Difference between revisions of "Hyouka Bahasa Indonesia:Jilid 1 Bab 2"
m (gaahhhh... sulit sekali di sunting.. aku tidak bisa mengikuti style nya... boleh kurombak?) |
|||
Line 5: | Line 5: | ||
Disini, aku telah memulai sebuah percakapan dengan topik semacam itu bersama teman lamaku Fukube Satoshi dalam ruangan kelas yang tersinari oleh cahaya matahari senja. Seperti biasanya, Satoshi menampilkan senyum diwajahnya dan berkata, "Begitulah yang kupikirkan. Ngomong-ngomong, aku tidak pernah tahu kalau kau begitu masokhistis." |
Disini, aku telah memulai sebuah percakapan dengan topik semacam itu bersama teman lamaku Fukube Satoshi dalam ruangan kelas yang tersinari oleh cahaya matahari senja. Seperti biasanya, Satoshi menampilkan senyum diwajahnya dan berkata, "Begitulah yang kupikirkan. Ngomong-ngomong, aku tidak pernah tahu kalau kau begitu masokhistis." |
||
− | Betapa |
+ | Betapa salahnya dia. Karenanya aku memprotes, "Apa kamu mengatakan kalau hidupku berwarna abu-abu?" |
− | "Apa aku berkata seperti itu? Tapi Houtarou, apakah itu dalam belajar, olahraga, atau apakah yang lainnya? |
+ | "Apa aku berkata seperti itu? Tapi Houtarou, apakah itu dalam belajar, olahraga, atau apakah yang lainnya? Percintaan? Aku tidak berpikir kau akan pernah memandang ke depan pada hal-hal tersebut." |
"Tentunya aku tidak memandang ke belakang juga." |
"Tentunya aku tidak memandang ke belakang juga." |
||
Line 15: | Line 15: | ||
Senyuman Satoshi semakin lebar. |
Senyuman Satoshi semakin lebar. |
||
− | "Lagipula kau hanya 'menghemat |
+ | "Lagipula kau hanya 'menghemat energi'." |
− | Aku menyetujuinya dengan mendengus. Tidak mengapa selama kau mengerti bahwa |
+ | Aku menyetujuinya dengan mendengus. Tidak mengapa selama kau mengerti bahwa aku tidak benar-benar membenci menjadikan diriku aktif. Aku cuma aku tidak suka menghabiskan tenaga untuk hal-hal yang merepotkan. Cara hidupku adalah untuk menghemat energi untuk kemajuan planet ini. Dengan kata lain, "Jika aku tidak harus melakukannya, aku tidak akan melakukannya. Jika aku harus melakukannya, lakukan secepat mungkin." |
Selagi aku mengucapkan motoku, Satoshi mengangkat bahunya seperti biasa. |
Selagi aku mengucapkan motoku, Satoshi mengangkat bahunya seperti biasa. |
||
Line 25: | Line 25: | ||
"Tidak" |
"Tidak" |
||
− | "Singkatnya, itu berarti bahwa untuk orang sepertimu yang tidak mempunyai ketertarikan tertentu, |
+ | "Singkatnya, itu berarti bahwa untuk orang sepertimu yang tidak mempunyai ketertarikan tertentu, cuma dengan melihat fakta bahwa kau tidak mengikuti klub manapun di sini, di SMA Kamiyama, Tanah Suci-nya aktifitas klub SMA, membuatmu menjadi seorang yang berwarna abu-abu." |
"Apa? Apa kamu mengatakan kalau kematian karena pembunuhan itu tidak berbeda dari kematian karena kelalaian?" |
"Apa? Apa kamu mengatakan kalau kematian karena pembunuhan itu tidak berbeda dari kematian karena kelalaian?" |
||
− | Satoshi menjawab tanpa keraguan, "Dari sebuah perspektif tertentu, iya. Meskipun itu masalah yang berbeda sepenuhnya jika kamu mencoba meyakinkan orang mati bahwa kematiannya dikarenakan kelalaianmu agar bisa |
+ | Satoshi menjawab tanpa keraguan, "Dari sebuah perspektif tertentu, iya. Meskipun itu masalah yang berbeda sepenuhnya jika kamu mencoba meyakinkan orang mati bahwa kematiannya dikarenakan kelalaianmu agar bisa menenangkan jiwanya." |
"..." |
"..." |
||
− | Dasar muka tebal sialan. Sekali lagi aku melihat orang didepanku. Fukube Satoshi, teman lamaku, lawan yang pantas dan rival yang mematikan, ia mempunyai badan yang agak pendek untuk seorang lelaki. Bahkan sebagai seorang siswa SMA, dia bisa saja |
