Difference between revisions of "Absolute Duo (Indonesia):Jilid 3 Bab 2"

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search
m (Blanked the page)
 
Line 1: Line 1:
==Bab 2 『Waktu Bencana, ya』==
 
 
===Bagian 1===
 
 
 
Teman sekelas kami satu demi satu terjun ke laut dan hanya kami yang tersisa di atas kapal.
 
 
“Oke, aku akan terjun duluan kemudian kau terjun setelah aku. Aku akan pergi mendekatimu jadi, jangan panik. Jangan lupa untuk memegang bahuku saat kau di permukaan.”
 
 
“U-un……aku mengandalkanmu, Tomoe-chan.”
 
 
Miyabi dan Tachibana sedang mendiskusikan aksi mereka setelah mereka terjun ke laut.
 
 
Di sisi berlawanan, Tora dan Tatsu sedang-------bertengkar seperti biasanya------dan membuat keributan tentang siapa yang akan berenang sampai pesisir lebih dahulu.
 
 
(Ya-re Ya-re, aku tidak tahu apakah mereka akrab atau bermusuhan satu sama lain seperti biasanya………)
 
 
“Fufun. Jangan berpikir kalian akan menang dariku dalam berenang, Tatsu, Tooru!!”
 
 
“Eh, aku juga!?”
 
 
“Kenapa kau terkejut, bukannya sudah biasa.”
 
 
“Sudah biasa………?”
 
 
Wali kelas bertelinga kelinci berbicara padaku dengan senyum lebar.
 
 
“Oi oi, sekarang adalah satu-satunya waktu dimana kau bisa bertingkah senang dan bicara mengenai pertandingan kau tahu? Itu karena arus di sekitar sini itu kompleks. Kau akan menemukan sakit jika kau meremehkan hal ini-------sebetulnya, merasakan sakit, Kuhahaha.”
 
 
(Aku menyerah menganggapnya sebagai lawan. Dan yang kumaksud adalah semua orang.)
 
 
Kami merasa muak dengan kata-kata tercela dari seorang guru (seperti biasanya) dan memutuskan untuk pergi.
 
 
Tora, Tatsu dan kemudian Tachibana melakukan loncatan yang sangat bagus dan membuatku mengira mereka pernah ada di klub renang saat masa SMP mereka. Namun-----
 
 
(……Aku melihat sesuatu.)
 
 
Karena kami akan berenang dengan pakaian penuh, yang berarti pakaian yang semuanya pakai sekarang adalah------seragam sekolah kami.
 
 
Berkat hal itu, aku bisa melihat dengan jelas bagian dalam rok Tachibana dari kapal saat dia terjun.
 
 
“To-Tomoe-chan, aku datang.”
 
 
Tepat saat aku memikirkan cara menghapus ingatan jelas itu, Miyabi meloncat kali ini.
 
 
Berbeda dari Tachibana, dia memegangi roknya seperti anak perempuan dan *Pyon* meloncat dari tangga dengan kaki terlebih dahulu.
 
 
Namun, karena dia hanya memegangi bagian depan roknya, aku bisa melihat dari belakang dan-----
 
 
(………Aku melihat sesuatu lagi.)
 
 
Sudah lupakan saja. Aku tidak melihat apapun.
 
 
<nowiki>*</nowiki>Don* Sebuah riak air terbentuk dan wajah Miyabi muncul dari permukaan laut setelah beberapa saat.
 
 
“Miyabi kau baik-baik saja?”
 
 
“Un, entah bagaimana kurasa……?”
 
 
<nowiki>*</nowiki>Splash**Splash* Miyabi berenang gaya anjing ke arah Tachibana sebelum meletakkan tangannya di bahunya.
 
 
Karena Tachibana mempelajari metode renang lama, yang digunakan saat seseorang menggunakan armor karena hal itu adalah sebuah langkah untuk menguasai bela dirinya, dia terlihat tidak kesulitan walaupun Miyabi memeganginya.
 
 
“Seperti yang diharapkan. Baiklah, kami------tunggu, setelah kupikir-pikir. Julie, kau beristirahat saat kita berenang dengan pakaian penuh pekan kemarin tapi, apa kau akan baik-baik saja mendadak begini?”
 
 
Saat aku mengingat dan bertanya pada Julie yang beristirahat saat latihan air sebelumnya karena kondisi buruknya-----
 
 
“Tidak apa-apa……….kurasa.”
 
 
Sudah kuduga, bahkan Julie akan menunjukkan rasa gelisah.
 
 
Yah kupikir dia kemungkinan besar akan baik-baik saja jika dia adalah Julie.
 
 
“Oke, ayo.”
 
 
“Ja---”
 
 
<nowiki>*</nowiki>Doboon* suara mendarat yang mencolok terdengar dan aku memasuki lautan dimulai dari ujung jari kakiku sampai kepalaku.
 
 
Aku merasa nyaman dalam laut karena kulitku yang terbakar matahari tapi, seragamku yang menempel membuatku kesulitan berenang.
 
 
Aku merasakannya saat latihan tapi, daya tahan air pakaian biasa berbeda dengan seragam basah yang membuatku kehilangan stamina berlebihan. Aku sudah tahu, tapi berenang ke pulau itu dalam kondisi seperti ini akan cukup sulit.
 
 
Saat aku menunjukkan wajahku di permukaan laut, pemandangan laut biru dan awan putih yang menyejukkan terhampar di pandanganku. Dan setelah aku menarik nafas dalam-dalam sambil menatap pemandangan musim panas itu, ada sebuah suara datang dari atas kepalaku.
 
 
“Tooru, aku datang.”
 
 
Dengan matahari sebagai latarnya, setelah Julie berdiri di pagar kapal-----dia terjun ke laut.
 
 
Bentuk loncatannya sangat bagus dan tidak akan kalah dari apa yang baru saja Tachibana lakukan tadi. Bukan hanya aku tapi Tachibana dan Miyabi juga bersuara kagum melihat penampilannya terjun ke dalam laut seperti seorang putri duyung.
 
 
<nowiki>*</nowiki>Toboon* sebuah suara terdengar dan si gadis perak memasuki lautan bersamaan dengan riakan kecil.
 
 
(Seperti yang diharapkan dari Julie)
 
 
Loncatan itu membuatku berpikir bahwa dia tidak memliki hal buruk selain menulis literatur----yang terbatas padah Bahasa Jepang saja.
 
 
(Tidak, dia juga buruk dengan kapal.)
 
 
Saat aku menggoyangkan bahuku dengan perasaan bersalah pada informasi baru mengenai Julie yang kuketahui sejam yang lalu----
 
 
“……….Err, Tooru-kun.”
 
 
“Julie belum muncul though…………..”
 
 
“Eh……..?”
 
 
Walaupun aku memeriksa area sekeliling untuk memastikan kata-kata mereka, tidak ada tanda Julie memunculkan wajahnya di permukaan laut.
 
 
“””……………..”””
 
 
Ada 5 detik tambahan yang sunyi & senyap.
 
