Difference between revisions of "Gekkou (Indonesia):Jilid 1 Resep Membunuh"
Line 1: | Line 1: | ||
==[Resep Membunuh]== |
==[Resep Membunuh]== |
||
− | + | Tiada ada hari aku tidak mendengar nama itu. |
|
− | "Tsukimori sangat cantik...," gumam teman kelasku Kamogawa, mendesah, lalu murid laki-laki lainnya mengangguk secara |
+ | "Tsukimori sangat cantik...," gumam teman kelasku Kamogawa, mendesah, lalu murid laki-laki lainnya mengangguk secara khidmat. |
− | "Dengar! Jangan biarkan tubuh ramping itu menipumu! Kau |
+ | "Dengar! Jangan biarkan tubuh ramping itu menipumu! Kau dengar aku? Ia juga memiliki... dada!" |
− | Tatapan kurang ajar mereka terfokus kepada gadis yang sedang |
+ | Tatapan kurang ajar mereka terfokus kepada gadis yang sedang dibicarakan, Tsukimori, yang sedang dikelilingi oleh kumpulan gadis yang berceloteh ria. Jika aku mendeskripsikan Youko Tsukimori dalam satu kata: Ia sangat "menyolok mata". |
"Tidakkah kau setuju Nonomiya?" |
"Tidakkah kau setuju Nonomiya?" |
||
Line 16: | Line 16: | ||
"Wow, itu jawaban yang dingin! Apakah kau benar-benar pria? Jika ada gunung, dakilah! Jika ada gadis manis, cintailah! Bukankah itu artinya menjadi pria?" |
"Wow, itu jawaban yang dingin! Apakah kau benar-benar pria? Jika ada gunung, dakilah! Jika ada gadis manis, cintailah! Bukankah itu artinya menjadi pria?" |
||
− | + | Kawanan laki-laki, dipimpin oleh Kamogawa, mulai menunjukkan reaksi berlebihan terhadap jawaban acuh tak acuhku. |
|
− | "Yah, aku hanya berpikir ia |
+ | "Yah, aku hanya berpikir ia terlalu sempurna." |
− | Ia memiliki wajah yang |
+ | Ia memiliki wajah yang cantik, ditambah dengan perilaku yang baik dan nilai yang cemerlang. Kepribadiannya yang menyenangkan membuatnya populer. Rupanya, ia juga jago dalam bidang olahraga. Youko Tsukimori terlihat gadis sempurna tanpa ada kekurangan. |
"Bagaimana bisa itu disebut buruk?" |
"Bagaimana bisa itu disebut buruk?" |
||
Line 26: | Line 26: | ||
"Aku tidak pernah menyebut itu buruk. Aku hanya merasa tidak tenang ketika di dekatnya." |
"Aku tidak pernah menyebut itu buruk. Aku hanya merasa tidak tenang ketika di dekatnya." |
||
− | "Aah, benar. Bagaimana pun Tsukimori memang diluar |
+ | "Aah, benar. Bagaimana pun Tsukimori memang diluar jangkauan kita..." |
Untung saja, Kamogawa menafsirkan pernyataanku menurut keinginannya. |
Untung saja, Kamogawa menafsirkan pernyataanku menurut keinginannya. |
||
Line 32: | Line 32: | ||
Kesanku yang sebenarnya yaitu ia terlalu sempurna sehingga ia menjadi membosankan dan berada di dekatnya akan menjadi menyesakkan. |
Kesanku yang sebenarnya yaitu ia terlalu sempurna sehingga ia menjadi membosankan dan berada di dekatnya akan menjadi menyesakkan. |
||
− | Mungkin memang kepribadianku yang sedikit aneh, tapi aku diam-diam menjaga jarak dari Tsukimori karena aku tidak bisa menemukan kesamaan |
+ | Mungkin memang kepribadianku yang sedikit aneh, tapi aku diam-diam menjaga jarak dari Tsukimori karena aku tidak bisa menemukan kesamaan di antara kami. |
− | Namun, para lelaki sepertinya sangat tertarik dengan gadis yang |
+ | Namun, para lelaki sepertinya sangat tertarik dengan gadis yang populer dan mulai berbicara rumor-rumor tentang Tsukimori seperti ia selebritis. |
"Tapi kudengar ia memiliki pacar di universitas?" |
"Tapi kudengar ia memiliki pacar di universitas?" |
||
Line 46: | Line 46: | ||
"Tidak mungkin! Tapi kudengar dari seseorang ia terlihat bersama dengan guru Matematika Kumada mereka keluar dari ''Hotel Cinta!''" |
"Tidak mungkin! Tapi kudengar dari seseorang ia terlihat bersama dengan guru Matematika Kumada mereka keluar dari ''Hotel Cinta!''" |
||
− | Tidak ada lagi |
+ | Tidak ada lagi makna konotasi—ia benar-benar selebritis. Aku sekali lagi menyadari betapa spesialnya dia. |
Tapi sekali lagi, mungkin ia tidak senang dengan status spesialnya. Setidaknya, ''aku'' tidak bisa menahannya. |
Tapi sekali lagi, mungkin ia tidak senang dengan status spesialnya. Setidaknya, ''aku'' tidak bisa menahannya. |
||
Line 54: | Line 54: | ||
Aku tertawa perlahan karena mereka mendiskusikan hal ini terlalu serius dan penuh semangat. |
Aku tertawa perlahan karena mereka mendiskusikan hal ini terlalu serius dan penuh semangat. |
||
− | "Kenapa |
+ | "Kenapa kalian tidak langsung menanyakannya?" Oleh karena itu, aku menentang mereka dengan pertanyaan itu. Hanya iseng. Dan seperti yang kuduga, ideku langsung ditolak dengan semangat hampir seperti mencemooh. |
− | " |
+ | "Tidak mungkin kami bisa nanya hal itu!" |
− | Karena aku sangat terhibur dengan reaksi mereka, aku memanas-manasi mereka lagi. "Jika kau mau, aku bisa bertanya sebagai |
+ | Karena aku sangat terhibur dengan reaksi mereka, aku memanas-manasi mereka lagi. "Jika kau mau, aku bisa bertanya sebagai perwakilan." |
− | "Tunggu tunggu |
+ | "Tunggu tunggu! Nonomiya! Jangan terburu-buru! Bagaimana jika rumor tersebut benar?" Kamogawa menegurku terburu-buru. |
"Bisa saja itu hanya rumor." |
"Bisa saja itu hanya rumor." |
||
Line 72: | Line 72: | ||
"Kebenaran selalu tersembunyi dalam kegelapan, huh?" Apakah itu benar atau tidak, aku tidak masalah karena aku tidak akan tersakiti seperti Kamogawa dan lainnya. |
"Kebenaran selalu tersembunyi dalam kegelapan, huh?" Apakah itu benar atau tidak, aku tidak masalah karena aku tidak akan tersakiti seperti Kamogawa dan lainnya. |
||
− | "Kebenaran tidak selalu yang terbaik, ya?" Sepertinya mereka tidak bisa menganggap enteng kebenaran karena jika benar akan mengganggu mereka. |
+ | "Kebenaran tidak selalu yang terbaik, ya?" Sepertinya mereka tidak bisa menganggap enteng kebenaran, karena jika benar akan mengganggu mereka. |
