Difference between revisions of "Hakomari (Indonesia):Jilid 3 Putaran Pertama"
Line 994: | Line 994: | ||
===▶Hari Pertama <C> [Pertemuan Rahasia] dengan [Maria Otonashi], Ruang [Maria Otonashi]=== |
===▶Hari Pertama <C> [Pertemuan Rahasia] dengan [Maria Otonashi], Ruang [Maria Otonashi]=== |
||
+ | |||
+ | Aku takut akan jatuh ketiadaaan saat aku berjalan melalui kegelapan, tapi aku sampai pada ruangan yang terlihat sama denganku. Penampilannya sangat mirip sehingga aku merasa seolah ruanganku cuma diputar. |
||
+ | |||
+ | “Kau sampai?” |
||
+ | |||
+ | Maria duduk di tempat tidur dengan pandanganya terfokus padaku dan menyuruhku duduk di sebelahnya dengan menepuk tempat di sampingnya. |
||
+ | |||
+ | “Kita tidak punya waktu untuk percakapan basa-basi, jadi aku akan langsung membahas subyek utamanya.” |
||
+ | |||
+ | “...umm, subyek utama kita adalah...?” |
||
+ | |||
+ | “Bagaimana kita bisa mengambil ‘kotak’ dari Oomine tentu saja. Apa kamu mau bilang kau akan ikut serta dalam [Kingdom Royale]?” |
||
+ | |||
+ | Sambil duduk di sampingnya, aku menggelengkan kepalaku dengan keras. |
||
+ | |||
+ | “Tujuan kita sama seperti biasa: mengakhiri ‘Game of Idleness’. Yah, kau bisa bilang kali ini mudah karena kita tahu identitas ‘pemilik’ nya.” |
||
+ | |||
+ | “...Tapi aku ragu Daiya akan menyerahkan ‘kotak’ nya pada kita begitu saja...” |
||
+ | |||
+ | Maria mengerutkan dahinya saat mendengar kata-kataku. |
||
+ | |||
+ | “...memang. Kita tidak punya pilihan lain selain membujuknya, tapi...” |
||
+ | |||
+ | “...ini bukan hal yang mudah?” |
||
+ | |||
+ | “Apa kau berfikir ini mudah?” |
||
+ | |||
+ | Aku menggelengkan kepalaku lagi. |
||
+ | |||
+ | Gagal dalam membujuknya juga akan berarti kita tidak bisa mengakses dan mengambil ‘kotak’nya. |
||
+ | |||
+ | Kalau hal itu terjadi, kita harus menghancurkan ‘kotak’ itu---berserta Daiya. |
||
+ | |||
+ | “...Katakan, Maria. Kalau Daiya kalah dalam [Kingdom Royal], apa kau pikir itu akan menyebabkan akhir dari ‘Game of Idleness’>” |
||
+ | |||
+ | “Tergantung pada sifat dasar ‘Game of Idleness’, jadi aku tidak bisa mengatakannya secara pasti sekarang... tapi aku punya banyak kesempatan untuk mengetahui kepribadian Oomine berkat ‘Rejecting Classroom’. Setelah melihatnya untuk waktu yang lama di sana, aku rasa, <u>karena bagi yang lain kalah berarti amati. Kekalahan Oomine pada permainannya sendiri juga akan menghasilkan hasil yang sama</u>. Tidakkah kau juga berfikir begitu?” |
||
+ | |||
+ | Aku mengangguk. Kita tidak bisa mengatatakannya dengan yakin karena kita belum tahu apa tujuannya... tapi sangatlah tidak masuk akal untuk seseorang yang memiliki harga diri tinggi seperti Daiya untuk menjadi satu-satunya yang tidak mematuhi aturan. |
||
+ | |||
+ | “......Katakan,” |
||
+ | |||
+ | Maria menatap mataku saat aku sedang berfikir. |
||
+ | |||
+ | “Apa kau mengharapkan... kematian Oomine?” |
||
+ | |||
+ | “Huh?” |
||
+ | |||
+ | Maria menatapku dengan ekspersi yang tampak tenang seperti biasa, tapi ada sedikit kekhawatiran tercampur di sana. |
||
+ | |||
+ | ...Memang, pertanyaanku barusan terdengar seperti usul untuk membunuh Daiya. |
||
+ | |||
+ | “Tidak! Aku tidak pernah mengharapkan kematian Daiya.” |
||
+ | |||
+ | “...Ok.” |
||
+ | |||
+ | Asal dari senyuman yang menyertai kata-kata itu jelas berasal dari perasaan lega. |
||
+ | |||
+ | ...benar. Tidak mungkin Maria mengharapkan untuk menggunakan metode semacam itu. |
||
+ | |||
+ | “Keluar dari sini dengan kematian Daiya; Itu bukan solusi!” |
||
+ | |||
+ | “Benar. Seperti katamu.” |
||
+ | |||
+ | “Yah, aku memang bilang begitu, tapi aku masih tidak tahu apa yang harus kulakukan...” |
||
+ | |||
+ | Saat aku bergumam seperti itu, Maria mulai berbicara sambil mengernyit. |
||
+ | |||
+ | “......Aku enggan mengusulkannya, tapi dengarkan. Kita mungki perlu...meminta bantuan yang lain, selain Oomine, terutama Shindou. Kalau kita bisa mencapai pemikiran yang sama, kita tidak perlu takut pada [Kingdom Royale].” |
||
+ | |||
+ | “...Maksudmu apa?” |
||
+ | |||
+ | “Kalau kita bisa membuat mereka percaya pada konsep ‘kotak’ dan fakta kalau Oomine adalah ‘pemilik’, kita bisa mebuatnya jelas siapa musuh kita semua. Kita bisa menghindari kemungkinan terburuk dimana siapa yang tahu seseorang membunuh seseorang. [Kingdom Royale] adalah permainan yang tidak akan dimulai selama kita tidak saling mencurigai.” |
||
+ | |||
+ | “tapi akan sulit membuat mereka tahu mengenai ‘kotak’ kan?” |
||
+ | |||
+ | “Tah, tepat sekali. Meski cuma memberi tahu mereka mengenai ‘kotak’ sangatlah sulit pada situasi sekarang, dimana sikap yang kentara akan langsung berhubungan dengan resiko.” |
||
+ | |||
+ | “Yeah... Aku bisa mengerti kalau kau sangat enggan!” |
||
+ | |||
+ | “...Aku bukan enggan karena hal tersebut sulit untuk dilakukan.” |
||
+ | |||
+ | “Eh?” |
||
+ | |||
+ | “Apa kau tidak mengerti? Memberitahu mereka siapa ‘pemilik’nya; Memberitahu kalau musuh mereka adalah Daiya Oomine. <u>Tapi jika kau melakukannya, semua akan tahu kalau mereka akan terbebas kalau Oomine mati. Dan jangan lupa kalau kita bisa membunuh yang lain hanya dengan menekan satu tombol di sini.</u>” |
||
+ | |||
+ | Aku menahan nafasku. |
||
+ | |||
+ | “Oomine bukanlah orang yang mudah dibujuk. Aku tidak berfikir kalau dia akan menghentikan ‘Game of Idleness’ bahkan jika Shidou dan yang lain tahu kebenaranya. Tapi bagaimana yang lain akan bereaksi pada sikap itu? Apakah semuannya akan menunggu dengan sabar sampai dia merubah pikirannya, pada lingkungan dengan waktu terbatas, dimana mereka bisa terbunuh kapan saja? Aku rasa mereka tidak akan melakukannya. Kalau kita memasukki kondisi statis, mungkin---“ |
||
+ | |||
+ | Maria mendesis dengan pahit. |
||
+ | |||
+ | “---<u>Shindou akan membunuh Oomine</u>.” |
||
+ | |||
+ | “Tidak mung---“ |
||
+ | |||
+ | Aku menarik nafas dalam-dalam dan meneruskan. |
||
+ | |||
+ | “tidak mungkin... Bu-Bukankah Kaichou mengatakannya sendiri? Dia tidak mungkin bisa membunuh.” |
||
+ | |||
+ | “Apakah pernyataan itu menenangkan pikiranmu?” |
||
+ | |||
+ | “...Apa kau berfikir itu adalah sebuah kebohongan, Maria?” |
||
+ | |||
+ | “Aku tidak tahu apakah itu bohong atau tidak. Akan tetapi, Shindou akan menjadi semakin berbahaya kalau yang dia katakan adalah yang sebenarnya.” |
||
+ | |||
+ | “Ke-kenapa begitu...?” |
||
+ | |||
+ | Maria berdiri dalam diam, meletakkan terminal portablenya di meja dan mulai menggunakannya. Lalu dia memutar sebuah berkas rekaman suara. |
||
+ | |||
+ | << Suatu saat aku tidak akan bisa menanggung dosa ini dipundakku dan aku akan menghancurkan hidupku. Jadi aku tidak akan pernah bisa melakukannya, sesuai bayanganku sejauh ini.>> |
||
+ | |||
+ | “Apa kau melihat bahaya pada pernyataan ini?” |
||
+ | |||
+ | Aku menggelengkan kepala. |
||
+ | |||
+ | “Shindou mengatakan kalau ---<u>dia bisa membunuh kalau dia siap menghancurkan hidupnya sendiri.</u>” |
||
+ | |||
+ | Kedengarannya seperti pemahaman yang berlebihan, tapi... memang benar bisa diartikan seperti itu, kurasa? |
||
+ | |||
+ | “T-tapi kau tidak akan bisa dengan mudah bersiap menghancurkan dirimu sendiri kecuali ada alasan yang kuat!” |
||
+ | |||
+ | “Kau benar-benar berfikir kalau tidak ada alasan seperti itu? Aku bisa langsung menyebutkan salah satunya. Baiklah... contohnya, bukankah menyelamatkan Yanagi bisa menjadi alasan yang kuat baginya?” |
||
+ | |||
+ | Dia mengatakannya dengan datar, membuatku terdiam. Hal itu memang satu motif yang dapat membuat Ketua Osis melewati batas terakhir. |
||
+ | |||
+ | Benar, ini memang bukan kehidupan sehari-hari. Ini adalah ketidak-normalan yang disebabkan oleh ‘kotak’. <u>Bisa jadi ada banyak alasan yang kuat.</u> |
||
+ | |||
+ | “Kazuki, kau seharusnya sudah tahu, tapi aku tidak bisa membunuh siapapun, apapun alasannya.” |
||
+ | |||
+ | “Yeah, aku tahu.” |
||
+ | |||
+ | “Aku juga berfikir hal ini berlaku juga bagimu. Apa kau bisa menyebutkan alasan untuk tidak membunuh secepat Shindou?” |
||
+ | |||
+ | Aku mulai berfikir saat dia bertanya padaku. |
||
+ | |||
+ | Kenapa aku tidak bisa membunuh? |
||
+ | |||
+ | ---Karena sangatlah angkuh berfikir seseorang boleh membunuh orang lain? |
||
+ | |||
+ | ---Karena aku mengasihani mereka? |
||
+ | |||
+ | ---Karena Etika ku tidak memperbolehkannya? |
||
+ | |||
+ | Aku bisa memikirkan beberapa alasan, tapi tidak satupun terasa tepat. Aku berfikir tidak satupun dari mereka salah, tapi mereka juga tidak terasa benar. Semua itu adalah alasan yang ada setelah fakta kalau aku tidak bisa melakukannya. |
||
+ | |||
+ | “Tidak ada yang terpikirkan...?” |
||
+ | |||
+ | “...yeah.” |
||
+ | |||
+ | Aku menjawab dengan pandangan menunduk. |
||
+ | |||
+ | “Memang seharusnya begitu.” |
||
+ | |||
+ | “Eh?” |
||
+ | |||
