Difference between revisions of "Hyouka Bahasa Indonesia:Jilid 1 Bab 2"
Line 1: | Line 1: | ||
− | + | Banyak yang menyebutkan kehidupan semasa SMA itu bagaikan “ berwarna seperti mawar ” Dengan tibanya akhir tahun 2000, kedatangan hari yang cocok dengan deskripsi yang didefinisikan dalam kamus Jepang mungkin tidak terlalu jauh. |
|
− | + | Bagaimanapun, bukan berarti semua pelajar SMA akan mengharapkan sebuah kehidupan “berwarna mawar” itu. Apakah itu belajar, olahraga maupun percintaan, tetap akan ada beberapa orang yang lebih memilih kehidupan “berwarna abu-abu” ketimbang selainnya ; Aku tahu sedikit dalam perhitunganku. Tapi tetap saja, cara tersebut membuat seseorang cukup kesepian untuk kehidupan seorang manusia. |
|
− | Disini |
+ | Disini aku sudah memulai percakapan dengan tema semacam itu dengan teman lamaku, Fukube Satoshi di ruang kelas, disinari oleh cahaya matahari senja. Seperti biasa, Satoshi selalu memaparkan senyumnya dan mengatakan “ Begitulah yang kupikirkan . Ngomong – ngomong, Aku tak pernah tahu bahwa kau seorang yang masokhis. “ |
− | Betapa |
+ | Betapa salah perkataannya. Lalu aku memprotes. “ Apa kau akan mengatakan bahwa kehidupanku “ berwarna abu – abu ? ” |
− | + | “Pernahkah aku mengatakannya ? Tapi Houtarou, apakah itu belajar, olahraga, atau apa satu lagi? Percintaan? Aku tak pernah berfikir kau akan serius dalam ketiganya. ” |
|
− | + | “ Tapi aku juga tidak pernah memandang kebelakang untuk hal itu juga” |
|
− | + | “ Yap, benar ” |
|
− | + | Senyum Satoshi melebar. |
|
− | + | “ Lagipula kau hanya “menghemat energi ” |
|
− | Aku menyetujuinya dengan mendengus. Tidak |
+ | Aku menyetujuinya dengan mendengus. Tidak masalah selama kau mengerti bahwa aku sebenarnya tidak terlalu benci membuat diriku aktif. Aku hanya tidak suka membuang – buang energiku untuk hal yang idak berguna. Gaya hidupku adalah menghemat energi untuk kemajuan planet ini. Dengan kata lain “ Jika aku tidak perlu melakukannya, Aku tidak akan melakukannya Jika aku harus melakukannya, Aku akan lakukan dengan cepat ” |
− | Selagi aku mengucapkan |
+ | Selagi aku mengucapkan motto ku, Satoshi mengangkat bahunya seperti biasa. |
+ | “ Entah itu “hemat energi” ataupun “sinisme” , keduanya sama, kan? Pernahkah kau mendengar tentang Instrumentalisme? |
||
− | "Apapun itu menghemat energi atau sinisme, itu adalah hal yang sama, kan? Pernahkah kamu mendengar tentang instrumentalisme<ref>http://en.wikipedia.org/wiki/Instrumentalism</ref><ref>http://4diskusi.wordpress.com/2011/03/20/instrumentalisme-john-dewey/</ref>?" |
||
− | + | “ Tidak ” |
|
− | + | “ Dengan kata lain, maksudnya untuk orang – orang sepertimu yang tidak punya ketertarikan sama sekali, hanya dengan melihat fakta bahwa kau tidak mengikuti satupun klub di SMA Kamiyama, “ Tanah Suci ” –nya semua aktivitas klub sekolah, membuatmu menjadi orang yang “berwarna abu – abu” |
|
− | + | “ Apa? Apa kau akan mengatakan bahwa kematian karena pembunuhan sama dengan kematian karena kelalaian? ” |
|
− | Satoshi |
+ | Satoshi menjawabnya tanpa ragu, “ Dari beberapa perspektif, ya. Walaupun masalah tersebut sangat berbeda jika engkau ingin mencoba meyakinkan orang mati bahwa kematiannya disebabkan kelalaian dirimu agar bisa menenangkan jiwanya ” |
− | + | “ ... ” |
|
+ | Dasar muka tebal sialan. Aku sekali lagi melihat orang didepanku ini. Fukube Satoshi, teman lamaku, sekaligus lawan yang pantas dan rival yang mematikan, tapi cukup pendek untuk seorang laki – laki. Bahkan sebagai murid SMA, dia sering dikelirukan sebagai orang yang agak feminim dan lemah, tapi sebenarnya sifat aslinya berbeda, Agak susah menjelaskan perbedaannya, sih. Tapi bagaimanapun, dia berbeda. Selain selalu tersenyum sepanjang waktu dan dia selalu terlihat membawa tas bertali, sebagaimana lambang “muka tebalnya” ia. Dia juga anggota Klub Kerajinan Tangan, jangan tanyakan kenapa. |
||
+ | Berdebat dengannya hanya mebuang – buang energi. Aku melambaikan tangan untuk menandakan akhir dari percakapan ini. |
||
− | Dasar muka tebal sialan. Sekali lagi aku melihat orang di depanku. Fukube Satoshi, teman lamaku, lawan yang pantas dan rival yang mematikan, ia mempunyai badan yang agak pendek untuk seorang lelaki. Bahkan sebagai seorang siswa SMA, dia bisa saja dikelirukan dengan seorang yang terlihat feminim dan lemah, tapi dia sangat berbeda di dalam. Sungguh sulit untuk menjelaskan apa perbedaannya—bagaimanapun, dia hanya berbeda. Disamping tersenyum sepanjang waktu, dia selalu terlihat dengan sebuah tas bertali, sebagaimana ia adalah seorang yang bermuka tebal. Dia juga seorang anggota Klub Kerajinan Tangan, jangan tanya padaku kenapa. |
||
+ | “ Yah, terserah. Pulanglah duluan. ” |
||
− | Berdebat dengannya hanya membuang tenaga saja. Aku melambaikan tangan untuk menandakan akhir dari percakapan ini. |
||
+ | “ Yap, kau benar. Aku tidak punya aktifitas klub hari ini. . mungkin aku akan langsung pulang. ” |
||
− | "Yah, terserah. Sudahlah pulang duluan saja sana." |
||
+ | Ketika ia meragangkan pinggangnya, ia langsung menyadari sesuatu dan langsung menatapku. |
||
− | "Ya, kau benar. Aku tidak punya kegiatan klub apapun hari ini... mungkin aku akan pulang duluan." |
||
+ | “ Pulanglah duluan? Jarang aku mendengarkannya darimu ” |
||
− | Selagi ia meregangkan pinggangnya, tiba-tiba ia menyadari sesuatu dan menatapku. |
||
+ | “ Apa? ” |
||
− | "'Pulang duluan saja'? Sangat jarang mendengar kata itu darimu." |
||
+ | “ Jika itu pulang kerumah, bukankah kau yang biasanya duluan pulang kerumah bahkan sebelum mengucapkan kalimat itu? Apa yang akan kau lakukan sepulang sekolah padahal kau tidak ada mengikuti Klub manapun? ” |
||
− | "Apa?" |
||
+ | “ Ah ” |
||
− | "Kalau pulang ke rumah, bukankah kau biasa melakukannya terlebih dahulu sebelum mengatakan kalimat itu? Urusan apa yang akan kau lakukan sepulang sekolah ketika kau tidak mengikuti klub manapun?" |
||
+ | “ Aku menaikkan alisku dan mengambil secarik kertas dari saku kanan jaket seragamku. Setelah memberikannya dengan tenang kepada Satoshi, matanya terbuka lebar dalam ketakjuban. Tidak, Dia berlebihan. Tidak terliha seperti terkejut , walaupun matanya benar – benar terbuka lebar. Yah, Satoshi memang terkenal dengan ekspresi berlebihannya. |
||
− | "Ah." |
||
+ | “ Apa?! Bagaimana bisa ?! ” |
||
− | Aku mengangkat alisku dan mengambil selembar kertas dari dalam saku jaket seragamku. Setelah dengan tenang memberikannya kepada Satoshi, matanya terbuka lebar dalam ketakjuban. Tidak, ia memberi reaksi yang berlebihan. Ini tidak seperti jika ia benar-benar terkejut, walaupun benar bahwa matanya terbuka lebar. Lagi pula ia memang selalu bereaksi secara berlebihan. |
||
+ | “ Satoshi, tenangkan dirimu ” |
||
− | "Apa?! Bagaimana bisa?!" |
||
+ | “ Bukankah ini formulir pendaftaran Klub? Aku terkejut, Apa yang sebenarnya terjadi, seorang Houtarou tiba tiba berkeinginan mengikuti sebuah Klub . . ” |
||
− | "Satoshi, tenangkan dirimu." |
||
+ | Kertas itu memang Formulir pendaftaran Klub. Setelah melihat nama Klub yang tertulis di kertas tadi, Satoshi menaikkan alisnya. |
||
− | "Bukankah ini formulir pendaftaran klub? Aku terkejut. Ada apakah gerangan yang terjadi? Untuk Houtarou benar-benar bergabung dengan sebuah klub..." |
||
+ | “ Koten-bu ? ” “ Klub Sastra Klasik ? ” |
||
− | Ini memang benar sebuah formulir pendaftaran klub. Ketika melihat nama dari klub yang tertulis, Satoshi mengangkat alisnya. |
||
+ | “ Kau pernah mendengarnya? ” |
||
− | "Klub Sastra Klasik?" |
||
+ | “ Tentu saja, tapi, kenapa Klub Sastra Klasik? Apakah kau tiba – tiba punya ketertarikan dalam hal literatur klasik? ” |
||
− | "Kau pernah mendengarnya?" |
||
+ | Sekarang bagaimana aku harus menjelaskannya ?Aku meregangkan otot kepalaku dan mengambil secarik kertas lainnya dari saku kiriku.Kertas isi berisi tulisan tangan, yang baru saja aku berikan kepada Satoshi. |
||
− | "Tentu saja, tapi, kenapa Klub Sastra Klasik? Apakah kau tiba-tiba menemukan minat pada sastra klasik?" |
||
+ | “ Bacalah ” |
||
− | Sekarang bagaimana aku harus menjelaskan ini? Aku menggaruk kepala dan mengambil lembaran kertas yang lainnya dari dalam sakuku. Itu adalah sebuah surat dengan tulisan tangan yang terlihat tergesa-gesa, yang lalu aku berikan kepada Satoshi. |
||
+ | Satoshi langsung mengambil surat itu dan mulai membacanya, dan seperti yang kuduga, dia tertawa. |
||
− | "Bacalah." |
||
+ | “ Haha, Houtarou, pasti merepotkan. Permintaan dari kakakmu, ya? Tidak mungkin kau akan menolaknya ” |
||
− | Dengan segera Satoshi mengambil surat itu dan membacanya, dan seperti yang diharapkan, ia mulai tertawa. |
||
− | "Haha, Houtarou, pasti itu menyusahkanmu. Sebuah permintaan dari kakakmu, hah? Tidak ada cara yang bisa kaulakukan untuk menolaknya." |
||
− | Kenapa |
+ | Kenapa dia tampak sangat gembira? Disisi lain Aku sangat sadar bahwa aku menunjukkan ekspresi pahit. Surat dari India yang datang tadi pagi ini nampaknya mencoba untuk merubah gaya hidupki. Oreki Tomoe memang selalu begitu, mengirim surat untuk merubah hidupku. |
− | + | “ Houtarou, tolong lindungi Klub Sastra Klasik, masa muda kakakmu dulu ” |
|
− | Ketika aku membuka amplop dan |
+ | Ketika aku membuka amplop surat ini dan membaca surat singkat tersebut tadi pagi. Aku sadar akan keegoisannya. Aku tidak punya kewajiban untuk melindungi memori masa lalu kakakku, tapi . . |
− | + | “ Apa keahlian kakakmu? Jujutsu? ” |
|
+ | “ Aikido dan Taiho-Jutsu. Cukup mengesankan untuk seseorang yang mempunyai niat untuk melukai .” |
||
− | "Aikido dan Taiho-jutsu<ref>http://en.wikipedia.org/wiki/Taiho_Jutsu</ref>. Itu bisa sangat menyakitkan jika ada salah satunya yang ingin menyakiti." |
||
− | + | Yap, kakakku, mahasiswi yang terampil baik di akademik maupun bela diri, tidak hanya puas dengan menaklukkan Jepang sendirian , dan dia memutuskan untuk keluar negeri dan menantang dunia, Tidak bijak mencari masalah dengannya. |
|
+ | Dan kemudian, ketika aku mencoba menolak dengan kebanggan yang kupunya, ada benarnya juga kalau aku hanya punya sedikit alasan untuk melawannya.Lagipula kakakku ada benarnya, bahwaaku tak punya kegiatan yang lebih berguna.Akhirnya aku menentukan lebih baik menjadi anggota klub pasif dibanding menjadi murid yang tidak bergabung ke klub manapun, dan akhirnya tanpa ragu “ Aku mengisi formulir itu tadi pagi.” |
||
+ | “ Kau tau apa artinya ini, Houtarou? ” |
||
− | Ditambah lagi, di saat aku bisa melawan dengan sedikit kebanggaan yang kumiliki, memang benar aku punya alasan kecil untuk menentangnya. Memang kakakku telah tepat sasaran dengan menujukkan bahwa aku tidak punya apapun yang bisa kulakukan dengan lebih baik. Aku telah memutuskan bahwa mungkin aku menjadi anggota klub yang semu daripada siswa yang tidak berafiliasi, dan juga tanpa keraguan, "aku sampaikan surat pendaftaran ini tadi pagi". |
||
+ | Satoshi berbicara sambil meliriksurat kakakku. Aku mengeluh dan berkata “ Yah, tidak ada keuntungannya dari hal ini ” |
||
− | "Kau tahu apa artinya ini, Houtarou?" |
||
+ | “ … Bukan, bukan itu maksudku. ” |
||
− | Ucap Satoshi sambil melirik surat Kakak dengan sepintas. Aku berkata dengan nada mengeluh, "Yah, ini semua terlihat tidak ada manfaatnya." |
||
+ | Setelah mengalihkan pandangannya ke surat itu, Satoshi berbicara dengan nada senang yang agak aneh. Dia mengetuk surat tersebut dengan punggung tangannya dan berkata, “ Saat ini tidak ada satupun anggota di Klub Klasik, kan? Itu berarti hanya kau yang menjaga ruang klub itu sendirian.Bukankah itu hebat?Sebuah markas pribadi dalam komplek sekolah dimana kau dapat melakukan sesuatu sesukamu. ” |
||
− | "... Tidak, bukan itu yang kumaksud." |
||
+ | Markas pribadi? |
||
− | Setelah menengadahkan pandangannya dari surat itu, Satoshi mengatakannya dengan nada yang riang namun aneh. Ia menepuk surat itu dibalik telapak tangannya dan berkata, "Saat ini Klub Sastra Klasik tidak ada anggotanya, kan? Artinya hanya kau sendiri yang akan menjaga ruangan klubnya. Bagus kan? Sebuah markas pribadi dalam lingkungan sekolah milikmu sendiri." |
||
+ | “ . . . Mungkin kelihatannya menarik. ” |
||
− | Sebuah markas pribadi? |
||
+ | “ Tidakkah kau menyukainya? ” |
||
− | "... Sebuah cara yang bagus dalam memandang hal ini." |
||
+ | Alasan yang aneh, Satoshi tadi mengatakan bahwa aku mungkin bisa memiliki sebuah markas rahasia di sekolah.Ide itu tak pernah terfikirkan olehku. Ruang pribadi, eh? ? Bukan seperti aku sangat menginginkannya dan akan bekerja keras untuk itu...Tapi tak terlalu buruk jika akhirnya dapat membuatku lebih senang. Aku mengambil kembali surat tadi dari Satoshi dan membalas, “ Mungkin tidak terlalu buruk. Aku akan mengeceknya. ” |
||
− | "Bukankah kau menyukainya?" |
||
+ | “ Bagus, Peluang hanya muncul bagi orang yang mencobanya." |
||
+ | Peluang muncul bagi yang mencobanya, eh? Yah, kalimat tersebut sebenarnya tidak cocok dengan kepribadianku sih, jadi aku hanya senyum pahit dan mengambil tas bahu ku. |
||
+ | Aku masih memegang teguh motto ku. |
||
− | Jalan pikiran yang aneh. Pada dasarnya Satoshi mengatakan bahwa aku bisa memiliki markas pribadi di sekolah. Bisa saja aku tidak pernah mempunyai ide seperti itu. Sebuah ruang rahasia, hah? Bukannya aku menginginkannya dan akan berusaha untuk itu... Tapi tidak begitu buruk jika digunakan untuk tempat bersantai. Kuambil kembali surat itu dari tangan Satoshi dan menjawab, "Kupikir tidak terlalu buruk. Aku mungkin akan melihatnya." |
||