 
“Julie------------!?”
 
 
 
 
 
 
“*Cough*, *Cough*……!!”
 
 
Aku menggenggam lengan Julie saat dia tenggelam menuju kegelapan dan membawanya kembali ke permukaan laut.
 
 
Setelah dia muncul di permukaan, Julie menghirup oksigen yang dipenuhi bau air laut.
 
 
Setelah dia bernafas liar secara berulang-ulang sambil memegangi bahuku, aku bicara padanya sesaat setelah dia menjadi lebih tenang.
 
 
“Kau baik-baik saja, Julie.”
 
 
“Ja-Ja---………..Berkat dirimu entah bagaimana aku mampu………..Terima kasih banyak, Tooru………”
 
 
“Tapi walaupun begitu, tak disangka kalau Julie tidak bisa berenang.”
 
 
“Maaf. Tidak ada tradisi berenang di Gimle……….”
 
 
Aku setuju saat dia memberitahuku hal itu. Berenang di laut atau sungai di daerah dingin seperti Gimle mungkin tidak bisa dibayangkan. Dinilai dari cara dia mengatakannya, aku bisa menebak bahwa tidak ada fasilitas kolam air hangat disana.
 
 
“Kukira aku bisa melakukannya jika aku menirunya, tapi tidak bisa. Baik itu mabuk laut tadi maupun kali ini, aku hanya menimbulkan masalah bagi Tooru hari ini…………”
 
 
Aku tersenyum cemerlang pada Julie yang menjatuhkan bahunya dalam kekecewaan.
 
 
“Jangan mengkhawatirkan hal sekecil itu. Kita adalah <<Duo>> jadi saling membantu itu biasa……yah, walaupun kita bukan <<Duo>>, kupikir aku tetap akan menyelamatkan Julie.”
 
 
“*Giggle*. Aku juga sama, Tooru. Tapi walaupun begitu, air laut itu benar-benar asin ya. Aku sudah tahu tapi, aku tidak pernah mengira aku akan memastikannya dengan cara seperti ini.”
 
 
Aku hanya bisa tertawa mendengar kalimat Julie.
 
 
“Baiklah, kita harus pergi ke pulau secepatnya. Kita akan kalah dari Tora dan yang lain jika kita santai-santai saja. Julie, aku akan menggendongmu mulai titik ini.”
 
 
“Ja--- Terima kasih banyak. Ngomong-ngomong Tooru.”
 
 
“Hn?”
 
 
Walaupun aku gagal memulai dengan cepat karena masalah yang tak diduga, kukira aku masih bisa mengejar-----itulah yang kupikirkan………..sampai aku mendengar kalimat selanjutnya.
 
 
“Dimana Tora dan yang lain?”
 
 
“Heh………..?”
 
 
Aku memeriksa sekeliling mengira bahwa jaraknya tidak cukup jauh saat aku melihat Julie memiringkan kepala kecilnya-----
 
 
“Ah-re?”
 
 
Ini tidak seperti ada jarak yang sudah dibuat.
 
 
Memang benar bahwa jarak diantara kami itu sangat besar tapi, Tora dan lainnya tidak bergerak banyak dari kapal.
 
 
Yang berarti kamilah yang terpisahkan dari kapal.
 
 
“Ini------kita terbawa arus?”
 
 
Hal ini mungkin terjadi saat aku menyelam untuk menyelamatkan Julie.
 
 
“……….Setelah kupikir-pikir, dia bilang bahwa arus air disini itu kompleks.”
 
 
“Ya ada pembicaraan seperti itu tadi…………ditambah lagi, sepertinya kita masih terbawa arus. Sepertinya jarak antara tempat ini dan kapal itu semakin membesar bahkan tepat di saat ini. Sepertinya akan sulit untuk menuju kembali kesana……….”
 
 
“Maaf, Tooru………….”
 
 
“Jangan dipikirkan. Pulaunya tidak menjauh. Ayo pergi kesana sambil hati-hati untuk tidak melawan arus. Julie jangan lepaskan peganganmu, oke?”
 
 
“Ja---”
 
 
Sebelum aku mulai berenang, Julie membuat isyarat tangan pada Tora dan lainnya bahwa kami akan menuju pulau dalam keadaan ini.
 
 
Setelah beberapa saat, Tora dan lainnya meninggalkan kapal dan pergi menuju pulau.
 
 
Aku memastikannya dan kami mulai bergerak juga.
 
 
 
 
 
 
40 menit mungkin sudah lewat sejak aku mulai berenang.
 
 
Aku tidak bisa mendengar apapun kecuali suara ombak dan nafasku.
 
 
Julie tetap diam. Itu mungkin karena dia mencoba menghindari menyebabkan beban lain padaku yang sedang berenang.
 
 
(Kupikir ada 1.5 kilometer lagi dari pulau, mungkin? Tinggal sedikit lagi……..)
 
 
Di saat aku berpikir hal itu---------
 
 
<nowiki>*</nowiki>Bara**bara**bara*………….Suara helikopter bercampur dengan suara ombak.
 
 
Helikopter itu hanya melewati laut selatan ini--------tidak mungkin hal itu benar.
 
 
Aku tahu siapa yang memiliki helikopter itu.
 
 
“To--------o------ru-----♪”
 
 
Di pintu helikopter yang melayang sekitar 30 meter diatas kami, seorang gadis menyondongkan tubuhnya ke depan dan melambaikan tangannya.
 
 
Lilith=Bristol. Dengan {{Furigana|rambut pirang| Topas kuning}}nya berkibar, gadis itu menatapku dengan {{Furigana|mata permata biru|Safir biru}}nya yang membuat orang memikirkan laut dalam, adalah seorang Ojou-sama yang pindah ke akademi Kouryou 2 bulan lau dari UK. Dia sedikit egois tapi punya kepribadian lincah; dia juga pemilik sebuah <<Blaze tak tertandingi>> sepertiku dan karena itu, dia adalah sebuah keberadaan yang disebut <<Exception>> tapi…………..sebenarnya, aku buruk dalam berurusan dengannya.
 
 
“Maaf. Sudah. Menunggu-------Chuu♥”
 
 
Lilith mengeraskan suaranya untuk mencegah suaranya terhapus suara helikopter dan melemparkan kecupan ke arahku tapi------
 
 
“…………….”
 
 
Aku menggerakkan kepalaku karena suatu hal.
 
 
“Hey, Tooru---!! Mengapa kau menghindari kecupan cintaku!?”
 
 
Aku diomeli.
 
 
---Kembali ke perkataanku tadi, kata-kata itu yang keluar dari mulut Lilith adalah alasan mengapa aku buruk dengannya.
 
 
Ya, gadis emas ini telah memiliki rasa suka yang aneh kepadaku dan akan menunjukkan rasa sukanya padaku dengan aktif------secara kebetulan, dia tidak ragu untuk menyatakan diriku sebagai calon pasangannya. Ditambah lagi, dia akan melakukan hal seperti menggandengkan lengan kami setiap saat, dan maksud kontak fisik itu amat sangat bermasalah bagi pemuda sepertiku.
 
