Difference between revisions of "Suzumiya Haruhi ~ Indonesian Version:Jilid1 Bab02"

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search
Line 371: Line 371:
 
'''S'''uzumiya Haruhi no Dan
 
'''S'''uzumiya Haruhi no Dan
   
The '''S'''preading Excitement All '''O'''ver the World with '''S'''uzumiya Haruhi Brigade, abbreviated as SOS Brigade.
+
The '''S'''preading Excitement All '''O'''ver the World with '''S'''uzumiya Haruhi Brigade, disingkat Brigade SOS.
  +
  +
  +
Kalian semua bisa tertawa sekarang.
  +
  +
Tapi sebelum aku bisa melakukan itu, Aku berdiri tercegang.
  +
  +
Kenapa itu disebut "Brigade"? Bukanya seharusnya "''Asosiasi'' Spreading Excitement All Over the World with Suzumiya Haruhi", tapi karena klub ini belum memenuhi jumlah minimum yang dibutuhkan untuk menjadi asosiasi dan tidak seorang pun yang yakin suatu apapun tentang klub ini, Haruhi dengan mudahnya menjawab "Kalau begitu kasusnya, ya sudah kita sebut brigade saja!" Dan dengan demikian nama klub pun lahir dengan luar biasa.
  +
  +
Saat mendengar nama tersebut, Asahina menutup mulutnya dengan sedih. Nagato Yuki bisa dihitung sebagai orang luar, dan aku tidak tahu harus bicara apa. Dan selanjutnya, keputusan untuk nama klub telah ditentukan, dengan satu suara dan tiga abstain. Brigade SOS telah dibuka untuk bisnis! Sungguh kesempatan yang sangat menyenangkan!
  +
  +
Hmph, lakukanlah semaumu!
  +
  +
Setelah mengatakan "Pastikan untuk berkumpul di sini seusai sekolah tiap hari!", Haruhi menyudahinya. Bahu Asahina melemas, figurnya yang tidak bernyawa berjalan menjauh menyusuri lorong semakin membuat terkesan sedih. Aku tidak tahan melihatnya, maka aku pun memanggilnya.
  +
  +
"Asahina-sempai."
  +
  +
"Ya?"
  +
  +
Asahina melihatku dengan wajah tidak bersalahnya, yang bahkan terlihat tidak lebih tua dariku.
  +
  +
"Kamu tidak harus bergabung dengan klub aneh semacam ini jika kamu tidak mau! Kamu tidak usah perdulikan dia, Aku akan mencari cara untuk menjelaskan kepadanya."
  +
  +
"Tidak."
  +
  +
Dia berhenti, mengedipkan matanya, dan tersenyum.
  +
  +
"Tidak apa-apa. Aku memang ingin bergabung."
  +
  +
"Tapi, mungkin klub ini akan sangat membosankan!"
  +
  +
"Tidak masalah; bukankah kamu juga bergabung?"
  +
  +
Tidak! Masalah aku bergabung atau tidak bukan menjadi masalah di sini!
  +
  +
"Mungkin, ini adalah hasil absolut di Temporal Plane ini..."
  +
  +
Dia mengatakan hal ini dengan mata bulatnya memandang ke arah kejauhan.
  +
  +
"Apa maksud dari hal itu?"
  +
  +
"Lagipula, aku tertarik dengan kehadiran Nagato-san..."
  +
  +
"Tertarik?"
  +
  +
"Eh? Tidak, bukan apa-apa."
  +
  +
Asahina menggelengkan kepalanya dengan panik, menggoyangkan rambut berombaknya.
  +
  +
Lalu Asahina tersenyum, terlihat malu, dan membungkuk dengan dalam kepada ku.
  +
  +
"Aku mungkin akan menyulitkan, tapi tolong bertahanlah dengan ku mulai sekarang."
  +
  +
"Kamu tidak harus melakukan hal itu... kamu menempatkanku di posisi yang sulit..."
  +
  +
"Tolong panggil aku Mikuru mulai sekarang."
  +
  +
Dia tersenyum.
  +
  +
Wah, dia sangat imut sampai membuatku pusing.
  +
  +
  +
Selanjutnya adalah percakapanku dengan Haruhi pada suatu hari.
  +
  +
"Kamu tahu apa yang kita butuhkan selanjutnya?"
  +
  +
"Mana kutahu!"
  +
  +
"Aku berpikir untuk mendapatkan murid pindahan misterius."
  +
  +
"Tolong jelaskan kepadaku definisi dari murid pindahan 'misterius'."
  +
  +
"Mereka yang pindah dua bulang setelah semester sekolah dimulai pastilah murid pindahan misterius. Bagaimana menurutmu?"
  +
  +
"Mungkin karena kedua orangtua mereka dipindah tugaskan dan kebetulan mereka harus ikut pindah."
  +
  +
"Nggak, itu terlalu dipaksakan dan tidak alami!"
  +
  +
"Lalu menurutmu alami itu apa? Aku benar-benar ingin tahu."
  +
  +
"Murid pindahan misterius... apakah mereka akan muncul?"
  +
  +
"Kamu benar-benar nggak pernah mendengarkan omonganku ya?"
  +
  +
  +
Gosip pun mulai mengalir kalau Haruhi dan aku merencanakan sesuatu.
  +
  +
"Hei, apa saja yang kamu rencanakan bersama Haruhi?"
  +
  +
Taniguchi pasti menanyakan hal itu.
  +
  +
"Kamu tidak berpacaran dengannya, bukan?"
  +
  +
Tentu saja tidak! Sejujurnya, Aku sendiri, juga ingin tahu apa yang sebenarnya kulakukan!
  +
  +
"Cobalah untuk tidak melakukan hal yang terlalu konyol, kamu sudah bukan murid SMP lagi! Jika mereka tahu kamu merusak lapangan sekolah atau sejenisnya, kamu mungkin bisa diskors!"
  +
  +
Jika itu hanya Haruhi sendiri yang beraksi, aku bisa cuek saja. Tapi sekarang ada Nagato Yuki dan Asahina Mikuru yang harus kuurus -Aku nggak bisa mengambil resiko membuat mereka terlibat. Ketika aku menyadari betapa perhatiannya aku kepada mereka, Aku tiba-tiba merasa bangga.
  +
  +
Tapi masalahnya, nggak ada cara aku bisa menghentikan Haruhi gila itu!
  +
  +
  +
"Jadi aku ingin sebuah komputer!"
  +
  +
Semenjak Brigade SOS didirikan, ruangan klub literatur mulai menjadi semakin banyak barang yang ada selain meja persegi, kursi besi dan rak buku.
  +
  +
Di pojokan sekarang berdiri sebuah lemari pakaian portabel, sebuah teko dan cangkir, sebuah poci teh, pemutar CD/MD dan radio, lemari kulkas, perekam suara, panci masak, mangkuk, dan berbagai jenis peralatan masak. Sekarang apa? Apakah dia merencanakan agar kita tinggal di sini?
  +
  +
Pada saat ini, Haruhi duduk di meja yang dia ambil entah-dari-mana. Untuk alasan tertentu, sebuah kerucut hitam bertuliskan "Komandan Brigade" berdiri di atas meja.
  +
  +
"Di jaman informasi sekarang, kita bahkan tidak memiliki komputer. Ini ngga bisa!"
  +
  +
Siapa yang bilang begitu?
  +
  +
Meskipun begitu, semua anggota hadir hari ini. Nagato Yuki berada di tempatnya seperti biasa, membaca buku tebal [http://en.wikipedia.org/wiki/The_Fall_of_Hyperion tentang sebuah satelit kecil di Saturnus yang jatuh], atau sesuatu yang mirip seperti itu. Asahina, yang seharusnya tidak perlu datang, tetap tiba dengan setia dan duduk di kursi besi, terlihat bingung.
  +
  +
Haruhi loncat dari mejanya dan lari ke arah ku dengan senyum licik.
  +
  +
"Makanya aku akan mendapatkan satu sekarang," ucap Haruhi, seperti pemburu mencari mangsa.
  +
  +
"Dapat satu, maksudnya komputer? Dari mana? Kamu nggak berencana untung merampok toko elektronik kan?"
  +
  +
"Tentu saja tidak! Aku akan ke tempat yang lebih dekat!"
  +
  +
"Ikuti aku!" Asahina dan aku menuruti perintah Haruhi dan mengikutinya sampai ke koridor dan pada akhirnya tiba di Kelompok Belajar Komputer dua ruangan jauhnya.
  +
  +
Rupanya begitu!
  +
  +
"Sini, ambil ini."
  +
  +
Haruhi menyerahkan ku sebuah kamera instan.
  +
  +
"Sekarang dengarkan aku baik-baik! Aku akan bilangin rencananya, dan kamu harus mengikutinya bagaimana pun juga! Kamu cuman punya satu kesempatan."
  +
  +
Haruhi menarik ku ke bawah dan membisikan "rencana"-nya ke telingaku.
  +
  +
"Apa!? Kamu nggak bisa begitu!"
  +
  +
"Peduli apa?"
  +
  +
Tentu saja itu nggak masalah buat kami, nona! Aku berbalik ke arah Asahina yang kebingungan, berusaha memperingatinya dengan mengedipkan mata ke arahnya.
