Difference between revisions of "Mahouka Koukou no Rettousei (Indonesia):Volume 15 Chapter 7"

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search
m
m (Blanked the page)
 
Line 1: Line 1:
Sabtu pagi, 20 Oktober.
 
 
Sekolah seni masih berjalan dengan sistem lima hari, tapi sistem enam hari lebih umum digunakan oleh sekolah-sekolah sekarang. Pastinya, SMA Sihir menggunakan kurikulum dari Senin sampai Sabtu.
 
 
Tidak seperti rutinitas mereka yang biasanya menuju sekolah dan menghadap terminal di kelas, Tatsuya pergi ke Kyoto dengan Miyuki dan Minami.
 
 
Mereka tidak membolos. Ini adalah hari libur. Kali ini, dengan tujuan untuk menyiapkan Kompetisi Thesis mereka pergi dengan trailer daripada dengan kereta.
 
 
Lebih jelasnya, sebuah trailer adalah kereta kombinasi dua gerbong, dengan ruangan kecil di lantai satu dan fasilitas-fasilitas lainnya di lantai dua. Mengenai kecepatan, ini lebih lambat daripada kereta ekspres, karena ini menggunakan linear motor.
 
 
Rodanya terbuat dari logam, berjalan di rel logam. Ini meninggalkan kesan dari ‘rel’ saat dibandingkan dengan kereta ekspres atau kereta kompartemen individu.
 
 
Sebelum naik, kereta tipe indivu diparkir didalam trailer oleh mekanisme parkir. Karena Kereta Kompartemen Individual memiliki kecepatan yang lebih tinggi daripada trailer, kereta itu segera mendekati trailer dari belakang. Para penumpang dari masing-masing kompartemen kereta bisa naik lebih lama, perjalanan dalam kota. Ini mungkin untuk memiliki sistem roda dari kompartemen kereta yang hanya sebagai pendekung dan tidak terpasang pada kereta.
 
 
Tatsuya dan yang lain menaiki trailer dan segera setelahnya, menuju ke lantai dua. Lantai pertamanya sepertinya jarang digunakan walaupun di tempat itu rasanya lebih tenang tapi jarak antar tempat duduk sempit.
 
 
Untungnya, kursinya kosong. Tatsuya dan Miyuki duduk bersampingan, dan Minami duduk didepan Miyuki setelah dia memutar kursi didepannya.
 
 
“Apa kau ingin minum?”
 
 
Tatsuya mengeluarkan terminal untuk memesan dari lengan kursinya dan bertanya kepada Miyuki selagi menunjukkan layarnya kepadanya/
 
 
“….Maaf menyusahkanmu, Onii-sama. Aku pilih ini saja.”
 
 
Selagi Tatsuya memesan minuman itu, Miyuki mengoperasikan terminal nya sendiri. Tatsuya juga coba untuk menunjukkan layarnya kepada Minami, tapi Minami sudah mengeluarkan terminal nya sendiri. Ini seperti jika dia mengatakan bahwa dia lebih senang memesan sendiri daripada dipesankan Tatsuya, Tatsuya kembali ke terminalnya dengan tertawa. Selagi dia memesan minumannya, Minami merasa terganggu melihat hal itu.
 
 
Minuman mereka sampai kurang dari semenit. Lengan robot yang turun dari langit-langit menurunkan nampan untuk mereka bertiga. Robot ini memiliki tipe yang sama dengan yang biasa digunakan di rumah, HAR (Home Automation Robot).
 
 
Tiga gelas minuman itu diberikan keada Tatsuya, Miyuki, dan Minami berurutan, sebelum lengan robot itu kembali ke langit-langit. Mereka bertiga meminum pesanan mereka untuk membasahi tenggorokan mereka dan menaruh gelas mereka masing-masing di meja samping kursi mereka masing-masing.
 
 
Segera setelahnya, sebuah suara memanggil Tatsuya dari belakang.
 
 
“Huh? Tatsuya-kun?”
 
 
Tatsuya dan yang lain menaruh gelas mereka, karena mereka sadar ada seseorang yang mendatangi mereka.
 
 
“Selamat pagi, Erika.”
 
 
Yang pertama menyapa orang itu adalah Miyuki.
 
 
“Aku tidak menduga kita akan satu trailer.”
 
 
Erika duduk didepan Tatsuya, dan Tatsuya melanjutkan pembicaraan.
 
 
“Benar-benar kebetulan yang luar biasa.”
 
 
Erika mengangguk selagi sedikit terkejut. Trailer dalam kota berjalan sedikit lambat, mereka yang ingin berpergian untuk jarak jauh sering ditempatkan di trailer terdekat. Kontrol trailer dilakukan oleh sistem kontrol lalu lintas, jadi penumpang yang naik tidak bisa memilih.
 
 
Namun, ini bukanlah hal yang terlalu mengejutkan. Jika mereka memiliki tujuan yang sama dan jam kedatangan yang kira-kira sama, mereka pasti akan digabungkan di trailer yang sama, karena itu, kemungkinan mereka naik di satu trailer yang sama cukup tinggi. Erika naik ke trailer segera setelah Tatsuya dan yang lain naik karena itu, ada kemungkinan besar mereka pasti akan berpapasan setidaknya.
 
 
Mengikuti Tatsuya dan yang lain, Erika juga memesan minuman dan duduk di kursi itu dengan rileks.
 
 
“Yup, seperti yang kuduga, enak sekali bisa merilekskan badan.”
 
 
“Apa kau merasa tidak nyaman di kereta biasa?”
 
 
Walaupun ada cabin kereta yang sudah disesuaikan dengan ukuran tubuh, ada beberapa orang yang masih merasa jika itu kesempitan. Miyuki menilai Erika adalah orang yang sepert itu.
 
 
“Hmm? Bukan seperti itu. Aku juga sudah terbiasa duduk di tempat sempit selama berjam-jam.”
 
 
“Jadi ada latihan seperti itu dalam berpedang.”
 
 
Dengan mengejutkan, kekaguman Miyuki dibalas dengan wajah pahit Erika.
 
 
“Ayah sialanku memaksaku untuk melakukan itu sebagai bagian dari latihan berpedang.”
 
 
Tatsuya dan Miyuki memandang satu sama lain terhadap pemilihan kata gadis muda didepan mereka. Erika mungkin terlihat sedikit liar, tapi dia sebenarnya adalah seorang gadis terhormat. Mengkesampingkan ‘kakak bodoh’ panggilan kakaknya, dia tidak seharusnya mengatakan ‘ayah sialan’.
 
 
“Jadi, itu bukan bagian dari seni berpedang?”
 
 
Dia menatap mata Erika dengan penuh keingintahuan, dan mengetahui bahwa Erika sedang tidak ingin menjawab pertanyaan apapun. Mereka berdua sama, tidak ingin orang lain untuk mengetahui situasi keluarga masing-masing.
 
 
Karena itu, sebaliknya Miyuki bertanya seperti itu. Dari perkataan Erika, dia menyimpulkan bahwa itu pasti semacam ‘pelajaran’. Sebaliknya dia merasa itu sangat cocok bagi Erika.
 
 
“Itu upacara minum teh.”
 
 
Jika seseorang berpikir tentang itu, kekaguman Miyuki cocok sebagai respon untuk jawaban Erika.
 
 
“Aku rasa tidaklah jarang untuk menggabungkan upacara minum teh dan bela diri.”
 
 
Namun, Tatsuya ikut berbicara beberapa detik setelahnya, membuat Erika gagal menyadari bahwa Miyuki benar-benar terkejut sampai-sampai kehabisan kata-kata.
 
 
“Ya. Aku yakin ayahku membutuhkannya sebagai kepala keluarga, tapi tidak perlu sampai memaksa anaknya untuk melakukannya bukan?”
 
 
“Ya, kau juga tidak salah.”
 
 
“Tapi aku pikir kau terlalu kasar, Erika.”
 
 
Miyuki yang sudah kembali sadar berbicara dengan senyuman di wajahnya.
 
 
“Murid acara minum teh sebagian besar adalah gadis. Bukankah tidak cocok juga kalau yang melakukannya kakakmu?”
 
 
“Sebaliknya, aku pikir memang tidaklah aneh kalau Erika menghadiri acara minum teh.”
 
 
Mendengar perkataan Tatsuya, Erika mengalihkan pandangannya.
 
 
“Eh, aku bertanya-tanya. Bukankah kau merasa tidak nyaman denganku saat menyajikan teh?”
 
 
“Tidak mungkin itu benar. Aku sudah diundang ke kelas Miyuki dua kali, aku rasa atmosfernya cocok sekali denganmu Erika.”
 
 
“Aku yakin Miyuki tidak akan berpikir seperti itu….”
 
 
Sebuah senyuman terbentuk di bibir Erika selagi dia sedang memalingkan pandangannya, membuat Tatsuya sedikit tertawa. Sudah pasti dia menyembunyikan rasa malunya selagu dia merajuk.
 
 
Saat mereka sampai di Stasiun Kyoto, Leo dan Mikihiko sudah menunggu mereka di ruang tunggu. Sesuai dugaan, tidaklah kebetulan mereka berdua naik trailer yang sama. Mereka tahu bahwa Erika akan naik trailer, dan memilih untuk naik kereta.
 
 
Ada enam orang yang berjanji bertemu di Stasiun Kyoto dan mereka segera pergi ke hotel terlebih dahulu. Namun, saat mereka mulai pergi, Tatsuya berhenti dan melihat kebelakang, merasakan kehadiran seseorang yang dikenalnya.
 
 
“Tatsuya-san, Miyuki-san, Minami-san.”
 
 
“Aaa, Minoru-kun?”
 
 
Dia segera mendatangi mereka saat Miyuki memanggilnya, mereka bertemu dengannya dua minggu lalu. Putra termuda dari Keluarga Kudou, Kudou Minoru.
 
 
Tatsuya dan yang lain sadar, dna dia mungkin juga sadar. Namanya dipanggil tanpa ragu-ragu dan wajahnya dipenuhi senyuman.
 
 
Kekaguman mulai muncul dari rombongan Tatsuya. Dengan sekali pandangan, mata Erika melebar dan melingkar. Bahkan mulutnya sedikit terbuka; dia pasti benar-benar terkejut.
 
 
“Benar-benar mengejutkan.”
 
 
Selagi berpikir seperti itu, perkataannya keluar secara tidak sadar.
 
 
“Dia terlihat seperti versi laki-laki dari Miyuki… Aku tidak pernah berpikir ada seseorang yang bisa sesempurna itu selain Miyuki.”
 
 
Tatsuya setuju dengan itu, tapi itu bukanlah komentar yang dikatkan didepan orang itu langsung.
 
 
“Minoru, apa kau datang menjemput kita? Bukankah kita memitamu menunggu kita di hotel?”
 
 
“Ya, itu memang rencananya tapi jarak hotel dan stasiun juga tidak terlalu jauh, jadi aku memutuskan untuk menjemput ke sini.”
 
 
Untunglah kita tidak melewatkannya kalau tidak situasinya akan menjadi tidak enak, Tatsuya memutuskan untuk menyimpan itu dalam hatinya.
 
 
Sebaliknya, dia memutuskan untuk memperkenalkannya kepada teman-temannya yang masih belum kenal dengan Minoru.
 
 
“Ini pertama kalinya kau bertemu dengan mereka bukan?”
 
 
Kata mereka, maksudnya teman-temannya yang berada di samping kanannya. Miyuki berada di kirinya, sementara Minami di belakangnya.
 
 
“Ini putra Keluarga Kudou, Kudou Minoru.”
 
 
“Senang bertemu denganmu. Aku anak kelas satu SMA 2, Kudou Minoru.”
 
 
Setelah mendengar perkataan Tatsuya, Minoru memperkenalkan dirinya sendiri. Bukan sebagai anggota ‘Keluarga Kudou’, tapi sebagai ‘murid SMA kelas satu’ biasa. Dia memilih untuk menjadi seorang murid .SMA daripada seorang anggota Sepuluh Master Clan.
 
 
“Aku anak kelas dua SMA 1, Chiba Erika. Senang bertemu denganmu.”
 
 
Erika segera sadar dari keterkejutannya dan merupakan yang pertama memperkenalkan diri.
 
 
“Aku Saijou Leonhart. Juga anak kelas dua di SMA 1.”
 
 
“Yoshida Mikihiko. Aku juga anak kelas dua SMA 1. Senang bertemu denganmu, Kudou-kun.”
 
 
“Senang bertemu denganmu juga.”
 
 
Alis Minoru sedikit terangkat saat mendengar nama Erika dan Mikihiko, dia pasti sudah sadar bahwa mereka adalah keturunan dari keluarga ahli pedang Chiba dan keluarga pengguna mantra Yoshida. Dia sepertinya tidak memiliki kemampuan interpersonal yang cukup baik untuk menyembunyikan apa yang dipikirkannya, bahkan dengan sihirnya yang luar biasa.
 
 
“Ya, kita hanya beda setahun.”
 
 
“Minoru. Kita akan menaruh bawaan kita di hotel dulu, apa kau mau menemani kita?”
 
 
“Ya, aku ikut. Kita bisa berbicara tentang hal lain di perjalanan.”
 
 
“Itu benar.”
 
 
Tatsuya memutar langkahnya menuju komuter yang baru sampai. Miyuki disampingnya, dan temannya mengikutinya dibelakang. Berdua Minoru dan Minami juga mengikuti Tatsuya.
 
 
Meskipun ini sedikit cepat untuk check in, bawaan mereka bisa dititipkan di hotel tanpa masalah. Hal ini tetap tidak berubah dari dulu.
 
 
Tujuh orang dikelompok Tatsuya, termasuk Minoru, pergi menuju ke Aula Konvensi Internasional Kyoto, yang digunakan sebagai tempat Kompetisi Thesis. Itu dibangun ulang dari bangunan yang disebut, Pusat Konferensi Internasional Kyoto yang berdiri sebelum perang. Namun, berganti nama menjadi Aula Konvensi Internasional Kyoto, dua dekade setelah perang berakhir.
 
 
Itu adalah lokasi yang alami dikelilingi oleh danau dan gunung, dan itu belum berubah bahkan setelah dibangun ulang. Konstruksi dari bagunan komersial skala besar ditolak, juga agak jauh dari tempat itu juga ada stadium kecil yang sudah dihancurkan karena usia bangunan yang terlalu tua dan dirubah menjadi taman besar.
 
 
Berkebalikan dengan kondisi dari Insiden Yokohama tahun lalu, dengan pengecualian satu hotel yang berdekatan dengan Pusat Konferensi, tidak ada bangunan tinggi lainnya yang dibangun di tempat itu yang bisa disabotase oleh pihak luar disekitar Pusat Konferensi Internasional Baru. Rumah-rumah disekitar tempat itu hanya memiliki dua lantai. Tidak mungkin orang-orang yang berjumlah banyak bisa bersembunyi di sekitar tanpa diketahui.
 
 
“…Tapi sebaliknya, akan lebih mudah untuk beberapa orang bersembunyi.”
 
 
“Apa iya? Aku rasa tidak akan ada orang yang akan bersembunyi di pegunungan.”
 
 
Erika melontarkan pertanyaan mendengar opini Mikihiko.
 
 
“Mereka tidak perlu tidur di gunung. Mereka mungkin hanya perlu bersembunyi siang hari bukan? Bukankah itu alasan kita datang ke sini?”
 
 
Mendengar perkataan Leo, Erika hanya terus berkedip. Dia menyembunyikan fakta bahwa dia baru saja akan mengatakan kalimat yang sama, dan sadar bahwa dia belum percaya.
 
 
“Terlebih lagi, tidak ada gunanya tidur di pegunungan.”
 
 
Erika membalas seperti itu dan membuat Mikihiko terdiam, dia tidak berencana melakuakn itu, tapi Mikihiko mencoba untuk mengatakan sesuatu.
 
 
“Jika itu hanya untuk dua atau tiga orang, mereka juga bisa bersembunyi di rumah-rumah. Mantra Kuno dapat menghipnotis orang lai dan mereka yang disekitar tidak akan sadar bahwa mereka disana.”
 
 
“Ah, penduduk lokal. Sihir Tradisional bisa melakukan seperti itu.”
 
 
Apa kau diam karena kau skeptis, Erika bergumam dalam hati.
 
 
“Ngomong-ngomong mengapa kita tidak berpencar dan melihat sekitar? Aku seharusnya bisa mendeteksi jika ada pelindung yang dibuat.”
 
 
“Tidak, itu tidak efisien.”
 
 
Walaupun dia tidak punya ide, Mikihiko segera menjawab Tatsuya.
 
 
“Kalau mereka menyembunyikan satu kelompo kecil didalam pelindung, kau tidak akan dapat mendeteksi kehadiran mereka dari luar; kau akan sangat mudah diserang. Aku tidak meragukan kekuatan Tatsuya dan Miyuki-san, hanya saja mustahil untuk berjalan-jalan tanpa tahu apa-apa untuk mencari kehadiran mereka kecuali kau memiliki keberuntungan yang tinggi. Kita tidak punya waktu yang bisa dibuang-buang hanya untuk hal seperti itu.”
 
 
Mendengar itu Tatsuya mengangguk.
 
 
“Aku mengerti. Lalu, apa yang harus kita lakukan?”
 
 
“Aku akan mencoba untuk mencari dengan shiki.”
 
 
Dia menjawab Tatsuya dan menghadap ke Erika dan Leo setelahnya.
 
 
“Erika dan Leo, maukah kau membantuku?”
 
 
“Apa yang harus kami lakukan?”
 
 
Leo menjawab dengan wajah yang sangat antusias.
 
 
“Pertahananku akan benar-benar terbuka saat aku menggunakan shikigamiku dan mereka akan fokus kepadaku. Aku ingin kalian untuk menjaga sekitarku.”
 
 
“Serahkan padaku.”
 
 
“…..Mau bagaimana lagi. Baiklah, aku akan melindungimu.”
 
 
Erika menunjukkan wajah yang tidak peduli, tapi semangat bertarungnya tidak sesuai dengan ekspresinya.
 
 
“Selanjutnya kelompok Tatsuya.”
 
 
Setelah memberikan instruksi kepada Erika dan Leo – Mikihiko kembali menghadap Tatsuya.
 