 
“Tooru--, bisa mendengarku!?”
 
 
“Ah………Maaf--, aku tidak mendengarmu!!”
 
 
“Apa yang kau katakan!? Ah—mouu. Cukup, aku akan kesana jadi tunggu aku!!”
 
 
“O-ojou-sama!?”
 
 
Pelayannya Sara merasa panik mendengar pernyataan Lilith.
 
 
“………….!? …………!! …………..!!”
 
 
Gadis emas itu tidak mendengarkan pelayannya yang sedang berteriak tidak karuan dan-------mulai menanggalkan pakaian yang sedang ia kenakan.
 
 
“Tunggu, Eeeeeeeeeeeeeeeeehhhhhh!?”
 
 
Walaupun aku terkejut dan berteriak, karena tubuhnya dengan proporsi istimewa itu mengenakan pakaian renang, aku *Hoou* menghela nafas.
 
 
“Tunggu, apa yang ingin kau la--------!?”
 
 
Walaupun aku berteriak, aku tahu apa yang akan dia lakukan. Aku tahu itu tapi, aku tetap berteriak.
 
 
“Tunggu aku, Tooru. Aku akan kesana sekarang-----♪”
 
 
Gadis emas itu mengerling dan melompat ke langit tanpa keraguan sedikitpun seperti dia sedang ada di kontes menyelam.
 
 
---Terlambat sedikit, panah emas itu menembus laut.
 
 
“Hi, Tooru♥”
 
 
[[File:Absolute Duo Volume 3 Non-Colour 1.jpg|thumb]]
 
 
Setelah beberapa saat, Lilith mengapung tepat di dekat kami.
 
 
“………….Yo, Lilith. Sara terlihat sangat kesal disana tahu………….”
 
 
“Tak apa tak apa. Aku memberitahumu hal ini sebelumnya, tapi gadis itu sedikit terlalu overprotektif.”
 
 
Tidak peduli jika dia adalah <<Exceed>>-----yang baru saja menjadi <<{{Furigana|III|Level 3}}>> dari <<Level up>> sepertiku beberapa hari lalu-----tapi tetap saja, kupikir sedikit menyedihkan memanggilnya overprotektif saat kau terjun ke laut dari helikopter setinggi itu.
 
 
Saat aku mendongak sambil memikirkan hal itu, mata Sara dan mataku bertemu dan dia melotot ke arahku.
 
 
(Ini bukan--------kukira mungkin ini memang salahku…………)
 
 
Tanpa peduli sedikitpun pada kondisi pelayannya, Lilith mengirim isyarat tangan menyuruhnya untuk pergi ke pulau duluan.
 
 
Helikopter itu pergi ke arah pulau tak lama kemudian tapi, Sara menggertakkan giginya sambil melotot ke arahku sampai saat terakhir. Berkat hal itu, aku merasa aku bisa mendengar suara gertakan giginya yang seharusnya tidak bisa didengar olehku.
 
 
“Haa………..apa yang kau pikirkan sampai-sampai kau terjun ke laut.”
 
 
“Bukannya sudah jelas kalau aku ingin bersama dengan Tooru. Yang lebih penting, mengapa kau menempel dekat sekali dengan gadis itu?”
 
 
Tidak puas------sebetulnya, kukira dia tidak puas. Lilith menatap Julie.
 
 
“……………..Aku tidak bisa berenang”
 
 
“Yah, begitulah. Aku harus membantu pasanganku sebagai <<Duo>>”
 
 
“………….Sebagai <<Duo>> ya?”
 
 
Lilith menyipitkan matanya seperti ingin mengatakan sesuatu.
 
 
“Kalau begitu, aku juga akan menerima bantuanmu sebagai calon pasanganmu♪”
 
 
Lebih cepat dari kata-katanya, dia menaiki bahuku.
 
 
“Tunggu sebentar Lilith! Kau bisa berenang, kan!?”
 
 
“Kakiku kram.”
 
 
“Bagaimana mungkin aku bisa percaya padamu saat kau memasang ekspresi seringan itu!!”
 
 
“…………..Kau akan membebani Tooru. Tolong jangan mengandalkan Tooru jika kau bisa berenang.”
 
 
“Ya ampun, hal itu juga berlaku untukmu; kau tidak akan membebani Tooru jika kau belajar berenang dengan segera tahu?”
 
 
Gadis emas itu dengan mudah membalas si gadis perak yang tidak puas.
 
 
Julie mengeratkan pegangannya.
 
 
(Lagi ya…….)
 
 
Setelah Lilith masuk, persaingan seperti ini diantara mereka sudah banyak terjadi.
 
 
Alasannya adalah karena klaim si gadis emas yang ingin diriku sebagai <<Duo>>nya. Sepertinya karena satu kalimat itu, sebuah sinyal waspada sedang terbit di dalam Julie bahwa ada peluang aku akan direbut darinya.
 
 
Berkat hal itu, dia akan sering bergejolak melawan perilaku dan kata-kata Lilith, seperti yang sedang terjadi sekarang.
 
 
Namun, karena Lilith tidak sedikitpun peduli dan sikap santainya tidak ambruk sama sekali, kupikir tidak apa menyebut hal ini beruntung jika keduanya tidak bertengkar hebat.
 
 
Secara pribadi dalam pikiranku, aku merasa kalau Julie yang sedang memegang erat pakaianku untuk mencegahku direbut itu sedikit manis tapi, pada dasarnya itu cara untuk melerai mereka.
 
 
“Haa……….aku mengerti aku mengerti. Julie, kau tidak menyebabkan beban sedikitpun padaku jadu tidak apa-apa. Karena itu, Lilith tidak apa untuk memegangiku seperti itu.”
 
 
“Tooru………..”
 
 
“……………Tak apa. Aku suka menimbulkan masalah bagi Tooru tapi, masalah seperti ini tidak bagus. Maaf sudah sangat egois.”
 
 
Setelah dia berkata hal itu, Lilith *Topuun* menyelam ke dalam laut dan------menunjukkan wajahnya beberapa meter di depan.
 
 
“Tooru. Ayo berlomba untuk melihat siapa yang akan sampai pulau duluan sebagai penyegar suasana hati.”
 
 
“……………Tapi aku menggendong Julie.”
 
 
“Itu handicap<ref>syarat yang memperberat salah satu pihak karena lawannya dianggap lebih ringan</ref>, handikap♪ Bukannya tidak apa-apa karena lawanmu adalah seorang gadis. Bersiap, mulai♪”
 
 
“Wha!? I-itu curang!! Aku tidak bilang satu katapun kalau aku akan menerima pertandingan ini!!”
 
 
Dia mungkin tidak mendengarku atau dia mengabaikanku (kemungkinan besar yang kedua) dan, Lilith mulai berenang ke arah pulau.
 
