Difference between revisions of "Tokyo Ravens (Indonesia):Volume 2 Chapter 4"
Kennaka0813 (talk | contribs) (Created page with "==Chapter 4 – Kodoku== ===Bagian 1=== Natsume tidak datang pada kelas sore. Saat ini Harutora masih berada diruang kelas, sudah hampir satu jam setelah kelas sore selesai...") |
Kennaka0813 (talk | contribs) m (→Bagian 1) |
||
Line 365: | Line 365: | ||
“Ini akan lebih mudah jika seperti ini. Sebenarnya aku memiliki ide, tapi aku tak tahu jika iniakan bekerja, jadi aku akan dengan senang hati bertanya pada senior untuk memberikan opininya.” Ucap Touji tenang dengan suara rendah sebagaimana ia melihat. |
“Ini akan lebih mudah jika seperti ini. Sebenarnya aku memiliki ide, tapi aku tak tahu jika iniakan bekerja, jadi aku akan dengan senang hati bertanya pada senior untuk memberikan opininya.” Ucap Touji tenang dengan suara rendah sebagaimana ia melihat. |
||
+ | |||
+ | ===Bagian 2=== |
Revision as of 13:20, 4 April 2017
Chapter 4 – Kodoku
Bagian 1
Natsume tidak datang pada kelas sore.
Saat ini Harutora masih berada diruang kelas, sudah hampir satu jam setelah kelas sore selesai.
Ia memberengut lesu, penampilan yang ditakdirkan untuk diulang, mata intensnya yang seperti tatapan ketika melihat sebuah mangsa, harimau yang kelaparan. Kon tidak diwujudkan, namun jika ia, ia pasti akan sangat merasa khawatir karena kecanggungan tersebut.
Hampir tidak ada murid-murid lain yang terlihat diruang kelas. Selain Harutora, ada dua orang lagi yang tinggal dikelas. Satu Touji, dan yang satunya lagi adalah Kyouko, yang tak diduga.
Touji duduk dua bangku jaraknya dari Harutora, punggungnya yang bersandar dengan kakinya yang diangkat diatas meja, tak bergerak jadi tak memungkinkan untuk mengetahui ia terjaga atau tidak. Kyouko duduk satu bangku lebih jauh dari yang lainnya dengan telelpon genggamnya yang terbuka, terus-menerus menekan-nekan tombol mencoba menunjukan penampilannya yang tak peduli seolah-olah tidak ada kaitannya dengan dirinya. Namun, ia tidak pergi, melainkan tetap tinggal dikelas.
Mereka semua menunggu Natsume untuk kembali ke kelas.
Ketiganya tidak banyak berbicara, atmosfer berat pun menggantung didalam kelas yang luas, menyebar dengan Harutora yang menjadi pusatnya.
Bunyi suara pintu terbuka pun terdengar dan pintu ruang kelas pun terbuka.
Tenma yang tak tahu apa-apa melompat karena terkejut ketika ia berjalan ke dalam ruang kelas. Ia terlihat percaya bahwa sudah tidak ada lagi siapa pun didalam kelas, dan sekelompok orang yang tinggal didalamnya pun juga mengejutkannya. Khususnya, tatapan yang tertuju padanya segera setelah ia membuka pintu sangat mengejutkannya hingga hampir-hampir ia ingin berlari dari kejadian tersebut.
“……Ap-apa yang kalian lakukan? Dan kalian bertiga…… Mengapa kalian bersama?”
“Tak ada.”
Tenma bertanya gugup, dan Harutora dengan dingin menjawabnya. Tetapi suatu keberuntungan untuk Tenma masih ada orang yang mau menjawab, sebagaimana Touji tidak bereaksi sama sekali dan Kyouko yang mengabaikan pertanyaannya. Ia merasa telah memasuki area sensitif dan berbahaya, menahan senyumnya.