− | "Bukankah ini tidak |
+ | "Bukankah ini tidak efektif? Jika kalian selalu memalingkan mata dari kebenaran, kalian tidak akan menemukan apa yang kalian cari!" |
− | "Kami tidak peduli! Beberapa hari yang lalu, beberapa orang bodoh menyatakan cinta padanya dan ditolak mentah-mentah. Jika kau sembrono dalam meraih hal yang tidak mungkin, kau akan hanya terjatuh dan menyakiti diri sendiri. Aku lebih suka |
+ | "Kami tidak peduli! Beberapa hari yang lalu, beberapa orang bodoh menyatakan cinta padanya dan ditolak mentah-mentah. Jika kau sembrono dalam meraih hal yang tidak mungkin, kau akan hanya terjatuh dan menyakiti diri sendiri. Aku lebih suka hal yang ideal! Kau boleh berkata, kami ingin Tsukimori menjadi sumber dari fantasi kami selamanya!" |
Aku terkagum mereka dapat berkata begitu, aku pun hanya tertawa kecil. "Masa remaja sangat hebat, ya kan?" |
Aku terkagum mereka dapat berkata begitu, aku pun hanya tertawa kecil. "Masa remaja sangat hebat, ya kan?" |
||
Line 118: | Line 118: | ||
Aliansi Kamogawa menggerutu dan mengerutkan muka mereka. |
Aliansi Kamogawa menggerutu dan mengerutkan muka mereka. |
||
− | Sementara Tsukimori pengecualian, Usami sangat menawan |
+ | Sementara Tsukimori pengecualian, Usami sangat menawan juga—untuk perempuan biasa. Reaksi mereka berasal dari ketidakinginan mengakui aku benar, sementara mereka tidak bisa menolaknya. |
Merasa seperti pemenang, aku berkata, "Ayo bersulang dengan jus jeruk dan anggur." |
Merasa seperti pemenang, aku berkata, "Ayo bersulang dengan jus jeruk dan anggur." |
||
− | Bisa dikatakan, aku merasa "kemenagan seperti |
+ | Bisa dikatakan, aku merasa "kemenagan seperti mewahnya anggur." |
"Kau agak berliku-liku yah kalau berbicara, kau tahu?" |
"Kau agak berliku-liku yah kalau berbicara, kau tahu?" |
||
Line 130: | Line 130: | ||
"Aku tidak memujimu." |
"Aku tidak memujimu." |
||
− | Kamogawa mungkin hanya agak kesal, tapi aku sukses membuatnya kesal. |
+ | Kamogawa mungkin hanya agak kesal, tapi setidaknya aku sukses membuatnya kesal. |
"—Hey, anak laki-laki! Kembali duduk! Kelas akan segera dimulai! |
"—Hey, anak laki-laki! Kembali duduk! Kelas akan segera dimulai! |
||
Line 138: | Line 138: | ||
"Ia benar. Ikut saja apa kata 'Jus Jeruk' dan menunggu di bangku," kata Kamogawa, dimana semuanya kembali ke tempatnya. |
"Ia benar. Ikut saja apa kata 'Jus Jeruk' dan menunggu di bangku," kata Kamogawa, dimana semuanya kembali ke tempatnya. |
||
− | "Jus Jeruk...?" |
+ | "Jus Jeruk...?" Jus Jeruk alias Chizuru Usami bertanya-tanya dan memiringkan kepalanya. "...Aku bertaruh kalian pasti berbicara tentangku, benarkan?" |
Usami, duduk di sampingku, mengerutkan bibirnya. |
Usami, duduk di sampingku, mengerutkan bibirnya. |
||
Line 144: | Line 144: | ||
"Kami hanya berbicara tentang minuman." |
"Kami hanya berbicara tentang minuman." |
||
− | "Bohong. Jika laki-laki berkumpul, mereka berbicara antara tentang hal mesum atau bodoh," ia berkata. |
+ | "Bohong. Jika laki-laki berkumpul, mereka berbicara antara tentang hal mesum atau hal bodoh," ia berkata. |
Itu adalah prasangka yang tidak adil, kurasa. Walaupun begitu, aku juga tidak bisa menolaknya. |
Itu adalah prasangka yang tidak adil, kurasa. Walaupun begitu, aku juga tidak bisa menolaknya. |
||
Line 175: | Line 175: | ||
Sepertinya perbicangan kami sebelumnya masih mengganggunya; ia sesekali mencuri pandang padaku. |
Sepertinya perbicangan kami sebelumnya masih mengganggunya; ia sesekali mencuri pandang padaku. |
||
− | Beberapa menit |
+ | Beberapa menit kemudian, ia sudah tidak sabar. Ia memiringkan badannya ke arahku dan berbisik, "Tadi maksudnya apa sih?" |
"Aku sedang berkonsentrasi dengan pelajaran, Usami-san," ucapku tanpa mengalihkan pandangan dari papan tulis. |
"Aku sedang berkonsentrasi dengan pelajaran, Usami-san," ucapku tanpa mengalihkan pandangan dari papan tulis. |
||
Line 187: | Line 187: | ||
"Jadi, jangan abaikan aku," rajuk Usami. "Ketika istirahat siang, kalian sedang membicarakan Youko-san, kan? |
"Jadi, jangan abaikan aku," rajuk Usami. "Ketika istirahat siang, kalian sedang membicarakan Youko-san, kan? |
||
− | "Oh, kami tadi membicarakannya?" |
+ | "Oh, apakah kami tadi membicarakannya?" |
"...kau selalu mengelak seperti ini, Nonomiya. Sebenarnya, aku juga tahu kau menggosipkannya!" |
"...kau selalu mengelak seperti ini, Nonomiya. Sebenarnya, aku juga tahu kau menggosipkannya!" |
||
Line 197: | Line 197: | ||
"Usami," Aku memanggilnya karena Kumada kembali menghadap kelas. Ia duduk dan berpura-pura menulis. |
"Usami," Aku memanggilnya karena Kumada kembali menghadap kelas. Ia duduk dan berpura-pura menulis. |
||
− | Setelah beberapa saat: "...Nonomiya, kau lebih suka gadis yang seperti Youko-san juga kan?" |
+ | Setelah beberapa saat: "...Nonomiya, kau lebih suka gadis yang seperti Youko-san juga kan?" Gumam Usami sambil melihat catatannya. |
Aku melirik ke depan kanan. Tsukimori Youko—perempuan yang ditanyakan—menatap papan tulis dengan berkharisma. Dari samping ia terlihat pintar, memberikan sedikit rasa penyiar dari berita. |
Aku melirik ke depan kanan. Tsukimori Youko—perempuan yang ditanyakan—menatap papan tulis dengan berkharisma. Dari samping ia terlihat pintar, memberikan sedikit rasa penyiar dari berita. |
||
Line 203: | Line 203: | ||
Duduk di tengah-tengah kelas, membuat auranya yang hebat seperti ia adalah jantung dari kelas. |
Duduk di tengah-tengah kelas, membuat auranya yang hebat seperti ia adalah jantung dari kelas. |
||
− | Tentu saja, ia seseorag yang |