− | "Bagus. Jangan menyia-nyiakan kesempatan yang ada untuk tidak mencobanya." |
||
− | Mencoba kesempatan yang ada, begitu ya? Yah, sepertinya ini tidak terlalu berlawanan dengan kepribadianku, jadi aku tersenyum dengan pahit dan mengangkat tas bahuku. |
||
− | Aku masih tetap percaya kepada motoku sendiri. |
||
+ | Dari jendela yang terbuka, sahutan Tim Atletik bisa terdengar jelas. |
||
+ | “ … Semangat !Semangat !Semangat ! … ” |
||
+ | Aku tak akan terlibat dalam kegiatan yang membuang – buang energi. Jangan salah paham, Aku tidak bilang bahwa menghemat energi adalah pilihan utama, jadi aku tidak akan menilai orang aktif sebagai orang yang benar – benar bodoh. Sementara itu aku masih berjalan menuju ruang Klub Klasik ketika masih mendengar sorakan mereka. |
||
+ | Aku berjalan menyusuri koridor berkeramik dan terus sampai di lantai tiga. Aku bertemu oleh seorang penjaga sekolah yang sedang membawa tangga, aku menanyakan dimana ruang Klub Klasik, dan ternyata di Ruang Geografi yang terletak di lantai empat Gedung Kebutuhan Khusus. |
||
+ | Sekolah ini, SMA Kamiyama, jumlah muridnya maupun luas area sekolah ini bukanlah berlebihan. |
||
+ | Jumlah semua murid disini hampir ribuan. Sekolah ini menyediakan kurikulum untuk ujian tes universitas seperti sekolah lain, tapi tak terlalu terkenal dalam akademiknua. Dengan kata lain, sekolah ini hanya sekolah biasa. Tapi disisi lain, sekolah ini mempunyai jumlah Klub yang sangat banyak ( seperti Klub Melukis dam Klum Akapela, dan juga Klub Klasik), tapi karena itu sekolah ini terkenal karna mempunyai Festival Budaya Tahunan. |
||
+ | Di komplek sekolah ini ada tiga bangunan besar. Gedung Utama yaitu terdapatnya ruang kelas. Kemudian Gedung Keperluan Khusus yaitu terdapatnya ruang kelas untuk mata pelajaran khusus, dan terakhir Gedung Olahraga. Yah, ini semua memang normal. Satu lagi, disini juga terdapat Dojo dan Gudang Peralatan Olahraga. Dan Ruang Klub Klasik terdapat di lantai keempat dari Gedung Keperluan Khusus, cukup terpencil. |
||
+ | Sambil mengutuk karna membuang – buang energi, aku berjalan melalui koridor penghubung dan naik ke lantai empat, dan langsung menemukan Ruang Geografi. Tanpa ragu aku langsung membuka pintu geser itu, tapi ternyata terkunci. Sudah kuduga terkunci, karna biasanya semua ruang keperluan khusus memang dikunci jika kosong. Aku mengambil kunci yang sebelumnya kupinjam untuk “menghemat energi” dan membuka kuncinya. |
||
− | Dari jendela yang terbuka, bisa terdengar seruan dari Tim Atletik. |
||
+ | Setelah membuka kuncinya, aku membuka pintunya, didalam Ruang Geografi yang kosong, matahari tenggelam bisa dilihat dari jendela yang mengarah ke barat. |
||
− | "... Fight! Fight! Fight!..." |
||
+ | Bukankah tadi aku bilang “kosong” ? Ternyata tak seperti yang kuharapkan. |
||
− | Aku tidak ingin melibatkan diriku untuk membuang energi yang kupakai untuk hal semacam itu. Jangan salah paham, aku tidak berkata jika menghemat energi yang kumaksud adalah kehendak yang superior<ref>Maksudnya "superior" disini adalah bersifat seperti orang yang lebih tinggi kedudukannya.</ref>, jadi aku sama sekali tidak menganggap mereka yang selalu aktif adalah orang bodoh. Aku melangkah menuju ruangan Klub Sastra Klasik sambil mendengar mereka melanjutkan seruannya. |
||
+ | Didalam Ruang Geografi yang masih bermandikan cahaya senja, yang menjadi ruang Klub Klasik, ternyata sudah ada seseorang disana. |
||
− | Aku berjalan di sepanjang lorong yang berubin dan naik ke lantai 3. Ketika kulihat penjaga sekolah yang membawa tangga yang besar, aku bertanya kepadanya dimana ruangan Klub Sastra Klasik berada, dan diarahkan menuju Ruang Pembelajaran Geologi di lantai 4 Blok Kejuruan. |
||
+ | Seorang murid berdiri didekat jendela memperhatikanku. Dia seorang gadis. |
||
− | Sekolah ini, SMA Kamiyama, baik jumlah siswa maupun luas area kampus, sama-sama memiliki angka yang sangat besar. |
||
+ | Ketika kata “anggun” dan “rapi” bukanlah kata pertama yang melintas di kepalaku setelah melihatnya, tapi kupikir tak ada kata lain yang cocok untuk menjelaskan penampilannya selain itu. Rambut hitam panjangnya terurai dibawah bahunya, dan seragam pelautnya sangat cocok baginya. Dia cukup tinggi untuk seorang gadis, mungkin lebih tinggi dari Satoshi.Dan sudah jelas bahwa dia seorang siswi, bibir tipisdan sosok kesepiannyamemperkuatgambaran klasikseorang siswi SMA dalam pikiranku.Tapi ada yang berbeda, pupil matanya besar, dan bukannya anggun, matanya lebih terlihat bersemangat. |
||
− | Jumlah seluruh siswa ada sekitar seribu. Meskipun sekolah ini menyediakan kurikulum untuk mengikuti ujian ke universitas, bidang akademik bukanlah satu-satunya hal yang dinilai. Dengan kata lain, ini adalah sekolah SMA biasa. Disamping itu, sekolah ini mempunyai jumlah klub yang luar biasa banyak (seperti Klub Melukis atau Klub A Capella, seperti halnya Klub Sastra Klasik), karena itu sekolah ini sangat dikenal mempunyai Festival Budaya yang diselenggarakan setiap tahun. |
||
+ | Dia adalah seorang perempuan yang aku tak pernah mengenalnya. |
||
− | Dalam wilayah kampus terdapat tiga gedung besar. Blok Umum yang merupakan ruang kelas reguler, Blok Kejuruan untuk ruang kelas kejuruan, dan Gimnasium. Ini sangat normal, sungguh. Terdapat pula Dojo Seni Bela Diri dan Ruang Penyimpanan Peralatan Olahraga. Lantai empat Blok Kejuruan dimana ruangan Klub Sastra Klasik berada, relatif terpencil. |
||
+ | Setelah melihatku, dia tersenyum dan berkata, “Hello. Kau pasti Oreki-san dari Klub Klasik, kan? ” |
||
− | Sementara aku mengutuk perilaku yang memboroskan energi, aku berjalan melintasi lorong penghubung dan naik ke lantai empat, di mana aku dapat menemukan dengan cepat Ruang Geologi. Tanpa ragu aku segera menggeser pintunya agar terbuka, namun pintunya terkunci. Tidak heran, kabanyakan ruang kejuruan memang biasanya terkunci. Kuambil kunci yang telah kupinjam sebelumnya agar aku bisa menghemat energi, dan kubuka pintunya. |
||
+ | “ … Siapa kau? ” |
||
− | Setelah pintunya tak terkunci, aku menggesernya sampai terbuka. Dalam Ruang Geologi yang kosong, matahari terbenam dapat terlihat dari jendelanya yang menghadap ke arah barat. |
||
+ | Aku bertanya dengan terus terang. Yah aku memang tak terlalu pandai berinteraksi dengan orang lain, Aku tak bermaksud untuk bersikap dingin terhadap orang yang baru kukenal. Ketika aku tak mengenalnya, untuk alasan tertentu, sepertinya dia mengenalku. |
||
− | Apa tadi kubilang kosong? Tidak, itu tidak sesuai dengan apa yang aku sangka. |
||
+ | “ Tidakkah kau mengenalku? Namaku Chitanda, Chitanda Eru. ” |
||
+ | Chitanda Eru. Walaupun dia telah memperkenalkan dirinya, aku masih tak ingat. Ngomong – ngomong, nama Chitanda mungkin agak langka, dan nama depannya Eru. Tak mungkin bagiku untuk lupa mengingat nama seperti itu. |
||
− | Dalam sinar matahari senja yang menyelimuti seluruh Ruang Geologi, yang juga ruang Klub Sastra Klasik, ada seseorang di dalamnya. |
||
+ | Aku menatap kembali gadis yang bernama Chitanda itu. Setelah kuyakin aku tak mengenalnya, aku membalas, “ Maaf, aku tak ingat siapa kau. ” |
||
− | Seorang siswa sedang berdiri disamping jendela dan menatapku. Tidak, dia seorang gadis, lebih tepatnya dia adalah seorang siswi. |
||
+ | Masih dengan senyumannya, dia memiringkan kepalanya, tampaknya agak bingung. |
||
− | Meski "anggun" dan "rapi" bukanlah kata-kata pertama yang tepat tersirat dalam pikiranku ketika aku melihatnya, kupikir tidak ada kata-kata yang lain untuk menggambarkan dirinya dengan baik. Rambut panjangnya melambai melewati kedua pundaknya, dan seragam pelautnya sangat cocok dikenakan olehnya. Dia cukup tinggi untuk seorang gadis, mungkin dia lebih tinggi dari Satoshi. Ketika aku mengetahuinya dengan jelas bahwa ia adalah seorang siswi SMA, bibir tipis dan sosoknya yang seperti penuh dengan pengharapan, memperkuat pandanganku tentang bagaimanakah kelihatannya seorang siswi SMA yang bergaya zaman dulu. Yang membedakannya adalah kedua pupil matanya yang begitu besar, dan dibanding terlihat anggun, keduanya terlihat begitu bersemangat. |
||
+ | “ Kau Oreki-san, kan? Oreki Houtarou dari Kelas 1-B ? ” |
||
− | Ia bukanlah gadis yang kukenal. |
||
+ | Aku mengangguk. |
||
− | Namun ketika ia melihatku, dia tersenyum dan berkata, "Halo. Kamu pasti Oreki-san dari Klub Sastra Klasik, benar?" |
||
+ | “ Aku dari kelas 1-A ” |
||
− | "... Siapa ya?" <!-- aku berfikir 'kamu siapa?' atau 'siapa kamu' kedengaran lebih sopan, tapi aku tidak yakin houtaro menggunakan bahasa sopan atau tidak di novel aslinya -Tony --> <!-- dalam versi anime Oreki mengatakan 'Dare da?' jadi saya pikir lebih sesuai diganti dengan 'Siapa ya?' -Gin --> |
||
+ | Jadi kau ingat sekarang? Mungkin kalimat itu yang dimaksudkannya… Atau ingatanku yang separah ini? |
||
− | Kutanya dengan terus terang. Walau aku tidak pernah berinteraksi dengan baik terhadap orang-orang, aku tidak bermaksud untuk memperlakukan dengan dingin orang yang pertama kali kutemui. Di saat ketika aku tidak mengenalinya, untuk beberapa alasan, ia terlihat seperti mengenaliku. |
||
+ | Tunggu sebentar. Aku dari kelas B dan dia dari kelas A, Apa mungkin ada kami memiliki kesempatan berjumpa sebelumnya? |
||
− | "Tidakkah kamu mengingatku? Namaku Chitanda, Chitanda Eru." |
||
+ | Walaupun di tingkat yang sama, tak mungkin murid dari kelas yang berbeda bisa berjumpa dengan kelas lainnya. Satu – satunya kesempatan yang memungkinkan adalah melalui aktifitas klub atau teman yang dikenal. Aku tak punya hubungan seperti itu. . |
||
− | Chitanda Eru. Meskipun ia telah memberitahukan namanya, aku masih belum mendapat petunjuk. Bagaimana pun, Chitanda adalah nama belakang yang cukup jarang, begitu pula dengan nama depannya, Eru. Rasanya mustahil bagiku untuk melupakan nama semacam itu. |
||
+ | Berarti pertemuan ini harus melibatkan semua pelajar, tapi yang paling memungkinkan dari sana hanyalah saat upacara pembukaan sekolah pada awal semester. Disamping itu, Aku tak pernah berfikir seseorang telah memperkenalkanku ke orang lain diluar kelasku. |
||
− | Aku melihat lagi gadis yang dipanggil Chitanda itu. Setelah memastikan bahwa aku tidak mengenalnya, aku menjawab, "Maaf, kurasa aku tidak ingat siapa kamu." |
||
+ | Tidak, tunggu sebentar. Aku ingat, Itu dia, kesempatan lain untuk bertemu kelas lain saat belajar, Jika hatus menggunakan peralatan khusus, akan lebih fleksibel mengajar lebih dari satu kelas sekaligus. Berarti kemungkinannya pada jam olahraga ataupun sebi bela diri. Pada SMP juga ada pelajaran kejuruan, tapi berhubung SMA lebih kepada akademik, hal tadi tidak dihitung. Dan pelajaran olahraga laki – laki dan perempuan dipisahkan, berarti... |
||
− | Sambil mempertahankan senyumannya, dia memiringkan kepalanya, seperti kebingungan. |
||
+ | “ Mungkinkah kita dari kelas musik yang sama? ” |
||
− | "Kamu Oreki-san, kan? Oreki Houtarou dari Kelas 1-B?" |
||
+ | “ Ya, benar ! ” |
||
− | Aku mengangguk. |
||
+ | Chitanda menganggukkan kepalanya dengan senang. |
||
− | "Saya dari kelas 1-A." |
||
+ | Meskipun aku telah menduganya, aku masih saja terkejut. Demi sisa kebanggaanku saat ini. Aku mengaku aku hanya pernah menghadiri sekali pelajaran seni tambahan semenjak aku masuk sekolah ini. Jadi tentu saja tidak mungkin bagiku untuk mengingat satupun nama ataupun wajah orang – orang disini ! |
||
− | Jadi apakah kau mengingatnya sekarang? Apakah dia terlihat seperti mengisyaratkan bahwa... Begitu buruknya ingatanku ? |
||
+ | Tapi disisi lain, gadis bernama Chitanda ini mampu mengingatku hanya dengan sekali pertemuan, yang dalam kenyataannya hal ini pasti mustahil. Asal kau tahu, dia pasti memiliki kemampuan mengamati dan mengingat yang mengerikan. |
||
− | Tunggu dulu. Aku dari Kelas B dan dia dari Kelas A, apakah ada kesempatan bagi kami untuk bertemu sebelumnya? |
||
+ | Tapi, bisa saja ini semua hanyalah kebetulan . “Orang yang berbeda akan memahami makna yang berbeda setelah membaca koran yang sama”. Setelah itu, Aku sadar akan sesuatu dan bertanya, “ Jadi, Chitanda-san. Kenapa kamu berada di Ruang Geografi? ” |
||
− | Meski sesama kelas 1, sama sekali tidak mungkin untuk para siswa yang berbeda kelas untuk saling berinteraksi. Kesempatan yang ada hanya melakukannya lewat kegiatan klub atau hubungan dengan teman. Aku tidak punya kedua penghubung itu. Maka hal ini pasti melibatkan seluruh siswa, namun kejadian semacam itu yang muncul di benakku hanyalah upacara pembukaan semester awal di sekolah. Lagi pula, aku tidak pernah merasa dikenalkan kepada orang lain di luar kelas. |
||
+ | Dia langsung menjawab, “ Aku baru saja bergabung dengan Klub Klasik, jadi kupikir aku harus kemari untuk memperkenalkan diriku ” |
||
− | Tidak, tunggu. Aku ingat. Itu dia, ada satu kesempatan bagi kita untuk berinteraksi dengan kelas lain selama pelajaran. Jika saat pelajaran harus menggunakan suatu ruang atau berbagai peralatan, maka akan lebih efisien untuk mengajar lebih dari satu kelas sekaligus. Hal itu berarti selama penjas, atau pelajaran yang berhubungan dengan kesenian. Saat SMP, ada juga kelas kejuruan, tetapi mengingat SMA ini adalah sebuah sekolah yang mengutamakan bidang akademik, ini tidaklah sama. Dan saat penjas siswa dan siswi dipisahkan, itu berarti... |
||
+ | Bergabung dengan Klub Klasik, dengan kata lain, dia menjadi anggota. |
||
− | "Mungkinkah kita di kelas yang sama saat pelajaran musik?" |
||