“Be-begitu…… Ah, namun ini bagus Harutora-kun masih ada dikelas, Ohtomo-sensei sebenarnya memberikanku ini baru saja dan memberitahukanku untuk memberikannya padamu.”
“Untukku?”
Tenma memegang tongkat yang panjang dua meter ditangannya, dan salah satu ujungnya yang terpasang set besi, dengan lingkarang besi diakhirannya, lingkaran besi tersebut memiliki enam lingkaran kecil lainnya seperti sebuah shakujou seorang pendeta atau praktisioner yang sering dibawa-bawa ketika berpergian.
Harutora merasa terkejut, keterkejutan mewarnai wajahnya, dan tatapan Touji dan Kyouko pun jelas menunjukan ketertarikan setelah melihat shakujou tersebut.
“……Apa itu?”
“Ini adalah shakujou, tidakkah kau prenah melihatnya sebelumnya?”
“Aku pernah melihatnya, namun kenapa kau memberikan benda semacam……”
“Bukankah pedang kayu kemarin hancur? Sensei ingin kau menggunakan ini.”
“Hei, mungkinkah itu berarti ia ingin aku untuk melakukan pertarungan shikigami lagi?”
“Aku tidak berpikir begitu…… sensei mungkin tidak senang bahwa pedang kayunya hancur, jadi dia ingin membalaskan dendamnya.”
Tenma berkata demikian sambil memiringkan kepalanya, terlihat seperti ia tidak terlalu yakin dengan kata-katanya sendiri.
Memang, setelah pertarungan kemarin selesai, Ohtomo mengambil pedang kayu (retakan kayu) yang telah ia beri sihir oleh dirinya sendiri, bergumam: “Ini terlalu konyol!” sepertinnya ia terlihat tidak menduga pedang kayu tersebut akan memiliki akhir yang tragis. Walaupun begitu, Harutora masih tidak mengerti darimana balas dendam itu muncul.
“……Sungguh menyebalkan.”
Harutora merengut, mengambil shakujou yang ada ditangan Tenma.
Shakujou tersebut berat, tetapi mungkin keseimbangannya bagus, dikarenakan ini lebih mudah untuk digenggam dibandingkan kesan luar yang diberikannya.
Tetapi walaupun jika ia menerima benda semacam ini, bukan hanya ini memakan tempat, ini mungkn juga akan menambah masalah. Ia tidak memiliki banyak benda sekarang ini jadi ini tak masalah, namun sebenarnya ia juga tidak memiliki banyak tempat dikamar asramanya.
“Sensei ingin memberikan ini padamu seegera mungkin, mungkinkah dia telah tahu bahwa kau masih ada dikelas?”
“Ia tahu…… Kenapa ia tahu? Aku tidak bertemu dengannya.”
“Aku, Aku tidak tahu, tapi ngomong-ngomong, kenapa kau dan yang lainnya masih dikelas, Harutora-kun?”
Tenma bertanya padda Harutora, tidak ada niatan jahat disuaranya. Harutora pun menggembungkan pipiny ketika mendengar hal tersebut seperti anak kecil yang merajuk.
“Natsume tidak datang ke kelas sore, bukan?” Dengan santai Touji menjawab dari samping.
“Ah, benar, itu sungguh mengherankan. Ini mungkin pertama kalinya Natsume-kun membolos kelas, bukan?”
“Sepertinya idiot ini telah bertengkar. Kurahashi ada disana ketika mereka bertengkar.”
“Be-benarkah?”
Tenma melihat Kyouko yang duduk dibangku paling jauh. Dikarenakan memori pada apa yang terjadi dua hari ini masih segar, tatapan yang diberikan Tenma jelas terkejut. Bahkan jika Kyouko telah menjadi topik utama, Kyouko masih dengan keras kepalanya menatap layar telepon genggamnya, menolak untuk menganhkat kepalanya.