  +
  +
Sebaiknya kamu lari sekarang juga!
  +
  +
Tapi Asahina terlihat terkejut dan mulai merona. Oh tidak, dia benar-benar salah sangka.
  +
  +
Saat aku berniat menyelamatkan Asahina dari bencana, Haruhi sudah mengetuk pintu ruangan Kelompok Belajar Komputer itu.
  +
  +
"Halo semuanya! Aku datang untuk mengambil sebuah komputer dari kalian!"
  +
  +
Susunan ruangan ini mirip, tapi dibandingankan dengan ruangan kami, ruangan ini lebih sempit. Setiap meja yang berukuran sama memiliki sebuah komputer desktop di atasnya dengan efek suara dari CD. Kipas komputer yang berputar hanyalah suara yang bisa terdengar di ruangan ini.
  +
  +
Empat orang anak laki-laki yang duduk di kursinya sambil mengetik di keyboard masing-masing semuanya melongo ke arah pintu untuk melihat apa yang akan dilakukan Haruhi.
  +
  +
"Siapa yang bertanggung jawab di sini?"
  +
  +
Haruhi tersenyum dengan sombongnya. Seorang murid laki-laki berdiri dan menjawabnya.
  +
  +
"Aku ketuanya, ada yang bisa kubantu?"
  +
  +
"Apa aku harus mengulanginya lagi? Aku cuman bilang: berikan aku sebuah komputer."
  +
  +
Ketua Kelompok Belajar Komputer tanpa nama itu menampakan ekspresi "Maksudnya?!" dan menggelengkan kepalanya dengan keras.
  +
  +
"Itu nggak mungkin. Soalnya sekolah tidak cukup mendanai kami, semua komputer ini hasil keringat kami! Mana mungkin kami bisa memberikannya kepada mu dengan gratis. Kamu pikir kami bodoh apa?"
  +
  +
"Apa peduliku? Satu saja sudah cukup, kalian kan punya banyak!"
  +
  +
"Itu... tunggu dulu, kalian ini sebenarnya siapa sih?"
  +
  +
"Aku Suzumiya Haruhi, Komandan dari Brigade SOS, dan mereka berdua adalah Bawahan Satu dan Bawahan Dua."
  +
  +
Tunggu, siapa yang memutuskan kami jadi bawahanmu!?
  +
  +
"Aku memerintahkan kamu atas nama Brigade SOS: serahkan sebuah komputer segera! Jangan buat alasan!"
  +
  +
"Aku nggak tahu siapa kalian ini, tapi tentu saja tidak! Kamu bisa beli komputermu sendiri!"
  +
  +
"Karena kamu sudah bilang begitu, kami punya cara sendiri."
  +
  +
Mata Haruhi menatap tanpa takut. Oh tidak, ini pertanda buruk.
  +
  +
Haruhi mendorong Asahina, yang berdiri ketakutan di sampingnya, ke arah ketua, dan lalu Haruhi mengambil tangannya dan meletakannya di dada Asahina.
  +
  +
"Kyaaaa~~!!!"
  +
  +
"Apa!?"
  +
  +
Klik!
  +
  +
Pada saat mereka berteriak, aku menekan tombol kamera.
  +
  +
Haruhi memegang Asahina, mencegahnya kabur, saat tangannya yang lain menekan tangan ketua semakin keras ke dada Asahina.
  +
  +
"Kyon, satu foto lagi!"
  +
  +
Aku menekan tombolnya sekali lagi dengan ragu-ragu. Asahina, dan ketua tanpa nama itu, tolong maafkan aku. Saat Haruhi bermaksud meletakan tangan ketua ke balik rok Asahina, ketua itu akhirnya bisa bebas.
  +
  +
"KAMU PIKIR APA YANG SEBENARNYA KAMU LAKUKAN!?"
  +
  +
Haruhi melambaikan jarinya dengan elegan ke ketua yang sangat merona.
  +
  +
"Uh uh uh! Sekarang kami punya bukti foto kalau kamu melakukan pelecehan seksual ke salah satu anggota kami! Kalau kalian tidak mau satu sekolah tahu soal foto ini, serahkan komputernya!"
  +
  +
"Candaan macam apa ini sebenarnya!?"
  +
  +
Ketua itu memprotes dengan marahnya. Aku paham perasaanmu, koq.
  +
  +
"Kamu yang menarik tangan ku dengan paksa! Aku nggak bersalah!"
  +
  +
"Oh ya? Kamu bisa coba menjelaskan, tapi siapa yang bakal percaya sama kamu?"
  +
  +
Aku berbalik dan melihat Asahina tergeletak di lantai. Dia pasti sangat terkejut sampai kehilangan semua tenaganya.
  +
  +
Di lain pihak, ketua itu tetap bertahan.
  +
  +
"Anggotaku adalah saksi ketidak bersalahanku! Tadi bukan kemauan ku sendiri!"
  +
  +
Ketiga anggota lainnya yang terbengong-bengong semuanya menganggukan kepalanya dengan kerasnya.
  +
  +
"Itu benar!"
  +
  +
"Ketua tidak bersalah!"
  +
  +
Kalau Haruhi bisa mendengar kalian semua, maka dia bukanlah Suzumiya Haruhi.
  +
  +
"Ya sudah, kalau begitu aku tinggal bilang kalau kalian semua berusaha menyerang Asahina!"
  +
  +
Pada saat itu juga, wajah mereka menjadi pucat, termasuk aku dan Asahina. Ya tuhan, apakah ini harus sampai jadi begini?
  +
  +
"S...Suzumiya-san...!"
  +
  +
Asahina berusaha melingkarkan tangannya ke kaki Haruhi, tapi Haruhi dengan mudahnya menepisnya. Lalu Haruhi kemudian membusungkan dada dan berkata dengan arogannya:
  +
  +
"Jadi gimana? Mau kasih satu apa nggak?"
  +
  +
Wajah ketua itu berubah dari merah ke putih, akhirnya menjadi gelap.
  +
  +
Pada akhirnya, dia pun menyerah.
  +
  +
"Sana pilih satu dan keluar dari sini!"
  +
  +
Setelah berkata seperti itu, ketua itu terduduk dengan muram. Semua anggotanya segera mengelilinginya.
  +
  +
"Ketua!"
  +
  +
"Bertahanlah!"
  +
  +
"Kamu tidak apa-apa?"
  +
  +
Kepala ketua itu menunduk bagaikan boneka yang putus talinya. Melihat figur yang hancur seperti itu, walau sebagai komplotan Haruhi, aku tidak bisa apa-apa kecuali meneteskan air mata kesedihan untuknya.
  +
  +
"Mana model yang paling canggih?"
  +
  +
Dasar cewek berdarah dingin!
  +
  +
"Kenapa kami musti beritahu kamu!?"
  +
  +
Anggota yang marah itu tetap melanjutkan perlawanan yang sia-sia, tapi Haruhi cukup menunjuk ke arah ku dan kamera ku.
  +
  +
"S...sialan! Yang itu!"
  +
  +
Haruhi melihat ke arah yang ditunjukan anggota tersebut dan memeriksa model dan nomor seri pada komputer. Lalu, dia mengambil selembar kertas dari kantung roknya.
  +
  +
"Aku sudah pergi ke toko elektronik dan menanyakan semua daftar model terbaru. Ini sepertinya bukan salah satunya."
  +
  +
Cewek ini sudah merencanakan semuanya dengan rapi sampai membuatku takut.
  +
  +
Setelah memeriksa semua komputer lainnya, Haruhi menunjuk ke salah satunya.
  +
  +
"Aku ingin yang ini."
  +
  +
"T...tunggu! Kami baru beli itu bulan kemarin!"
  +
  +
"Kamera."
  +
  +
"...A...ambil sana, dasar maling!"
  +
  +
Seperti yang dikatakannya, kami benar-benar maling.
  +
  +
Keserakahan Haruhi tidak mengenal batas. Setelah mencabuti seluruh kabel, dia memindahkan seluruh peralatan yang dibutuhkan ke ruangan klub literatur tanpa peduli dengan yang lain. Dia bahkan membuat orang-orang dari Kelompok Belajar Komputer untuk memasangkan kembali kabel untuk kami dan menarik kabel internet dari ruangan mereka ke tempat kami, jadi kami bisa menggunakan internet. Dia bahkan memaksa agar mereka menghubungkan intranet untuk kami. Caranya yang tidak terpuji tidak berbeda dari perampok!
  +
  +
"Asahina-sempai."
  +
  +
Tidak berguna pada saat itu, aku hanya bisa mengangkat dengan pelan Asahina yang kelelahan, yang berlutut di lantai, menutupi wajahnya dan menangis tanpa henti.
  +
  +
"Mari kita kembali."
  +
  +
"Hiks..."
  +
  +
Haruhi, dasar idiot, apa kamu nggak bisa pegang dada kamu sendiri!? Untuk orang yang menanggalkan pakaiannya di depan cowok tanpa berpikir ulang, ini sih tidak ada apa-apanya! Aku pun menghibur Asahina, sambil menggerutu tentang untuk apa mau Haruhi ingin komputer.
  +
  +
Segera, aku akan tahu.
  +
   