+ | Dasar muka tebal sialan. Sekali lagi aku melihat orang didepanku. Fukube Satoshi, teman lamaku, lawan yang pantas dan rival yang mematikan, ia mempunyai badan yang agak pendek untuk seorang lelaki. Bahkan sebagai seorang siswa SMA, dia bisa saja dikelirukan dengan seorang yang terlihat feminim dan lemah, tapi dia sangat berbeda di dalam. Sungguh sulit untuk menjelaskan apa perbedaannya ー bagaimanapun, dia hanya berbeda. Disamping tersenyum sepanjang waktu, dia selalu terlihat dengan sebuah tas bertali, sebagaimana ia adalah seorang yang bermuka tebal. Dia juga seorang anggota Klub Kerajinan Tangan, jangan tanya aku mengapa. |
Berdebat dengannya hanya membuang tenaga saja. Aku melambaikan tangan untuk menandakan akhir dari percakapan ini. |
Berdebat dengannya hanya membuang tenaga saja. Aku melambaikan tangan untuk menandakan akhir dari percakapan ini. |
||
− | "Yah, |
+ | "Yah, terserah. Sudahlah pulang duluan saja sana." |
"Ya, kau benar. Aku tidak punya kegiatan klub apapun hari ini... mungkin aku akan pulang duluan." |
"Ya, kau benar. Aku tidak punya kegiatan klub apapun hari ini... mungkin aku akan pulang duluan." |
||
Line 47: | Line 47: | ||
"Apa?" |
"Apa?" |
||
− | " |
+ | "Kalau pulang ke rumah, bukankah kau biasa melakukannya terlebih dahulu sebelum mengatakan kalimat itu? Ada urusan apa yang akan kau lakukan sepulang sekolah ketika kau tidak mengikuti klub manapun?" |
"Ah." |
"Ah." |
Revision as of 08:26, 29 August 2012
Sering dikatakan bahwa kehidupan di masa SMA itu berwarna seperti mawar. Seraya tibanya akhir dari tahun 2000, kedatangan hari yang cocok dengan deskripsi seperti yang di definisikan pada kamus Jepang tersebut sudah tidak jauh lagi.
Akan tetapi, tidak berarti bahwa semua siswa SMA mengharapkan perihal semacam kehidupan yang berwarna mawar itu. Apakah itu dalam belajar, olahraga atau percintaan, akan selalu ada beberapa orang yang lebih menyukai kehidupan yang berwarna abu-abu daripada semua itu; aku tahu beberapa dalam perhitunganku. Tetap saja, itu sebuah cara yang kesepian untuk menjalani sebuah kehidupan.
Disini, aku telah memulai sebuah percakapan dengan topik semacam itu bersama teman lamaku Fukube Satoshi dalam ruangan kelas yang tersinari oleh cahaya matahari senja. Seperti biasanya, Satoshi menampilkan senyum diwajahnya dan berkata, "Begitulah yang kupikirkan. Ngomong-ngomong, aku tidak pernah tahu kalau kau begitu masokhistis."
Betapa salahnya dia. Karenanya aku memprotes, "Apa kamu mengatakan kalau hidupku berwarna abu-abu?"
"Apa aku berkata seperti itu? Tapi Houtarou, apakah itu dalam belajar, olahraga, atau apakah yang lainnya? Percintaan? Aku tidak berpikir kau akan pernah memandang ke depan pada hal-hal tersebut."
"Tentunya aku tidak memandang ke belakang juga."
"Ya, benar,"
Senyuman Satoshi semakin lebar.
"Lagipula kau hanya 'menghemat energi'."
Aku menyetujuinya dengan mendengus. Tidak mengapa selama kau mengerti bahwa aku tidak benar-benar membenci menjadikan diriku aktif. Aku cuma aku tidak suka menghabiskan tenaga untuk hal-hal yang merepotkan. Cara hidupku adalah untuk menghemat energi untuk kemajuan planet ini. Dengan kata lain, "Jika aku tidak harus melakukannya, aku tidak akan melakukannya. Jika aku harus melakukannya, lakukan secepat mungkin."
Selagi aku mengucapkan motoku, Satoshi mengangkat bahunya seperti biasa.
"Apapun itu menghemat energi atau sinisme, itu adalah hal yang sama, iya kan? Pernahkah kamu mendengar tentang instrumentalisme[1][2]?"
"Tidak"
"Singkatnya, itu berarti bahwa untuk orang sepertimu yang tidak mempunyai ketertarikan tertentu, cuma dengan melihat fakta bahwa kau tidak mengikuti klub manapun di sini, di SMA Kamiyama, Tanah Suci-nya aktifitas klub SMA, membuatmu menjadi seorang yang berwarna abu-abu."
"Apa? Apa kamu mengatakan kalau kematian karena pembunuhan itu tidak berbeda dari kematian karena kelalaian?"
Satoshi menjawab tanpa keraguan, "Dari sebuah perspektif tertentu, iya. Meskipun itu masalah yang berbeda sepenuhnya jika kamu mencoba meyakinkan orang mati bahwa kematiannya dikarenakan kelalaianmu agar bisa menenangkan jiwanya."
"..."