“Apa yang kau maksud dengan membolos, kupikir dia sedang menjalani kelas khusus. Laki-laki berjas tersebut menjemputnya lagi sebelum aku pergi.” Ucap Harutora, kemarahannya masih belum sepenuhnya menghilang.
“Kelas khusus? Apa itu?”
“Kau tidak tahu? Orang itu selalu menghilang saat istirahat dan kelas selesai, gurunya pun secara khusus menjemputnya.”
Tenma masih kebingungan setelah mendengar penjelasan Harutora. Namun ketika ia bilang “Orang yang memintamu untuk memberitahukan kami dihari pertama!” Tenma pun membuat suara “huh?” dan sangat terkejut untuk suatu alasan.
“Tu-tunggu, Harutora-kun, itu—“
Tenma dengan segera membuka mulutnya untuk menjelaskan, namun Kyouko yang terdiam tiba-tiba menyela.
“……Biar kujelaskan terlebih dahulu, orang itu bukanlah seorang guru, ia adalah Investigator Mistis.”
“Investigator Mistis? Maksudmu Investigator Mistis Agensi Onmyou?”
“Apakah ada Investigator Mistis lain?”
Kyouko menjawab ketus. Harutora pun menundukkan wajahnya, dan Touji menurunkan kakinya yang ada diatas meja seolah-olah mencium aroma berbahaya, terduduk dibangkunnya.
“Kenapa seorang Investigator Mistis terus-menerus datang untuk melihat Natsume?” tanya Harutora, wajahnya masih serius.
“Investigator tersebut datang untuk menginvestigasi insiden yang terjadi sebelumnya.”
“Insiden yang terjadi sebelumnya? Apa maksudmu yang terjadi sebelumnya?”
Mungkinkah Investigator Mistis tersebut telah mengetahui tentang Dairenji Suzuka? Namun insiden tersebut tidak seharusnya terpublikasikan. Harutora bertanya, tidak mengerti, dan Kyouko dan Tenma pun tanpa disadari menunjukan keterkejutan yang sama ketika mendengar kalimat tersebut.
“Harutora-kun, mungkinkah kau tidak mengetahuinya?”
“Mengetahui apa?”
“……Ada apa ini, bukankah kau adalah shikigaminya? Ada apa dengan kalian berdua?”
“Cepatlah dan jelaskan padaku apa yang sebenarnya terjadi!”
Keduanya mengetahui tentang apa yang terjadi pada Natsume, dan hanya dirinya yang tidak mengetahui hal tersebut, fakta ini mengganggu Harutora, dan ia pun berteriak, dengan gelisah berdiri dari tempat duduknya.
Disaat yang bersamaan—
“Harutora-sama!”
Kon tiba-tiba terwujud diatas meja didepan Harutora.
Kenapa itu? …Ketika Harutora kehilangan fokusnya, suara jatuh seperti ledakan pun terdengar dan jendela diantara ruang kelas dan koridor pun pecah, berserakan dimana-mana.
Keempatnya tidak mengerti apa yang sedang terjadi untuk sesaat dan hanya menganga, membeku tak bisa bergerak dari tempat mereka. Hanya Kon yang menunjukan kewaspadaan diwajahnya, mengeluarkan wakizashinya dari pinggangnya.
Mata Kon pun melebar melihat – ke atas.
Terdapat sebuah raksasa, makhluk yang menggeliat diatas keempat orang yang membeku dan Kon yang telah menyiapkan serangan.
Itu adalah awan gelap yang samar-samar. Sebuah awan besar kabut yang terlihat seperti sebuah kabut maupun asa, menyebar seolah-olah berencana untuk menutupi langit-langit kelas, seperti sebuah awan gelap ketika badai – tidak, itu menggerakkan tubuhnya yang mengerikan seperti sebuah makhluk hidup. Awan kabut inilah yang telah menghancurkan kaca jendela dan memaksa masuk ke dalam kelas.