Note: sampai disini bingung bagai mana menterjemahankan ke bahasa Indonesia untuk kepanjangan SOS-dan
 
   
Kalian boleh tertawa sekarang.
 
   
 
<noinclude>
 
<noinclude>

Revision as of 15:35, 27 May 2007

Chapter 2.


Dilihat dari hasilnya, ramalanku sudah menjadi kenyataan.

Setelah jam pelajaran, Haruhi tidak langsung menghilang dari ruangan kelas seperti biasanya. Kali ini, dia menarik tanganku dengan paksa dan menyeretku keluar ruangan, melalui koridor, naik sampai ke atas tangga, dan akhirnya berhenti tepat di depan pintu yang menuju ke atap.

Pintu tersebut biasanya dikunci, dan tangga di atas lantai empat sepertinya sudah menjadi gudang untuk klub kesenian. Kanvas raksasa, pigura yang hampir patah, patung dewa-dewa perang dengan hidung yang hilang dan sebagainya ditumpuk di atas tangga kecil, membuat jalan yang harusnya sudah sempit menjadi semakin sempit.

Apa yang akan dilakukan kepadaku olehnya dengan membawaku ke sini?

"Aku butuh bantuanmu."

Haruhi berkata demikian dengan tetap memegang dasiku. Dengan tatapan tajam yang diarahkan ke bagian bawah kepalaku, aku dapat merasakan kalau dia sedang mengancamku.

"Membantumu soal apa?"

Aku berpura-pura cuek.

"Bantu aku buat klub baru!"

"OK, tapi jelaskan kepadaku, kenapa aku harus bantu kamu menyelesaikan hal yang baru saja kamu pikirkan?"

"Karena aku harus mengamankan ruangan untuk klub dan juga anggota, jadi kamu harus cari tahu apa saja yang urusan apa saja yang perlu diselesaikan untuk sekolah."

Dia bahkan tidak mendengarkan. Aku menampik tangan Haruhi.

"Klub apa yang mau kamu buat?"

"Itu nggak penting! Yang penting adalah membuat klub dulu!"

Aku benar-benar nggak yakin sekolah ini mengijinkan klub yang kerjaannya nggak jelas.

"Sekarang dengarkan! Setelah sekolah selesai, kamu pergi dan cari tahu apa saja yang perlu diselesaikan, dan aku pergi mencari ruangan untuk klub, mengerti?"

'NGGAK!'

Jikalau saat itu aku membalasnya seperti itu, Aku yakin, aku pasti bakal dibunuh. Saat aku ragu-ragu bagaimana menjawabnya, Haruhi sudah terlanjur berbalik dan menuruni tangga, meninggalkan cowok yang hilang arah yang berdiri sendirian di tangga penuh debu.

"...Aku bahkan belum menjawab setuju untuk membantunya..."

