Difference between revisions of "Kagerou Days:Volume 3 Kagerou 1 Indo"

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search
Line 105: Line 105:
 
==Kabut Panas Memusingkan 01 Part 2==
 
==Kabut Panas Memusingkan 01 Part 2==
 
===(Hibiya si Fan Profesional!)===
 
===(Hibiya si Fan Profesional!)===
  +
Fan Asahina yang profesional akan menyibukkan dirinya sejak dini hari.
akan Rilis Secepatnya
 
  +
  +
  +
Pada jam 6 pagi, hal yang pertama kali kulakukan setelah bangun tidur adalah memberi salam kepada ‘boneka Hiyori yang lembut dan halus’ dari ‘lingkatan 48 buah Hiyori’ milikku.
  +
  +
Sedangkan saat sarapan, aku akan melihat ‘jadwal Hiyori’ sambil menghitung ‘persentasi kemungkinan bertemu dengan Hiyori’. Aku juga memikirkan tempat terbaik untuk bertemu Hiyori
  +
  +
Sebelum pergi ke sekolah, aku akan dengan ketat kembali memilih ‘foto Hiyori’ terbaik yang paling kusuka, dengan hati-hati aku memasukkannya ke dalam kantong pass holderku, dan pergi ke sekolah dengan senyuman.
  +
  +
Setelah mencium bau ‘hormon Hiyori’ (aromanya berbeda setiap orang, untukku itu adalah wangi) di udara sekitar sekolah, jika aku bisa melihat Hiyori langsung, aku cuma akan memperhatikannya dengan senyuman.
  +
  +
Pada waktu seperti itu, jika aku ada kesempatan untuk mendekatinya, sudah pasti tabu untuk menyalaminya dengan ceroboh. Itulah perbedaan antara fan penggila Asahina dan fan sebenarnya Asahina.
  +
  +
Pada situasi seperti itu, fan penggila Asahina akan mencoba membuat pembicaraan dengannya, menempel padanya, dan dengan intonasi yang gembira, mencoba menarik perhatiannya. Sikap seperti itu kepada Hiyori hanya akan memberikan efek negatif yang sangat serius
  +
  +
Misalnya, pagi ini. Ada anak laki-laki yang mencoba mendatangi Hiyori, aku menggertakkan gigiku saat melihat kejadian itu. Dan tentu saja, sesuai dugaan Hiyori menggunakan pusaka pisau tajamnya “MENJIJIKKAN. Menjauhlah.” sebagai gerakan pembunuh, meng-KO si anak lelaki itu.
  +
  +
Kemudian, kupikir, anak laki-laki yang frustasi tadi dibawa dengan kasar oleh grup pelindung Hiyori yang sangat banyak ke gudang gedung olahraga. Apa yang terjadi selanjutnya, untuk kesehatan mentalku, lebih baik tidak dipikirkan.
  +
  +
Karena itu fan sebenarnya Asahina tidak akan pernah melakukan hal memalukan seperti itu. Cukup melihatnya dari kejauhan, merasa sangat berterima kasih atas pesonanya, dan membuatnya menjadi kekuatan untuk melewati hari esok. Itulah pekerjaan profesional
  +
  +
Dan karena itu juga, sebagai yang profesional, aku tidak tau bagaimana aku bisa membicarakan topik norak ini dengan Hiyori. Intinya, hanya begitu saja. Memikirkan aku dan dia bisa berbicara bersama, hal seperti itu adalah harapan berlebihan yang tidak nyata
  +
  +
.
  +
  +
Tetapi
  +
  +
Keinginan jahat yang ada di dalam lubuk hatiku tidak bisa berhenti bergerak.
  +
  +