Harutora dan yang lainnya pun panik panic ketika melihat hal tersebut.
“Ap-apa itu? Hei, Tenma, apa kau tahu?”
“Aku, Aku tidak tahu! Aku tidak pernah melihat hal tersebut!”
“Tenma, apakah Akademi Onmyou juga memiliki hal semacam ini?”
“Aku tidak tahu! Kenapa kau selalu bertanya padaku!?”
Awan kabur tersebut bergera-gerak dengan intensnya. Dari luar benda tersebut terlihat putih keabu-abuan, namun gas hitam seperti tinta mengeliat-liat didalamnya, dengan sulur merah gelap yang mengambang menutupi seluruh tubuhnya. Dengan tambahan, benda tersebut akan sering menyerang, memberikan bunga api dan berkilat dengan cahaya.
Penampilan tersebut seperti gunung meletusyang menyemburkan asap, namun juga seperti sebuah makhluk-lautan-dalam-yang-tidak-pernah-dilihat-sebelumnya, atau bahkan seperti chimera yang mengerikan sedang menari-nari tidak jelas. Bagian teranehnya adalah teksturnya, sebagaimana bagian luar benda tersebut terlihat seperti sebuah kabut yang melayang diudara namun juga memberikan kesan berat seperti sebuah lumpur ataupun kotoran, massa tersebutlah yang telah menghancurkan jendela.
“……Sebuah kodoku.”
Ucap Kyoko ketika ia meleihat ke atas, dan ketiga laki-laki yang mendengarnya secara bersamaan menoleh kepadanya.
“Benda ini adalah kodoku?”
Touji dengan segera bertanya untuk mengonfirmasi, dan Kyouko mengangguk sambil menatap dengan serius ke arah gas tersebut, wajahnya memucat.
Kodoku merupakan kutukan yang cukup umum dibanyak berbagai macam jenis Onmyoudou. Hal tersebut menggunakan serangga seperti laba-laba atau kelabang sebagai wadahnya. Dengna menempatkan banyak serangga didalam pot – sepert alat, mereka dibuat untuk saling membunuh satu sama lain sampai hanya satu yang tersisa menjadi individu yang terkuat. Serangga tersebut digunakan untuk melakukan kodoku, dinamakan sebagai pengorbanan untuk melayani sebagai wadah. Dengan menggabungkan energi kutukan, itu akan menjadi sebuah tipe shikigami.
“De-dengan kata lain, benda ini bisa dibilang sebagai shikigami?”
“Benar…… Dan ini bahkan sudah jelas merupakan sihir terlarang.”
Kodoku telah dimasukan sebagai sebuah shikigami ‘tipe kutukan’ dalam ‘General-style’ dan tanpa adanya izin Agensi Onmyou, hukum Onmyou dengan tegas melarang pembuatan dan penggunaannya.
“T-tapi ini sungguh aneh! Ada sebuah pelindung yang melindungi seluruh gedung akademi, jadi walaupun sebuah shikigami seharusnya tak mampu untuk menerobos masuk!”
Harutora teringat Alpha dan Omega dari penjelasan Tenma yang panic. Mungkinkah shikigami ini telah menghancurkan para komainu penjaga?
Hingga kemudian—
Pusat dari kabut tersebut melebar, membagi menjadi dua, sebuah mata raksasa muncul dari keduanya. Bola mata tersebut bergerak-gerak mencari, hingga akhirnya menetapkan pandangannya ke bawah, tepat diatas Harutora. Horor pun menyergap seluruh tubuh Harutora, dan mata Touji pun berkilat, dengan Kyouko dan Tenma yang berteriak.
“Harutora-sama, tolong mundur!”
Teriak Kon dan melompat maju, dank abut mengambang tersebut turut bergerak mengikuti.
Kabut tersebut menurun sedikit demi sedikit, bagian-bagiannya turun bagaikan hujan. Kabut yang menurun pun memberikan gerakan yang tidak menentu ditengah udara, dengan sukses menyerang Harutora dan yang lainnya.
