Difference between revisions of "Kagerou Days:Volume 3 Kagerou 2 Indo"

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search
Line 94: Line 94:
 
===(Pemeriksaan Tiket Hibiya!)===
 
===(Pemeriksaan Tiket Hibiya!)===
   
  +
Tenggelam ke dalam ingatanku, tanpa kusadari kereta apinya telah mendekat dengan peron yang besar.
   
  +
Peron itu penuh, seperti ada event yang diadakan disana.
-
 
   
  +
“Ah, cepatlah, kita akan pergi ke perhentian selanjutnya, Hibiya.”
  +
  +
"Eh?! Ah, ya!"
  +
  +
Jawabku, dan akupun berdiri dari tempat dudukku.
  +
  +
Setelah aku akhirnya mengeluarkan barang-barang Hiyori yang sangat banyak dari tempat taroh barang-barang di atas kursi, aku membawa ranselku yang sudah jelas lebih kecil dari barang-barang itu dan langsung bersiap.
  +
  +
“Oke! Kita akan keluar sebentar lagi.”
  +
  +
Keretanya tiba-tiba melambat dan tenaga inersia tiba-tiba datang dari kakiku.
  +
  +
Agar tidak jatuh aku berusaha berdiri dengan tegap, tetapi saat keretanya berhenti inersianya langsung menghilang dan badanku tiba-tiba jatuh ke arah kebalikannya.
  +
  +
"Uwahh…"
  +
  +
"Huh, apa yang kau lakukan. Cepatlah, kita pergi sekarang"
  +
  +
Hiyori melihatku dan meghela napas, lalu dia berdiri dengan rapi dan berjalan ke pintu.
  +
  +
"U-uwahh tunggu....tunggu aku!"
  +
  +
Aku bergegas membawa barang-barang Hiyori dan berjalan ke arah pintu.
  +
  +
Sejak pintu itu terbuka sampai aku keluar, dunia yang kulihat adalah kerumunan orang yang sangat banyak berkumpul bersama mengeluarkan tekanan yang bisa membuatku serasa akan tercekik sampai mati.
  +
  +
Hiyori dengan santai berjalan ke peron, sedangkan aku mencoba sebisaku untuk mengejarnya.
  +
  +
Bersamaan aku berjalan melalui garis kuning yang kasar di lantai, menggunakan roda yang ada di barang-barang ini, akhirnya berjalan ke eskalator dan sekarang aku bernapas dengan agak cepat.
  +
  +
"Hei…….. Hiyori. Apakah ada event sesuatu hari ini……?"
  +
  +
"Hmm~? Enggak, kurasa gak ada. Kalau maksudmu festival musim panas itu masih lama."
  +
  +
Hiyori menjawab sambil bermain dengan HP ditangannya
  +
  +
"Eh, eh~ begitu yah…"
  +
  +
Jadi inikah tes sulit yang ada di kota besar.
  +
  +
Aku pernah menonton di TV tentang ‘KERAMAIAN pulang-pergi pekerja.’ dan aku mengejek itu berpikir “itu terlalu dibesar-besarkan”, tapi dari situasi yang kualami sekarang sepertinya itu benar.
  +
  +
'Kumohon jangan bilang kereta selanjutnya akan seperti itu lagi.' memikirkan itu membuatku merinding.
  +
  +
Mungkin ini cuma karena aku masih belum terbiasa, bersama eskalator yang mengarah ke tanag, hatiku dipenuhi dengan tegangan yang tidak biasa.
  +
  +
“Turun....sekarang turun.”
  +
  +
Saat aku bersiap turun aku tidak bisa mendapatkan waktu yang tepat untuk itu, langkahku jadinya agak aneh.
  +
  +
“Benar-benar kampungan.”
  +
  +
Hiyori yang turun duluan mentertawakanku sambil mengatakan itu, aku sangat malu sampai-sampai aku tidak bisa mengangkat kepalaku.
  +
  +
Lain kali sebelum perjalanan bersama Hiyori aku harus latihan dulu.
  +
  +
Kami berjalan melalui pemeriksaan tiket, disitu tercampur kerumunan yang lebih besar dari di peron. Aku berpikir jika aku berjalan bersama dengan kerumunan itu, jalan yang akan kulalui akan benar-benar seperti petualangan.
  +
  +