 
(Baik itu Lilith maupun Tora, mengapa ada banyak orang disekitarku yang suka bersaing?)
 
 
Walaupun aku menghela nafas setelah melihat si gadis emas memimpin, aku tidak membenci aspek seperti itu.
 
 
“Tooru, apa yang akan kau lakukan?”
 
 
“Coba dilihat………..kalah itu menyebalkan, jadi ayo kejar dia. Pegangan yang erat.”
 
 
“Ja----♪ aku tidak akan melepaskannya.”
 
 
 
 
Sekitar 20 menit berlalu sejak aku mulai berenang mengejar Lilith----
 
 
Dengan suara ombak yang berulang dan tak berakhir sebagai musik pengiring, sekaran aku ambruk di pantai sambil membuattanda 大.
 
 
“Kerja bagus, Tooru………..”
 
 
“Aku menang telak, Tooru♪”
 
 
“A-aku benar-benar lupa kalau aku mengenakan seragamku.”
 
 
Ditambah lagi lawanku mengenakan pakaian renang, berbeda denganku; tidak mungkin aku bisa melakukan apapun.
 
 
“Tapi, kau cukup hebat bisa selesai berenang dengan kecepatan itu tanpa beristirahat…………..kupikir aku mungkin tidak akan cukup tidur jika Tooru menjadi suamiku?”
 
 
Apa yang sedang kau bicarakan.
 
 
“Jadi, apa yang akan kita lakukan? Beristirahat sebentar?”
 
 
“Maaf. Biarkan aku beristirahat……..sudah kuduga aku tidak bisa bergerak sekarang……..”
 
 
Setelah dia mendengar kata-kataku, Lilith *Pupuu* menyembur sebelum berkata [Kau berusaha terlalu keras] dan tertawa.
 
 
“Mengerti, Tooru……….beristirahat juga akan membantuku.”
 
 
Aku penasaran mengapa hal ini akan membantu Julie juga, dan bertanya apa yang dia maksud-----
 
 
“Aku merasa jijik karena pakaianku basah……..terutama pakaian dalamku.”
 
 
“Kalau memang begitu, kupikir aku akan beristirahat sampai pakaian Julie mengering.”
 
 
“Ja---. Terima kasih banyak.”
 
 
Gadis perak itu mengangguk------dan meletakkan tangannya ke dalam roknya.
 
 
[Julie!?][A-apa yang kau lakukan!?]
 
 
“Ah………….Ma-maaf….*Hyau*”
 
 
Aku berpaling dengan cepat tepat saat pakaian dalamnya ditanggalkan setengah jalan.
 
 
Seruan terakhir tadi kemungkinan besar karena rasa dingin saat dia mengenakannya kembali.
 
 
“Aku akan mengeringkannya di bayangan batu di sebelah sana.”
 
 
Setelah Julie berkata hal itu, dia menghilang ke arah batu itu------saat aku berpikir hal itu, wajahnya muncul dari sana.
 
 
“Kau tidak boleh datang ke sini, Tooru.”
 
 
Setelah mengatakannya, dia menyembunyikan wajahnya yang sedikit merona di balik batu lagi.
 
 
“………….Apa gadis itu orang yang terlalu polos?”
 
 
“Yah, sedikit…………”
 
 
Berkat hal itu, hal-hal gila kadang terjadi di kehidupan normalku, tapi aku tida cukup ceroboh untuk mengatakan hal itu.
 
 
“Fuun…………..”
 
 
“Ba-baiklah, kupikir aku akan sedikit tidur siang.”
 
 
Aku menutup mataku untuk lari dari pandangan yang sepertinya ingin mengatakan sesuatu.
 
 
“Ya ampun, apa kau akan tidur? Kau cukup bodoh lebih memilih tidur tanpa mengobrol mesra dan menyenangkan dengan seorang gadis cantik berpakaian renang sendirian di pantai.”
 
 
“Itu karena tidur adalah cara paling bagus untuk mengembalikan stamina. Maaf, tapi biarkan aku tidur selama 30 menit.”
 
 
“Oke, tidak apa-apa. Kalau begitu aku akan------”
 
 
<nowiki>*</nowiki>Fuu*……..sebuah bayangan tiba-tiba muncul.
 
 
“Lilith?”
 
 
Saat aku membuka mataku, Lilith duduk untuk menghalangi cahaya matahari dan menatapku seakan dia sedang mengintip.
 
 
“Terasa sedikit lebih mudah jika ada sesuatu yang menghalangi matahari, kan?”
 
 
“A-aah………..tapi bukannya kau akan kepanasan……?”
 
 
Cahaya matahari hari ini terik dan matahari yang panas dan membara bersinar membakar kulit.
 
 
“Aku tidak keberatan selama 30 menit. Aku hanya ingin membiarkan Tooru beristirahat dengan baik.”
 
 
“…………Aku senang dengan perasaan itu tapi, sudah kuduga perasaan bersalahnya lebih kuat.”
 
 
“Aku melakukannya karena keinginanku sendiri toh, jadi ini bukan hal yang harus Tooru khawatirkan. Aku juga sudah mengoles tabir surya juga toh………..tapi jika kau masih khawatir maka, kupikir aku akan menerima hadiah terima kasih.”
 
 
“Apa yang harus kulakukan?”
 
 
Saat aku bertanya kembali, Lilith meletakkan jarinya di bibirnya dan tersenyum nakal nan mempesona.
 
 
“Sebuah ciuman pagi ha-ri♪”
 
 
“----!?”
 
 
“Pembayaran dimuka juga boleh, tahu?”
 
 
Rambutnya menyentuh telingaku dan bibir Lilith mendekat.
 
 
Bibir merah itu yang membuat orang memikirkan sebuah mawar.
 
 
“Tidak apa-apa, sungguh, tidak apa-apa! Sudah kuduga aku tidak butuh naungan sedikitpun! Aku hanya akan menerima perasaan itu saja!!”
 
 
Mataku terpikat oleh bibir itu untuk sesaat, tapi aku dengan segera memperoleh kembali ketenanganku dan berbalik dari Lilith.
 
 
Aku kena cahaya matahari karena hal itu dan karena aku akan jatuh tertidur seperti ini pada awalnya, aku menyerah memiliki naungan di atasku.
 
 
Hatiku *dokun**dokun* berdetak kencang. Walaupun aku tahu situasinya akan baik-baik saja, aku khawatir Lilith mungkin mendengarnya.
 
 
“Mouu, Tooru-kun kau ini sangat pemalu♥”
 
 
Walaupun aku mendengar tawa kecil darinya, aku terus menutup mataku dan tidak menjawabnya.
 
 
Dia kemudian menaungiku lagi.
 
 
“………..Aku tidak akan menciummu.”
 
 
“Tidak apa. Malahan, aku bisa menatap wajah tidur Tooru untuk diriku sendiri♪”
 
 
“Hey kau……….”
 
 
“Tidak boleh?”
 