 
“Tatsuya, Miyuki-san, dan Sakurai-san, seperti yang sudah kita bicarakan minggu kemarin, mengapa kau tidak melihat-lihat kota.”
 
 
Mikihiko memberikan Minoru, yang sedang berdiri disamping Minami dengan wajah kebingungan.
 
 
“Aku akan memandu kalian. Tahun kemarin, SMA 2 juga terkena masalah yang sama.”
 
 
“Minoru adalah sepupu Fujibayashi-san”
 
 
Mikihiko, Erika, dan Leo berada ditempat itu 30 Oktober tahun lalu. Tatsuya ternyata adalah seorang petugas militer rahasia dan mereka dipaksa untuk menjaga kerahasiaan itu. Mereka ingat nama dari petugas cantik yang menemani mereka sampai ke Stasiun Sakuragicho.
 
 
“Aaa…”
 
 
“Hmm… Jadi kau sepupunya.”
 
 
“Oh, jadi begitu.”
 
 
Melihat dari reaksi mereka bertiga, mereka seharusnya tahu bahwa mereka ‘tidak boleh menyebarkan’ hubungan antara Tatsuya dan Minoru.
 
 
“Umm, lagipula ini wilayah kami. Jika kau bermaksud untuk mencarinya di Kyoto, aku setidaknya bisa memandu kalian.”
 
 
Mereka bertiga mengartikan ‘berkonsultasi dengan Fujibayashi’ sebagai ‘berkonsultasi tentang misi JSDF’, Tatsuya mengatakan itu untuk menjelaskan kesalahpahaman mereka.
 
 
“Aku mengerti.”
 
 
Mikihiko mengatakan ‘Aku mengerti’ seperti jika dia sudah tidak bisa berpura-pura sabar lagi.
 
 
“Lalu, Tatsuya, aku serahkan padamu.”
 
 
“Ah, kau juga.”
 
 
“Yoshida-kun, Saijou-kun, Erika, sampai jumpa.”
 
 
“Ya, di hotel.”
 
 
Erka menjawab Miyuki dengan suara yang keras, mereka bertuju berpisah menjadi dua kelompok.
 
 
◊ ◊ ◊
 
 
Kelompok Tatsuya pergi menuju ke kuil ang terkenal di utara Kyoto, Kuil Sanzen-in. Namun, Tatsuya tidak berencana untuk berjalan-jalan seperti turis. Ini adalah tempat terakhir dimana Zhou Gongjin terlihat.
 
 
Sebenarnya, dia sudah mulai terbiasa dengan pemandangan Pusat Konferensi Internasional Baru, yang membuat pusat kota terlihat seperti lingkungan rumahnya. Namun, sekarang dia pergi ke tempat lain, dia memiliki citra yang lebih baik tentang Kyoto.
 
 
Menurut informasi yang didapatkannya dari Hayama, mata-mata Kuroba sudah melacak persembunyian Zhou Gongjin antara area ‘makam Kaisar Toba’ dan ‘makam Kaisar Juntoku’. Sesuai dugaan, mereka tidak diperbolehkan untuk masuk ke area makam. Jalan menuju makam dilewati oleh sungai kecil.
 
 
Dia memiliki perasaan bahwa Zhou sudah meninggalkan gunung saat dia pertama kali mendengar informasi ini, namun, petunjuk mengatakan Zhou sudah melarikan diri ke rumah penduduk lokal di area turis. Dengan menyesuaikan daerah di peta, dia dapat menunjuk bahwa Zhou pergi ke arah ‘Air Terjun Otonashi’, saat Tatsuya mengigat musuhnya, dia menggelengkan kepalanya.
 
 
Tempat itu menuju ke arah timur laut. Menggabungkan semua informasi yang didapatnya sejauh ini, agak bodoh jika berpikir penyihir kuno pergi ke arah itu, area itu dipenuhi oleh pohon-pohon besar, yang memberikan kesan sihir yang memenuhi tempat itu, tapi itu adalah nilai asli yang mungkin ditunjukkan kepada semua orang.
 
 
Jika tidak ada siapapun disini, aku seharusnya dapat mendeteksi kehadirannya.
 
 
Namun, ini di kermunan orang, mustahil untuk mencari seseorang tanpa bantuan seseorang. Dengan kata lain, jika dia tidak bisa mengenali pihak lain, dia tidak akan bisa menemukan pihak lain.
 
 
Sebelum datang kesini, Tatsuya sudah menduga Zhou berkeliaran di tempat yang ada di pegunungan selagi menghindari orang-orang. Namun, dia merubah pikirannya saat dia melihat lokasi aslinya. Dari hilir, hal itu menunjukkan kalau dia lebih memilih ke desa daripada gunung, bersembunyi di kota dengan banyak orang daripada mengasingkan dirinya.
 
 
“Petunjuk tentang destinasinya menunjuk ke arah Gunung Kurama, tempat dimana markas tradisionalis terdekat berdiri, Tatsuya-san, apa kau ingin pergi kesana?”
 
 
Minoru bertanya kepada Tatsuya di jembatan pendek diatas Sungai Ritsu. Miyuki dan Minami juga melihatnya, sementara dia menggelengkan kepalanya.
 
 
“Tidak, ayo kita kembali ke kota.”
 
 
“Jadi dia di kota?”
 
 
Minoru bertanya karena terkejut.
 
 
“Onii-sama, apa kau pikir Zhou Gongjin bersembunyi di tempat yang banyak orangnya?”
 
 
Tatsuya mengangguk untuk menjawab pertanyaan Myuki.
 
 
“Aku mengerti. Untuk menyembunyikan pohon di hutan.”
 
 
Minoru sepertinya memiliki ide yang berbeda dari Tatsuya, tapi dia tidak berani untuk mengatakannya.
 
 
“Ada beberapa markas tradisionalis dengan jumlah pengunjung yang besar seperti… Kuil Kiyomizu Tera, kuil Kinkakuji, dan kuil Tenryuji.”
 
 
“Itu mengejutkan.”
 
 
Walaupun dia sudah mendengar dari Minoru bahwa faksi tradisionalis tersebar di Nara dan Kyoto, Mikihiko mengatakan bahwa Kyoto adalah rumah bagi tradisionalis. Dari beberapa sumber informasi, Tatsuya menyimpulkan bahwa faksi tradisionalis terpusat di Kyoto.
 
 
“Sekte Kyoto dengan hati-hati menurunkan tradisi mereka, jadi disini lebih kuat daripada Nara. Jika ada faksi yang meniru nama mereka akan didorong minggi ke area gunung.”
 
 
“Apa maksudmu, mereka mengaku-ngaku sebagai ‘tradisionalis’ karena mereka memiliki hubungan yang kompleks dengan tradisionalis?”
 
 
Minami terkesima dengan kesan buruk yang disampaikan oleh Tatsuya. Tentu saja, ini tidak ditunjukkan kepada Miyuki. Walaupun dia berpikir bahwa kekaguman seperti ini seharusnya tidak membuat majikannya merasa tidak nyaman, tapi Minami memilih untuk menghindari kemungkinan apapun.
 
 
—Faktanya, Miyuki dan Tatsuya sudah menyadarinya.
 
 
Namun, Minoru tidak seperti Minami, dia sepertinya bisa menerima pertanyaan Tatsuya.
 
 
“Aku tidak tahu. Seperti yang kau ketahui, tradisionalis dibentuk oleh penyihir kuno yang berpartisipasi di Laboratorium Ke-9. Tujuan mereka adalah untuk balas dendam denan anggota Laboratorium Ke-9 yang lain, dan semua keluarga yang mengemban angka ‘sembilan’ di nama mereka.”
 
 
Ini bukan tidak beralasan untuk mengatakan tradisionalis menjadi emosional karena adanya kebencian, yang mungkin berubah menjadi balas dendam. Mereka diyakinkan di Laboratorium Ke-9, dan membantu pengembangan Sihir Modern daripada memperdalam kemampuan mereka sendiri.
 
 
Slogan dari Institut Ke-9 adalah penggabungan dari Sihir Modern dan Sihir Kuno, maksud sebenarnya adalah untuk mengembangkan sihir kuno itu sendiri, mengadopsi prinsip mereka kepada Rangkaian Aktivasi Sihir, mereka tidak diberitahukan tentang rahasia itu. Saat penelitian mereka selesai, mereka diberitahu tujuan asli dati Laboratorium Ke-9. Sebagai gantinya mereka diberikan uang, dan hanya beberapa orang dari tempat itu yang mendapat status sosial, tidak pernah ada penjanjian dibuat untuk menyediakan mereka sihir baru.
 
 
‘Seni rahasia untuk sebuah seni rahasia’, itu bisa dikatakan sebagai pemikiran mereka, berpikir bahwa itu akan diperbolehkan dan bahkan bisa dianggap sikap kekanak-kanakan.
 
 
“Tapi, mengapa mereka memilih untuk meninggalkan tempat kelahiran mereka di Nara dan terpisah di Kyoto… aku tidak bisa mengerti alasan mereka.”
 
 
“Benarkah? Disamping motivasi, aku mengerti alasan mereka meninggalkan Nara.”
 
 
“Eh?”
 
 
Mendengar jawaban Tatsuya yang mengejutkan, Minoru mebelalakkan matanya.
 
 
“Sekte Tradisionalis adalah organisasi yang terpadu. Kaulah yang memberitahu ini kepadaku.”
 
 
“Y-ya. Aku memang yang mengatakannya.”
 
 
“Lalu, bukankah perbedaan sikap terhadap Laboratorium Ke-9 juga berbeda-beda? Mereka yang sangat membenci ‘sembilan’ tetap tinggal di Nara. Sementara yang lain menunggu kesempatan untuk balas dendam untuk tiga dekade terakhir.”
 
 
“Bodoh sekali… Jika saja semangat mereka berada di jalan yang benar, beberapa dari mereka bisa meningkatkan pengetahuan mereka sampai pada tingkatakan nasional.”
 
 
“Ya, jangan dianggap seperti itu.”
 
 
Untuk menenangkan Miyuki, Tatsuya dengan lembut mengelus-elus kepalanya dengan jarinya, menunjukkan rambut halusnya.
 
 
“Tidak banyak orang yang bisa tahan dan melangkah maju dalam semua situasi, bukan? Setidaknya, jika kita melihat sekeliling kita.”
 
 
Gambaran ayahnya dan ibu tirinya muncul di pikiran Tatsuya.
 
 
“…Aku mengerti.”
 
 
Miyuki mengerti. Senyumannya pasti sedikit berkurang karena dia juga melihat wajah yang sama seperti Tatsuya.
 
 
Tatsuya sedikit mengacak-acak rambut Miyuki dengan tangannya.
 
 
Miyuki melihat Tatsuya dengan menggembungkan pipinya. Tapi, matanya tertawa.
 
 
“Walaupun beberapa anggota tetap di Nara, memiliki tujuan mundur, tapi aksi mereka masih sinkron dengan tujuan asli mereka.”
 
 
Miyuki menunjukkan wajah bingung.
 
 
Tentu saja, Tatsuya baru saja tidak bermaksud untuk mengejek Miyuki.
 
 
“Mereka yang memindahkan markas mereka ke Kyoto, takut terhadap keluarga yang berasal dari ‘Laboratorium Ke-9’, meskipun merasa jijik terhadap Institut Ke-9.”
 
 
“Menakutkan bukan? Tapi, tidak peduli itu Kudou, Kuki atau bahkan Kuzumi, aku rasa mereka pasti bisa mengatasi serangan yang dilakukan oleh penyihir kuno yang berkolaborasi dengan peneliti…”
 
 
Minoru membantah dengan sedikit percaya diri. Itu terjadi sebelum dia lahir, dia juga ragu untuk bertanya cerita penuhnya. Karena itu, apa yang diketahuinya hanya sebatas yang didengarna, yang membuatnya melakukan hal ini.
 
 
“Aku juga berpikir seperti itu. Ada beberapa penyihir dari ‘sembilan’ yang digunakan dalam percobaan. Tapi sudah biasa untuk penyihir kuno berpikir diri mereka sebagai korban, untuk menghindari kesadaran mereka sebagai pembunuh. Di saat yang sama mereka sesama subjek dari Laboratorium Ke-9, dan tidak seharusnya melakukan hal sekasar itu.”
 
 
Mata Minoru kembali seperti biasa setelah sempat gelisah. Itu hanyalah dugaan Tatsuya, tapi dia masih lega dengan hasil dari perkataannya.
 
 
“Aku pikir ada beberapa penyihir kuno yang takut dengan bayangan mereka sendiri. Karena Institut Ke-9 dioperasikan oleh pemerintah, memang masuk akal bagi mereka untuk menaruh kebencian pada pemerintah. Namun, tradisionalis menyatakan yang bersalah adalah keluarga ‘sembilan’, yang berasal dari laboratorium yang sama sebagai musuh mereka. Mereka seharusnya mengerti bahwa mereka meminta permintaan maaf dari pihak yang salah.”
 
 
Setelah mendengar perkataan itu, Minoru yang berbicara seperti biksu. –Benar-benar berpose seperti patung Rodin, pandangannya fokus pada sesuatu yang tidak pasti.
 
 
“Tidak peduli mereka tidak suka stigma menjadi pemberontak, atau hanya karena mereka tidak berani melawan pemerintah… bagaimanapun, karena mereka mengerti kebencian mereka sendiri terhadap ‘sembilan’ sebagai sesuatu yang tidak beralasan aku penasaran jika mereka juga tidak takut diketahui orang karena serangan tak beralasan mereka. Mereka sendiri seharusnya memiliki kekuatan dari penyihir yang membuat Laboratorium Ke-9. Karena itu, mereka tidak berani secara langsung menyerang penyihir ‘sembilan’. Jika mereka melakukan itu, mereka pasti akan kalah, dari sihir ‘sembilan’ yang mereka ciptakan.”
 
 
Tatsuya pasti menganggap ini menakjubkan, karena dia menunjukkan senyuman.
 
 
“Kalau tidak, mereka tidak bersatu setelah pembubaran itu. Pertama, pemimpin dari tiap sekte mungkin sudah menenangkan penyihir-penyihir yang tidak setuju dengan hal itu. Saat sudah terlalu parah, para pengikut garis keras yang terus membenci Laboratorium Ke-9 tetap tinggal di Nara, sementara sisanya pindah ke Kyoto. Mengejutkannya, perbedaan lokasi mungkin hanya pura-pura, perbedaan mereka mungkin adalah sesuatu yang sederhana. Apa semua tradisionalis berpegang pada ‘satu tradisi yang sama’?”
 
 
“Ya….. Penyihir Kuno sebelumnya yang berpartisipasi di Laboratorium Ke-9, datang lebih dari satu sekte.”
 
 
Minoru mengangguk setuju pada spekulasi Tatsuya.
 
 
"Hanya untuk alasan yang sderhana, apa merea bermaksud melanjutkan pelecehan kecil mereka pada beberapa dekade ini?”
 
 
Daripada ‘tidak bisa dipercaya’, Miyuki menunjukkan ekspresi ‘tidak mau percaya’ selagi menghadap Tatsuya.
 
 
“Pelecehan kecil, tidak bisa apa-apa jika itu berulang-ulang, karena mereka sudah sampai seperti ini.”
 
 
Tatsuya mengatakan itu, apa mereka sudah mengambil tindakan yang lebih kasar, jika ya mereka pasti sudah hancur dari dulu.
 
 
Miyuki terlihat mengerti itu dengan baik.
 
 
Orang yang bingung dengan jawaban Tatsuya adalah Minami.
 
 
“Tapi, Tatsuya-niisama.”
 
 
Tidak perlu berpura-pura didepan Minoru, tapi Minami menggunakan sebutan hanya untuk jaga-jaga.
 
 
“Aku juga berpikir kalau sepertinya ini terjadi seperti perkataanmu tadi, tapi….”
 
 
Dia tidak punya pilihan untuk ragu karena posisinya. Namun, Minami didorong oleh rasa menjalankan tugasna, dan tidak lari dari perkataannya.
 
 
“Jika itu memang benar, mengapa tradisionalis di Kyoto memperkerjakan banyak orang luar untuk membuat bencana di Jepang?”
 
 
Minoru berpikir bahwa dia sudah mengatakan pengamatan yang tajam.
 
 
Tapi, Tatsuya tidak menunda untuk menjawabnya.
 
 
“Walaupun ini hanya dugaanku, aku ingin tahu jika mereka tidak ingin melakukan aksi secara langsung. Namun, mereka meminta Zhou Gongjin yang diabaikan oleh masyarakat.”
 
 
“Pasti ada alasan mengapa mereka tidak memutus hubungan mereka.”
 
 
“Mengenai masalah ini, Minoru juga tahu tentang masalah ini, tradisionalis menerima suplai dari pengguna Houjutsu buangan dari Zhou Gongjin. Ini mungkin terdengar seperti tradisionalis sudah membantu Zhou Gongjin dari sudut pandang puclik, tapi faktanya, mereka bekerja sama satu sama lain untuk memperkuat kekuatan tradisi.”
 
 
Tatsuya menghadap ke Minoru dan mengangguk.
 
 
“Insiden terakhir di Taman Nara, juga dilakukan oleh gabungan dari penyerang pengguna Houjutsu dari benua. Dalam sekte tradisionalis, pengguna Houjutsu buangan sudah berada dalam tingkap penting. Setidaknya, organisasi itu tidak bisa bertahan bertarung jika mereka memberontak.”
 
 
Minami membungkuk kepada Tatsuya dengan diam. Tidak ada tanda keraguan yang muncul diwajahnya.
 
 
Tatsuya membalas dengan anggukan kecildan menghadap Minoru.
 
 
“Pembicaraan kita sudah sejauh ini, itulah mengapa aku ingin mengunjungi beberapa tempat di kota. Destinasi kita adalah kuil Kiyomizu, Kinkakuji, dan Tenryuji.
 
 
“Ya, kau benar.”
 
 
Tatsuya tidak mengeluarkan terminal informasinya, tapi sebaliknya dia membuka di kepalanya.
 
 
“Kinkakuji dan Tenryuji berada di arah yang sama, kuil Kiyomizu berada di arah yang berlawanan.”
 