+ | “Apa yang Sindou katakan tentang membayangkan dan semacamnya itu tidak benar. Seseorang yang benar-benar tidak bisa membunuh orang lain tidak punya alasan. Kau dan aku---<u>kita cuma tidak bisa membunuh.</u>” |
||
+ | |||
+ | ...Benar. Tepat. Yang ini terdengar lebih alami. |
||
+ | |||
+ | “Tidaklah umum kalau kau bisa menemukan alasan kenapa kau tidak bisa membunuh, dan bisa mengatakannya pada orang lain dengan lancar. Shindou cuma mencoba membuat kita percaya dia tidak berbahaya. Yah, tapi ini masih lebih bermanfaat daripada bagaimana Oomine menunjukkan permusushannya.” |
||
+ | |||
+ | “Aku heran kenapa Daiya bersikap seperti itu, meski dia berada dalam posisi berbahaya...” |
||
+ | |||
+ | “Yah, dia tidak akan kedengaran meyakinkan kalau dia berkata <<Aku bahkan tidak akan pernah melukai lalat>> seperti Shindou dan yang lain, jika mempertimbangkan sikap biasanya. Dilihat dari sisi itu, kepribadiannya mungkin yang paling tidak menguntungkan untuk [Kingdom Ryale].” |
||
+ | |||
+ | ...memang, dilihat bagaimana sekarang, nyawanyalah yang paling terancam. |
||
+ | |||
+ | Dalam sisi lain, Yuuri-san mungkin yang berada dalam posisi paling aman. |
||
+ | |||
+ | “Ah, benar. Aku ingin tahu: Aoa ‘Game of Idleness’ ini ‘kotak’ internal atau external?” |
||
+ | |||
+ | Pandangan Maria menjadi tajam setelah mendengar pertanyaan ini. |
||
+ | |||
+ | “Ma-maaf. Aku tidak memikirkannya. Be-benar, ‘kotak’ segila ini pastilah internal---“ |
||
+ | |||
+ | “’Kotak’ ini ‘kotak’ external.” |
||
+ | |||
+ | “...Huh?” |
||
+ | |||
+ | “’Game of Idleness’ ini adalah ‘kotak’ external. Levelnya bahkan mungkin sekitar level 5.’ |
||
+ | |||
+ | ‘Sevennight in Mud’ adalah ‘kotak internal dengan level 4 kalau ingatanku benar. Jauh lebih tinggi dari ‘kotak’ yang menukar peran ini. |
||
+ | |||
+ | Tapi kalau ini adalah ‘kotak’ external--- |
||
+ | |||
+ | “Ini artinya si ‘pemilik’ mempercayai situasi ini sampai batas tertentu. ...mungkin, si ‘pemilik’ dapat menguasai ‘kotak’ itu.” |
||
+ | |||
+ | Aku menahan nafasku. Ini... cukup hebat kan? |
||
+ | |||
+ | “Membujuknya pastilah sulit karena ini. ‘Pemilik’ yang kita temui sampai sekarang memiliki sedikit banyak akal sehat saat mereka menggunakan ‘kotak’ mereka. |
||
+ | Karenanya, ‘harapan-harapan’ mereka tidak sempurna dan tidak pasti. Kita bisa membuat mereka memberikan ‘kotak’ mereka dengan kekurangan-kekurangan itu.” |
||
+ | |||
+ | “...tapi kali ini tidak ada.” |
||
+ | |||
+ | Sejujurnya, aku tidak percaya kalau Daiya bisa menguasai ‘kotak’. Sebab, Daiya adalah seorang realis yang teliti. Dia tidak cocok untuk menggunakan ‘kotak’ yang membuat ‘harapan’ menjadi kenyataan bersama dengan keraguan-keraguan yang menyertainya. |
||
+ | |||
+ | “Bagaimanapun, ini artinya pengaruh pada kenyataan tidak dapat dihindari. Jadi ingatan atas apa yang kita alami dalam [Kingdom Royal] ini seperinya akan tetap ada dan hasilnya juga akan mempengaruhi kenyataan.” |
||
+ | |||
+ | “Err, kalau kita mati di game, kita juga akan mati di dunia nyata...?” |
||
+ | |||
+ | “Yeah, berfikirlah seperti itu. ...cuma untuk informasi; bukan cuma external, tapi pengaruh kematian pada ‘kotak’ internal juga besar! Fakta kalau aku tidak terluka, meski aku mati berkali-kali dalam ‘Rejecting Classroom’, hanya disebabkan karena karakteristik spesial ‘kotak’ itu yang membuat <<kematian>> menjadi ‘void’. Kalau aku mati saat ‘Pindah Sekolah’ yang terakhir, ke 27.756 kali, aku mungkin akan benar-benar mati atau setidaknya aku akan mengalami efek sampig yang menyebabkan kematian.” |
||
+ | |||
+ | “...Jadi begitu.” |
||
+ | |||
+ | Bagaimanapun, singkatnya adalah: |
||
+ | |||
+ | <u><<Mati>> di sini sama dengan <<mati>> di dunia nyata. </u> |
||
+ | |||
+ | “Karenanya, kita benar-benar harus mencegah [Kingdom Royale] dimulai.” |
||
+ | |||
+ | Sejujurnya, mungkin aku tidak punya cukup rasa wapada akan bahaya. Suara ringan kata ‘permainan’ dan <<kematian>> yang akan terjadi hanya dengan menekan tombol---pada akhirnya aku berpikir ‘kotak’ yang sepertinya-tidak nyata ini sebagai sebuah permainan. |
||
+ | |||
+ | Tapi ini salah. |
||
+ | |||
+ | Kalau aku mati karena seseorang menekan sebuah tombol atau aku membunuh seseorang; <<kematian>> ini tidak bisa di ‘reset’ seperti dalam sebuah game. |
||
+ | |||
+ | “...kita tidak punya banyak waktu lagi. Pertama ayo kita pertimbangkan apa yang seharusnya kau lakukan dalam [pertemuan rahasia] mu dengan Oomine.” |
||
+ | |||
+ | “Okay.” |
||
+ | |||
+ | Aku menyadari bahaya dalam hal ini sekarang. Tapi--- |
||
+ | |||
+ | “Tapi aku akan mengatakan padamu terlebih dahulu, Maria. Aku adalah [Penyihir].” |
||
+ | |||
+ | “...Apa yang akan kau lakukan kalau [Kelas] ku berlawanan denganmu?” |
||
+ | |||
+ | “Tidak ada. Aku akan tetap mengatakannya.” |
||
+ | |||
+ | “...Jadi begitu. Kau ada benarnya. Hal sepele semacam ini bukan sesuatu yang harus kita sembunyikan satu sama lain.” |
||
+ | |||
+ | Maria mengatakannya dan tersenyum. Pipiku mengendur tanpa sadar saat melihat senyuman itu. |
||
+ | |||
+ | Maria baru saja mengatakan kalau hal ini, yang bisa jadi membahayakan-hidup bila diketahui orang lain, ‘sepele’. |
||
+ | |||
+ | “Ngomong-ngomong, [kelas] ku adalah [Pangeran]. Aku lebih suka kalau kelasku [Revolusioner] sih.” |
||
+ | |||
+ | Cukup adil. [Revolusioner] adalah yang paling mungkin untuk membunuh orang lain, karena dia dapat membunuh tanpa bantuan yang lain. Tapi Maria tidak akan membuat kesalahan semacam itu meski batas waktu hampir habis. |
||
+ | |||
+ | Maria pasti tidak akan membunuh siapapun. |
||
+ | |||
+ | “......Ah” |
||
+ | |||
+ | Aku menyadari sesuatu saat memikirkan hal itu. |
||
+ | |||
+ | “Ada apa?” |
||
+ | |||
+ | “E-Err......” |
||
+ | |||
+ | Dengan lirikan sepintas pada Maria, yang menatap tajam ke arahku dengan pandangan curiga, aku berfikir: |
||
+ | |||
+ | ---<u>Maria tidak berdaya dalam ‘kotak’ ini.</u> |
||
+ | |||
+ | Sebab, [Kingdom Royale] ini adalah permainan tenang membunuh dan memperdayai. Maria yang tidak bisa melakukan keduanya, tidak mungkin menang. |
||
+ | |||
+ | Sampai sekarang aku selalu mengandalkan Maria pada semua pertarungan yang berhubungan dengan ‘kotak’. Dan mungkin bahkan kali ini pun aku akan mengandalkannya. |
||
+ | |||
+ | Akan tetapi---pasti akan datang waktu dimana aku harus melakukan sesuatu dengan kekuatanku sendiri. |
||
+ | |||
+ | “......Bukan apa-apa!” |
||
+ | |||
+ | Maria tetap menatap ke arahku sambil mengernyit setelah mendengar jawabanku. |
||
+ | |||
+ | Dia percaya padaku kalau aku tidak akan pernah membunuh siapapun. Tapi jika aku menyadari kalau Maria akan mati, dan aku tahu kalau aku bisa mencegahnya dengan membunuh seseorang,--- |
||
+ | |||
+ | ---Apa yang akan kulakukan saat itu? |
||
===▶Hari Pertama <C> [Pertemuan Rahasia] dengan [Daiya Oomine], Ruang [Kazuki Hoshino]=== |
===▶Hari Pertama <C> [Pertemuan Rahasia] dengan [Daiya Oomine], Ruang [Kazuki Hoshino]=== |
Revision as of 07:11, 29 June 2013
Status: Incomplete
▶Hari pertama <A> Ruang [Kazuki Hoshino]
Hal pertama yang memsauki pandanganku adalah langit-langit hitam dan bola lampu yang terpasang di sana. Aku melompat berdiri, terkejut pada pemandangan asing tempat ini.
“...Ruang apa ini?”
Menahan kebingunganku yang menjadi-jadi, aku mencoba mengingat-ingat bagaimana aku bisa sampai di sini.
Aku seharusnya sedang tertidur di tempat tidur bawah, seperti biasa. Aku tidak ingat aku berpindah tempat sesudahnya. Aku tidak ingat berpindah tempat, ataupun bertemu dengan orang lain.
Aku mengamati sekeliling ruangan. Di sana ada toilet dan tempat cuci tangan di ruangan seluas enam tatami ini. Di tengahnya adalah sebuah meja dengan tas goni di atasnya.
Tapi apa yang benar-benar menonjol adalah monitor 20 inch yang terpasang di tembok dan terlihat tidak pada tempatnya di ruangan yang seperti penjara ini.
Pandanganku beralih ke tubuhku. Aku mengenakan seragam sekolahku yang semua kantongnya kosong.
Aku meraih tas goni itu dan mengeluarkan barang-barang di dalamnya satu persatu.
Sebuah pulpen.
Sebuah buku catatan.
Sebuah jam tangan digital berwarna biru.
Tujuh potong makanan padat.
Di sana juga ada terminal portable yang terlihat tepat seperti <<iPod touch>>.
Dan terakhir---
“------“
Sebuah pisau yang berat.
Dengan hati-hati aku melepaskan penutupnya. Mata pisau yang kuat. Pisau itu bahkan memiliki pinggiran yang bergerigi. Itu adalah pisau untuk bertarung yang biasa muncul di tangan-tangan para tentara dalam film.
“...Hah..? Untuk tujuan apa aku...”
Ini jelas-jelas adalah senjata. Alat untuk membunuh.
Sesorang mencoba membuatku bertarung? Jadi aku tidak punya pilihan lain selain bertarung?
Aku menggelengkan kepalaku dan melemparkan pisau itu kembali kedalam kantung. Menyadari kalau aku gemertaran, aku menarik nafas dalam dan mencoba menenangkan diri.
