Difference between revisions of "Absolute Duo (Indonesia):Jilid 3 Bab 1"

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search
(Created page with "==Bab 1 『Bolehkah Aku Mengharapkan Hal Itu』== ===Bagian 1=== “Uu,kuh…………..” Aku menyipitkan mataku karena silaunya cahaya matahari setelah aku membuka pintu...")
 
Line 432: Line 432:
 
“Jadi apa keperluanmu?”
 
“Jadi apa keperluanmu?”
   
“Umu. Seperti yang kau tahu, <<unit>> sudah menyelesaikan pengaturannnya dan sudah dibagikan ke beberapa tim. Hal terakhirnya adalah untuk melanjutkannya-----sebelum itu, ada sesuatu yang aku inginkan. Jadi dengan kata lain aku ingin meminjam kekuatanmu untuk mendapatkan hal itu.”
+
“Umu. Seperti yang kau tahu, <<unit>> sudah menyelesaikan penyesuaiannya dan sudah dibagikan ke beberapa tim. Hal terakhirnya adalah untuk melanjutkannya-----sebelum itu, ada sesuatu yang aku inginkan. Jadi dengan kata lain aku ingin meminjam kekuatanmu untuk mendapatkan hal itu.”
   
 
“Bahan seperti apa yang kau inginkan?”
 
“Bahan seperti apa yang kau inginkan?”
Line 461: Line 461:
   
 
“<<Selection>>----kupikir aku akan menyebutnya dengan nama itu.”
 
“<<Selection>>----kupikir aku akan menyebutnya dengan nama itu.”
  +
  +
  +
<noinclude>
  +
  +
==Catatan Penerjemah dan Referensi==
  +
  +
<references />
  +
  +
<br/>
  +
{| border="1" cellpadding="5" cellspacing="0" style="margin: 1em 1em 1em 0; background: #f9f9f9; border: 1px #aaaaaa solid; padding: 0.2em; border-collapse: collapse;"
  +
|-
  +
| Sebelumnya [[Absolute Duo (Indonesia):Jilid 3 Prolog|Prolog]]
  +
| Kembali ke [[Absolute Duo (Indonesia)|Halaman Utama]]
  +
| Selanjutnya [[Absolute Duo (Indonesia):Jilid 3 Bab 2|Bab 2]]
  +
|-
  +
|}
  +
</noinclude>

Revision as of 02:12, 7 March 2015

Bab 1 『Bolehkah Aku Mengharapkan Hal Itu』

Bagian 1

“Uu,kuh…………..”

Aku menyipitkan mataku karena silaunya cahaya matahari setelah aku membuka pintu yang sedikit berat dan berjalan keluar.

Di saat yang sama, embusan angin membawa bau garam yang kuat menggelitik hidungku.

Sebagian besar angin itu terhirup ke dalam dadaku dan saat aku melihat pemandangan di luar lagi-----semuanya berwarna biru.

Baik langit maupun bumi berwana biru.

Langit memang seperti itu tapi bagi bumi------itu warna yang aneh.

Berbicara spesifik, itu bukan bumi melainkan samudra. Samudra tak terbatas membentang sejauh yang bisa kulihat.

Ya, saat ini aku----Kokonoe Tooru, sedang naik dalam sebuah kapal. Mulai hari ini, siswa kelas satu akademi Kouryou pergi menuju kepulauan selatan dengan kapal selama seminggu dalam acara sekolah tepi pantai.

“Bau air laut itu mengagumkan.”

Aku menoleh setelah berjalan beberapa langkah dan berbicara pada gadis yang sedang memegang lengan bajuku dengan erat.

“Kau baik-baik saja, Julie?”

“J-ja----………..aku baik-baik saja……….”

Saat angin itu mengibarkan rambut, yang mencapai pinggulnya, gadis kecil itu mengangguk.

Dia adalah <<Duo>>ku-----Julie.

Dia adalah seorang gadis dengan Putih saljukulit putih seperti transparan, Mata rubimata merah berlawanan dengan laut biru, dan Blonde Perakrambut perak yang mengkilat karena cahaya matahari.

Masalahnya sederhana dan jelas-----mabuk laut.