Keluhku, mengatakan hal ini ke patung gips itu nggak ada gunanya. Aku hanya bisa menyeret kakiku yang berat, memikirkan bagaimana caraku menjelaskan semua hal ini kepada teman-teman sekelasku yang penasaran.


Persyaratan untuk membuat sebuah "asosiasi":

Lima orang anggota atau lebih. Seorang guru pendamping, nama klub, ketua klub dan aktivitas klub/ringkasan tujuan diperlukan - yang kemudian juga memerlukan persetujuan dari komite OSIS. Aktivitas klub harus sesuai dengan filosofi sekolah akan kreativitas dan kehidupannya. Berdasarkan dari catatan aktivitas dan hasilnya, OSIS akan memutuskan apakah asosiasi tersebut bisa ditingkatkan statusnya menjadi "kelompok belajar". Selebihnya, sebagai asosiasi, sekolah tidak akan memberikan dana apapun.


Aku tidak harus mencari semua persyaratan dengan susah payah karena semuanya tercatat di dalam buku pegangan siswa.

Anggota sih mudah; kita bisa mencari siapapun untuk mencapai jumlah anggota, jadi itu bukan masalah. Guru pendamping lebih susah dicari, tapi kupikir aku bisa mengatasinya. Dan untuk nama, sesuatu yang tidak menonjol sudah cukup. Dan ketua klubnya sudah pasti Haruhi sendiri.

Tapi, aku berani bertaruh, kalau aktivitas/tujuan klub pasti akan berbenturan dengan "kreativitas dan kehidupan".

Semuanya itu hanya omongan saja, seperti kalau Haruhi itu orang yang peduli dengan peraturan.


Saat bel berdering tanda kelas berakhir, Haruhi menunjukan keperkasaannya yang mengerikan dengan mencengkeram kerah jaketku dan menarik ku keluar kelas dengan kecepatan seperti penculik. Aku membutuhkan usaha keras agar tas sekolahku tidak tertinggal di kelas.

"Kemana kita pergi?"

Aku bertanya karena, ya aku kan normal pada akhirnya.

"Ke ruangan klub."

Haruhi, sangat penuh dengan energi sampai dia bisa menendang orang-orang yang berjalan lambat di depan kita, hanya menjawab dengan singkat, lalu kembali diam. Tolonglah, setidaknya bisakah kamu melepaskan tanganku dulu?

Setelah kami keluar dari lorong lantai satu, kami kembali masuk ke gedung lain dan naik tangga. Kami berjalan menuju lorong gelap dan di tengahnya, Haruhi berhenti. Tentu saja aku ikut berhenti.

Di depan kami ada pintu.

Klub literatur.

Papan nama yang melengkung tertempel di pintu.

"Di sini."

Tanpa dengan mengetuk pintu, Haruhi membuka pintu dan berjalan melewati ruang kelas tanpa pikir panjang. Tentu saja, aku mengikutinya ke dalam.

Ruangan ini teryata cukup luas, atau mungkin terlihat seperti itu karena hanya berisi meja persegi, kursi besi, dan rak buku. Beberapa retakan di atap dan dinding menunjukan betapa tuanya bangunan ini.

Pada saat ia baru masuk ke dalam ruangan, seorang gadis duduk sendirian di kursi, membaca buku yang sangat tebal.

"Ruangan ini menjadi ruang klub kita mulai saat ini."

Haruhi membuka kedua tangannya dan mengumumkan secara formal. Wajahnya bersinar dengan senyuman yang bertenaga.'kalau saja ia juga tersenyum seperti itu di kelas...' walau pikirku, aku tidak berani mengatakannya dengan keras.

"Tunggu sebentar, tempat ini apa?"

"Gedung Kebudayaan dan Kesenian. Tempat ini memiliki ruang kesenian dan musik untuk klub kesenian dan klub orkestra. Klub dan asosiasi tanpa ruang tetap semuanya mengadakan aktivitasnya di sini, dikenal dengan sebutan komplek lama. Dan ruangan ini milik klub literatur."

"Lalu bagaimana dengan klub literatur?"

"Setelah semua murid kelas tiga lulus musim semi ini, klub ini punya nol anggota. Pada saat tidak ada anggota baru direkrut, klub ini akan ditutup. Sebelumnya, anak kelas satu ini adalah satu-satunya anggota baru."

"Kalau begitu klub ini belum ditutup donk!"

"Nyaris! Klub dengan anggota hanya seorang sama saja dengan tidak ada."

Dasar bodoh! Kamu mau mencoba mengambil alih ruang klub orang lain? Aku melirik ke arah anak klub literatur.

Dia adalah seorang gadis berkacamata berambut pendek.

Haruhi sudah seberisik ini. Gadis itu, akan tetapi, tidak mengangkat kepalanya sekalipun. Selain terkadang membalikan halaman dengan jarinya, ia terlihat diam, benar-benar cuek terhadap keberadaan kita. Sepertinya gadis ini juga aneh!

Aku merendahkan suaraku dan bertanya kepada Haruhi.

"Lalu gimana dengan gadis itu?"

"Dia bilang nggak masalah!"

"Beneran?"

"Aku sudah menanyakannya pada saat makan siang. Kubilang aku butuh dia agar meminjamkan ruangannya dan dia bilang 'silahkan', selama dia bisa membaca bukunya dengan tenang. Setelah kau menyinggung hal itu, kupikir dia itu cukup aneh."

Dari semua orang, kamu yang bilang itu!

Aku memperhatikan gadis klub literatur aneh dengan seksama kali ini.

Dia memiliki kulit yang pucat dan wajah tanpa ekspresi. Jari-jarinya bergerak seirama seperti robot. Rambut pendeknya membuat orang untuk melepas kacamatanya untuk pandangan yang lebih jelas. Dia memberikan impresi seperti boneka yang tidak menonjol. Dalam kata lain, orang aneh yang misterius dan tanpa ekspresi.

Mungkin menyadari pandanganku yang mengganggu, gadis itu tiba-tiba mengangkat kepalanya dan mendorong kacamata keatas dengan jari.

Aku melihat matanya yang berwarna dalam menatapku dari balik lensa tersebut. Baik mata maupun bibirnya tidak menunjukan ekspresi apapun, sampai seperti topeng. Dia berbeda dengan Haruhi -wajahnya seperti jenis yang pada dasarnya tidak menunjukan emosi.

"Nagato Yuki."

Nada suaranya memberikan kesan kalau namanya akan segera dilupakan oleh kebanyakan orang dalam tiga detik semenjak mendengarnya.

Nagato Yuki sejenak menatapku; lalu seperti kehilangan minat, ia kembali mengarahkan perhatiannya ke buku.

"Eh, Nagato-san," Aku memanggilnya, "Cewek ini mau menggunakan ruangan klub kamu untuk klub-yang-belum-ada-namanya. Apakah ini baik-baik saja dengan mu?"

"Ya."

Pandangan Nagato tidak pernah lepas dari buku.

"Tapi mungkin bisa menyulitkan untuk mu."

"Tidak masalah."

"Bahkan kamu bisa diusir?"

"Silahkan merasa bebas."