+ | Pada saat itu aku hendak ingin dia tau bagaimana ferasaanku. Jika dia bergabung kedalam klub, ini berarti akhir dari “markas rahasia”ku di klub ini maupun memenuhi kewajiban dari kakakku.. Aku tak punya alasan untuk bergabung ke klub ini. Aku mengeluh dalam hati... ini sia - sia. Ketika masih berfikir, aku bertanya, "Apa alasanmu bergabung ke klub ini?" |
||
− | "Ya, itu dia!" |
||
+ | Aku tak mau bergabung ke klub ini !.Aku mencoba untuk menyampaikan pesan tersirat ini, tapi tampaknya dia tak menyadarinya. |
||
− | Chitanda menganggukkan kepalanya dengan kuat-kuat. |
||
+ | “ yah, sebenarnya aku punya alasan pribadi untuk bergabung ke klub ini. ” |
||
− | Meski telah kupikirkan dengan hati-hati, aku masih terkejut. Demi harga diriku yang masih tersisa, harus kuakui bahwa aku hanya hadir sekali dalam beberapa pelajaran seni yang tidak wajib itu semenjak aku medaftar di sekolah ini. Jadi mustahil aku bisa mengingat wajah atau nama! |
||
+ | Dia bahkan mengelak pertanyaanku. Tak kusangka. Chitanda Eru ini agak mencurigakan. |
||
− | Tetapi di sisi lain, gadis bernama Chitanda ini bisa mengingatku hanya dengan sekali melihat sebelumnya, jadi ini adalah bukti nyata bahwa itu tidak terlalu mustahil... Biar kuberi tahu, dia pasti mempunyai tingkat kemampuan yang mengerikan dalam meneliti dan mengingat. |
||
+ | “ Bagaimana denganmu, Oreki-san.? ” |
||
− | Tetap saja, bisa jadi ini semua hanya kebetulan. Lagi pula, orang yang berbeda akan menafsirkan arti yang berbeda dari membaca artikel koran yang sama. Aku membangkitkan kembali akal sehatku dan bertanya, "Jadi, Chitanda-san. Kenapa ada di Ruang Geologi ini?" |
||
+ | “ Aku? ” |
||
− | Ia dengan cepat memjawab, "Saya telah bergabung dengan Klub Sastra Klasik, jadi kupikir saya harus menyambutmu." |
||
+ | Nah ini yang susah. Bagaimana aku harus menjawabnya? Kupikir dia tak akan mengerti bahwa aku bergabung ke klub ini hanyalah perintak dari kakakku. Tapi ketika hendak memikirkannya, aku menyadari bahwa dia tampaknya tak sangat ingin alasanku,. |
||
− | Telah bergabung dengan Klub Sastra Klasik, dengan kata lain, seorang anggota. |
||
+ | Tiba – tiba pintu bergeser terbuka dan suara dentumannya terdengar keras. “ Hei ! Apa yang kalian lakukan disini? ” |
||
− | Di saat itu aku berharap agar dia mengerti perasaanku. Jika dia bergabung dengan klub, itu berarti akhir dari markas pribadiku dan kewajiban kepada kakakku. Aku tidak punya alasan lagi bergabung dengan Klub Sastra Klasik. Aku mengeluh dalam hati... Usahaku telah sia-sia. Sementara memikirkannya, aku bertanya, "Kenapa kamu bergabung dengan Klub Sastra Klasik?" |
||
+ | Dia seorang guru. Tampaknya berpatroli sekeliling sekolah setelah jam keluar. Dengan badan yang terbentuk dan kulit berwarna coklat, dia tampaknya guru Olahraga. Walaupun dia tak membawa pedang bambu, dia yang sekarang tak jauh beda jika membayangkannya membawa pedang. "Meski dia sudah melewati umur *terbaik* nya, dia masih memiliki aura wibawa." |
||
− | Aku tidak ingin bergabung dengan Klub Sastra Klasik! Aku berusaha menyampaikan pesan tersirat ini pada pertanyaanku, tapi sepertinya ia sama sekali tidak mengerti. |
||
+ | Chitanda mundur selangkah setelah tiba – tiba dirinya diteriaki seperti itu, tapi dengan cepat kembali dengan senyumannya. Dia kemudian pergi untuk menyapa guru itu. |
||
− | "Emm, saya memiliki alasan pribadi untuk bergabung." |
||
+ | “ Selamat sore, Morishita-sensei. ” |
||
− | Bahkan dia mengelak dari pertanyaanku. Tidak kusangka, Chitanda Eru ini cukup mencurigakan. |
||
+ | Dia membuat sapaan yang tepat dengan caranya menundukkan kepalanya dengan sudut dan kecepatan yang tepat. Melihat bagaimana tata kramanya dimanapun dia berada, aku mulai merasa iri melihatnya. Kemudian guru yang bernama Morishita ini, menjadi terdiam karena kesopanannya, tapi kemudian berbalik berteriak keras lagi. |
||
− | "Bagaimana dengan kamu, Oreki-san?" |
||
+ | “ Aku melihat pintu terbuka dan aku langsung menghampirinya. Dan apa yang kalian lakukan disini, masuk seenaknya kedalam kelas ini tanpa izin? Siapa namamu dan dari kelas mana? ” |
||
− | "Aku?" |
||
+ | ... Hmph, tanpa izin, eh? |
||
− | Sekarang jadi rumit. Bagaimana aku harus menjawabnya? Aku rasa dia tidak akan mengerti jika kuberi tahu aku datang kesini karena perintah dari kakakku. Tapi setelah aku memikirkannya, aku sadar bahwa dia tidak perlu mengetahui alasanku juga. |
||
+ | “ Aku Oreki Houtarou dari Kelas 1 – B. Ngomong – ngomong, sensei, ini ruang Klub Klasik, dan aku khawatir kau telah mengganggu aktifitas klub kami. ” |
||
− | Tiba-tiba pintu terbuka dan terdengar suara nyaring ke dalam ruangan, "Hei! Apa yang kalian lakukan disini?" |
||
+ | “ Klub Klasik..? ” |
||
− | Hanya seorang guru. Mungkin sedang patroli setelah pulang sekolah. Dengan tubuh tegap dan kulit berwarna coklat, sepertinya dia guru penjas. Walau dia tidak membawa pedang bambu, tidak terlihat terlalu dibuat-buat untuk membayangkannya. Meski ia telah melewati masa usia prima, ia masih tetap memiliki wibawa semacam itu. |
||
+ | Tanpa menyembunyikan curiganya, dia berkata, “ Kukira klub itu sudah bubar. ” |
||
− | Chitanda mengelak sedikit ke kebelakang ketika diteriaki secara begitu tiba-tiba, tetapi segera ia kembali pada senyumannya yang menenangkan. Lalu ia menyapa guru itu. |
||
+ | “ Yah, itu semalam, sekarang sudah aktif kembali. Anda bisa mengkonfirmasinya dengan guru pengawas kami, umm. . . ” |
||
− | "Selamat sore, Morishita-sensei." |
||
+ | “ Ooide-sensei, ” |
||
− | Ia membuat salam yang sempurna dari caranya membungkukkan kepala dengan kecepatan dan sudut yang benar. Melihat bagaimana ia mempertahankan sopan santun tanpa menghiraukan keberadaannya, aku tidak bisa melakukan apa-apa kecuali iri kepadanya. Guru yang dipanggil Morishita ini menjadi terdiam sesaat karena sikap hormatnya, tapi segera ia kembali berbicara dengan keras. |
||
+ | “ Ya, anda bisa mengkonfirmasinya dengan Ooide-sensei. ” |
||
− | "Aku melihat pintunya tidak terkunci, jadi aku kesini untuk memeriksa apa yang terjadi. Apa yang kamu lakukan dengan masuk ke kelas tanpa izin? Siapa namamu dan dari kelas mana?" |
||
+ | Penjelasan yang tepat pada waktu yang tepat. Morishita kemudian menurunkan nada suaranya |
||
− | ... Hmmm, tanpa izin ya? |
||
+ | “ Oh begitu, yah, silahkan lanjutkan apa yang kalian kerjakan. ” |
||
− | "Saya Oreki Houtarou dari kelas 1-B. Oh ya, pak, ini adalah ruang Klub Sastra Klasik, dan saya khawatir Anda mengganggu aktivitas klub kami," |
||
+ | “ Tapi anda hanya melihat kami ” |
||
− | "Klub Sastra Klasik...?" |
||
+ | “ dan jangan lupa kembalikan kunci setelah selesai ” |
||
− | Tanpa menghilangkan kecurigaannya, ia melanjutkan, "Kupikir itu sudah dibubarkan." |
||
+ | “ Ya, Pak. ” |
||
− | "Yah, sebelumnya memang. Tapi sudah diaktifkan lagi pagi ini. Anda bisa mengkonfirmasinya dengan guru pembina kami, emm..." |
||
+ | Morishita sekali lagi menatap kami dengan tatapannya yang akhirnya menutup pintu dengan keras. Chitanda sekali lagi meringkuk disebabkan suara tadi, kemudian dia berbisik, "Dia..." |
||
− | "Ooide-sensei," |
||
+ | “ Hmmm ? ” |
||
− | "Ya, Anda bisa mengkonfirmasinya dengan Ooide-sensei." |
||
+ | “ Dia cukup ribut untuk seorang guru. ” |
||
− | Sebuah penjelasan yang tepat disaat yang tepat. Morishita segera merendahkan volume suaranya. |
||
+ | Aku tersenyum. |
||
− | "Oh. Begitu. Yah, kalau begitu lanjutkan saja." |
||
+ | Bagaimanapun. |
||
− | "Tapi Anda baru saja melihat kami." |
||
+ | Rasanya aku tak ada urusan disini. |
||
− | "Dan jangan lupa mengembalikan kuncinya jika sudah selesai." |
||
+ | “ oke, sekarang kita sudah selesai dengan perkenalannya, bisakah kita pulang? ” |
||
− | "Baik, pak." |
||
+ | “ Eh? Kita tak punya aktifitas hari ini? ” |
||
− | Morishita menatap kami lagi sebelum menutup pintu dengan kasar. Chitanda kembali mengejutkan tubuhnya terhadap suara keras, namun dengan lembut berbisik, "Dia..." |
||
+ | “ Well, Aku mau pulang. ” |
||
− | "Hmm?" |
||
+ | Aku menyandang tas bahu ku, yang isinya tak banyak didalamnya, tan berbalik kearah Chitanda. |
||
− | "Dia cukup berisik untuk seorang guru." |
||
+ | “ Kau yang mengunci pintu. Kau tak mau diteriaki lagi seperti tadi, kan? ” |
||
− | Aku tersenyum. |
||
+ | “ Eh? ” |
||
− | Bagaimana pun. |
||
+ | Aku kemudian meninggalkan ruang Geografi. |
||
− | Rasanya aku tidak mempunyai urusan lagi disini. |
||
+ | Atau lebih tepatnya. Ketika aku hendak keluar, ketika aku berhenti oleh suara Chitanda. |
||
− | "Baiklah. Sekarang kita telah selesai dengan perkenalannya, bisakah kita pulang?" |
||
+ | “ Tunggu sebentar ! ” |
||
− | "Hah? Kita tidak melakukan kegiatan apapun hari ini?" |
||
+ | Aku berbalik dan menatapnya, yang tampaknya dia memiliki sesuatu yang tak dapat dipikirkannya, dan dengan polosnya dia mengatakan, "A-aku tak bisa mengunci pintunya.” |
||
− | "Yah, aku mau pulang." |
||
+ | “ Kenapa? ” |
||
− | Aku mengangkat tas bahuku, yang tidak berisi banyak barang, dan membalikkan punggungku di depan Chitanda. |
||
+ | “ Karna aku tak punya kuncinya. ” |
||
− | "Nanti kamu yang harus mengunci pintunya. Tidak mau lagi dimarahi seperti tadi, kan?" |
||
+ | Oh iya. Kuncinya denganku. Tak banyak kunci cadangan yang boleh dipinjamkan, tampaknya begitu. Jadi aku mengambil kunci dari saku ku dan memegangnya kearahnya. |
||
− | "Eh?" |
||
+ | “ Ini, kau yang . . Maaf, maksudku, tolong jaga baik – baik, Chitanda-san. ” |
||
− | Lalu aku meneruskan untuk meninggalkan Ruang Geologi. |
||
+ | Tapi Chitanda tidak merespon. Dia langsung menatap kunci ang menggantung di jariku, dan sesudah itu dia memiringkan mepalanya dan bertanya, “ Oreki-san, mengapa kau membawanya? ” |
||
− | Atau lebih tepatnya, aku hampir meninggalkannya, ketika aku dihentikan oleh suara Chitanda yang tajam. |
||
+ | Apakah dia kehilangan beberapa skrup di kepalanya? |
||
− | "Kumohon tunggu dulu!" |
||
+ | “ Yah, aku tak kan bisa masuk tanpa kunci. . Tunggu sebentar, bagaimana..., maaf, bagaimana mungkin kau bisa masuk kedalam ruangan ini, Chitanda-san? ” |
||
− | Aku berbalik melihat Chitanda, yang terlihat seperti telah diberitahukan hal yang mustahil, dan yang berbicara dengan polos, "Aku, aku tidak bisa menguncinya." |
||
+ | “ Pintunya tak terkunci saat aku masuk. Kupikir seseorang telah ada di ruangan ini sebelumku, jadi aku dapat masuk tanpa kunci. ” |
||
− | "Kenapa tidak?" |
||
+ | Oh begitu, kecuali semenjak dia menerima surat dari mantan anggota seperti punyaku, dia mungkin takkan tahu bahwa tak ada satupun anggota di Klub Klasik. |
||
− | "Karena aku tidak punya kuncinya." |
||
+ | “ Oh begitukah? Tapi pada saat aku datang pintunya terkunci. ” |
||
− | Oh, ya. Kuncinya ada padaku. Sepertinya tidak banyak kunci cadangan yang tersedia untuk dipinjamkan. Jadi kuambil kuncinya dari saku dan memberikannya. |
||
+ | Ternyata sebuah kesalahan bagiku untuk bersikap acuh tak acuh, sebagaimana ekspresi pada mata Chitanda berubah pandangannya |
||
− | "Ini, jaga baik-baik... Maaf, maksudku, tolong jaga ini baik-baik, Chitanda-san." |
||
+ | menjadi tajam. Hanya imajinasiku atau memang benar pupil matanya membesar?. |
||
+ | Ternyata menjadi sebuah masalah jika aku acuh tak acuh, sebagaimana ekspresi pada mata Chitanda berubah drastis dan pandangannya menjadi tajam. Entah itu hanya hayalanku atau memang benar pupil matanya membesar? Terkejut dengan sikap kagetku, dengan nada pelan dia bertanya, “ Ketika kau bilang pintunya terkunci, apa yang kau maksud pintu yang kau lalui itu? ” |
||
− | Namun Chitanda tidak menanggapi. Dia menatap dengan polos pada kunci yang tergantung di jariku, dan sebelumnya ia memiringkan kepalanya dan bertanya, "Oreki-san, mengapa kamu membawanya?" |
||
+ | Ketika aku masih bingung dengan ekspresinya untuk seorang gadis yang anggun, Aku menggangguk. Entah dia sadar atau tidak, Chitanda maju selangkah kearahku. |
||
− | Apa ia kehilangan beberapa sekrup di kepalanya? |
||
+ | “ Jadi berarti aku tadi terkunci dari dalam, kan? ” |
||
− | "Tentu, aku tidak bisa masuk tanpa kunci... Tunggu dulu, bagaimana bisa kau... maaf, bagaimana tadi kamu bisa masuk ke ruangan ini, Chitanda-san?" |
||
− | "Pintunya tidak terkunci ketika aku masuk. Kupikir sudah ada yang masuk sebelum aku datang, jadi aku tidak membutuhkan kunci untuk masuk." |
||
− | Begitu. Karena ia tidak menerima surat dari mantan anggota seperti yang aku punya, dia tidak tahu bahwa tidak ada anggota lain yang ada di Klub Sastra Klasik. |
||
− | "Benarkah? Saat aku masuk pintunya telah terkunci." |
||
− | Menjadi sebuah kesalahan bagiku dengan mengucapkannya secara acuh tak acuh, saat ekspresi di kedua bola mata Chitanda yang berubah dengan cepat dan tatapannya yang menjadi tajam. Apakah hanya perasaanku atau kedua pupilnya benar-benar membesar? Tidak peduli dengan ekspresi terkejutku, perlahan ia bertanya padaku, "Saat kamu bilang pintunya terkunci, apakah maksudmu pintu yang tadi kamu masuki?" |
||
+ | Suara pukulan dari Tim Bisbol dari luar terdengar disini. Ketika aku tak punya urusan diruangan ini, Chitanda tampaknya ingin berbicara denganku untuk beberapa saat. Aku mengeluh dan mengalah, dan meletakkan tas bahuku di meja. |
||
− | Di saat merasa bingung dengan sebuah perubahan ekspresi semacam itu untuk gadis yang lemah gemulai seperti dia, aku mengangguk. Entah itu secara sadar atau tidak, Chitanda maju satu langkah padaku. |
||
+ | Terkunci didalam, itukah yang Chitanda katakan?. Begitukah? Aku berfikir sejenak. Kuncinya denganku, ketika Chitanda didalam ruang ini. Aku tak pernah ingat aku mengunci pintu ini.Berarti jawabannya mudah. |