+ | Tentu saja, ia seseorag yang spesial. Meskipun begitu, aku pribadi menghindari kontak yang berlebihan dengannya, aku sangat bisa memahami mengapa orang-orang sangat menyukainya. |
"—Tidak, tidak terlalu." |
"—Tidak, tidak terlalu." |
||
Line 237: | Line 237: | ||
Aku menganggap pembicaraan kami berakhir, tapi sepertinya masih ada yang ingin ia bicarakan. |
Aku menganggap pembicaraan kami berakhir, tapi sepertinya masih ada yang ingin ia bicarakan. |
||
− | Usami berbisik dengan ekspresi yang serius, "A-aku normal, kau tahu? Gadis yang normal! Tidak seperti gadis aneh yang kau asumsikan sebelumnya! Aku tidak ingin kau keliru, |
+ | Usami berbisik dengan ekspresi yang serius, "A-aku normal, kau tahu? Gadis yang normal! Tidak seperti gadis aneh yang kau asumsikan sebelumnya! Aku tidak ingin kau keliru, oke?" |
Secara tidak sengaja, aku tersenyum karena kata-kata Usami yang lucu. |
Secara tidak sengaja, aku tersenyum karena kata-kata Usami yang lucu. |
||
Line 253: | Line 253: | ||
Ketika berdiri dari kursi, aku menyadari ada buku tulis tergeletak di lantai. Aku segera mengetahui milik siapa buku itu. Di halaman depan tertulis “Youko Tsukimori”. |
Ketika berdiri dari kursi, aku menyadari ada buku tulis tergeletak di lantai. Aku segera mengetahui milik siapa buku itu. Di halaman depan tertulis “Youko Tsukimori”. |
||
− | Aku melihat sekeliling, tapi ia tidak ada di mana. Kuputusan untuk meletakkannya di dalam raknya sebelum pulang. |
+ | Aku melihat sekeliling, tapi ia tidak ada di mana-mana. Kuputusan untuk meletakkannya di dalam raknya sebelum pulang. |
Namun sebelum kulakukan, kulihat secarik kertas yang menyembul dari buku tersebut. Aku mengambilnya, tidak berpkir apapun, dan menariknya. |
Namun sebelum kulakukan, kulihat secarik kertas yang menyembul dari buku tersebut. Aku mengambilnya, tidak berpkir apapun, dan menariknya. |
||
− | “…sangat tidak terduga,” |
+ | “…sangat tidak terduga,” aku tidak sengaja bergumam. |
Yang kutarik adalah kertas A4 yang terlipat. Judul yang tertulis di kertas itu tidak cocok dengan kesan yang orang-orang pikirkan tentang Tsukimori maupun kesanku padanya. |
Yang kutarik adalah kertas A4 yang terlipat. Judul yang tertulis di kertas itu tidak cocok dengan kesan yang orang-orang pikirkan tentang Tsukimori maupun kesanku padanya. |
||
Line 269: | Line 269: | ||
Aku tidak ada urusan apapun dengan si ‘Anggur’. Untuk memulainya, aku tidak bisa menilainya tanpa menyesapnya sedikit pun. Hanya saja rasa terikat terhadap minuman yang lebih dikenal lebih tinggi dibanding dengan sifat hati-hatiku terhadap minuman yang kurang dikenal. |
Aku tidak ada urusan apapun dengan si ‘Anggur’. Untuk memulainya, aku tidak bisa menilainya tanpa menyesapnya sedikit pun. Hanya saja rasa terikat terhadap minuman yang lebih dikenal lebih tinggi dibanding dengan sifat hati-hatiku terhadap minuman yang kurang dikenal. |
||
− | Singkatnya, aku tertarik dengan |
+ | Singkatnya, aku tertarik dengan ‘Anggur’ yang orang-orang sangat memujinya. |
− | “Baiklah, jadi rahasia apa yang akan |
+ | “Baiklah, jadi rahasia apa yang akan terkuak dari ''idol'' kita…?” |
Aku meninggalkan kelas seperti biasa. |
Aku meninggalkan kelas seperti biasa. |
||
Line 284: | Line 284: | ||
Salah satu alasan mengapa aku memilih kerja di kafe karena aku suka kopi, alasan lain juga aku bisa menemukan bermacam-macam orang yang menarik disana. |
Salah satu alasan mengapa aku memilih kerja di kafe karena aku suka kopi, alasan lain juga aku bisa menemukan bermacam-macam orang yang menarik disana. |
||
− | Wanita muda yang selalu duduk di tempat yang sama |
+ | Wanita muda yang selalu duduk di tempat yang sama dengan pandangan terpaku ke luar. Pria yang gonta-ganti perempuan di sisinya setiap kali datang. Pasangan yang sangat mencintai satu sama lain sejak setengah tahun yang lalu. Dan banyak lagi. |
− | Hal tersebut yang membuat imajinasiku |
+ | Hal tersebut yang membuat imajinasiku bergejolak—permainan favoritku. |
Kenyataannya, aku tidak berbeda dengan Kamogawa dan yang lain. Aku, juga, hanyalah remaja biasa berumur 17 tahun. Aku tidak ingin mengetahui kebenaran. Aku hanya ingin tenggelam dalam fantasiku. |
Kenyataannya, aku tidak berbeda dengan Kamogawa dan yang lain. Aku, juga, hanyalah remaja biasa berumur 17 tahun. Aku tidak ingin mengetahui kebenaran. Aku hanya ingin tenggelam dalam fantasiku. |
||
Line 304: | Line 304: | ||
Terlihat seperti tidak ada rumor yang benar tentang kehidupan cintanya, tapi kesan yang ia miliki tetap pada umumnya—tak bercela. Ia adalah gadis yang tidak cocok dengan kata “membunuh”. |
Terlihat seperti tidak ada rumor yang benar tentang kehidupan cintanya, tapi kesan yang ia miliki tetap pada umumnya—tak bercela. Ia adalah gadis yang tidak cocok dengan kata “membunuh”. |
||
− | Mungkin kebenaran itulah yang membuatku ingin tahu. Perbedaan |
+ | Mungkin kebenaran itulah yang membuatku ingin tahu. Perbedaan yang bertolak belakang seperti inilah yang memiliki keajaiban untuk menghisapmu—baik maupun buruk. |
Pandanganku menyapu teks tersebut, terhisap sepenuhnya. Seperti yang tertulis di judulnya “Resep Membunuh”, teks ini menunjukkan berbagai cara untuk membunuh seseorang. |
Pandanganku menyapu teks tersebut, terhisap sepenuhnya. Seperti yang tertulis di judulnya “Resep Membunuh”, teks ini menunjukkan berbagai cara untuk membunuh seseorang. |
||
Line 324: | Line 324: | ||
• Buatlah ia kehilangan kontrol setir. |
• Buatlah ia kehilangan kontrol setir. |
||
− | Tertulis dengan bentuk poin-poin seperti ini. Kata-kata tambahan seperti, “Telepon pengendara agar ia kehilangan |
+ | Tertulis dengan bentuk poin-poin seperti ini. Kata-kata tambahan seperti, “Telepon pengendara agar ia kehilangan konsentrasi.” atau “Taruh hambatan di jalan.” juga ditulis. |