Aku mendengar bahwa daerahnya, Gimle, adalah sebuah pulau yang dikelilingi laut, jadi kukira dia akan baik-baik saja di kapal. Aku salah menyimpulkan.

Warna mukanya terlihat buruk, jadi aku membawanya dari kabin ke buritan dengan kakinya yang goyah.

Karena ada tempat teduh di buritan, tidak seperti haluan kapal, tempat ini adalah tempat paling cocok untuk beristirahat.

“Kau akan sedikit lebih baik jika tempatnya berangin, jadi beristirahatlah disini beberapa saat.”

“Ja---…………….”

Setelah Julie mengangguk, dia bersandar di dinding dan menjatuhkan pinggulnya sebelum *Petan* duduk.

“Tooru…………Bolehkah aku meminjam bahumu?”

“Aah, silakan.”

Setelah aku duduk di sampingnya, Julie mendekatiku. Dia menutup matanya dan terlihat seperti kesulitan bernafas.

“………Apa kau baik-baik saja?”

“Ja--. Aku merasa enak ada di luar………”

(Julie jarang bersikap seperti ini………..)

Walaupun dia kecil, kemampuan fisik dan bertarung gadis perak ini ada di papan atas dalam kelas kami.

Itu akan cukup berat bagiku; bahkan peluang menang Julie akan lebih besar jika dia menggunakan <<Double>>, dan aku tidak bisa membayangkan bayangan lemah dirinya saat ini.

(…………Bicara hal lain, dia terlihat kelelahan akhir-akhir ini.)

Musim panas di daerah Julie, Gimle, terasa dingin dan hari dimana suhunya mencapai 20 derajat itu jarang. Di Jepang, dimana akademi Kouryou terletak ada di Kantou bagian selatan, suhu hari di musim panas melebihi 30 derajat saat musimnya melewati pertengahan dan ditambah dengan mabuk lautnya dia berubah menjadi terhuyung-huyung karena kehabisan stamina.

“Hn…….Too………ru…………*Suu*……….*Suu*………..”

Sebelum aku menyadarinya, Julie mulai mengeluarkan suara tidurnya.

Berkat itu aku tidak bisa bergerak, tapi mungkin ide yang bagus untuk membiarkannya tidur seperti saat ini.

Karena aku sedang tidak punya hal yang bisa kulakukan, aku hanya menatap ke arah laut dan langit biru.

(Sekarang musim panas ya…………)

Aku tidak menyukai musim panas.

Aku menyukainya saat aku masih kecil, tapi aku mulai membencinya sejak 2 tahun yang lalu.

Musim ini membuatku mengingat hari itu-----hari dimana orang itu menghancurkan segalanya. Hari dimana adik perempuanku dibunuh di depanku.

(Aku masih belum bisa mencapai…………..tapi, aku pasti akan menusukkan taringku padamu………..!)

Baru beberapa hari yang lalu, aku mencapai <<Level 3III>> dari <<Upacara sublimasi>> di akhir semester. Sebenarnya saat aku mendapatkan <<Level up>> itu, aku tidak menyangkal bahwa itu terasa sedikir anti klimaks karena aku mengira itu akan memakan waktu lebih lama.

Itu adalah tanda bahwa aku bertambah kuat.

Kemampuan fisik, kekuatan otot dan daya lariku dapat dengan mudah memecahkan rekor dunia dan sudah mencapai tingkatan dimana tidak mungkin terjadi dalam realita normal. Aku mengasah teknik bertarungku dengan latihan tiap hari dan kekuatannya sudah cukup untuk membuatku berpikir bahwa aku tidak akan kalah kecuali pada <<Exceed>> lain.

Dan di saat yang sama, aku mengerti hal ini; walaupun aku sudah mendapat kekuatan sebesar ini, aku masih belum mencapai dia.

Aku mengerti kalau <<Kekuatan>>ku sekarang tidak akan mencapai dirinya, dengan membandingkannya dengan perasaan terlalu kuat yang kurasakan saat aku berhadapan dengannya 2 tahun lalu.

(Walaupun aku tidak bisa meraihnya sekarang--------aku mungkin bisa melakukannya jika aku melewati <<Level 4IV>>………..)

<<Level 4IV>> adalah level yang akan mengeluarkan kekuatan sejati dari <<Blaze>>.