 
Miyuki mengatakan itu sambil melihat terminal informasinya.
 
 
Memang benar,dari lokasi mereka sekarang, apa mereka akan ke Kinkakuji dan Tenryuji, atau ke kuil Kiyomizu, lebih dekat pergi ke Pusat Konferensi Internasional.
 
 
Namun, Tatsuya menggelengkan kepalanya.
 
 
“Itu memang sayang sekali karena kita punya waktu yang terbatas. Bahkan setelah Minoru mempersempit area pencarian, kita hanya berempat. Dan masih ada kemunginan mereka bersembunyi di Kyoto seperti yang kukatakan.”
 
 
Yang paling penting, empat orang terlalu sedikit untuk mencari musuh yang bersembunyi. Seorang detektif terkenal hanya bisa menyelesaikan kasus jika kriminal itu berada didepannya, tapi, untuk menemukan pelaku itu, kita butuh lebih banyak orang.”
 
 
Sayangnya, tidak Tatsuya ataupun Miyuki bisa menggunakan sihir mereka, karena adanya kamera pengawas. Dan tidak mungkin Tatsuya akan melakukan itu jika mereka bisa dilacak oleh kamera.
 
 
“Aku mengerti. Kalau begitu, kita pergi kemana?”
 
 
Dia harus memutuskan jawaban. Tatsuya segera menjawab Miyuki.
 
 
“Kuil Kiyomizu. Setelah itu, kita pergi ke Kinkakuji dan Tenryuji juga.”
 
 
◊ ◊ ◊
 
 
Setelah berpisah dari Tatsuya, Mikihiko sedang berjalan mengelilingi area sekitar Pusat Konferensi Internasional Baru, selagi menggunakan mantra pencariannya seperti yang mereka diskusikan minggu lalu. Ada taman yang luas, satu danau besar dan pepohonan yang mengelilingi Pusat Konferensi dan itu sering digunakan oleh orang luar.
 
 
Erika dan Leo saling berbicara, sementara Mikihiko dari belakang tapi mereka tidak mengabaikan tugas mereka sebagai pengawal Mikihiko.
 
 
“Mereka disini.”
 
Erika berlari ke kiri Mikihiko, seperti jika melihat wajahnya dibawah parasol—itu seharusnya menjadi kamuflase dan membuat mereka terlihat seperti pasangan yang sedang berbisik-bisik.
 
 
“Dari dalam pegunungan?”
 
 
Leo memanjangkan lehernya disela kepada Erika dan Mikihiko dengan suara yang kecil. Apa mereka dekat satu sama lain atau saling berpacaran, mereka kelihatannya cukup akrab.
 
 
“Kehadirannya berasal dari gunung, tapi itu bukan berarti hanya merekalah musuhnya. Ada kemungkinan bahwa penyerangnya bukan manusia. Berhati-hatilah.”
 
 
Sayangnya, Mikihiko tidak sesantai mereka berdua, dia melihat mereka kembali dengan cemberut, mendengar perkataan Leo.
 
 
“Hanya orang sialan, mereka memiliki hubungan cinta segitiga.”
 
 
“Aku tidak bisa melihat apa-apa selain murid yang memiliki masalah dengan cinta, tapi apa tidak apa-apa kita keluar dan menyerang mereka?”
 
 
Ini adalah percakapan dari embilan orang yang bersembunyi dibalik semak-semak, meremehkan Mikihiko dan yang lain.
 
 
Mereka berbicara normal. Suara mereka tidak bisa terdengar tapi mereka menggunakano alat yang menggunakan sihir untuk membaca gerakan bibir, percakapan mereka sepertinya bisa dimengerti mereka tanpa perlu mendengar suara. Metode ini rentah disadap, bahkan sebelum memutus pembicataan karena ada kemungkinan gelombang radio alat itu diketahui.
 
 
Karena itu, mereka berjaga-jaga jika situasi seperti itu terjadi, Erika dan Leo akan berpura-pura seperti pasangan yang tidak peduli dengan sekitar, hanya bersikap seperti orang normal sehari-hari.
 
 
Namn, beberapa dari mereka masih berjaga-jaga.
 
 
“Aku sudah mengamati anak itu, dia menggunakan Shiki. Dia adalah keturunan dari Keluarga Yoshida. Kita tidak bisa meninggalkan mereka sendirian.”
 
 
Perkataan itu membuat kewaspadaan rekan-rekannya meningkat.
 
 
“Bukankah anak kedua dari Yoshida kehilangan kekuatannya?”
 
 
Suaranya mengeras saat dia bertanya hal itu, seorang pria paruh baya yang terlihat seperti pemimpin mereka berbicara dengan nada yang kasar.
 
 
“Itu sudah ketinggalan. Yoshida Mikihiko sudah mendapatkan kembali kekuatannya dan bahkan menjadi lebih kuat daripada anak pertama keluarga Yoshida.”Atmosfer tempat itu tiba-tiba menengang. “Kita akan memastikan itu. Kita tidak akan membunuh mereka, untuk sekarang kita hanya akan sedikit melukai mereka.
 
 
Walaupun orang yang dibantah itu masih belum yakin, tapi dia tetap diam. Dia mengeluarkan gulungan dari dadanya, gulungan kecil yang bahkan dapat disebunyikan didalam telapaknya.
 
 
Tujuh yang lain termasuk pemimpin mereka juga melakukan itu. Seorang tradisionalis berambut putih hanya diam melihat tanpa melakukan apa-apa.
 
 
“Ha!”
 
 
Orang pertama yang menyadari serangan musuh adalah Erika. Parasol di tangannya diayunkan ke arah dari kehadiran penyerang yang mendekati mereka dari belakang. Payung yang bisa dilepas itu dilempar untuk pertahanan melawan onibi biru. Tidak terhalangi payung itu onibi biru menghujani mereka saat Erika menembaki jatuh mereka dengan senjata yang disamarkannya sebagai pegangan payung.
 
 
Serangan kedua dan ketiga dari onibi itu terus berdatangan, batang perak tipis ditahan dari waktu ke waktu, itu bukan tongkat besi atau tongkat emas, dan itu adalah senjata perak tipis.
 
 
Senjata itu dipinjamkan kepada Erika hanya untuk perjalanan ke Kyoto ini, itu dibuat oleh Divisi Ketiga FLT dengan sihir aktivasi yang lebih mementingkan kecepatan daripada berat, sihir tipe gerakan. Senjata itu tidak hanya mengakselerasi tubuh tapi juga senjata itu sendiri. Karena itu, agar pergguna bisa mengimbangi senjata itu, pengguna harus menggunakan tali khusus pada lengannya dan dapat membuat berat yang tidak diperlukan di lengan mereka tanpa menyakiti tulang sama sekali. Tapi, Erika tidak merasakan kesulitan apapun dan segera menguasainya dengan cepat.
 
 
Onibi-onibi yang menyerang mereka sudah berkurang. Namun, itu tidak berarti sudah selesai.
 
 
Mengikuti dedaunan merah dan kuning yang berjatuhan, datanglah pedang angin. Walaupun Erika sudah tidak kesulitan menghadapi onibi, dia bertanya-tanya jika dia bisa menahan pedan angin yang tidak memiliki bentuk dan warna.
 
 
Sebuah senyuman tak kenal takut terbentuk di wajahnya, namun, dia kembali seperti biasa saat dia mendengar ‘serahkan saja padaku’ dari belakangnya.
 
 
Erika menyerahkan pedang angin itu kepada Mikihiko.
 
 
Dia memilih untuk menggunakan sihir kipas logam untuk mengaktifkan sihir pedang angin yang memiliki tipe yang sama dengan musuhnya.
 
 
Sejumlah bunga api terlihat di udara. Pedang Mikihiko menghalau semua serangan musuh, meskipun dia hanya bertahan.
 
 
Perhatian Erika dan Mikihiko terpusat pada serangan selanjutnya yang datang dari atas.
 
 
Dibelakang mereka, bayangan pohon-pohon di tanah berubah menjadi manusian.
 
 
Sebuah mahluk dengan bentuk hitam keluar dari tanah.
 
 
Tanpa bersuara dan menyamarkan kehadirannya dengan lingkungan, bayangan itu mendekati Mikihiko dari belakang.
 
 
“Uryaaa!”
 
Leo berteriak melihat bayangan itu. Dia mengangkat tinjunya, memukul orang berjaket hitam itu.
 
 
Sebelum dijatuhkan oleh Leo, dia mengurangi dampak serangan dengan melemparkan dirinya kebelakang dengan bergulir.
 
 
“Apa mereka itu ninja?”
 
 
Setelah sedikit mengamati, ternyata jaket itu bukan berwarna hitam tapi hijau tua. Bahkan warna dari celana mereka juga saa. Itu berbeda dari kostum ninja tradisional, seperti jika sudah dibuat lebih modern seperti baju biasa. Namun, dilihat dari Kunai di tangan kanan mereka dan gulungan di tangan kiri mereka, mereka pasti adalah ninja.
 
 
Tiga sisanya, lima bayangan manusia munvul. Leo tidak memiliki kesempatan untuk menyadari kedatangan mereka.
 
 
“Hehe, menarik.”
 
 
Namun, itu tidak mempengaruhi semangat bertarung mereka. Leo tidak punya kebiasaan untuk mencari musuh tapi selama musuhnya kuat, dia langsung bersemangat.
 
 
Itu mungkin karena gen yang diturunkan dari kakeknya karena dia dulu merupakan senjata biologis. Leo sendiri, terkadang berpikir seperti itu.
 
 
—Itulah mengapa.
 
 
Itu masih lebi baik daripada gelisah tentang kalah sebelum bertarung. Saat pikiran itu dikalahkan, mustahil untuk pergi dari tempat itu. Itulah yang dipikirkannya.
 
 
Dia tidak pergi karena dia belum menyerah. Apa reaksi normal orang saat melihat harimau dengan taringnya, tidak lari? Dia tidak melarikan diri, tanpa memperhatikan apa yang dipikirkannya tapi dalam keadaan darurat dia tidak akan menyerah.
 
 
—Aku tidak ingin mati seperti itu. Aku hidup untuk bertarung.
 
 
Sweater ninja itu berputar-putar disekitar Leo. Sadar atau tidak, sebenarnya mereka berusaha untuk mundur.
 
 
Di samping Leo, ada sebuah tangan yang terpukul dan diikuti dengan tangisan penuh rasa sakit orang itu.
 
 
Ninja yang terkena Silver Rod Erika menunduk dan memegangi lengan kanannya yang patah. Saat itu juga, ninja yang ain yang sedang mendekati Erika melompat menjauh darinya untuk melarikan diri. Dengan dua faktor di pikiran, dia tidak perlu khawatir tentang serangan lain dari para ninja.
 
 
“Leo, walaupun kau lagi bersemangat, kau tetap perlu waspada. Kau tidak bertarung sendirian, kau tahu.”
 
 
Setelah Erika mengatakan itu, Leo sadar ada sebuah serangan yang datang dari sampingnya.
 
 
“Maaf, terima kasih sebelumnya.”
 
 
Suara pedang angin yang bertabrakan menimbulkan percikan, terdengar oleh Leo.
 
 
“Kau juga salah, Mikihiko. Mengapa kau berakhir melindungi pengawalmu.”
 
 
“Kau juga salah. Bukankah kau melindungiku dari serangan kejutan musuh dari bayangan?”
 
 
“Baiklah saja, lupakan saja tentang itu.”
 
 
Leo mengeluarkan pemukul dari kantungnya. Walaupun ini terlihat seperti mainan untuk fashion, itu dapat menjadi penyamaran yang bagus dari polisi.
 
 
Selama itu menempel dengannya.
 
 
Sebuah rangkaian aktivasi mulai terbentuk disekitar pergelangan tangan kirinya dan terserap kedalam.
 
 
Itu bukanlah suara yang biasa terdengar dari CAD yang diaktifkan.
 
 
Itu adalah CAD operasi penuh buatan Jerman, Rozen, satu dari karya terakhir dari Divisi Magi Kraft. Leo mendapatkan CAD ini dari beberapa koneksi – walaupun itu lebih cocok disebut permintaan maaf dan belum lama ini dia baru saja menguasainya.
 
 
Namun, misi ini membutuhkan senjata yang kurang dikenal.
 
 
Erika memiliki Silver Rod nya yang disamarkan seperti parasol, untuk tujuan ini.
 
 
Karena CAD nya yang biasa memiliki bentuk yang ‘siap tempur’, Leo memilih untuk membawa CAD itu dengannya ke Kyoto.
 
 
Walaupun kecepatan sihirnya tergantung dengan perangkat kerasnya, efisiensinya bergentung pada rangkaian sihir atau dengan kata lain, perangkat lunaknya. Tatsuya sendiri sudah mengotimasi Rangkaian Sihir untuk mengurangi ketidakefisiensi perangkat lunak tanpa merubah hasilnya.
 
 
Pemukul milik Leo dibuat dari resin sintetik dengan karbit sebagai pelindungnya.
 
 
Aktivasi sihir ini berhasil.
 
 
Kali ini bhwa baju lengan panjang dan jeans, terbuat dari bahan anti peluru kualitas tinggi.
 
 
“Bailah. Mari kita lakukan.”
 
 
Leo membuat suara Bam saat kedua tinjunya bertemu.
 
 
“Serahkan yang disisi ini padaku.”
 
 
Erika berdiri tegak dan mengayunkan Silver Rod nya.
 
 
“Kubantu kau.”
 
 
Mikihiko membuka kipas logamnya.
 
 
“Aku mulai, oraaaa.”
 
 
Leo lari menuju musuh dengan teriakan keras.
 
 
Biasanya, musuh pengguna ninjutsu tidak hanya menunggu.
 
 
Dedauna bertiup didepan Leo, menganggu pandangannya. Itu terjadi tanpa dikatakan bahwa itu bukanlah fenomena yang biasa. Itu adalah sihir yang memanipulasi angin untuk mengangkat dan meniup dedaunan.
 
 
Tehnik itu sendiri tidaklah mematikan. Namun, itu cukup untuk membuat Leo menghentikan kakinya untuk menutup wajahnya dengan lengannya.
 
 
Dia merasa sedikit sakit di bagian lengan, dada dan paha. Itu adalah Kunai yang dilemparkan musuhnya.
 
 
Kunai itu dilemparkan sangat cepat, tapi berat mereka masih terlalu jauh untuk menandingi sihir Leo.
 
 
Hembusan angin bertiup.
 
 
Dari belakang Leo.
 
 
Sihir Mikihiko menjelaskan pandangan mereka.
 
 
Pengguna ninjutsu yang berdiri dibelakang mereka memakan gulungannya dan tangannya, yang kosong setelah melempar kunai, sedang membuat segel tangan.
 
 
Bahkan Leo bisa mengerti bahwa musuh didepan mereka bukanlah ninja seperti di cerita-cerita tapi merupakan penyihir tradisionalis dengan kekuatan yang asli. Ini adalah salah satu stereotip yang terkenal memberikan ‘gambaran biksu’ yang jelas.
 
 
Walaupun itu tidak terlalu mempengaruhi mereka, untuk sesaat Leo sendiri merasa terganggu.
 
 
Dada pengguna ninjutsu itu mengembang dan mengempis.
 
 
Mereka mengeluarkan suara yang besar, dan Leo diserang.
 
 
Gulungan yang ditelannya sebelumnya sebenarnya adalah peluit. Itu bukanlah peluit biasa, itu adalah sihir untuk menganggu organ indera melalui suara.
 
 
Pengguna ninjutsu mengeluarkan pisau mereka. Daripada katana mereka mengeluarkan pisau, bahkan seorang ‘ninja’ tidak bisa tidak terpengaruhi zaman.
 
 
Dia pasti sangat percaya diri dengan kemampuannya. Ada sedikit keraguan sebelum dia memukul Leo.
 
 
Kalkulasinya yang salah adalah itu, darah Leo bukanlah orang biasa. Evalasi umum dari kemampuan sihir Leo entah bagaimana rendah, namun kemampuan fisiknya menakjuban. Bahkan dengan keseimbangannya yang terganggu, Leo tetap bisa mengendalikan ototnya dengan bantuan indera yang lain.
 
 
Musuhnya menusukkan pisau itu, Leo mengangkat tangan kanannya, menggunakan pemukulnya dan memukul pisau itu, hasilnya pisau itu terjatuh.
 
 
Dan dia memukul jatuh orang itu dengan tangan kirinya.
 
 
Pukulan Leo baru saja mematahkan rahang pengguna ninjutsu itu.
 
 
“Gawat!”
 
 
Kata itu secara tidak sengaja keluar, menandakan kegagalannya untuk menahan diri melawan musuh seperti itu. Walaupun kenaifannya merupakan kerugiannya; Leo memiliki kemampuan untuk mengisi kekosongan itu.
 
 
Dibelakang orang yang dikalahkan itu, musuh selanjutnya muncul. Orang itu membuka mulutnya didepan Leo. Melihat Leo langsung tiarap.
 
 
Orang itu menyemburkan api dari mulutnya.
 
 
Kobaran api melewati kepala Leo, tapi, jalan api itu dibelokkan oleh angin dan musuh itu tidak menyadarinya.
 
 
Napas api itu hampir membakar wajahnya. Belokan itu terjadi akibat sihir Mikihiko.
 
 
Dibelakang Leo, Mikihiko tidak senang dengan kabut yang dibuatnya. Namun, Mikihiko tidak ragu dengan serangan selanjutna. Dia sudah siap dengan sihir yang akan dia aktifkan selanjutnya.
 
 
Seperti yang dikatakan Erika, dia harus membantu Leo yang terjepit diantara dua pengguna Ninjutsu. CAD nya lebih lemah saat digunakan menyerang jika dibandingkan dengan katakan tapi kecepatannya lebih tinggi. Pada saat selanjutnya, tubuh pengguna ninjutsu yang telah menjatuhkan pisaunya terbelah dua.
 
 
“Bunshin!?”
 
 
Erika membesarkan suaranya karena terkejt, pengguna Ninjutsu itu membelah diriya menjadi dua dan memegang kunai, memasang wajah senang disaat yang sama.
 
 
Namun, situasinya segera berbalik.
 