Walaupun ia segera siap menjawab, ia tidak menunjukan ekspresi apapun. Terlihat olehku sepertinya dia benar-benar tidak peduli soal ini.

"Oke, kalau begitu sudah diputuskan," Haruhi tiba-tiba menyela.

Dia terdengar sangat bersemangat, memberikan perasaan buruk.

"Mulai sekarang, kita akan berkumpul di ruang ini selesai sekolah. Pastikan untuk datang! Atau kamu sama bagusnya dengan orang mati!"

Dia berkata dengan senyum yang terkembang seperti bunga sakura. Aku dengan enggan mengganggukkan kepalaku.

Tolong deh, Aku belum mau mati dulu!


Jadi sekarang kita telah mendapatkan ruangan klub, tapi tentang masalah administratifnya benar-benar tidak ada kemajuam. Kita masih belum memutuskan nama maupun kegiatan klub yang akan dilakukan. Aku sudah menanyakan hal ini kepada Haruhi, tapi sepertinya dia punya pikiran lain.

"Kita bisa putuskan hal itu nanti!" Haruhi menyatakannya dengan keras. "Sekarang hal yang paling penting adalah menrekrut anggota. Kita masih butuh dua orang lagi."

Jadi, kamu sudah menghitung gadis klub literatur juga? Kamu nggak mungkin memperlakukan Nagato Yuki sebagai aksesoris klub semata, ya kan?

"Nggak usah khawatir soal itu, Aku pasti bisa mengumpulkan orang-orang segera; Aku sudah punya seseorang di kepalaku."

Bagaimana mungkin aku nggak khawatir? Kekhawatiranku malah semakin menjadi!


Keesokan harinya setelah sekolah usai, setelah menolak tawaran Taniguchi dan Kunikida untuk pulang bareng, Aku dengan malas menyeret kakiku yang terasa berat dan melangkah ke ruangan klub.

Haruhi hanya berkata "Kamu pergi duluan!" dan terburu-buru keluar ruangan dengan kecepatan yang sangat dibutuhkan Klub Atletik. Dia sangatlah cepat sampai aku berpikir kalau dia menambah booster di sepatunya. Aku nggak tahu antara dia sangat terburu-buru mencari anggota baru, atau hanya sangat bersemangat kalau dia sudah melangkah maju untuk bertemu mahkluk luar angkasa?

Di lain pihak, Aku hanya bisa membawa tas ku, jadi aku bergerak pelan menuju ruang Klub Literatur.

Memasuki ruang klub, Aku sudah menemukan Nagato Yuki di dalamnya, duduk di posisi yang sama ketika membaca bukunya. Aku mendekatinya dengan perlahan, tapi seperti kemarin kepalanya hanya terbenam di dalam buku, keberadaanku dihiraukan. Apakah dulu Klub Literatur hanya sebuah klub membaca saja? Kenapa dia hanya membaca saja setiap waktu?

Keheningan di ruangan.

"...Apa yang lagi kamu baca?"

Aku bertanya, tidak tahan lagi dengan keheningan. Nagato Yuki menjawabnya dengan mengangkat buku dan menunjukan kovernya. Mataku melihat sejumlah besar huruf asing yang berkilauan; sepertinya itu seperti novel fiksi ilmiah.

"Apakah itu menarik?"

Nagato Yuki mendorong kacamatanya keatas tanpa susah payah sebelum menjawabnya datar.

"Unik."

Sepertinya dia menjawab semua pertanyaanku dengan itu.

"Di mananya?"

"Semuanya."

"Jadi kamu suka membaca?"

"Sangat."

"Oh begitu..."

"..."

Kembali hening.

Bisa aku pulang sekarang?

Aku sedang memikirkan hal itu saat menaruh tas ku ke atas meja. Saat aku hendak duduk di kursi besi itu, tiba-tiba pintunya terbuka seperti ditendang.

"Hei, maaf aku telat! Aku butuh waktu supaya bisa menangkap cewek ini!"

Haruhi akhirnya tiba, dengan melambaikan tangannya kepada kami. Tangannya yang lain sedang mencengkeram lengan orang lain -dia menculik orang lain lagi! Ketika dia memasuki ruangan, untuk suatu alasan tertentu, dia mengunci pintunya. Klik! Saat mendengar suara itu, gadis mungil itu gemetaran tidak nyaman.

Wow, dia memang cantik.

Dia pasti "calon terpilih"-nya Haruhi.

"A...apa yang akan kamu lakukan?"

Kata gadis tersebut, yang sudah hampir menangis.

"D...dimana ini? Kenapa kamu membawaku ke sini? Dan, k...kenapa kamu mengunci pintunya? Apa yang kamu mau lakukan kepada ku?"

"Diam!"

Haruhi berteriak dengan keras sampai gadis itu diam terkejut.

"Biar aku kenalin: Dia ini Asahina Mikuru-chan."

"Biar aku kenalin: Dia ini Asahina Mikuru-chan."

Setelah mengumumkan nama gadis tersebut, Haruhi berhenti bicara. Sepertinya itu sudah semuanya.

Keheningan sekali lagi menyelimuti ruang kelas. Haruhi terlihat puas seperti "pekerjaannya selesai dengan baik"; Nagato Yuki, seperti biasa, tetap membaca bukunya tanpa reaksi; dan gadis yang dipanggil Asahina Mikuru hanya ketakutan. Hei, kenapa nggak ada yang bicara? Jadi aku yang memulai percakapan.

"Darimana kamu menculik dia?"

"Ini bukan penculikan! Aku cuman memaksanya datang ke sini bersamaku."

Itu sama aja!

"Aku menemukanya sedang termenung di ruang kelas dua, jadi aku menangkapnya dari sana. Aku menyelusuri sekolah selama istirahat, jadi aku sudah melihatnya beberapa kali."

Jadi itu yang kamu lakukan selama istirahat saat kamu tidak terlihat di ruang kelas. Tidak, tunggu, ini bukan waktunya memikirkan hal ini.

"Bagaimanapun dia adalah kakak kelas kita!"

"Terus?"

Aku melihatnya dengan tidak percaya. Ya tuhan, cewek ini benar-benar tidak memikirkan apa yang dilakukannya!

"Ya sudah... beritahu aku, kenapa kamu butuh untuk mencari dia, erm, Asahina-sempai, bukan?"

"Sini, lihat deh."

Haruhi tiba-tiba menunjuk ke arah hidung Asahina Mikuru, membuatnya langsung mundur terkejut.

"Dia cantik, bukan?"

Itu hal yang hanya akan diucapkan penculik berbahaya! Bagaimanapun itu yang kupikir.

"Aku percaya kalau karakter Moe itu penting!" lanjutnya.

"...Maaf, apa yang kamu bilang?"

"Aku bilang Moe! Faktor yang membuat orang tertarik! Pada dasarnya, kebanyakan cerita detektif punya karakter yang bisa membuat orang tertarik dan merasa kalau mereka menjadi dikasihani."