Jika aku mencapai level itu, kupikir tinjuku akan mencapai dirinya.

Kemarahan, kebencian dan kesedihanku---------

Tepat saat aku memandang langit dengan ekspresi beragam seperti itu berputar di dalam diriku.

*Zururi* kepala Julie bergeser dari bahuku.

(-------!!)

Untuk sesaat, aku merasa terkejut tapi-----

“*suu*……..*suu*………..”

Julie pasti sangat kelelahan karena dia tidak membuka matanya dan tidur dengan nyaman menggunakan kakiku sebagai bantal kali ini. Aku mengusap kepalanya dengan pikiran ingin membantu walaupun hanya sedikit setelah aku melihat muka lelahnya.

“Hn…..Too……ru……………”

“Ah……..ma-maaf. Apa aku membangunkanmu?”

“Nai…………itu terasa, enak…………..tolong lakukan lagi…………”

Aku mengangguk setuju sebelum terus mengusap kepalanya. Rambut perak halusnya terasa nyaman dan rambutnya terasa seperti benang sutra.

Setelah beberapa saat, nafas Julie secara bertahap menjadi teratur.

Wajah tertidurnya menjadi lebih lembut dan aku merasa senang aku bisa membantunya sebanyak ini.

Di saat yang sama, aku juga merasa terselamatkan.

Berkat mengingat hari-hari yang kulalui bersama Julie, hatiku yang sedang mengamuk karena dirinya menjadi lebih tenang.

“Terima kasih, Julie………….”

Saat aku mengusap kepalanya sambil menggumamkan hal itu, Julie menggaruk kepalanya karena perasaan gatal.

(Aku harus hati-hati untuk tidak bergerak kalau tidak aku akan membangunkannya.)

Aku menaikkan pinggir mulutku sambil menatap si gadis perak yang sedang tidur dengan nyaman.

Setelah beberapa saat dalam posisi ini-----

*Gachari* suara pintu yang memisahkan kabin dan dek terdengar terbuka.

Yang muncul adalah Hotaka Miyabi. Dia adalah teman sekelasku dengan sifat pemalu tapi ada bagian dari tubuhnya yang menonjolkan ukuran besarnya. …………….aku tidak akan pernah memberitahu Miyabi bagian dirinya yang mana yang menonjol.

“Yo Miyabi, apa kau datang mencari angin juga?”

“Eh, ah, erm, kupikir tanda-tanda kalian kembali tidak muncul, jadi…………..”

“Jadi kau merasa khawatir dan datang untuk melihat Julie ya?”

“U-un………….Tadi itu maksudnya berbeda, tapi memang benar tapi……….”

“Maksud berbeda?”

Saat aku menanyakan jawaban yang dia bisikkan, Miyabi terlihat panik karena suatu alasan.

“-----Uh!! E-eerrrr, ka-kau tahu, aku hanya berpikir bahwa akan berbahaya kalau dia jatuh ke laut!!”

“Dia akan baik-baik saja, itu tidak seperti dia bergoncang sebanyak itu. Yah, terima kasih perhatiannya.”

“A-ahaha………ya-yang lebih penting, apa Julie-chan tertidur…………?”

“----uh!! I-itu………”

Aku benar-benar lupa mengenai Julie yang menggunakan pangkuanku sebaai bantal.

Sambil merasa panik karena Miyabi menunjukkan hal itu, aku memberitahunya bagaimana situasinya menjadi seperti ini setelah aku meminjamkan bahuku kepada Julie yang merasa mabuk laut.

“*Giggle*. Jadi itu alasan mengapa kau tidak bisa bergerak.”

“Begitulah…………ngomong-ngomong Miyabi, apa kau akan ada di luar sini untuk beberapa saat?”

Dengan situasinya beres tanpa kesalahpahaman aneh apapun, aku menghela nafas lega sambil bertanya padanya.

“Eh……….? Ku-kuira begitu. Udara di luar lebih baik toh………..”

“Oh. Kalau begitu kita mengobrol saja. Aku butuh teman.”

“…………..U-un.”

Setelah dia mengangguk, Miyabi akan duduk dengan Julie ada di tengah-tengah.

“Kau akan merasa panas jika kau duduk disana karena matahari akan menyinarimu jadi, kenapa kau tidak duduk disini?”