 
Satu dari bunshin-bunshin itu menghilang dan sekarang hanya tersisa satu orang saja. Seperti yang dapat dilihat dari ekspresi pengguna Ninjutsu itu, itu sesuai dengan rencana mereka. Sihir roh Mikihiko menghancurkan sihir pengguna Ninjutsu itu.
 
 
Erika tidak akan melewatkan kesempatan ini.
 
 
Empat tongkat perak dilempar ke udara.
 
 
Kedua tangan dan kaki pengguna ninjutsu itu patah dan mereka terkapar di tanah sebelum sebuah petir menyambar mereka.
 
 
Sebuah petir sudah disiapkan untuk menyeran semua musuh.
 
 
Mikihiko menyerang delapan pengguna Ninjutsu yang sudah tidak bisa bertarung lagi dengan sihir petirnya, dan menyambar mereka sampai tidak sadarkan diri.
 
 
Mikihiko menghela napas panjang.
 
 
“Apa ini sudah selesai?”
 
 
Leo melihat sekitar selagi mengatakan ini.
 
 
Sementara, Erika melihat kebawah pada pengguna-pengguna Ninjutsu itu.
 
 
“Tidak ada tanda-tanda adanya bantuan dari pihak mereka.”
 
 
Leo menarik napas lega setelah mendengar itu.
 
 
“Kita baru saja bertarung melawan ninja.”
 
 
Leo tertawa. Walaupun dia tahu bahwa mereka memang ada, dia tidak pernah sedikit pun membayangkan kalau dia bisa bertarung melawan ninja.
 
 
“Mereka adalah pengguna Ninjutsu. Mereka bukanlah hal yang langka. Karena mereka hidup di dunia dimana sihir kuno lebih disenangi.”
 
 
Tapi, Erika tidak berpikiran seperti Leo, dan segera berkata.
 
 
“Kau benar. Terlebih lagi, ini belum seberapa jika dibandingkan dengan Iga atau Koga, markas dari Sihir Kuno; bahkan Gunung Kurama sudah berubah menjadi pusat pengguna Ninjutsu. Aku penasaran apa mereka juka berasal dari faksi yang sama.”
 
 
Mikihiko mendukung perkataan Erika.
 
 
“Hmph, mungkin juga seperti itu. Menarik sekali. Aku tidak pernah bosan melawan kalian.”
 
 
Leo tidak merasa tersinggung. Tapi sebaliknya, dia sepertinya tampak menikmatinya.
 
 
“Tunggu sebentar, aku ditarik ke masalah ini berkat Tatsuya.”
 
 
Itu kesalahan Tatsuya-kun, daripada terima kasih kepada Tatsuya-kun. Walaupun dia berpura-pura komplain, perasaan asli Erika sebenarnya sama dengan Leo.
 
 
“Aku juga.”
 
 
Leo tersenyum kecut. Disampingnya, Mikihiko juga tersenyum kecut.
 
 
“Ngomong-ngomong, apa yang harus kita lakukan kepada mereka? Menyerahkan mereka ke polisi?”
 
 
Erika tidak ragu-ragu untuk memanggil polisi. Namun, dia tidak benar-benar menolak tawaran Erika.
 
 
“Aku tidak tahu apa itu memang pilihan terbaik….”
 
 
Mikihiko setuju dengan tawaran Erika, dia mengeluarkan terminal informasinya dengan tangan yang tidak memegang senjatanya. Dia bermaksud menghubungi ’110’ sendiri.
 
 
Tapi, jarinya berhenti saat dia akan memulai panggilan suara.
 
 
Dia secara tidak sadar menghentikan gerakannya dari memencet nomor di terminal informasinya.
 
 
Dia menatap pepohonan disekitarnya selagi masih memegang kipasnya. Mikihiko mengeluarkan Psion dalam jumlah besar. Dia mengirimkan shikigami untuk mencari di daerah itu.
 
 
“Musuh?”
 
 
Mikihiko sepertinya tidak memiliki waktu untuk menjawab itu.
 
 
“Lihat!”
 
 
Mikihiko memulai rangkaian aktivasinya, saat Erika berteriak.
 
 
Mata Erika tertuju ke sebuah kolam.
 
 
Leo dan Mikihiko melihat itu juga.
 
 
Dari kolam itu, empat hewan muncul keluar dari air.
 
 
“Kasei-tai!?”
 
 
Leo berteriak.
 
 
“Tidak! Kugutsu-shiki-oni bentuk air, tipe golem! Itu memiliki pembentuk asli!”
 
 
Selagi berteriak menjawab mereka, Mikihiko melihat monster itu tanpa berkedip.
 
 
“Reirei? Gouyu? Chouyuu? Bahkan Fusho?”
 
 
Mikihiko berbicara dengan nada bingung.
 
 
Seekor sapi belang yang menggambarkan harimau, Reirei.
 
 
Babi hutan liar dengan wajah manusia, Gouyu.
 
 
Chouyuu adalah monyet dengan empat lengan.
 
 
Dan Fusho, rusa dengan empat tanduk.
 
 
Ini adalah versi kecil dari hewan dari benua, yang dikatakan bisa menyebabkan banjir. Ini sudah jelas ulah dari penyihit tradisionalis dari benua.
 
 
“Memangnya mereka ini apa!?”
 
 
“Sihir musuh! Selain itu tidak masalah, bukan!”
 
 
Berteriak kembali kepada Leo, Erika mengayunkan Silver Rod nya melawan Kugutsu-shiki-oni terdekat. Musuh mereka tidaklah diluar jangkauan.
 
 
Sebuah pedang tipis mengeluarkan Psion saat bersemtuhan di ujungnya.
 
 
Itu memotong sihir yang membentuk golem itu. Hewan berbentuk air biasanya akan kembali menjadi air saat diserang.
 
 
Namun, tidak ada waktu untuk lengah.
 
 
Hewan itu tidak hanya ada empat.
 
 
Reirei, Gouyu, Chouyuu, dan Fusho keluar satu per satu dari dalam kolam. Disamping sosok menakutkan itu, monster yang sebesar anjing salon mucul, jadi itu tidak terlihat terlalu membahayakan.
 
 
Tapi, mereka tidak sejinak anjing salon. Disamping fakta bahwa musuh mereka adalah mahluk sihir, mereka tidak tahu apa monster itu memiliki kekuatan tersembunyi.
 
 
“Pertama-tama, ayo kita mundur dar-?”
 
 
Erika terdiam sebelum menyelesaikan tawarannya untuk melarikan diri.
 
 
Monster-monster itu pergi menuju ke pengguna Ninjutsu yang sudah terkapar di tanah daripada menuju ke arah mereka.
 
 
“Apa mereka bukan musuh?”
 
 
Erika bukanlah satu-satunya yang terkejut. Mengkesampingkan Leo yang tidak mempunyai serangan jarak jauh, bahkan Mikihiko juga lupa dengan aktivasi sihirnya.
 
 
“Tsk!?”
 
Mereka bertiga melihat hal itu dan hanya bisa terdiam.
 
 
Tiga hewan itu yang tubuhnya terbuat dari air, mulau untuk memakan tubuh dari pengguna ninjutsu yang tidak bisa bergerak karena terluka.
 
 
“Jangan main-main denganku!”
 
 
Erika mengeluarkan keterkejutannya dan menggenggam lagi Silver Rod nya.
 
 
Mikihiko terlumpuhkan setelah mendengar teriakan Erika, dia mengeluarkan sihir api setelahnya.
 
 
Pedang Psion itu memotong tubuh Kugutsu-shiki-oni, api itu mengacaukan Rangkaian Sihir yang mempertahankan wujud monster itu.
 
 
Semua monster itu kembali menjadi air.
 
 
Leo dengan khawatir mendekati pengguna Ninjutsu yang mengerang-erang kesakitan. Dia sudah mengangkifkan sihir perlindungan sebelumnya, tapi karena keterkejutannya, kerusakan di wajah dan leher mereka tak terhindarkan.
 
 
“Uugh.”
 
 
Saat dia berjongkok untuk melihat wajah mereka, dia berteriak.
 
 
“Ini sangat buruk, tapi sepertinya itu tidak sampai ke tulang mereka.”
 
 
Leo menegakkan tubuhnya untuk menghadap Erika dan Mikihiko.
 
 
“Dan semuanya hidup.”
 
 
Walaupun mata dan tenggorokan mereka kaku, tanda vital mereka sepertinya baik-baik saja. Mkihiko memasang wajah lega saat mendengar itu.
 
 
Namun, Erika masih benar-benar waspada.
 
 
“Aneh.”
 
 
“Apanya?”
 
 
Penampilan anehnya membuat Mikihiko merasa gugup lagi.
 
 
“Mengapa air itu tidak terserap ke tanah?”
 
 
Tanah disii tidak beraspal. Karena itu, seharusnya air segera terserap kedalam tanah.
 
 
Sebaliknya, air itu bercampur dengan darah mengalir kembali ke kolam.
 
 
“Uwogh!?”
 
 
Leo melompat kebelakang sebagai refleks untuk memberi jarak baginya. Walaupun melompat sejauh empat meter tanpa berlari dulu, persiapan, ataupun sihir, menunjukkan kekuatan lompatannya yang hebat, tapi Erika dan Mikihiko tidak memperhatikan itu.
 
 
Mereka segera sadar adanya pergerakan aneh pada air, pegerakan air yang bercampur darah itu, tiba-tiba mulai kembali ke bentu semula. Leo segera bereaksi dengan menarik kakinya yang ada diatas air yang bercampur darah itu.
 
 
“Apa yang terjadi….”
 
 
“Sihir musuh!”
 
 
Pertanyaan Erika dijawab oleh Mikihiko, dengan peringatan disaat yang sama.
 
 
Tapi, itu mungkin sebenarnya bukan untuk itu. Fenomena yang terjadi didepan mereka, dapat diamati oleh Erika dan Leo. Air di kolam itu berputar-putar.
 
 
Dengan pelan, pertama, dan lalu makin cepat.
 
 
Lalu, dari tengah pusaran itu muncul suara, suara ular yang keluar dari lumpur, membesarkan lehernya.
 
 
“Souryuu!”
 
 
Itu adalah ular raksasa dengan sembilan wajah manusia. Hantu besar dari benua yang diberi nama dewa banjir jahat, ‘Kyoe’. Saat Souryuu muncul di tanah, semua air akan membusk dan merusak tanah.
 
 
“Menjauhlah!”
 
 
Melihat kesembilan kepala mereka membuka mulut, Mikihiko berteriak kepada Erika dan Leo.
 
 
Disaat yang sama, dia mengeluarkan pelindung angin.
 
 
Dari mulutnya, air lumpur keluar bersamaan.
 
 
Mereka berdua, lalu, mencoba untuk menghindari serangan itu.
 
 
Serangan itu dapat dengan mudah dihalau oleh pelindung angin yang mengitari mereka bertiga.
 
 
Namun, pengguna Ninjutsu yang tidak bisa bergerak, tidak bisa menghindari serangan itu.
 
 
Suara erangan terdengar dari orang-orang yang tergeletak di tanah saat monster itu menyemburkan lumpur.
 
 
Bagian tubuh mereka yang terkena lumpur itu meleleh.
 
 
“Asam!?”
 
 
“Tidak, itu kutukan korosif.”
 
 
Mikihiko menyangkal perkataan Erika.
 
 
“Berhati-hatilah! Tidak seperti asam, itu tidak hanya melelehkan benda dari kontak cairan saja.”
 
 
Walaupun mereka tidak terluka sedikit pun, tapi mereka tidak meragukan perkataan Mikihiko, terutama setelah melihat apa yang terjadi kepada para pengguna Ninjutsu.
 
 
“Argh. Dimana operatornya!?”
 
 
Jika dia mampu untuk memenipulasi seperti ini, operatornya seharusnya tidaklah jauh dari tempat itu.
 
 
Tdak, ide itu benar. Kehadiran operator itu sebelunya terdeteksi belum lama dari dalam hutan. Tidak salah lagi, dia adalah operator yang memanipulasi monster ini. Namun, shikigami yang dikeluarkannya sebelumnya belum melaporkan apa-apa. Apa itu tanda kemampuannya, atau peralatan khusus, contohnya mantra Budhisme untuk membingungkan indera penyihir menggunakan Kinon Tonkou.
 
 
Bahkan dengan kemampuan fisik Erika dan Leo, butuh usaha yang besar untuk menghindari lumpur yang dikeluarkan dari sembilan mulut. Tangan Mikihiko juga sibuk dengan memasang pelindung untuk menghindari serangan langsung, karena itu dia tidak bisa mengaktifkan shikigami baru.
 
 
“Erika, Leo, ayo kita mundur dari sini!”
 
 
“Dengan sepenuh hati aku setuju, tapi!”
 
 
“Bagaimana caranya!?”
 
 
Mikihiko mendecakkan gigi belakangnya mendengar pertanyaan Erika.
 
 
Ada caranya. Menurut cerita rakyat kekuatan boneka ini bisa ditingkatkan. Karena itu, ada beberapa kasus dimana penyihir tidak bisa bertahan dengan amplifikasi sihir, yang dipinjam dari orang yang lebih hebat darinya di cerita, yang mengakibatkan gagalnya semua sihir. Bahkan kalau tidak, pada akhirnya kontrol sihir itu akan bergantung pada kekuatan penyihir.
 
 
Walaupun itu palsu, Souryuu terbentuk dari air. Tingkat tertinggi dari roh diantara semua yang terbuat dari air adalah sihir ‘Naga’ (Bisakah aku melakukannya?).
 
 
Aku seharusnya bisa melakukannya sekarang.
 
 
Tapi, keraguan itu tetap tidak hilang.
 
 
Itu adalah sihir yang mengakibatkan Mikihiko menjadi lemah dan membuatnya ‘kehilangan kekuatannya’.
 
 
—Pada akhirnya, Mikihiko tidak punya kesempatan untuk menentukan. Dia tidak perlu membuat keputusan itu lagi.
 
 
Cahaya Psion yang kuat muncul dibelakang mereka bertiga, ular berkepala sembilan itu, terbungkus oleh cahaya itu.
 
 
Dari informasi tubuh, terbentuklah sebuah Rangkaian Sihir. Area sihir virtual muncul mendadak dalam informasi tubuh dengan koordinat yang jelas, daripada memborbardir membabi buta.
 
 
Tubuh ular berkepala sembilan itu meledak.
 
 
Hasilnya, rangkaian aktivasi di inti Kugutsu-shiki-oni hancur, yang berarti bahwa informasi sihir yang membentuk hewan itu sendiri sudah hilang.
 
 
Lumpur yang disemburkan setelahnya sudah bukan kutukan lagi. Itu sudah berubah kembali menjadi air kolam. Korosi yang terjadi di tubuh para pengguna Ninjutsu juga berhenti.
 
 
“Apa kau baik-baik saja?”
 
 
Mereka bertiga khawatir, dan berpikir ‘apa yang baru saja terjadi?’. Jawabannya ada tepat didepan mata mereka.
 
 
Celana kain hitam dan jaket merah tua, dengan boots hitam, itu adalah seragam SMA 3. Terlebih lagi, orang itu memegang CAD berbentuk pistol ditangan kananya. Setelah melihatnya, mereka bertiga segera mengenalinya.
 
 
“Ichijou Masaki.”
 
 
Leo menyebut namanya dengan terkejut.
 
 
Andalan SMA 3, dari Sepuluh Master Clan. Putra pertama Keluarga Ichijou berdiri didepan mereka bertiga.
 
 
Masaki melihat sekitar, khawatir dengan sergapan—sambil mengamati jika ada sihir yang diaktifkan di sekitar mereka. Dia memutuskan untuk menurunkan ketegangan diantara mereka setelah mengamati daerah itu sesaat tanpa menemukan apa-apa.
 
 
Didepan mereka, ada delapan orang terluka . Masaki juga menganggap kalau mereka bukanlah korban, tapi penyerang yang sudah dikalahkan, dan karena mereka tidak bisa bergerak, tidak ada gunanya bagi Mikihiko untuk memeriksa situasi disitu.
 
 
“Hmm? Kau dari SMA 1…”
 
 
Masaki ingat wajah Leo dan Mikihiko dari Monolith Code tahun lalu.
 
 
“Yoshida Mikihiko. Ichijou-kun, terima kasih bantuanmu.”
 
 
Namun, dia sepertinya tidak ingat nama mereka. Saat Mikihiko memperkenalkan dirinya, wajah Masaki terlihat lega.
 
 
“Tidak, sama-sama. Sebagai penyihir dari Sepuluh Master Clan, aku tidak bisa membiarkan penyalahgunaan sihir seperti ini. Tidak usah dipikirkan.”
 
 
“Tapi apapun yang terjadi kau sudah menyelamatkan kami. Itu hampir saja.”
 
 
“Ah, tidak…. Ngomong-ngomong, apa itu tadi?”
 
 
Perubahan topik yang mendadak mungkin membuatnya malu. Jika itu masalahnya, Masaki memiliki karakter yang berbeda dari Tatsuya, karena dia ‘pemalu’ – Namun, pembanding mereka kali ini mungkin tidak terlalu pantas.
 
 
“Kugutsu-shiki-oni dengan darah untuk membentuk monster dai air, sebuah sihir tipe golem.”
 
 
“Jadi itu SIhir Kuno?”
 
 
“Itu adalah tehnik yang disebut Houjutsusushi, yang biasanya digunakan oleh penyihir dari benua.”
 
 
Mendengar percakapan Mikihiko dengan Masaki, Erika memotong itu dengan nada yang tidak senang.
 
 
“Hey, bisakah kau menjelaskan masalah itu nanti? Houjutsu itu mungkin masih berada disekitar.”
 
 
Masaki segera melihat sekitar dengan waspada. Dia sepertinya lupa akan kemungkinan itu. Sebaliknya, Mikihiko menggelengkan kepalanya sebagai respon pada perkataan Erika.
 
 
“Tidak, tidak mungkin seperti itu.”
 
 
“Bagaimana kau bisa seyakin itu!”
 
 
Mikihiko mencoba untuk membuka mulutnya beberapa kali, sebelum menggelengkan kepalanya lagi.
 
 
“Lebih baik kita melihat saja daripada mendengar perkataanku. Ayo kita lihat.”
 