Sekali lagi, aku melihat ke sekitar ruangan. Tidak ada jendela. Aku juga tidak bisa menemukan lubang ventilasi. Di sana hanya ada satu pintu yang terlihat sangat berat. Aku berfikir untuk membukanya, tapi lalu menyadari kalau tidak ada gagang pintu di sana. Coba-coba aku menekankan tubuhku sedikit padanya, tapi tidak pintu itu tidak bergerak sama sekali.
Aku berjalan terhuyung-huyung ke tempat tidurku dan menjatuhkan tubuhku di sana.
“Apa yang sedang terjadi di sini...?”
Aku tidak mengerti. Aku tidak mengerti... tapi ini adalah situasi yang tidak normal.
---Tidak normal – yang tidak biasa.
Aah, apakah ini mungkin---
<<Selamat - pagi>>
Suara tiba-tiba ini mengagetkanku.
Aku menoleh dan melihat---apa ini?---makluk aneh di monitor yang tadinya gelap.
<<HaHaHa - Selamat - pagi - Kazuki-kun>>
Berlawanan dengan caranya berbicara padaku yang akrab, suaranya terdengar sangat seperti mesin, tanpa intonasi. Benda hijau berkilau di monitor seharusnya menggambarkan seekor beruang... aku rasa. Mungkin. Karena matanya yang tajam dan tubuhnya yang dibentuk buruk, dia tidak terlihat imut sama sekali. Terus terang, dia menjijikan.
<<YaaYaaYaa-Apa-kau-merasa-baik? Aku adalah-sang maskot-Noitan! SenanG-bertemu denganmu>>
Si beruang ---mulut---Noitan? Bergerak naik turun. Animasi ini hanya terdiri dari dagunya bergerak naik dan turun, jadi sekali lahi: menjijikan.
“...karakter yang mengerikan. Anak-anak akan menangis...”
<<Siapa yang kau panggil mengerikan babi! Haruskan aku menghukummu dengan menghancurkan ‘bola ‘mu? Itu akan cocok untukmu.>>
“......HII!”
D-dia barusan berbicara! Lebih dari itu, dengan mulut yang sangat kotor! Dan kenapa dia tiba-tiba bicara dengan lancar!? Juga, pengambaran matanya yang merah itu terlalu menakutkan!
“...U-umm... apa kau bisa berbicara denganku?”
<<Ya - Aku - bisa!>>
Nada bicaranya kembali.
Sepertinya dia diatur supaya bisa berbicara lancar hanya saat dia marah.
“Noitan,”
<<Kau sok akrab brengsek, tidak mau gunakan “san” dinamaku!? Juga, bicara lebih sopan!>>
“......Noitan-san. Aku tidak tahu bagaimana aku bisa sampai sini, jadi aku ingin tahu aku ada di mana?”
<<Kau ada di dAlam - permainan - yang disebut - [Kingdom Royale]! Aku akan-mEnjelaskannya nanti - di tempat - yang lAin berada, tapi --->>
“Yang lain...? Jadi aku bukan satu-satunya yang ada di sini?!”
<<Tutup mulutmu saat aku sedang bicara atau kau ingin aku mencabut lidahmu?!>>
“......Maafkan aku.”
<<Pintu ini - sekarang akan terbuka! Kau akaN mencapai - tempat – dimana - semua peserta - permainan ini berkUmpul! Aku akan - mEnjelaskannya padamu - di sana jadi mohon - tunggu sebentar>>
Saat Noitan selesai berbicara, pintu berat itu mulai terbuka perlahan tapi pasti.
“...Boleh aku pergi?”
<<Silahkan-kalau kau sudah-mempersiapkaN dirimu!”
“Mempersiapkan diri...?”
<<Di balik piNtu ini-adalah ruang besar-Apakah kau siap-untuk mEnemui orang-orang-yang aDa pada-posisi yang sama denganmu?>>
“Apa yang akan kami lakukan?’
Noitan merubah air mukanya yang mengerikan dan berkata,
<<Mortal combat!>>[1]
“......Eh? Apa yang---“
Monitor itu mati sebelum aku menyelesaikan kalimatku. Pada saat bersamaan, pintu itu terbuka sepenuhnya.
---Apa maksudnya ini?
Kegelapan yang tebal menghubungkan pintu dengan sisi yang lain.
Apa benar-benar ada ruangan di sana? ...Aku tidak bisa mempercayainya.
Tapi aku yakin aku tidak bisa menolak untuk pergi.
Aku memakai jam tangan biru yang ada di meja dan berdiri di depan pintu.. Karena aku merasa kakiku akan membeku, aku mencoba menenangkan diriku:
...Tidak apa-apa. Aku akan baik-baik saja.
Tidak ada hal baik yang menungguku di ujung sana. Tapi, aku ada di dalam sebuah ‘kotak’. Karenanya, dia ada di sini.
---Maria ada di sini.
Karenanya pasti akan baik-baik saja.
Dengan pikiran seperti itu di otakku, aku melompat ke dalam kegelapan.
▶Hari Pertama <B> Ruang besar
Pemandangannya berubah dengan segera.
Pertama, semuanya berubah putih. Warna putih tidak alami yang mebuatku merasa berada dalam ruang kosong rumah sakit yang baru selesai di buat, tanpa dokter, perawat ataupun pasien.
Saat aku menyadarinya sampai sini---
“Ueh...?”
---Aku dijatuhkan.
Tanpa ada waktu untuk kebingungan atau merasakan sakitnya hantaman lantai keras terhadap punggungku, ujung sebuah pisau diarahkan padaku tepat depan mataku.
“Namamu?”
Melihat gadis dengan rambut sebahu memegang sebuah pisau di depanku, aku akhirnya menyadari apa yang terjadi padaku.
“H-HII...!!”
“Kau dipanggil <<HII>>? Itu tidak benar kan? Bukankah aku menanyakan namamu?’
S-siapa orang ini?
“K-Kazuki Hoshino.”
Aku menyadari kalau dia mengenakan seragam sekolah kami dan, di tangan kirinya, sebuah jam digital berwarna oranye. Warnanya berbeda dengan milikku.
Jadi dia peserta game ini? ...eh? Mungkin, pertarungan hidup dan mati sudah di mulai dan aku barusan sekakmat? T-Tungu sebentar! Bukannya ini terlalu kejam?!
Meskipun situasiku terlihat tanpa harapan—
“Kazuki!”
---Aah, cuma dengan mendengar suara ini aku bisa tenang.
“Mh, Otonashi-san, apa dia kenalanmu?”
“Ya, benar.”
Sesudah mengatakan hal itu, dia berdiri tanpa mengubah ekspresinya dan melangkah mundur. Aku tidak benar-benar mengerti, tapi sepertinya aku dibebaskan.
“Apa kau baik-baik saja, Kazuki?”
“Y-Ya...”
Aku menjawab sambil meraih tangannya setelah dia berlari ke arahku.
“T-tapi kenapa dia---“
“---Whoa!”
Aku menghentikan ucapanku saat suara lain bergema, dan menoleh dengan heran. Gadis tadi memegang pisau ke arah seorang laki-laki berambut kecoklatan.
“...umm, kenapa, tiba-tiba?”
Dia bertanya, saat melihat sekeliling hanya dengan matanya. Dia terkejut, tapi sepertinya cukup tenang untuk mengamati kami.
“...kau cukup tenang, benar kan?”
Menyadari hal ini, dia mengatakannya pada laki-laki berambut kecoklatan itu.
“Tidak, sebenarnya... yah, tapi aku menyadari ‘Aah, kau tidak serius’, jadi aku bisa tetap tenang entah bagaimana.”
Dia menjawab dengan “Ohoo” yang penuh arti pada jawaban laki-laki itu, lalu dia menarik pisaunya dan melepaskannya.
“...ah, kau sudah melepaskanku?”
“Lakukan apa yang kau inginkan.”
...dia segera melepaskan laki-laki berambut kecoklatan itu juga, huh. Aku benar-benar heran kenapa dia melakukan hal ini?
Laki-laki berambut kecoklatan itu sudah tersenyum seolah melupakan kejadian tadi dan berkata,
“Oh, ada tiga gadis menawan! Beruntungnya aku!”
Three...? Umm, Maria, gadis yang menyerangku dengan pisau, dan---
Aku menemukan seorang gadis dengan rambut panjang meringkuk di samping monitor besar di ruangan ini. Dengan kulit putih kontras dengan rambutnya yang hitam kelam, gadis itu memberikan kesan ramping padaku.
Juga, dia mengenakan jam digital yang berwarna abu-abu kecoklatan di tangan kirinya.
“Jangan khawatir, Yuuri!”
Gadis-pisau itu mengusap kepala gadis berambut hitam dan tersenyum padanya, menunjukkan kebaikan yang tidak dia tunjukkan pada kami. Wajah gadis berambut hitam yang berubah-rubah karena ketakutan sedikit tenang, tapi hanya selama beberapa saat.
“...Apa yang akan terjadi pada kita...?”
“Kita akan baik-baik saja!”
...sepertinya mereka berdua saling kenal.
“Kau adalah Hoshino-senpai[2], kan?”
Karena dipanggil, aku mengalihkan pandanganku dari kedua gadis itu. Dia adalah laki-laki berambut kecoklatan yang tadi.
“Apa kau mengenalku?”
“Tentu saja! Senpai, kau sangat terkenal, bersama dengan Maricchi di sana? Kau tidak mungkin lupa tentang upacara penerimaan yang ‘’legendaris’’ itu kan!”
Dia mengenakan seragam berkerut, sebuah kalung perak, dan di pergelangan tangannya sebuah jam tangan digital berwarna hijau. ...sebentar, kalau dipikir-pikir, semua yang ada di sini mengenakan seragam sekolah kami.
“Umm, siapa namamu?”
“Namaku --- ah! Kaichou, sepertinya kita semua di sini sekarang, jadi bagaimana kalau perkenalan?
Dia berkata dapa gadis-pisau.
<<Kaichou>>?[3] Apa ini artinya dia adalah Ketua Osis? Satu dari tiga manusia super yang Kokone katakan padaku?
“Mh, baiklah. Itu mungkin tidak jelek.”
Sekarang karena dia mengatakan hal ini, aku sering mendengar suara renyah ini pada pengumuman dengan mic. Gadis yang tersenyum penuh-percaya diri ini adalah... benar, tanpa keraguan dia adalah ketua Osis.
Jadi---
Aku harus bertarung melawan para manusia super itu dalam pertarungan hidup dan mati ini?
“Apa kau pikir ini sudah semuanya?”
Si ketua Osis bertanya padanya.
“Di sini ada enam kursi, jadi kurasa begitu.”
“Hmm, yeah.”
...eh? Enam?
“Tunggu sebentar! Bukankah kita hanya berlim---“
“Kazu, apa matamu terbuat dari kaca?”
Aku menahan nafasku saat mendengar kata-kata ini.
Di tengah ruangan adalah sebuah meja bujur dengan enam kursi diatur samarata di sekitarnya. Di kursi terjauh dari tempatku adalah, dia.
“...Daiya.”
Daiya yang juga berseragam merubah bentuk mulutnya sedikit, dan mengangkat satu tangannya yang mengenakan jam digital hitam, seolah memberiku sebuah salam santai.
Meskipun ini pertama kalinya kita bertemu setelah sekitar dua bulan, meskipun di tempat seperti ini, salamnya begitu santai seolah kita baru bertemu.
“Apa? Kalian saling kenal? .......Jadi begitu.”
“Kaichou. Boleh aku menganggap dengan tindakanmu tadi kau sudah memperkirakan resiko kalau kami akan berkomplot memusuhimu kan?”