Aku secara otomatis berbalik dan mengamati Asahina Mikuru: dia memiliki badan yang mungil dan wajah yang bisa disalah sangka sebagai murid SD. Rambut coklatnya sedikit berombak, tergantung dipunggungnya. Sepasang mata besar seperti anak anjing memberikan aura "tolong lindungi aku". Bibirnya yang setengah terbuka menunjukan sebaris gigi yang seputih gading, yang dipasangkan dengan wajahnya yang mungil, menciptakan kombinasi yang sempurna. Apabila dia diberikan tongkat sihir dengan permata yang berkilau, dia mungkin akan berubah jadi peri kecil! Aarghh~, apa yang aku sedang pikirkan!

"Dan tidak hanya itu saja!"

Haruhi tersenyum penuh percaya diri, dan memeluk Asahina Mikuru dari belakang dengan kedua tangannya.

"Kyaaaa!!!"

Asahina langsung berteriak. Tapi Haruhi tetap tidak bergerak, memegang dadanya lewat seragam pelautnya.

"Aaaaa!"

"Dia itu sangat mungil, tapi dadanya lebih besar dariku! Wajah yang cantik dan dada besar itu juga faktor penting yang bisa membuat orang tertarik!"

Ya tuhan, aku hampir pingsan.

"Wow, mereka benar-benar besar."

Haruhi memasukan tangannya kedalam seragam Asahina dan mulai meremas. Hentikan itu, dasar mesum.

"Wah, ini membuatku kesal! Wajahnya sangat cantik, tapi dadanya lebih besar dariku!"

"T...tolong!!!"

Asahina merona merah. Dia mencoba untuk membebaskan diri dengan tangan dan kakinya, tapi kekuatannya bukan tandingan pelecehnya. Saat Haruhi mulai menggerakan tangannya menuju rok Asahina, Aku tidak bisa menerimanya lagi dan menarik gadis mesum ini menjauh dari Asahina.

"Apa yang kamu pikir yang kamu sedang lakukan!?"

"Tapi mereka benar-benar besar! Benar lho! Kenapa kamu tidak mencobanya juga?"

Asahina tersentak kaget.

"Tidak, terima kasih."

Itu yang bisa aku ucapkan.

Yang mengejutkan ku, selama kejadian ini, Nagato Yuki tetap membaca bukunya, tidak sekalipun menengok. Ada apa dengan gadis ini sebenarnya?

Tiba-tiba, aku memikirkan sesuatu.

"Hei, kamu ngga mikir kalau... alasanmu satu-satunya membawa Asahina-sempai ke sini karena dia itu cantik dan punya dada besar?"

"Kenapa, tentu saja!"

Ya tuhan, kamu ini benar-benar seorang idiot!

"Karakter maskot seperti dia itu diperlukan!"

Perlu 'PALA MU! Siapa juga yang ngomong begitu?

Asahina merapikan seragamnya yang kusut dan mengangkat kepalanya melihat ke arah ku. Hei, jangan lihat aku seperti itu, kamu membuatku ke dalam situasi yang memalukan.

"Mikuru-chan," tanya Haruhi, "Apa kamu ikut klub lain?"

"I... Iya... Klub Kaligrafi..."

"Keluar dari situ! Itu cuman menghalangi aktivitas klubku."

Haruhi! Apa kamu nggak terlalu egois!?

Asahina memiliki ekspresi seperti korban dalam misteri pembunuhan tertentu, melihatku dengan mata yang mengharap untuk diselamatkan. Lalu saat itulah seperti tiba-tiba dia menyadari kehadiran Nagato Yuki. Mata terbelalak lebar dan menunjukan keraguan. Sejenak kemudian, dia mengeluh dan berbisik dalam suara rendah:

"Oh begitu... Aku mengerti."

Apa yang kamu mengerti?

"Aku akan berhenti dari klub kaligrafi, dan bergabung dengan klub mu..."

Suaranya penuh kesedihan.

"Tapi aku tidak tahu apa yang dilakukan klub literatur."

"Kita bukan klub literatur," jelas Haruhi.

Melihat Asahina kebingungan, aku segera memotong untuk menjelaskan.

"Kita hanya meminjam ruangan ini sementara untuk aktivitas klub kami. Klub yang akan kamu ikut bergabung sebenarnya asosiasi baru yang akan dibuat Suzumiya Haruhi sebentar lagi. Kami belum tahu apa aktivitas yang akan ada; Kami bahkan belum punya nama."

"... Apa?..."

"Oh, dan yang sedang duduk di sana, dialah anggota klub literatur yang sebenarnya."

"Oh..."

Asahina tetap berdiri tanpa kata-kata, mulutnya yang mungil setengah terbuka. Reaksinya? Benar-benar normal.

"Itu tidaklah menjadi masalah!"

Gembira sampai ke titik yang bagai tidak perlu bertanggung jawab pada apapun, Haruhi menepuk bahu Asahina dengan keras.

"Aku baru saja memikirkan sebuah nama!"

"... Oke, coba kita dengar," ucapku tanpa antusias.

Apabila mungkin, aku benar-benar nggak pingin mendengarnya! Tapi karena aku terlanjur bertanya, Suzumiya Haruhi menggunakan suara beningnya untuk mengumumkan dengan keras nama yang baru saja dia pikirkan.

Seperti yang diketahui semua orang, itu semua berawal dari hasil visi Suzumiya Haruhi yang sederhana dan naif, dan tidak ada alasan lain. Dan akhirnya... nama klub baru kami sudah diputuskan:

Brigade SOS!

Sekai wo
Ooini moriagerutame no
Suzumiya Haruhi no Dan

The Spreading Excitement All Over the World with Suzumiya Haruhi Brigade, disingkat Brigade SOS.


Kalian semua bisa tertawa sekarang.

Tapi sebelum aku bisa melakukan itu, Aku berdiri tercegang.

Kenapa itu disebut "Brigade"? Bukanya seharusnya "Asosiasi Spreading Excitement All Over the World with Suzumiya Haruhi", tapi karena klub ini belum memenuhi jumlah minimum yang dibutuhkan untuk menjadi asosiasi dan tidak seorang pun yang yakin suatu apapun tentang klub ini, Haruhi dengan mudahnya menjawab "Kalau begitu kasusnya, ya sudah kita sebut brigade saja!" Dan dengan demikian nama klub pun lahir dengan luar biasa.

Saat mendengar nama tersebut, Asahina menutup mulutnya dengan sedih. Nagato Yuki bisa dihitung sebagai orang luar, dan aku tidak tahu harus bicara apa. Dan selanjutnya, keputusan untuk nama klub telah ditentukan, dengan satu suara dan tiga abstain. Brigade SOS telah dibuka untuk bisnis! Sungguh kesempatan yang sangat menyenangkan!

Hmph, lakukanlah semaumu!

Setelah mengatakan "Pastikan untuk berkumpul di sini seusai sekolah tiap hari!", Haruhi menyudahinya. Bahu Asahina melemas, figurnya yang tidak bernyawa berjalan menjauh menyusuri lorong semakin membuat terkesan sedih. Aku tidak tahan melihatnya, maka aku pun memanggilnya.

"Asahina-sempai."

"Ya?"