“Uwah! Itu datang!”
“Tch – Ha-hakuou! Kokufuu!”
Shikigami pelindung Kyouko pun terwujudkan selangkah dibelakang Kon yang telah bereaksi terlebih dahulu, melompat maju dari meja dan dengan lihai menggunakan katana dan tombaknya, memotong-motong kabut tersebut yang menyerang terus-menerus. Kon juga menggunakan ekornya untuk keseimbangan sebagaimana ia bergerak diudara seolah-olah menari, melawan kabut yang terus-menerus menyerang dengan wakizashinya.
Kabut yang diserang pun menunjukan fenomena ‘lag’, kontur distorsi dan fragmennya pun berkerlap-kerlip diudara. Namun setelahnya benda tersebut pun terbelah, kabut tersebut dengan cepat menyatu kembali dengan awan besar yang berada dilangit-langit, dan hal terpenting dari tubuh utamanya adalah tidak menunjukan kelemahan sama sekali.
“Kon! Hati-hati!”
“Tolong jangan khawatir – Iyaaaah, itu menyentuh e-e-e-ekorku!”
“U-uwah! Aah! Selamatkan aku!”
“Diamlah, Tenma! Cepat dan bantu!”
“……Tidak bagus, teleponku tidak tersambung, sungguh baiknya mereka……”
Saat itu ruang kelas pun menjadi arena pertarungan, dan sebuah pertarungan yang tiada henti. Keempatnya dengan segera berkumpul dan berlindung, menggunakan tiga shikigami sebagai pelindungnya untuk melawan kodoku. Namun, mereka terpukul mundur selangkah demi selangkah dengan bertambahnya kabut yang bergerak maju, dan akhirnya mundur ke dinding disalah satu sisi koridor.
“Sungguh, ini tidak ada gunanya.”
Touji merengut. Harutora dengan kesal “sial”, mencoba membuka jendela yang ada dibelakangnya. Ia membuka kuncinya, namun jendela tersebut tak tergoyah sama sekali, seolah-olah tersangkut.
“Jendelanya tidak mau terbuka! Kenapa seperti itu?”
“Ini buruk! Terdapat pembatas, kapan itu dibuat……!”
Kyouko berbalik untuk menimang-nimang dan berucap ringan. Sebagaimana ia berbicara, energi magis yang menutupi bukan hanya dijendela, namun juga seluruh sekitar ruang kelas, dengan jelas terlihat. Sepertinya mereka telah terkunci dari dalam kelas.
Touji mengambil bangku, melemparnya ke arah jendela tanpa berkata apapun. Kyouko dan Tenma tersentak kaget, namun bangku yang dilemparkan ke jendela dengan mudah memantul kembali. Sepertinya hal tersebut tidak bisa dihancurkan secara fisik.
“Tidak bisa dihancurkan, huh…… Kurahashi, apa kau tahu cara untuk menghancurkan pembatas ini?”
“Tu-tunggu! Tidak bisakah kau melihat bahwa aku sangat sibuk!”
Serangan kodoku tersebut tidak menunjukan perlambatan sama sekali, dan jumlah kabutnya pun bertambah sangat, dan itu tidak bisa ditangani hanya mengandalkan Kon dan dua Yaksha.
“Sial, tidak adakah seorang pun yang masih ada didalam gedung akademi? Kenapa tidak ada seseorang pun yang menyadari masalah ini!”
“Ma-masalahnya adalah pembatas tersebut, suara tidak akan terdengar seribut apapun masalah yang terjadi didalam pembatas!”
“Tenma! Jika kau memiliki waktu untuk menjelaskan, cepatlah kemari dan bantu! Dua orang murid baru itu adalah amatir yang tak berguna.”