Hiyori yang masih sama seperti biasanya, bergegas berjalan tanpa menungguku. Tetapi karena aku juga mempunyai tiket, kupikir tidak akan ada masalah untuk meniru orang yang ada di depan dan berjalan terus.
  +
  +
Ini adalah pertama kalinya aku melihat pemeriksa tiket otomatis yang sering kali membuat manusia menjadi ke masa lalu.
  +
  +
Apakah ini akan benar-benar mencek tiket dengan baik? Aku merasa satu atau dua orang bisa melewatinya.
  +
  +
Saat hampir giliranku, agar tidak melakukan kesalahan aku melihat tangan yang bergerak dari orang yang di depanku dengan seksama.
  +
  +
Orang itu mengeluarkan sesuatu dan meletakkannya ke mesin bersamaan itu berbunyi, dan dengan tenang melewati pemeriksa tiket itu.
  +
  +
Begitu toh sistemnya. Stasiun kereta di desaku memeriksa tiket dengan paman tua yang baik yang memotong tiketnya satu per satu, jadi ini benar-benar kota besar yah. Biarpun aku masih tidak mengeri, tempat ini sangat berteknologi tinggi.
  +
  +
Saat giliranku, aku memastikan mesin itu tidak rusak, meletakkan tiket ke mesin itu sama dengan orang yang tadi, dan maju ke depan.
  +
  +
Tetapi, tiba-tiba suara elektronik ‘TIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIT———————‘ yang memekikkan telinga keluar, seperti ingin menhantamku dan membunuhku papan-papan tiba-tiba muncul.
  +
  +
"U-UWAHHHHHHH!!!!!!"
  +
  +
Menemui situasi yang sangat tidak diduga ini aku tidak bisa menahan teriakkan. Aku yang ada dalam masalah melihat ke belakang, para orang dewasa memberikkan tatapan kebingungan, tak bisa berkata apa-apa melihat kediriku.
  +
  +
"w-Wah….. HIYORI! TO-TOLONG AKU!"
  +
  +
Saat para staff bergegas kesini, Hiyori yang sudah agak jauh terhenti disitu san melihat ke diriku, tetapi saat aku memanggil namanya dia memerah dan menurunkan pandangannya.
  +
  +
"Haha, kamu tidak apa-apa kok nak. Kamu harusnya meletakkan tiketnya disini."
  +
  +
Menurut apa yang dikatakan staffnya, aku harusnya memasukkan tiket itu ke dalam pemeriksa tiket. Tegangan tinggi dari mesin tadi sekarang hanya seperti mimpi, papan-papan itu berhasil terbuka
  +
  +
"te-TERIMA KASIH…..!"
  +
  +
Setelah akhirnya terlepas, aku merasa lega. Tetapi aku tidak tahan bagaimana kerumunan itu melihat kediriku jadi aku pergi diam-diam. Orang yang menungguku di depan, Hiyori, terlihat tidak senang.
  +
  +
“Kau itu ikut buat bikin aku malu yah...?”
  +
  +
Menemui Hiyori yang wajahnya penuh dengan amarah, seperti sound effect guntur-guntur mengikuti dibelakang, aku sedikit meratap.
  +
  +
“Ha-habissih orang yang sebelumnya tadi.....itu.....AAHHH, MAAF! Aku akan lebih berhati-hati di kedepannya....”
  +
  +
Aku berusaha meminta maaf. Aku tidak tau antara memarahiku itu buang-buang tenaga atau apapun, tapi Hiyori cuma berkata “Kau harus lebih bersemangat oke.” dan kembali melangkah pergi.
  +
  +
Setelah itu, semoga aku mencapai tujuanku tanpa ada masalah lagi.
  +
  +
Saat aku ingin mengejarnya, Hiyori tiba-tiba berbalik ke arahku dan mengulurkan lidahnya, dari sudut pandangku sosoknya itu terlihat seperti berkata “Ayo kejar dan tangkap aku.”
  +
  +
“Aku pasti akan menangkapmu....!”
  +
  +
Aku kembali memegang pegangan barang-barang dengan erat dan menuju pada Hiyori yang hampir hilang ke keramaian, aku mengambil langkah yang esar.
   