Asahina melihatku dengan wajah tidak bersalahnya, yang bahkan terlihat tidak lebih tua dariku.

"Kamu tidak harus bergabung dengan klub aneh semacam ini jika kamu tidak mau! Kamu tidak usah perdulikan dia, Aku akan mencari cara untuk menjelaskan kepadanya."

"Tidak."

Dia berhenti, mengedipkan matanya, dan tersenyum.

"Tidak apa-apa. Aku memang ingin bergabung."

"Tapi, mungkin klub ini akan sangat membosankan!"

"Tidak masalah; bukankah kamu juga bergabung?"

Tidak! Masalah aku bergabung atau tidak bukan menjadi masalah di sini!

"Mungkin, ini adalah hasil absolut di Temporal Plane ini..."

Dia mengatakan hal ini dengan mata bulatnya memandang ke arah kejauhan.

"Apa maksud dari hal itu?"

"Lagipula, aku tertarik dengan kehadiran Nagato-san..."

"Tertarik?"

"Eh? Tidak, bukan apa-apa."

Asahina menggelengkan kepalanya dengan panik, menggoyangkan rambut berombaknya.

Lalu Asahina tersenyum, terlihat malu, dan membungkuk dengan dalam kepada ku.

"Aku mungkin akan menyulitkan, tapi tolong bertahanlah dengan ku mulai sekarang."

"Kamu tidak harus melakukan hal itu... kamu menempatkanku di posisi yang sulit..."

"Tolong panggil aku Mikuru mulai sekarang."

Dia tersenyum.

Wah, dia sangat imut sampai membuatku pusing.


Selanjutnya adalah percakapanku dengan Haruhi pada suatu hari.

"Kamu tahu apa yang kita butuhkan selanjutnya?"

"Mana kutahu!"

"Aku berpikir untuk mendapatkan murid pindahan misterius."

"Tolong jelaskan kepadaku definisi dari murid pindahan 'misterius'."

"Mereka yang pindah dua bulang setelah semester sekolah dimulai pastilah murid pindahan misterius. Bagaimana menurutmu?"

"Mungkin karena kedua orangtua mereka dipindah tugaskan dan kebetulan mereka harus ikut pindah."

"Nggak, itu terlalu dipaksakan dan tidak alami!"

"Lalu menurutmu alami itu apa? Aku benar-benar ingin tahu."

"Murid pindahan misterius... apakah mereka akan muncul?"

"Kamu benar-benar nggak pernah mendengarkan omonganku ya?"


Gosip pun mulai mengalir kalau Haruhi dan aku merencanakan sesuatu.

"Hei, apa saja yang kamu rencanakan bersama Haruhi?"

Taniguchi pasti menanyakan hal itu.

"Kamu tidak berpacaran dengannya, bukan?"

Tentu saja tidak! Sejujurnya, Aku sendiri, juga ingin tahu apa yang sebenarnya kulakukan!

"Cobalah untuk tidak melakukan hal yang terlalu konyol, kamu sudah bukan murid SMP lagi! Jika mereka tahu kamu merusak lapangan sekolah atau sejenisnya, kamu mungkin bisa diskors!"

Jika itu hanya Haruhi sendiri yang beraksi, aku bisa cuek saja. Tapi sekarang ada Nagato Yuki dan Asahina Mikuru yang harus kuurus -Aku nggak bisa mengambil resiko membuat mereka terlibat. Ketika aku menyadari betapa perhatiannya aku kepada mereka, Aku tiba-tiba merasa bangga.

Tapi masalahnya, nggak ada cara aku bisa menghentikan Haruhi gila itu!


"Jadi aku ingin sebuah komputer!"

Semenjak Brigade SOS didirikan, ruangan klub literatur mulai menjadi semakin banyak barang yang ada selain meja persegi, kursi besi dan rak buku.

Di pojokan sekarang berdiri sebuah lemari pakaian portabel, sebuah teko dan cangkir, sebuah poci teh, pemutar CD/MD dan radio, lemari kulkas, perekam suara, panci masak, mangkuk, dan berbagai jenis peralatan masak. Sekarang apa? Apakah dia merencanakan agar kita tinggal di sini?

Pada saat ini, Haruhi duduk di meja yang dia ambil entah-dari-mana. Untuk alasan tertentu, sebuah kerucut hitam bertuliskan "Komandan Brigade" berdiri di atas meja.

"Di jaman informasi sekarang, kita bahkan tidak memiliki komputer. Ini ngga bisa!"

Siapa yang bilang begitu?

Meskipun begitu, semua anggota hadir hari ini. Nagato Yuki berada di tempatnya seperti biasa, membaca buku tebal tentang sebuah satelit kecil di Saturnus yang jatuh, atau sesuatu yang mirip seperti itu. Asahina, yang seharusnya tidak perlu datang, tetap tiba dengan setia dan duduk di kursi besi, terlihat bingung.

Haruhi loncat dari mejanya dan lari ke arah ku dengan senyum licik.

"Makanya aku akan mendapatkan satu sekarang," ucap Haruhi, seperti pemburu mencari mangsa.

"Dapat satu, maksudnya komputer? Dari mana? Kamu nggak berencana untung merampok toko elektronik kan?"

"Tentu saja tidak! Aku akan ke tempat yang lebih dekat!"

"Ikuti aku!" Asahina dan aku menuruti perintah Haruhi dan mengikutinya sampai ke koridor dan pada akhirnya tiba di Kelompok Belajar Komputer dua ruangan jauhnya.

Rupanya begitu!

"Sini, ambil ini."

Haruhi menyerahkan ku sebuah kamera instan.

"Sekarang dengarkan aku baik-baik! Aku akan bilangin rencananya, dan kamu harus mengikutinya bagaimana pun juga! Kamu cuman punya satu kesempatan."

Haruhi menarik ku ke bawah dan membisikan "rencana"-nya ke telingaku.

"Apa!? Kamu nggak bisa begitu!"

"Peduli apa?"

Tentu saja itu nggak masalah buat kami, nona! Aku berbalik ke arah Asahina yang kebingungan, berusaha memperingatinya dengan mengedipkan mata ke arahnya.

Sebaiknya kamu lari sekarang juga!

Tapi Asahina terlihat terkejut dan mulai merona. Oh tidak, dia benar-benar salah sangka.

Saat aku berniat menyelamatkan Asahina dari bencana, Haruhi sudah mengetuk pintu ruangan Kelompok Belajar Komputer itu.

"Halo semuanya! Aku datang untuk mengambil sebuah komputer dari kalian!"

Susunan ruangan ini mirip, tapi dibandingankan dengan ruangan kami, ruangan ini lebih sempit. Setiap meja yang berukuran sama memiliki sebuah komputer desktop di atasnya dengan efek suara dari CD. Kipas komputer yang berputar hanyalah suara yang bisa terdengar di ruangan ini.

Empat orang anak laki-laki yang duduk di kursinya sambil mengetik di keyboard masing-masing semuanya melongo ke arah pintu untuk melihat apa yang akan dilakukan Haruhi.

"Siapa yang bertanggung jawab di sini?"