Ekspresi Kyouko bergegas, namun situasi saat itu cukup berbahaya. Wajahnya memucat sebagaimana ia memfokuskan dirinya untuk mengontrol kedua shikigaminya, dan bulir-bulir keringat pun muncul didahinya.
Tenma dengan segera mengeluarkan jimat dari kotak jimat, namun tangannya tergelincir karena gerakannya yang terlalu gugup dan jimat pun berserakan dilantai. Ia pun panik sesaat, lalu dengan segera mengambil jimat tersebut dari lantai.
Sebagaimana ia mengambil jimat, kabut tersebut menepis serangan-serangan yang dilayangkan shikigami.
Awan kabut tersebut dengan cekatan menghindari tombak Kokufuu, bergegas menuju Harutora. Harutora dengan siap mengangkat shakujou ditangannya, namun Kyouko mendecakkan lidahnya dan mengeluarkan jimat dari kotak jimatnya selangkah lebih dulu.
Ia menggunakan jimat pelindung. Jimat tersebut memberikan cahaya remang dan kabut yang menyerang pun menghasilkan suara. Disaat itu, bau terbakar pun tercium, dan kabut tersebut sebagaimana jimat pelindung tersebut pun turut terbakar.
“Te-terima kasih.”
“Diam, jangan bicara padaku!”
Tenma akhirnya mengambil jimatnya dan sekarang dengan gagap merapalka mantera, melempar jimat tersebut pada kabut. Namun, kabut tersebut sekarang menyebar ke seluruh ruang kelas, dan walaupun pada akhirnya awan tunggal tersebut tidak memberikan banyak ancaman, kesempatan mereka untuk menang tidaklah besar karena adanya massa diantara mereka.
“……Tujuan benda tersebut pastilah Harutora.” Diwaktu itu, Touji, yang sedang asyik menonton pertandingan dari jendela berbicara.
“A-aku?”
“Terlihat seperti itu, dari pergerakannya.”
Kyouko dan Tenma yang berdiri didepan mereka dengan cepat saling melirik ketika mendengar kalimat tersebut.
“Mungkinkah fanatik Yakou lagi……?”
“Itu sangat memungkinkan…… Ugh! Sungguh bercanda!”
Percakapan mereka pun terdengar oleh Harutora dan Touji.
Hari pertama ketika ia masuk kepala sekola telah memberitahukan mengenai fanatik Yakou, namun apa hubungannya dengan para pemuja Yakou dan kodoku ini?
“Ada apa!? Apa kalian berdua tahu sesuatu?”
Harutora bertanya, mendesak dari belakang. Kyouko menundukan wajahnya, dan ia pun melirik Tenma yang ada disampingnya seolah-olah ia memberikan tanggung jawab kepada Tenma untuk menjelaskan.
Tenma dengan tak bisa melawan pun membuka mulutnya:
“Harutora-kun, umm, kau tahu…… Natsume-kun adalah reinkarnasi……”
“Oh, kau membicarakan tentang rumor tersebut, tentu saja aku tahu. Jadi kalian berdua juga mengetahuinya, huh.”
Kepala sekolah telah memberikan sedikit penjelasan pada subjek tersebut. “Lalu apa?” Tenma menunjukan ekspresi sungkan sebagaimana Harutora mendesaknya, lanjut menjelaskan:
“……Sebenarnya, dua hari sebelum kalian datang, seorang fanatik yang telah mendengar rumor mengenai Natsume menyerangnya saat ia akan berangkat sekolah, mencoba untuk menghubungi dirinya. Sepertinya dia adalah orang yang keras kepala, dan pada akhirnya berencana untuk menculik Natsume-kun, yang menghasilkan pertarungan sihir oleh keduannya.”
“Apa kau bilang? Dua hari sebelum kami datang?”
Meskipun sudah lama ada rumor bahwa fanatik Yakou mencari Natsume, ia tidak menduga bahwa insiden tersebut telah terjadi baru-baru ini.