||
− | "Jadi itu berarti bahwa tadi aku terkunci di dalam, kan?" |
||
+ | “ Bukankah kau yang menguncinya dari dalam? ” |
||
+ | Namun Chitanda menggelengkan kepalanya dan menolaknya dengan tegas. |
||
− | Suara pukulan yang dicetak oleh Tim Baseball bisa terdengar jernih dari luar. Sementara aku tidak punya lagi urusan apapun di ruangan ini, Chitanda terlihat seperti ingin bicara sedikit lebih lama lagi. Aku mengeluh dan mengiba, dan meletakkan tasku di meja terdekat. |
||
+ | “ Aku tak pernah melakukannya. ” |
||
− | Terkunci di dalam, itulah yang dikatakan Chitanda. Apa benar begitu? Aku berpikir sedikit. Kuncinya ada padaku, ketika Chitanda ada didalam ruangan. Aku tidak punya ingatan jika aku pernah mengunci pintunya. Jadi jawabannya sederhana. |
||
− | + | “ Well, kuncinya denganku. Siapa yang mungkin mengunci pintunya selainmu? ” |
|
+ | “ ... ” |
||
− | Namun Chitanda menggelengkan kepalanya dan menolaknya dengan tegas. |
||
+ | |||
+ | “ Well, terkadang beberapa orang lupa ketika mereka telah mengunci pintunya atau tidak. ” |
||
+ | |||
+ | Lalu Chitanda tampaknya mengabaikan penjelasanku, dan langsung menunjuk sesuatu di belakangku. |
||
+ | |||
+ | “ Ngomong – ngomong, apakah dia temanmu? ” |
||
+ | |||
+ | Aku berbalik, dan melihat siluet kerah seragam berwarna hitam diantara pintu geser itu,Pandangannya bertemu denganku. Aku mengingat seseorang yang memiliki mata berwarna coklat ditambah dengan senyumannya. Jadi aku meninggikan nada suaraku dan berkata, “ Satoshi! Inilah hobi burukmu, menguping percakapan orang! ” |
||
+ | |||
+ | Pintunya terbuka, dan seperti yang kuduga, orang yang masuk itu adalah Fukube Satoshi. Tanpa malu , tanpa malu dia mengatakan, |
||
+ | |||
+ | “ Yah, maaf. Aku bukan bermaksud menguping” |
||
+ | |||
+ | “ Kau mungkin tak bermaksud, tapi kau tetap saja melakukannya.” |
||
+ | |||
+ | “ Mungkin saja, Tapi aku tak bisa tahan ketika aku melihat seorang Houtarou Oreki yang pasif menghabiskan waktu berharganya sendirian bersama seorang gadis di ruang kelas spesial ketika senja. . Aku tak akan melewatkannya |
||
+ | |||
+ | Apa yang dia katakan? |
||
+ | |||
+ | “ Kupikir kau telah pulang kerumah. ” |
||
+ | |||
+ | “ Yah, rencananya begitu, tapi kemudian aku melihatmu dengan gadis ini di kelas ini dari bawah. Tampaknya aku beum cukup berpengalaman dalam hal mengintip.” |
||
+ | |||
+ | Aku mengabaikan komentar Satoshi tentang melihat kami dari luar, paling itu hanya candaannya. Tapi untuk beberapa orang yang tak mengerti candaan ringan seperti itu, mereka menganggapnya serius. |
||
+ | |||
+ | Tampaknya Chitanda juga telah dibodohi. |
||
+ | |||
+ | “ Eh, eh, A-aku . . “ |
||
+ | |||
+ | Ekspresi tenangnya beberapa saat tadi hilang, tergantikan oleh ekspresi kebingungan. Dia seseorang yang memiliki tipe selalu memancarkan ekspresinya di wajahnya, saat dia muncul dan mengatakan “ Lihat, aku sedang bingung sekarang” dengan gugup. Ketika cukup menyenangkan melihat dia seperti itu, aku sadar aku tak boleh membiarkannya terlalu lama seperti itu. |
||
+ | |||
+ | Syukurlah, untuk menunjukkan bahwa kata-katanya Saotshi adalah candaan belaka, pertanyaan yang kau butuhkan adalah, “ Apakah kau serius? ” |
||
+ | |||
+ | “ Tentu saja tidak. ” |
||
+ | |||
+ | Phew. Chitanda menghela nafasnya. Seperti motto Satoshi : “ Candaan harus digunakan sesekali, jadi juga terkadang akan menyebabkan kesalahpahaman jika caramu tidak benar. ” |
||
+ | |||
+ | “ ... Oreki-san, siapa dia? ” |
||
+ | |||
+ | Setelah selesai dari joke nya Satoshi, Chitanda bertanya karna kebingungan. Tampaknya aku harus memperkenalkan Satoshi kepadanya, atau kami tak dapat pergi kemana – mana. Aku mengatakannya dengan singkat. “ Oh, dia? Dia Fukube Satoshi, seorang manusia “palsu” ?. ” |
||
+ | |||
+ | “ Palsu? ” |
||
+ | |||
+ | Perkenalan paling cocok baginya, yang Satoshi tampaknya menghargai humorku. |
||
+ | |||
+ | “ Haha, perkenalan yang bagus, Houtarou. Senang berkenalan denganmu. Dan kamu? ” |
||
+ | |||
+ | “ Chitanda, Chitanda Eru. ” |
||
+ | |||
+ | Setelah mendengar nama “Chitanda”, Satoshi bereaksi dengan aneh, awalnya dia tampaknya tak dapat berkata – kata. Tapi untuk seorang pembicara seperti Satoshi, jarang aku melihatnya seperti itu. |
||
+ | |||
+ | “ Chi.. Chitanda-san? Chitanda yang itu ? ” |
||
+ | |||
+ | “ Hmm? Aku tak tau Chitanda mana yang kaumaksud, tapi aku yakin hanya dia yang bernama Chitanda di sekolah ini ” |
||
+ | |||
+ | “ Berarti memang dia. Aku terkejut. ” |
||
+ | |||
+ | Ekspresi terkejut Satoshi kali ini asli.Dan jika dia terkejut, harusnya aku juga.aku baru mengerti kalau dia ini memiliki caranya sendiri untuk mendapatkan informasi –informasi yang sangat berharga. Tapi apa yang membuatnya begitu terkejut? Aku tak dapat menebaknya. |
||
+ | |||
+ | “ Hei, Satoshi, kali ini apa? ” |
||
+ | |||
+ | “ Kali ini apa, kau bilang? Aku tau kau tak tau banyak, tapi apa kau yakin tak pernah mengenal Klan Chitanda? ” |
||
+ | |||
+ | Kali ini, Satoshi menggelengkan kepalanya dan mengeluh berlebihan. Tentu saja, ini salah satu dari cara Satoshi melakukan joke nya. Sejak aku tau dia sangat berpengalaman mengumpulkan informasi yang sangat tak berguna, Tapi aku tetap tak malu bila menjadi temannya. |
||
+ | |||
+ | “ Bagaimana dengan keluarga Chitanda-san? ” |
||
+ | |||
+ | Mengangguk dengan perasaan puas, Satoshi mulai menjelaskan. |
||
+ | |||
+ | “ Waktu itu ada beberapa klan bergengsi di kota Kamiyama ini, tapi yang paling tekenal adalah empat ‘Exponential Clans’ ini. Yaitu Klan Juumonji (十文字) klan yang memiliki kuil Arekusu, Klan Sarusuberi (百日紅) klan yang mempunyai toko buku, Klan Chitanda (千反田) klan dengan sawah mereka yang luas, dan Klan Manninbashi (万人橋) yang menguasai areal gunung. Kanji pertama dari nama keluarga mereka diwakili oleh eksponensial dari angka sepuluh (十百千万), karenanya mereka dipanggil dengan ‘Exponential Clans’. Klan lainnya yang memiliki jejak yang sama dengan empat klan ini adalah Klan Irisu yang memiliki rumah sakit, dan Klan Togaito dengan dominasi mereka dalam edukasi.” |
||
+ | Aku tercengang, Aku berkedip dengan curiga dan bertanya, “ Empat Klan? Satoshi, apa kau serius? ” |
||
+ | |||
+ | " Kejamnya. Pernahkah aku berbohong tentang hal – hal seperti ini?" |
||
+ | |||
+ | Jika Satoshi mengatakan itu benar, berarti tak salah lagi memang benar adanya. Namun, klan bergengsi pada zaman sekarang? Ketika Satoshi masih merengut, Chitanda membantunya. |
||
+ | |||
+ | “ Umm, Aku pernah mendengar cerita itu sebelumya. Ya walaupun aku masih kurang yakin bahwa keluargaku mejadi klan yang terkenal. ” |
||
+ | |||
+ | “ Jadi semuanya benar? ” |
||
+ | |||
+ | “ Tapi ini pertama kali aku mendengar tentang empat ‘Exponential Clans’. ” |
||
+ | |||
+ | Ketika aku menatap Satoshi, dia hanya mengangkat bahunya. ” |
||
+ | |||
+ | “ Aku sudah bilang bahwa aku tak berbohong. ” |
||
+ | |||
+ | “ Tapi semuanya dibuat – buat, kan? ” |
||
+ | |||
+ | “Ya, sesekali aku ingin memulai sesuatu seperti ini ” |
||
+ | |||
+ | Seolah – olah hendak mengakhiri topik ini, Satoshi bertepuk tangan dan berkata, “ Ngomong – ngomong, Houtarou, ada masalah apa? ” |
||
+ | |||
+ | Kau sangat ingin tahu. Untuk mempersingkat waktu, aku menjelaskan semuanya kepadanya. |
||
+ | |||
+ | |||
+ | |||
+ | |||
+ | |||
+ | Hari semakin gelap, dan Chitanda menghidupkan lampu. |
||
+ | |||
+ | Setelah mendengar cerita, Satoshi menyilangkan lengannya dan mulai mengeluh. |
||
+ | |||
+ | “ Hmm, kasus yang aneh. ” |
||
+ | |||
+ | “ Begitukah? Atau mungkin saja Chitanda lupa bahwa dia mengunci pintunya, kan? ” |
||
+ | |||
+ | “ Tidak, ini agak aneh. ” |
||
+ | |||
+ | Satoshi meluruskan lengannya kemudian bertepuk tangan. |
||
+ | |||
+ | “ Akhir – akhir ini, pihak sekolah sangat menuntut bagaimana kampus mereka beroperasi. Manajemen SMA Kami ini yang mengganggu. |
||
+ | |||
+ | Jika kamu tidak menyadarinya, tidak ada satupun kelas yang dapat dikunci dari dalam. Ini alasan utntuk mencegah para murid melakukan hal yang mencurigakan didalam kelas. |
||
+ | Ketika Satoshi menjelaskannya dengan semangat, kecurigaan muncul di benak ku. Aku tau Satoshi bisa menjadi sangat rajin dalam hal menemukan pengetahuan sepele ini, tapi bukankah ia belajar terlalu banyak? Mengingat dia hanya baru berada di sekolah ini kurang dari sebulan. |
||
+ | |||
+ | “ Darimana kau tahu itu? ” |
||
+ | |||
+ | “ Ya, ketika aku mencoba bersembunyi didalam kelas untuk bereksperimen dengan sesuatu minggu kemarin, tapi aku sadar aku tak dapat mengunci pintu dari dalam. ” |
||
+ | |||
+ | “ Kau tau? Kupikir pintu sekolah ini didesain untuk mencegah seseuatu terjadi dari orang sepertimu “melakukan hal yang mencurigakan”. ” |
||
+ | |||
+ | “ yah, Kupikir begitu. ” |
||
+ | |||
+ | “ Sudah pasti ” |
||
+ | |||
+ | Kami berdua tertawa. Tapi karena tertawaan kami, Chitanda melangkah kebelakang, Menyadari hal ini, aku berhenti tertawa dan berkata, "Yah, berarti ada yang salah dengan kuncinya. Hari semakin gelap, saatnya aku pulang" |
||
+ | |||
+ | Aku berdiri dari kursi yang kududuki. |
||
+ | |||
+ | Aku merasakan seseorang memegang bahuku. Aku berbalik dan kulihat Chitanda, yang menghampiriku dari belakang tanpa kusadari. |
||
+ | |||
+ | “ Tunggu sebentar ! ” |
||
+ | |||
+ | “ Sekarang apa? ” |
||
+ | |||
+ | “ Aku penasaran ” |
||
+ | |||
+ | Setelah melihat muka Chitanda dari dekat, aku meringis. |
||
+ | |||
+ | “ Jadi? ” |
||
+ | |||
+ | “ Kenapa aku bisa terkunci dari dalam? . . atau jika aku tidak terkunci dari dalam, bagaimana bisa aku masuk kedalam kelas ini? ” |
||
+ | |||
+ | Pandangan Chitanda tampaknya memiliki kekuatan yang tak mau menerima jawaban bodoh sebagai alasannya. Merasa kewalahan tentang ini, aku membalas, “ Jadi tentang apa? ” |
||
+ | |||
+ | “ Kalaupun karena kesalahan seseorang, siapa dia? Dan mengapa dia mengunciku? ” |
||
+ | |||
+ | “ Tidak, kupikir ada yang salah dengan kuncinya.. ” |
||
+ | |||
+ | “ Aku sangat penasaran. ” |
||
+ | |||
+ | Dia mengatakan itu sambil berjalan kearahku, memaksaku untuk mundur kebelakang. |
||
+ | |||
+ | Pertamakali kupikir Chitanda adalah seorang gadis yang anggun, yang merupakan pengamatan pertamaku berdasarkan penampilannya, dan sekarang aku menyadari bahwa aku sedang melihat kepribadian aslinya sekarang. Terlebih lagi matanya yang terlihat bersemangat, yang mana berlawanan dengan penampilan keseluruhannya. Matanya merefleksikan kepribadian aslinya. “ Aku penasaran ”. Kalimat itu sendiri telah membuat gadis “Exponential Clan ” ini sangat penasaran. |
||
+ | |||
+ | “ Apa yang sebenarnya terjadi? Oreki-san, dan juga Fukube-san, maukah kalian membantuku? ” |
||
+ | |||
+ | “ Kenapa aku harus melaku. . ” |
||
+ | |||
+ | “ Yah tampaknya menarik. ” |
||
+ | |||
+ | Memotong pembicaraanku, Satoshi langsung menerima tantangannya. Sudah kuduga Satoshi akan begitu, tapi, “ Well, Aku akan pulang, Aku tak tertarik. ” |
||
+ | |||
+ | Tak ada alasan jelas, bagiku, ini hanyalah membuang – buang energi. Dan jika aku tak perlu melakukannya, aku tak akan melakukannya. |
||
+ | |||
+ | Namun, Satoshi, yang seharusnya sangat tau kebiasaanku, mengatakan, " Oh ayolah Houtarou, bantu kami. Aku akan melakukannya jika aku bisa, tapi aku tak dapat berdeduksi hanya berdasarkan database ku. ” |
||
+ | |||
+ | “ Ini bodoh, Aku . . ” |
||
+ | |||
+ | Ketika aku hendak melanjutkan perkataanku, mata Satoshi berbinar. Setelah itu, Chitanda pun juga. |
||
+ | |||
+ | “ ... Ugh. ” |
||
+ | |||
+ | Dengan mulutnya yang tertutup, dan menggenggam roknya, dia melotot kearahku. Aku langsung mundur selangkah menjauhinya. Jika ini hanya tentang membandingkan intensitas kepribadiannya, dia takkan kalah dari kakakku. Ini peringatan dari Satoshi : |
||
+ | |||
+ | Kupikir kau lebih baik mengikuti keinginannya |
||
+ | |||
+ | Menatapku secara bergantian, antara Chitanda dan Satoshi, aku menggangguk dengan lembut kearah Satoshi dan menerima sarannya. |
||
+ | |||
+ | Sebaliknya, Kami mungkin mendatangkan kemalangan kepada kami sendiri. |
||
+ | |||
+ | “ ... Yeah, kupikir ini agak menarik. Aku akan memikirkannya. ” |
||
+ | |||
+ | Aku tak punya pilihan lain selain mengatakannya dengan nada datar. Namun respon itu cukup untuk membuat Chitanda berhenti menatapku. |
||
+ | |||
+ | “ Oreki-san, apakah kau sudah mendapatkan penjelasannya? ” |
||
+ | |||
+ | “ Tunggu sebentar. Houtarou adalah tipe yang “berfikir sebelum bertindak” .Namun jika ia mulai berfikir serius, dia akan menyelesaikannya, ” |
||
+ | |||
+ | Jangan banyak omong. Walaupun bertindak sebelum berfikir bukan hal yang bagus. |
||
+ | |||
+ | Dan aku mulai berfikir. |
||
+ | |||
+ | |||
+ | |||
+ | |||
+ | |||
+ | Ketika Chitanda masuk ke ruangan ini, kuncinya terbuka. Kemudian ketika aku disini, pintunya jelas terkunci. |
||
+ | |||
+ | Jika perkataan Satoshi ada benarnya, berarti tak mungkin Chitanda mengunci dirinya dari dalam. Bagaimanapun, , bukan tampak seperti alasan, pasti ini hanyalah aksi yang tidak disengaja. Contohnya, pintunya dalam keadaan setengah terkunci saat Chitanda masuk ke ruangan, dan pegas diantasa kuncinya mungkin menutup tepat pada saat dia masuk dan menyebabkan pintunya terkunci. |
||
+ | |||
+ | Setelah menjelaskan teori ini, Chitanda memiringkan kepalanya ketika menerima jawabanku, walaupun Satoshi langsung menaikkan nada suaranya. |
||
+ | |||