Ya, sebenarnya ada penyebab lain kenapa aku menginginkan ponsel.
  +
  +
“Aku pengen SMS-an sama Hiyori....”
  +
  +
Tidak, bukan hanya SMS-an saja. Aku juga pengen menelponnya. Bukan hanya bertemu di bus saja, aku juga pengen setiap malam bisa ngomong rahasia-rahasiaan dengannya
  +
  +
"………Aku pengen…….."
  +
  +
Saat pikiranku jadi tambah kuat, aku hampir saja mengatakan semua keinginanku. Aku menutup mataku dan mengepal tanganku dengan erat. Mimpi itu yang sangat sangat jauh, bukanlah sesuatu yang bisa kusenuh dengan tangan yang lemah dan dingin ini, sekali lagi aku merasakan perasaan yang sebenarnya.
  +
  +
“Aiyaa, kalau kau pengen melakukannya lakukan saja, tapi kamu sudah mencapai tujuanmu, yoo.”
  +
  +
dengan kata-kata yang tiba-tiba itu, aku tiba-tiba kembali ke kenyataan.
  +
  +
Siapa sih yang tiba-tiba ngomong saat aku tidak siap sama sekali?! Aku mengangkat kepalaku dan mencari asal suara itu, dan sesuai dugaan, supir yang tidak sabaran memperlihatkan ekspresi ‘Aku menemukan sesuatu yang menarik’ sambil melihatku.
  +
  +
Tanpa berpikir, wajahku menjadi merah karena malu
  +
  +
"WAHHH….ma, maaf!!! Aku turun sekarang!!"
  +
  +
Aku tau aku tidak bisa menghapus kejadian yang tadi, tetapi tetap aku berdiri dari kursiku dengan malu. Karena aku harus memberikan pass ku kepada Pak supir, setelah aku berdiri, aku perlahan membuka tasku untuk mencari passnya.
  +
  +
"Uhmm, pass, pass…. ehhhhh??!! Dimana passnya… tidak!! Rasanya sudah kubawa?! Kumohon tunggu sebentar……"
  +
  +
Tetapi biarpun aku sudah mencari dari ujung ke ujung tasku, aku masih tidak menemukan pass yang aku ingat sudah kumasukkan ke dalam tasku
  +
  +
"Sial… aku meninggalkannya di rumah…?!! Bagaimana bisa…."
  +
  +
Baru saja tadi aku bertingkah konyol, sekarang INI pula. Kepalaku menjadi sangat kosong karena malu.
  +
  +
“Ahh? Tidak apa-apa. Satu hari saja tidak penting. Aku sudah sering melihatmu setiap hari naik bus ini, jadi aku tidak akan mencurigaimu.”
  +
  +
Supir yang sudah tidak bisa menunggu lebih lama lagi menepuk kepalaku dan tersenyum
  +
  +
Ahh, sungguh orang yang sangat baik. Biarpun aku tidak terlalu peduli jika aku dicurigai ‘menaiki bus tanpa bukti’ dan dibawa ke kantor polisi, tapi orang ini sudah menyelamatkan nyawaku.
  +
  +
"Apa, apakah tidak apa-apa?! Aku benar-benar minta maaf, aku akan membawanya esok……"
  +
  +
"Oh, jangan pikirkan, jangan pikirkan Tapi, nak…"
  +
  +
Pak supir berhenti menepuk kepalaku dan melihatku dengan serius. Matanya juga mencilang.
  +
  +
"Ehh? Aahh, a, apaaa?"
  +
  +
Hatiku menjadi sesak saat aku mulai merasa tidak nyaman lagi. Sudah kuduga, melupakan pass itu bukan hal yang baik sama sekali....
  +
  +
“Ahh, kamu tadi mengatakan ‘Aku pengen’ tadi, kan. Aku ingat saat aku seumuranmu aku benar benar ingin MELAKUKANNYA setiap hari....”
  +
  +
"OK TERIMA KASIH, DA DAH"
  +
  +