Ketua Osis itu gugup selama beberapa saat, tapi kemudian dia mendengus. Dia melanjutkan,
“Aku menyerahkannya pada penilaian kalian masing-masing.”
Saat ini Daiya yang menyeringai mendengar kata-katanya.
Percakapan macam apa yang mereka punya di sini...? Seolah mereka sudah siap untuk berperang.
...tidak, atau mungkin perang sudah dimulai? Apakah ini alasannya dia menodongkan pisau ke arahku?
“Aku satu-satunya tanpa kenalan kalau begitu? Aku merasa sangat kesepian~”
Si rambut kecoklatan memeluk kepalanya secara berlebihan seolah dia tidak menyadari ketegangan di antara dua orang itu sama sekali. ...Aku heran apakah dia menyadari disituasi macam apa dia berada...?
“Baiklah, kita akan saling memperkenalkan diri kita masing-masing. Bisakah kita mulai kalau begitu? Untuk sekarang, mari kita semua duduk lagipula sudah tersedia kursi untuk kita semua.”
Aku duduk di depan Daiya dan Maria duduk di sampingku. Maria juga mengenakan jam di pergelangan tangannya. Warnanya adalah, merah.
“Okay, sebagian besar dari kalian pasti sudah mengenalku, tapi aku akan mulai dengan perkenalan dariku. Aku adalah---“
“Sebelum itu, boleh aku menanyakan satu hal?”
Maria menunjukkan ekspresi tidak senang pada ketua osis di depannya dan menanyakan hal itu.
“Apa yang ingin kau tanyakan?”
“Aku tidak bermaksud ikut campur karena aku tidak melihat keinginan untuk menyakiti siapapun dalam dirimu... tapi apa maksud dari ancaman dengan pisaumu tadi?”
“Aah, itu?”
Terlihat tidak menghiraukan ekspresi tidak senang Maria, ketua osis mulai menjelaskan.
“Kalau kau mendapat penjelasan yang sama denganku dari beruang pandir itu, kau seharusnya tahu kalau sebuah permainan <<permusuhan-kematian>> akan dimulai di sini kan? Karenanya, aku mempertimbangkan kemungkinan kalau ada yang akan memulai saat semua orang masih kebingungan. Jadi aku berfikir untuk melakukan hal itu untuk mencegah hal ini. Singkatnya: krisis manajemen.”
“Ha!”
Daiya mendengus mendengar penjelasan ini. Ketua osis itu jelas terlihat terganggu.
“Uumm... Daiya Oomine-kun, benar kan? Aku mendengar namamu dari rumor. Jadi, apa maksud dari tawa sengitmu itu?”
“Aku cuma berfikir kalau itu adalah kebohongan yang menyakitkan. Krisi manajemen? Apa kau benar-benar berfikir kalau di sini ada militan yang akan melakukan pembantaian hanya karena mendengar penjelasan dari beruang itu? Kau hanya mencoba melakukan langkah pertama untuk membuatmu ada pada posisi menguntungkan secara psikologis, atau mungkin aku salah? Tenanglah, satu-satunya yang bisa melakukan hal ini hanyalah kau, yang bisa mencapai pemikiran semacam itu!”
“Sebuah strategi untuk berada pada posisi menguntungkan secara psikologis, huh. Kau salah, sepenuhnya tidak benar. Aku tidak akan melakukan tindakan semacam itu yang kerugiannya melebihi keuntungan. Kalau aku bersikap sembarangan dan memancing rasa permusuhan seseorang, aku akan berada dalam bahaya, benar kan?”
“Lalu apa itu untuk mengecek dalangnya? Apa kau bermaksud mencari orang-orang mencuigakan dari reaksi mereka?”
“Aku tidak berfikir sejauh itu. Tidak sopan.”
Jawaban-jawabannya ringan. Akan tetapi, kegelisahan di udara tidak bisa disembunyikan dengan itu.
“Whoa, tenanglah senpai! Kalian sangat menakutkan!”
Si rambut kecoklatan memotong pembicaraan mereka.
“...Okay. Tapi kau sangat tenang, ya kan? Kau orang yang cukup anh.”
“Kumohon hentikan! Aku seperti ini hanya karena aku tidak bisa tenang. Biasanya, aku bersikap lebih dewasa, tapi bagaimana aku harus menjelaskannya, ketegangan yang aneh di udara searang... yah, tapi aku rasa aku tidak setegang temanmu di sini, Kaichou.”
Saat pembicaraan beralih padanya, gadis yang terlihat patuh itu menarik pundaknya.
“Ma-maaf…”
“Tidak apa-apa, Yuuri. Kau tidak perlu minta maaf.”
“Ma-maaf, iroha.”
Si ketua Osis tertawa dan mengangkat pundaknya saat melihat gadis itu meminta maaf lagi.
“Aah~…entah kenapa keteganganku menghilang.”
“Bagus, Yuuri-chan!”
Si rambut coklat mengacungkan jempol.
“Eh? Eh? Apa aku melakukan sesuatu…?”
Dia berkedip kebingungan, yang membuat ketu Osis tertawa kecil lagi.
“Bisa kita kembali ke pokok permasalahan dan mulai perkenalannya? Aku murid kelas tiga Iroha Shindou dan, seperti yang kalian mungkin ketahui, ketua dari Osis sekolah kita. Kemampuan khususku adalah bisa tidur di manapun. Hobiku lari dan rintangan.”
“Meskipun bisa mengikuti kegiatan di berbagai pelosok negeri , lari dan rintangan atletik cuma hobi, huh? Aku bertaruh kau cukup tidak terkenal, ya kan?”
Daiya memotong.
“Kau punya lidah yang tajam, huh? Tapi ini adalah fakta sederhana kalau itulah hobiku. Lagipula aku tidak cocok untuk lari dan rintangan. Di kegiatan-kegiatan itu kau tidak punya pilihan selain bergantung pada kemampuan fisikmu. Dan aku tidak terlalu dikaruniai dalam hal itu. Karenanya, aku tidak cocok. Itu cuma hobi.”
“Itu yang disebut ‘sindiran’.”
“’…anak muda itu berkata menyindir.’”
Si ketua Osis membalas acuh tak acuh. Untuk bisa mengikuti daiya, dia benar-benar manusia super.
Dia menyenggol gadis di sampingnya dengan sikunya, menyuruhnya untuk melanjutkan.
“Ah, a-aku, um, kelas tiga dan, err, berteman dengan Iroha di kelas 1 saat kami ada di kelas yang sama… umm,kemampuan khusus dan semacamnya juga, Iroha? Uumm… Aku tidak punya kemampuan khusus… tapi hobiku adalah membaca. Namaku adalah Yuuri --- Yuuri Yanagi.”
“Eh?”
Aku bergumam tanpa sadar.
Apa dia barusan bilang <<Yanagi>>?
“……Eh? Umm, ap-apa aku mengatakan hal yang aneh?”
Gadis yang menamakan dirinya <<Yuuri Yanagi>> bingung karena sikapku.
“Ah”
Aku kembali sadar dan melambaikan tanganku dengan cepat.
“Ti-Bukan apa-apa! Hanya saja aku kenal seseorang yang memiliki nama panggialan yang sama.”
“O-oh begitu...”
Yanagi-san---akan membingungkan, jadi aku akan menggunakan Yuuri-san---masih memandang ke arahku dengan heran, tapi kemudian,
“Yuuri, apa kau sudah selesai?”
“Ah, err...”
Dia ditanyai seperti itu oleh ketua osis dan melepaskan pandangannya padaku.
“Se-senang bertemu dengan kalian.”
...Oh tidak, mungkin dia memperoleh kesan aneh dariku.
Anak laki-laki berambut kecoklatan yang menyeringai ke arahku membuka mulutnya.
“Yuuri-chan sangat imut. Dia tipeku.”
“Fhue!”
“Hey, anak kelas satu, jangan menggoda Yuuri! Juga, kau terlalu sok dekat menambahkan ‘chan’.”
“Ngomong-ngomong, kau terlalu berkeinginan kuat, karena itu, bukan tipeku, Kaichou.”
“Aku tidak peduli. Sekarang mulai perkenalanmu.”
“Oke~y. Aku murid kelas satu Koudai Kamiuchi, senang bertemu dengan kalian. Ah, terutama denganmu, Yuuri-chan. Lalu, hobiku adalah bermain slot machine. ...ah, cuma untuk meluruskan, slot machine yang ada di game center.
Yang mengejutkan, Daiya memotong perkenalan si rambut-kecoklatan, Koudai Kamiuchi.
“Aah, kau si Kamiuchi itu, huh. Aku sering mendengar rumor tentangmu. Sepertinya kau tidak pernah kalah di mesin Pachinko?”
“Meskipun itu tidak benar. Yah, secara garis besar aku pasti menang. Pada dasarnya, aku punya mata yang bagus.”
“Seorang cowok bernama Haruaki Usui mengintaimu sekali untuk membuatmu masuk klub baseball, benar kan? Karena kau dulu terkenal sebagai yang menyerbu saat festival olah raga di sekolah menengah.”
“Mengintai? Tidak ingat... tapi tidak, tidak, baseball di SMA tidak mungkin untukku! Dan lagipula, tidak mungkin seseorang serapuh aku bisa mengikuti latihan keras mereka bukan? Klub pulang-ke rumah paling cocok untukku.”
Mungkinkah Kamiuchi-kun itu, meski tidak ada di level <<Manusia Super>>, seorang orang yang hebat...?
“...umm, Yuuri-san?”
“Y-ya?”
“Apakah kau, mungkin, juga sangat pintar?”
“Eh? A-aku, um... tidak juga.”
“Yuuri selalu menjadi juara pertama di kelas 1.”
Ketua Osis mengatakannya dengan datar.
Tahun ketiga, kelas 1? Itu adalah kelas elit di seni liberal yang mengarah ke universitas Tokyo dan Kyoto. Dia nomor satu di sana...?
“Itu karena kau masuk kelas Sains, Iroha. Kalau kau ada di kelas liberal, aku pasti kalah darimu...”
“Ah, ngomong-ngomong, kelihatannya hasil ujian masukku ada di peringkat dua. Yuuri-chan, kita sama-sama rangking kedua yang tidak bisa mengalahkan rangking pertama yang sangat berbakat, benar kan?”
“H-Haah...”
Jadi Kamiuchi-kun juga bukan orang biasa.
“Hmm. Aku rasa aku memahami persamaan kita. Murid-murid berprestasi... yah, karena sains dan seni liberal cukup berbeda, aku tidak bisa mengatakannya secara yakin, tapi sepertinya kita adalah kumpulan dari tiap kelas masing-masing peringkat pertama dan kedua. Jumlah orangnya akan pas.”
“Ah, tapi hasil ujianku cuma sedikit di atas rata-rata? Hasil ujian terakhirku cukup bagus, tapi masih terlalu rendah untuk---“
Aku menelan kata-kataku.
Karena ketua osis, Yuuri-san dan Kamiuchi menatapku.
...Kenapa? Apa aku baru saja mengatakan hal yang aneh?
“Cuma memastikan: Otonashi dan Oomine-kun murid berprestasi kan?”
Si ketua osis berkata dengan pandangannya terpaku padaku. Aku mengangguk dalam diam.
“Aku mengerti.”
Dia lalu bertanya dengan senyuman dimana hanya matanya yang tidak tersenyum:
“Jadi kenapa kau satu-satunya yang berbeda, aku heran?” Aku mengernyit pada kekerasan yang sama sekali tidak dia coba sembunyikan.
Apa ini? Kenapa mereka menatapku seperti itu?
“Kegegabahan itu ada batasnya.”