+ | “ Itu mustahil. Tak mungkin SMA Kamiyama akan membuat kuncinya bisa semi-terkunci berdasarkan desain kuncinya. Tak mungkin bisa. ” |
||
+ | |||
+ | “ Tak ada kemungkinan lain, eh? ” |
||
+ | |||
+ | Kalau begitu, berarti pintu pasti dikunci oleh seseorang. Kemudian aku bertanya. “ Apakah kau ingat kapan kau masuk keruangan ini? ” |
||
+ | |||
+ | Chitanda berfikir sejenak, dan mengatakan “ Tepat sebelum kamu, kupikir sekitar tiga menit. ” |
||
+ | |||
+ | Tiga menit, terlalu singkat. Tak cukup waktu, berhubung Ruang Geografi adalah ruang paling terpencil di SMA Kamiyama. |
||
+ | |||
+ | ... nah ini agak susah. Ketika aku hendak memikirkannya lagi, Chitanda tiba – tiba menyahut, “ Ah! ” |
||
+ | |||
+ | “ Ada apa, Chitanda-san? ” |
||
+ | |||
+ | “ Aku tahu. Pikirkanlah, siapa lagi yang memiliki kunci? ” |
||
+ | |||
+ | “ Huh? Siapa? ” |
||
+ | |||
+ | Chitanda tersenyum. Untuk beberapa alasan, aku punya perasaan buruk tentang ini. Dan seperti yang kuduga, gadis ini berbalik kepadaku dan berkata, “ Oreki-san, tentu saja. Dia yang memegang kuncinya. ” |
||
+ | |||
+ | Seperti yang kuduga. Daripada menyimpulkan bawha ini itu adalah deduksi yang tepat, dia menyadari sesuatu dan berkata, “ Ah, tapi apa mungkin? Bukankah Oreki-san orang yang dapat dipercaya? ” |
||
+ | |||
+ | Apa kau seharusnya mengatakan hal seperti itu kepada orang yang sedang khawatir? Ketika aku tak dapat berkata – kata, Satoshi tertawa dan mengatakan, “ Well, aku tak tahu tentang Houtarou adalah orang yang dapat dipercaya atau tidak, tapi kupikir dia bukan tipe orang yang akan bersenang – senang dengan mengurungmu disini. Dia tak untung sedikitpun dari hal ini, bagaimanapun juga. ” |
||
+ | |||
+ | Stop. Kau tau seperti apa aku ini – Aku tak akan melakukan hal yang tak menguntungkan bagiku. |
||
+ | |||
+ | Ini berarti bukan aku yang mengunci pintunya. |
||
+ | |||
+ | Kemudian . . Siapa orangnya? |
||
+ | |||
+ | Aku tak paham. Kemudian aku menggaruk kepalaku |
||
+ | |||
+ | Aku tak punya sedikitpun petunjuk. Untuk beberapa alasan, aku merasa bersalah dan bertanya, “ Ini tak baik Apa kau punya sebuah petunjuk? ” |
||
+ | |||
+ | “ Petunjuk? Maksudnya? ” |
||
+ | |||
+ | Pertanyaan balasan yang sangat singkat |
||
+ | |||
+ | “ Sebuah petunjuk adalah sebuah petunjuk ” |
||
+ | Satoshi membantu menjelaskan penjelasanku yang kelewat singkat. |
||
+ | |||
+ | “ Sesuatu yang berbeda dari biasanya. Apakah kau merasa berbeda atau aneh, Chitanda-san? ” |
||
+ | |||
+ | “ Hmmm, sekarang yang kau maksud . . ” |
||
+ | |||
+ | Apakah ada yang berbeda?. Ketika aku tak terlalu banyak berharap, Chitanda sudah melihat isi sekitar ruang geografi sebelum mengalihkan pandangannya kebawah dan berkata, “ Beberapa waktu lalu, Aku mendengar suara dibawah kaki ku. ” |
||
+ | Suara? |
||
+ | |||
+ | Jadi seseorang mengunci pintunya? Aku tak punya ide. |
||
+ | |||
+ | Tidak, bagaimana, jika itu kasusnya. |
||
+ | |||
+ | ... Begitu. Aku mulai mengerti semuanya. Satoshi menyadarinya dan berkata, “ Houtarou, kau tampaknya sudah menyadari sesuatu. ” |
||
+ | |||
+ | Secara diam – diam aku mengambil tas bahu ku. |
||
+ | |||
+ | “ Ke-kemana kau mau pergi, Oreki-san? ” |
||
+ | |||
+ | “ Kita akan pergi menyaksikan tersangka nya. Jika kita beruntung, kita mungkin dapat melihatnya. ” |
||
+ | |||
+ | Aku melihat Chitanda langsung mengikutiku, dan Satoshi tepat dibelakangnya. |
||
+ | |||
+ | Sekarang sudah cukup telat untuk pulang berhubung sekolah tutup sebentar lagi. Tim bisbol sudah terlihat merapikan peralatan mereka. Chitanda dan Satoshi, yang aku tinggalkan tadi sudah berada menemaniku. Atau dengan kata lain, mereka mengikutiku |
||
+ | Chitanda berjalan disebelahku dan bertanya, “ Katakan kepada kami. Bagaimana kau menyadarinya. ” |
||
+ | |||
+ | Satoshi juga bertanya tepat dari sampingku. “ Dia benar. Tak seharusnya ada rahasia diantara kita. ” |
||
+ | |||
+ | Berhenti mengatakan hal – hal yang tak berguna. Tanpa memalingkan kepalaku, aku berkata, “ Sebenarnya ini bukan rahasia. Hal ini terlalu simpel sehingga tidak membutuhkan penjelasan. ” |
||
+ | |||
+ | “ Ini mungkin simpel bagimu, Oreki-san. Tapi aku tetap tak mengerti. ” |
||
+ | |||
+ | Chitanda cemberut.ini terlalu membosankan untuk dijelaskan, tapi mengelak pertanyaannya hanya akan membuang energi. Aku meluruskan tas bahu ku dan berpikir darimana aku harus mulai. |
||
+ | |||
+ | “ Oke, bagaimana jika kau terkunci oleh seseorang yang menggunakai kunci utama? ” |
||
+ | |||
+ | Setelah aku mengatakan sesuatu yang lain bukan fakta, Suara Chitanda langsung naik karna terkejut. Tampaknya kita akan memulai penjelasannya dari sini. |
||
+ | |||
+ | “ Eh? Bagaimana mungkin? ” |
||
+ | |||
+ | “ Ruang geografi cukup terpencil di kawasan sekolah ini. Jika seseorang menggunakan kunci biasa, dia pasti harus mengembalikan kunci ini ke ruangan staf sebelum aku meminjamnya. Tiga menit untuk itu mungkin tak cukup jika seseorang yang melakukannya. ” |
||
+ | |||
+ | “ Oh begitu. Berarti kunci lain, dan berhubung hanya ada satu kunci biasa, yang lain pasti kunci utama, bukan? ” |
||
+ | |||
+ | Tepatnya, dan seharusnya, sudah wajar jika kunci utama tidak boleh digunakan oleh murid. |
||
+ | |||
+ | Terlebih lagi, ada sepotong informasi berharga tadi. |
||
+ | |||
+ | “ Chitanda-san, tadi kau bilang kau mendengar sesuatu dibawahmu, kan? ” |
||
+ | |||
+ | “ Iya ” |
||
+ | |||
+ | “ Jika suara itu muncul dari lantai empat, apa yang akan kau pikirkan pertama kali ? ” |
||
+ | |||
+ | Satoshi, yang kelihatannya agak lega, menjawab. “ Suaranya datang dari atas lantai tiga? ” |
||
+ | |||
+ | “ Benar, dan dialah pengguna kunci utama nya. ” |
||
+ | |||
+ | Satu –satunya orang yang bekerja memperbaiki peralatan kelas setelah pelajaran selesai adalah. . |
||
+ | |||
+ | “ Aku kagum kau bisa memikirkan penjaga sekolah sebagai orangnya. ” |
||
+ | |||
+ | Chitanda berbicara sambil mengangguk. |
||
+ | |||
+ | Orang yang kami lihat di lantai tiga tadi adalah seorang penjaga sekolah, yang membawa tangga besar. Setelah selesai dengan urusannya di kelas, ia meletakkan tangga itu di lantai dan mengeluarkan kunci dan sakunya. Dan yang kami lihat, dia mulai mengunci semua pintu kelas di lantai tiga satu persatu. Dengan kata lain, dia membuka semua kunci ruang kelas, kemudian mengerjakan apa yang patut ia kerjakan didalam kelas. Dan setelah selesai, dia kemudian mengunci semuanya sekaligus. Jika seseorang masuk ke kelas ketika kunci dibuka, jadi orang itu sangat tidak beruntung karna akan terkunci didalam kelas...Seperti Chitanda ini... |
||
+ | |||
+ | Dan melihat penjaga sekolah ini bekerja, aku tak punya ide. Dengan pergi ke banyak ruang kelas dan membawa sebuah tangga besar, mungkin pekerjaannya mengganti lampu untuk ruang kelas, atau mungkin mengecek batrai lampu atau alarm kebakaran atau semacamnya.Dengan kata lain, Pertanyan Chitanda sudah cukup terjawab. |
||
+ | |||
+ | Dan kemudian kasus ini ditutup. |
||
+ | |||
+ | “ Kau lihat? Sudah kubilang dia mampu menyelesaikannya jika dia serius. |
||
+ | |||
+ | “ Kau benar. Aku kagum. ” |
||
+ | |||
+ | Aku sendiri tak begtu kagum... Bagaimanapun, ini semua karna Satoshi yang telah memberitahuku tentang sistem manajemen kunci sekolah ini, dan Chitanda yang menyadari suara yang datang dari bawah. Awalnya rencanaku hanya untuk bertindak bodoh saja.. Oh well, mereka bisa memikirkan apa saja yang mereka inginkan dariku. Bagaimanapun, Aku telah berhasil menuntaskan masalah ini, tapi setelah melihat Chitanda dan kekaguman yang terpancarkan di matanya yang penuh arti itu, aku akhirnya terpaksa menelan semua complain yang kuterima. |
||
+ | |||
+ | “ Well, ngmong – ngomong Walaupun kau di dalam ruangan, aku masih tak paham bagaimana kau tidak bisa mendengar pintu tadi tekunci. ” |
||
+ | |||
+ | Namun Chitanda tidak menganggapnya sebagai kritik ataupun sindiran, dan hanya tersenyum. |
||
+ | |||
+ | “ Yap, Aku akan menjelaskannya. Aku ... ya, Aku sedang melihat sebuah bangunan dari jendela. ” |
||
+ | |||
+ | Dia berbicara sambil menunjuk ke sebuah bangunan di sisi jalan. Bangunan itu adalah Dojo Bela Diri.Bagunan dari kayu itu tampak lusuh, mulai lapuk karna sudah terlalu lama.Aku akhirnya memilih untuk (…) dan mengatakan pendapatku dengan jujur. |
||
+ | |||
+ | “Tampaknya kau terpseona dengan bangunan itu.”Aku memutuskan untuk mengutip kata – kata dari buku Chitanda dan mengutarakan opiniku dengan jujur. “ Kelihatannya kau terlalu terpesona oleh bangunan itu.” |
||
+ | |||
+ | “ Tidak, aku pikir bangunan itu agak misterius. ” |
||
+ | |||
+ | “ Hmm. ” |
||
+ | |||
+ | Aku tak menerti kenapa dia mengatakan bangunan itu misterius, tapi Satoshi kelihatannya mengerti akan sesuatu ketika dia bergumam, “Ya, tampaknya bangunan itu cukup tua.” |
||
+ | |||
+ | “ Ya, begitulah. ” |
||
+ | |||
+ | Begitukah? Mungkin saja, bisa saja perhatiannya teralihkan oleh bangunan itu. Aku tak punya ide bagaimana dia tak menyadarinya. |
||
+ | Tak lama, kami sudah berada dekat lampu merah. Seperti kami, ada beberapa murid yang pulang dari sekolah. |
||
+ | |||
+ | “ Ngomong ngomong, kita belum berkenalan secara hormat. ” kata Citanda |
||
+ | |||
+ | “ Perkenalan? ” |
||
+ | |||
+ | “ Ya, aktifitas Klub Klasik secara resmi dimulai hari ini Ayo kita bersenang – senang bersama. ” |
||
+ | Klub Klasik ! Aku benar – benar lupa akan hal itu ! Aku seharusnya kesini hanya untuk melihat – lihat ruangan ini, tapi semuanya sia – sia semenjak Chitanda bergabung ke klub ini. Tapi semuanya sudah terlanjur, formulirku sudah dikumpulkan dan tentu saja sudah dicatat dalam laporan. Disekolah ini, mustahil untuk keluar dari klub setelah mengikutinya kurang dari sebulan. |
||
− | "Aku tidak pernah melakukannya." |
||
+ | Setelah aku menundukkan kepalaku, Chitanda tersenyum kepada Satoshi, |
||
− | "Yah, kuncinya ada padaku. Siapa lagi yang bisa mengunci pintunya selain kamu?" |
||
+ | “ Apakah kau mau bergabung ke Klub Klasik, Fukube-san? ” |
||
− | "..." |
||
+ | Satoshi menyilangkan lengannya dan tampak sedang berfikir, tapi kemudian menjawab, “ Well, tampaknya menarik. Oke, Aku ikut. ” |
||
− | "Nah, adakalanya orang lupa kalau mereka sudah mengunci pintunya atau belum," |
||
+ | “ Senang berkenalan denganmu, Fukube-san. ” |
||
− | Namun Chitanda tidak terlihat begitu memperhatikan penjelasanku, dan tiba-tiba menunjuk sesuatu di belakangku. |
||
+ | “ Salam kenal, dan, Senang berkenalan denganmu, Houtarou. ” |
||
− | "Ngomong-ngomong, bukankah yang disana itu adalah temanmu?" |
||
+ | Aku melihatnya sekilas dengan tatapan mengejek, yang akhirnya memilih untuk tetap play-dumb |
||
− | Aku berbalik, dan menemukan pandangan sekilas kerah seragam hitam di balik celah pintu yang terbuka sedikit. Tatapannya langsung berhadapan dengan tatapanku. Aku ingat ketika melihat mata berwarna coklat itu yang terlihat seolah-olah sedang tersenyum, jadi kutinggikan suaraku dan memanggilnya, "Satoshi! Buruk sekali kegemaran yang kau lakukan, menguping percakapan orang lain!" |
||
+ | Dan ketika lampu jalan berwarna hijau, aku mulai berjalan. Dengan tangan tetap dalam saku, aku merasakan ada surat didalamnya. Surat itu adalah surat dari kakakku. Memang, semenjak surat ini dari Oreki Tomoe telah sampai, Perasaanku semuanya sudah direncanakan |
||
+ | Kau senang sekarang, kak ? Sekarang ada tiga orang dalam masa mudamu, yaitu Klub Klasik. Klub Sastra Klasik sudah bangkit kembali. Ini mungkin juga pernyataan “selamat tinggal” kepada hari – hari indah hemat energiku. Seperti mengapa. . |
||
− | Pintunya telah terbuka, dan seperti yang kuduga, orang yang masuk adalah Fukube Satoshi. Sama sekali tidak merasa malu, dia berkata dengan kurang ajar, "Yah, maaf. Aku tidak bermaksud untuk menguping." |
||
+ | “ Ah iya, ngomong – ngomong kita belum memilih seseorang sebagai ketua. Apa yang harus kita lakukan? ” |
||
− | "Mungkin kau memang tidak bermaksud, tapi bagaimanapun tetap saja kau berakhir dengan melakukannya." |
||
+ | “ kau benar. Walaupun Houtarou tampaknya tidak cocok sebagai ketua klub ini. ” |
||
− | "Mungkin memang begitu. Tapi aku hanya tidak bisa menyela ketika melihat Houtarou yang biasanya tidak aktif menghabiskan waktu berharganya dengan seorang gadis di ruang kelas khusus saat senja. Aku tidak ingin mengacaukannya." |
||
+ | Orang – orang ini takkan pernah mengerti bagaimana sistem kehidupan hemat energiku. Kalaupun hanya Satoshi, aku bisa mengurusnya, tapi masalah iutamanya adalah. . |
||
− | ==Catatan penerjemah dan referensi== |
||
+ | Pandangan kami bertemu. Chitanda Eru tersenyum dengan matanya yang lebar. |
||
− | <references /> |
||
+ | Masalah utamanya adalah gadis ini. Aku punya perasaan yang kabur tentang ini. |
||
− | <noinclude> |
||
− | {| border="1" cellpadding="5" cellspacing="0" style="margin: 1em 1em 1em 0; background: #f9f9f9; border: 1px #aaaaaa solid; padding: 0.2em; border-collapse: collapse;" |
||
− | |- |
||
− | | Kembali ke [[Hyouka (Bahasa Indonesia)|Halaman Utama]] |
||
− | | Kembali ke [[Hyouka Bahasa Indonesia:Jilid 1 Bab 1|1 - Surat dari Benares]] |
||
− | | Lanjut ke [[Hyouka Bahasa Indonesia:Jilid 1 Bab 3|3 - Aktifitas-aktifitas Klub Sastra Klasik yang Bergengsi]] |
||
− | |- |
||
− | |} |
||
− | </noinclude> |
Revision as of 13:57, 26 May 2014
Banyak yang menyebutkan kehidupan semasa SMA itu bagaikan “ berwarna seperti mawar ” Dengan tibanya akhir tahun 2000, kedatangan hari yang cocok dengan deskripsi yang didefinisikan dalam kamus Jepang mungkin tidak terlalu jauh.