“Ah…………Be-benar juga……..Err, ma-maaf mengganggu……….”

Dia belum lama keluar dari kabin, tapi mungkin cuacanya sudah panas baginya.

Aku menasihati Miyabi yang wajahnya sedikit memerah, untuk duduk di sebelahku.

Walaupun dia mengangguk dan duduk di sebelahku, aku merasa itu memang sangat sepertinya dalam suatu hal karena dia menjaga jarak 50 sentimeter diantara kami.

“Setelah kupikir-pikir, sudah lama kita tidak mengobrol seperti ini.”

“Be-benar juga………….”

Secara spesifik Julie juga bersama kami tapi, aku bertanya-tanya sudah berapa lama kami tidak mengobrol sendirian.

Saat aku mencoba mengingat-ingatnya, aku merasa bahwa hampir tidak ada waktu selama beberapa bulan ini------sejak aku berhenti muncul untuk lari pagi.

Jika ada, kami akan bercakap-cakap saat kelompok biasanya berkumpul dan itu tidak seperti kami tidak berbicara satu sama lain karena kami sering makan siang bersama.

“Pagi ini………..dengan Tomoe-chan juga?”

“Aah, hampir setiap hari.”

Tachibana tidak harus selalu bersamaku, karena hal utama dalam latihan pagi adalah mengulangi latihan bentuk dasar dengan tubuhku sebelum menggunakan kepalaku untuk berpikir. Tapi, dia muncul setiap hari untuk melakukan sebuah Kumite selama 10 menit terakhir-----Tachibana akan melakukan serangan sedangkan aku fokus dalam bertahan------karena dia berkata bahwa akan lebih cepat menguasainya dengan cara ini daripada hanya fokus pada Kata saja.

“Oh. Setiap hari, ya………..”

“Aah. Dia benar-benar sangat membantu.”

Walaupun Miyabi berkata itu bagus, kupikir aku salah melihat tapi dia terlihat sedikit kesepian.

“Kalau Miyabi mau, kenapa kau tidak bergabung dengan kami? Tachibana pastinya akan menyambutmu juga.”

“………..Uun, kupikir aku akan menolak……..Kau tahu, aku harus menambah stamina daripada teknik untuk saat ini.”

“Be-begitu………….”

Aku tidak bisa berkata-kata lagi karena dia memasang ekspresi agak terganggu.

(Situasinya tidak berjalan sesuai yang kuinginkan ya……….)

Sebenarnya, Miyabi akhir-akhir ini bertingkah aneh.

Dia dengan segera berpaling saat mata kami bertemu, melamunkan sesuatu, dan terasa seperti gerakan dan tingkahnya memiliki hal lain dibelakang itu semua.

Tapi, aku sedikit mengetahui alasannya.

Miyabi mungkin merasa inferior pada kami saat dia gagal mendapat <<Level up>> saat-----<<Upacara sublimasi>> yang semua siswa terima pada akhir semester.

Jika mengenai wajah lama maka, Tatsu juga gagal dalam sublimasi dan tetap di <<Level 2II>> tapi, dia tidak memikirkannya sedikitpun dan itu mungkin karena sifatnya.

Pokoknya, terasa buruk untuk memiliki hubungan yang kikuk dengan teman.

“Hey, Miyabi. Jika ada hal yang mengganggumu, kau bisa memberitahuku?”

“Eh………?”

“Aku sudah bilang kan. Lebih baik untuk mengeluarkannya, jika kau pikir hal itu berat. Kukira tidak apa-apa memberitahu Tachibana jika kau merasa canggung memberitahuku. Dia juga khawatir.”

“Ah……..U-un. Terima kasih……..Eheh, sungguh terima kasih, Tooru-kun.”

Miyabi mengatakan hal itu setelah menaikkan kedua pinggir mulutnya.

Aku mungkin sedikit meringankan perasaannya.

Atau dia mungkin hanya berpura-pura kuat untuk membuatku tidak cemas.

Aku tidak bisa menilai yang mana yang benar, tapi jika Miyabi curhat padaku maka aku akan melakukan yang terbaik untuk membantu-----itulah yang kupikirkan.

“Ka-kalau begitu bo-bo-bolehkah aku meminta sesuatu………?”