Mendengar kata-kata ini, ketua osis mengalihkan pandangannya dariku. Dariku---ke Maria.
“Kenapa kau sangat tegang padahal kita tidak tahu permainan macam apa ini? Apa ini berarti kalau kau mengakui permainan <<permusuhan-kematian>> dan tidak sabar untuk berpartisipasi? Kalau begitu, kaulah yang seharusnya dikhawatirkan.”
“A-Aku setuju. Lagipula belum ada apapun yang dimulai...”
Setelah mendengar kata-kata Maria, Yuuri-san mengatakan hal itu sambil menatap sejenak pada ketua osis.
Sedangkan untuk ketua osis, dia mengerutkan bibirnya sejenak. Bukannya dia mencibir - ini sepertinya hanya kebiasaanya saat berfikir.
Dia mengatupkan mulutnya dan berkata sambil mendesah,
“Itu juga benar. Karena ini hanya hipotesis kalau kita adalah kumpulan murid-murid berprestasi, maka akan aneh kalau kita berhati-hati pada seseorang hanya karena dia tidak cocok, huh. Juga, aku rasa kau akan dijatuhkan seseorang kalau aku terus menerus mencurigai semuanya tanpa dasar.”
“Yah, dan bagaimana aku melihatnya, kau adalah yang paling mencurigakan, ketua, dengan tindakkanmu yang terlalu cepat.”
“hahaha, aku mencurigakan? Mengacalah sekali-kali.”
Daiya menunjukkan senyum puas saat mendengar kata-kata ini.
“...Umm, apa yang kalian lakukan? Apa kalian sudah mulai mencari pelakunya?”
Ujung bibir ketua osis naik sedikit mendengar pertanyaan yang kuajukan ini karena aku tidak bisa mengikuti percakapan mereka.
“Daripada mencari pelakunya, aku cuma mencari orang yang aku perlu berhati-hati. Dalang yang merencanakan permainan ini bisa jadi ada diantara kita atau pendukungnya bisa saja ada di sini untuk mendorong permainan <<permusuhan-kematian>> ini untuk dimulai. Aku ingin menyingkap hal ini secepat mungkin jika aku menemukan sesuatu - sebelum terlambat.”
Dalang, huh.
Dalang, apanya --- Aku tahu siapa yang menyebabkan hal ini.
---Daiya Oomine. Satu-satunya yang mungkin menjadi pelakunya.
...Tapi aku mulai menyadari kalau aku tidak bisa langsung memberitahu mereka fakta ini.
Pernyataan tidak hati-hati tidak diijinkan di sini. Aku dicurigai hanya karena aku bukan murid berprestasi. Sikap yang melawan aliran yang lain akan membawa pada kecurigaan dengan segera.
Apa yang akan terjadi kalau aku berkata <<ini adalah perbuatan sebuah ‘kotak’ yang digunakan oleh Daiya>>?
Itu akan menjadi lebih absurd bagi mereka dari semua ini. Paling-paling, mereka akan berfikir kalau aku mencoba untuk membuat Daiya sebagai penjahatnya.
Karenanya, tidak peduli seberapa benar hal itu, aku tidak bisa mengatakan pada mereka tentang ‘kotak’ itu.
Ini mungkin juga alasan kenapa Maria tetap diam dengan ekspresi tegang.
<<yA, ya, ya - sePeRtinya kAlian - sUdah meMulAi - kEsenaNgan meNcUrigai - saTu sAma laiN - seSuaI HaRapan- bAgus sekAli>>
Kami melihat bersamaan ke arah monitor besar di tengah ruangan.
Di monitor adalah beruang hijau yang sama sekali tidak imut yang tadi. Kejelekannya terlihat lebih jelas sekarang di monitor besar.
Ketua osis menunjukkan senyuman masam saat menatap monitor.
“Uglipooh muncul lagi.”
<<Jaga mulutmu dan panggil aku “Noitan-san”! Jangan bangga akan dirimu sendiri cuma karena kau adalah ketua osis bau dari suatu sekolah!>>
Ketua osis sendiri tersenyum tenang, tapi Yuuri-san terkejut pada kata-kata yang kasar dan grafiknya dan menarik diri dengan jeritan kecil.
...bukannya tubuhnya kecil, tapi dia memang terlihat seperti hewan kecil... meski aku tidak berhak bicara begitu, sebab orang-orang suka mengatakan hal yang sama padaku.
“Cepat beri kami penjelasan, Uglypooh.”
<<Apa kau terlalu bodoh untuk memahami kata-kata!? Aku harap kau mati duluan pelacur!>>
“Oi, tuan ketua osis! Bisakah kau ‘’kumohon’’ teatp diam? Kita tidak akan sampai dimanapun seperti ini.”
“Baik, baik.”
Ketua osis cuma menganggkat bahunya pada sindiran Daiya dan menutup mulutnya dengan patuh. Sesudah kesunyian sejenak Noitan senang kembali, grafiknya kembali ke normal dan dia mulai berkata dengan suaranya yang kaku.
<<Aku aKan muLai sekarang- meNjelasKan apa iTu- [Kingdom Royale]- !>>
Aku menatap dalam diam ke arah monitor.
<<Pada daSarNya ini AdalAh- pErmaiNan kEmatiAn- tapi lebih- tEpatNya- ini adaLaH seBuaH pErmAinan- dimana sEmuaNya meNcoba- untuk mEreBut- Tahta rAja!>>
Kami bertukar pandang mendengar penjelasan dari Noitan.
<<Sebuah [kelas] sudah- diTentuKAn unTuk masIng-maSing dAri Kalian- [kelas] peSerTa- diantaranya [Raja], [Pangeran], [Penyamar], [Penyihir], [Ksatria], dan [Revulosioner]! MeReka semua mEmiliKi- karaKteristik speSial - mAsing-maSing>>
“Bagaimana kita dapat mengetahui [kelas] kita sendiri?”
<<KaLiAn biSa meNgecEk- [kelas] kALian- di MoniTor yaNG adA di- rUaNgan kAliAn masiNg-masinG! NgOmonG-ngoMong meReKa-LaYar senTuH Dan biSa- diaTur sEsuai- [kelas] kAlian>>
Ketua osis mengerutkan dahinya dan menunggu lanjutannya.
<<oKaY, seBelum AkU- menJElasKaN pAda kaliaN- tenTanG [kelas]- akU aKan mEmbERitahuKan Pada kalian- informasi- mengenai laTar- daRi [Kingdom Royale]! KeTahuiLah- negeRi iNi- dipErintaH olEh- diktAktor- yaNg telAh mEnyeRbu- beRbaGai negEri lAin- daN--->>
“Noitan.”
Maria memotong Noitan yang akan memulai penjelasan yang biasanya akan dilewati oleh pemain kalau itu adalah sebuah game.
<<Apa- iTu- Maria-chan- ?>>
“Kami tidak butuh itu. Cukup beritahu apa yang kami perlu tahu dari permainan ini segera.”
<<Kau berani bersikap seperti itu saat aku dengan baik hati akan menjelaskan semuanya pada kalian! Dasar sombong, bocah bau!>>
Grafiknya kembli berubah menjadi bermata merah-darah.
“Bukankah kau sudah menggunakan ‘bau’ untuk Shindou barusan? Kosa kata yang menyedihkan.”
<<Kalau kau punya waktu untuk menemukan kesalahan lebih baik kau menemukan cara untuk bertahan hidup, dasar burung dalam sangkar!>>
Puas (?) mengatakan hal itu, grafiknya kembali normal.
<<mAu BagaImaNa-LaGi-Aku aKan- menJelasKan paDa kaliaN- bagian-bagiAn- yaNg penTing sAja! PertaMa- kalian harus- biSa untuk mEmatuhi- tabel waktu denGan baiK- atau kAlian akAn- secara otomAtis [kalah]- jaDi- berhati-Hatilah>>
“...apa yang terjadi saat kami [kalah]?”
<<Eksekusi>>
Udaranya membeku.
<<DipanCung- lebih tepaTnya! CukUp adil- bukAn?- seseOrang yang tidak- bIsa memaTuhi- waktu- lebih bAik- mati sAja>>
Yuuri-san bahkan tidak berkedip. Dan ssegera setelah dia menyadari kalau <<eksekusi>> akan dilaksanakan sesuai namanya, wajahnya semakin pucat.
Noitan tidak memperdulikan reaksinya sama sekali dan meneruskan.
<<Juga, -di siNi ada-batas wakTu umum! Bahan makAnan kAlian-terDiri aTas-tujuH potoNg makAnan paDat- Ini haNya cukuP-untuk semInggu-Kau tidAk akan Merasa laPar -kalAu kau memAkan-satu Potong-makanan pAdaT ajaib Ini-sekali seTiap hari! AkAn tetapi-kAlau kau Tidak-memaKan Satu-setiap haRi-kau aKan-beruBah menjAdi Mumi-kareNa kelapaRan!>>
“Mumi... huh.”
Ketua osis menggaruk kepalanya dengan bibir berkerut.
“Jadi, bagaimana aku memenangkan permainan ini? Sejujurnya, aku tidak tahu apa yang harus kulakukan.”
<<BaiKlah-konDisi uNtuk-menanG-berBeda-teRgantuNg pAda-[kelas] kaLian-Sebagai coNtohnya-Kalau kau-aDalah-seoRang [Raja]-kau bisA-menanG-dengaN-mengHabisi sEmua pemaIn-yaNg-mengincar tAhta! SekaRang-aku akAn-menunjukkaN-deTail maSing-masIng kElas>>
Noitan menghilang dan kata-kata muncul di layar menggantikannya.