Dasar muka tebal sialan. Sekali lagi aku melihat orang didepanku. Fukube Satoshi, teman lamaku, lawan yang pantas dan rival yang mematikan, ia mempunyai badan yang agak pendek untuk seorang lelaki. Bahkan sebagai seorang siswa SMA, dia bisa saja dikelirukan dengan seorang yang terlihat feminim dan lemah, tapi dia sangat berbeda di dalam. Sungguh sulit untuk menjelaskan apa perbedaannya ー bagaimanapun, dia hanya berbeda. Disamping tersenyum sepanjang waktu, dia selalu terlihat dengan sebuah tas bertali, sebagaimana ia adalah seorang yang bermuka tebal. Dia juga seorang anggota Klub Kerajinan Tangan, jangan tanya aku mengapa.
Berdebat dengannya hanya membuang tenaga saja. Aku melambaikan tangan untuk menandakan akhir dari percakapan ini.
"Yah, terserah. Sudahlah pulang duluan saja sana."
"Ya, kau benar. Aku tidak punya kegiatan klub apapun hari ini... mungkin aku akan pulang duluan."
Selagi ia meregangkan pinggangnya, tiba-tiba ia menyadari sesuatu dan menatapku.
"'Pulang duluan saja'? Sangat jarang mendengar kata itu darimu."
"Apa?"
"Kalau pulang ke rumah, bukankah kau biasa melakukannya terlebih dahulu sebelum mengatakan kalimat itu? Ada urusan apa yang akan kau lakukan sepulang sekolah ketika kau tidak mengikuti klub manapun?"
"Ah."
Aku mengangkat alisku dan mengambil selembar kertas dari dalam saku jaket seragamku. Setelah dengan tenang memberikannya kepada Satoshi, matanya terbuka lebar dalam ketakjuban. Tidak, ia memberi reaksi yang berlebihan. Ini tidak seperti jika ia benar-benar terkejut, walaupun benar bahwa matanya terbuka lebar. Lagipula ia memang selalu bereaksi secara berlebihan.
"Apa?! Bagaimana bisa?!"
"Satoshi, tenangkan dirimu."
"Bukankah ini formulir pendaftaran klub? Aku terkejut. Ada apakah gerangan yang terjadi? Untuk Houtarou yang sebenarnya bergabung dengan sebuah klub..."
Ini memang benar sebuah formulir pendaftaran klub. Ketika melihat nama dari klub yang tertulis, Satoshi mengangkat alisnya.
"Klub Klasik?"
"Kau pernah mendengarnya?"
"Tentu saja, tapi, kenapa Klub Klasik? Apakah kau tiba-tiba menemukan minat pada sastra klasik?"
Sekarang bagaimana aku harus menjelaskan ini? Aku menggaruk kepala dan mengambil lembaran kertas yang lainnya dari dalam sakuku. Itu adalah sebuah surat dengan tulisan tangan yang terlihat tergesa-gesa, yang lalu aku berikan kepada Satoshi.
"Bacalah."
Dengan segera Satoshi mengambil surat itu dan membacanya, dan seperti yang diharapkan, ia mulai tertawa. "Haha, Houtarou, pasti itu menyusahkanmu. Sebuah permintaan dari kakakmu, hah? Tidak ada cara yang bisa dilakukanmu untuk menolaknya."
Kenapa ia terlihat begitu riang gembira? Meskipun, ia sadar bahwa aku menunjukan ekspresi yang pahit. Surat yang sejak tadi pagi datang dari India ini berusaha untuk membuat sebuah penyesuaian terhadap gaya hidupku. Oreki Tomoe memang selalu seperti itu, mengirim surat untuk menggeser keluar jalur hidupku.
'Houtarou, selamatkanlah Klub Klasik, masa muda kakakmu.'
Ketika aku membuka amplop dan membacanya dengan singkat pada pagi ini, aku menjadi sadar akan sifat egoisnya yang tertulis. Aku tidak mempunyai kewajiban untuk menjaga kenangan masa muda kakakku, tapi...
"Apa keahlian kakakmu? Jujutsu?"
"Aikido dan Taiho-jutsu[3]. Itu bisa sangat menyakitkan jika ada salah satunya yang ingin menyakiti."
Ya, kakakku, seorang mahasiswi yang pandai secara akademis maupun dalam seni bela diri, tidak berhasrat untuk menaklukkan Jepang sendirian, dan telah memutuskan untuk pergi keluar negeri dan menantang dunia. Tidaklah bijak untuk mendatangkan kemarahannya.
Ditambah lagi, di saat aku bisa melawan dengan sedikit kebanggaan yang kumiliki, memang benar aku punya alasan kecil untuk menentangnya. Memang kakakku telah tepat sasaran dengan menujukkan bahwa aku tidak punya apapun yang bisa kulakukan dengan lebih baik. Aku telah memutuskan bahwa mungkin aku menjadi anggota klub yang semu daripada siswa yang tidak berafiliasi, dan juga tanpa keraguan, "aku sampaikan surat pendaftaran ini tadi pagi"
Catatan penerjemah dan referensi
Kembali ke Halaman Utama | Kembali ke 1 - Surat dari Benares | Lanjut ke 3 - Aktifitas-aktifitas Klub Klasik yang Bergengsi |