Seperti yang dilihat, tingkat kesuksesannya sangat rendah. Mungkin ia masih ditingkat mengumpulkan berbagai ide, mencoba untuk menyempurnakannya? |
Seperti yang dilihat, tingkat kesuksesannya sangat rendah. Mungkin ia masih ditingkat mengumpulkan berbagai ide, mencoba untuk menyempurnakannya? |
||
Line 345: | Line 345: | ||
Pastilah Youko Tsukimori! |
Pastilah Youko Tsukimori! |
||
− | Bagaimana |
+ | Bagaimana jika—murni hipotesis, ia menulis ini karena ia serius ingin membunuh seseorang …? Ide seperti membuat teks lebih berantakan membuatnya lebih terlihat realistis. |
− | Mengesampingkan hal itu, ada orang |
+ | Mengesampingkan hal itu, ada orang yang—bahkan—seorang Tsukimori ingin untuk mati dan ia dengan putus asa menulis rencana pembunuhan ini agar terjadi. |
Tsukimori melakukannya! Si sempurna, bergaya, cantik, dan pintar “Tsukimori” yang dipuja oleh semua orang! |
Tsukimori melakukannya! Si sempurna, bergaya, cantik, dan pintar “Tsukimori” yang dipuja oleh semua orang! |
||
Line 355: | Line 355: | ||
“…bukankah itu lucu?” |
“…bukankah itu lucu?” |
||
− | Jika |
+ | Jika hipotesisku ini benar, aku akan menjadi fans terbesarnya! |
− | Imajinasiku pun bergerak. Aku memulai menerka-nerka seluruh jenis pertanyaan, seperti orang yang ingin ia bunuh, |
+ | Imajinasiku pun bergerak. Aku memulai menerka-nerka seluruh jenis pertanyaan, seperti orang yang ingin ia bunuh, motifnya dan kepribadiannya yang tersembunyi. Aku terus memainkan imajinasiku hingga fajar menyingsing di timur. |
Line 374: | Line 374: | ||
Ia menunjukkan senyum dewasanya seperti biasa. |
Ia menunjukkan senyum dewasanya seperti biasa. |
||
− | Biasanya, percakapan kami terhenti disini. Kami saling mengetahui satu sama lain sangat baik, hingga hanya bisa saling menyapa. |
+ | Biasanya, percakapan kami terhenti disini. Kami saling mengetahui satu sama lain sangat baik, hingga hanya bisa saling menyapa. |
“Apa kau mencari sesuatu?” |
“Apa kau mencari sesuatu?” |
||
Line 394: | Line 394: | ||
Sensasi seperti mangsa yang sudah siap untuk masuk ke dalam jebakanku. Apa pun rasa sentimennya, semangatku mulai bangkit dari harapan akan adanya perkembangan yang menghibur. |
Sensasi seperti mangsa yang sudah siap untuk masuk ke dalam jebakanku. Apa pun rasa sentimennya, semangatku mulai bangkit dari harapan akan adanya perkembangan yang menghibur. |
||
− | “Tidak, tidak ada alasan khusus,” |
+ | “Tidak, tidak ada alasan khusus,” aku berbalik ke arahnya, berpura-pura bodoh. “tapi, izinkan aku menanyakan hal yang sama: mengapa kau bertanya?” |
Aku putuskan untuk menyelidiki secara perlahan. |
Aku putuskan untuk menyelidiki secara perlahan. |
||
Line 404: | Line 404: | ||
Di hadapanku hanya ada senyumannya yang tidak berubah. Aku merasa ingin untuk membekukan senyumannya itu, tapi aku tidak ingin langsung ke intinya sekarang. Kupikir akan lebih baik menyimpan kartu trufku disaat-saat terakhir. |
Di hadapanku hanya ada senyumannya yang tidak berubah. Aku merasa ingin untuk membekukan senyumannya itu, tapi aku tidak ingin langsung ke intinya sekarang. Kupikir akan lebih baik menyimpan kartu trufku disaat-saat terakhir. |
||
− | “Tapi jika…,” |
+ | “Tapi jika…,” aku memulai, “...jika kau dalam masalah, jangan keberatan untuk meminta tolong kepadaku.” |
“Ada apa, Nonomiya-kun? Aku tidak ingat kau sebaik ini?” |
“Ada apa, Nonomiya-kun? Aku tidak ingat kau sebaik ini?” |
||
− | “Aku lebih baik hati dibanding yang kau |
+ | “Aku lebih baik hati dibanding yang kau kira, itu sudah pasti.” |
“Maafkan aku. Aku akan mengingatnya.” |
“Maafkan aku. Aku akan mengingatnya.” |
||
− | “Tentu saja, motif utamaku yaitu membuat gadis |
+ | “Tentu saja, motif utamaku yaitu membuat gadis populer sepertimu berhutang budi padaku.” |
Tsukimori terkekeh. |
Tsukimori terkekeh. |
||
Line 463: | Line 463: | ||
“Bapaknya, sepertinya. Kecelakaan lalu lintas. Kuberikan simpatiku sedalam-dalamnya kepada Youko-san…,” jawab Usami dengan tampang sedih. |
“Bapaknya, sepertinya. Kecelakaan lalu lintas. Kuberikan simpatiku sedalam-dalamnya kepada Youko-san…,” jawab Usami dengan tampang sedih. |
||
− | “Benar-benar aku merasa simpati kepadanya. Kehilangan bapak masih dalam umur |
+ | “Benar-benar aku merasa simpati kepadanya. Kehilangan bapak masih dalam umur remaja, itu...” |
Tidak seperti biasa ia bertingkah laku, bahkan Kamogawa menunjukkan tampang sedih. Itu adalah reaksi yang normal. |
Tidak seperti biasa ia bertingkah laku, bahkan Kamogawa menunjukkan tampang sedih. Itu adalah reaksi yang normal. |
||
Line 469: | Line 469: | ||
“…Tentu saja. Ayo kita dukung dia.” |
“…Tentu saja. Ayo kita dukung dia.” |
||
− | Namun, aku memendam perasaan yang berbeda.Youko Tsukimori, kecelakaan lalu lintas, kematian—kata kunci tersebut menuntunku ke “Resep Membunuh” itu. |
+ | Namun, aku memendam perasaan yang berbeda. Youko Tsukimori, kecelakaan lalu lintas, kematian—kata kunci tersebut menuntunku ke “Resep Membunuh” itu. |
Aku—dengan putus asa—menahan seringai yang muncul di mukaku. |
Aku—dengan putus asa—menahan seringai yang muncul di mukaku. |
||
Line 479: | Line 479: | ||
|- |
|- |
||
| Mundur ke [[Gekkou (Indonesia):Jilid 1 Ilustrasi|Ilustrasi]] |
| Mundur ke [[Gekkou (Indonesia):Jilid 1 Ilustrasi|Ilustrasi]] |
||
− | | Kembali ke [[Gekkou (Indonesia)| |
+ | | Kembali ke [[Gekkou (Indonesia)|Halaman Utama]] |
| Lanjut ke [[Gekkou (Indonesia):Jilid 1 Hidup|Hidup]] |
| Lanjut ke [[Gekkou (Indonesia):Jilid 1 Hidup|Hidup]] |
||
|- |
|- |
Revision as of 19:51, 18 July 2014
[Resep Membunuh]
Tiada ada hari aku tidak mendengar nama itu.