 
Bicara yang sebenarnya, membiarkan wajah tidurku dilihat oleh seorang gadis itu memalukan------tapi, kurasa hal seperti ini tidak apa-apa; mungkin karena aku terlalu lelah atau karena aku ditemani leh gadis bernama Lilith.
 
 
“Aku mengerti……..Terima kasih, Lilith.”
 
 
“Aku tidak keberatan. Jangan membuatku mengulanginya, suamiku♥”
 
 
 
 
 
Setelah beberapa saat, aku teerbangun dan sebagian besar dari rasa lelah telah hilang dari tubuhku dan pakaianku hampir kering.
 
 
“Setelah kupikir-pikir, mengapa kau terlambat?”
 
 
Tepat saat Lilith sedang bicara dengan santai, aku menanyakan hal yang tiba-tiba muncul di kepalaku.
 
 
Walaupun dia sedikit menjaga jarak dengan teman sekelas lain, Lilith sudah benar-benar berbaur dalam kelas sekarang karena tak disangka-sangka dia itu supel dan Tachibana membantunya setelah <<Survive>>. Tidak mungkin dia akan berpikir tidak ingin pergi bersama tapi………
 
 
“Aku ditinggal saat aku memilih pakaian renangku. Yang benar saja mouu, menunggu selama 1 jam setidaknya cukup kan? Aku bertanya-tanya apa yang mereka pikirkan mengenai <<Exception>>”
 
 
(Jadi karena itu dia mengenakan pakaian renang di balik seragamnya…….)
 
 
Lilith mungkin telah berpikir dengan serius kalau dia bisa mempermudah berenang dengan pakaian penuh setelah melakukannya.
 
 
(Tidak tidak, kita akan berlatih jadi mengenakan pakaian renang itu salah.)
 
 
Tapi karena dia berhasil menyelesaikan latihan renang berpakaian dengan tepat, boleh saja berpikir kalau dia sudah mengerti tekniknya dan seharusnya sudah tidak ada masalah lagi.
 
 
Secara kebetulan, kapalnya berangkat sesuai dengan jadwal yang ketat tanpa rasa peduli apakah si <<Exception>> Lilith terlamabat atau tidak. Tsukimi bilang [Si Ojou-sama mungkin akan datang nanti dengan helikopternya] dan tertawa; prediksinya tepat sekali.
 
 
Kemudian sesuatu terjadi-----saat aku tersenyum masam saat aku mengingat kembali hal itu.
 
 
“Ah……!!”
 
 
Teriakan kecil bergema dari bebatuan itu.
 
 
Saat aku kesana sambil memikirkan apa yang telah terjadi, seekor burung putih terbang ke arah laut dan Julie sedang mengulurkan tangannya ke arahnya.
 
 
“Ada apa, Julie?”
 
 
Setelah aku mendekatinya dan bertanya, Julie memberitahuku apa yang terjadi dengan sikap yang sedikit gelisah.
 
 
“I-itu…………pakaian dalamku terbang tertiup angin…….”
 
 
“Ha…………..?”
 
 
Mulutku ternganga dengan kosong mendengar jawaban yang tidak biasa itu dan menatap ke arah burung putih itu lagi-------sebetulnya, hampir bertepatan dengan aku melihat pakaian dalamnya jatuh ke laut. Pakaian dalamnya ditelan ombak seperti itu dan tidak bisa terlihat lagi.
 
 
““…………...””
 
 
Aku menoleh kembali ke arah Julie dan dia sedang memegangi pinggir roknya dengan erat.
 
 
(Yang berarti, dia tidak memakai------)
 
 
“Tooru. Tidak baik terus menatap.”
 
 
Pipi Julie sedikit merona, alisnya sedikit merengut dan dia menatapku dengan mata mendongak.
 
 
Tak kuduga aku merasa terkejut dengan kemanisannya yang berbeda dari biasanya.
 
 
 
 
 
 
Kami menyerah mengenai pakaian dalam yang hilang ke lautan dan pada akhirnya pergi menuju pondokan.
 
 
Walaupun biasanya Julie tidak terlindungi, sepertinya dia cukup merasa malu karena dia tidak memakai apa-apa sekarang, dan mengikuti di belakang sambil memegangi roknya setiap waktu.
 
 
Kami mencapai sebuah teluk kecil di pantai yang dikelilingi oleh tebiong setinggi 10 meter.
 
 
Tapi ini tidak berarti tempat ini tetap seperti ini untuk waktu lama. Kami terus berjalan sedikit lebih jauh dan menemukan permukaan batu yang sedikit lembut.
 
 
“Sepertinya tebing ini akan mudah didaki dari sini…………tapi sebelum itu, Lilith tolong duduk disana untuk beberapa saat.”
 
 
Lilith menuruti kata-kataku dan duduk di atas sebuah batu kecil; kemudian aku membungkuk di depannya.
 
 
Setelah itu, aku menyobek seragamku dan menutupi kakinya dengan kain itu.
 
 
“Ini lebih baik daripada telanjang kaki.”
 
 
“Fufu, terima kasih, Tooru. Perhatiannya saja sudah membuatku senang. Berkat itu, aku benar-benar ingin membuatmu menjadi <<Duo>>ku-----”
 
 
“Tooru, ayo pergi jika kita sudah selesai bersiap-siap.”
 
 
Julie menyelip seakan untuk menyela kata-kata Lilith. Tentu saja, itu dilakukan dengan sengaja.
 
 
Lilith mengangkat bahunya sambil bangun dan mengambil bagian depan sebelum bersiap.
 
 
Namun, saat dia mulai memanjat dengan pakaian renangnya, aku kesulitan untuk mengarahkan pandanganku.
 
 
Saat aku mengangkat wajahku, pantat Lilith pastinya akan memasuki pandanganku.
 
 
Ditambah lagi, karena orang-orang akan banyak membuat pose yang tidak terpikirkan selama itu adalah panjat tebing, aku hanya bisa memikirkan hal yang canggung selama memanjat.
 
 
Tentu saja, aku mencoba sebisaku untuk tidak melihatnya.
 
 
………Karena itu, aku hampir jatuh berkali-kali.
 
 
 
 
 
 
 
Ada sebuah lingkaran punggung bukit saat kami selesai memanjat tebing itu.
 
 
Di saat inilah kami pertama kalinya menyadari bahwa pulau ini adalah sebuah kaldera<ref> Pulau seperti sebuah kuali/mangkuk dimana tebingnya adalah pinggir mangkuk dan di dalamnya ada lekukan hampa</ref>.
 
 
Pulaunya hampa di dalam tebing yang kami panjat dan sebuah hutan ditutupi penuh dengan pepohonan terbentang luas.
 
 
Bangunan yang bisa kami lihat di tengah-tengah mungkin titik pondokan kami. Aku bisa melihat sebuah ruang luas seperti aula dan sekelilingnya.
 
 
“Akan memakan waktu sekitar sejam mungkin?”
 
 
“Patut dipertanyakan apakah kita bisa mencapainya atau tidak sebelum matahari terbenam."
 
