Serikat Timur, Aku mengambil 「Kitab (Diari Observasi)」 milik Master dan memberikanya pada mereka, supaya mempercepat penyebaran informasi –“
Jibril terkikik dan melanjutkan:
“Aku bahkan memberi mereka voucher tandatangan, voucher jabat tangan dan voucher menginap gratis, jangan lupa semua jenis dan barang-barang spesial bagai-mimpi –“
“Jangan gunakan metode kotor macam itu!! Seperti itu bahkan jika pembeli berulang meningkat, kecepatan penetrasi pembeli tidak akan meningkat, kan!?”
“…Jadi begitu, Aku ingin mengatakan bahwa kita akan menjual sejumlah besar salinan tapi sepertinya hanya terdapat sejumlah kecil orang disini, jadi itulah alasannya. Lain kali aku akan memikirkan metode yang jauh lebih menguntungkan - atau cara yang lebih efisein untuk menyebarkan informasi.
Wajah Jibril penuh tekad, dan dia memulai mati-matian menulis sesuatu di buku catatannya, bagaimanapun Sora melanjutkan:
“Tunggu sebentar Jibril! Kamu harus melaporkan padaku saat kamu melakukan hal seperti ini!!”
- Tidak heran Azrael mengetahui sejumlah besar informasi yang mencurigakan mengenai mereka.
Tapi karena alasan untuk itu adalah karena kawannya sendiri, bagaimana mereka bisa menang dengan permainan psikologi mereka?
Agar jelas, ratusan Flügel yang hadir disana, semua adalah 「Penggemar」 Sora dan Shiro.
Melihat ke arah mereka sekali lagi, Sora nyaris pingsan lagi, namun Jibril tersenyum -
“Tidak masalah, Masters, kamu sudah menang kali ini.”
“Huh? Apa?”
- Jibril berbicara sambil memandang tajam ke arah Azrael.
“~~~~~~~~~~~~~~”
“~~~~~~~~~~~”
“~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~”
“~~~~~~~~”
- Itu kemungkinan adalah bahasa Flügel.
Mereka berdua sedang bercakap-cakap dalam bahasa yang Sora dan Shiro tidak bisa mengerti.
Namun karena suatu alasan -
Aula tersebut dipenuh oleh teriakan pertolongan wanita sejak tadi…
Suasana tiba-tiba berubah, dan apa yang menggantikan adalah sunyi senyap.
“- Um~ Jibril-san? Perasaanku tidak enak mengenai hal ini, apa yang kalian bicarakan?”
“Ah, maaf Master, kita sudah selesai berbicara jadi aku akan mengatakan padamu sekarang.”
Jibril berbalik arah.
“Seperti apa yang dibilang Azrael-senpai tadi, kami akan merekrut bantuan orang-orang ini untuk mencari informasi kita.”
Jibril berbicara dengan senyum di wajahnya pada Sora dan Shiro yang gemetar.
“Intinya, kita hanya harus mengalahkan mereka semua dalam sebuah game ♪”
“Jibril, apakah kamu tahu berapa besar usaha yang harus dilakukan hanya untuk mengalahkanmu saja – siapa yang dapat mengalahkan segerombolan besar Flügel?”
“…Gemetar.”
Mereka berdua dari awalnya demophobia dan antropophobia…
Tidak perlu disebutkan bahwa mereka harus menghadapi hampir seratus Flügel dalam Shiritori Termaterialisasi, sehingga mereka jelas-jelas tidak akan dapat bertahan hidup.
Hanya memikirkannya saja - membuat wajah Sora dan Shiro pucat pasi.
“Bukan, itu berarti 「Mengalahkan mereka semua sekaligus」, untungnya permintaan lawan tidaklah seberapa besar.”
“Yap, kamu hanya perlu bermain melawan semuja orang disini-nyan.”
“Jika kamu menang, semua orang kaan membantumu mengumpulkan buku yang kamu cari. Jika kamu kalah, aku akan membiarkan Masters memilih apakah Masters menginginkan acara tandatangan atau jabat angan. Itu adalah kondisi yang kami atur sebelumnya.”
Sial –
Aula telah dipenuhi oleh teriakan bantuan wanita sekali lagi, dan Sora dan Shiro sedang diambang pingsan.