"Tsukimori sangat cantik...," gumam teman kelasku Kamogawa, mendesah, lalu murid laki-laki lainnya mengangguk secara khidmat.
"Dengar! Jangan biarkan tubuh ramping itu menipumu! Kau dengar aku? Ia juga memiliki... dada!"
Tatapan kurang ajar mereka terfokus kepada gadis yang sedang dibicarakan, Tsukimori, yang sedang dikelilingi oleh kumpulan gadis yang berceloteh ria. Jika aku mendeskripsikan Youko Tsukimori dalam satu kata: Ia sangat "menyolok mata".
"Tidakkah kau setuju Nonomiya?"
"Jika kau berkata begitu."
"Wow, itu jawaban yang dingin! Apakah kau benar-benar pria? Jika ada gunung, dakilah! Jika ada gadis manis, cintailah! Bukankah itu artinya menjadi pria?"
Kawanan laki-laki, dipimpin oleh Kamogawa, mulai menunjukkan reaksi berlebihan terhadap jawaban acuh tak acuhku.
"Yah, aku hanya berpikir ia terlalu sempurna."
Ia memiliki wajah yang cantik, ditambah dengan perilaku yang baik dan nilai yang cemerlang. Kepribadiannya yang menyenangkan membuatnya populer. Rupanya, ia juga jago dalam bidang olahraga. Youko Tsukimori terlihat gadis sempurna tanpa ada kekurangan.
"Bagaimana bisa itu disebut buruk?"
"Aku tidak pernah menyebut itu buruk. Aku hanya merasa tidak tenang ketika di dekatnya."
"Aah, benar. Bagaimana pun Tsukimori memang diluar jangkauan kita..."
Untung saja, Kamogawa menafsirkan pernyataanku menurut keinginannya.
Kesanku yang sebenarnya yaitu ia terlalu sempurna sehingga ia menjadi membosankan dan berada di dekatnya akan menjadi menyesakkan.
Mungkin memang kepribadianku yang sedikit aneh, tapi aku diam-diam menjaga jarak dari Tsukimori karena aku tidak bisa menemukan kesamaan di antara kami.
Namun, para lelaki sepertinya sangat tertarik dengan gadis yang populer dan mulai berbicara rumor-rumor tentang Tsukimori seperti ia selebritis.
"Tapi kudengar ia memiliki pacar di universitas?"
"Murid 'K', ya kan? Pria itu 3 tahun lebih tua darinya?"
"Eh? Kudengar ia kekasih Direktur suatu perusahaan..."
"Aah, jadi itulah mengapa ia mendapat uang saku ¥200,000 perbulan?"
"Tidak mungkin! Tapi kudengar dari seseorang ia terlihat bersama dengan guru Matematika Kumada mereka keluar dari Hotel Cinta!"
Tidak ada lagi makna konotasi—ia benar-benar selebritis. Aku sekali lagi menyadari betapa spesialnya dia.
Tapi sekali lagi, mungkin ia tidak senang dengan status spesialnya. Setidaknya, aku tidak bisa menahannya.
"Itu hanya rumor tanpa ada bukti."
Aku tertawa perlahan karena mereka mendiskusikan hal ini terlalu serius dan penuh semangat.
"Kenapa kalian tidak langsung menanyakannya?" Oleh karena itu, aku menentang mereka dengan pertanyaan itu. Hanya iseng. Dan seperti yang kuduga, ideku langsung ditolak dengan semangat hampir seperti mencemooh.
"Tidak mungkin kami bisa nanya hal itu!"
Karena aku sangat terhibur dengan reaksi mereka, aku memanas-manasi mereka lagi. "Jika kau mau, aku bisa bertanya sebagai perwakilan."
"Tunggu tunggu! Nonomiya! Jangan terburu-buru! Bagaimana jika rumor tersebut benar?" Kamogawa menegurku terburu-buru.
"Bisa saja itu hanya rumor."
"Tapi bisa saja benar!"
Laki-laki lain mengangguk setuju kepada Kamogawa, "Bisa saja. Jika itu Tsukimori, sangat mungkin!"
Tentu saja Youko Tsukimori menonjol di kelas. Bisa dibilang bahkan alamnya pun berbeda. Tidak aneh setiap orang memiliki kesan bahwa ia telah mengalami 'dunia yang belum diketahui' murid-murid SMA; mengingat ia berperilaku sangat dewasa dan terasa ia lebih tua dari kami.
"Kebenaran selalu tersembunyi dalam kegelapan, huh?" Apakah itu benar atau tidak, aku tidak masalah karena aku tidak akan tersakiti seperti Kamogawa dan lainnya.
"Kebenaran tidak selalu yang terbaik, ya?" Sepertinya mereka tidak bisa menganggap enteng kebenaran, karena jika benar akan mengganggu mereka.
"Bukankah ini tidak efektif? Jika kalian selalu memalingkan mata dari kebenaran, kalian tidak akan menemukan apa yang kalian cari!"
"Kami tidak peduli! Beberapa hari yang lalu, beberapa orang bodoh menyatakan cinta padanya dan ditolak mentah-mentah. Jika kau sembrono dalam meraih hal yang tidak mungkin, kau akan hanya terjatuh dan menyakiti diri sendiri. Aku lebih suka hal yang ideal! Kau boleh berkata, kami ingin Tsukimori menjadi sumber dari fantasi kami selamanya!"
Aku terkagum mereka dapat berkata begitu, aku pun hanya tertawa kecil. "Masa remaja sangat hebat, ya kan?"
"Hey, kita berumur 17! Jangan ganggu angan-angan kami!"
Sepertinya aku tidak boleh tertawa tadi.
"Kalau kalian memaksa, aku tidak akan mengganggu lagi."
"Ya benar! Jangan hancurkan angan-angan kami."
"Maksudmu 'cowok SMA kotor'."
"Ngomong-ngomong, siapa yang Nonomiya suka? Tidak boleh selebriti."
Kamogawa meluncurkan serangan balik yang tak terduga. Diikuti laki-laki lain lompat mendekat dan mendesak, "Katakan! Katakan!"
"Hmm, coba lihat—"
Sebenarnya, tidak ada gadis yang akan kusebutkan, tapi dilihat dari situasi aku tidak yakin 'cowok SMA kotor' ini akan percaya.
"—kupikir Usami imut."
Aku hanya asal ngomong dengan nama yang pertama kali terlintas, tapi mereka terlihat agak kecewa.
"Tidak seru. Aku tidak bisa menemukan yang lebih 'biasa' lagi. Kau membosankan," keluh Kamogawa.
"Jadi kau bilang bahwa tidak biasa jika terpikat pada Tsukimori?"
"Menurutku memilih dia pun juga biasa, tapi kualitasnya, boleh dikatakan, ada di level jauh dari Usami! Jika Usami itu jus jeruk, Tsukimori adalah anggur."