 
Gadis emas itu menunjuk ke arah matahari yang mulai terbenam dan setuju dengan pengukuranku.
 
 
Kali ini, gadis perak membuka mulutnya.
 
 
“Angin disini bertiup kencang, jadi aku ingin turun secepatnya, tapi………”
 
 
Si gadis perak mati-matian memegangi roknya, melawan angin yang bertiup di sepanjang punggung gunung.
 
 
Walaupun aku merasa kasihan melihatnya seperti itu, aku menyembur.
 
 
“Kau jahat, Tooru……….”
 
 
“Lilith. Berhati-hatilah dengan ranting di tanah.”
 
 
Dia berbalik dan bicara padaku.
 
 
“Terima kasih, Tooru. Tidak apa-apa.”
 
 
Cahaya yang menerangi hutan kompleks ini meredup saat hari menjadi sore dan peluang kami tersangkut akar pohon menjadi lebih sering jika kami tidak memperhatikan baik-baik. Khususnya ini benar bagi Lilith, yang terlihat kesulitan berjalan karena hanya ada sebuah kain yang menutupi kakinya.
 
 
Aku mencoba bertanya apa dia ingin digendong tapi dia menolak, dia berkata kalau inilah yang dia dapatkan setelah bergabung dengan kami dengan hanya mengenakan pakaian renang.
 
 
(Lilith adalah seseorang yang pada dasarnya tidak meminta pertolongan pada orang lain.)
 
 
Dia hampir bisa melakukan segalanya-------spesifiknya, aku belum pernah melihat hal yang tidak bisa Lilith selesaikan sampai saat ini. Disertai dengan pendidikan dari orang tuanya, dia adalah perwujudan dari literasi dan bela diri sempurna.
 
 
Tetap saja, sekarang berbeda. Dia tidak bisa menjalankan hal biasa seperti berjalan.
 
 
(Kita semua sedang dalam kesulitan jadi, bagaimanapun kupikir tidak apa-apa untuk saling mengandalkan di saat seperti ini……….)
 
 
Saat aku menoleh ke belakang lagi sambil memikirkan hal itu, aku bisa melihat Julie juga kesulitan karena masalah yang berbeda dibandingkan dengan si gadis emas. Setiap ada rintangan besar yang harus kami lalui, dia akan merasa khawatir dengan pandanganku dan di saat yang sama------roknya, membuatnya sulit untuk berjalan. Aku mencoba sebisaku untuk tidak menoleh ke belakang tapi, itu tidak bisa dihindari karena kami harus menurunkan kecepatan pergerakan kami.
 
 
Dan karena itu, satu jam yang kutebak saat di punggung bukit sudah lama terlewat dan matahari sudah terbenam.
 
 
“Waktu bencana ya……..”
 
 
Nama itu cocok untuk periode waktu ini; kegelapan di dalam hutan semakin gelap dan terasa benar-benar mencekam.
 
 
Tentu saja, kegelapan ini tidak sedikitpun keuntungan bagi kami-------
 
 
“Ouch……..!!”
 
 
Suara pedih terdengar dari belakang------dia mungkin menginjak ranting atau batu.
 
 
“Maaf, Lilith. Aku tidak melihatnya.”
 
 
“Itu tidak bisa dihindari karena hutannya segelap ini. Ini bukan salahmu, Tooru.”
 
 
“Walaupun begitu, maaf. Jika saja ada sesuatu yang bisa menerangi-------”
 
 
Aku mendadak ingat keberadaaan suatu benda saat aku setengah mengatakan hal itu.
 
 
<nowiki>*</nowiki>Kachiri*. Cahaya memancar saat aku menekan tombol gelang itu.
 
 
“Uou, cahayanya lebih terang daripada yang kuduga.”
 
 
Aku tidak berharap banyak karena cahayanya kecil tapi, cahaya itu sekuat cahaya obor.
 
 
“Fufu, benda itu membantu…………..jadi, karena kau sudah melupakan benda ini, kupikir tidak apa-apa untuk berkata kalau Toorulah yang salah untuk masalah tadi seperti yang kupikirkan?”
 
 
“Maaf…………”
 
 
Aku menepukkan tanganku bersamaan dan meminta maaf pada Lilith yang menaikkan pinggir mulutnya dengan nakal.
 
 
 
 
 
 
 
5 menit berlalu sejak aku mulai bergerak dengan cahaya gelang memandu langkah kami, aku bisa melihat cahaya dari kejauhan.
 
 
Aku menghela nafas, saat aku melihat cahaya artificial memancar dari bangunan.
 
 
“Ya-re ya-re, akhirnya kita sampai.”
 
 
Aku memberitahu para gadis kalau kita sudah dekat dan terus melaju sambil mengarahkan cahaya gelang ke arah depan.
 
 
Sama seperti serangga yang tertarik pada api------- '''''mungkin ini yang sedang mereka lihat.'''''
 
 
“----, Tooru!!”
 
 
“Uwah!?”
 
 
Lilith yang sedang berjalan di belakangku, tiba-tiba menarik kerah bajuku dengan kuat.
 
 
Aku tidak punya waktu untuk bertanya alasannya.
 
 
Itu karena, sesuatu menggores ujung hidungku dengan cepat.
 
 
<nowiki>*</nowiki>Ka*! Sesuatu menancap ke dalam batang pohon.
 
 
“Ini…..!?”
 
 
“Yang selanjutnya akan datang!!”
 
 
Aku bertanya-tanya apakah benda tadi itu adalah pisau bermata dua, tapi saat suara Lilith tiba-tiba melompat ke pinggir, aku bisa mendengar lagi suara sesuatu menancap ke batang pohon. Dia berguling di tanah menggunakan momentum lompatannya dan bersembunyi di belakang pepohonan untuk menghindari serangan yang terus-menerus mengincar dirinya saat dia berguling di tanah.
 
 
(Begitu. Cahaya ini adalah targetnya………!!)
 
 
Aku menyadari alasan mengapa bidikannya begitu presisi dan berteriak ke arah pasangan wanitaku.
 
 
“Julie, matikan cahayanya!! Cahaya itulah targetnya!!”
 
 
“-----! Ja,Ja----!!”
 
 
Sebuah cahaya yang berasal dari jarak yang jauh menghilang, setelah dia berteriak sambil mematikan cahaya itu.
 
 
Dengan ini, setidaknya dia tidak akan tertembak.
 
 
---Pikiran itu terlalu tergeesa-gesa.
 
 
Sesuatu dibidikkan ke arah kami dengan akurat seakan-akan mereka bisa melihat dalam kegelapan.
 
 
Walaupun aku menggunakan pepohonan dan memperhatikan arah pisau itu datang, aku hanya bisa melihat kegelapan hutan yang luas dan tidak bisa melihat musuh yang menyerang kami.
 
 
(Seorang musuh…..!? Di sebuah pulau tak berpenghuni seperti ini……!?)
 
 
Walaupun aku berpikir itu tidak mungkin, kami sekarang sedang diserang.
 
