Difference between revisions of "Oregairu (Indonesia):Jilid 7 Bab 5"
(Created page with "==Bab 5: Seperti yang dapat kalian lihat, Yuigahama Yui sedang berusaha== Yo! Namaku Hachiman! Aku sudah akan pergi ke Tokyo! Dengan pengutaraan kalimat itu, tujuan saat ini...") |
|||
Line 1: | Line 1: | ||
− | ==Bab 5: Seperti yang dapat kalian lihat, Yuigahama Yui sedang berusaha== |
+ | ==Bab 5: Seperti yang dapat kalian lihat, Yuigahama Yui sedang berusaha keras== |
Yo! Namaku Hachiman! Aku sudah akan pergi ke Tokyo! |
Yo! Namaku Hachiman! Aku sudah akan pergi ke Tokyo! |
Revision as of 18:06, 9 August 2014
Bab 5: Seperti yang dapat kalian lihat, Yuigahama Yui sedang berusaha keras
Yo! Namaku Hachiman! Aku sudah akan pergi ke Tokyo!
Dengan pengutaraan kalimat itu, tujuan saat ini adalah berangkat ke Tokyo jadi kita bisa menaiki Shinkansen.
Aku bangun lebih awal dari biasanya jadi aku bisa berangkat lebih pagi. Ketika aku bertemu dengan orang tuaku sebelum pergi, mereka memintaku untuk membawakan oleh-oleh ke rumah, ini juga termasuk daftar permintaan Komachi. Tapi kamu tahu, papa, sekarang ini aku masihlah anak di bawah umur jadi aku tidak bisa membelikanmu sake bahkan jika aku mewakilimu untuk membelinya. Namun, aku akan dengan senang hati untuk mengambil uang yang dimaksudkan untuk membelikanmu sake dari tanganmu!
Jaraknya singkat dari Chiba ke Tokyo. Sebenarnya, kamu bisa katakan Chiba adalah perfektur terdekat ke Tokyo. Dengan kata lain, sebagai perfektur terdekat ke ibu kota negara ini, nilai Chiba setara dengan ibu kota jadi kamu dapat juga menyebutnya begitu. Menabjubkan. Chiba sangatlah menabjubkan.
Kamu dapat sampai ke Tokto dalam satu perjalanan jika kamu mengambil Jalur Cepat Sobu. Alternatif lain adalah Jalur Keiyou. Chiba sangatlah cepat.
Namut, kedua serambi untuk Jalur Cepat Sobu dan Jalur Keiyou di Stasiun Tokyo memiliki pelayanan yang buruk. Untuk kasus Jalur Sobu, selagi kamu naik kereta melalui terowongan, kamu akan berpikir "apa-apaan, apa kita lagi menggali minyak atau apa?". Untuk kasus Jalur Keiyou, kamu akan berpikir " kamu tidak bisa benar-benar lagi menyebut tempat ini Station Tokyo bukan?". Begitulah perbedaan dalam posisi mereka. Sangat jauh. Chiba sangatlah jauh.
Untuk kasus ini, Shinagawa akan menjadi alternatif yang lebih sesuai sekalipun sedikit lebih jauh ketika ingin menaiki Shinkansen.
Seberapa terpencilnya kamu, Tokyo, untuk sebegitu jauhnya dari Chiba? Apa itu berarti Kyoto itu lebih jauh lagi dari sebuah kawasan yang terkucil sepenuhnya?
Aku dengan santai menaiki kereta lokal di stasiun terdekat dan mengganti kereta ke Jalur Ekspres Sobu High dari Tsudanuma.
Aku dengan panik menaiki keretanya detik-detik sebelum keretanya akan berangkat dan menghela lega ketika pintunya tertutup. Aku senang aku bisa mencapainya tepat waktu dan baru saja aku akan membuat wajah penuh kelegaan, bidang penglihatanku berpapasan dengan mata yang memantulkan cahaya biru air.
“…”
“…”
Kita berdua saling membisu.
Pihak yang lain melambaikan rambut poni birunya dan melihat ke luar.
Kawasaki Saki. Aku dengan sungguh-sungguh mengutarakan nama yang akhirnya aku ingat kembali.