Bagaimanapun, bukan berarti semua pelajar SMA akan mengharapkan sebuah kehidupan “berwarna mawar” itu. Apakah itu belajar, olahraga maupun percintaan, tetap akan ada beberapa orang yang lebih memilih kehidupan “berwarna abu-abu” ketimbang selainnya ; Aku tahu sedikit dalam perhitunganku. Tapi tetap saja, cara tersebut membuat seseorang cukup kesepian untuk kehidupan seorang manusia.
Disini aku sudah memulai percakapan dengan tema semacam itu dengan teman lamaku, Fukube Satoshi di ruang kelas, disinari oleh cahaya matahari senja. Seperti biasa, Satoshi selalu memaparkan senyumnya dan mengatakan “ Begitulah yang kupikirkan . Ngomong – ngomong, Aku tak pernah tahu bahwa kau seorang yang masokhis. “
Betapa salah perkataannya. Lalu aku memprotes. “ Apa kau akan mengatakan bahwa kehidupanku “ berwarna abu – abu ? ”
“Pernahkah aku mengatakannya ? Tapi Houtarou, apakah itu belajar, olahraga, atau apa satu lagi? Percintaan? Aku tak pernah berfikir kau akan serius dalam ketiganya. ”
“ Tapi aku juga tidak pernah memandang kebelakang untuk hal itu juga”
“ Yap, benar ”
Senyum Satoshi melebar.
“ Lagipula kau hanya “menghemat energi ”
Aku menyetujuinya dengan mendengus. Tidak masalah selama kau mengerti bahwa aku sebenarnya tidak terlalu benci membuat diriku aktif. Aku hanya tidak suka membuang – buang energiku untuk hal yang idak berguna. Gaya hidupku adalah menghemat energi untuk kemajuan planet ini. Dengan kata lain “ Jika aku tidak perlu melakukannya, Aku tidak akan melakukannya Jika aku harus melakukannya, Aku akan lakukan dengan cepat ”
Selagi aku mengucapkan motto ku, Satoshi mengangkat bahunya seperti biasa.
“ Entah itu “hemat energi” ataupun “sinisme” , keduanya sama, kan? Pernahkah kau mendengar tentang Instrumentalisme?
“ Tidak ”
“ Dengan kata lain, maksudnya untuk orang – orang sepertimu yang tidak punya ketertarikan sama sekali, hanya dengan melihat fakta bahwa kau tidak mengikuti satupun klub di SMA Kamiyama, “ Tanah Suci ” –nya semua aktivitas klub sekolah, membuatmu menjadi orang yang “berwarna abu – abu”
“ Apa? Apa kau akan mengatakan bahwa kematian karena pembunuhan sama dengan kematian karena kelalaian? ”
Satoshi menjawabnya tanpa ragu, “ Dari beberapa perspektif, ya. Walaupun masalah tersebut sangat berbeda jika engkau ingin mencoba meyakinkan orang mati bahwa kematiannya disebabkan kelalaian dirimu agar bisa menenangkan jiwanya ”
“ ... ” Dasar muka tebal sialan. Aku sekali lagi melihat orang didepanku ini. Fukube Satoshi, teman lamaku, sekaligus lawan yang pantas dan rival yang mematikan, tapi cukup pendek untuk seorang laki – laki. Bahkan sebagai murid SMA, dia sering dikelirukan sebagai orang yang agak feminim dan lemah, tapi sebenarnya sifat aslinya berbeda, Agak susah menjelaskan perbedaannya, sih. Tapi bagaimanapun, dia berbeda. Selain selalu tersenyum sepanjang waktu dan dia selalu terlihat membawa tas bertali, sebagaimana lambang “muka tebalnya” ia. Dia juga anggota Klub Kerajinan Tangan, jangan tanyakan kenapa.
Berdebat dengannya hanya mebuang – buang energi. Aku melambaikan tangan untuk menandakan akhir dari percakapan ini.
“ Yah, terserah. Pulanglah duluan. ”
“ Yap, kau benar. Aku tidak punya aktifitas klub hari ini. . mungkin aku akan langsung pulang. ”
Ketika ia meragangkan pinggangnya, ia langsung menyadari sesuatu dan langsung menatapku.
“ Pulanglah duluan? Jarang aku mendengarkannya darimu ”
“ Apa? ”
“ Jika itu pulang kerumah, bukankah kau yang biasanya duluan pulang kerumah bahkan sebelum mengucapkan kalimat itu? Apa yang akan kau lakukan sepulang sekolah padahal kau tidak ada mengikuti Klub manapun? ”
“ Ah ”
“ Aku menaikkan alisku dan mengambil secarik kertas dari saku kanan jaket seragamku. Setelah memberikannya dengan tenang kepada Satoshi, matanya terbuka lebar dalam ketakjuban. Tidak, Dia berlebihan. Tidak terliha seperti terkejut , walaupun matanya benar – benar terbuka lebar. Yah, Satoshi memang terkenal dengan ekspresi berlebihannya.
“ Apa?! Bagaimana bisa ?! ”
“ Satoshi, tenangkan dirimu ”
“ Bukankah ini formulir pendaftaran Klub? Aku terkejut, Apa yang sebenarnya terjadi, seorang Houtarou tiba tiba berkeinginan mengikuti sebuah Klub . . ”
Kertas itu memang Formulir pendaftaran Klub. Setelah melihat nama Klub yang tertulis di kertas tadi, Satoshi menaikkan alisnya.
“ Koten-bu ? ” “ Klub Sastra Klasik ? ”
“ Kau pernah mendengarnya? ”
“ Tentu saja, tapi, kenapa Klub Sastra Klasik? Apakah kau tiba – tiba punya ketertarikan dalam hal literatur klasik? ”
Sekarang bagaimana aku harus menjelaskannya ?Aku meregangkan otot kepalaku dan mengambil secarik kertas lainnya dari saku kiriku.Kertas isi berisi tulisan tangan, yang baru saja aku berikan kepada Satoshi.
“ Bacalah ”
Satoshi langsung mengambil surat itu dan mulai membacanya, dan seperti yang kuduga, dia tertawa.
“ Haha, Houtarou, pasti merepotkan. Permintaan dari kakakmu, ya? Tidak mungkin kau akan menolaknya ”
Kenapa dia tampak sangat gembira? Disisi lain Aku sangat sadar bahwa aku menunjukkan ekspresi pahit. Surat dari India yang datang tadi pagi ini nampaknya mencoba untuk merubah gaya hidupki. Oreki Tomoe memang selalu begitu, mengirim surat untuk merubah hidupku.
“ Houtarou, tolong lindungi Klub Sastra Klasik, masa muda kakakmu dulu ”
Ketika aku membuka amplop surat ini dan membaca surat singkat tersebut tadi pagi. Aku sadar akan keegoisannya. Aku tidak punya kewajiban untuk melindungi memori masa lalu kakakku, tapi . .
“ Apa keahlian kakakmu? Jujutsu? ”
“ Aikido dan Taiho-Jutsu. Cukup mengesankan untuk seseorang yang mempunyai niat untuk melukai .”
Yap, kakakku, mahasiswi yang terampil baik di akademik maupun bela diri, tidak hanya puas dengan menaklukkan Jepang sendirian , dan dia memutuskan untuk keluar negeri dan menantang dunia, Tidak bijak mencari masalah dengannya. Dan kemudian, ketika aku mencoba menolak dengan kebanggan yang kupunya, ada benarnya juga kalau aku hanya punya sedikit alasan untuk melawannya.Lagipula kakakku ada benarnya, bahwaaku tak punya kegiatan yang lebih berguna.Akhirnya aku menentukan lebih baik menjadi anggota klub pasif dibanding menjadi murid yang tidak bergabung ke klub manapun, dan akhirnya tanpa ragu “ Aku mengisi formulir itu tadi pagi.”
“ Kau tau apa artinya ini, Houtarou? ”
Satoshi berbicara sambil meliriksurat kakakku. Aku mengeluh dan berkata “ Yah, tidak ada keuntungannya dari hal ini ”
“ … Bukan, bukan itu maksudku. ”
Setelah mengalihkan pandangannya ke surat itu, Satoshi berbicara dengan nada senang yang agak aneh. Dia mengetuk surat tersebut dengan punggung tangannya dan berkata, “ Saat ini tidak ada satupun anggota di Klub Klasik, kan? Itu berarti hanya kau yang menjaga ruang klub itu sendirian.Bukankah itu hebat?Sebuah markas pribadi dalam komplek sekolah dimana kau dapat melakukan sesuatu sesukamu. ”
Markas pribadi?
“ . . . Mungkin kelihatannya menarik. ”
“ Tidakkah kau menyukainya? ”
Alasan yang aneh, Satoshi tadi mengatakan bahwa aku mungkin bisa memiliki sebuah markas rahasia di sekolah.Ide itu tak pernah terfikirkan olehku. Ruang pribadi, eh? ? Bukan seperti aku sangat menginginkannya dan akan bekerja keras untuk itu...Tapi tak terlalu buruk jika akhirnya dapat membuatku lebih senang. Aku mengambil kembali surat tadi dari Satoshi dan membalas, “ Mungkin tidak terlalu buruk. Aku akan mengeceknya. ” “ Bagus, Peluang hanya muncul bagi orang yang mencobanya." Peluang muncul bagi yang mencobanya, eh? Yah, kalimat tersebut sebenarnya tidak cocok dengan kepribadianku sih, jadi aku hanya senyum pahit dan mengambil tas bahu ku. Aku masih memegang teguh motto ku.
Dari jendela yang terbuka, sahutan Tim Atletik bisa terdengar jelas. “ … Semangat !Semangat !Semangat ! … ” Aku tak akan terlibat dalam kegiatan yang membuang – buang energi. Jangan salah paham, Aku tidak bilang bahwa menghemat energi adalah pilihan utama, jadi aku tidak akan menilai orang aktif sebagai orang yang benar – benar bodoh. Sementara itu aku masih berjalan menuju ruang Klub Klasik ketika masih mendengar sorakan mereka.
Aku berjalan menyusuri koridor berkeramik dan terus sampai di lantai tiga. Aku bertemu oleh seorang penjaga sekolah yang sedang membawa tangga, aku menanyakan dimana ruang Klub Klasik, dan ternyata di Ruang Geografi yang terletak di lantai empat Gedung Kebutuhan Khusus.
Sekolah ini, SMA Kamiyama, jumlah muridnya maupun luas area sekolah ini bukanlah berlebihan. Jumlah semua murid disini hampir ribuan. Sekolah ini menyediakan kurikulum untuk ujian tes universitas seperti sekolah lain, tapi tak terlalu terkenal dalam akademiknua. Dengan kata lain, sekolah ini hanya sekolah biasa. Tapi disisi lain, sekolah ini mempunyai jumlah Klub yang sangat banyak ( seperti Klub Melukis dam Klum Akapela, dan juga Klub Klasik), tapi karena itu sekolah ini terkenal karna mempunyai Festival Budaya Tahunan.
Di komplek sekolah ini ada tiga bangunan besar. Gedung Utama yaitu terdapatnya ruang kelas. Kemudian Gedung Keperluan Khusus yaitu terdapatnya ruang kelas untuk mata pelajaran khusus, dan terakhir Gedung Olahraga. Yah, ini semua memang normal. Satu lagi, disini juga terdapat Dojo dan Gudang Peralatan Olahraga. Dan Ruang Klub Klasik terdapat di lantai keempat dari Gedung Keperluan Khusus, cukup terpencil.
Sambil mengutuk karna membuang – buang energi, aku berjalan melalui koridor penghubung dan naik ke lantai empat, dan langsung menemukan Ruang Geografi. Tanpa ragu aku langsung membuka pintu geser itu, tapi ternyata terkunci. Sudah kuduga terkunci, karna biasanya semua ruang keperluan khusus memang dikunci jika kosong. Aku mengambil kunci yang sebelumnya kupinjam untuk “menghemat energi” dan membuka kuncinya.
Setelah membuka kuncinya, aku membuka pintunya, didalam Ruang Geografi yang kosong, matahari tenggelam bisa dilihat dari jendela yang mengarah ke barat.
Bukankah tadi aku bilang “kosong” ? Ternyata tak seperti yang kuharapkan.
Didalam Ruang Geografi yang masih bermandikan cahaya senja, yang menjadi ruang Klub Klasik, ternyata sudah ada seseorang disana.
Seorang murid berdiri didekat jendela memperhatikanku. Dia seorang gadis.
Ketika kata “anggun” dan “rapi” bukanlah kata pertama yang melintas di kepalaku setelah melihatnya, tapi kupikir tak ada kata lain yang cocok untuk menjelaskan penampilannya selain itu. Rambut hitam panjangnya terurai dibawah bahunya, dan seragam pelautnya sangat cocok baginya. Dia cukup tinggi untuk seorang gadis, mungkin lebih tinggi dari Satoshi.Dan sudah jelas bahwa dia seorang siswi, bibir tipisdan sosok kesepiannyamemperkuatgambaran klasikseorang siswi SMA dalam pikiranku.Tapi ada yang berbeda, pupil matanya besar, dan bukannya anggun, matanya lebih terlihat bersemangat.
Dia adalah seorang perempuan yang aku tak pernah mengenalnya.
Setelah melihatku, dia tersenyum dan berkata, “Hello. Kau pasti Oreki-san dari Klub Klasik, kan? ”
“ … Siapa kau? ”
Aku bertanya dengan terus terang. Yah aku memang tak terlalu pandai berinteraksi dengan orang lain, Aku tak bermaksud untuk bersikap dingin terhadap orang yang baru kukenal. Ketika aku tak mengenalnya, untuk alasan tertentu, sepertinya dia mengenalku. “ Tidakkah kau mengenalku? Namaku Chitanda, Chitanda Eru. ”
Chitanda Eru. Walaupun dia telah memperkenalkan dirinya, aku masih tak ingat. Ngomong – ngomong, nama Chitanda mungkin agak langka, dan nama depannya Eru. Tak mungkin bagiku untuk lupa mengingat nama seperti itu.
Aku menatap kembali gadis yang bernama Chitanda itu. Setelah kuyakin aku tak mengenalnya, aku membalas, “ Maaf, aku tak ingat siapa kau. ”
Masih dengan senyumannya, dia memiringkan kepalanya, tampaknya agak bingung.
“ Kau Oreki-san, kan? Oreki Houtarou dari Kelas 1-B ? ”
Aku mengangguk.
“ Aku dari kelas 1-A ”
Jadi kau ingat sekarang? Mungkin kalimat itu yang dimaksudkannya… Atau ingatanku yang separah ini?
Tunggu sebentar. Aku dari kelas B dan dia dari kelas A, Apa mungkin ada kami memiliki kesempatan berjumpa sebelumnya?
Walaupun di tingkat yang sama, tak mungkin murid dari kelas yang berbeda bisa berjumpa dengan kelas lainnya. Satu – satunya kesempatan yang memungkinkan adalah melalui aktifitas klub atau teman yang dikenal. Aku tak punya hubungan seperti itu. .
Berarti pertemuan ini harus melibatkan semua pelajar, tapi yang paling memungkinkan dari sana hanyalah saat upacara pembukaan sekolah pada awal semester. Disamping itu, Aku tak pernah berfikir seseorang telah memperkenalkanku ke orang lain diluar kelasku.
Tidak, tunggu sebentar. Aku ingat, Itu dia, kesempatan lain untuk bertemu kelas lain saat belajar, Jika hatus menggunakan peralatan khusus, akan lebih fleksibel mengajar lebih dari satu kelas sekaligus. Berarti kemungkinannya pada jam olahraga ataupun sebi bela diri. Pada SMP juga ada pelajaran kejuruan, tapi berhubung SMA lebih kepada akademik, hal tadi tidak dihitung. Dan pelajaran olahraga laki – laki dan perempuan dipisahkan, berarti...
“ Mungkinkah kita dari kelas musik yang sama? ”
“ Ya, benar ! ”
Chitanda menganggukkan kepalanya dengan senang.
Meskipun aku telah menduganya, aku masih saja terkejut. Demi sisa kebanggaanku saat ini. Aku mengaku aku hanya pernah menghadiri sekali pelajaran seni tambahan semenjak aku masuk sekolah ini. Jadi tentu saja tidak mungkin bagiku untuk mengingat satupun nama ataupun wajah orang – orang disini !
Tapi disisi lain, gadis bernama Chitanda ini mampu mengingatku hanya dengan sekali pertemuan, yang dalam kenyataannya hal ini pasti mustahil. Asal kau tahu, dia pasti memiliki kemampuan mengamati dan mengingat yang mengerikan.