 
==Kabut Panas Memusingkan 02 Part 3==
 
==Kabut Panas Memusingkan 02 Part 3==

Revision as of 17:04, 14 October 2013

Translasi Oleh Kaori Hikari

Kabut Panas Memusingkan 02 Part 1

(Hibiya tidak bisa melihat apa-apa kecuali India!)

Di kereta yang berguncang, dari jendela yang sedikit terbuka, berhembus angin kencang yang agak dingin tapi masih nyaman.


Melihat pemandangan dari jendela, bukan lagi gunung-gunung seperti biasanya melainkan benda abu-abu besar yang seperti penyongkong perkembangan masayarakat.

"Yaaaah… Ini bagus. Dikit."

Aku tidak bisa menahan mengkomen hal ini. Yah, bukan salahku kan melakukan itu, aku tidak pernah mengalami liburan musim panas semengasyikkan ini.

Dunia diluar dari desa dimana aku dibesarkan, lebih baik dan indah daripada apa yang kuduga.

Pemandangan-pemandangan itu yang cuma bisa kulihat di TV, sekarang bisa kulihat dengan jelas di balik jendela ini. Mereka tersusun rapi seperti telah diletakkan di lemari, membuatku menjadi heran.

Dan yang paling penting adalah keberadaan orang yang membuat hatiku berdebar dengan kencang ada tepat di depanku.

“Menjijikkan. Apa bagusnya dengan pemandangan seperti ini. Ada sesuatu yang salah dikepalamu yah?”

"Eheheh. Habissih, bukannya kau merasa kagum dengan hal seperti ini? UWAHH! Gedung itu BESAR SEKALI! Hei Hiyori kau liat itu?!"

"Ah~ menjengkelkan, benar-benar menjengkelkan. Dulu aku juga menanti-nanti melihat itu, tapi sekarang aku sudah bosan melihat hal-hal seperti itu.”

Di arah kebalikan tempat dudukku, Hiyori dengan sikapnya yang dingin seperti biasanya, melihat keluar jendela sama sepertiku.

Ahh, aku jadi ingin mengambil photo pemandangan ini.

Sebelum aku pergi, aku sujud dan memohon kepada ayahku untuk meminjamkan kamera SLR ini.

Aku merasa mendengar benda kecil yang ada di bawah kursi ini berbisik “Hei, sudah waktunya bagiku keluar, kan?”

Pada waktu apapun, asalkan itu Hiyori semua photo akan menjadi gambar yang indah.

“Aku benar-benar menantikannya. Ngomong-ngomong, aku punya banyaaaak sekali tempat yang ingin kutuju. Jadi! Yang mana yang kita kunjungi duluan?!”

“Kunjungi duluan kah....Bukannya berbelanja di jalan sudah bagus? Karena pemandangan seperti ini sudah membuatmu senang kurasa kau akan puas cukup dengan itu.”

Hiyori menyarankan itu tanpa melihatku sama sekali dan hanya melihat ke arah pemadangan yang ‘membosankan’ katanya.

“Apakah, apakah kita akan pergi bersama....?”

“Huh? Kenapa aku harus ikut denganmu? Kalau aku enggak pergi kau bisa saja pergi sendiri.”

"Ah, em……."

Dan seperti biasanya aku tidak bisa menarik perhatian Hiyori, pembicaraannya hanya terhenti begitu saja.

Malam setelah berbicara dengan Hiyori ditelepon, aku yang masih salah paham dengan hubungan kami mencoba untuk menyambutnya pagi ini di koridor sekolah “Selamat Pagi! Cuaca hari ini bagus yah!” dan tidak diperdulikan, aku hanya menjadi bahan tertawaan semua orang. Akhirnya aku mengerti dimana aku berdiri.