“Jibril…kamu ingin kami mati…?”
“…Jibril…kami…percaya kamu…”
Si bersaudara bergemetar terus menerus seperti kijang baru lahir.
“Santai saja – Masters tidak akan kalah, dan –“
Jibril melirik ke arah Azrael.
Azrael menepuk tangannya satu kali.
“Kita tidak mungkin bermain Shiritori dengan orang sebanyak ini, jadi mari bermain - 「PatunganDarumasan ga Koronda」[8].”
“- Jibril, ijinkan aku bertanya padamu sekali lagi – kami ingin kita mati?”
“…Gemetar.”
Bermain patuan melawan Flügel?
Mereka bisa terbang dan teleport sesuka hati, jadi jika ada tempat yang diluar jangkauan mereka…
Hal itu mengacu pada 「Alam Barzah」.
Selagi Azrael menghentikan barisan pemikirannya.
“Tapi versi normal dari patungan terlalu membosankan-nyan, jadi –“
“Berhubungan dengan kodrat para Flügel – kita akan memakai 「Permainan Kata」 untuk dimainkan.”
Jibril mengangkat tangan saat dia mengatakan ini.
Pada tangannya yang terangkat, seperti pusaran -
Empat puluh enam karakter tergambarkan dari sinar yang muncul.
Sora mengenali karakter-karakter tersebut - itu adalah empat puluh enam - katakana.
Jibril melemparkan karakter tersebut pada Azrael.
“Hmm~? Apakah itu huruf-huruf duniamu? Apakah ada konsonan?”
Azrael memikirkan dengan dalam karakter itu, kemudia mulai menggerakkan tangannya dalam pola rumit.
- Walaupun Sora tidak dapat mendeteksi sihir, tanah mulai bergetar seperti ada sesuatu yang mengangkat dari bawah tanah, jadi mereka menebak bahwa ada sihir yang luar biasa diaktifkan.
“Oke, Aku selesai-nyan, jadi mari kita mulai-nyan?”
Setelah dia mengatakan ini, katakana - empat puluh enam karakter dari ア (a) sampai ン (n), di tangan Azrael – berubah menjadi cahaya…
Dan mereka terpecah bersamaan, secara otomatis mendistribusikan mereka sendiri diantara seratusan cewek Flügel.
Setelah memastikan bahwa semua karakter telah diserahkan, Azrael kemudian berkata:
“Aturannya mudah, Aku hanya harus memindahkan karakter dari tempat tertentu pada setiap perempuan yang hadir.”
- Empat puluh enam karakter, dan dengan partisipan yang hampir seratus, tidak mungkin mengetahui siapa yang memiliki karakter apa.
“ Game-nya adalah Patungan, untuk kemudahan aku secara khusus melarang penggunaan teleport dalam game.”
- Setelah itu…
“Jika kalian tertangkap oleh anak-anak ini kamu kalah, dan jika kamu berhasil menghidari mereka selama satu jam kamu menang.”
“Sepanjang kamu menyentuh karakter yang berubah - itu jika kamu berhasil melakukannya tanpa tertangkap, karakter akan berpindah ke Masters.”
Jibril berbicara dengan senyum di wajahnya seolah seperti melanjutkan penjelasan Azrael.
Setelah selesai, dia melemparkan dua karakter ke arah Azrael.
“Disaat karakter digabungkan, mereka menjadi 「Roh Kata」.”
Azrael mengangkat tangannya sebagai contoh, dan dua huruf - 「コ (ko) 」 dan 「タ (ta) 」, mulai berputar-putar di pergelangannya, dan dia berkata:
“Setelah kamu menyentuh 「Roh Kata」, arti dari kata akan menjadi kenyataan – tidak peduli apakah itu sebuah konsep atau objek, kamu bahkan bisa mengubah bentuknya sesuka hati.”
“”Oh.””
Sesaat saja setelah dia mengatakan itu, Sora dan Shiro - melihat masa depan.
Azrael menggabungkan dua karakter di tangannya - dan kemudian -
“- Nyaaaaaahhhhhh apa ini, ini menjijikkan aaaahhhhhh!! Nyaaaaahhhhh!!”