Tapi, bisa saja ini semua hanyalah kebetulan . “Orang yang berbeda akan memahami makna yang berbeda setelah membaca koran yang sama”. Setelah itu, Aku sadar akan sesuatu dan bertanya, “ Jadi, Chitanda-san. Kenapa kamu berada di Ruang Geografi? ”
Dia langsung menjawab, “ Aku baru saja bergabung dengan Klub Klasik, jadi kupikir aku harus kemari untuk memperkenalkan diriku ”
Bergabung dengan Klub Klasik, dengan kata lain, dia menjadi anggota.
Pada saat itu aku hendak ingin dia tau bagaimana ferasaanku. Jika dia bergabung kedalam klub, ini berarti akhir dari “markas rahasia”ku di klub ini maupun memenuhi kewajiban dari kakakku.. Aku tak punya alasan untuk bergabung ke klub ini. Aku mengeluh dalam hati... ini sia - sia. Ketika masih berfikir, aku bertanya, "Apa alasanmu bergabung ke klub ini?"
Aku tak mau bergabung ke klub ini !.Aku mencoba untuk menyampaikan pesan tersirat ini, tapi tampaknya dia tak menyadarinya.
“ yah, sebenarnya aku punya alasan pribadi untuk bergabung ke klub ini. ”
Dia bahkan mengelak pertanyaanku. Tak kusangka. Chitanda Eru ini agak mencurigakan.
“ Bagaimana denganmu, Oreki-san.? ”
“ Aku? ”
Nah ini yang susah. Bagaimana aku harus menjawabnya? Kupikir dia tak akan mengerti bahwa aku bergabung ke klub ini hanyalah perintak dari kakakku. Tapi ketika hendak memikirkannya, aku menyadari bahwa dia tampaknya tak sangat ingin alasanku,.
Tiba – tiba pintu bergeser terbuka dan suara dentumannya terdengar keras. “ Hei ! Apa yang kalian lakukan disini? ”
Dia seorang guru. Tampaknya berpatroli sekeliling sekolah setelah jam keluar. Dengan badan yang terbentuk dan kulit berwarna coklat, dia tampaknya guru Olahraga. Walaupun dia tak membawa pedang bambu, dia yang sekarang tak jauh beda jika membayangkannya membawa pedang. "Meski dia sudah melewati umur *terbaik* nya, dia masih memiliki aura wibawa."
Chitanda mundur selangkah setelah tiba – tiba dirinya diteriaki seperti itu, tapi dengan cepat kembali dengan senyumannya. Dia kemudian pergi untuk menyapa guru itu.
“ Selamat sore, Morishita-sensei. ”
Dia membuat sapaan yang tepat dengan caranya menundukkan kepalanya dengan sudut dan kecepatan yang tepat. Melihat bagaimana tata kramanya dimanapun dia berada, aku mulai merasa iri melihatnya. Kemudian guru yang bernama Morishita ini, menjadi terdiam karena kesopanannya, tapi kemudian berbalik berteriak keras lagi.
“ Aku melihat pintu terbuka dan aku langsung menghampirinya. Dan apa yang kalian lakukan disini, masuk seenaknya kedalam kelas ini tanpa izin? Siapa namamu dan dari kelas mana? ”
... Hmph, tanpa izin, eh?
“ Aku Oreki Houtarou dari Kelas 1 – B. Ngomong – ngomong, sensei, ini ruang Klub Klasik, dan aku khawatir kau telah mengganggu aktifitas klub kami. ”
“ Klub Klasik..? ”
Tanpa menyembunyikan curiganya, dia berkata, “ Kukira klub itu sudah bubar. ”
“ Yah, itu semalam, sekarang sudah aktif kembali. Anda bisa mengkonfirmasinya dengan guru pengawas kami, umm. . . ”
“ Ooide-sensei, ”
“ Ya, anda bisa mengkonfirmasinya dengan Ooide-sensei. ”
Penjelasan yang tepat pada waktu yang tepat. Morishita kemudian menurunkan nada suaranya
“ Oh begitu, yah, silahkan lanjutkan apa yang kalian kerjakan. ”
“ Tapi anda hanya melihat kami ”
“ dan jangan lupa kembalikan kunci setelah selesai ”
“ Ya, Pak. ”
Morishita sekali lagi menatap kami dengan tatapannya yang akhirnya menutup pintu dengan keras. Chitanda sekali lagi meringkuk disebabkan suara tadi, kemudian dia berbisik, "Dia..."
“ Hmmm ? ”
“ Dia cukup ribut untuk seorang guru. ”
Aku tersenyum.
Bagaimanapun.
Rasanya aku tak ada urusan disini.
“ oke, sekarang kita sudah selesai dengan perkenalannya, bisakah kita pulang? ”
“ Eh? Kita tak punya aktifitas hari ini? ”
“ Well, Aku mau pulang. ”
Aku menyandang tas bahu ku, yang isinya tak banyak didalamnya, tan berbalik kearah Chitanda.
“ Kau yang mengunci pintu. Kau tak mau diteriaki lagi seperti tadi, kan? ”
“ Eh? ”
Aku kemudian meninggalkan ruang Geografi.
Atau lebih tepatnya. Ketika aku hendak keluar, ketika aku berhenti oleh suara Chitanda.
“ Tunggu sebentar ! ”
Aku berbalik dan menatapnya, yang tampaknya dia memiliki sesuatu yang tak dapat dipikirkannya, dan dengan polosnya dia mengatakan, "A-aku tak bisa mengunci pintunya.”
“ Kenapa? ”
“ Karna aku tak punya kuncinya. ”
Oh iya. Kuncinya denganku. Tak banyak kunci cadangan yang boleh dipinjamkan, tampaknya begitu. Jadi aku mengambil kunci dari saku ku dan memegangnya kearahnya.
“ Ini, kau yang . . Maaf, maksudku, tolong jaga baik – baik, Chitanda-san. ”
Tapi Chitanda tidak merespon. Dia langsung menatap kunci ang menggantung di jariku, dan sesudah itu dia memiringkan mepalanya dan bertanya, “ Oreki-san, mengapa kau membawanya? ”
Apakah dia kehilangan beberapa skrup di kepalanya?
“ Yah, aku tak kan bisa masuk tanpa kunci. . Tunggu sebentar, bagaimana..., maaf, bagaimana mungkin kau bisa masuk kedalam ruangan ini, Chitanda-san? ”
“ Pintunya tak terkunci saat aku masuk. Kupikir seseorang telah ada di ruangan ini sebelumku, jadi aku dapat masuk tanpa kunci. ”
Oh begitu, kecuali semenjak dia menerima surat dari mantan anggota seperti punyaku, dia mungkin takkan tahu bahwa tak ada satupun anggota di Klub Klasik.
“ Oh begitukah? Tapi pada saat aku datang pintunya terkunci. ”
Ternyata sebuah kesalahan bagiku untuk bersikap acuh tak acuh, sebagaimana ekspresi pada mata Chitanda berubah pandangannya menjadi tajam. Hanya imajinasiku atau memang benar pupil matanya membesar?.
Ternyata menjadi sebuah masalah jika aku acuh tak acuh, sebagaimana ekspresi pada mata Chitanda berubah drastis dan pandangannya menjadi tajam. Entah itu hanya hayalanku atau memang benar pupil matanya membesar? Terkejut dengan sikap kagetku, dengan nada pelan dia bertanya, “ Ketika kau bilang pintunya terkunci, apa yang kau maksud pintu yang kau lalui itu? ”
Ketika aku masih bingung dengan ekspresinya untuk seorang gadis yang anggun, Aku menggangguk. Entah dia sadar atau tidak, Chitanda maju selangkah kearahku.
“ Jadi berarti aku tadi terkunci dari dalam, kan? ”
Suara pukulan dari Tim Bisbol dari luar terdengar disini. Ketika aku tak punya urusan diruangan ini, Chitanda tampaknya ingin berbicara denganku untuk beberapa saat. Aku mengeluh dan mengalah, dan meletakkan tas bahuku di meja.
Terkunci didalam, itukah yang Chitanda katakan?. Begitukah? Aku berfikir sejenak. Kuncinya denganku, ketika Chitanda didalam ruang ini. Aku tak pernah ingat aku mengunci pintu ini.Berarti jawabannya mudah.
“ Bukankah kau yang menguncinya dari dalam? ”
Namun Chitanda menggelengkan kepalanya dan menolaknya dengan tegas.
“ Aku tak pernah melakukannya. ”
“ Well, kuncinya denganku. Siapa yang mungkin mengunci pintunya selainmu? ”
“ ... ”
“ Well, terkadang beberapa orang lupa ketika mereka telah mengunci pintunya atau tidak. ”
Lalu Chitanda tampaknya mengabaikan penjelasanku, dan langsung menunjuk sesuatu di belakangku.
“ Ngomong – ngomong, apakah dia temanmu? ”
Aku berbalik, dan melihat siluet kerah seragam berwarna hitam diantara pintu geser itu,Pandangannya bertemu denganku. Aku mengingat seseorang yang memiliki mata berwarna coklat ditambah dengan senyumannya. Jadi aku meninggikan nada suaraku dan berkata, “ Satoshi! Inilah hobi burukmu, menguping percakapan orang! ”
Pintunya terbuka, dan seperti yang kuduga, orang yang masuk itu adalah Fukube Satoshi. Tanpa malu , tanpa malu dia mengatakan,
“ Yah, maaf. Aku bukan bermaksud menguping”
“ Kau mungkin tak bermaksud, tapi kau tetap saja melakukannya.”
“ Mungkin saja, Tapi aku tak bisa tahan ketika aku melihat seorang Houtarou Oreki yang pasif menghabiskan waktu berharganya sendirian bersama seorang gadis di ruang kelas spesial ketika senja. . Aku tak akan melewatkannya
Apa yang dia katakan?
“ Kupikir kau telah pulang kerumah. ”
“ Yah, rencananya begitu, tapi kemudian aku melihatmu dengan gadis ini di kelas ini dari bawah. Tampaknya aku beum cukup berpengalaman dalam hal mengintip.”
Aku mengabaikan komentar Satoshi tentang melihat kami dari luar, paling itu hanya candaannya. Tapi untuk beberapa orang yang tak mengerti candaan ringan seperti itu, mereka menganggapnya serius.
Tampaknya Chitanda juga telah dibodohi.
“ Eh, eh, A-aku . . “
Ekspresi tenangnya beberapa saat tadi hilang, tergantikan oleh ekspresi kebingungan. Dia seseorang yang memiliki tipe selalu memancarkan ekspresinya di wajahnya, saat dia muncul dan mengatakan “ Lihat, aku sedang bingung sekarang” dengan gugup. Ketika cukup menyenangkan melihat dia seperti itu, aku sadar aku tak boleh membiarkannya terlalu lama seperti itu.
Syukurlah, untuk menunjukkan bahwa kata-katanya Saotshi adalah candaan belaka, pertanyaan yang kau butuhkan adalah, “ Apakah kau serius? ”
“ Tentu saja tidak. ”
Phew. Chitanda menghela nafasnya. Seperti motto Satoshi : “ Candaan harus digunakan sesekali, jadi juga terkadang akan menyebabkan kesalahpahaman jika caramu tidak benar. ”
“ ... Oreki-san, siapa dia? ”
Setelah selesai dari joke nya Satoshi, Chitanda bertanya karna kebingungan. Tampaknya aku harus memperkenalkan Satoshi kepadanya, atau kami tak dapat pergi kemana – mana. Aku mengatakannya dengan singkat. “ Oh, dia? Dia Fukube Satoshi, seorang manusia “palsu” ?. ”
“ Palsu? ”
Perkenalan paling cocok baginya, yang Satoshi tampaknya menghargai humorku.
“ Haha, perkenalan yang bagus, Houtarou. Senang berkenalan denganmu. Dan kamu? ”
“ Chitanda, Chitanda Eru. ”
Setelah mendengar nama “Chitanda”, Satoshi bereaksi dengan aneh, awalnya dia tampaknya tak dapat berkata – kata. Tapi untuk seorang pembicara seperti Satoshi, jarang aku melihatnya seperti itu.
“ Chi.. Chitanda-san? Chitanda yang itu ? ”
“ Hmm? Aku tak tau Chitanda mana yang kaumaksud, tapi aku yakin hanya dia yang bernama Chitanda di sekolah ini ”
“ Berarti memang dia. Aku terkejut. ”
Ekspresi terkejut Satoshi kali ini asli.Dan jika dia terkejut, harusnya aku juga.aku baru mengerti kalau dia ini memiliki caranya sendiri untuk mendapatkan informasi –informasi yang sangat berharga. Tapi apa yang membuatnya begitu terkejut? Aku tak dapat menebaknya.
“ Hei, Satoshi, kali ini apa? ”
“ Kali ini apa, kau bilang? Aku tau kau tak tau banyak, tapi apa kau yakin tak pernah mengenal Klan Chitanda? ”
Kali ini, Satoshi menggelengkan kepalanya dan mengeluh berlebihan. Tentu saja, ini salah satu dari cara Satoshi melakukan joke nya. Sejak aku tau dia sangat berpengalaman mengumpulkan informasi yang sangat tak berguna, Tapi aku tetap tak malu bila menjadi temannya.
“ Bagaimana dengan keluarga Chitanda-san? ”
Mengangguk dengan perasaan puas, Satoshi mulai menjelaskan.
“ Waktu itu ada beberapa klan bergengsi di kota Kamiyama ini, tapi yang paling tekenal adalah empat ‘Exponential Clans’ ini. Yaitu Klan Juumonji (十文字) klan yang memiliki kuil Arekusu, Klan Sarusuberi (百日紅) klan yang mempunyai toko buku, Klan Chitanda (千反田) klan dengan sawah mereka yang luas, dan Klan Manninbashi (万人橋) yang menguasai areal gunung. Kanji pertama dari nama keluarga mereka diwakili oleh eksponensial dari angka sepuluh (十百千万), karenanya mereka dipanggil dengan ‘Exponential Clans’. Klan lainnya yang memiliki jejak yang sama dengan empat klan ini adalah Klan Irisu yang memiliki rumah sakit, dan Klan Togaito dengan dominasi mereka dalam edukasi.” Aku tercengang, Aku berkedip dengan curiga dan bertanya, “ Empat Klan? Satoshi, apa kau serius? ”
" Kejamnya. Pernahkah aku berbohong tentang hal – hal seperti ini?"
Jika Satoshi mengatakan itu benar, berarti tak salah lagi memang benar adanya. Namun, klan bergengsi pada zaman sekarang? Ketika Satoshi masih merengut, Chitanda membantunya.
“ Umm, Aku pernah mendengar cerita itu sebelumya. Ya walaupun aku masih kurang yakin bahwa keluargaku mejadi klan yang terkenal. ”
“ Jadi semuanya benar? ”
“ Tapi ini pertama kali aku mendengar tentang empat ‘Exponential Clans’. ”
Ketika aku menatap Satoshi, dia hanya mengangkat bahunya. ”
“ Aku sudah bilang bahwa aku tak berbohong. ”
“ Tapi semuanya dibuat – buat, kan? ”
“Ya, sesekali aku ingin memulai sesuatu seperti ini ”
Seolah – olah hendak mengakhiri topik ini, Satoshi bertepuk tangan dan berkata, “ Ngomong – ngomong, Houtarou, ada masalah apa? ”
Kau sangat ingin tahu. Untuk mempersingkat waktu, aku menjelaskan semuanya kepadanya.
Hari semakin gelap, dan Chitanda menghidupkan lampu.
Setelah mendengar cerita, Satoshi menyilangkan lengannya dan mulai mengeluh.
“ Hmm, kasus yang aneh. ”
“ Begitukah? Atau mungkin saja Chitanda lupa bahwa dia mengunci pintunya, kan? ”
“ Tidak, ini agak aneh. ”
Satoshi meluruskan lengannya kemudian bertepuk tangan.
“ Akhir – akhir ini, pihak sekolah sangat menuntut bagaimana kampus mereka beroperasi. Manajemen SMA Kami ini yang mengganggu.
Jika kamu tidak menyadarinya, tidak ada satupun kelas yang dapat dikunci dari dalam. Ini alasan utntuk mencegah para murid melakukan hal yang mencurigakan didalam kelas. Ketika Satoshi menjelaskannya dengan semangat, kecurigaan muncul di benak ku. Aku tau Satoshi bisa menjadi sangat rajin dalam hal menemukan pengetahuan sepele ini, tapi bukankah ia belajar terlalu banyak? Mengingat dia hanya baru berada di sekolah ini kurang dari sebulan.
“ Darimana kau tahu itu? ”
“ Ya, ketika aku mencoba bersembunyi didalam kelas untuk bereksperimen dengan sesuatu minggu kemarin, tapi aku sadar aku tak dapat mengunci pintu dari dalam. ”
“ Kau tau? Kupikir pintu sekolah ini didesain untuk mencegah seseuatu terjadi dari orang sepertimu “melakukan hal yang mencurigakan”. ”
“ yah, Kupikir begitu. ”
“ Sudah pasti ”
Kami berdua tertawa. Tapi karena tertawaan kami, Chitanda melangkah kebelakang, Menyadari hal ini, aku berhenti tertawa dan berkata, "Yah, berarti ada yang salah dengan kuncinya. Hari semakin gelap, saatnya aku pulang"
Aku berdiri dari kursi yang kududuki.