"Bukankah jus jeruk lebih cocok dengan kita?"
"Tidak, idiot, bukan gitu maksudku. Maksudku tuh, umm, yah daya tarik tersendiri karena kau seharusnya tidak meminumnya, kau tahu? Seperti, keingintahuan tentang hal yang dilarang dan... hey kau mendengarku?"
"Aku mengerti kok. Tapi, aku lebih suka jus jeruk."
"Um, yah, tentu saja, Aku suka jus jeruk juga, tapi..."
Aliansi Kamogawa menggerutu dan mengerutkan muka mereka.
Sementara Tsukimori pengecualian, Usami sangat menawan juga—untuk perempuan biasa. Reaksi mereka berasal dari ketidakinginan mengakui aku benar, sementara mereka tidak bisa menolaknya.
Merasa seperti pemenang, aku berkata, "Ayo bersulang dengan jus jeruk dan anggur."
Bisa dikatakan, aku merasa "kemenagan seperti mewahnya anggur."
"Kau agak berliku-liku yah kalau berbicara, kau tahu?"
"Terima kasih."
"Aku tidak memujimu."
Kamogawa mungkin hanya agak kesal, tapi setidaknya aku sukses membuatnya kesal.
"—Hey, anak laki-laki! Kembali duduk! Kelas akan segera dimulai!
Tersugesti oleh suara yang memekik, mereka langsung melihat ke arah jam. Mereka langsung bereaksi karena peringatan tersebut datang dari orang yang dibicarakan.
"Ia benar. Ikut saja apa kata 'Jus Jeruk' dan menunggu di bangku," kata Kamogawa, dimana semuanya kembali ke tempatnya.
"Jus Jeruk...?" Jus Jeruk alias Chizuru Usami bertanya-tanya dan memiringkan kepalanya. "...Aku bertaruh kalian pasti berbicara tentangku, benarkan?"
Usami, duduk di sampingku, mengerutkan bibirnya.
"Kami hanya berbicara tentang minuman."
"Bohong. Jika laki-laki berkumpul, mereka berbicara antara tentang hal mesum atau hal bodoh," ia berkata.
Itu adalah prasangka yang tidak adil, kurasa. Walaupun begitu, aku juga tidak bisa menolaknya.
"...betapa tragisnya hidup yang telah kau lewati, Usami. Aku menjadi khawatir kepadamu."
"Jangan mengkhawatirkanku, Nonomiya! Bodoh. Aku normal! Cewek SMA rata-rata!"
Usami selalu cerewet ketika aku mengganggunya. Sekalinya begitu, ia akan seperti hewan kecil—cukup heboh untuk ditonton, jujur.
"Dengar, kau harus segera mengunjungi rumah sakit sebelum terlambat. Jika terlalu malu pergi sendirian, aku bisa menemanimu bersama kesana, tapi—"
"—Aku tidak akan! Jangan melihatku dengan pandangan yang bersimpati!"
Ia mendorong kepalaku menjauh dengan telapak tangannya: "Menjauh!"
"Bergembiralah, Usami. Sepertinya Nonomiya menyukai jus jeruk!"
Kamogawa, yang sedang memandangi kami, tertawa dengan muka yang terkesan hanya membicarakan hal mesum dan bodoh.
"Sudah beritahu saja, apa sih yang kalian maksud dengan jus je—"
Usami menelan kembali kata-katanya. Guru Matematika kami, Kumada, telah masuk kelas.
Suara yang terdengar hanyalah suara Kumada yang lemah dan goresan kapur mengenai papan tulis.
Sepertinya perbicangan kami sebelumnya masih mengganggunya; ia sesekali mencuri pandang padaku.
Beberapa menit kemudian, ia sudah tidak sabar. Ia memiringkan badannya ke arahku dan berbisik, "Tadi maksudnya apa sih?"
"Aku sedang berkonsentrasi dengan pelajaran, Usami-san," ucapku tanpa mengalihkan pandangan dari papan tulis.
"...jangan begitu dong~"
Karena aku tetap diam, ia mulai menusukku dengan pensil mekaniknya. Ujungnya yang lancip menembus seragam buatan pabrik dan menancap ke kulitku.
"Hey, sakit tahu."
"Jadi, jangan abaikan aku," rajuk Usami. "Ketika istirahat siang, kalian sedang membicarakan Youko-san, kan?
"Oh, apakah kami tadi membicarakannya?"
"...kau selalu mengelak seperti ini, Nonomiya. Sebenarnya, aku juga tahu kau menggosipkannya!"
"Kau menguping pembicaraan kami? Aku terkejut."
"Bukan gitu! Aku tidak sengaja mendengar nama Youko-san! Karena kalian berbicara sangat keras!"
"Usami," Aku memanggilnya karena Kumada kembali menghadap kelas. Ia duduk dan berpura-pura menulis.
Setelah beberapa saat: "...Nonomiya, kau lebih suka gadis yang seperti Youko-san juga kan?" Gumam Usami sambil melihat catatannya.
Aku melirik ke depan kanan. Tsukimori Youko—perempuan yang ditanyakan—menatap papan tulis dengan berkharisma. Dari samping ia terlihat pintar, memberikan sedikit rasa penyiar dari berita.
Duduk di tengah-tengah kelas, membuat auranya yang hebat seperti ia adalah jantung dari kelas.
Tentu saja, ia seseorag yang spesial. Meskipun begitu, aku pribadi menghindari kontak yang berlebihan dengannya, aku sangat bisa memahami mengapa orang-orang sangat menyukainya.
"—Tidak, tidak terlalu."
Aku tidak suka masalah, tapi aku tertarik bagaimana Usami akan bereaksi.
"Begitukah?"
Ia tersenyum, entah bagaimana terlihat menjadi tenang.
"Kami mendiskusikan kiasan ini: 'jika ia minuman', Tsukimori adalah anggur."
—Reaksi apa yang akan ia tunjukkan? Aku bertanya-tanya."
"Dan, kau adalah jus jeruk."
Aku mendengar suara pensil patah.
"Ah ya?"
Usami memainkan pensilnya di sela-sela jarinya, berpura-pura acuh tak acuh. Bagaimanapun, aku tidak melewati saat pipinya memerah.
Setelah itu Usami berhenti bertanya.
Reaksinya yang jujur membuat pikiranku mereda. Aku menyebut namanya saat itu karena iseng, tapi sepertinya aku menunjukkan pikiranku yang sebenarnya, yang aku sendiri tidak sadar.
Setidaknya saat itu aku merasa suka pada Usami.
"...ngomong-ngomong."
Aku menganggap pembicaraan kami berakhir, tapi sepertinya masih ada yang ingin ia bicarakan.
Usami berbisik dengan ekspresi yang serius, "A-aku normal, kau tahu? Gadis yang normal! Tidak seperti gadis aneh yang kau asumsikan sebelumnya! Aku tidak ingin kau keliru, oke?"
Secara tidak sengaja, aku tersenyum karena kata-kata Usami yang lucu.
Kejujurannya sangat menenangkanku—hampir seperti merasakan segelas jus jeruk yang enak.
Aku berharap aku bisa jatuh cinta kepadanya.