Sebelum dia bisa menyelesaikan kata-kata yang bisa membuat orang salah paham, aku langsung berlari secepat kelinci.
  +
  +
Bersamaan aku mendarat di tanah aku langsung belok ke kanan di depan stasiun bus tua
  +
  +
Aku masih bisa mendengar suatanya dari kejauhan, mengatakan “Hati-hati di jalan[[User:LoLyeah|LoLyeah]] ([[User talk:LoLyeah|talk]])”, tapi dia terlalu berbahaya. SANGAAAAT berbahaya. Aku tidak tau mengapa tapi, yah, dia sudah pasti berbahaya. Aku benar-benar ingin pergi dan melupakan semua.
  +
  +
Aku memperlambat langkahku, mengangkat badanku. Di ujung yang jauh di akhir dari jalan penyebrangan, gunung yang terwarnai hitam mulai menelan matahari
  +
  +
Matahari tenggelam, mulai menjadi malam.
  +
  +
Biarpun dingin pada malam hari, panas yang tersisa pada saat siang masih bergumpal di udara, kulitku dapat merasakan hawa musim panas yang akan datang
  +
  +
"Apa yang akan kulakukan saat musim panas ini. Tahun lalu aku menghabiskan seluruh musim panasku membantu di ladang, mungkin tahun ini akan sama lagi, huh...."
  +
  +
Sudah sekitar 10 tahun lebih aku berada di desa kecil ini. Pendapatku tentang musim panas cuma, cuacanya panas, dan kenangan diriku yang bekerja di ladang padi penuh dengan lumpur.
  +
  +
“......Berpergian.....tidak mungkin sama sekali. Aku kekurangan uang. Tapi pasti....”
  +
  +
Pasti Hiyori Asahina akan pergi ke suatu tempat untuk menikmati musim panas yang sempurna. Aku cuma menebak, tapi menurutku pasti itu yang akan dia lakukan.
  +
  +
Di dunia atau sudut manapun kami berada, dia dan aku sangatlah berbeda, jadi menurutku pemandangan yang dia lihat setiap hari adalah sesuatu yang pastinya anak laki-laki normal tidak bisa bayangkan sama sekali.
  +
  +
Aku mengerti itu, dan itulah mengapa aku memiliki harapan-harapan, dan itu juga mengapa aku sangat menyukainya
  +
  +
Aku memikirkan itu sambil dimandikan cahaya matahari senja yang membuat persawahan menjadi berwarna oranye, melihat rumahku yang sangat kecil yang sangat dekat dari desa, tepat di akhir lahan yang terbuka, asap tipis keluar dari cerobong asap yang kecil.
  +
  +
Kapan terakhir kali aku keluar dari desa ini? Aku sama sekali tidak bisa mengingatnya, mungkin karena itu sudah dulu sekali.
  +
  +
dan kehidupanku selama 10 tahun lebih yang sebentar saja akan menjadi sesuatu yang tidak menarik yang akan kulupakan juga.
  +
  +
Kapan aku bisa keluar dari desa ini?
  +
  +
Aku lalu membayangkan kejadian di masa depan dimana aku dan Hiyori berada di dalam monorail, memikirkan tujuan kami, dan tertawa bersama.
  +
  +
Di suatu tempat di dadaku memberiku kata ‘TIDAK MUNGKIN’, aku tanpa sadar mengerti itu.
  +
  +
“Itulah yang kumaksud, haruskah aku menyerah dengan mudahnya....”
  +
  +
Menghela napas, aku mempercepat langkahku untuk menyelesaikan perjalananku pulang ke rumah.
  +
  +
Aku yang sering berlagak bisa mendengar suara yang mengolokku.
  +
  +
"Kau gelisah, nak?"