Aku merasakan seseorang memegang bahuku. Aku berbalik dan kulihat Chitanda, yang menghampiriku dari belakang tanpa kusadari.
“ Tunggu sebentar ! ”
“ Sekarang apa? ”
“ Aku penasaran ”
Setelah melihat muka Chitanda dari dekat, aku meringis.
“ Jadi? ”
“ Kenapa aku bisa terkunci dari dalam? . . atau jika aku tidak terkunci dari dalam, bagaimana bisa aku masuk kedalam kelas ini? ”
Pandangan Chitanda tampaknya memiliki kekuatan yang tak mau menerima jawaban bodoh sebagai alasannya. Merasa kewalahan tentang ini, aku membalas, “ Jadi tentang apa? ”
“ Kalaupun karena kesalahan seseorang, siapa dia? Dan mengapa dia mengunciku? ”
“ Tidak, kupikir ada yang salah dengan kuncinya.. ”
“ Aku sangat penasaran. ”
Dia mengatakan itu sambil berjalan kearahku, memaksaku untuk mundur kebelakang.
Pertamakali kupikir Chitanda adalah seorang gadis yang anggun, yang merupakan pengamatan pertamaku berdasarkan penampilannya, dan sekarang aku menyadari bahwa aku sedang melihat kepribadian aslinya sekarang. Terlebih lagi matanya yang terlihat bersemangat, yang mana berlawanan dengan penampilan keseluruhannya. Matanya merefleksikan kepribadian aslinya. “ Aku penasaran ”. Kalimat itu sendiri telah membuat gadis “Exponential Clan ” ini sangat penasaran.
“ Apa yang sebenarnya terjadi? Oreki-san, dan juga Fukube-san, maukah kalian membantuku? ”
“ Kenapa aku harus melaku. . ”
“ Yah tampaknya menarik. ”
Memotong pembicaraanku, Satoshi langsung menerima tantangannya. Sudah kuduga Satoshi akan begitu, tapi, “ Well, Aku akan pulang, Aku tak tertarik. ”
Tak ada alasan jelas, bagiku, ini hanyalah membuang – buang energi. Dan jika aku tak perlu melakukannya, aku tak akan melakukannya.
Namun, Satoshi, yang seharusnya sangat tau kebiasaanku, mengatakan, " Oh ayolah Houtarou, bantu kami. Aku akan melakukannya jika aku bisa, tapi aku tak dapat berdeduksi hanya berdasarkan database ku. ”
“ Ini bodoh, Aku . . ”
Ketika aku hendak melanjutkan perkataanku, mata Satoshi berbinar. Setelah itu, Chitanda pun juga.
“ ... Ugh. ”
Dengan mulutnya yang tertutup, dan menggenggam roknya, dia melotot kearahku. Aku langsung mundur selangkah menjauhinya. Jika ini hanya tentang membandingkan intensitas kepribadiannya, dia takkan kalah dari kakakku. Ini peringatan dari Satoshi :
Kupikir kau lebih baik mengikuti keinginannya
Menatapku secara bergantian, antara Chitanda dan Satoshi, aku menggangguk dengan lembut kearah Satoshi dan menerima sarannya.
Sebaliknya, Kami mungkin mendatangkan kemalangan kepada kami sendiri.
“ ... Yeah, kupikir ini agak menarik. Aku akan memikirkannya. ”
Aku tak punya pilihan lain selain mengatakannya dengan nada datar. Namun respon itu cukup untuk membuat Chitanda berhenti menatapku.
“ Oreki-san, apakah kau sudah mendapatkan penjelasannya? ”
“ Tunggu sebentar. Houtarou adalah tipe yang “berfikir sebelum bertindak” .Namun jika ia mulai berfikir serius, dia akan menyelesaikannya, ”
Jangan banyak omong. Walaupun bertindak sebelum berfikir bukan hal yang bagus.
Dan aku mulai berfikir.
Ketika Chitanda masuk ke ruangan ini, kuncinya terbuka. Kemudian ketika aku disini, pintunya jelas terkunci.
Jika perkataan Satoshi ada benarnya, berarti tak mungkin Chitanda mengunci dirinya dari dalam. Bagaimanapun, , bukan tampak seperti alasan, pasti ini hanyalah aksi yang tidak disengaja. Contohnya, pintunya dalam keadaan setengah terkunci saat Chitanda masuk ke ruangan, dan pegas diantasa kuncinya mungkin menutup tepat pada saat dia masuk dan menyebabkan pintunya terkunci.
Setelah menjelaskan teori ini, Chitanda memiringkan kepalanya ketika menerima jawabanku, walaupun Satoshi langsung menaikkan nada suaranya.
“ Itu mustahil. Tak mungkin SMA Kamiyama akan membuat kuncinya bisa semi-terkunci berdasarkan desain kuncinya. Tak mungkin bisa. ”
“ Tak ada kemungkinan lain, eh? ”
Kalau begitu, berarti pintu pasti dikunci oleh seseorang. Kemudian aku bertanya. “ Apakah kau ingat kapan kau masuk keruangan ini? ”
Chitanda berfikir sejenak, dan mengatakan “ Tepat sebelum kamu, kupikir sekitar tiga menit. ”
Tiga menit, terlalu singkat. Tak cukup waktu, berhubung Ruang Geografi adalah ruang paling terpencil di SMA Kamiyama.
... nah ini agak susah. Ketika aku hendak memikirkannya lagi, Chitanda tiba – tiba menyahut, “ Ah! ”
“ Ada apa, Chitanda-san? ”
“ Aku tahu. Pikirkanlah, siapa lagi yang memiliki kunci? ”
“ Huh? Siapa? ”
Chitanda tersenyum. Untuk beberapa alasan, aku punya perasaan buruk tentang ini. Dan seperti yang kuduga, gadis ini berbalik kepadaku dan berkata, “ Oreki-san, tentu saja. Dia yang memegang kuncinya. ”
Seperti yang kuduga. Daripada menyimpulkan bawha ini itu adalah deduksi yang tepat, dia menyadari sesuatu dan berkata, “ Ah, tapi apa mungkin? Bukankah Oreki-san orang yang dapat dipercaya? ”
Apa kau seharusnya mengatakan hal seperti itu kepada orang yang sedang khawatir? Ketika aku tak dapat berkata – kata, Satoshi tertawa dan mengatakan, “ Well, aku tak tahu tentang Houtarou adalah orang yang dapat dipercaya atau tidak, tapi kupikir dia bukan tipe orang yang akan bersenang – senang dengan mengurungmu disini. Dia tak untung sedikitpun dari hal ini, bagaimanapun juga. ”
Stop. Kau tau seperti apa aku ini – Aku tak akan melakukan hal yang tak menguntungkan bagiku.
Ini berarti bukan aku yang mengunci pintunya.
Kemudian . . Siapa orangnya?
Aku tak paham. Kemudian aku menggaruk kepalaku
Aku tak punya sedikitpun petunjuk. Untuk beberapa alasan, aku merasa bersalah dan bertanya, “ Ini tak baik Apa kau punya sebuah petunjuk? ”
“ Petunjuk? Maksudnya? ”
Pertanyaan balasan yang sangat singkat
“ Sebuah petunjuk adalah sebuah petunjuk ” Satoshi membantu menjelaskan penjelasanku yang kelewat singkat.
“ Sesuatu yang berbeda dari biasanya. Apakah kau merasa berbeda atau aneh, Chitanda-san? ”
“ Hmmm, sekarang yang kau maksud . . ”
Apakah ada yang berbeda?. Ketika aku tak terlalu banyak berharap, Chitanda sudah melihat isi sekitar ruang geografi sebelum mengalihkan pandangannya kebawah dan berkata, “ Beberapa waktu lalu, Aku mendengar suara dibawah kaki ku. ” Suara?
Jadi seseorang mengunci pintunya? Aku tak punya ide.
Tidak, bagaimana, jika itu kasusnya.
... Begitu. Aku mulai mengerti semuanya. Satoshi menyadarinya dan berkata, “ Houtarou, kau tampaknya sudah menyadari sesuatu. ”
Secara diam – diam aku mengambil tas bahu ku.
“ Ke-kemana kau mau pergi, Oreki-san? ”
“ Kita akan pergi menyaksikan tersangka nya. Jika kita beruntung, kita mungkin dapat melihatnya. ”
Aku melihat Chitanda langsung mengikutiku, dan Satoshi tepat dibelakangnya.
Sekarang sudah cukup telat untuk pulang berhubung sekolah tutup sebentar lagi. Tim bisbol sudah terlihat merapikan peralatan mereka. Chitanda dan Satoshi, yang aku tinggalkan tadi sudah berada menemaniku. Atau dengan kata lain, mereka mengikutiku Chitanda berjalan disebelahku dan bertanya, “ Katakan kepada kami. Bagaimana kau menyadarinya. ”
Satoshi juga bertanya tepat dari sampingku. “ Dia benar. Tak seharusnya ada rahasia diantara kita. ”
Berhenti mengatakan hal – hal yang tak berguna. Tanpa memalingkan kepalaku, aku berkata, “ Sebenarnya ini bukan rahasia. Hal ini terlalu simpel sehingga tidak membutuhkan penjelasan. ”
“ Ini mungkin simpel bagimu, Oreki-san. Tapi aku tetap tak mengerti. ”
Chitanda cemberut.ini terlalu membosankan untuk dijelaskan, tapi mengelak pertanyaannya hanya akan membuang energi. Aku meluruskan tas bahu ku dan berpikir darimana aku harus mulai.
“ Oke, bagaimana jika kau terkunci oleh seseorang yang menggunakai kunci utama? ”
Setelah aku mengatakan sesuatu yang lain bukan fakta, Suara Chitanda langsung naik karna terkejut. Tampaknya kita akan memulai penjelasannya dari sini.
“ Eh? Bagaimana mungkin? ”
“ Ruang geografi cukup terpencil di kawasan sekolah ini. Jika seseorang menggunakan kunci biasa, dia pasti harus mengembalikan kunci ini ke ruangan staf sebelum aku meminjamnya. Tiga menit untuk itu mungkin tak cukup jika seseorang yang melakukannya. ”
“ Oh begitu. Berarti kunci lain, dan berhubung hanya ada satu kunci biasa, yang lain pasti kunci utama, bukan? ”
Tepatnya, dan seharusnya, sudah wajar jika kunci utama tidak boleh digunakan oleh murid.
Terlebih lagi, ada sepotong informasi berharga tadi.
“ Chitanda-san, tadi kau bilang kau mendengar sesuatu dibawahmu, kan? ”
“ Iya ”
“ Jika suara itu muncul dari lantai empat, apa yang akan kau pikirkan pertama kali ? ”
Satoshi, yang kelihatannya agak lega, menjawab. “ Suaranya datang dari atas lantai tiga? ”
“ Benar, dan dialah pengguna kunci utama nya. ”
Satu –satunya orang yang bekerja memperbaiki peralatan kelas setelah pelajaran selesai adalah. .
“ Aku kagum kau bisa memikirkan penjaga sekolah sebagai orangnya. ”
Chitanda berbicara sambil mengangguk.
Orang yang kami lihat di lantai tiga tadi adalah seorang penjaga sekolah, yang membawa tangga besar. Setelah selesai dengan urusannya di kelas, ia meletakkan tangga itu di lantai dan mengeluarkan kunci dan sakunya. Dan yang kami lihat, dia mulai mengunci semua pintu kelas di lantai tiga satu persatu. Dengan kata lain, dia membuka semua kunci ruang kelas, kemudian mengerjakan apa yang patut ia kerjakan didalam kelas. Dan setelah selesai, dia kemudian mengunci semuanya sekaligus. Jika seseorang masuk ke kelas ketika kunci dibuka, jadi orang itu sangat tidak beruntung karna akan terkunci didalam kelas...Seperti Chitanda ini...
Dan melihat penjaga sekolah ini bekerja, aku tak punya ide. Dengan pergi ke banyak ruang kelas dan membawa sebuah tangga besar, mungkin pekerjaannya mengganti lampu untuk ruang kelas, atau mungkin mengecek batrai lampu atau alarm kebakaran atau semacamnya.Dengan kata lain, Pertanyan Chitanda sudah cukup terjawab.
Dan kemudian kasus ini ditutup.
“ Kau lihat? Sudah kubilang dia mampu menyelesaikannya jika dia serius.
“ Kau benar. Aku kagum. ”
Aku sendiri tak begtu kagum... Bagaimanapun, ini semua karna Satoshi yang telah memberitahuku tentang sistem manajemen kunci sekolah ini, dan Chitanda yang menyadari suara yang datang dari bawah. Awalnya rencanaku hanya untuk bertindak bodoh saja.. Oh well, mereka bisa memikirkan apa saja yang mereka inginkan dariku. Bagaimanapun, Aku telah berhasil menuntaskan masalah ini, tapi setelah melihat Chitanda dan kekaguman yang terpancarkan di matanya yang penuh arti itu, aku akhirnya terpaksa menelan semua complain yang kuterima.
“ Well, ngmong – ngomong Walaupun kau di dalam ruangan, aku masih tak paham bagaimana kau tidak bisa mendengar pintu tadi tekunci. ”
Namun Chitanda tidak menganggapnya sebagai kritik ataupun sindiran, dan hanya tersenyum.
“ Yap, Aku akan menjelaskannya. Aku ... ya, Aku sedang melihat sebuah bangunan dari jendela. ”
Dia berbicara sambil menunjuk ke sebuah bangunan di sisi jalan. Bangunan itu adalah Dojo Bela Diri.Bagunan dari kayu itu tampak lusuh, mulai lapuk karna sudah terlalu lama.Aku akhirnya memilih untuk (…) dan mengatakan pendapatku dengan jujur.
“Tampaknya kau terpseona dengan bangunan itu.”Aku memutuskan untuk mengutip kata – kata dari buku Chitanda dan mengutarakan opiniku dengan jujur. “ Kelihatannya kau terlalu terpesona oleh bangunan itu.”
“ Tidak, aku pikir bangunan itu agak misterius. ”
“ Hmm. ”
Aku tak menerti kenapa dia mengatakan bangunan itu misterius, tapi Satoshi kelihatannya mengerti akan sesuatu ketika dia bergumam, “Ya, tampaknya bangunan itu cukup tua.”
“ Ya, begitulah. ”
Begitukah? Mungkin saja, bisa saja perhatiannya teralihkan oleh bangunan itu. Aku tak punya ide bagaimana dia tak menyadarinya. Tak lama, kami sudah berada dekat lampu merah. Seperti kami, ada beberapa murid yang pulang dari sekolah.
“ Ngomong ngomong, kita belum berkenalan secara hormat. ” kata Citanda
“ Perkenalan? ”
“ Ya, aktifitas Klub Klasik secara resmi dimulai hari ini Ayo kita bersenang – senang bersama. ”
Klub Klasik ! Aku benar – benar lupa akan hal itu ! Aku seharusnya kesini hanya untuk melihat – lihat ruangan ini, tapi semuanya sia – sia semenjak Chitanda bergabung ke klub ini. Tapi semuanya sudah terlanjur, formulirku sudah dikumpulkan dan tentu saja sudah dicatat dalam laporan. Disekolah ini, mustahil untuk keluar dari klub setelah mengikutinya kurang dari sebulan.
Setelah aku menundukkan kepalaku, Chitanda tersenyum kepada Satoshi,
“ Apakah kau mau bergabung ke Klub Klasik, Fukube-san? ”
Satoshi menyilangkan lengannya dan tampak sedang berfikir, tapi kemudian menjawab, “ Well, tampaknya menarik. Oke, Aku ikut. ”
“ Senang berkenalan denganmu, Fukube-san. ”
“ Salam kenal, dan, Senang berkenalan denganmu, Houtarou. ”
Aku melihatnya sekilas dengan tatapan mengejek, yang akhirnya memilih untuk tetap play-dumb Dan ketika lampu jalan berwarna hijau, aku mulai berjalan. Dengan tangan tetap dalam saku, aku merasakan ada surat didalamnya. Surat itu adalah surat dari kakakku. Memang, semenjak surat ini dari Oreki Tomoe telah sampai, Perasaanku semuanya sudah direncanakan
Kau senang sekarang, kak ? Sekarang ada tiga orang dalam masa mudamu, yaitu Klub Klasik. Klub Sastra Klasik sudah bangkit kembali. Ini mungkin juga pernyataan “selamat tinggal” kepada hari – hari indah hemat energiku. Seperti mengapa. .
“ Ah iya, ngomong – ngomong kita belum memilih seseorang sebagai ketua. Apa yang harus kita lakukan? ”
“ kau benar. Walaupun Houtarou tampaknya tidak cocok sebagai ketua klub ini. ”
Orang – orang ini takkan pernah mengerti bagaimana sistem kehidupan hemat energiku. Kalaupun hanya Satoshi, aku bisa mengurusnya, tapi masalah iutamanya adalah. .
Pandangan kami bertemu. Chitanda Eru tersenyum dengan matanya yang lebar.
Masalah utamanya adalah gadis ini. Aku punya perasaan yang kabur tentang ini.