Sebuah - 「GuritaTa•ko」[9] raksasa muncul dan tentakelnya melilit –
Masa depan yang Sora dan Shiro lihat menjadi kenyataan, sementara itu Azrael berguling-guling di lantai sambil berteriak.
“Ah, Senpai kamu memang sesuatu, ada apa dengan menggabungkan karakter dari bahasa yang tidak kamu tahu untuk menghibur kami.”
Jibril tertawa datar disebelahnya, sambil Azrael kemungkinan benar-benar merasa jijik.
Dalam sekejap - sebuah bom besar, ruangan disekitar mereka meledak dan gurita ikut menghilang bersama dengan karakter.
“H-hanya seperti itu, nyan?”
Sora dan Shiro melihat ke arahnya, tak mampu berkata-kata dengan matanya yang setengah terbuka, sementara Azrael berpura-pura seperti tidak ada yang terjadi.
“Kamu bisa membuat arti dari kata menjadi kenyataan-nyan, tidak peduli apakah itu benda, fenomena, atau konsep, semua akan mencul sama saja-nyan.”
“Juga, karena Senpai tidak tahu apa arti kata yang aku berikan padanya, yang terealisasi adalah impresiku tentang kata tersebut yang aku berikan padanya. Dalam game sebenarnya, yang bisa menggunakan 「Roh Kata」 hanyalah Masters seorang ♪”
“…”
Dia menjawab dengan riang dan santai, mengakui bahwa dia telah sengaja menjebak Azrael.
Bagaimanapun Azrael tidak terlihat mempermasalahkan juga, dan dia terbatuk dan melanjutkan:
“Tapi - saat kata tersebut telah dipakai satu kali mereka akan menghliang, jadi aku menyarankan untuk memakainya secara hati-hati-nyan!”
-…
“Penjelasan usai, apakah Masters memiliki pertanyaan?”
“Banyak – seperti bagaimana kita kabur, jika kamu masih belum tahu sekarang aku akan memberitahumu. Manusia tidak bisa terbang.”
“Gemetar.”
“…I meminta maaf, Masters, I sebenarnya akan membantu – tapi aku tidak bisa berpartisipasi dalam game kali ini.”
Kedua Masters terlihat terkejut, sementara itu Azrael tertawa dan berkata pada mereka:
“Jika kalian ingin meminjam kekuatan Jii-chan itu tidak bisa diperhitungkan sebagai kompetisi-nyan, karena tidak seorangpun bisa menangkap kalian. Sudah sangat murah hati bagi kami untuk membiarkanmu menggunakan 「Roh Kata」, jadi –“
Azrael terkikik dan…
“Dhampir yang bersembunyi disana, tolong pinjamkan mereka sayapmu.”
…She melirik ke samping.
- Hanya seperti itu.
Plum ditarik keluar ke pandangan mata di saat mantra anti-kasat-mata dihancurkan seperti kaca.
“…Eh? E-eh~~~~~~!? M-mengapa aku terlihat!?”
“…Kamu memang sesuatu – keberadaanmu dihapus sampai pada tingkat yang mengagumkan.”
- Bahkan Sora dan Shiro telah lupa akan eksistensinya, dan Jibril berbicara dengan sopan.
Azrael berdiri di sebelah Jibril dan bertanya pada Plum:
“Hei, bahkan jika kamu adalah spesies yang tidak berguna yang bahkan tidak bisa dibandingkan dengan lalat, jika kamu bisa melakukan hal itu, maka seharusnya tidak adalah masalah menciptkan mantra yang membuat penerimanya memiliki sayap kan-nyan?”
- Azrael bertanya padanya dengan nada kurang ajar bahkan lebih sombong dari pada seorang dewa.
Di lain pihak, Plum membalas dengan berani kendati bergetar ketakutan setengah mati.
“E-eh~~ j-jika kamu ingin aku untuk bisa membuat mereka terbang dalam kecepatan seorang Flügel, itu tidak mungkin… Kekuatannya dari gelombang akan meng-disintegrasi tidak hanya mereka namun aku juga, serta kekuatanku sudah mau habis –“
Azrael tetap tersenyum.