Revision as of 12:13, 5 October 2013

Kabut Panas Memusingkan 01 Part 1

(Hibiya Pengen Punya Ponsel!)

Dari arah yang tidak diketahui, melodi ‘(1)Yuuyake Koyake ’ terdengar di udara.

Langit biru yang seperti terwarnai oleh melodi Yuuyake Koyake perlahan berubah menjadi warna oren.


Di dalam bus yang berjalan melalui jalanan yang kasar sambil bersuara ‘gadagadang’, penumpang yang perlahan berkurang, sampai pada akhirnya tinggal aku sendiri.

Biarpun teman sekelasku yang baru saja turun dari bus bukan teman baikku, setiap kali aku mendengar melodi ‘Yuuyake Koyake’ sendirian, dari dalam lubuk hatiku aku merasa kesepian.

Aku mencabik-cabik busa yang keluar dari tempat duduk untuk menghilangkan kebosanan. Saat aku kembali melihat keluar jendela, hanya ada pemandangan panen yang subur dari ladang dan tiang-tiang tua yang bejajar yang kulihat.

Ini sama sekali bukan sesuatu yang bisa menghilangkan rasa kebosananku.

Aku menghela napas dan menutup mataku.

Seandainya pada waktu seperti ini aku bisa bermain dengan ponsel

Aku tiba-tiba mengingat iklan yang kemarin kulihat di TV tempat temanku, setingnya di kota besar di dalam sebuah monorail.

Semuanya melihat ke Smart Phone masing-masing, seperti telah masuk ke dunia mereka masing-masing .

Untuk anak desa sepertiku yang mempunyai keinginan yang besar, melihatnya melalui CRT saja sudah cukup. Bahkan anak-anak itu yang seumuran denganku bisa mempunyai ponsel mereka sendiri sambil berjalan-jalan di kota besar, pergi kemanapun mereka mau.

Sepertinya mereka juga bisa berkomunikasi dengan teman mereka dan pergi keluar dan bermain bersama. Bahkan pada malam hari mereka bisa SMS-an atau telponan, online buat bikin satus, atau berdiskusi di forum.

Untuk keinginan inilah aku bahkan pergi ke toko elektronik saat aku berjalanan ingin pulang.

Di desa menyedihkan seperti ini dimana kau JARANG sekali menghabiskan uang untuk hiburan, aku hanya bisa menabung seperti orang bodoh setiap kali tahun baru datang dan mendapatkan parsel merah.

Aku yang mengambil uang tabunganku yang menyedihkan berkata “AKU AKAN MEMBELI PONSEL!!!" dengan arogan, berlari ke toko elektronik dan berusaha dengan keras menjelaskan apa itu ponsel kepada pemilik toko yang bahkan tidak tau apa itu.

Tentu saja aku tidak mendapatkan ponsel, tetapi aku malah direkomendasikan telepon antik yang sangat butut. Mungkin saja itu bisa memberiku pengalaman di kehidupan.

Tetapi,

Situasi sekarang, pengalaman kehidupan apapun, itu tidak penting sama sekali

Untuk benda seperti itu, biarpun aku ingin memintanya, kepada siapa aku memintanya?

Jika aku mengatakan itu kepada orang tuaku yang keras kepala, mereka pasti malah menasehatiku ‘Kau masih mempunyai 20 tahun lagi untuk itu, nak.’ dan mengunciku di luar rumah, membiarkanku merasakan horornya kegelapan malam dan anjing liar.

Uji nyali seperti itu tidak perlu. Biarpun aku ingin membeli ponsel tanpa ketahuan orang tuaku, aku tidak bisa membelinya disini.

Seandainya ada kesempatan dimana aku bisa pergi ke kota. Aku bahkan tidak mempunyai kesempatan itu sama sekali, bahkan pada tahun baru ataupun Festival Obon.

Atau mungkin seseorang bisa memberiku kesempatan itu.

Ah, tapi, tidak mungkin. Aku bukan orang yang bisa melakukan hal seperti itu.

Soal ponsel, aku hanya tau SMS-an, Telponan, dan Online.

Itu gara-gara orang tuaku.

Jika anak kecil menonton TV sendirian mereka akan menangis atau berteriak, tapi orangtua KU yang secara pribadi menolak masyarakat moderen, gara-gara mereka aku bahkan tidak mengetahui topik atau tren yang lagi terkenal, aku juga bahkan tidak mengetahui pengetahuan dasar di masyarakat.

Tetapi kalau ponsel sepertinya mudah disembunyikan di kantong, orang tuaku sepertinya tidak akan mengetahuinya.

Jadiiiii, jika aku bisa membeli ponsel seperti apa yang kuinginkan, semuanya akan baik-baik saja.

Masalahnya sekarang adalah bagaimana aku bisa mendapatkannya? Situasiku yang sekarang sangat kekurangan info. Aku harus bertanya pada seseorang.

Tapi...

"Jika aku bisa melakukan itu aku akan sangat bahagia…"

Aku menghela napas sambil membisikkan perasaan harapanku.

Yah, ada satu orang yang bisa kutanya tentang hal ini.

Sebenarnya, ini ‘mungkin’ bisa ditanyakan kepadanya, tetapi orang itu tidak terlalu mudah untuk ditanyai.

Dia, Hiyori Asahina, orang yang sangat sulit didekati dan sangat sulit untuk dibicarai.