“Yah.” Tenma menganggukkan kepalanya pada Harutora yang terkejut. “Bukankah aku sudah bilang bahwa Investigator Mistis datang kesini untuk melakukan investigasi? Itu adalah untuk menginvestigasi insiden tersebut. Kudengar bahwa terdapat sekelompok besar yang melindungi fanatik tersebut saat itu.”
Harutora membeku. Sebuah kejadian besar terjadi, namun ia tidak mendengar hal terebut barang sedikit pun.
“Ta-tapi, bukankah fanatik Yakou memuja Yakou? Kenapa mereka melakukan hal tersebut? Khususnya jika mereka benar-benar percaya bahwa Natsume adalah Yakou, mereka tidak akan menggunakan kodoku!”
“Hmph! Bagaimana kita bisa menyadarkan pemikiran para fanatik gila tersebut! Juga, meskipun fanatik tersebut telah ditangani oleh guru yang dengan segera ke tempat kejadian, ia meneriakan kata-kata seperti ‘aku datang untuk membantu kebangkitan Yakou’ tanpa menyerah.”
“Tidak mungkin……!”
Kalau begitu, rekan-rekan fanatik Yakou saat itu yang melepaskan kodoku untuk membuat Natsume bangkit sebagai Yakou? Itu bukanlah hal yang bisa disebut sebagai memuja, itu hanyalah sebuah kepecayaan yang sinting dan disatu sisi gila.
“Sial, apanya yang ‘kelas khusus’! kenapa orang itu berbohong?”
“Kupikir…… Mungkin dia tidak ingin kalian yang baru saja masuk untuk terlalu khawatir.”
Touji menjawab meyakinkan. Mungkin hal tersebut memang seperti apa yang dikatakannya, namun walaupun jika mereka tidak, Harutora telah sibuk dengan masalahnya untuk mengatasi situasinya sendiri yang membuat otaknya berputar, jadi tak heran Natsume dengan prihatin dan sengaja menutupinya.
…’Harutora, Touji, mari lakukan yang terbaik.’
Saat itu, Natsume telah mengatakanya dengan senyuman dan meninggalkan bangkunya. Ia tidak pergi untuk sebuah kelas khusus, melainkan untuk berjaga-jaga mengenai fanatik yang mengintainya dan berbicara mengenai masalah yang akan mendatang dengan Investigator Mistis yang menangani masalah tersebut. Harutora pun hanya bisa marah, separuh pada Natsume yang menanggung bebannya sendiri, dan separuh lagi pada dirinya yang tidak menyadari keanehan tersebut.
Lalu, Harutora kembali sadar.
“……Tunggu, bagaimana dengan Natsume? Mungkinkah sesuatu terjadi pada Natsume saat ini?”
Tenma hanya membalas dengan ‘ah’ sebagaimana Harutora berkata demikian, wajahnya memucat.
Dikarenakan lawan telah menggunakan kodoku untuk mengatasi shikigami Harutora, Natsume tidak mungkin tidak tersentuh.
Terlebih lagi, Natsume tidak datang ke kelas sore. Bahkan jika setelah ia membicarakan tentang masalah tersebut kepada Investigator Mistis, dan bahkan jika hal tersebut tepat setelah ia bertengkar dengan sengitnya pada Harutora, ia akan menunjukan dirinya seperti dua hari sebelumnya. Mungkinkah ia membolos kelas hari ini karena sesuatu telah terjadi dan membuatnya tidak bisa datang?
Kyouko dengan segera melirik Harutora yang memucat.
“……Harutora-kun, bukankah kau baru saja mencela Natsume-kun karena tidak memiliki keberanian untuk berbicara dengan orang-orang disekitarnya?”