 
“Dari perkataanmu, apa kita sudah melumpuhkan pengguna Houjutsushi itu?”
 
 
Daripada menjawab pertanyaan Leo, Mikihiko hanya mengangguk.
 
 
“Apa kau tahu lokasinya?”
 
 
Tidak diminta, Masaki baru saja akan membuka mulutnya untuk kompain.
 
 
“Apa kau ikut, Ichijou-kun?”
 
 
Sebaliknya dia pun diundang, Masaki mengangguk.
 
 
Mereka naik ke hutan. Tidaklah susah bagi mereka untuk naik. Mereka bahkan tidak berkeringat sedikit pun saat mereka sedang mencari pengguna Houjutsu di hutan itu.
 
 
“Seperti yang kuduga. Aku mengerti apa yang terjadi, tapi ini masih belum terasa benar.”
 
 
Pengguna Houjutsu itu jatuh dengan wajahnya menghadap tanah.
 
 
“Apa dia mati…?”
 
 
Berbeda dengan Masaki, Leo tidak merasa takut jika dia dapat diserang dan berjongkok disamping pengguna houjutsu berambut putih itu untuk memegang lehernya.
 
 
“…Tidak ada denyut. Dia mati.”
 
 
Tak berperasaan, Leo terlihat berbeda. Dia bukan tidak sensitif sampai-sampai tersenyum sambil mengatakan seseorang mati, ini ada cara terbaik yang dapat dipikirkannya. Namun, ketenangan itu hilang seketika ketika mayat itu mulai bergerak.
 
 
Erika teriak melihatnya. Bahkan baginya, itu sudah tidak bisa dihindari.
 
 
“Ini adalah hasil dari sihir yang gagal. Sihir Kuno sistem ini memanipulasi boneka dengan roh dari penggunanya, konsekuensinya mereka tetap akan terhubung setelah sihir itu aktif.”
 
 
“Hoo. Sekali Sihir Modern diaktifkan, tidak akan ada arus balik informasi. Rangkaian Sihir Kuno sepertinya sedikit berbeda dibandingkan Sihir Modern.”
 
 
Mendengar perkataan Mikihiko, mulut Masaki terbuka terkejut. Segera setelah penjelasan itu, dia mengeluarkan maksud dari penjelasan Mikihiko.
 
 
“Dengan kata lain, orang ini terkena dampak setelah aku menghancurkan sihir yang menghubungkannya dengan monster itu, yang berakhir merusak rohnya….?”
 
 
“Itu bukan salahmu. Penyihir harusnya sudah sadar akan resiko itu. Terutama, jika dia ingn memanipulasi Kugutsu-shiki-oni sebanyak itu. Biasanya, konsekuensinya akan berlipat ganda. Sepertinya yang terlihat, memang itulah konsekuensi bagi penggunannya.”
 
 
“Jadi, cara kerjanya seperti itu.”
 
 
Ini bukanlah kali pertama bagi Masaki untuk melihat orang mati – bahkan membunuh, juga bukan pertama kalinya. Dia sudah merenggut beberapa nyawa, walaupun dia hanya dipaksa melakukan itu. Bahkan sekarang, me’Rupture’ monster air itu adalah pilihan yang benar.
 
 
Tapi, bahkan dengan semua pengalaman yang dimilikinya, dia masih belum bisa mengabaikannya, terutama saat dia melihat tatapan brutal orang tua itu.
 
 
“…Maaf, Yoshida. Membuatmu cemas.”
 
 
“Jangan dipikirkan. Kau sudah membantu kita sebelumnya.”
 
 
Masaki terpaksa tersenyum, Mikihiko juga menggelengkan kepalanya dengan tersenyum.
 
 
“Ichijou-kun, tolong nanti jelaskan kepada polisi.”
 
 
Mikihiko bermaksud membiarkan Masaki pergi, namun Masaki tidak setuju dengan perkataannya.
 
 
“Tidak, aku juga ikut. Sebaliknya, gadis disebelah sana, umm.”
 
 
“Namaku Chiba Erika, anak kelas dua SMA 1.”
 
 
Mendengar jawaban acuh Erika, Masaki sedikit mengedipkan matanya. Selain oleh adiknya, dia hampir belum pernah diperlakukan dinginoleh gadis seusianya.
 
 
“Maafkan aku. Aku Ichijou Masaki, anak kelas dua SMA 3.”
 
 
Lalu, itu mengingatkan Leo bahwa dia belum memperkenalkan diri, jadi dia melakukannya dengan nada yang terasa canggung.
 
 
“Senang bekerja sama denganmu. Anak kelas dua, SMA 1, Saijou Leonhart.”
 
 
Hanya seperti itu, dia mungkin berhasil menghilangkan kecanggungannya, dan mengerti apa maksudnya – Leo memperkenalkan dirinya kepada Masaki.
 
 
“Ichijou, kau pasti sudah punya rencana, bukan? Jangan menahan dirimu kembali hanya untuk kami, kami bisa mengatasi ini bertiga.”
 
 
“Jangan dipikirkan. Aku datang ke Kyoto sendirian. Aku datang untuk pemeriksaan kota untuk Kompetisi Thesis agar tidak terjadi insiden seperti tahun lalu. Jadi, aku bisa meluangkan waktuku.”
 
 
“Huh? Sebenarnya, tujuan kami juga sama denganmu. Umm, sekarang ayo kita melapor ke polisi dulu.”
 
 
Leo mengatakan itu setelahnya,
 
 
“Ah, Halo. Namaku Chiba Erika, anak kelas dua di SMA 1. Aku ingin berbicara dengan divisi kriminal. Kami diserang oleh beberapa penyihir… lokasinya…”
 
 
Saat mereka mendengar suaranya, Leo dan Masaki melihat satu sama lain dengan senyum kecut.
 
 
◊ ◊ ◊
 
 
Selagi kelomok Mikihiko bertarung di Pusat Konferensi Internasional Kyoto dibantu Masaki, kelompok Tatsuya sudah siap pergi ke Kuil Kiyomizu.
 
 
Tidak ada alasan dibalik pilihan Tatsuya ke kuil Kiyomizu terlebih dulu. Jika ada alasannya, itu karena mereka berpikir ada yang disembunyikan dibaliknya.
 
 
Dari fondasi dibalik Shogun pertama, keterlibatannya dalam Sakanoueno Tamuramaro, cerita menenangkan di wilayah Kanto oleh sihir, itu adalah tanah yang dipenuhi sejarah. Juga, keterlibatan Menteri Peradilan dalam urusan keagamaan di utara, Tatsuya bersiap-siap dan mencari beberapa informasi tentang Kyoto.
 
 
Kementerian peradilan masih belum menyetarakan dengan Teori Sihir Modern. –Dilihat dari sudut pandang anak kecil, Tatsuya tidak punya pilihan lain untuk mengerti ‘zen’ disamping ‘kebijaksanaan’.
 
 
Apapun yang terjadi, itu bukan prioritasnya untuk percaya pada yang di atas, dia tidak mengerti apa gunanya mempercayai sesuatu yang tidak bisa dilihat.
 
 
Gunung Otowa memiliki bukit yang panjang sampai ke Kuil Kiyomizu. Karena itu, mereka memutuskan untuk naik komuter setengah jalan, dan jalan kaki dari Takaya. Sebenarnya Minoru tidak tahu lokasi pastinya dan mengatakan, ‘ada markas tradisionalis di dekat sini’. Jadi, mereka memutuskan untuk mencari pelan-pelan jika ada bangunan yang mencurigakan.
 
 
Suasana ramai di tempat itu tidak berubah dari satu abad yang lalu. Walaupun jumlah dari turis asing sudah berkurang signifikan selama perang dunia, tapi dibawah program ‘Rediscover Japan’, jumlah turis meningkat lagi. Namun, tidak ada penduduk Jepang yang pergi ke luar negeri.
 
 
Terlebih lagi, sekalipun tempat ini masih rendah, kita sudah dapat merasakan kedamaian. Bukit itu dipenuhi oleh orang-orang dengan warna kulit yang berbeda, warna rambut yang berbeda, pemuja dengan warna mata yang berbeda.
 
 
“Ramai sekali…”
 
 
Perkataan itu keluar dari mulut Tatsuya.
 
 
“Tokyo masih lebih ramai, bukan?”
 
 
Minoru menjawab dengan pertanyaan.
 
 
Di saat itu, ada satu kejadian terjadi. Ini disebabkan karena kekaguman para turis perempuan terhadap Minoru. –Dan menakjubkannya, itu tidak hanya pada wanita ‘muda’.
 
 
Kelompok Tatsuya sudah menghindari keramaian sebelumnya, dia tidak ingin Miyuki dan Minami terkena masalah. Dia merasakan adanya hawa dingin jauh dibelakang mereka, untung saja jaraknya agak jauh dari mereka.
 
 
Tapi, Miyuki selalu berada disisi Tatsuya, dia tidak akan dikalakan orang lain dengan mudah. Tapi jika itu memang terjadi, Tatsuya akan melindunginya dengan seluruh kekuatannya.
 
 
Walau begitu, setelah dia sudah memastikan keadaan Miyuki, dia menjawab pertanyaan Minoru.
 
 
“Bahkan di Tokyo, tempat-tempat ramai pun tidak seramai ini. Dan jalanan tidak sepadat ini.”
 
 
“Kurasa bukan itu masalahnya… Apa mungkin ini karena jalan yang sempit?”
 
 
“Pastinya, ada juga masalah seperti itu.”
 
 
Tatsuya berbicara tentang kepadatan kendaraan bukan jumlah orang sekarang, tapi dia memilih untuk berhenti , karena ini tidak berhubungan dengan pekerjaannya.
 
 
“Ngomong-ngomong, Minoru, bisakah kita pergi ke Kuil Kiyomizu dulu?”
 
 
“Ya. Ada jalan didekat sini, itu masuk sampai kedalam hutan. Aku rasa mereka mungkin menyamar sebagai penjual suvenir dan pelayan café.”
 
 
“Maksudmu, kita hampir tidak perlu masuk.”
 
 
Segera Tatsuya melihatnya dengan penuh tekanan, seperti awan salju yang tebal berada diatas kepalanya. Ini sepertinya bukanlah salah konsep.
 
 
Tatsuya melihat ke kirinya.
 
 
“Onii-sama, apa ada masalah?”
 
 
Miyuki tersenyum kepadanya dengan anggun.
 
 
Apa itu hanya perasaanku saja… lelaki lain pasti berpikir seperti itu.
 
 
Namun, Tatsuya tidak akan tertipu seperti itu. Dia melihat Miyuki tanpa menunjukkan keraguan sedikit pun.
 
 
“Apa kau ingin memeriksanya?”
 
 
Mata Miyuki melihat sekitar. Tapi hanya sesaat.
 
 
“Karena kita sudah disini.”
 
 
Maknanya benar-benar jelas, bagaimanapun cara dia menutupinya.
 
 
Tatsuya berpikir bahwa dia mungkin perl untuk mengatur ulang jadwalnya hari ini.
 
 
‘Kiyomizu no vbutai kara tobioriru’, elihat koto Kyoto dari kuil Kiyomizu yang terkenal. Tatsuya sedikit melihat ke arah kota dan sedikit merasakan Psion dari seorang penyihir. Selama dia adalah penyihir, dia dapat memberikan petunjuk kepada Tatsuya, bahkan lebih dengan Elemental Sight, yang fokus pada pendeteksian Psion di tempat yang tak terlihat. Itu dapat memproses data dalam jumlag besar dalam jangka waktu tak terbatas sampai dia menemukan hasil yang diinginkannya. Namun, Tatsuya masih belum bertemu Zhou Gongjin, hanya dari foto tidaklah cukup.
 
 
Untuk menghentikan jalan-jalan mereka yang tidak berguna, Tatsuya berbicara kepada Minoru yang juga sedang melihat kearah kota.
 
 
“Apa kau menemukan sesuatu?”
 
 
“Tidak, aku hanya melamun… Bagaimana akhirnya, Tatsuya-san?”
 
 
“Seperti biasa.”
 
 
Setelah mengatakan itu, Tatsuya menghadap Miyuki dan Minami.
 
 
Dua orang itu sedang memegang pegangan tangga dengan erat, saat melihat kebawah. Mereka berdua bukanlah tipe orang yang akan membuat keributan, tapi ketinggian dapat membuat mereka gelisah. Tapi, dari perspektif Tatsuya, mereka terlihat seperti menikmati waktu mereka, dan lupa dengan tugas mereka.
 
 
“Aku sudah memeriksa semua tatapan pada Miyuki, tapi tidak ada yang mencurigakan.”
 
 
“Itu…maafkan aku menambah pekerjaanmu.”
 
 
Tatapan tak terhitung kepada Miyuki berasal dari pria-pria disekelilingnya.
 
 
Jumlahnya hampir sama dengan tatapan yang diterima Minoru dari para wanita.
 
 
Minoru juga sadar akn itu. Itu tidak narsis, tapi memang fakta. Minoru juga mengerti bahwa itu hanya akan meningkatkan besarnya informasi yang akan diproses.
 
 
“Tidak, aku sudah terbiasa.”
 
 
Namun, bagi Tatsuya, ini adalah tugas sehari-hari tanpa perlu adanya tenaga tambahan untuk melakukannya. Tapi tetap saja, dia haya memeriksa tatapan yang menuju Miyuki. Pada kasus ini, mungkin ada pandangan tidak suka tertuju padanya, dan juga tatapan pada Minoru, bahkan Tatsuya sendiri tidak beranis mengatakan ini.
 
 
Dan yang lebih merepotkan adalah Minoru mungkin dianggap sebagai musuh oleh Tradisionalis.
 
 
“Mungkin tidak ada gunanya kita terus seperti ini.”
 
 
Setelah Tatsuya mengatakan itu, bahu Minoru turun. Dia pasti menyalahkan dirinya sendiri karena sudah membuat situasi ini, dia terlihat seperti anak anjing yang telah dimarahi.
 
 
Kalau itu adalah emosi yang sangat kuat, bahkan Tatsuya pun dapat merasakannya, bahkan jika perasaan mereka tidak ditujukan kepadanya. Perasaan dari orang yang lebih mudah darinya.
 
 
“Ah, tidak, ini bukan salahmu. Kau sudah sangat membantu hari ini. Hanya saja, keadaannya lebih parah dari yang kuduga.”
 
 
Minoru tersenyum malu mendengar perkataan Tatsuya.
 
 
Suara-suara gesekan dari pegangan tangan, pilar, dan juga suara kaki didengarnya. Tatsuya tidak perlu melihat apa yang terjadi, dia sudah mengetahuinya apa yang terjadi.
 
 
Namun, Miyuki penasaran dengan pembicaraan itu. Dia meluruskan pandangannya pada Tatsuya, da segera memutuskan apa yang akan dilakukan.
 
 
Miyuki medekat ke Tatsuya dan Minoru. Dia menegur Tatsuya dan menutupi Minoru.
 
 
“Onii-sama, jangan menindas Minoru.”
 
 
Minoru pastinya tidak akan memikirkan apa yang dikatakan Tatsuya, tapi Miyuki benar-benar tidak terima.
 
 
Tidak, hasilnya berbanding terbalik dari yang dimaksudnya.
 
 
Seorang gadis cantik yang melindungi seorang anak laki-laki yang juga cantik.
 
 
Orang-orang yang menatap Miyuki, dan perempuan yang menatap Minoru, terdiam seketika.
 
 
Atmosfer canggung itu sepertinya menarik perhatian para pemuja kuil dan para turis.
 
 
Terlepas dari apa yang mereka lakukan, mata semua orang tertuju pada mereka.
 
 
Waktu sedang berhenti di Kuil Kiyomizu.
 
 
Tatsuya melihat sekitarnya dan bingung terhadap situasi ini. Dia merasa bahwa ini adalah perubahan besan, tapi dia tidak bisa menyangkal kenyataan bahwa apa yang terjadi didepan matanya.
 
 
Para turis wanita, menatap Minoru. Tapi, masih ada beberapa yang tidak.
 
 
Para turis pria, menatap Miyuki. Walaupun, ada beberapa yang tidak menatap Miyuki dari turis wanita yang juga tidak menatap Minoru. Dasar orang aneh, kata Tatsuya dalam hati. Dia adalah pria yang telah merusak batasan moral, lebih tepatnya dia tidak bisa merasa bersalah saat membunuh tapi memiliki etika umum dengan lawan jenis. Dia memiliki hasrat seperti itu tapi tidak suka dengan nafsu fisik.
 
 
Itu juga tidak nyaman karena tempatnya tidak cocok—itu tidak mempengaruhi apapun karena objek yang sedang dipandang oleh banyak orang bukanlah dirinya, tapi seseorang yang diketahuinya—Tatsuya berikir bagaimana caranya untuk pergi dari tempat itu.
 
 
Karena itu, dia memutuskan untuk mengivestigasi orang yang dicurigainya lagi. Lebih baik menghindari masalah sebelum dibuntuti oleh mereka nanti.
 
 
Sepanjang jalan, Tatsuya merasakan adanya pandangan yang berasal dari orang luar negeri.
 
 
Itu tidaklah aneh, tapi orang luar negeri.
 
 
Orang itu, menatap Minoru.
 
 
Dia benar-benar tegang, seperti orang lain.
 
 
Hanya saja,
 
 
Tidak berperasaan,
 
 
Tidak berkeinginan,
 
 
Kurang menghargai,
 
 
Lebih merasa jijik.
 
 
Wajah orang itu menunjukkan ‘mengapa aku perlu memata-matai anak seperti itu’.
 
 
(Bukankah ini suatu penghinaan terhadap pencapaian hebatku?)
 
 
Kali ini, pikiran Tatsuya berpikir dan memikirkan kata-kata seperti itu.
 
 
“Minoru, Miyuki, Minami. Ayo kita pergi.”
 
 
Tatsuya tidak menunggu jawaban mereka sebelum lanjut berjalan di jalan yang mereka lalui sebelumnya.
 
 
Miyuki mengerti maksud Tatsuya dengan segera, dia mengikuti kakaknya tanpa bertanya sedikit pun.
 
 
Minami menunjukkan wajah bingung untuk sesaat, tapi dia memilih untuk mengikuti Miyuki segera setelahnya.
 