Benar juga, Hiyori tidak memilihku karena sesuatu yang spesial, hanya saja karena aku ‘terlihat mudah untuk disuruh-suruh’

Dan cuma karena itu jugalah, kami tidak pernah berbicara satu sama lain di sekolah. Waktu sebelum kami berangkat hari ini, satu-satunya cara untuk berbicara dengan Hiyori adalah telpon darinya yang tidak beraturan datangnya.

Itulah kejamnya kenyataan.

Tentu saja untuk mencegah telpon dari Hiyori di angkat orang lain aku terus duduk di koridor rumahku dan menunggu.

Biarpun ada seminggu dia tidak menelpon sama sekali, ada juga saat dimana dia menelpon sehari dua kali.

Biarpun semua telponnya isinya cuma tentang tanggapan-tanggapannya, aku telah melekatkannya erat-erat ke dalam otakku, sampai-sampai saat aku menutup mataku aku dapat mengingat semuanya.

Pertarungan itu sangatlah keras dan sulit. Jika itu harus dijelaskan, akan menjadi cerita yang sangat panjang.

Bahkan ibuku yang asalnya khawatir denganku pada akhirannya hanya berkata “Ini benar-benar sulit untukmu.” dan membuatkanku segelas teh, adakah orang yang bisa mengerti itu.

Sampai-sampai membuat orang tua yang seperti itu menerimanya, aku telah memberikan banyak usaha untuk ini.

Malam pertama saat aku mengatakan pada ayahku “Aku ingin pergi ke kota untuk liburan musim panas.” Aku langsung dikunci dari rumah, gemetaran mendengar suara anjing liar yang melolong dan perasaan mengerikan yang merayap kediriku.

Aku lalu berpikir “Tidak bisa. Aku harus memberi alasan yang bagus.” dan aku berpikir ‘ikut les tambahan liburan musim panas’ adalah alasan yang pantas, dan aku kembali menantang orang tuaku.

Tetapi orang tuaku hanya berkata “Kalau mau belajar belajar aja di rumah.” dan sekali lagi aku dilempar ke alam luar, dan dengan pasrah menerima serangan dari para rakun.

Kemudian aku berpikir keras. Aku mencari berbagai info dan akhirnya aku mendapatkan alasan yang sangat-sangat-hebat. “Di seluruh Jepang cuma ada sekolah satu-satunya dimana aku bisa belajar tradisi India yang aku tidak tau banyak, dan karena bukunya hanya dijual disitu, aku harus pergi.”

Terakhir kali aku bernegosiasi dengan orangtuaku sampai jam 3 malam, dan untuk meyakinkan ayahku yang keras kepala aku bahkan berkata “AKU TIDAK BISA MELIHAT APA-APA SELAIN INDIA.” dan “JIKA KAU MAU MENGHENTIKANKU KAU HARUS MENGHILANGKAN SELURUH INDIA DULU” dan setelah berbagai macam perkataan yang sangat-sangat-gila lainnya, ayahku berkata “Aku telah salah mengajarimu.” dan AKHIRNYA setuju membiarkanku pergi ke kota.

Jadi sekarang aku adalah ‘anak lelaki yang mempunyai rasa penasaran yang tidak biasa untuk mencari tau tentang tradisi di India yang dia tidak tau sama sekali.’ Dengan status hubungan-setengah-hancur dengan orang tuaku, aku berada disini sekarang.

Aku sendirilah yang memulai semua penurunan harga-diri yang tak masuk akal ini, tapi yang paling membuatku terkejut adalah Hiyori.

Terlalu memalukan kalau aku mengatakan aku melakukan semua hal ini karena Hiyori.

Aku sudah siap dianggap rendahan oleh Hiyori dan memberitaunya “Belum lama dari ini aku mempunyai keinginan untuk mempelajari tradisi India dari masyarakat yang profesional, jadi orangtuaku menyetujuinya.” tapi Hiyori malah berkata “Itu bagus. Aku suka mencari tau tentang sesuatu juga.” itu adalah jawaban terbagus yang pernah kudapat dari dia.