Benar, aku ingat rumahnya cukup dekat dari rumahku. Distrik sekolah SMPnya berbeda karena interposisi jalan rayanya, tapi stasiun terdekatnya adalah stasiun di lingkungan ini. Karena kita akan mengganti kereta dari jalur cepat, kita pada akhirnya akan menaiki kereta yang sama dari jalur yang sama.
“…”
Kawasaki mencuri-curi pandang ke arahku. Ketika mata kita bertemu lagi, dia mendadak memutar kepalanya ke samping dan melihat ke luar.
Apalah…
Aku kehilangan waktu yang tepat untuk menyapanya dan haruslah aku memilih untuk pergi dari posisi ini, pihak lain akan mengetahuinya dan aku akan disergap dengan perasaan seorang pecundang, jadi aku tidak sedang dalam posisi untuk bergerak.
Pada akhirnya, Kawasaki dan aku bersandar ke pintu di dalam jarak bersentuhan kita masing-masing selama empat-puluh-lima menit sampai kita tiba ke Stasiun Tokyo.
Ketika aku turun dari kereta itu, ada murid Sekolah Sobu High yang tiba disini dalam seragam mereka yang tersebar di seluruh stasiun ini.
Kelihatannya semua orang telah bertemu dan menemani satu sama lain kesini sebelumnya. Hmph, untuk tidak dapa datang kemari ke Tokyo sendirian membuat kalian terlihat seperti segerombolan anak-anak desa. Ayolah sekarang, belajar dariku. Aku datang kemari sendirian, kamu tahu? Bukankah aku dapat mengejar mimpiku dan membuatnya menjadi kesuksesan besar di Tokyo jika begini terus?
Aku menaiki tangga tak berakhir dari serambinya dan akhirnya sampai ke permukaan. Ketika aku bilang permukaan, aku masih berada di dalam ruangan dan masih belum dapat melihat matahari, bintang, langit biru, dan bulan. Inilah apa yang mereka katakan hutan beton.
Di ibu kota yang kering ini, orang-orang berhamburan kesana-kemari. Aku sudah merasa nostalgia dengan Chiba. Aku mau pulang.
Kita menerjang ke dalam gelombang manusia itu, tujuan kita adalah serambi Shinkansen. Namun, gelombang manusia ini berada pada level dimana aku akan dimarahi pada saat aku ketinggalan dari kelompoknya.
Pada mulut tempat masuk ke Shinkansen terdapat jumlah murid dari sekolahku yang mengemparkan dan ditambah ke dalam fakta bahwa kita berada di Stasiun Tokyo, sebuah tempat keramaian (hotspot) untuk orang-orang, tempat itu sangatlah ribut. Untuk stasiun jenis ini dan untuk pria penyendiri bernama Hachiman, jika dia harus mengatakannya ke dalam bahasa Inggris, situasi ini akan dinamakan Stasiun Hotch Potch.
“Hachiman!”
Dari kelompok murid-murid tersebut datang suara yang memanggil namaku. Aku tidak memiliki banyak teman sekelas yang memanggilku dengan sebutan Hachiman jangankan orang-orang yang memanggilku Hikigaya dengan tepat.
Dan satu-satunya orang yang menuangkan semua perasaan kasih sayang pertemananya ke dalam nama yang diberikan kepadaku adalah…
“Hachiman… Ibu kota dari Timur benar-benar membuatku bernostalgia, Berani kukatakan. Ini adalah tempat kelahiran jiwaku. Tahan. Tahan..”
…Oh iya, orang ini juga memanggilku Hachiman.
Zaimokuza membatuk dengan cara yang ganjil dan dengan perlahan mendekatiku.
“Perlu sesuatu?”
“Humu, tidak ada apa-apa. Hanya saja DSku sedang kehabisan batere cukup cepat. Aku hanyalah mencari cara-cara untuk menghabiskan waktu.”
“Ya, benar. Daripada itu, apa-apaan dengan semua barang itu? Berencana untuk mengasingkan dirimu di pegunungan?”
Melihat sekilas, Zaimokuza sedang membawa sebuah tas ransel membengkak di punggungnya. wollen duffel bag on his back. Apa lah yang dia lempar ke dalamnya?
Zaimokuza menepuk tas di punggungnya dan mendorong kacamatanya ke atas dengan jari tengahnya.