 
Namun, Minoru tidak mengerti maksud Tatsuya tanpa bertanya. Dia segera berjalan untuk mengejar Minami, sementara Miyuki sedang berjalan disamping Tatsuya.
 
 
“Tatsuya-san, mengapa kau tiba-tiba…?”
 
 
Selama dia tidak menggunakan sihir untuk memantau mereka, Minoru dapat mendeteksi mereka. Dinilai dari penampilannya, dia tidak bisa apa-apa selain peka terhadap pandangan orang-orang.
 
 
Kemungkinan besar, orang yang sedang memantau Minoru bukanlah penyihir, daripada menyimpulkan dia tidak menggunakan sihir. Kita semua tahu tentang penyihir tradisionalis, jadi seorang penyihir pribadi yang bukan penyihir mungkin bisa mengelabuhi kita. Tatsuya pikir bahwa ini adalah sudut pandang yang sedikit menarik.
 
 
Tatsuya mengeluarkan terminal informasinya dan stylus dari kantongnya daripada menjawab Minoru. Dia menulis dengan stylus itu di layar terminalnya dari ujung ke ujung. Tulisan tangannya sudah diubah menjadi karakter digital. Minoru membaca apa yang ditulisnya di layar.
 
 
“Aku menemukan seseorang yang sedang mengikuti kita. Pura-pura saja kau tidak sadar dirinya disana.”
 
 
‘Aku menyadarinya, tapi aku tidak bisa menentukannya’, Minoru mulai melihat kanan kiri dengan khawatir.
 
 
Terus terang, itu sangatlah buruk. Tatsuya memastikan ulang pemikirannya, ‘sesuai dugaan, sepertinya dia tidak mendapat latihan apapun selain sihir’, setelah sedikit melihat Minoru.
 
 
Mengkesampingkan itu, ‘pura-pura tidak sadar’ sepertinya untuk membuat penguntit itu berpikir bahwa target nya bahkan tidak ‘berpura-pura sadar’. Apa itu percaya akan kemampuannya, atau hanya menunjukkan kemampuan kelas dua nya. Orang yang sudah ditarget oleh Tatsuya, sedang membuntuti Minoru selagi menjada jarak dari mereka.
 
 
Tatsuya keluar dari jalan ke ‘kuil bagian dalam’ menuju ‘Air Terjun Otowa’, dan menunggu dipertigaan menuju ‘Menara Koyasu’.
 
 
Dia kembali melihat Miyuki dan yang lain. Sudah biasa bagi mereka untuk membicarakan apa mereka akan menangkap penguntit yang sudah berada didepan mereka.
 
 
Dia berhenti seperti yang dipikirkan Tatsuya. Penguntit itu mengeluarkan kamera kecil, dan mulai untuk melihat keadaan aula utama dari bawah. Itu tidaklah aneh untuk dilakukan oleh turis. Tapi, biasanya memfoto dengan komposisi yang sama. Dia tidak sadar dengan tatapan kejam Tatsuya. Orang itu meneruskan langkahnya menuju ke ‘Air Terjun Otowa’.
 
 
“Hey, kau.”
 
 
Tatsuya berteriak pada orang yang dibelakangnya.
 
 
Penguntit itu lari dengan terkejut. Namun, dia berpura-pura tidak sadar selagi mencoba untuk keluar dari tempat itu.
 
 
“Apa kau tidak mendengarku, kau yang disana!”
 
 
Tatsuya segera mendekati penguntit itu. Sebenarnya, wajah Tatsuya sudah tajam, karena itu, Tatsuya menunjukkan wajah marah. Turis disekitar itu segera menujukan pandangan mereka kepada Tatsuya.
 
 
“Ap-apa kau butuh sesuatu denganku?”
 
 
Penguntit itu melihat kembali Tatsuya dengan ketakutan. Pada pandangan pertama, terlihat seperti orang baik-baik yang sedang diamcam oleh murid nakal. Kelakukan penguntit itu menjadi orang baik-baik pantas untuk diberi nilai tinggi. Jika Tatsuya sendirian, semua yang disekitarnya akan menjadi sekutunya.
 
 
“Bukankah kau baru saja merekam kami dengan kamera mata-matamu?”
 
 
Pada kalimat itu, pandangan-pandangan orang ditempat itu beralih menuju ke penguntit itu. Tinggi kemungkinannya, mengingat Miyuki adalah seorang gadis yang cantik dan Minoru juga cantik, tidak ada orang yang ragu kalau seseorang akan melakukan itu.
 
 
“Tuduhan tak beralasan! Apa buktinya.”
 
 
Orang itu berteriak pura-pura tidak bersalah, tapi situasinya tidak berpihak padanya dan lebih memojokkannya. Para pengunjung lain pun sepertinya sudah melihat kamera yang dibawanya, penguntit itu segera memasukkan kameranya kedalam tas dengan ketakutan. Kelakuannya membuat semua orang lebih curiga lagi kepadanya.
 
 
“Tidak peduli itu tuduhan tak beralasan atau apapun, petugas keamanan yang akan menyelesaikan ini denganmu.”
 
 
Tatsuya segera mengatakan itu. Dan para pengunjung disekitar mereka semua setuju dengan perkataan Tatsuya.
 
 
Penguntit itu berlari dan menabrak kerumunan orang disekitarnya. Dia pasti sedang menghindari Tatsuya.
 
 
Kurang dari 10 meter menuju gerbang, Tatsuya menghadapi orang itu.
 
 
Tatsuya membawa kembali penguntit itu. Tapi, Minoru memotong saat dia baru saja akan melaporkan orang itu kepada petugas keamanan, mengatakan ‘orang ini juga punya kehidupan, kasihan jika kita menyerahkannya ke polisi hanya untuk masalah seperti itu’.
 
 
Pria itu malu, dengan wajah cemberut menatap Tatsuya dan melihat kebawah berulang-ulang.
 
 
Tatsuya menatapnya kembali dengan tak berperasaan.
 
 
Orang itu terjatuh dengan tatapannya, seperti jika dia sedang melihat suatu zat inorganik.
 
 
“Apa yang akan kau lakukan kepadaku?”
 
 
“Kita akan menyelesaikan masalah ini secara pribadi.”
 
 
Setelah mendengar jawaban Tatsuya, wajah orang itu dipenuhi kecurigaan.
 
 
“Apa kau tahu ini sudah berlawanan dengan etika profesional? Siapa bos mu?”
 
 
Mata orang itu melihat kanan kiri. Seperti jika dia sedang mencari jalan melarikan diri. Sebenarnya kelompok Tatsuya tidak sedang mengancamnya, tapi Tatsuya memilih untuk membawa orang itu menjauhi gerbang.
 
 
“….Apa maumu?”
 
 
Salah satu asumsi Tatsuya adalah itu, orang itu memilih untuk ‘pura-pura bodoh’.
 
 
“Apa kau tahu kalau dia adalah keturunan langsung dari Sepuluh Master Clan, puncak dari masyarakat sihir Jepang?”
 
 
Mata orag itu tidak berubah. Tapi seputih saat dia tahu hal ini.
 
 
“Bos mu tahu kalau kita adalah penyihir. Itulah alasan dia memperkerjakan seorang detektif non-penyihir.”
 
 
Tatsuya merentangkan tangannya dengan tatapannya selagi mengatakan itu.
 
 
Tubuh orang itu terlihat gemetaran. Tatsuya masih memasang wajah tidak berperasaannya, hanya dengan senyuman diujung bibirnya.
 
 
“Penggunaan sihir sembarangan dapat membuatmu ditangkap!”
 
 
Miyuki tertawa dengan anggun. Dia berpikir mungkin orang itu sudah ‘kehabisan akal’.
 
 
Tapi, dimaat penguntit itu, itu adalah senyuman kejam dari seorang penyihir.
 
 
CAD penyihir dan perlengkapan sudah umum dikalangan masyarakat non-sihir sebagai OOPARTS. Pengetahuan umum publik tentang sihir hanya sebatas puncak seperti ‘menggunakan sihir dengan alat yang ditaruh di pergelangan tangan’. Karena itu, dia salah paham dengan gestur dan tatapan Tatsuya sebagai sikap siap untuk menggunakan sihir.
 
 
“Aku hanya akan bertanya sekali lagi.”
 
 
Tatsuya mengaktifkan Psion nya. Pada tingkat ini bahkan tidak bisa dikatakan sebagai sihir dengan sensor. Namun, gelombang Psion yang keluar dari dirinya mungkin menunjukkan karakter asi dari non penyihir terhadap tekanan mental.
 
 
“Dimana bos mu?”
 
 
Orang itu tidak menjawab. Bahkan jika dia keras kepala tidak mau menjawab, dia memiliki profesionalisme yang tinggi.
 
 
Tapi, dia sudah sampai dibatasnya. Seseorang tidak akan bisa bertahan dari ketakutan terhadap sesuatu yang tidak diketahuinya untuk waktu yang lama. Seseorang mungkin dapat menahan ketakutan dari sumber yang jelas, tapi, saat seseorang menghadapi sesuatu yang tidak diketahuinya, hal itu dapat dengan mudah membuatnya merasa panik.
 
 
“Aku mengerti, sayang sekali.”
 
 
Tatsuya menggerakkan jarinya menuju jam tangannya. Jam tangan multi funsi itu terhubung dengan terminal informasi tapi itu hanya sebagai perlengkapan saja. Mereka tidak bisa membantunya menggunakan sihir—.
 
 
“Aku mengerti! Kuberitahu kau.”
 
 
Orang ini bukanlah penyihir, jadi dia seharusnya tidak dapat mengerti apa yang dilakukan Tatsuya.
 
 
“Apa dia disini?”
 
 
Orang yang sudah tidak kuat mentalnya itu menuntun mereka menuju ke sebuah toko tofu dekat kuil.
 
 
“Ah, aku tidak berbohong.”
 
 
Orang itu cepat-cepat berbicara, selagi menatap Tatsuya.
 
 
“Hey? Bukankah ini sudah cukup? Aku hanya seorang pengintai, seperti yang dikatakan ani itu, aku hanya melakukan permintaan untuk melapor tentang apa yang kau lakukan disini. Aku tidak tahu apapun selain itu.”
 
 
“Dibandingkan itu, kau sepertinya cukup tahu rumah bos mu.”
 
 
Jika seseorang melakukan tugas seperti itu, orang itu pasti akan menutupi identitasnya. Setidaknya, ini apa yang akan kulakukan, adalah apa yang sedang dipikirkan Tatsuya.
 
 
“Ya, aku tidak ingin melakukan hal-hal berbahaya. Industri detektif zaman sekrang sudah tidak terlalu bebas.”
 
 
“Ini dunia yang berat.”
 
 
“Oh, itu memang seperti itu….”
 
 
Tatsuya tertawa kecil. Detektif itu bukanlah imam. Itu bukan seperti dia tidak cocok untuk pekerjaan jujur tapi dia mungkin cocok dalam pengumpulan informasi.
 
 
“Aku mengerti. Kerja bagus.”
 
 
Orang itu menunjukkan ekspresi tidak percaya. Dia tidak menduga akan mendengar perkataan itu sejak dia diinterogasi.
 
 
“….Apa tidak apa-apa?”
 
 
“Aku sudah mengatakannya.”
 
 
“Kau tidak akan menyerangku dari belakang bukan atau semacamnya?”
 
 
“KAu sudah terlalu banyak menonton drama.”
 
 
Tatsuya menjawab dengan senyuman kecut pada pertanyaan orang itu. Itu sepertinya sudah menenangkan musuhnya walaupun jawaban itu berasal dari seorang anak SMA.
 
 
“Aku-aku mengerti. Kalau begitu aku pergi dulu.”
 
 
Namun, apa yang tidak dikatakan Tatsuya menunjukkan bahwa dia tidaklah baik dengan orang.
 
 
“Aku tahu apa yang kau pikirkan. Mudah sekali untuk mengetahui dimana kau tinggal, lebih baik katakan sekarang, jika kau masih memiliki sesuatu untuk dikatakan.”
 
 
Wajah orang itu dipenuhi ketakutan.
 
 
“Ba-bahkan untuk seorang penyihir, hal seperti itu….”
 
 
“Mengapa kau berpikir seperti itu?”
 
 
Orang itu menggelengkan kepalanya dengan penuh putus asa.
 
 
“Aku tidak berbohong! Itu kebenarannya, percayalah padaku!”
 
 
“Kalau kau tidak berbohong, lalu kenapa kau begitu ketakutan.”
 
 
Orang itu sepertinya tersandung ketika dia mencoba untuk berlari menuju kuil.
 
 
Minoru terkejut dengan cara Tatsuya menangani orang itu, Miyuki menegurnya terhadapa nada yang digunakannnya kepada penguntit itu.
 
 
“Onii-sama, bukankah kau sudah kelewatan mengerjainya?”
 
 
Tatsuya melihat kebawah dengan muka yang seakan-akan mengatakan ‘sayang sekali’.
 
 
“Aku tidak punya maksud mengerjainya. Aku bahkan tidak berpikir kalau aku bisa memaksanya untuk berbicara menggunakan sihir. Yang paling penting, aku bisa melakukan Sihir Pengganggu Mental.”
 
 
“Apa itu alasannya kau menggunakan sikap mengancam?”
 
 
“Itu benar.”
 
 
“….Tapi, itu memang terlihat seperti kau sedikit menikmatinya.”
 
 
“Apa itu memang diperlukan? Ngomong-ngomong, yang paling penting kita masuk kedalam.”
 
 
Miyuki masih memaksakan pendapatnya, tapi Tatsuya masuk ke dalam toko tanpa menunggunya.
 
 
“Selamat datang!”
 
 
Suara riang terdengar menyambut Tatsuya. Itu adalah pelayan yang sedang menggunakan kimono, dia berusia dua puluhan akhir sampai awal tiga puluhan. Walaupun Tatsuya pikir sikap yang sopan akan cocok dengan penduduk lokal, dia bertanya-tanya apa itu hanya perasaannya.
 
 
“Meja untuk empat orang?”
 
 
Tatsuya baru saja akan menggelengkan kepalanya dan mengatakan ‘tidak’ kepada pelayan itu, tapi menemani Miyuki dan Minami saat mereka sedang melihat-lihat suvenir dengan antusian, dia sadar kalau itu sudah jam makan siang.
 
 
Lebih jauh lagi, saat Tatsuya memeriksa Eidos, sepertinya ada beberapa penyihir dibelakang toko ini. Untuk alasan tertentu, mereka sepertinya tidak menyembunyikan diri mereka. Karena itu, Tatsuya menyimpulkan kalau mereka tidak akan melarikan diri selagi kelompoknya makan siang.
 
 
“Ya.”
 
 
Dengan anggukannya, pelayan itu menjawab dengan suara yang riang, mengatakan ‘silahkan, lewat sini’. Tatsuya pikir—profesionalisme yang menakjubkan, tidak terlalu memperhatikan Minoru, tiga yang lain mengikuti Tatsuya dari belakang. pelayan itu memandu mereka ke kursi tatami.
 
 
“Apa yang ini?”
 
 
Walaupun Tatsuya lebih senang dengan model yang lebih modern, sejauh yang dilihatnya, mereka semua sudah ditempati. Dia kembali melihat tiga yang lain, untuk mengetahui apa mereka setuju. Tatsuya, lalu, setuju untuk duduk disitu.
 
 
“Tolong panggil kami kalau kau sudah siap memesan.”
 
 
Tatsuya mengangguk, dan pelayan itu pergi.
 
 
“Untuk sekarang, bukankah lebih baik kita makan dulu?”
 
 
“Umm, apa ini tidak apa-apa?”
 
 
Minoru menunjukkan ekspresi khawatir selagi bertanya kepada Tatsuya.
 
 
“Menurutku, tempat ini dari luar terlihat seperti toko biasa untuk bisnis.”
 
 
“Tapi.”
 
 
“Jika makanannya diracuni, aku pasti akan segera menyadari itu. Terlebih lagi, aku sudah berhasil melihat sedikit bos penguntit itu. Jika dia mencoba untuk lari, aku akan segera mengejarnya.”
 
 
Minoru tersentak kaget.
 
 
“Tatsuya-san, kau yakin bisa melakukan itu.”
 
 
Tatsuya hanya bisa tersenyum mendengar perkataan Minoru.
 
 
“Aku tidak bisa melakukan banyak hal. Yang lebih penting, bagaimana kau bisa percaya dengan yang kukatakan dengan mudah?”
 
 
“Aku tidak bisa percaya itu.”
 
 
Dia masih berpikir tentang kalimat ‘Aku tidak bisa melakukan banyak hal’ terlalu dalam,
 
 
“Maksudku, tentu saja kau percaya padamu.”
 
 
Dia bermaksud untuk bertanya ‘apa tidak apa-apa aku percaya padamu?’ tapi berakhir dengan menjawab pertanyaan Tatsuya, Minoru segera mengatur ulang perkataannya.
 
 
Miyuki sedikit tertawa dan tersenyum mendengarnya.
 
 
Minoru sedikit tersipu.
 
 
“Miyuki-neesama.”
 
 
Tidak seperti biasanya, Minami menggunakan nada yang seperti menegur Miyuki.
 
 
“Aku sangat minta maaf, Minoru-kun. Ini terjadi karena tidak ada laki-laki yang bereaksi seperti itu saat berada disekitarku dan Onii-sama.”
 
 
“Cara kau mengatakannya, membuat itu terdengar seperti hal yang aneh.”
 
 
Mendengar perkataan Tatsuya, Miyuki tertawa lebih keras sedikit.
 
 
“Onii-sama. Kau terdengar seperti kalau kau itu normal, untuk saat ini.”
 
 
Tatsuya melihat Minoru dan mengangkat bahunya.
 
 
Masih tersipu, Minoru juga mulai tertawa.
 
 
Tatsuya dan Minoru memesan Yudoufu, sementara Miyuki dan Minami memesan Yuba Nabe.
 
 
Berbicara tentang Yudoufu, Tatsuya telah disibukkan pikiran tentang Nanzenji, tapi ia yakin bahwa itu hanya kurangnya penelitian dalam merespon penjelasan Minoru. Yang paling penting, dia tidak datang ke sini untuk tur, jadi tidak ada tujuan meneliti yang banyak.
 