Setelah rapat bulanan Pengurus Kelas, kulihat Pengurus Kelas perempuan dari kelasku keluar dengan terburu-buru.
Setelah kelas kosong, aku bersiap-siap untuk pulang juga. Karena aku tidak masuk klub apapun, aku sudah tidak ada urusan di sekolah. Tinggal pulang ke rumah dan bersiap untuk kerja part-time-ku.
Ketika berdiri dari kursi, aku menyadari ada buku tulis tergeletak di lantai. Aku segera mengetahui milik siapa buku itu. Di halaman depan tertulis “Youko Tsukimori”.
Aku melihat sekeliling, tapi ia tidak ada di mana-mana. Kuputusan untuk meletakkannya di dalam raknya sebelum pulang.
Namun sebelum kulakukan, kulihat secarik kertas yang menyembul dari buku tersebut. Aku mengambilnya, tidak berpkir apapun, dan menariknya.
“…sangat tidak terduga,” aku tidak sengaja bergumam.
Yang kutarik adalah kertas A4 yang terlipat. Judul yang tertulis di kertas itu tidak cocok dengan kesan yang orang-orang pikirkan tentang Tsukimori maupun kesanku padanya.
Setelah yakin tidak ada orang yang melihat, aku masukkan kertas itu ke dalam tasku. Kulakukan karena kuanggap akan lama membaca teks yang panjang dan sukar dibaca.
Bisa dibilang aku mengalah pada godaan.
Tidak, saat itu aku tidak merasakan rasa bersalah sedikit pun. Benar-benar hanya rasa keingintahuanku.
Aku tidak ada urusan apapun dengan si ‘Anggur’. Untuk memulainya, aku tidak bisa menilainya tanpa menyesapnya sedikit pun. Hanya saja rasa terikat terhadap minuman yang lebih dikenal lebih tinggi dibanding dengan sifat hati-hatiku terhadap minuman yang kurang dikenal.
Singkatnya, aku tertarik dengan ‘Anggur’ yang orang-orang sangat memujinya.
“Baiklah, jadi rahasia apa yang akan terkuak dari idol kita…?”
Aku meninggalkan kelas seperti biasa.
Sekitar lewat jam 10 malam aku pulang ke rumah dari tempat kerjaku di kafe.
Sesampainya aku di rumah, aku telah melupakan tentang kertas itu. Aku sudah menanti untuk membaca isi dari kertas itu, namun bermacam-macam stimuli di kafe mendorong ingatan itu ke ujung memoriku.
Aku suka mengamati orang-orang. Bisa disebut juga sebagai hobi.
Salah satu alasan mengapa aku memilih kerja di kafe karena aku suka kopi, alasan lain juga aku bisa menemukan bermacam-macam orang yang menarik disana.
Wanita muda yang selalu duduk di tempat yang sama dengan pandangan terpaku ke luar. Pria yang gonta-ganti perempuan di sisinya setiap kali datang. Pasangan yang sangat mencintai satu sama lain sejak setengah tahun yang lalu. Dan banyak lagi.
Hal tersebut yang membuat imajinasiku bergejolak—permainan favoritku.
Kenyataannya, aku tidak berbeda dengan Kamogawa dan yang lain. Aku, juga, hanyalah remaja biasa berumur 17 tahun. Aku tidak ingin mengetahui kebenaran. Aku hanya ingin tenggelam dalam fantasiku.
Ditengah-tengah berelaksasi, mandi air hangat, saat itu kuingat secarik kertas yang kuambil dari sekolah.
Dengan badanku yang masih basah, aku berbaring di kasurku dan membuka kertas yang terlipat. Menahan diriku dari terburu-buru, aku perlahan-lahan membaca judulnya.
“Resep Membunuh”
Aku merasa seperti membaca novel misteri dari penulis yang populer. Mungkin karena judulnya mirip dengan judul suatu novel.
Secarik kertas yang kudapat dari buku tulis yang orang-orang sering bicarakan—Youko Tsukimori.
Terlihat seperti tidak ada rumor yang benar tentang kehidupan cintanya, tapi kesan yang ia miliki tetap pada umumnya—tak bercela. Ia adalah gadis yang tidak cocok dengan kata “membunuh”.
Mungkin kebenaran itulah yang membuatku ingin tahu. Perbedaan yang bertolak belakang seperti inilah yang memiliki keajaiban untuk menghisapmu—baik maupun buruk.
Pandanganku menyapu teks tersebut, terhisap sepenuhnya. Seperti yang tertulis di judulnya “Resep Membunuh”, teks ini menunjukkan berbagai cara untuk membunuh seseorang.
Aku menyadari ada bagian teks yang dihapus dan diganti, menunjukkan resep ini telah direvisi berulang kali. Aku seperti bisa merasakan napas dari orang yang menulis ini dengan tulisan yang agak berantakan. Cukup jelas, boleh dikatakan.
Ketika membacanya, aku menemukan satu kesamaan umum.
Tujuan yang paling penting yaitu mengeliminasi target tanpa membuat pelaku ketahuan. Ini bukanlah teks yang ditulis oleh manusia yang bersikeras untuk membunuh—yang menetapkan aksi membunuh sebagai tujuan.
“…apakah ia bertujuan menjadi penulis misteri?”
Trik-trik ini terlihat sama untuk ditulis dalam cerita misteri. Namun, trik ini tertulis agak kikuk dan jauh dari sempurna.
Sebagai contoh: salah satu langkah membunuh berjudul “Tiruan Kecelakaan Lalu Lintas”. Isinya pun cukup simpel.
• Di jalan curam yang melewati gunung. • Ganggu pengendara entah bagaimana. • Buatlah ia kehilangan kontrol setir.
Tertulis dengan bentuk poin-poin seperti ini. Kata-kata tambahan seperti, “Telepon pengendara agar ia kehilangan konsentrasi.” atau “Taruh hambatan di jalan.” juga ditulis.
Seperti yang dilihat, tingkat kesuksesannya sangat rendah. Mungkin ia masih ditingkat mengumpulkan berbagai ide, mencoba untuk menyempurnakannya?
Resiko berkurang hingga minimum, tapi kurasa rencana ini juga tidak akan berhasil. Aku bisa lihat ia berusaha, tapi ini adalah rencana yang lemah jika ia benar-benar ingin membunuh seseorang.
Aku menjatuhkan ‘resep’ itu di mejaku.
Memiliki harapan yang terlalu tinggi, kekecewaannya pun cukup menyakitkan. Isinya yang terlalu kekanak-kanakan telah menghilangkan ketertarikanku.
“Hanya menyia-nyiakan kebahagian-setelah-mandiku.”
Setelah mengeluh, aku meraih lemari bukuku untuk menghilangkan rasa tidak mengenakkan dengan membaca novel misteri sebenarnya. “…tidak, tunggu sebentar.”
Akan tetapi, aku menghentikan tanganku dan berpikir. Pikiran baru yang melintas di otakku membangkitkan semangatku ke tingkat yang baru lagi.
Siapa pemilik dari “Resep Membunuh” ini?
Pastilah Youko Tsukimori!