“Itu……”
“Tidakkah kau berpikir bahwa kau juga tidak bisa menyalahkannya karena itu? Semua orang memercayai dia adalah reinkarnasi Yakou, dan ketika kau menambahkan fannatik gila tersebut mengelilinginya, bukan hanya orang-orang yang tidak mau mengambil inisiatif untuk mendekatinya, ia tentu saja akan ragu-ragu karena takut akan memberikan masalah pada orang disekitarnya.”
“…………”
Harutora menggigit bibir bawahnya, bahkan tidak menyadari bahwa ia telah menggigit terlalu keras hingga berdarah.
…’Aku tidak perlu Harutora-kun untuk memberitahukanku hal-hal tersebut.’
Tak heran ia akan meresponnya seperti itu. Ia adalah shikigami dan teman masa kecil yang mengetahui rahasianya lebih dari siapapun, namun telah menyerang titik terlemahnya. Ia pasti akan merasa lebih tersakiti dan tidak nyaman mendengar kalimat yang keluar dari mulutnya.
Ia mengerti - itu adalah fakta yang telah tersimpan didalam hatinya ketika ia memasuki Akademi, namun ia telah menelantarkannya. Dikarenakan ia tidak bisa mengikuti dengan pelajaran, ia telah melemparkan hal penting yang telah diberitahukan oleh kepala sekolah tiga kali, mengumpulkan kekuatannya untuk membuat dirinya memiliki tempat dikelas.
Sebenarnya, Harutoralah yang pikirannya penuh akan dirinya, bukan Natsume.
“……Natsume.”
- Jangle* - lingkarang kecil yang berada dipuncak shakujou pun bersuara.
Kyouko, Tenma, dan bahkan Kon pun menoleh dengan terkejut – ke arah posisi Harutora.
Harutora terlalu sibuk untuk peduli dengan ekspresi macam apa yang muncul pada wajah mereka.
“…Kon, minggir.”
“Ha-harutora-sama? Tapi……”
“Cepat dan minggir.”
Harutora memerintah kembali, dan Kon dengan segera membuang keraguannya, berlindung ke samping. Harutora mengenggam shakujounya, dengan segera melangkah maju untuk menipiskan jarak.
Kabut tersebut dengan sengit menyerang, namun tertangkis oleh ayunan cekatan shakujou Harutora. Sebuah reaksi ‘lag’ pun muncul sesaat, dan benda tersebut pun terbelah dua.
“Tu-tunggu, kenapa kau melakukan hal itu lagi—!”
Ini adalah pertarungan yang berbeda, ini bukanlah permainan. Kyouko tidak bisa mengatakan kalimat tersebut untuk menghentikannya karena kekhawatiran tersebut tidak mampu menggoyahkan Harutora.
Harutora mengacungkan shakujounya, memberikan pukulan dengan figur yang dipaksakan yang dapat melawan Hakuou dan Kokufuu – momentumnya bahkan lebih besar dari keduanya.
Kyouko dan Tenma tidak mampu untuk tak ternganga.
“……Kurahashi, Tenma, maaf untuk melibatkanmu.” Ucap Harutora tanpa menoleh.
“Ja-jangan begitu……”
“Tapi tolong, bantu kali ini saja, dan aku akan meminta maaf denga serius pada kalian nanti. Tolong bantu aku untuk mengalahkan benda ini dan mencari Natsume.”
Harutora memohon.
Tenma gemetar dan dengan jelas menganggukan kepalanya untuk menjawab.
Kyouko memainkan bibirnya.
“……Dikarenakan kita akan mati jika kita tidak melawan balik, itulah yang hanya bisa kita lakukan.” Ia menjawab dengan tidak sabar, senyum bangga pun muncul diwajahnya. “Maaf.” Harutora meminta maaf pada keduanya lagi.
“Ini akan lebih mudah jika seperti ini. Sebenarnya aku memiliki ide, tapi aku tak tahu jika iniakan bekerja, jadi aku akan dengan senang hati bertanya pada senior untuk memberikan opininya.” Ucap Touji tenang dengan suara rendah sebagaimana ia melihat.