“Jika kamu capek kamu bisa mengekstrak cairan tubuh dari mereka berdua-nyan!”
“Aku akan mengabdikan diriku untuk membuat sayap bagi kalian berdua!”
Kelakuan Plum berubah lebih cepat daripada kecepatan suara, dan dia membungkuk hormat ke mereka berdua, namun –
“Tidak, tunggu sebentar, mengapa kami harus setujui ini semua –“
…Begitu Sora akan berbicara seperti itu, dia dihentikan oleh pandangan Jibril.
- Tolong jangan mengecewakan, dan percayalah –
Dia melihat gadis yang tulus memberitahunya dengan pandangan mata penuh harapan maupun kekecewaan.
Dan, seketika dia mengubah pandang, dia melihat seorang gadis hampa seperti tempurung tanpa penghuni, yang sedang tersenyum tapi terlihat seperti orang mati.
“Bunuh dan jarah semua hal yang kamu inginkan, untuk itu adalah kesetaraan pada firman surga – semacam itulah 「Game」-nya-nyan?”
“…”
Pandangan dengan perasaan kuatir di dalammnya, dan sebuah senyum seperti boneka hampa.
Apa yang Sora lihat disana adalah - pemandangan yang benar-benar sama seperti sebelumnya - tapi…
- Game, kata ini membuat mata Sora dan Shiro berbinar, dan otak mereka menjadi tenang dengan kecepatan ekstrim.
Aturan, kondisi kemenangan, dan niat Azrael, semua hal itu bercampuk aduk diri mereka sendiri dengan kecepatan luar biasa dalam kepala mereka.
“…Nii.”
Shiro yang sedang melakukan hal yang sama persis terlihat gelisah, namun Sora menganggukkan kepalanya padanya, dan berkata - Aku tahu.
Ini adalah 「Game」 yang jelas berbeda dari yang sudah mereka lakukakan sebelumnya.
Game sudah berakhir sebelum dimulai.
Kuuhaku「」 mengikuti aturan baku ini, namun game ini –
Game ini adalah game tantangan oleh lawan, sebuah game yang mereka tidak perhitungkan, yang berarti bahwa ini adalah game dimana lawan memiliki keunggulan.
Ini juga adalah game dengan kondisi rahasia yang tersembunyi dalam bahasa Flügel.
Ini juga adalah game dengan peraturan yang sengaja disiapkan agar mereka dirugikan.
Game ini terlalu berbahaya, terlalu mencurigakan, mereka tidak memiliki informasi yang cukup, jadi mereka seharusnya tidak menyetujinya sama sekali.
“…Masters…tolong, tolong percaya aku.”
Dalam pandangan kegelisahannya ada persiapan bahkan untuk menerima hukuman.
Tapi - itu juga pandangan yang benar-benar percaya bahwa Sora dan Shiro akan menang, dan dengan pemikiran tersebut, Jibril telah menyiapkan game-nya.
“- Biarkan aku memastikan kondisinya.”
Sora melirik ke Jibril, dan bertanya dengan pikirannya yang benar-benar tenang.
Dan Shiro dengan gelisah melihat kearahnya sejak tadi, melihat Sora begitu tegas, memutuskan untuk mengikuti keputusannya.
Kegelisahan dalam matanya menghilang, dan dia hanya berkonsentrasi supaya mempertajam pemikirannya.
Seperti itu saja, Sora dan Shiro mengabaikan Jibril yang menutup matanya dalam sikap bersyukur di sebelah mereka.
Mereka berdua mulai menarik kesimpulan atas semua hal yang perlu mereka masukkan dalam pertimbangan - otak mereka berputar keras, merenungkan game yang mereka tidak pernah antisipasi sebelumnya, bahkan mengantipasi hal yang mereka tidak akan bisa antisipasi sebelumnya.
“- Pertama, Shiro dan aku harus bergandengan tangan selama game berlangsung, dan ini adalah kondisi definitif.”
“…Biarkan Plum membuat…sayap.”
“Ya, Shiro dan aku masing-masing akan memiliki satu sisi dari sepasang sayap yang akan bergerak sesuai pikiran kita, ini adalah kondisi definitif.”
“…Plum…kamu bisa melakukannya…kamu harus bisa melakukannya.”