Dia benar-benar mempunyai hobi untuk hal-hal yang tidak diduga seperti ini huh. Semua pengorbananku sampai sekarang telah cukup, aku akan terus-menerus mengingat kutipan Hiyori itu.

Tentu saja aku telah merekam bagian dimana dia berkata “Aku suka”, dan akan disimpan ke dalam ‘Boneka Suara Hiyori’ yang telah selesai yang akan menjaga kamarku selama aku tidak ada.

Kabut Panas Memusingkan 02 Part 2

(Pemeriksaan Tiket Hibiya!)

Tenggelam ke dalam ingatanku, tanpa kusadari kereta apinya telah mendekat dengan peron yang besar.

Peron itu penuh, seperti ada event yang diadakan disana.

“Ah, cepatlah, kita akan pergi ke perhentian selanjutnya, Hibiya.”

"Eh?! Ah, ya!"

Jawabku, dan akupun berdiri dari tempat dudukku.

Setelah aku akhirnya mengeluarkan barang-barang Hiyori yang sangat banyak dari tempat taroh barang-barang di atas kursi, aku membawa ranselku yang sudah jelas lebih kecil dari barang-barang itu dan langsung bersiap.

“Oke! Kita akan keluar sebentar lagi.”

Keretanya tiba-tiba melambat dan tenaga inersia tiba-tiba datang dari kakiku.

Agar tidak jatuh aku berusaha berdiri dengan tegap, tetapi saat keretanya berhenti inersianya langsung menghilang dan badanku tiba-tiba jatuh ke arah kebalikannya.

"Uwahh…"

"Huh, apa yang kau lakukan. Cepatlah, kita pergi sekarang"

Hiyori melihatku dan meghela napas, lalu dia berdiri dengan rapi dan berjalan ke pintu.

"U-uwahh tunggu....tunggu aku!"

Aku bergegas membawa barang-barang Hiyori dan berjalan ke arah pintu.

Sejak pintu itu terbuka sampai aku keluar, dunia yang kulihat adalah kerumunan orang yang sangat banyak berkumpul bersama mengeluarkan tekanan yang bisa membuatku serasa akan tercekik sampai mati.

Hiyori dengan santai berjalan ke peron, sedangkan aku mencoba sebisaku untuk mengejarnya.

Bersamaan aku berjalan melalui garis kuning yang kasar di lantai, menggunakan roda yang ada di barang-barang ini, akhirnya berjalan ke eskalator dan sekarang aku bernapas dengan agak cepat.

"Hei…….. Hiyori. Apakah ada event sesuatu hari ini……?"

"Hmm~? Enggak, kurasa gak ada. Kalau maksudmu festival musim panas itu masih lama."

Hiyori menjawab sambil bermain dengan HP ditangannya

"Eh, eh~ begitu yah…"

Jadi inikah tes sulit yang ada di kota besar.

Aku pernah menonton di TV tentang ‘KERAMAIAN pulang-pergi pekerja.’ dan aku mengejek itu berpikir “itu terlalu dibesar-besarkan”, tapi dari situasi yang kualami sekarang sepertinya itu benar.

'Kumohon jangan bilang kereta selanjutnya akan seperti itu lagi.' memikirkan itu membuatku merinding.

Mungkin ini cuma karena aku masih belum terbiasa, bersama eskalator yang mengarah ke tanag, hatiku dipenuhi dengan tegangan yang tidak biasa.

“Turun....sekarang turun.”

Saat aku bersiap turun aku tidak bisa mendapatkan waktu yang tepat untuk itu, langkahku jadinya agak aneh.

“Benar-benar kampungan.”

Hiyori yang turun duluan mentertawakanku sambil mengatakan itu, aku sangat malu sampai-sampai aku tidak bisa mengangkat kepalaku.

Lain kali sebelum perjalanan bersama Hiyori aku harus latihan dulu.

Kami berjalan melalui pemeriksaan tiket, disitu tercampur kerumunan yang lebih besar dari di peron. Aku berpikir jika aku berjalan bersama dengan kerumunan itu, jalan yang akan kulalui akan benar-benar seperti petualangan.