“Aah, jika itu hal yang bisa kulakukan maka katakan saja.”

“……..Bo-bolehkah aku……..meminjam bahumu…….”

“Bahu?”

Walaupun hanya ada satu arti untuk kata-kata itu, aku bertanya kembali untuk memastikan.

Itu karena kata-kata itu sulit dibayangkan datang dari Miyabi yang tidak nyaman dengan laki-laki.

Tepat saat aku bertanya-tanya apa jawaban yang akan dikatakan-----Miyabi menggerakkan kepalanya secara vertical dengan wajah yang jelas memerah.

“Disini terasa nyaman jadi, aku merasa sedikit mengantuk dan karena itu, aku tidak akan meminta lebih seperti apa yang Ju-Julie-chan lakukan jadi, kukira aku bisa memintamu meminjamkan bahumu untuk beberapa saat…………….”

Mungkin ini sangat memalukan karena, Miyabi menundukkan pandangannya dan memainkan jari jemarinya sambil mengatakan alasannya.

“Tidak, boleh……….?”

“Ti-tidak, tidak apa-apa. Jika sesuatu seperti bahuku tidak apa-apa untukmu, maka gunakan saja.”

Aku merasa sedikit malu dan setuju dengannya karena tidak ada alasan untuk menolak.

“U-un, Terima kasih……..tapi, sesuatu seperti itu ……… itu tidak benar kau tahu……..?”

Aku tidak mengerti sama sekali apa yang dia maksud dengan kata-katanya. Walaupun aku sedang memikirkan pertanyaan itu------

“Pe-permisi………”

Jarak 50 sentimeter berkurang menjadi 10 sentimeter dan saat Miyabi meletakkan kepalanya di bahuku, apa yang kupikirkan sebelumnya menghilang.

“…………..”

Terasa hangat. Suhu tubuh Miyabi sedang dikirimkan dari bagian tubuh yang menyentuhku. Dan di saat yang sama, detak jantung dalam dadaku menjadi lebih cepat dan tubuhku berderit.

(I-ini sedikit membuaku tegang……)

Bicara yang sebenarnya, situasi ini sangat memalukan.

Tapi, aku hanya berpikir kalau dia lebih nyaman di sekitarku melebihi apa yang kukira. Aku senang kami menjadi teman baik, yang cukup untuk membuatku tidak bisa merasakan kemampuan interaksinya yang biasanya buruk dengan lawan jenis.

(…..Tetap saja, kupikir akan menyebalkan jika seseorang melihat kami seperti ini.)

Setelah aku menghela nafas kecil, aku menatap ke ufuk yang memisahkan langit biru dengan laut biru sambil memulai latihan bayangan gerakan yang Tachibana ajarkan padaku…………sebetulnya, sepertinya kegugupanku tidak akan hilang kecuali aku memikirkan hal lain.

Walaupun aku melakukan latihan bayangan itu, aku akan berhati-hati Miyabi setiap kali dia mengembuskan nafas atau membuat sedikit gerakan dan latihan itu terganggu beberapa kali; situasinya menjadi sulit.



Hampir satu jam berlalu.

[Oi, Tooru, wanita kelinci itu memanggil kita untuk berkumpul-----][------Uh!!]

Pintu baja itu terbuka dan Miyabi melompat di saat yang sama dengan suara itu memanggilku.

“Apa yang kalian semua lakukan………….”

[I-ya,hahaha……………][Ahaha………]

Dengan sikap bosan------dia mungkin kelelahan-------seorang anak laki-laki kecil berkacamata menghela nafas; dia adalah temanku Tora.

“To-Tora-kun. Apa yang Tsukimi-sensei katakan……….?”

Miyabi bertanya dengan nada yang kupikir tidak mungkin berasal dari seseorang yang baru saja bangun.

“Ada hal yang ingin dia katakan mengenai sekolah tepi pantai jadi, aku disuruh memanggil orang-orang yang pergi ke dek.”

“Aku mengerti………Julie, bangun. Sepertinya Tsukimi memanggil kita untuk suatu hal.”

Saat aku sedikit mengguncang bahunya, Julie terbangun. Namun, kesadarannya mungkin masih dalam alam mimpi. Walaupun dia mengangkat tubuhnya, dia masih dalam keadaan pusing dengan mata setengah terbuka.