Kalimat Shiro berubah dari pertanyaan ke perintah, dan Plum menjawab dengan kepalanya menunduk sedih.
“Eh, itu…? i-itu akan menjadi mantra yang sangat rumit, jika mungkin aku tidak –“
“Aku tidak peduli bentuknya seperti apa, tapi selama jangka waktu tersebut, aku akan mengijinkanmu menjilati keringatku.”
“Serahkan padaku!! Aku akan menunjukkan kekuatan sebenarnya seorang Dhamphir – hah!!”
Dia menjawab dengan energi yang terlalu berlebihan.
Dalam sekejap sayap Plum menjadi merah darah, dan pola-pola rumit muncul dalam matanya.
Plum mulai menyihir sebuah mantra tertentu yang rumit, dan mengubah penampilannya menjadi -
…Sebuah syal.
Syal tersebut dihembus perlahan oleh angin, dan mendarat di leher Sora dan Shiro.
Sora dan Shiro dihubungkan satu sama lain seperti dua orang dalam sebuah syal panjang.
“F-fiuh…A-Aku menyamarkan kehadiranku dalam dimensi fisik…!!Dengan begini…u-ujung kedua syal…seharusnya memiliki kemampuan sebuah pasang sayap -!!”
Seperti pertama kali bertemu Sora dulu, dia melakukan hal yang sama pada bawaannya juga, dan Plum mentransformasikan dirinya sendiri menjadi sebuah syal melayang.
Dalam atmosfir yang bahkan seorang Flügel menunjukkan kekagumannya, Sora hampir dapat melihat Plum membusungkan dada datarnya dalam kebanggaan.
- Meskipun dia sangat terengah-engah.
Syal yang menghubungkan leher Sora dan Shiro melebar pada kedua sisinya…
Menggambar sebuah pola tetesan darah di udara, dan merangkai dirinya sendiri menjadi sayap. Sora mengangguk…
Dan menanyakan sisa pertanyaan:
“- Setelah itu… ubah Avant Heim menjadi tempat dimana Shiro, Plum dan I bisa bergerak sesukai hati tanpa batasan. Juga, meskipun kami punya sapa, kami tidak tahu cara menggunakannya, jadi aku meminta bahwa setelah kami pergi - game akan dimulai lima menit setelahnya…apakah ada masalah dengan itu? Shiro.”
“…Mm, tidak masalah.”
- Saat ini mereka semua menarik nafas dalam, dan itu bukanlah karena mereka berdua telah mengalami perubahan karakter seperti itu…
Malahan karena mereka hanya meminta waktu tambahan lima menit.
“Tidak ada masalah kan?”
Jibril berbalik dan bertanya pada Azrael dan kerumunan Flügel di belakangnya.
Menggunakan kekuatan yang belum pernah digunakan, dengan hanya empat puluh empat karakter sebagai senjata, Imanity harus menghindari serangan gencar seratusan Flügel.
Jika mereka bisa melakukannya - mereka semua menelan ludah bersamaan.
“…Mm, tidak ada masalah-nyan, meski aku merasa itu agak sedikit terlalu ringan-nyan…”
Azrael berbicara, seperti hanya satu satu-nya yang masih belum memahami situasi.
Ujung jarinya melambai - setelah itu sebuah ledakan besar terjadi.
“- Aku sudah mengubah Avant-kun (Avant Heim) menjadi tempat yang sesuai dengan kondisi kalian – jadi sekarang bisa mulai kan?”
Azrael menyelesaikan menulis ulang penampilan dunia lain seluruhnya seakan-akan semudah menggambar sketsa.
Dia menjentikkan jarinya sekali lagi, dan tembok mulai berubah tanpa suara - dan sebuah lubang raksasa muncul.
…Dari lubang di tembok, seluruh kota Avant Heim dapat dilihat.
Mungkin karena Azrael telah mengubah posisi matahari, atau mudahnya karena waktu sudah berlalu, di luar sedang malam hari.
Tidak ada sinar matahari, yang mana itu menjadi lingkungan yang optimal bagi Plum.
Mereka memasukkan kepala mereka di celah untuk memeriksa kondisi di luar - Sora dan Shiro menggenggam tangan mereka dengan erat.