[Raja] | |
---|---|
Dia adalah raja yang naik tahta dengan membunuh pemimpin sebelumnya dan melakukan berbagai invasi. Memiliki sifat curigaan, dia berencana membunuh mereka yang mengincar tahtanya. Dia tidak menyadari kalau kecurigaannya membuat orang-orang kehilangan kesetiaan padanya. Dia bisa membuat bawahannya untuk melakukan [bunuh], tapi tidak bisa memaksa mereka karena dia takut kebencian mereka akan berpindah padanya. Sebuah negeri yang diperintah oleh seorang pria yang tidak bisa mempercayai orang lain tidak mungkin akan memiliki masa depan yang cerah. | |
Kemampuan dari [Raja] |
|
Syarat kemenangan untuk [Raja] | Melidungi tahta. (Penghilangan mereka yang mengancam tahta raja - [Pangeran] [Revolusioner]) |
[Pangeran] | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Seseorang yang ambisius. Dia sebenarnya hanya berada di tingkat ke tiga dalam urutan pewarisan tahta. Tapi memanfaatkan ketidakpercayaan raja, dia membuatnya membunuh pangeran lain dan membuatnya berada di tingkat pertama. Dia memperoleh anti-sihir untuk melindungi dirinya dari ketidakpercayaan raja. Kalau dia mendapatkan tahta, negeri ini kemungkinan besar akan dikuasai keditaktoran yang lebih buruk dari sebelumnya. | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Kemampuan dari [Pangeran] |
| ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Syarat kemenangan untuk [Pangeran] | Untuk menjadi raja. (Pelenyapan [Raja] [Penyamar] [Revolusioner]) | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
[Penyamar] | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Seorang bekas petani yang sangat patuh kepada [Raja] dan mirip sekali dengannya. Dia tidak benar-benar ambisius, tapi dia benar-benar tidak bisa membiarkan [Pangeran] untuk menjadi raja karena dia selalu diejek olehnya. Jika dia, tanpa cita-cita, menjadi seorang raja, negeri ini sepertinya akan segera mengalami kehancuran. | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Kemampuan dari [Penyamar] |
| ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Kondisi kemenangan untuk [Penyamar] | Kematian mereka yang mencoba membunuhnya. (Kematian dari [Pangeran] [Revolusioner]) | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
[Penyihir] | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Seorang anak buah dari [Raja]. Dia adalah guru dari [Pangeran] dalam hal sihir dan berhubungan baik dengan [Pangeran]. Dia merasa puas asalkan dia dapat meneruskan pembelajarannya dalam hal sihir dan tidak memiliki ketertarikan pada tahta raja sedikitpun. Tidak peduli seberapa banyak dia dapat meningkatkan kemampuan sihirnya, tidak ada yang akan mengharagai seseorang yang mengurung diri dalam cangkangnya sendiri. | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Kemampuan dari [Penyihir] |
| ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Syarat kemenangan untuk [Penyihir] | Bertahan hidup. | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
[Ksatria] | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Seorang anak buah [Raja]. Meski seorang anak buah, dia merencanakan pembalasan dendam pada kelarga kerajaan karena mereka telah merusak tanah kelahirannya. Dia percaya kalau dia hanya dapat memperoleh kebahagiaan dengan melenyapkan keluarga kerajaan. Tentu saja, seorang pria yang tenggelam pada perasaan kehilangan hanya akan jatuh kedalam gelapnya ketidakberuntungan. | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Kemampuans of the [Ksatria] |
| ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Syarat kemenangan untuk [Ksatria] | Membalas dendam. (Kematian [Raja] [Pangeran]) | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
[Revolusioner] | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Dia adalah tangan kanan [Raja]. Karena kemampuannya, dai menyadari kalau negeri ini akan hancur jika terus seperti ini. Karenanya dia bersiap untuk engambil alih negeri. Seorang pemimpin yang memiliki timbunan perasaan pahit karena pembunuhan tidak akan bisa memimpin negeri. Paling-paling dia sendiri akan dibunuh. | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Kemampuan dari [Revolusioner] |
| ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Kondisi kemenangan [Revolusioner] | Menjadi raja. (Pembunuhan [Raja] [Pangeran] [Penyamar]) | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
* Permainan berakhir setelah semua kondisi kemenangan pemain yang tersisa terpenuhi. Semuanya dalam diam membaca teks sendiri-sendiri dan mencoba memahami artinya. Aku, juga, menatap ke monitor dengan sepenuh tenaga, tapi aku tidak tahu apa yang harus kulakukan. Aku cuma mengerti kata seperti [Bunuh] dan [Pembunuhan] adalah bukti kalau [Kingdom Royale] adalah permainan kematian. “Hey, Uglypooh. Sebenarnya bagaimana cara kami menggunakan [Sihir] atau [Pembunuhan]?” <<Perintahnya terpampang di monitor di ruangan pemain bersangkutan Kau hanya perlu menekan tombol di monitor untuk menggunakan perintahnya! Karenanya sangat mudah untuk membunuh seseorang seperti membeli tiket.>> Semuanya kecuali aku berubah pucat mendengar hal ini. Aku tidak mengerti kenapa semuanya menunjukkan reaksi semacam itu dan menatap ke arah Maria. “...Maria, umm.” “Apa kau tidak melihat bahaya besar pada hal ini?” Aku menggelengkan kepalaku perlahan. Melihat hal ini, Daiya tertawa takjub. ...Aku tidak tahu, jadi mau bagaimana lagi, mau bagaimana! “Oke, mari kita anggap kau ada dalam bahaya. ...tidak, itu masih terlalu lembut. Anggaplah kau menyadari kalau kau pasti akan mati. Untuk melarikan diri dari bahaya itu kau harus membunuh seseorang. Bisakah kau membunuh orang itu dengan sebilah pisau, Kazuki?” “T-tidak mungkin aku bisa!” “Jadi bagaimana kalau kau hanya perlu menekan sebuah tombol?” “Eh...?” Dengan menekan sebuah tombol tombol aku bisa mempertahankan diriku. Dengan mengambil nyawa orang lain. “......Aku-aku masih tidak bisa! Sesuatu seperti membunuh...” “Yah, aku rasa memang seperti itu bagimu. Akan tetapi, apa kau berfikir kalau orang-orang lain yang ada di sini memiliki kesimpulan yang sama?” Aku menatap sekeliling secara spontan. Ketua osis yang aktif. Yuuri-san yang terlihat gelisah. Kamiuchi-kun yang anehnya tenang. Yang terakhir, sang ‘pemilik’ – Daiya. “Apa kau punya bukti positif kalau keenam peserta di sini, termasuk kau, tidak akan merengut nyawa orang lain kalau nyawa mereka ada dalam bahaya? ...Sejujurnya. Aku tidak.” Mungkin sama bagi yang lain. “Semuanya mungkin sedang mempertimbangkan kalau seseorang mungkin akan membunuh mereka. Dan aku bahkan tidak perlu mengatakan kalau kecurigaan ini akan semakin memperburuk keadaan kita, benar kan?” “Ta-tapi hanya karena kau bisa membunuh seseorang dengan menekan sebuah tombol bukan berarti kau bisa siap bisa melakukannya!” “Tapi bagaimana kalau batas waktu hampir habis?” “...Batas waktu?” “Bukankah beruang hijau itu sudah mengatakannya? Ada batas waktu umum; dengan kata lain kita akan mati saat persediaan makanan kita habis. Ini artinya semua orang kalah saat tidak ada pemenang...dengan kata lain, kita semua akan mati.” Aku menahan nafasku. “Tujuan kita bukan untuk menjadi pemenang. Tapi untuk keluar dari permainan ini. Tapi saat waktu hampir habis, tujuan ini akan goyah. Akan ada orang yang menyerah untuk mencapai tujuan ini. Mereka mungkin akan memprioritaskan bertahan hidup. Mereka mungkin mulai berfikir kalau lebih baik untuk mencapai kondisi kemenangan mereka daripada mati dengan yang lainnya. Dan saat mayat pertama muncul---semuanya berakhir.” “......kenapa?” “Ada sebuah mayat. Pemain lain menyadari kalau ada seseorang yang secara aktif memainkan game ini. Kalau mereka tidak melakukan sesuatu, mereka semua akan terbunuh. Karenanya, pemain lain akan kehilangan pilihan selain ikut berpartisipasi dengan juga. Kalau sudah seperti itu, game akan diteruskan sampai ada pemenang.” Maria menjelaskan dengan datar – tidak ada yang membantah. Yang lain mungkin setuju dengannya. “Saat mayat pertama muncul, itu adalah akhirnya...” Pendeknya, kita harus menemukan cara keluar dari permainan ini sebelum seseorang membuat kesalahan. <<Jadi jadi jaDi- aPa kalian mengerti- bagaimaNa permainan- ini bEkerja? SekaRang aku akAn- menunjukKan tabel waKtunya!- patUhi- tabel waktu iNi dan- bergerak daLam- toleRansi 5 menit- oke?>> Layar dibersihkan dan tabel waktu ditunjukkan di sana.
“Uhe, percakapan ini direkam dalam benda ini?” “Apa kau mengatakan sesuatu yang seharusnya tidak direkam atau semacamnya?” Si ketua osis mendesak Kamiuchi-kun segera setelah mengatakan hal itu. “Tidak, sebenarnya tidak, atau apa kau ingin menyindir...?” “Tidakkah kau berfikir kalau kau harus berhati-hati untuk tidak mengatakan apapun yang memungkinkan yang lain menebak [kelas] mu? Aku lihat kau sangat bersemangat untuk mengikuti permainan ini!” Kamiuchi-kun tersenyum masam. “Haha, yah, tidak ada seorangpun yang ingin menunjukkan titik lemah pada keadaan ini.” Bisa dimengerti kalau Kamiuchi-kun waspada. Meski aku ingin tahu [kelas] yang lain juga, meski aku tidak bermaksud untuk berpartisipasi dalam permainan. Terutama mereka yang memusuhiku dan [Revolusioner] yang berbahaya. Untuk tujuan itu kita kemungkinan besar akan membaca rekaman percakapan ini.[4] Tapi sikap ini sendiri mungkin berbahaya. Aku punya firasat kalau kita menjadi terlalu khawatir dan membaca percakapan saat dipenuhi dengan kecurigaan, meski pernyataan sepele bisa menarik perhatian kita dan membuat kecurigaan kita semakin membesar. Pada akhirnya, tidak mampu menahan kecurigaan ini, seseorang akan menekan tombol dan--- ..benar. Aku yakin kalau bahkan catatan percakapan ini cuma bagian dari rencana untuk membuat kita berpartisipasi dalam permainan ini. <<Baiklah, sekArang- aKu haraP kaLian sEmua-berTarung deNgan Baik!- JaNgan samPai mengakHiri- permAinan denGan- melAkukan Sesuatu- yAng membosAnkan- sePerti bEruBah- meNjadi muMi semuaNya- oke?>> Sesudah itu, Noitan menghilang dari layar. “Uglypooh sialan...” Si ketua osis mengutuk. Suara mekanik yang menyakitkan itu menghilang dan ruangan menjadi sunyi. Semuanya tetap terdiam dan bahkan tidak ada yang membuka mulut. Mungkin ini juga karena semuanya tahu kalau percakapan kami direkam, jadi sangat kikuk untuk berbicara. Ketua Osis lah yang akhirnya memecahkan kesunyian itu. “Otonashi-san.” “Ya?” “Sebelumnya kau bilang <<keluar dari game ini>> adalah tujua kita. Tapi apa kau benar-benar berfikir itu mungkin?” “Tentu saja. Kau tidak berfikir begitu?” “Aku...sejujurnya, kurasa akan sangat sulit. Sesudah aku mencoba memahaminya dengan logika aku merasa kalau tempat ini benar-benar <<tidak normal>>. Aku anggap ini bukan hanya pendapatku saja, tapi yang lain juga, atau ada pendapat lain?” Yuuri-san dan Kamiuchi-kun mengangguk. Aku juga segera ikut mengangguk. “Apa kau fikir ada jalur melarikan diri yang sudah dipersiapkan untuk kita di tempat yang [absurd] ini? Kalau kau memang berfikir begitu, tolong jelaskan padaku apa dasar pemikiranmu itu.” Meski nadanya ringan, suaranya tegas seperti menanyai. Bahkan yang lain melihat Maria seperti anggota juri. ...Maria punya dasar untuk pernyataannya. Maria tahu kalau seseorang dapat keluar dengan suatu cara dari ‘kotak’ ini, tidak peduli seberapa absurd tempat ini. Dia menengok sejenak ke arahku dan, “...mungkin memang akan sulit. Tapi itu satu-satunya tujuan yang kita miliki. Jadi aku fikir kita harus percaya pada hal itu, tidak peduli seberapa putus asa pun keadaan ini kelihatannya... apa aku salah?” Sudah kuduga, dia menyembunyikan fakta tentang ‘kotak’ ini. “Aku rasa juga begitu. Seperti yang kau katakan.” Ketua Osis sepertinya menerima pernyataan pembenaran Maria yang tanpa keraguan itu. “Kaichou. Pernyataan <<keluar dari permainan ini sulit>> barusan seperti penyataan atas keikutsertaanmu dalam permainan-kematian ini kan?” Daiya bertanya menyindir, lagi-lagi dengan wajah senang. “Mencoba menemukan kesalahan lagi? Kau salah! Aku tidak akan membunuh siapapun. Meski jika aku melakukannya, misalnya saja, membunuh bukanlah dosa di sini dan siapapun bisa membunuh hanya dengan menekan satu tombol, fakta kalau dia melakukan pembunuhan tidak akan berubah. Suatu saat aku tidak akan bisa menanggung dosa ini dipundakku dan aku akan menghancurkan hidupku. Jadi aku tidak akan pernah bisa melakukannya, sesuai bayanganku sejauh ini.” Daiya menjentikkan lidahnya pada jawaban yang terlihat sempurna ini. “itupun sama... buatku.” “Kita semua tahu kalau kau tidak bisa, Yuuri-chan~! Ah, ngomong-ngomong, jawabanku sama seperti ini.” “Lihat dirimu sendiri melompat ke kereta pemusik[5]... kesampingkan Yuuri, aku tidak bisa mempercayai pernyataanmu sama sekali, Kamiuchi-kun!” “Uhe... jangan begitu, Kaichou!” “Yah, Daiya satu-satunya yang paling tidak kupercayai sih.” Daiya menjawab dengan senyum biasa pada reaksi ketua osis pada sindirannya sebelumnya. Lalu dia berkata, “Yah. Karena aku akan membunuh untuk kepentinganku sendiri.” Dia membuat pernyataan yang membuat semua menjadi musuhnya, dengan tenang.