Haruhi tersenyum dengan sombongnya. Seorang murid laki-laki berdiri dan menjawabnya.

"Aku ketuanya, ada yang bisa kubantu?"

"Apa aku harus mengulanginya lagi? Aku cuman bilang: berikan aku sebuah komputer."

Ketua Kelompok Belajar Komputer tanpa nama itu menampakan ekspresi "Maksudnya?!" dan menggelengkan kepalanya dengan keras.

"Itu nggak mungkin. Soalnya sekolah tidak cukup mendanai kami, semua komputer ini hasil keringat kami! Mana mungkin kami bisa memberikannya kepada mu dengan gratis. Kamu pikir kami bodoh apa?"

"Apa peduliku? Satu saja sudah cukup, kalian kan punya banyak!"

"Itu... tunggu dulu, kalian ini sebenarnya siapa sih?"

"Aku Suzumiya Haruhi, Komandan dari Brigade SOS, dan mereka berdua adalah Bawahan Satu dan Bawahan Dua."

Tunggu, siapa yang memutuskan kami jadi bawahanmu!?

"Aku memerintahkan kamu atas nama Brigade SOS: serahkan sebuah komputer segera! Jangan buat alasan!"

"Aku nggak tahu siapa kalian ini, tapi tentu saja tidak! Kamu bisa beli komputermu sendiri!"

"Karena kamu sudah bilang begitu, kami punya cara sendiri."

Mata Haruhi menatap tanpa takut. Oh tidak, ini pertanda buruk.

Haruhi mendorong Asahina, yang berdiri ketakutan di sampingnya, ke arah ketua, dan lalu Haruhi mengambil tangannya dan meletakannya di dada Asahina.

"Kyaaaa~~!!!"

"Apa!?"

Klik!

Pada saat mereka berteriak, aku menekan tombol kamera.

Haruhi memegang Asahina, mencegahnya kabur, saat tangannya yang lain menekan tangan ketua semakin keras ke dada Asahina.

"Kyon, satu foto lagi!"

Aku menekan tombolnya sekali lagi dengan ragu-ragu. Asahina, dan ketua tanpa nama itu, tolong maafkan aku. Saat Haruhi bermaksud meletakan tangan ketua ke balik rok Asahina, ketua itu akhirnya bisa bebas.

"KAMU PIKIR APA YANG SEBENARNYA KAMU LAKUKAN!?"

Haruhi melambaikan jarinya dengan elegan ke ketua yang sangat merona.

"Uh uh uh! Sekarang kami punya bukti foto kalau kamu melakukan pelecehan seksual ke salah satu anggota kami! Kalau kalian tidak mau satu sekolah tahu soal foto ini, serahkan komputernya!"

"Candaan macam apa ini sebenarnya!?"

Ketua itu memprotes dengan marahnya. Aku paham perasaanmu, koq.

"Kamu yang menarik tangan ku dengan paksa! Aku nggak bersalah!"

"Oh ya? Kamu bisa coba menjelaskan, tapi siapa yang bakal percaya sama kamu?"

Aku berbalik dan melihat Asahina tergeletak di lantai. Dia pasti sangat terkejut sampai kehilangan semua tenaganya.

Di lain pihak, ketua itu tetap bertahan.

"Anggotaku adalah saksi ketidak bersalahanku! Tadi bukan kemauan ku sendiri!"

Ketiga anggota lainnya yang terbengong-bengong semuanya menganggukan kepalanya dengan kerasnya.

"Itu benar!"

"Ketua tidak bersalah!"

Kalau Haruhi bisa mendengar kalian semua, maka dia bukanlah Suzumiya Haruhi.

"Ya sudah, kalau begitu aku tinggal bilang kalau kalian semua berusaha menyerang Asahina!"

Pada saat itu juga, wajah mereka menjadi pucat, termasuk aku dan Asahina. Ya tuhan, apakah ini harus sampai jadi begini?

"S...Suzumiya-san...!"

Asahina berusaha melingkarkan tangannya ke kaki Haruhi, tapi Haruhi dengan mudahnya menepisnya. Lalu Haruhi kemudian membusungkan dada dan berkata dengan arogannya:

"Jadi gimana? Mau kasih satu apa nggak?"

Wajah ketua itu berubah dari merah ke putih, akhirnya menjadi gelap.

Pada akhirnya, dia pun menyerah.

"Sana pilih satu dan keluar dari sini!"

Setelah berkata seperti itu, ketua itu terduduk dengan muram. Semua anggotanya segera mengelilinginya.

"Ketua!"

"Bertahanlah!"

"Kamu tidak apa-apa?"

Kepala ketua itu menunduk bagaikan boneka yang putus talinya. Melihat figur yang hancur seperti itu, walau sebagai komplotan Haruhi, aku tidak bisa apa-apa kecuali meneteskan air mata kesedihan untuknya.

"Mana model yang paling canggih?"

Dasar cewek berdarah dingin!

"Kenapa kami musti beritahu kamu!?"

Anggota yang marah itu tetap melanjutkan perlawanan yang sia-sia, tapi Haruhi cukup menunjuk ke arah ku dan kamera ku.

"S...sialan! Yang itu!"

Haruhi melihat ke arah yang ditunjukan anggota tersebut dan memeriksa model dan nomor seri pada komputer. Lalu, dia mengambil selembar kertas dari kantung roknya.

"Aku sudah pergi ke toko elektronik dan menanyakan semua daftar model terbaru. Ini sepertinya bukan salah satunya."

Cewek ini sudah merencanakan semuanya dengan rapi sampai membuatku takut.

Setelah memeriksa semua komputer lainnya, Haruhi menunjuk ke salah satunya.

"Aku ingin yang ini."

"T...tunggu! Kami baru beli itu bulan kemarin!"

"Kamera."

"...A...ambil sana, dasar maling!"

Seperti yang dikatakannya, kami benar-benar maling.

Keserakahan Haruhi tidak mengenal batas. Setelah mencabuti seluruh kabel, dia memindahkan seluruh peralatan yang dibutuhkan ke ruangan klub literatur tanpa peduli dengan yang lain. Dia bahkan membuat orang-orang dari Kelompok Belajar Komputer untuk memasangkan kembali kabel untuk kami dan menarik kabel internet dari ruangan mereka ke tempat kami, jadi kami bisa menggunakan internet. Dia bahkan memaksa agar mereka menghubungkan intranet untuk kami. Caranya yang tidak terpuji tidak berbeda dari perampok!

"Asahina-sempai."

Tidak berguna pada saat itu, aku hanya bisa mengangkat dengan pelan Asahina yang kelelahan, yang berlutut di lantai, menutupi wajahnya dan menangis tanpa henti.

"Mari kita kembali."

"Hiks..."

Haruhi, dasar idiot, apa kamu nggak bisa pegang dada kamu sendiri!? Untuk orang yang menanggalkan pakaiannya di depan cowok tanpa berpikir ulang, ini sih tidak ada apa-apanya! Aku pun menghibur Asahina, sambil menggerutu tentang untuk apa mau Haruhi ingin komputer.

Segera, aku akan tahu.



Return to Chapter1 Back to Chapter3