 
Mereka menikmati waktu mereka, dan makan siang dengan tenang. Tatsuya melakukan sedikit perubahan jadwal di pikirannya. Makanan utama adalah Yuba Nabe. Susu kedelai yang hangat dan mie di permukaan tusuk bambu. Proses itu senditi membutuhkan waktu yang panjan. Apa dia sudah menyadarinya, dia pastinya kan bertanya kepada mereka tentang hal lain, tapi itu sudah terlambat. Pada akhirnya, mereka memakan waktu lebih dari sejam sejak mereka masuk ke dalam toko hingga dia memanggil pelayan itu.
 
 
“Sebenarnya, Kudou-san dari Ikoma sudah datang memperkenalkan dirinya, apa bisa kau panggilkan suamimu?”
 
 
“Kudou-sama dari Ikoma, katamu? Tolong tunggu sebentar selagi kami memanggil manager.”
 
 
Pertama, dia menyebut dirinya sendiri dengan nama samaran, untuk memanggil manager toko itu. DIa bertanya-tanya jika ini adalah hal biasa, saat pelayan itu segera perfi kebelakang tanpa bertanya lebih lanjut.
 
 
Mereka tidak menunggu terlalu lama.
 
 
“Pelanggan, aku sudah membawa hidangan pembuka. Maaf membuatmu menunggu.”
 
 
“Terima kasih.”
 
 
Tanpa mengatakan apa-apa kepada pelayan itu, Tatsuya berdiri dari tempatnya.
 
 
Meskipun itu bukan ruang tamu, ruang tunggu itu dikombinasikan antara gaya Barat dan Timut. Tidak ada sofa ataupun meja, sebaliknya ada kursi kayu dengan tempang lengan yang dilengkapi dengan meja yang dipernis. Semuanya disitu mengerti bahwa furnitur disitu jauh lebih mahal daripada sofa kelas tinggi,
 
 
Menager toko itu—adalah seorang penyihir kuno, dan dia tidak duduk di kursi. Dia menutup pintu geser itu, sebelum membungkuk dengan dalam. Dia sama sekali tidak menunjukkan sikap tidak sopan didepan mereka.
 
 
Tastuya tidak yakin jika dia sedang mengenakan kostum master teh atau baju sopan untuk menyambut tamu. Tanpa lama-lama melihat manager itu, dia duduk di samping kiri seperti yang disarankan.
 
 
Meja itu cukup untuk enam orang, jadi masih ada beberapa kusi kosong. Tatsuya duduk di tengah, dengan Minoru duduk dibelakangnya, dna Miyuki disampingnya, dan kursi didepan pintu digunakan oleh Minami.
 
 
Mereka kembali bertemu dengan manager itu sekali lagi. Wajahnya dipenuhi kerutan yang membuatnya terlihat seperti berusia lima puluhan. Walaupun penampilan tidak bisa terlalu dipercaya, karena ada beberapa penyihir yang menua sangat cepat, yang paling penting, usia bukanlah faktor penting. Seseorang bisa saja berdiri sebagai pemimpim karena kemampuannya, itu sama juga bahkan untuk organisasi non-sihir. Faktanya, tidak hanya Tatsuya, Minoru, atapun Miyuki memperdulikan usianya.
 
 
“Aku tidak pernah menyangka bahwa kau akan memiliki kesempatan untuk bertemu dengan anggota keluarga Kudou.”
 
 
Penyihir tradisionalis itu, tiba-tiba berbicara. Dia bahkan tidak mengorek-ngorek informasi tentang identitas kelompok Tatsuya. Jika Tatsuya harus katakan, dia jujur, tapi, Tatsuya melihat adanya kekurangan.
 
 
“Aku tidak akan bertanya dari mana kau datang. Jadi tolong tinggalkan masalah perkenalan.”
 
 
Miyuki dan Minami berpikir bahwa itu masuk akal, tapi.
 
 
Tatsuya, sebaliknya, menyipitkan matanya degan wajah curiga untuk melihat niat aslinya.
 
 
“…Apa maksudmu kau tidak memiliki maksud berbahaya terhadap kami?”
 
 
“Aku tidak punya niat untuk bermasalah dengan orang-orang yang berhubungan dengan ‘Sembilan’.”
 
 
“Kalau begitu maafkan kekasaran, tapi kau adalah anggota dari tradisionalis, bukan?”
 
 
Penyihit itu menghela napas.
 
 
“Ya, aku shaman tradisionalis.”
 
 
“Shaman?”
 
 
Orang yang terkejut setelah mendengar itu adalah Minoru dan bukan Tatsuya.
 
 
“Lebih dari setengah biksu Buddhisme tidak terbiasa dengan SHugenja ataupun Onmyouji.”
 
 
Shaman itu mengatakannya dengan sedikit mendengus. Tanda-tanda harga diri terlihat dimatanya, dan dia segera menghentikan keraguan dan sikap sedihnya.
 
 
“Jadi, bukankah tradisionalis terbentuk dari kebencian terhadap Laboratorium Ke-9, termasuk penyihir dari keluarga Kudou? Intinya, bukannya faksi tradisionalis terbentuk sebagai pembalasan terhadap Laboratorium Ke-9?”
 
 
Tatsuya kembali ke topik asal. Itu bermanfaat bagi Tatsuya untuk bertemu orang ini disaat yang seperti ini.
 
 
“Pada awalnya, aku juga marah dengan cara Institut Ke-9 mengatasi masalah. Aku pikir suatu hari aku akan membalaskan dendamku. Dibandingkan dengan yang lain, kemarahanku cukup dalam, jadi beberapa sekte menjadikanku sebagai pemimpin dari kuil yang bukan milikku.”
 
 
“Itu seperti jika kau bukanlah pemimpin asli yang bertugas.”
 
 
“Aku sudah memikirkannya… Walaupun, sampai hari ini, aku belum memberitahu siapapun.”
 
 
Tatsuya merasakan adanya ketidakrelaan untuk mendiskusikan masalan ini, dan menunggu diam untuk kalimat selanjutnya dikatakan orang itu.
 
 
“Pertama kali, aku berpikir tentang pembalasan. Walaupun itu hampir mustahil. Namun, itu hanya karena Institut Ke-9 menggunakan diriku, itu bukan seperti aku berniat untuk mengkhianati tanah airku.”
 
 
“Selagi di topik ini, mengapa kau menerima pengguna Houjutsu buangan?”
 
 
Penyihit tua itu mengangguk pada pertanyaan Tatsuya.
 
 
“Aku sudah tidak mengikuti jalan Nara. Setelah mereka memutuskan untuk menjadi shishi shinchuu nomushi, …dengan menggunakan sihir dari benua. Bagi penyihir Jepang untuk menaruh kesetiaan mereka kepada orang luar Jepang, tidak, aku bahkan mengatakan bahwa mereka tidak memiliki kesetiaan kepada tanah air mereka sendiri.”
 
 
Minoru menjadi sedih setelah mendengar perkataan shaman itu, tidak salah lagi, karena dia tahu apa yang dilakukan pendahulunya.
 
 
“Apa mereka memiliki pilihan lain, saat ideologi negara mereka tidak cocok dengan kepercayaan meraka?”
 
 
Shaman itu dengan tatapan serius menggelengkan kepalanya pada perkataan Tatsuya.
 
 
“Kesetiaan bukanlah masalah ideologi. Ini masalah sentimen.”
 
 
Tatsuya mengangguk mendengar jawaban itu.
 
 
“Aku mengerti. Itulah mengapa kau memutuskan hubunganmu dengan tradisionalis di Nara, karena kau ingin untuk berhenti menyalahkan Institut Ke-9.”
 
 
“Ya. Waktu adalah penyembuh terbaik. Waktu menyembuhkan semua luka. Walaupun itu sebenarnya tidak tertahankan.”
 
 
“Aku rasa ada beberapa luka yang tidak bisa disembuhkan oleh waktu, tapi.”
 
 
“Luka yang tak tersembuhkan, adalah hanyalah luka yang kembali terbuka ditempat dimana itu baru saja disembuhkan. Kecuali kau terus menuang bensin ke api, itu akan menghilang sebelum makin parah, ini adalah situasi yang sama.”
 
 
Tatsuya menghela napas.
 
 
“Mari kita berhenti membahas filosofi abstrak ini.”
 
 
Dia melanjutkan untuk menatap mata penyihir tua itu.
 
 
“Apa yang harus kita lakukan agar kau tidak menganggap kita sebagai musuhmu?”
 
 
Berlawanan dengan perkataan Tatsuya bahwa dia tidak bisa percaya dengan omong kosong, kali ini penyihir tua itu sedikit menghela napas.
 
 
“Dari apa yang bisa kulihat, kau bahkan belum 20 tahun, hal apa yang menuntunmu sampai masuk ke hal seperti ini.”
 
 
Miyuki dan Minami sedikit merubah ekspresi wajah mereka. Pastinya, Tatsuya belum berumur 20 tahun, namun perkaaan ‘belum 20 tahun’ tidak biasa ditujukan kepada anak SMA.
 
 
Namun, orang yang sedang ditanyakan, Tatsuya, tidak terlihat terganggu dengan itu.
 
 
“Bukankah ini karena pendekatan realistismu yang kau bicarakan dengan kami?”
 
 
Manager toko itu, yang merupakan anggota tradisionalis, menghela napas dengan gestur yang membuatnya terlihat seperti dia makin tua beberapa tahun dalam seketika.
 
 
“Aku mulai merasa kalau pemikiranku tidaklah salah. Orang-orang berkata bahwa dia adalah detektif handal, tapi pada akhirnya, itu semua hanyalah rumor, atau memang terlalu berat baginya untuk berhadapan dengan keluarga Kudou.”
 
 
Tatsuya tidak berpikir kalau detektif yang dikirim itu handal. Namun, dia sedang berpikir bahwa dia seharusnya mengatakan sesuatu. Dia memutuskan untuk membicarakan hal yang berguna baginya.
 
 
“Tadi, kau katakan bahwa kau tidak menerima resiko memperkerjakan pengguna Houjutsu. Bisakan kau menunjukkan kalau itu bukan hanya sebuah omong kosong?”
 
 
“Apa boleh aku tahu mengapa kau perlu melihatnya?”
 
 
“Kami sedang mencari penyihir yang datang dari Yokohama. Namanya adalah Zhou Gongjin. Dia sudah membuat banyak kekacauan untuk negara ini.”
 
 
Shaman itu melihat keatas dengan wajah mengerti.
 
 
“—Aku mengerti. Aku akan memberikan semua informasi yang kuketahui.”
 
 
“Tolonglah kalau begitu.”
 
 
Tatsuya menjawab seperti itu, untuk menekannya, daripada menunjukkan bahwa dia ingin tahu informasi itu.
 
 
“Orang yang sedang kau cari, Zhou Gongjin, tidak berada di kota Kyoto. Terakhir kali kita mengetahui persembunyiannya adalah Jumat, 12 Oktober di ‘hutan bambu’ dekat Tenryuji di utara, tempat itu dekat dengan situs asli sekte Budhisme. Dia sepertinya sedang bergerak ke selatan, tapu tidak ada petunjuk darinya pergi ke selatan dari Uji.”
 
 
Namun, petunjuk yang diberikan oleh shaman itu, tidak terlalu jelas.
 
 
“Apa kau tahu mengapa mereka tidak pergi ke selatan dari Uji?”
 
 
“Mereka sengaja tidak menyebrangi Sungai Uji. Ada pelindung yang ditempatkan di Uji untuk melindungi Kyoto.”
 
 
Untuk pertama kalinya hari ini, Tatsuya benar-benar terkejut.
 
 
“Apa sepanjang Sungai Uji dipasangi pelindung? Bagaimana kau bisa memasang pelindung seluas itu?”
 
 
Miyuki bertanya menggantikan kakaknya yang kehabisan kata-kata. Namun, pertanyaannya memicu Tatsuya, sebuah jawaban terlintas di benak Tatsuya.
 
 
“—Tidak, itu hanya sebatas Sungai Uji, Sungai Uji sendiri menjadi medium untuk pelindung itu bukan? Kalau kau mencampurkan sihir dengan air sungai, sungai itu sendiri akan memiliki efek sihir sendiri bukan?”
 
 
“Luar biasa! Kuberi nilai 90 untukmu!”
 
 
Shaman tua itu tersenyum. Matanya melihat Tatsuya setara dengannya, hanya kali ini dia menatap anak kecil dengan mata orang dewasa, seperti seorang veteran penyihir, dia melihat bahwa Tatsuya dapat menjadi murid yang baik.
 
 
“—Sepuluh poin sisanya, daripada mencampurnya dengan sungai, kerusakan air di sungai itu sendiri—sudah disucikan sebelumnya?”
 
 
“Oooh! Cepat sekali, walaupun kau masih SMA. Seperti yang diharapkan, dari keturunan langsung dari Keluarga Kudou.”
 
 
Pada opini Minoru itu, penyihir tua itu sedikit membuka rahasia.
 
 
“Asal dari pelindung itu ada pada Bendungan Amagase. Kami menyucikan semua air sungai disitu. Tentu saja, kami tidak benar-benar menyucikan semua air di bendungan. Untuk melakukan itu, kami butuh 100 penyihir bersamaan ditempat itu.”
 
 
Itu adalah hal yang mustahil untuk dilakukan, Tatsuya dan Minoru mengerti itu dengan baik.
 
 
“Namun, itu hanya mungkin untuk membuat pelindung yang sekuat jauhnya aliran air yang disucikan itu. Paling baik, itu dapat digunakan sebagai alarm jika ada kehadiran musuh yang melewati sungai itu. Namun, itu berbeda dari alarm mekanik. Dimana kau bisa memberi pengaturan yang berbeda dari setiap operator untuk membaca informasi. Terlebih lagi, itu bisa diatur untuk bereaksi dengan individu tertentu.”
 
 
“Dengan kata lain, kau salah satu dari operator pelindung Sungai Uji.”
 
 
Shaman itu mengangguk untuk menjawab perkataan Tatsuya.
 
 
“Aku diajari sihir itu benar-benar sebuah kebetulan. Mungkin saja operator lain tidak tahu kalau aku salah satu operator. Aku juga tidak tahu operator lainnya. Namun, itu tidak jadi masalah kali ini.”
 
 
Penyihir tua itu memotong perkataannya disitu, meninggalkan perasaan bahwa dia masih perlu mengatakan hal lain. Dia pasti berpikir bahwa dia belum selesai, saat dia secara tidak sadar bermaksud menunjukkannya kepada para anak muda didepannya.
 
 
“Dengan pelindung itu, Yamashiro dan Yamato tidak akan terguncang. Seperti bagiku, sejak hari dimana Zhou Gongjin muncul di Kyoto, aku sudah memantai pelindung itu saat dia kan menginjak lagi.”
 
 
“Untuk apa?”
 
 
“Keberadaan orang itu berbahaya bagi negara ini.”
 
 
Pemimpin tradisionalis menjawab pertanyaan Tatsuya dengan jelas.
 
 
“Walaupun aku hanya mengatakan ‘waktu akan menyembuhkan semua luka’, sejujurnya, bahkan aku belum bisa menghilangkan rasa benciku terhadap Institut Ke-9. Sebaliknya apa kalian masuk kesini dan menginterogasiku, aku tidak akan pernah mendiskusikan pelindung ataupun persembunyian Zhou Gongjin seperti ini.”
 
 
Shaman itu menatap Minoru, Tatsuya, Miyuki, Minami satu per satu, sebelum akhirnya kembali pada Tatsuya.
 
 
“Namun, kau sudah sangat sopan. Aku harus katakan bahwa kau cukup tergesa-gesa dari sudut pandangku, tapi aku tidak ingin adanya pertumpahan darah.”
 
 
Kebetulan ini benar-benar menguntungkannya, pikir Tatsuya selagi mendengarkan perkataan shaman itu. Tatsuya tidak akan masuk kedalam toko, kalau Miyuki dan Minami tidak ingin makan siang. Alasan mengapa tidak ada darah yang tumpah adalah karena Mikihiko, seorang operator pelindung, tidak bersama mereka.
 
 
Tentu saja; dia tidak mengatakannya. Jika sampai terjadi itu bukanlah kejujuran, tapi kejujuran yang bodoh.
 
 
“Terima kasih atas informasi berhargamu.”
 
 
“Satu hal lagi, berhati-hatilah saat di Kurama dan Arashiyama. Sepertinya mereka sudah bergabung dengan penyihir dari benua.”
 
 
Tatsuya membungkuk dan berdiri. Miyuki mengikuti kakaknya sedikit terlambat.
 
 
Minoru dan Minami membungkukkan kepalanya dan segera berdiri. Penyihir tua itu melihat mereka dengan senyum diwajahnya.
 
 
Saat mereka pergi dari toko itu, matahari sudah mulai berubah. Walaupun masih ada beberapa waktu sebelum matahari terbenam, sebentar lagi akan gelap karena pengaruh musim. Terutama di sisi barat, tren ini bisa terlihat dengan jelas. Ada rasa keberhasilan dan perasaan yang tidak kosong pada tugas bodoh, dan pastinya sudah tidak banyak waktu lagi tersisa juga hari ini.
 
 
“Apa yang akan kita lakukan sekarang?”
 
 
Minoru bertanya kepada Tatsuya, saat mereka sedang menuruni tangga kuil. Kalau dia percaya dengan perkataan shaman itu, itu berarti Zhou Gongjin sudah meninggalkan daerah ini.
 
 
“Sisi utara dari Sungai Uji terlalu lebar bagi kita berlima untuk mencari. Kita butuh lebih banyak petunjuk.
 
 
“Kalau begitu, apa kita sebaiknya pergi ke Arashiyama?”
 
 
“Aku rasa bagitu…”
 
 
Pada saat itu juga, Tatsuya mengingat berita tentang pembunuhan pengawal Saegusa Mayumi. Tempat kejadiannya ditulis di Sungai Katsura.
 