“Memang. Aku akan melatih permainan pedangku di Kuramayama.”
“Kuramayama huh. Kamu memilih tempat yang cukup jauh.”
Tentu saja, Kuramayama adalah salah satu dari banyak tempat populer dan karena tempat itu semacam terpisah dari Kyoto, tempat itu juga merupakan kawasan yang sulit untuk didatangi saat berjalan-jalan.
“Memang. memang. Yah, itu bukanlah keputusan yang aku buat untuk diriku sendiri, tapi sebuah kesempatan untuk berlatih dengan tuan Tengu dapat bertindak sebagai sedikit hiburan.”
“Kamu juga berencana ke Kibune? Lagi pula, aku yakin itu jauh lebih nyaman dalam caranya sendiri untuk tidak harus menentukannya sendiri, bukan?”
“Tidak, kamu tahu. Aku benar-benar memberitahu mereka keinginanku juga. Di dunia ini, dimana ada sesuatu yang dapat kamu sebut sebuah “toko yang ingin kami kunjungi”. Jangan pedulikan itu, Aku lebih suka jika kamu menyisihkan settingan yang aku buat dan memberiku cercaan. Agak sedikit kesepian.”
Zaimokuza cemberut dan memprotes. Nah, maksudku, mengomentari tentang penyakit settingan sekolah menengahmu itu hanya akan menghabiskan waktu dan kamu barangkali hanya membiarkannya keluar dari telingamu yang satu lagi. Aku tidak dapat memberimu pelayanan sebanyak itu sekarang.
“Jika kamu ingin ke suartu tempat, yah pergi saja. Kita akhirnya keluar ke sini dan begitulah, bersenang-senanglah.”
“Humu. Kemana kamu akan pergi, Hachiman?”
“Siapa tahu, ada beberapa hal yang terjadi. Kita masih belum memutuskan kemana kita akan pergi pada hari ketiga.”
“Hari ketiga adalah hari bebas berkeliaran, aku yakin. Rufun, kamu bisa menemani kami membeli barang-barang di ‘toko yang ingin kami kunjungi’ jika kamu mau.”
“Terdengar bagus dan semacamnya tapi…”
Berpergian bersama Zaimokuza itu, kamu tahulah, tapi itu tidak seperti aku menentang pergi berbelanja sama sekali. Namun, juga ada permintaan tertunda Klub Servis yang harus kita selesaikan pada hari ketiga. Alangkah lebih baiknya jika aku tidak membuat rencana terlebih dahulu.
“Sepertinya sudah akan waktunya untuk berkumpul.”
“Waktu Sololah itu. Memang! Baiklah kalau begitu Hachiman, sampai bertemu lagi di Kyoto.”
“Tidak, Aku rasa kita tidak akan bertemu…”
Setelah kita pergi ke jalan kita masing-masing, aku mencari-cari tempat dimana kelasku akan berkumpul.
Jika aku mencari dekat di sekitar ujung gerbong, seharusnya ada tanda yang menunjukkan grup apa dimana. Ketika aku memantau area tersebut, aku menemukan wajah familier di sudut yang ribut.
Itu adalah Hayama dan rombongannya.
Oh menyebalkan! Pasti itu kelasku disana.
Grup-grup kecil membentuk garis yang mengelilingi grup Hayama, intinya. Mereka harus tetap disana karena mereka berada di dalam grup sirkulernya. Aku mengaktifkan jurus bayanganku. Ketika aku menggunakannya, jurus itu menyebabkan sekelilingku tidak memperhatikanku tapi baru-baru ini, kelihatannya sekelilingku telah naik level ke titik dimana mereka akan melukaiku dalam cara: ‘Kamu tahu orang itu, dia akan ikut campur dalam urusanmu bahkan sebelum kamu menyadarinya.’ Aku kelihatannya semakin sering diperhatikan dan ini dengan jelas berarti auraku sedang bertambah.
Tak lama, sudah sampai waktunya.
Grup yang berhamburan kesana-kemari dengan cepat berkumpul ke satu tempat dan membentuk barisan yang cantik.
Setelah pemanggilan absen kelas, kita lalu dizinkan masuk. Diikuti dengan sebuah gerakan berbaris. Apa ini hari olahraga atau semacamnya?
Catatan Translasi