Syal di lehernya yang terhembus oleh angin - mereka dapat merasakan bahwa Plum menahan keingingan mengatakan seseuatu.
Mereka tidak bisa melihat apa-apa di bawah.
Namun mereka merasakan sensasi bagaikan tubuh mereka akan disapu oleh angin, yang berarti bahwa itu ketinggian yang ekstrim.
“Jadi – sekarang mari mulai game dengan dua Master melawan semua Flügel yang hadir.”
Di belakang Sora dan Shiro, Jibril mengumumkan dengan hormat.
Dan di belakangnya adalah lirikan hampir seratus mata Flügel.
Walaupun begitu - saat mereka memasuki game, lirikan tersebut tidak akan dapat mempengaruhi pikiran Sora dan Shiro lagi.
“Ini adalah peta Avant Heim versi sekarang.”
Shiro mengambil satu, melihat ke peta yang berkepak-kepak di udara dan menangguk.
Sembari Jibril mengambil selangkah kebelakang dan membungkuk dengan dalam.
“…Masters, terima kasih.”
“Sejujurnya kami tidak percaya diri sama sekali, tapi… kami percaya padamu, jadi sebaiknya kamu jangan mengecewakan kami!”
“…Itu wajar…untuk mengurus keluarga.”
Jibril dan Sora dan Shiro terlibat dalam percakapan yang dapat dimengerti oleh hanya mereka bertiga saja.
“”-「Aschente」-!!””
Disaat Jibril dan semua orang lain mengangkat tangan dan berseru satu kata ini:
Sora dan Shiro melompat keluar dari lubang di dinding.
Dalam sekejap, gravitasi mengambil alih mereka berdua, yang mana adalah sebuah gaya yang tidak bisa ditahan oleh badan manusia.
Bersama dengan angin kencang di luar, mereka berdua berlahan - turun makin cepat.
Mereka tidak dapat melihat ada apa di bawaha mereka, tapi apapun itu hanya ada satu hasil - kematian.
Disaat menghadapai ini mereka tidak mungkin tidak gelisah atau tidak ketakutan - mengapa? Sora kehabisan kata-kata dan hanya tersenyum pahit.
“…Nii…”
Mendengar adiknya memanggilnya, Sora melihat ke samping, hanya untuk melihat sisi lain dari syal - memiliki sebuah sayap tunggal tumbuh keluar darinya.
Sora memastikan bahwa ada sayap yang mirip dipunggungnya melalui pandangan Shiro.
“…Ayo…”
- Ya – Sora tersenyum, mereka tidak mungkin bisa merasakan ketidak-gelisahan atau ketidak-takutan.
Mereka bergenggaman tangan, dan mengepakkan sayap mereka bersama-sama sebagai kesatuan.
Dengan sebuah gaya bahkan lebih kuat daripada seekor elang - mereka mematahkan belenggu gravitasi.
References[edit]
- ↑ TL note: di Jepang, panggilan ‘kou’ setelah nama panggilan mengkonotasikan 'sangat meremehkan'.
- ↑ TL note: Bahasa Jepang untuk bangsawan adalah 公爵, dimana kata 公 adalah honorific ‘kou’, inilah yang dimaksud Steph dengan menyingkat.
- ↑ TL Note: jigsaw puzzle, puzzle yang harus diselesaikan dengan cara menyatukan potongan-potongan menjadi sebuah gambar sempurna yang bermakna
- ↑ TL Note: Kaca Patri (Stainned Glass) kaca dekoratif yang biasanya dipasang di gereja
- ↑ TL note: Giant mereferensikan ke karakter dari Doraemon, karena alasan Giant meminjam barang ke orang lain adalah “Barangmu adalah milikku, dan barangku adalah milikku.”
- ↑ TL note: Artosh adalah salah satu dari Old Deus (Rangking Pertama).
- ↑ TL note: 1 kaki ~ 30 cm ~ 1/3 m
- ↑ TL note : lebih lengkapnya disini
- ↑ 章魚【タ•コ】 berarti Gurita. タ untuk 'ta', コ untuk 'ko'.
Kembali ke Prolog | Pergi ke Halaman Utama | Lanjut ke Bab 2 |