“Tidurnya pulas?”

“Ja----, berkat dirimu. Teima kasih banyak, Tooru.”

“Itu bukan hal yang besar. Bagaimana denganmu Miyabi?”

“…………A-aku, err……walaupun aku yang memintamu untuk meminjamkan bahumu, a-aku terlalu gugup, jadi tidak sama sekali……….”

Miyabi memberitahuku dia tidak tidur dan menundukkan pandangannya dengan pipi merona.

Tidak aneh dia bangun dengan segera saat Tora muncul.

Mungkin akan lebih baik jika aku tidak berkata tidak apa-apa saa dia memintaku meminjamkan bahuku.

(Sepertinya kami berdua gugup.)

Mungkin berat bagi Miyabi yang ada dalam dunia penuh kantuk, tapi itu sedikit lucu saat kupikir perasaan kami sama.


“Oke oke okeee, apa semuanya ada disini?”

Wali kelas jahat kami, yang tidak cocok sebagai seorang guru, sedang memakai pakaian pelayan dengan telinga kelinci dan berputar-putar di dalam ruangan.

“Baiklah kalau begitu, kapal ini akan mencapai pulau sebentar lagi☆ anak yang pergi ke dek sudah melihat pulaunya kan♪ Jadi, tolong bersiaplah untuk turun karena kapalnya akan berhenti♥ Selain itu, barang-barang semuanya sudah dengan enak------bukan itu, para staf sudah memindahkannya dengan aman jadi tenanglah♪”

Intinya sekolah tepi pantai ini adalah sebuah kamp latihan untuk mengadakan latihan bertahan hidup yang tidak bisa dilakukan di sekitar akademi. Karena itu, ada beberapa bahaya di dalamnya jadi akan ada 5 <<Exceed>> <<Level 3III>>----- alumni Kouryou yang ahli dalam teknik bertahan hidup sebagai staf pendukung.

“Tsukimi-sensei. Walaupun mereka bergabung sebagai anggota staf, tidak mungkin kami membiarkan senior kami membawakan barang-barang kami.”

Gadis dengan rambut panjang yang indah-----Tachibana mengomentari Tsukimi dengan suara anggun. Pikiran itu sangat seperti dirnya karena sifat jujur dan seriusnya.

“Jangan dipikirkan, jangan dipikirkan. Itu pekerjaan mereka♪ Yang lebih penting aku akan membagikan ini, jadi datanglah saat aku memanggil nama kalian☆”

Setelah mengatakan hal itu, Tsukimi mengacungkan benda seperti jam tangan di atas kepalanya.

“Ada apa dengan benda itu?”

Tsukimi pernah mengincar nyawa kami. Namun, karena aku diminta menyembunyikan fakta itu di depan teman sekelasku, aku bertanya dengan sopan.

“Ini adalah gelang dengan sinyal darurat dan cahaya yang dipasang di dalamnya☆ Hanya tekan ini jika situasinya sangat buruk oke? Hanya tekan ini saat kau hampir mati saja♪ Okee?”

Kabinnya menjadi bising dalam sekejap. Apa camp ini sesulit itu sampai benda seperti itu dipersiapkan?

Namun, saat aku memikirkannya baik-baik, camp ini mungkin akan cukup berat saat staf <<Exceed>> datang bersama kami.

Setelah menerima gelang, dia menyuruh kami untuk memakainya setiap saat sampai sekolah tepi pantai selesai.

Dan setelah semuanya memakai gelang mereka, kami meninggalkan kabin saat kapal sudah berhenti tapi------

“……….Hey, Tsukimi.”

“Tambahkan Sensei.”

“Kenapa kita tidak berlabuh-----Desuka!?”[1]

Semua orang yang ada di dek tercengang.

Itu wajar. Memang benar kami bisa melihat pulaunya…………hanya berjarak beberapa kilometer.

“Yang berarti kalian harus berenang♥”

“Dari sini----Desuka!?”

“Tentu saja, dengan pakaian yang sedang kalian pakai juga♪”

“Sambil memakai seragam kami----Desuka!?”

“Terdengar berat memiliki kepribadian ganda ya, <<Irregular>>……….”