Dia adalah anak dari salah satu 3 keluarga terkaya di desa, dan dia sejak kecil bermain piano, ikut kelas (2)Ikebana, kelas balet, dll, dia juga terkadang pergi ke kota setiap kali ada seminar di kota

Bukan itu saja, biarpun aku jauh darinya, aku bisa melihat dengan jelas dia menggunakan ponsel imutnya.

Hiyori Dengan Ponsel imutnya

Dia pasti membeli ponsel itu di kota. Jadi, dia adalah orang yang paling pas ditanya soal ponsel.

Tetapi, kesimpulan ini sudah berakhir duluuuuuuu sekali.

Masalahnya adalah, Hiyori Asahina SANGAT tidak bisa didekati, dan kesukaanku padanya SANGAT dalam.

'Biarpun aku hidup di desa kecil yang sangat membosankan ini, ada satu hal yang membuatnya unik di dunia ini, yaitu adalah fakta Hiyori Asahina dibesarkan disini.'

Beberapa minggu yang lalu, salah satu teman sekelasku menulis sebuah surat cinta dan memberikannya kepada Hiyori, dan surat itu sama sekali tidak diterima Hiyori karena dia langsung menolaknya dengan kata-kata tajam “MENJIJIKKAN...” yang menusuk hati anak itu menghancurkannya berkeping-keping.

Haaaaaah, yah tentu saja, itu menjijikkan, aku tau itu.

Hiyori Asahina sangat imut, aku tidak melebih-lebihkannya. Dia tidak hanya lebih imut dari siswi-siswi di kelas. Tapi dia bahkan lebih imut dari artis atau model anak-anak dari majalah atau poster.

Tentu saja, kepopulerannya sangatlah tinggi di sekitar para anak lelaki, bahkan ada rumor yang mengatakan satu-satunya cara anak lelaki di desa ini menjadi dewasa adalah dengan 'jatuh cinta dengan Hiyori Asahina.' dan juga rumor tentang 'Kau cukup melemparkan batu dan kau akan dengan mudah mengenai fan Asahina.'

Di tambah lagi, aku juga sebenarnya adalah fan berat Asahina.... bukanbukanbukan, lebih tepatnya bisa dibilang sebagai KECANDUAN ASAHINA. Dibanding dengan ‘fan penggila Asahina’, biarpun dari segi ‘tingginya rasa cinta’ atau ‘tinggi pengikutnya’ atau bahkan ‘tinggi jumlahnya (tidak resmi)’, aku pasti tidak akan kalah dari siapapun.

\(^o^)/  

Translator Note:

  • (1)Yuuyake Koyake(Cahaya Senja) adalah lagu anak-anak di Jepang
  • (2)Ikebana = seni merangkai bunga

Kabut Panas Memusingkan 01 Part 2

(Hibiya si Fan Profesional!)

Fan Asahina yang profesional akan menyibukkan dirinya sejak dini hari.


Pada jam 6 pagi, hal yang pertama kali kulakukan setelah bangun tidur adalah memberi salam kepada ‘boneka Hiyori yang lembut dan halus’ dari ‘lingkatan 48 buah Hiyori’ milikku.

Sedangkan saat sarapan, aku akan melihat ‘jadwal Hiyori’ sambil menghitung ‘persentasi kemungkinan bertemu dengan Hiyori’. Aku juga memikirkan tempat terbaik untuk bertemu Hiyori

Sebelum pergi ke sekolah, aku akan dengan ketat kembali memilih ‘foto Hiyori’ terbaik yang paling kusuka, dengan hati-hati aku memasukkannya ke dalam kantong pass holderku, dan pergi ke sekolah dengan senyuman.

Setelah mencium bau ‘hormon Hiyori’ (aromanya berbeda setiap orang, untukku itu adalah wangi) di udara sekitar sekolah, jika aku bisa melihat Hiyori langsung, aku cuma akan memperhatikannya dengan senyuman.

Pada waktu seperti itu, jika aku ada kesempatan untuk mendekatinya, sudah pasti tabu untuk menyalaminya dengan ceroboh. Itulah perbedaan antara fan penggila Asahina dan fan sebenarnya Asahina.