▶Hari Pertama <C> Ruang [Kazuki Hoshino]<<[Kelas] mu adalah [Penyihir].>> Aku melihat tulisan ini segera setelah aku kembali ke ruanganku. Sudah pasti, [Penyihir] adalah satu-satunya [kelas] yang tidak memiliki musuk diantara enam kelas itu. “...fuu” Aku menghembuskan nafas lega. Tujuan kita adalah mencegah dimulainya [Kingdom Royale]. Tapi tetap terasa menenangkan tahu kalau aku tidak memiliki musuh yang nyata. “...mh?’ Sebuah pesan ditunjukkan di bawah monitor. <<Belum ada target yang dipilih untuk [Bunuh].>> ---[Bunuh]. Sebuah perintah dimana [Raja] bisa memilih seseorang yang dia ingin bunuh. Aku rasa jika [Raja] memilih target [Bunuh], perintah untuk menggunakan [Sihir]---dengan kata lain perintah untuk membunuh seseorang---akan ditunujukkan di sana. Aku tidak ingin memikirkannya. Baik tentang situasi dimana seseorang mencoba membunuh orang lain, atau tentang situasi dimana aku harus menekan tombol ini. “......Tenanglah, tenanglah.” Aku mencoba menenangkan diriku dengan bergumam seperti itu. Kita bukan akan memulai membunuh satu sama lain. Karena yang lain juga pasti tidak akan mengharapkan hal itu. Setidaknya diawal saat kita tidak memiliki masalah dengan batas waktu, tidak ada yang mungkin terjadi. “...” Benarkah? Aku tidak boleh lupa kalau Daiya ada diantara kami berenam. <<Ya ya ya – Kazuki-kun – ini adalah wakTu – untuk – [Pertemuan Rahasia]!>> Noitan muncul tiba-tiba seperti biasa. Karena aku sudah terbiasa, aku tidak terlalu terkejut dan mengangkat kepalaku untuk melihat monitor. Seperti biasa, seekor beruang hijau jelek tampak di sana, membuka dan menutup mulutnya. <<Tolong – piliH seorang pemain – yang kamu inGin – ajaK bicara – Lalu kamu akan bisa –perGi ke – ruAngan dari – pemAin ini – selama – setenGah jam! Jika lebih – dari sAtu – memilih – seOrang – pemain – peRtemuan – akan diadaKan – dari yang pAling cepat – ke yang paling Lambat!>> Noitan mengilang dari monitor dan enam nama muncul bersamaan dengan foto mereka masing-masing. “...Apa yang terjadi kalau orang yang aku pilih memilihku?” <<Tidak ada – yang sPesial! Kau hanya – aKAn memiliki – waktu biCara – dua kAli – lebih bAnyak>> Noitan menjawab pertanyaanku tanpa menampakkan diri. Saat menatap terminal di meja, aku bertanya, “...err, bisakah yang lain juga melihat catatan percakapan kami saat [Pertemuan Rahasia]?” <<MeReka tiDak – bIsa! – cuma perCakapan yang – didEngar pemiLik – teRminal ituseNdiri – yAng terEkam. SebaGai contoH – meskipun – seSeorang ada di teMpat yang sama – denGanmu – perCakapan tidak Akan disimpan – Baginya – bila ia tidak – menDengarnya – Tapi – InformaSi mengenai – siApa yang – berBicara denganmu – di [Pertemuan Rahasia – akan disimPan – dalam caTatan – peMain lain – jadi berHati-hatilah>> Siapa yang harus aku pilih... yah, cuma ada satu sih. Tentu saja, aku menekan tombol untuk <<Maria Otonashi>>. <<Baiklah – Silahkan tunggu –samPai semuanya –sudah meMilih – parTner mereka>> Aku ingin tahu siapa yang akan dipilih mereka...? ...cuma perkiraan sih, tapi aku pikir Maria tidak akan memilihku. Aku yakin dia sudah memperkirakan aku akan memilihnya. Karenanya, dia akan memilih—Daiya.
Noitan menghilang lagi dan nama-nama muncul di layar.
Sesuai dugaan, Maria memilih Daiya. Dan Daiya— “...Ah!” Daiya memilih... aku? “Kenapa...?” Aku tidak bisa membaca niatnya. ...Sejak awal aku tidak tahu apa tujuannya, jadi tentu saja aku tidak bisa memperkirakan apa maksudnya memilihku. Tapi untungnya, pertemuanku dengan Maria lebih awal. Aku senang bukan sebaliknya. Kalau [Pertemuan Rahasia] dengan Daiya terjadi sebelum dengan Maria, aku pasti akan bersikap sesuai kehendaknya. Tapi sekarang aku bisa menyusun strategi dengan Maria. Aku memastikan siapa yang dpilih yang lain. Pilihan pemain Yuuri-san dan Kamiuchi-kun terlihat masuk akal, tapi sedikit mengejutkan Kaichou memilih kamiuchi-kun. <<PinTunya – akan teRbuka saat – Sudah waktunya! Kalau kau – berJalan melalui – pintu itu – kau akan –seCara Otomatis saMpai – pada ruangan – orang yang seharusnyA – jadi – teNanglah>> ▶Hari Pertama <C> [Pertemuan Rahasia] dengan [Maria Otonashi], Ruang [Maria Otonashi]Aku takut akan jatuh ketiadaaan saat aku berjalan melalui kegelapan, tapi aku sampai pada ruangan yang terlihat sama denganku. Penampilannya sangat mirip sehingga aku merasa seolah ruanganku cuma diputar. “Kau sampai?” Maria duduk di tempat tidur dengan pandanganya terfokus padaku dan menyuruhku duduk di sebelahnya dengan menepuk tempat di sampingnya. “Kita tidak punya waktu untuk percakapan basa-basi, jadi aku akan langsung membahas subyek utamanya.” “...umm, subyek utama kita adalah...?” “Bagaimana kita bisa mengambil ‘kotak’ dari Oomine tentu saja. Apa kamu mau bilang kau akan ikut serta dalam [Kingdom Royale]?” Sambil duduk di sampingnya, aku menggelengkan kepalaku dengan keras. “Tujuan kita sama seperti biasa: mengakhiri ‘Game of Idleness’. Yah, kau bisa bilang kali ini mudah karena kita tahu identitas ‘pemilik’ nya.” “...Tapi aku ragu Daiya akan menyerahkan ‘kotak’ nya pada kita begitu saja...” Maria mengerutkan dahinya saat mendengar kata-kataku. “...memang. Kita tidak punya pilihan lain selain membujuknya, tapi...” “...ini bukan hal yang mudah?” “Apa kau berfikir ini mudah?” Aku menggelengkan kepalaku lagi. Gagal dalam membujuknya juga akan berarti kita tidak bisa mengakses dan mengambil ‘kotak’nya. Kalau hal itu terjadi, kita harus menghancurkan ‘kotak’ itu---berserta Daiya. “...Katakan, Maria. Kalau Daiya kalah dalam [Kingdom Royal], apa kau pikir itu akan menyebabkan akhir dari ‘Game of Idleness’>” “Tergantung pada sifat dasar ‘Game of Idleness’, jadi aku tidak bisa mengatakannya secara pasti sekarang... tapi aku punya banyak kesempatan untuk mengetahui kepribadian Oomine berkat ‘Rejecting Classroom’. Setelah melihatnya untuk waktu yang lama di sana, aku rasa, karena bagi yang lain kalah berarti amati. Kekalahan Oomine pada permainannya sendiri juga akan menghasilkan hasil yang sama. Tidakkah kau juga berfikir begitu?” Aku mengangguk. Kita tidak bisa mengatatakannya dengan yakin karena kita belum tahu apa tujuannya... tapi sangatlah tidak masuk akal untuk seseorang yang memiliki harga diri tinggi seperti Daiya untuk menjadi satu-satunya yang tidak mematuhi aturan. “......Katakan,” Maria menatap mataku saat aku sedang berfikir. “Apa kau mengharapkan... kematian Oomine?” “Huh?” Maria menatapku dengan ekspersi yang tampak tenang seperti biasa, tapi ada sedikit kekhawatiran tercampur di sana. ...Memang, pertanyaanku barusan terdengar seperti usul untuk membunuh Daiya. “Tidak! Aku tidak pernah mengharapkan kematian Daiya.” “...Ok.” Asal dari senyuman yang menyertai kata-kata itu jelas berasal dari perasaan lega. ...benar. Tidak mungkin Maria mengharapkan untuk menggunakan metode semacam itu. “Keluar dari sini dengan kematian Daiya; Itu bukan solusi!” “Benar. Seperti katamu.” “Yah, aku memang bilang begitu, tapi aku masih tidak tahu apa yang harus kulakukan...” Saat aku bergumam seperti itu, Maria mulai berbicara sambil mengernyit. “......Aku enggan mengusulkannya, tapi dengarkan. Kita mungki perlu...meminta bantuan yang lain, selain Oomine, terutama Shindou. Kalau kita bisa mencapai pemikiran yang sama, kita tidak perlu takut pada [Kingdom Royale].” “...Maksudmu apa?” “Kalau kita bisa membuat mereka percaya pada konsep ‘kotak’ dan fakta kalau Oomine adalah ‘pemilik’, kita bisa mebuatnya jelas siapa musuh kita semua. Kita bisa menghindari kemungkinan terburuk dimana siapa yang tahu seseorang membunuh seseorang. [Kingdom Royale] adalah permainan yang tidak akan dimulai selama kita tidak saling mencurigai.” “tapi akan sulit membuat mereka tahu mengenai ‘kotak’ kan?” “Tah, tepat sekali. Meski cuma memberi tahu mereka mengenai ‘kotak’ sangatlah sulit pada situasi sekarang, dimana sikap yang kentara akan langsung berhubungan dengan resiko.” “Yeah... Aku bisa mengerti kalau kau sangat enggan!” “...Aku bukan enggan karena hal tersebut sulit untuk dilakukan.” “Eh?” “Apa kau tidak mengerti? Memberitahu mereka siapa ‘pemilik’nya; Memberitahu kalau musuh mereka adalah Daiya Oomine. Tapi jika kau melakukannya, semua akan tahu kalau mereka akan terbebas kalau Oomine mati. Dan jangan lupa kalau kita bisa membunuh yang lain hanya dengan menekan satu tombol di sini.” Aku menahan nafasku. “Oomine bukanlah orang yang mudah dibujuk. Aku tidak berfikir kalau dia akan menghentikan ‘Game of Idleness’ bahkan jika Shidou dan yang lain tahu kebenaranya. Tapi bagaimana yang lain akan bereaksi pada sikap itu? Apakah semuannya akan menunggu dengan sabar sampai dia merubah pikirannya, pada lingkungan dengan waktu terbatas, dimana mereka bisa terbunuh kapan saja? Aku rasa mereka tidak akan melakukannya. Kalau kita memasukki kondisi statis, mungkin---“ Maria mendesis dengan pahit. “---Shindou akan membunuh Oomine.” “Tidak mung---“ Aku menarik nafas dalam-dalam dan meneruskan. “tidak mungkin... Bu-Bukankah Kaichou mengatakannya sendiri? Dia tidak mungkin bisa membunuh.” “Apakah pernyataan itu menenangkan pikiranmu?” “...Apa kau berfikir itu adalah sebuah kebohongan, Maria?” “Aku tidak tahu apakah itu bohong atau tidak. Akan tetapi, Shindou akan menjadi semakin berbahaya kalau yang dia katakan adalah yang sebenarnya.” “Ke-kenapa begitu...?” Maria berdiri dalam diam, meletakkan terminal portablenya di meja dan mulai menggunakannya. Lalu dia memutar sebuah berkas rekaman suara. << Suatu saat aku tidak akan bisa menanggung dosa ini dipundakku dan aku akan menghancurkan hidupku. Jadi aku tidak akan pernah bisa melakukannya, sesuai bayanganku sejauh ini.