Kau tidak berhak mengatakan hal itu.

“Oke dengan demikian, kita akan memulai latihan berenang dengan pakaianmu saat ini untuk sekolah tepi pantai ini♪ Sesampainya di pulau, tolong pergi menuju titik pelatihan kalian masing-masing yang ada di tengah-tengah pulau☆”

Tentu saja ada beberapa orang yang terkejut dengan pengumuman Tsukimi, tapi inilah cara kerja akademi Kouryou.

Latihan bertarung, perawatan medis darurat, bertahan hidup dan lainnya itu------berbeda dari SMA biasa; inilah kurikulum untuk sekolah teknik bertarung spesial.

Berenang dengan pakaian kami seperti ini adalah salah satunya, dan itu adalah ketrampilan yang baru saja diajarkan pekan lalu.

Berenang dengan memakai pakaian ternyata berat dan saking beratnya membuatku, yang percaya dengan staminaku, benci membangunkan tubuhku setelah selesai berenang hanya satu kilometer.

Kami benar-benar tidak menyangka teknik yang baru saja kami pelajari ini di sekolah tepi pantai secara mendadak.

“Teknik ini adalah sesuatu yang akan lebih mudah kalian kuasai jika kalian melakukannya dengan semangat untuk menghindari kematian. Semoga beruntung dan bekerja keraslah, kuhaha.”

Tsukimi menunjukkan sifat aslinya dengan suara yang tidak bisa didengar siswa lain dan tersenyum jahat.

(Jadi karena itu senior kami membawa barang-barang kami ya? Setelah kupikir-pikir, dia memang berkata kalau kapalnya akan berhenti bukan berlabuh………..)

Setelah akau menghela nafas besar, aku mempersiapkan diri.

Bagian 2

“………..Apa kau memanggilku?”

Remaja dengan mata seperti anak panah berbicara sambil menantikan orang tua itu selesai menggerakkan tangannya.

“Fuhaha, maaf sudah memanggilmu dalam waktu sibuk seperti ini.”

“Tidak, misi yang diberikan padaku adalah untuk menurutimu.”

Remaja itu melanjutkan kata-katanya dengan suara tanpa emosi.

“Jadi apa keperluanmu?”

“Umu. Seperti yang kau tahu, <<unit>> sudah menyelesaikan penyesuaiannya dan sudah dibagikan ke beberapa tim. Hal terakhirnya adalah untuk melanjutkannya-----sebelum itu, ada sesuatu yang aku inginkan. Jadi dengan kata lain aku ingin meminjam kekuatanmu untuk mendapatkan hal itu.”

“Bahan seperti apa yang kau inginkan?”

Orang tua itu menjawab dengan tiga jawaban mendengar pertanyaan si remaja.

“Aku tidak keberatan karena aku akan mendapatkannya secepatnya toh.--------tentu saja, itu akan melebihi apa yang <<Diabolica>> miliki though.”

“…………Mengincar terlalu tinggi itu tidak apa-apa tapi, kekecewaan jika kita tidak bisa mendapatkannya juga akan lebih besar.”

“Benar juga. Fuhahahaha!”

Setelah orang tua itu selesai tertawa, si remaja membuka mulutnya.

“Baiklah kalau begitu, tolong beri izin untuk melaporkan pada atasan mengenai rencana yang baru kita------”

“Tidak perlu. Orang-orang itu pastinya ingin mengetahui <<Kekuatan>> dari <<Unit>> juga toh. Bilang saja bahwa rencana ini hanya sebuah ujian dan laporkan hanya hasilnya saja.”

“…………Dimengerti.”

Anak muda itu tidak mengajukan keberatannya dan menuruti keputusan orang tua itu.

Dia kemudian sedikit tersenyum sebelum----bertanya.

“Mengevaluasi atau dievaluasi ya………aku mengerti. Bagaimana dengan nama operasi untuk rencana ini?”

Orang tua itu tertawa----sebelum menjawab.

“<<Selection>>----kupikir aku akan menyebutnya dengan nama itu.”



Catatan Penerjemah dan Referensi

  1. Desuka digunakan untuk sopan santun.


Sebelumnya Prolog Kembali ke Halaman Utama Selanjutnya Bab 2