Pada situasi seperti itu, fan penggila Asahina akan mencoba membuat pembicaraan dengannya, menempel padanya, dan dengan intonasi yang gembira, mencoba menarik perhatiannya. Sikap seperti itu kepada Hiyori hanya akan memberikan efek negatif yang sangat serius

Misalnya, pagi ini. Ada anak laki-laki yang mencoba mendatangi Hiyori, aku menggertakkan gigiku saat melihat kejadian itu. Dan tentu saja, sesuai dugaan Hiyori menggunakan pusaka pisau tajamnya “MENJIJIKKAN. Menjauhlah.” sebagai gerakan pembunuh, meng-KO si anak lelaki itu.

Kemudian, kupikir, anak laki-laki yang frustasi tadi dibawa dengan kasar oleh grup pelindung Hiyori yang sangat banyak ke gudang gedung olahraga. Apa yang terjadi selanjutnya, untuk kesehatan mentalku, lebih baik tidak dipikirkan.

Karena itu fan sebenarnya Asahina tidak akan pernah melakukan hal memalukan seperti itu. Cukup melihatnya dari kejauhan, merasa sangat berterima kasih atas pesonanya, dan membuatnya menjadi kekuatan untuk melewati hari esok. Itulah pekerjaan profesional

Dan karena itu juga, sebagai yang profesional, aku tidak tau bagaimana aku bisa membicarakan topik norak ini dengan Hiyori. Intinya, hanya begitu saja. Memikirkan aku dan dia bisa berbicara bersama, hal seperti itu adalah harapan berlebihan yang tidak nyata

.

Tetapi

Keinginan jahat yang ada di dalam lubuk hatiku tidak bisa berhenti bergerak.

Ya, sebenarnya ada penyebab lain kenapa aku menginginkan ponsel.

“Aku pengen SMS-an sama Hiyori....”

Tidak, bukan hanya SMS-an saja. Aku juga pengen menelponnya. Bukan hanya bertemu di bus saja, aku juga pengen setiap malam bisa ngomong rahasia-rahasiaan dengannya

"………Aku pengen…….."

Saat pikiranku jadi tambah kuat, aku hampir saja mengatakan semua keinginanku. Aku menutup mataku dan mengepal tanganku dengan erat. Mimpi itu yang sangat sangat jauh, bukanlah sesuatu yang bisa kusenuh dengan tangan yang lemah dan dingin ini, sekali lagi aku merasakan perasaan yang sebenarnya.

“Aiyaa, kalau kau pengen melakukannya lakukan saja, tapi kamu sudah mencapai tujuanmu, yoo.”

dengan kata-kata yang tiba-tiba itu, aku tiba-tiba kembali ke kenyataan.

Siapa sih yang tiba-tiba ngomong saat aku tidak siap sama sekali?! Aku mengangkat kepalaku dan mencari asal suara itu, dan sesuai dugaan, supir yang tidak sabaran memperlihatkan ekspresi ‘Aku menemukan sesuatu yang menarik’ sambil melihatku.

Tanpa berpikir, wajahku menjadi merah karena malu

"WAHHH….ma, maaf!!! Aku turun sekarang!!"

Aku tau aku tidak bisa menghapus kejadian yang tadi, tetapi tetap aku berdiri dari kursiku dengan malu. Karena aku harus memberikan pass ku kepada Pak supir, setelah aku berdiri, aku perlahan membuka tasku untuk mencari passnya.

"Uhmm, pass, pass…. ehhhhh??!! Dimana passnya… tidak!! Rasanya sudah kubawa?! Kumohon tunggu sebentar……"

Tetapi biarpun aku sudah mencari dari ujung ke ujung tasku, aku masih tidak menemukan pass yang aku ingat sudah kumasukkan ke dalam tasku

"Sial… aku meninggalkannya di rumah…?!! Bagaimana bisa…."

Baru saja tadi aku bertingkah konyol, sekarang INI pula. Kepalaku menjadi sangat kosong karena malu.

“Ahh? Tidak apa-apa. Satu hari saja tidak penting. Aku sudah sering melihatmu setiap hari naik bus ini, jadi aku tidak akan mencurigaimu.”

Supir yang sudah tidak bisa menunggu lebih lama lagi menepuk kepalaku dan tersenyum

Ahh, sungguh orang yang sangat baik. Biarpun aku tidak terlalu peduli jika aku dicurigai ‘menaiki bus tanpa bukti’ dan dibawa ke kantor polisi, tapi orang ini sudah menyelamatkan nyawaku.