 
Aku mengakui faktanya dan mengganti pemahamanku untuk memperkirakan identitas musuh.
 
 
Apa dia seorang pembunuh bayaran yang dikirim ke akademi seperti Tsukimi?
 
 
Atau mungkin dia adalah orang-orang berbaju tempur yang kami lawan 2 bulan lalu?
 
 
Atau dia adalah musuh yang benar-benar berbeda?
 
 
Pemikiranku berhenti saat suara logam beradu menggema.
 
 
(Oh tidak! Julie dan Lilith diincar!)
 
 
Walaupun aku menoleh ke arah dimana gema pedang beradu itu datang, aku tidak bisa melihat satupun bayangan yang bergerak.
 
 
Sepertinya kami terpisah lebih jauh dari yang kuduga.
 
 
(Sial, aku harus pergi ke tempat mereka berdua secepatnya………!!)
 
 
Julie dan Lilith sedang tidak dalam kondisi terbaik mereka dan hanya aku yang bisa bertaring dengan kekuatan penuh.
 
 
Namun, aku menghentikan langkahku saat aku akan berlari ke arah tempat dimana suara tadi bergema.
 
 
---Tidak, aku tidak punya pilihan selain berhenti.
 
 
Itu karena sebuah bayangan sedang berdiri disana dan menghalangi jalanku.
 
 
Dia dibalut dengan pakaian hitam dan wajahnya disembunyikan dengan sebuah tudung kepala; penampilan yang tidak bisa dikenali itu membuatku berpikir tentang seorang iblis yang hidup di kegelapan.
 
 
“Aku bertemu iblis saat waktu bencana ya.”
 
 
Aku tersenyum ironis ke arah bayangan itu.
 
 
---Tapi, senyum itu berubah menjadi kebingungan dengan segera.
 
 
Tepat di saat <<Api>> menari di sekitar pakaian hitam itu.
 
 
Dan di saat <<Api>> itu mengambil wujud dan '''''berubah menjadi sebuah senjata.'''''
 
 
“Sebuah <<Blaze>>…….!?”
 
 
===Bagian 2===
 
 
Ada serangan kejutan di kegelapan. Selain itu, identitas musuh belum dapat dipastikan walaupun waktu telah berlalu sejak pertarungan dimulai-----
 
 
Normalnya, dia akan memaksimalkan kewaspadaan dan konsentrasinya.
 
 
Ya, normalnya.
 
 
Namun, konsentrasi Julie tetap kacau bahkan setelah momen serangan itu datang.
 
 
Serangan pertama ditujukan pada Tooru. Julie juga diincar dengan cepat setelah Lilith berteriak, dan kejadian ini terjadi tepat setelah dia melompat. Momen saat dia mendarat dengan rok terangkat.
 
 
“------!!”
 
 
Dia memegangi roknya dalam panik dan menoleh ke arah <<Duo>>nya-----Tooru.
 
 
Pemuda itu sedang memasang ekspresi galak ke arah kegelapan----ke arah dimana serangan itu berasal----dan tidak memperhatikan Julie.
 
 
(Aman, kan…….?)
 
 
Waktunya hanya sebentar dan ditambah lagi suasananya gelap------tapi karena cahayanya masih menyala, dia tidak bisa memastikan apakah dia melihatnya atau tidak.
 
 
Tapi dia tidak punya waktu untuk memastikannya secara tidak langsung dengan Tooru.
 
 
“Julie, matikan cahayanya!! Cahaya itulah targetnya!!”
 
 
“----! Ja,Ja---!!”
 
 
Walaupun dia mematikan cahayanya dengan cepat, dia masih menerima serangan karena posisinya sudah benar-benar terbongkar oleh musuh beberapa saat yang lalu.
 
 
Julie memegangi roknya sambil melompat.
 
 
“Apa yang kau lakukan. Cepatlah dan wujudkan <<Blaze>>mu!”
 
 
Dengan nada suara yang rendah, sebuah perintah daang dari Lilith.
 
 
“……….Aku tahu.”
 
 
Normalnya, dia akan memindahkan perhatiannya pada masalah yang sedang dihadapi, tapi seperti itulah gambaran si gadis yang sedang kacau.
 
 
(Aku harus konsentrasi……….!)
 
 
Dia dikelilingi oleh kesunyian hutan yang gelap saat dia berhenti bergerak.
 
 
Angin kadang menggoyang pepohonan dan *Zazaza*, suara daun menggesek satu sama lain……..terdengar------
 
 
Musuh itu mengincar momen itu untuk melancarkan serangan.
 
 
<nowiki>*</nowiki>Gikiin*!! *Giin*!! Dia menggunakan <<Pedang>> yang dia wujudkan dan membelokkan benda melayang itu.
 
 
“<<Kunai>> ya. Jadi musuh kita adalah seorang ninja?”
 
 
Walaupun Lilith melihat benda yang terjatuh dan mengomentarinya, saat ini suaranya tidak didengar oleh Julie.
 
 
Rok Julie akan berkibar setiap waktu dan dia akan menjatuhkannya, membelokkannya dan menghindar; konsentrasinya terkikis setiap kali dia melakukannya.
 
 
(Dimana Tooru…..!?)
 
 
Dia akan memeriksa sekeliling untuk mencari Tooru, khususnya tepat setelah dia melakukan penghindaran yang besar.
 
 
Dia akan merasa lega bahwa dia tidak ada di sekeliling tapi tetap masih merasa gelisah di saat yang sama.
 
 
Julie mengenal Tooru sebagai seseorang yang akan berlari menuju rekan-rekannya, tidak peduli cedera yang dia dapat, untuk mencegah mereka terluka. Karena dia tidak melihatnya sekarang, itu mungkin berarti kalau sesuatu telah terjadi dan itu mencegahnya datang ke sini.
 
 
Kalau benar begitu, maka Julie berpikir kalau dia harus mengalahkan musuh ini secepatnya dan berlari ke tempatnya tapi-----
 
 
“Kuuh………!!”
 
 
Musuhnya tidak membiarkan hal itu dan terus menyerang dari jarak jauh. Karena serangannya sebagian besar benda melayang, Julie hanya bisa tetap bertahan karena dia tidak bisa mengurangi jaraknya.
 
 
Tentu saja, situasinya akan berubah jika dia bisa mengurangi jaraknya, tapi dia ragu-ragu untuk menyerang saat dia memikirkan kemungkinan kalau '''''dia mungkin terintip.'''''
 
 
(Apa yang harus kulakukan………….)
 
 
Walaupun alasannya karena kesalahan dia sendiri, Julie membenci musuhnya karena menyerang di situasi seperti ini.
 
 
(Tapi Tooru mungkin sedang dalam masalah besar, jadi sekaran bukanlah waktu untuk bimbang seperti ini………!!)
 
 
Di sisi lain, Lilith sedang menganalisis musuh dengan tenang.
 
 
(Cukup cepat………tapi, tidak secepat Julie.)
 