Bagaimana jika—murni hipotesis, ia menulis ini karena ia serius ingin membunuh seseorang …? Ide seperti membuat teks lebih berantakan membuatnya lebih terlihat realistis.
Mengesampingkan hal itu, ada orang yang—bahkan—seorang Tsukimori ingin untuk mati dan ia dengan putus asa menulis rencana pembunuhan ini agar terjadi.
Tsukimori melakukannya! Si sempurna, bergaya, cantik, dan pintar “Tsukimori” yang dipuja oleh semua orang!
Dan ia menulis rencana pembunuhan yang kekanak-kanakan berulang-ulang.
“…bukankah itu lucu?”
Jika hipotesisku ini benar, aku akan menjadi fans terbesarnya!
Imajinasiku pun bergerak. Aku memulai menerka-nerka seluruh jenis pertanyaan, seperti orang yang ingin ia bunuh, motifnya dan kepribadiannya yang tersembunyi. Aku terus memainkan imajinasiku hingga fajar menyingsing di timur.
Keesokan paginya, aku pergi sekolah sedikit lebih lambat dari biasanya.
Disaat aku memasuki ruangan kelas, kebanyakan temanku sudah hadir. Tentu saja Tsukimori berada di antara mereka juga.
Sembari berjalan ke tempat dudukku, secara diam-diam aku melirik padanya. Ia sedang merapihkan barang-barang di atas mejanya berurutan. Setidaknya, untuk orang lain hal itu terlihat normal.
Tidak untukku.
“Selamat pagi, Tsukimori.” Aku menyapanya seperti biasa.
Ia berhenti melihat mejanya, memiringkan kepalanya dan melihat kepadaku sedangkan menggunakan jari kelingkingnya untuk menyisir rambut panjangnya dari mukanya—dengan elegan, “Selamat pagi, Nonomiya-kun.”
Ia menunjukkan senyum dewasanya seperti biasa.
Biasanya, percakapan kami terhenti disini. Kami saling mengetahui satu sama lain sangat baik, hingga hanya bisa saling menyapa.
“Apa kau mencari sesuatu?”
Namun, pagi ini aku tidak ingin berhenti sampai sini saja. Keingintahuanku membayang-bayangiku, aku menduga mungkin ia sedang mencari “Resep Membunuh” itu.
Aku secara intensif menatapnya, tidak ingin melewati momen itu sedikit pun.
“Tidak, aku hanya merapikan mejaku.”
Kecewa, senyumnya tidak berubah.
Aku berkata, “Oh begitu,” lalu mengarah ke tempat dudukku, sambil berpikir ke diriku sendiri bahwa kenyataan sangat membosankan dibanding dengan apa yang ada diimajinasiku.
“Tapi…,” ia tiba-tiba memanggilku dari belakang, “mengapa kau berpikir aku sedang mencari sesuatu?”
Aku tidak bisa menahan untuk tidak menyengir lebar.
Sensasi seperti mangsa yang sudah siap untuk masuk ke dalam jebakanku. Apa pun rasa sentimennya, semangatku mulai bangkit dari harapan akan adanya perkembangan yang menghibur.
“Tidak, tidak ada alasan khusus,” aku berbalik ke arahnya, berpura-pura bodoh. “tapi, izinkan aku menanyakan hal yang sama: mengapa kau bertanya?”
Aku putuskan untuk menyelidiki secara perlahan.
“Aku juga tidak memiliki alasan khusus.”
“Oh, begitu.”
Di hadapanku hanya ada senyumannya yang tidak berubah. Aku merasa ingin untuk membekukan senyumannya itu, tapi aku tidak ingin langsung ke intinya sekarang. Kupikir akan lebih baik menyimpan kartu trufku disaat-saat terakhir.
“Tapi jika…,” aku memulai, “...jika kau dalam masalah, jangan keberatan untuk meminta tolong kepadaku.”
“Ada apa, Nonomiya-kun? Aku tidak ingat kau sebaik ini?”
“Aku lebih baik hati dibanding yang kau kira, itu sudah pasti.”
“Maafkan aku. Aku akan mengingatnya.”
“Tentu saja, motif utamaku yaitu membuat gadis populer sepertimu berhutang budi padaku.”
Tsukimori terkekeh.
“Terima kasih. Aku akan langsung berkonsultasi kepadamu, Nonomiya-kun, kalau aku dalam masalah.”
Tsukmori tersenyum dengan mata almondnya setengah tertutup.
Itu tidak terlihat ia tidak merencanakan apa pun. Aku tidak akan menyangkal pengaruh dari anganku dengan pertimbangan seperti ini.
Percakapan kami pun terhenti karena guru kelas kami, Ukai, telah masuk kelas.
Suasana hatiku cukup bagus hari itu. Kamogawa dan rekannya yang menyebalkan bertanya-tanya tentang percakapanku dengan Tsukimori di saat istirahat, tapi kuanggap itu hasil yang baik karena aku merasa sangat menggetarkan dan menghibur hati hanya berbicara dengannya.
Yah, meskipun itu hanya aku yang menikmati fantasiku sendiri.
Tetap, ini jauh lebih baik dibanding dengan realitas yang membosankan.
Tanpa ada kemajuan atau informasi baru, rutinitas sehari-hariku yang damai berlalu, sebelum aku menyadarinya, sudah dua minggu telah lewat sesudah menemukan resep tersebut.
Karena tidak ada yang menggemparkan imajinasiku, kegembiraanku surut dan hampir aku melupakan keberadaan resep itu.
Karena aku terus menahan kartu trufku, permainannya perlahan berhenti. Ini adalah situasi yang yang menyedihkan.
Akan tetapi, perubahan terjadi secara tiba-tiba.
Mungkin… permainannya bahkan belum dimulai.
Aku pergi ke sekolah seperti biasa, dan ruang kelas sudah berisik. Tapi Tsukimori belum datang. Tempat duduknya kosong.
Aku pun terheran-heran, tapi jawabannya langsung datang.
“Hey, Nonomiya! Sudahkah kau dengar?”
Si Kamogawa.
“Tidak bisa bilang sudah.”
Tentu saja aku tidak tahu apa yang ia maksudkan, karena kalimatnya kekurangan objek.
“Salah satu anggota Tsukimori meninggal.”
Detak jantungku mempercepat.
“Siapa?” Aku bertanya sambil menahan kegirangan yang muncul.
“Bapaknya, sepertinya. Kecelakaan lalu lintas. Kuberikan simpatiku sedalam-dalamnya kepada Youko-san…,” jawab Usami dengan tampang sedih.
“Benar-benar aku merasa simpati kepadanya. Kehilangan bapak masih dalam umur remaja, itu...”
Tidak seperti biasa ia bertingkah laku, bahkan Kamogawa menunjukkan tampang sedih. Itu adalah reaksi yang normal.
“…Tentu saja. Ayo kita dukung dia.”
Namun, aku memendam perasaan yang berbeda. Youko Tsukimori, kecelakaan lalu lintas, kematian—kata kunci tersebut menuntunku ke “Resep Membunuh” itu.
Aku—dengan putus asa—menahan seringai yang muncul di mukaku.
Ini mulai menarik.
Mundur ke Ilustrasi | Kembali ke Halaman Utama | Lanjut ke Hidup |