Hiyori yang masih sama seperti biasanya, bergegas berjalan tanpa menungguku. Tetapi karena aku juga mempunyai tiket, kupikir tidak akan ada masalah untuk meniru orang yang ada di depan dan berjalan terus.

Ini adalah pertama kalinya aku melihat pemeriksa tiket otomatis yang sering kali membuat manusia menjadi ke masa lalu.

Apakah ini akan benar-benar mencek tiket dengan baik? Aku merasa satu atau dua orang bisa melewatinya.

Saat hampir giliranku, agar tidak melakukan kesalahan aku melihat tangan yang bergerak dari orang yang di depanku dengan seksama.

Orang itu mengeluarkan sesuatu dan meletakkannya ke mesin bersamaan itu berbunyi, dan dengan tenang melewati pemeriksa tiket itu.

Begitu toh sistemnya. Stasiun kereta di desaku memeriksa tiket dengan paman tua yang baik yang memotong tiketnya satu per satu, jadi ini benar-benar kota besar yah. Biarpun aku masih tidak mengeri, tempat ini sangat berteknologi tinggi.

Saat giliranku, aku memastikan mesin itu tidak rusak, meletakkan tiket ke mesin itu sama dengan orang yang tadi, dan maju ke depan.

Tetapi, tiba-tiba suara elektronik ‘TIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIT———————‘ yang memekikkan telinga keluar, seperti ingin menhantamku dan membunuhku papan-papan tiba-tiba muncul.

"U-UWAHHHHHHH!!!!!!"

Menemui situasi yang sangat tidak diduga ini aku tidak bisa menahan teriakkan. Aku yang ada dalam masalah melihat ke belakang, para orang dewasa memberikkan tatapan kebingungan, tak bisa berkata apa-apa melihat kediriku.

"w-Wah….. HIYORI! TO-TOLONG AKU!"

Saat para staff bergegas kesini, Hiyori yang sudah agak jauh terhenti disitu san melihat ke diriku, tetapi saat aku memanggil namanya dia memerah dan menurunkan pandangannya.

"Haha, kamu tidak apa-apa kok nak. Kamu harusnya meletakkan tiketnya disini."

Menurut apa yang dikatakan staffnya, aku harusnya memasukkan tiket itu ke dalam pemeriksa tiket. Tegangan tinggi dari mesin tadi sekarang hanya seperti mimpi, papan-papan itu berhasil terbuka

"te-TERIMA KASIH…..!"

Setelah akhirnya terlepas, aku merasa lega. Tetapi aku tidak tahan bagaimana kerumunan itu melihat kediriku jadi aku pergi diam-diam. Orang yang menungguku di depan, Hiyori, terlihat tidak senang.

“Kau itu ikut buat bikin aku malu yah...?”

Menemui Hiyori yang wajahnya penuh dengan amarah, seperti sound effect guntur-guntur mengikuti dibelakang, aku sedikit meratap.

“Ha-habissih orang yang sebelumnya tadi.....itu.....AAHHH, MAAF! Aku akan lebih berhati-hati di kedepannya....”

Aku berusaha meminta maaf. Aku tidak tau antara memarahiku itu buang-buang tenaga atau apapun, tapi Hiyori cuma berkata “Kau harus lebih bersemangat oke.” dan kembali melangkah pergi.

Setelah itu, semoga aku mencapai tujuanku tanpa ada masalah lagi.

Saat aku ingin mengejarnya, Hiyori tiba-tiba berbalik ke arahku dan mengulurkan lidahnya, dari sudut pandangku sosoknya itu terlihat seperti berkata “Ayo kejar dan tangkap aku.”

“Aku pasti akan menangkapmu....!”

Aku kembali memegang pegangan barang-barang dengan erat dan menuju pada Hiyori yang hampir hilang ke keramaian, aku mengambil langkah yang esar.

Kabut Panas Memusingkan 02 Part 3

(Kakak Ipar Hiyori Anak Muda?!)

-


Kabut Panas Memusingkan 02 Part 4

(Api kecemburuan Hibiya!)

-