 
Lilith memberi nilai tinggi pada si gadis perak mengenai aspek tertentu itu dari teknik bertarungnya.
 
 
Khususnya cara dia menggerakkan tubuhnya; dia sudah mengalami hal itu sendiri saat <<Survive>> sebelumnya. Saat itu Julie tidak sabaran dan dia dapat menghadapi serangan sederhana dan polos itu tanpa masalah. Namun, jika dia menyerang dalam keadaan lebih tenang maka, pertarungannya mungkin akan lebih rumit.
 
 
Tentu saja, Lilith berpikir kalau kemenangannya tetap tidak akan berubah.
 
 
Bagaimanapun, ada perbedaan besar antara pergerakan dari gadis yang memegang <<Double>> berdiri di sampingnya dan musuh yang sedang menyerang mereka saat ini.
 
 
(…………Masalahnya adalah pergerakan musuh ini tidak lurus.)
 
 
Musuh ini mengubah arah jalurnya secara tiba-tiba dengan menendang pepohonan yang berlimpah. Musuh ini akan bergerak di arah berlawanan, atas dan diagonal dalam medan ini; ditambah lagi, masalah terbesar adalah musuh ini menggunakan kegelapan dan memanfaatkannya secara maksimal, membuat lokasi presisinya sulit dipastikan.
 
 
Si gadis emas dapat melakukan sesuatu jika dia mengurangi jaraknya, tapi dia tidak bisa bergerakan karena alasan yang berbeda dari Julie. Dia mungkin berpikir akan sulit untuk menyudutkan lawan karena dia hanya memiliki sehelai kain yang membungkus kakinya, membuatnya tidak bisa mengeluarkan performa yang optimal.
 
 
Karena itu dia memutuskan untuk berkonsentrasi. Dia akan berkonsentrasi dan menyiapkan <<{{Furigana|Senapan|Rifle}}>>nya setelah memprediksi pergerakan musuh.
 
 
“…………Disana!! ----Kuh!?”
 
 
<nowiki>*</nowiki>Ga*. Laras panjang senapannya menjadi boomerang dan pelurunya ditembak entah kemana karena ujungnya menghantam pepohonan di sekeliling.
 
 
(Alasan mengapa serangan dilakukan disini adalah untuk memanfaatkan pepohonan sebagai kurungan ya………tidak buruk!)
 
 
Lilith tersenyum tanpa rasa takut menghadapi gaya bertarung musuh.
 
 
<<Kunai>> itu meluncur menembus kegelapan menuju senyum itu tapi------
 
 
<nowiki>*</nowiki>Gikiin*!! Julie menggunakan pedangnya dan menghantam benda itu ke tanah sebelum berdiri di depan Lilith seakan dia sedang melindunginya.
 
 
“…………..Aku tidak pernah meminta bantuanmu.”
 
 
“Ja---. Aku tidak berniat melakukannya.”
 
 
Lilith tidak berkata apapun lagi mendengar jawaban tidak jujur itu dan mengembalikan perhatiannya ke arah musuh.
 
 
(Tidak buruk sama sekali.)
 
 
Baik itu tempat yang dipilih untuk serangan kejutan, maupun waktunya, dan yang lebih penting-----kemampuan untuk mengimbangi mereka yang merupakan <<{{Furigana|III|Level 3}}>>, walaupun dia tidak bisa menunjukkan kemampuannya yang sebenarnya------Lilith memberikan pertunjukan yang bagus.
 
 
“Baiklah kalau begitu………..Apa yang harus kita lakukan ya. Akan lebih enak jika setidaknya ada lebih banyak ruang………..”
 
 
“………….Jadi akan lebih baik jika ada lebih banyak ruang, kan?”
 
 
Si gadis perak menurunkan pandangannya dan memastikan perasaan sekelilingnya mendengar gumaman Lilith dan bertanya.
 
 
“Kau punya rencana?”
 
 
“Jika kau {{Furigana|terbang ke surga|melompat}} untuk sesaat-----'''''aku akan membuatnya untukmu'''''”
 
 
Lilith membelalakkan matanya untuk sesaat tapi dengan cepat mengerti maksud Julie.
 
 
“Jadi, ayo lakukan hal itu di waktu selanjutnya.”
 
 
“Ja---”
 
 
Setelah Julie mengangguk, dia menatap kakinya lagi.
 
 
Saat ini mereka dikelilingi oleh semak belukar sampai lutut mereka. Tooru tidak ada di dekat sini. Sepertinya musuh merasa superior sekarang dan mungkin tidak akan mendekat.
 
 
(Dengan ini akan baik-baik saja…….!!)
 
 
Secepatnya-----waktu itu datang. Momen saat <<Kunai>> itu dilempar ke arah para gadis, gadis dengan {{Furigana|rambut blonde| Topas kuning}} melompat ke atas dan gadis dengan {{Furigana|rambut perak|Blonde perak}} membenamkan tubuhnya di arah yang berlawanan.
 
 
Julie memutar tubuhnya sambil membenamkan diri-----dan di saat yang sama, menggunakan pedangnya untuk memotong melingkar.
 
 
<nowiki>*</nowiki>kiin*……….!! Musuh itu pastinya mendengar suara bernada tinggi. Suara itu bukanlah suara gema logam beradu yang berasal dari <<Kunai>> yang dibelokkan dan terjatuh seperti apa yang terjadi sampai sekaran.
 
 
'''''Kalau begitu apa itu''''', jawabannya muncul tepat di depannya saat si musuh memiliki pertanyaan tersebut.
 
 
<nowiki>*</nowiki>Mekimekimekimeki*…………….!! Kurungan yang menjebak si gadis perak dan emas itu-----
 
 
Pepohonan roboh dalam gaya radial.
 
 
---Tidak, si gadis perak telah memotong semua pohon itu.
 
 
“Wha……….!?”
 
 
Si musuh hanya bisa terkejut melihat gadis yang mengubah pemandangan dengan kekuatan yang tidak cocok dengan tubuh kecilnya dalam satu serangan----dan karena itu, sebuah peluang kecil muncul.
 
 
Si gadis emas tidak membiarkan peluang itu dan------
 
 
Sebuah suara senapan bergema sesaat kemudian.
 
 
 
<noinclude>
 
 
==Catatan Penerjemah dan Referensi==
 
 
<references />
 
 
<br/>
 
{| border="1" cellpadding="5" cellspacing="0" style="margin: 1em 1em 1em 0; background: #f9f9f9; border: 1px #aaaaaa solid; padding: 0.2em; border-collapse: collapse;"
 
|-
 
| Sebelumnya [[Absolute Duo (Indonesia):Jilid 3 Bab 1|Bab 1]]
 
| Kembali ke [[Absolute Duo (Indonesia)|Halaman Utama]]
 
| Selanjutnya [[Absolute Duo (Indonesia):Jilid 3 Bab 3|Bab 3]]
 
|-
 
|}
 
</noinclude>
 

Latest revision as of 20:09, 30 May 2015