"Apa, apakah tidak apa-apa?! Aku benar-benar minta maaf, aku akan membawanya esok……"

"Oh, jangan pikirkan, jangan pikirkan Tapi, nak…"

Pak supir berhenti menepuk kepalaku dan melihatku dengan serius. Matanya juga mencilang.

"Ehh? Aahh, a, apaaa?"

Hatiku menjadi sesak saat aku mulai merasa tidak nyaman lagi. Sudah kuduga, melupakan pass itu bukan hal yang baik sama sekali....

“Ahh, kamu tadi mengatakan ‘Aku pengen’ tadi, kan. Aku ingat saat aku seumuranmu aku benar benar ingin MELAKUKANNYA setiap hari....”

"OK TERIMA KASIH, DA DAH"

Sebelum dia bisa menyelesaikan kata-kata yang bisa membuat orang salah paham, aku langsung berlari secepat kelinci.

Bersamaan aku mendarat di tanah aku langsung belok ke kanan di depan stasiun bus tua

Aku masih bisa mendengar suatanya dari kejauhan, mengatakan “Hati-hati di jalanLoLyeah (talk)”, tapi dia terlalu berbahaya. SANGAAAAT berbahaya. Aku tidak tau mengapa tapi, yah, dia sudah pasti berbahaya. Aku benar-benar ingin pergi dan melupakan semua.

Aku memperlambat langkahku, mengangkat badanku. Di ujung yang jauh di akhir dari jalan penyebrangan, gunung yang terwarnai hitam mulai menelan matahari

Matahari tenggelam, mulai menjadi malam.

Biarpun dingin pada malam hari, panas yang tersisa pada saat siang masih bergumpal di udara, kulitku dapat merasakan hawa musim panas yang akan datang

"Apa yang akan kulakukan saat musim panas ini. Tahun lalu aku menghabiskan seluruh musim panasku membantu di ladang, mungkin tahun ini akan sama lagi, huh...."

Sudah sekitar 10 tahun lebih aku berada di desa kecil ini. Pendapatku tentang musim panas cuma, cuacanya panas, dan kenangan diriku yang bekerja di ladang padi penuh dengan lumpur.

“......Berpergian.....tidak mungkin sama sekali. Aku kekurangan uang. Tapi pasti....”

Pasti Hiyori Asahina akan pergi ke suatu tempat untuk menikmati musim panas yang sempurna. Aku cuma menebak, tapi menurutku pasti itu yang akan dia lakukan.

Di dunia atau sudut manapun kami berada, dia dan aku sangatlah berbeda, jadi menurutku pemandangan yang dia lihat setiap hari adalah sesuatu yang pastinya anak laki-laki normal tidak bisa bayangkan sama sekali.

Aku mengerti itu, dan itulah mengapa aku memiliki harapan-harapan, dan itu juga mengapa aku sangat menyukainya

Aku memikirkan itu sambil dimandikan cahaya matahari senja yang membuat persawahan menjadi berwarna oranye, melihat rumahku yang sangat kecil yang sangat dekat dari desa, tepat di akhir lahan yang terbuka, asap tipis keluar dari cerobong asap yang kecil.

Kapan terakhir kali aku keluar dari desa ini? Aku sama sekali tidak bisa mengingatnya, mungkin karena itu sudah dulu sekali.

dan kehidupanku selama 10 tahun lebih yang sebentar saja akan menjadi sesuatu yang tidak menarik yang akan kulupakan juga.

Kapan aku bisa keluar dari desa ini?

Aku lalu membayangkan kejadian di masa depan dimana aku dan Hiyori berada di dalam monorail, memikirkan tujuan kami, dan tertawa bersama.

Di suatu tempat di dadaku memberiku kata ‘TIDAK MUNGKIN’, aku tanpa sadar mengerti itu.

“Itulah yang kumaksud, haruskah aku menyerah dengan mudahnya....”

Menghela napas, aku mempercepat langkahku untuk menyelesaikan perjalananku pulang ke rumah.

Aku yang sering berlagak bisa mendengar suara yang mengolokku.

"Kau gelisah, nak?"