>> “Apa kau melihat bahaya pada pernyataan ini?” Aku menggelengkan kepala. “Shindou mengatakan kalau ---dia bisa membunuh kalau dia siap menghancurkan hidupnya sendiri.” Kedengarannya seperti pemahaman yang berlebihan, tapi... memang benar bisa diartikan seperti itu, kurasa? “T-tapi kau tidak akan bisa dengan mudah bersiap menghancurkan dirimu sendiri kecuali ada alasan yang kuat!” “Kau benar-benar berfikir kalau tidak ada alasan seperti itu? Aku bisa langsung menyebutkan salah satunya. Baiklah... contohnya, bukankah menyelamatkan Yanagi bisa menjadi alasan yang kuat baginya?” Dia mengatakannya dengan datar, membuatku terdiam. Hal itu memang satu motif yang dapat membuat Ketua Osis melewati batas terakhir. Benar, ini memang bukan kehidupan sehari-hari. Ini adalah ketidak-normalan yang disebabkan oleh ‘kotak’. Bisa jadi ada banyak alasan yang kuat. “Kazuki, kau seharusnya sudah tahu, tapi aku tidak bisa membunuh siapapun, apapun alasannya.” “Yeah, aku tahu.” “Aku juga berfikir hal ini berlaku juga bagimu. Apa kau bisa menyebutkan alasan untuk tidak membunuh secepat Shindou?” Aku mulai berfikir saat dia bertanya padaku. Kenapa aku tidak bisa membunuh? ---Karena sangatlah angkuh berfikir seseorang boleh membunuh orang lain? ---Karena aku mengasihani mereka? ---Karena Etika ku tidak memperbolehkannya? Aku bisa memikirkan beberapa alasan, tapi tidak satupun terasa tepat. Aku berfikir tidak satupun dari mereka salah, tapi mereka juga tidak terasa benar. Semua itu adalah alasan yang ada setelah fakta kalau aku tidak bisa melakukannya. “Tidak ada yang terpikirkan...?” “...yeah.” Aku menjawab dengan pandangan menunduk. “Memang seharusnya begitu.” “Eh?” “Apa yang Sindou katakan tentang membayangkan dan semacamnya itu tidak benar. Seseorang yang benar-benar tidak bisa membunuh orang lain tidak punya alasan. Kau dan aku---kita cuma tidak bisa membunuh.” ...Benar. Tepat. Yang ini terdengar lebih alami. “Tidaklah umum kalau kau bisa menemukan alasan kenapa kau tidak bisa membunuh, dan bisa mengatakannya pada orang lain dengan lancar. Shindou cuma mencoba membuat kita percaya dia tidak berbahaya. Yah, tapi ini masih lebih bermanfaat daripada bagaimana Oomine menunjukkan permusushannya.” “Aku heran kenapa Daiya bersikap seperti itu, meski dia berada dalam posisi berbahaya...” “Yah, dia tidak akan kedengaran meyakinkan kalau dia berkata <<Aku bahkan tidak akan pernah melukai lalat>> seperti Shindou dan yang lain, jika mempertimbangkan sikap biasanya. Dilihat dari sisi itu, kepribadiannya mungkin yang paling tidak menguntungkan untuk [Kingdom Ryale].” ...memang, dilihat bagaimana sekarang, nyawanyalah yang paling terancam. Dalam sisi lain, Yuuri-san mungkin yang berada dalam posisi paling aman. “Ah, benar. Aku ingin tahu: Aoa ‘Game of Idleness’ ini ‘kotak’ internal atau external?” Pandangan Maria menjadi tajam setelah mendengar pertanyaan ini. “Ma-maaf. Aku tidak memikirkannya. Be-benar, ‘kotak’ segila ini pastilah internal---“ “’Kotak’ ini ‘kotak’ external.” “...Huh?” “’Game of Idleness’ ini adalah ‘kotak’ external. Levelnya bahkan mungkin sekitar level 5.’ ‘Sevennight in Mud’ adalah ‘kotak internal dengan level 4 kalau ingatanku benar. Jauh lebih tinggi dari ‘kotak’ yang menukar peran ini. Tapi kalau ini adalah ‘kotak’ external--- “Ini artinya si ‘pemilik’ mempercayai situasi ini sampai batas tertentu. ...mungkin, si ‘pemilik’ dapat menguasai ‘kotak’ itu.” Aku menahan nafasku. Ini... cukup hebat kan? “Membujuknya pastilah sulit karena ini. ‘Pemilik’ yang kita temui sampai sekarang memiliki sedikit banyak akal sehat saat mereka menggunakan ‘kotak’ mereka. Karenanya, ‘harapan-harapan’ mereka tidak sempurna dan tidak pasti. Kita bisa membuat mereka memberikan ‘kotak’ mereka dengan kekurangan-kekurangan itu.” “...tapi kali ini tidak ada.” Sejujurnya, aku tidak percaya kalau Daiya bisa menguasai ‘kotak’. Sebab, Daiya adalah seorang realis yang teliti. Dia tidak cocok untuk menggunakan ‘kotak’ yang membuat ‘harapan’ menjadi kenyataan bersama dengan keraguan-keraguan yang menyertainya. “Bagaimanapun, ini artinya pengaruh pada kenyataan tidak dapat dihindari. Jadi ingatan atas apa yang kita alami dalam [Kingdom Royal] ini seperinya akan tetap ada dan hasilnya juga akan mempengaruhi kenyataan.” “Err, kalau kita mati di game, kita juga akan mati di dunia nyata...?” “Yeah, berfikirlah seperti itu. ...cuma untuk informasi; bukan cuma external, tapi pengaruh kematian pada ‘kotak’ internal juga besar! Fakta kalau aku tidak terluka, meski aku mati berkali-kali dalam ‘Rejecting Classroom’, hanya disebabkan karena karakteristik spesial ‘kotak’ itu yang membuat <<kematian>> menjadi ‘void’. Kalau aku mati saat ‘Pindah Sekolah’ yang terakhir, ke 27.756 kali, aku mungkin akan benar-benar mati atau setidaknya aku akan mengalami efek sampig yang menyebabkan kematian.” “...Jadi begitu.” Bagaimanapun, singkatnya adalah: <<Mati>> di sini sama dengan <<mati>> di dunia nyata. “Karenanya, kita benar-benar harus mencegah [Kingdom Royale] dimulai.” Sejujurnya, mungkin aku tidak punya cukup rasa wapada akan bahaya. Suara ringan kata ‘permainan’ dan <<kematian>> yang akan terjadi hanya dengan menekan tombol---pada akhirnya aku berpikir ‘kotak’ yang sepertinya-tidak nyata ini sebagai sebuah permainan. Tapi ini salah. Kalau aku mati karena seseorang menekan sebuah tombol atau aku membunuh seseorang; <<kematian>> ini tidak bisa di ‘reset’ seperti dalam sebuah game. “...kita tidak punya banyak waktu lagi. Pertama ayo kita pertimbangkan apa yang seharusnya kau lakukan dalam [pertemuan rahasia] mu dengan Oomine.” “Okay.” Aku menyadari bahaya dalam hal ini sekarang. Tapi--- “Tapi aku akan mengatakan padamu terlebih dahulu, Maria. Aku adalah [Penyihir].” “...Apa yang akan kau lakukan kalau [Kelas] ku berlawanan denganmu?” “Tidak ada. Aku akan tetap mengatakannya.” “...Jadi begitu. Kau ada benarnya. Hal sepele semacam ini bukan sesuatu yang harus kita sembunyikan satu sama lain.” Maria mengatakannya dan tersenyum. Pipiku mengendur tanpa sadar saat melihat senyuman itu. Maria baru saja mengatakan kalau hal ini, yang bisa jadi membahayakan-hidup bila diketahui orang lain, ‘sepele’. “Ngomong-ngomong, [kelas] ku adalah [Pangeran]. Aku lebih suka kalau kelasku [Revolusioner] sih.” Cukup adil. [Revolusioner] adalah yang paling mungkin untuk membunuh orang lain, karena dia dapat membunuh tanpa bantuan yang lain. Tapi Maria tidak akan membuat kesalahan semacam itu meski batas waktu hampir habis. Maria pasti tidak akan membunuh siapapun. “......Ah” Aku menyadari sesuatu saat memikirkan hal itu. “Ada apa?” “E-Err......” Dengan lirikan sepintas pada Maria, yang menatap tajam ke arahku dengan pandangan curiga, aku berfikir: ---Maria tidak berdaya dalam ‘kotak’ ini. Sebab, [Kingdom Royale] ini adalah permainan tenang membunuh dan memperdayai. Maria yang tidak bisa melakukan keduanya, tidak mungkin menang. Sampai sekarang aku selalu mengandalkan Maria pada semua pertarungan yang berhubungan dengan ‘kotak’. Dan mungkin bahkan kali ini pun aku akan mengandalkannya. Akan tetapi---pasti akan datang waktu dimana aku harus melakukan sesuatu dengan kekuatanku sendiri. “......Bukan apa-apa!” Maria tetap menatap ke arahku sambil mengernyit setelah mendengar jawabanku. Dia percaya padaku kalau aku tidak akan pernah membunuh siapapun. Tapi jika aku menyadari kalau Maria akan mati, dan aku tahu kalau aku bisa mencegahnya dengan membunuh seseorang,--- ---Apa yang akan kulakukan saat itu? ▶Hari Pertama <C> [Pertemuan Rahasia] dengan [Daiya Oomine], Ruang [Kazuki Hoshino]▶Hari Pertama <D> Ruang besar▶Hari Pertama <E> Ruang [Kazuki Hoshino]▶Hari Kedua <B> Ruang besar▶Hari Kedua <C> Ruang [Kazuki Hoshino]▶Hari Kedua <C> [Pertemuan Rahasia] dengan [Maria Otonashi], Ruang [Maria Otonashi]▶Hari Kedua <C> [Pertemuan Rahasia] dengan [Iroha Shindou], Ruang [Kazuki Hoshino]▶Hari Kedua <C> [Pertemuan Rahasia] dengan [Daiya Oomine], Ruang [Kazuki Hoshino]▶Hari Kedua <D> Ruang besar▶Hari Kedua <E> Ruang [Kazuki Hoshino]▶Hari Ketiga <B> Ruang besar▶Hari Ketiga <C> [Pertemuan Rahasia] dengan [Maria Otonashi], Ruang [Maria Otonashi]▶Hari Ketiga <E> Ruang [Kazuki Hoshino]Catatan Penerjemah |