 
Esoknya, dia akan menginvestigasi tempat kejadian itu dengan Mayumi. Mayumi sudah bertanya kepada polisi apa dia bisa mengambil beberapa barang milik Nakura, tapi bahkan jika dia berhasil mendapatkan barang-barang itu, yang paling penting adalah mendatangi tempat kejadian. Tujuannya di Arashiyama, dan itu merupakan pilihan bagus untuk menyelidiki area itu, tapi waktunya terbatas hanya semalam. Dia juga berpikir kalai lebih baik berjaga-jaga mencari di tempat yang sama selama dua hari.
 
 
“Kita datangi Arashiyama besok, sekarang, ayo kita kembali ke Kinkakuji.”
 
 
“Aku mengerti. Aku akan segera menghubungi Kyoko-neesan tentang masalah Uji.”
 
 
“Bagus. Tolong.”
 
 
Selagi perhatian orang-orang sekitar sudah berubah setelah makan siang—mereka masih fokus pada Miyuki dan Minoru—Kelompok Tatsuya memutuskan untuk naik komuter dari Sakanoshita.
 
 
◊ ◊ ◊
 
 
Mikihiko, Erika, Leo, dan Masaki baru saja selesai ditanyai oleh polisi, mereka dilepaskan karena alasan perlindungan diri. Tak terbantahkan, nama Chiba juga salah satu faktor kuat mengapa mereka bisa dilepaskan. Walaupun sedikit susah untuk mendeteksi Sihir Kuno dengan sensor, faktanya adalah, hanya operator yang kesulitan, kejadian itu masih terekam dengan cara yang sama. Seseorang dapat dengan mudah melihat adanya penyihir yang muncul, mereka berdua seperti penyihir kuno dan modern, tidaklah mungkin untuk melarikan diri dari radae Psion yang sudah dipasangkan dengan kamera jalan.
 
 
Setelah beberapa lama, mereka sudah selesai ditanyai, mereka berempat kembali ke Pusat Konferensi Internasional.
 
 
“Apa yang akan kita lakukan selanjutnya? Aku tidak merasa akan terjadi apa-apa lagi hari ini, apa sebaiknya kita lanjutkan pencarian?”
 
 
Mikihiko segera menggelengkan kepalanya mendengar pertanyaan Leo.
 
 
“Tidak, ayo kita kembali ke hotel.”
 
 
“Itu benar. Jangan dengarkan orang bodoh ini, tidak akan ada yang keluar lagi hari ini.”
 
 
“Agh? Siapa yang kau sebut bodoh!”
 
 
“Aku penasaran~ Siapa ya? Ngomong-ngomong, kenapa kau marah?”
 
 
“In-, tentang, oh, ahh….”
 
 
Leo menatap Erika, Erika memalingkan wajahnya dengan wajah tenang.
 
 
Masaki bertanya kepada Mikihiko ‘apa kita harus menghentikan mereka?’, tapi Mikihiko menggelengkan kepalanya. ‘Biarkan saja mereka sendiri’.
 
 
“Ngomong-ngomong, Ichijou-kun, aku tinggal di hotel mana?”
 
 
Mikihiko sepertinya tidak nyaman jika suasana hening, dan bertanya kepada Masaki tentang topik lain.
 
 
“Ah, dia Hotel KK.”
 
 
Masaki sepertinya terkejut dengan pertanyaan mendadak itu, tapi dia segera menjawabnya.
 
 
“Aku mengerti~ Kita tinggal di Hotel CR.”
 
 
“Benarkah? Bukankah mereka bersampingan?”
 
 
“Ya, benar-benar kebetulan yang luar biasa. Apa Kichiouji-kun di hotel?”
 
 
Jika Tatsuya yang bertanya pertanyaan ini, Mikihiko pasti akan mendapatkan desahan sebagai jawaban. Dia akan mengaakan ‘ada saat diaman Miyuki dan aku tidak bersama’ dengan nada luar biasanya. Namun, Masaki dengan sopan menjawab pertanyaan Mikihiko.
 
 
“Tidak, aku sudah mengatakan sebelumnya, aku kesini sendirian. George sedang berkonsentrasi dengan persiapan kompetisi. Dia salah satu wakil dari SMA 3.”
 
 
“Kita akan kembali ke hotel, Ichijou-kun, bagaimana denganmu?”
 
 
“Hmm….”
 
 
Masaki tidak benar-benar diam untuk berpikir. Dia juga berpikir untuk memeriksa tempat berbeda seperti Tatsuya, dengan kata lain, dia masih ingin melihat-lihat tempat lain. Namun, dia tidak bisa berpisah karena dia datang sendirian, tidak seperti kelompok Tatsuya. Dia juga tidak perlu pemandu. Dia sudah sering datang ke Kyoto, karena tidak jauh dari tempat tinggalnya. Karena itu, dia tidal perlu pemandu untuk navigasi, tapi ada musuh yang dia sadari, yang membuatnya datang ke area itu.
 
 
Tapi, dia menghabiskan banyak waktu dengan interogasi dari polisi, proses merepotkan yang memakan banyak waktu menghilangkan motivasinya untuk melakukan hal lain hari ini.
 
 
“Aku juga akan kembali ke hotelku.”
 
 
“Kalau begitu, mengapa kita tidak pergi bersama-sama?”
 
 
Sementara dia berpikir kalau ini sedikit terus terang, Mikihiko mengajak Maski untuk naik ke komuter yang sama.
 
 
“Jumlah kita pas, bukan?”
 
 
Mikihiko dan yang lain sudah melihat Erika selesai mengejek Leo, dan mendadak mereka membicarakan topik yang berbeda.
 
 
Sikap aneh Masaki merasa bingung. Tampaknya dia tidak berpikir untuk ikut dengan mereka dan ingin menolak tawaran Mikihiko dengan halus.
 
 
“Tidak, sebenarnya aku naik sepeda kesini.”
 
 
“Oh, Ichijou-kun juga naik sepeda?”
 
 
Ada banyak gadis yang terlihat tertarik saat Masaki menaiki sepedanya. Banyak dari mereka ingin dibonceng Masaki, Masaki sendiri sadar akan hal itu. Namun, dia benar-benar tidak mengerti alasannya.
 
 
Bahkan di era ini, sepeda masih tetap memiliki bentuk yang sama. Dua kursi yang diatur bersampingan sedang populer, tapi masih banyak yang lebih menyukai model klasik yang dapat membuat para gadis menempel dengan tubuh pengemudinya, itu memancing mimpi para gadis.
 
 
“Aku juga?”
 
 
Namun, ketertarikan Erika benar-benar berbeda dari ‘mimpi para gadis’ yang diingatnya.
 
 
“Tatsuya-kun… Umm… kau tahu Shiba Tatsuya bukan? Tatsuya-kun juga naik sepeda, dia sedikit keren saat menaikinya.”
 
 
“Dia juga?”
 
 
Sebuah gambaran tiba-tiba melintas di pikiran Masaki. Seorang anak laki-laki mengendarai sepeda dengan membonceng gadis dibelakangnya. Tangan gadis itu melingkari pinggang anak laki-laki itu, dan tubuh gadis itu benar-benar menempel dengan punggung anak laki-laki itu.
 
 
Wajah dibalik helm itu Tatsuya. Gadis itu, tentu saja, adalah Miyuki. Masaki sedang tenggelam dalam imajinasinya.
 
 
Fokusnya berpindah pada wajah anak laki-laki itu. Asap pelindung itu mulai menghilang pelan-pelan. Waah Masaki berubah. Dia dapat merasakan tubuh lembut Miyuki dipunggungnya…
 
 
“Apa yang kau pikirkan?”
 
 
Dengan nada penasarannya, Erika memaksa Masaki untuk mengakhiri imajinasinya.
 
 
“Ti-tidak. Tidak apa-apa.”
 
 
Masaki segera menggelengkan kepalanya, selagi menunjukkan wajah kaget. Erika melihatnya dengan mata penasaran, mustahil tidak menyadari, dan dia melihat wajah Mikihiko.
 
 
“Sejak kasus itu, mengapa kau tidak mengikuti kami dari belakang?”
 
 
“Tentu saja, aku tidak keberatan seperti itu…”
 
 
Mikihiko pikir, apa yang sebenarnya terjadi, tapi dia tidak mengatakan apa yang dipikirkannya.
 
 
Erika yang memalingkan matanya juga menunjukkan wajah bingung seperti Leo.
 
 
Leo menghadap Erika dan sedikit mengangkat bahunya.
 
 
◊ ◊ ◊
 
 
Mereka juga mengunjungi Kinkakuji untuk memastikan, mereka tidak mendapat hasil apapun bahkan setelah memeriksa area sekitar. Kelompok Tatsuya sampai ke hotel lebih dulu, dengan kecewa tidak bisa menemukan tempat dari tradisionalis.
 
 
Hotel dimana kelompok Tatsuya tinggal, dekat dengan Pusat Konferensi Internasional Kyoto, tempat diadakannya Kompetisi Thesis. Walaupun itu tidak nyaman, anggota Kompetisi Thesis SMA 1 dan staff diharapkan untuk tinggal disitu, alasan mereka kali ini adalah untuk memeriksa keamanan dari tempat pelaksanaan. Walaupun beberapa murid akan datang dan tinggal disini untuk menyemangati wakil dari sekolah mereka, tidaklah aneh bagi mereka untuk tinggal di kuil yang dekat dengan tempat pelaksanaan.
 
 
Harus diingat Minoru menghabiskan waktunya di penginapan. Walaupun sebenarnya ini tidak perlu, mengingat waktu perjalanan menuju rumahnya pendek, sepertinya ini adalah keputusan yang benar, karena Minoru sedang sakit.
 
 
Dari awal penyihir sangat dibatasi untuk pergi sendiri ke luar negeri pada usia muda, karena itu mereka hanya pergi bersama teman mereka didalam negeri. Tapi, Minoru sulit untuk melakukan pejalanan yang panjang karena kondisi tubuhnya yang lemah, selain itu, dia juga tidak memiliki teman yang bisa pergi bersamanya. Kali ini, walaupun Tatsuya tidak datang ke Kyoto untuk main-main, keluarganya berpikir bahwa ini adalah kesempatan yang bagus.
 
 
Ngomong-ngomong, kamar itu seharusnya digunakan oleh kelompok Tatsuya. Minoru hanyalah tambaan, tapi tidak terlalu berbeda dengan tiga atau empat orang didalam, karena kamar laki-laki yang dipesannya bisa untuk lima orang.
 
 
Tatsuya baru saja akan check in selagi mengambil bawaan mereka yang dititipkan di lobby, dia melihat sosok yang familiar di kelompok dari pintu masuk saat dia berjalan ke counter. Walaupun mereka belum berencana untuk bertemu, tidaklah aneh, karena ini adalah waktu biasa bagi orang kembali ke hotel.
 
 
Namun, Tatsuya melihat wajah yang tak disangkanya, sampai-sampai dia tidak bisa menahan suaranya.
 
 
“Ichijou.”
 
 
“Shiba-san.”
 
 
Orang yang dituju seharusnya juga bereaksi sama. Namun, Masaki tidak menaikkan suaranya.
 
 
Tatsuya dan Miyuki melihat satu sama lain, Tatsuya tersenyum kecut sementara Miyuki merespon dengan senyumannya.
 
 
“Lama tidak jumpa. Ichijou-san, kau juga datang ke Kyoto.”
 
 
“Aku sedang pemeriksaan untuk Kompetisi Thesis minggu depan.”
 
 
Masaki berubah menjadi anak naif didepan Miyuki seperti biasa.
 
 
“Oh begitu. Kita juga sama.”
 
 
“Ya, aku sudah dengar dari Yoshida-kun dan yang lain.”
 
 
Namun, dia telah lebih familiar atau bekerja keras, untuk pembicaraan menjadi lebih baik.
 
 
“Apa kau bertemu dengan kelompok Yoshida-kun di Pusat Konferensi Internasional?”
 
 
Dia kesulitan untuk mengatakan bahwa dia menolong mereka dari bahaya, karena seperti dia menyombongkan diri. Masaki membiarkan Mikihiko menjawab pertanyaan itu.
 
 
“Dia membantu kami saat bahaya.”
 
 
Tapi, sebaliknya jawaban itu datang dari mulut Erika.
 
 
Masaki dan Mikihiko, bahkan Leo menunjukkan senyuman kecut. Karena Masaki bertanya yang lain untuk jawaban, dia tidak merasa tidak enak sama sekali. Namun, dia pikir kalau kebebasan ini sangat cocok dengan gadis ini, Masaki sangat mengerti tentang Erika.
 
 
“Tolong ceritakan kepada kami lengkapnya di kamar.”
 
 
Tatsuya mencoba untuk mengakhiri pembicaraan. Tak terduga, Masaki menyadarinya lebih awal, dan Erika mengangguk setuju.
 
 
“Ichijou, apa kau juga tinggal di hotel ini?”
 
 
Miyuki berbasa basi dengan Masaki untuk kenyamanan Masaki.
 
 
“Tidak, aku tinggal di KK Hotel. Tapi, aku rasa aku ingin tahu rincian dari kejadian ini sebelumnya.”
 
 
Masaki memarkir sepedaya sebelum mengikuti kelompok Mikihiko, dia penasaran tentang keadaan dibalik serangan tadi. Pikirannya sama dengan Tatsuya.
 
 
“Kalau begitu, ayo kita bicarakan di kamar.”
 
 
Leo mengatakan seperti itu.
 
 
“Kalau begitu, aku yang urus barang bawaan~.”
 
 
“Tunggu sebentar.”
 
 
Setelah memberikan jawaban, Erika dan Leo pergi ke counnter. Mikihiko mengejar mereka dari belakang.
 
 
Masaki tidak tahu bahwa Tatsuya adalah bagian dari JSDF. Jadi penjelasannya harus dilakukan dengan benar untuk menutupi fakta tersebut. Erika, Leo, dan Mikihiko berpikir seperti itu.
 
 
“Dalang dari Insiden Yokohama tahun lalu, yang melibatkan penyerangan yang dilakukan penyihir Great Asian Alliance diketahui sedang berada di Kyoto. Aku datang ke Kyoto dalam misi untuk mencari orang itu.”
 
 
“Misi!? Shiba, memangnya kau…?”
 
 
“Aku seorang murid dari SMA 1 yang berafiliasi dengan Universitas Sihir, disaat yang sama, juga sebagai anggota dari Batallion Sihir Independen 101 dari JSDF sebagai petugas militer rahasia.”
 
 
Namun, Tatsuya sendirilah yang memberikan informasi rahasia itu dengan mudah, yang membuat ketiga orang itu terkejut.
 
 
“Apa….maksudmu…..”
 
 
Walaupun Masaki adalah calon Kepala Keluarga Ichijou selanjutnya, itu tidak dapat menahannya dari terkejut mendengar perkataan Tatsuya.
 
 
Dia tertahan oleh tatapan serius Miyuki, dia duduk disamping Tatsuya.
 
 
“Ichijou. Aku tidak perlu mengatakan ini, tapi ini adalah rahasia militer tingkat tinggi.”
 
 
Mata Erika melihat dari jauh. Dia berpikir, “Ini adalah rencana Tatsuya-kun…” dan “Aku dipaksa untuk terlibat dengan masalahnya, dengan cara yang sama….”.
 
 
“Menurut jaringat inforasi mereka, sepertinya ada kemungkinan akan terjadi keributan saat Kompetisi Thesis. Mikihiko dan yang lain sudah diminta untuk memastikan keamanan dari kompetisi.”
 
 
Ini pertama kalinya Erika dan Leo mendengar ini. Tujuan dari perjalanan ini adalah untuk mencari penyihir musuh, daripada hanya sebuah pemeriksaan biasa, mereka dapat terkena luka besar dari serangan musuh, apa mereka sudah menurunkan pertahanan mereka, mereka pasti sudah mati. Tapi, mereka berdua tetap tenang. Jika mereka sudah diberitahu tentang ini sebelumnya, mereka pasti akan menolakya. Mereka berdua berpikir seperti ini disaat yang sama, dan menggelengkan kepala mereka menolak.
 
 
Mungkin, yang paling bingung adalah Masaki.
 
 
“Apa kau tahu nama dari orang yang…. Memimpin penyerangan tahun lalu?”
 
 
Walau begitu, Masaki masih menanyakan pertanyaan paling penting. Dia melihat Mikihiko dengan dalam, selagi mengharapkan jawaban dari Tatsuya. Mikihiko, juga, masih belum tahu tentang informasi ini.
 
 
“Dia bernama, Zhou Gongjin. Dia terlihat berumur 20an awal. Namun, umur aslinya tidak diketahui. Rambutnya panjang, dan penampilannya seperti yang ada di gambar ini. Dia adalah pengguna dari Kimon Tonkouno-jutsu.”
 
 
Dengan mengejutkan, Tatsuya mengatakan nama itu blak-blakan.
 
 
“Kau bilang, Zhou Gongjin!?”
 
 
Masaki menaikkan suaranya, seperinya dia lebih terkejut dibandingkan Mikihiko.
 
 
“Ichijou, apa kau tahu Zhou Gongjin?”
 
 
Mendengar pertanyaan Tatsuya. Masaki masih terkejut.
 
 
“Ah, ah… Aku mengerti, jadi itu dia. Itu dia!”
 
 
Api kemarahan membara di mata Masaki.
 
 
“Apa yang terjadi?”
 
 
Ini bukanlah hanya sebuah kebetulan. Dia bereaksi dengan tingkat kemarahan yang tinggi.
 
 
“…Di Yokohama tahun lalu, sebuah kelompok penyerang pergi ke Chinatown. Aku memimpin penyerangan melawan mereka.”
 
 
Tatsuya sudah diminta untuk membaca laporan tentang Insiden Yokohama, tapi dia belum pernah mendengar tentang ini. Masaki tidak bermaksud untuk menyembunyikannya, ini hanyalah sebuah informasi yang tidak teratur. Walaupun Tatsuya secara rahasia berpikir untuk sedikit membaca laporan itu lagi.
 
 
Tapi sekarang, ini adalah gilirannya untuk mendengarkan cerita Masaki.
 
 
“Bertentangan dengan ekspektasiku, gerbang Chinatown segera terbuka. Kelompok penyerang itu diberikan kepada kita, dalam keadaan tertangkap, oleh seseorang yang muda yang berdiri di depan gerbang dan memperkenalkan dirinya sebagai…”
 
 
Masaki menggeram.
 
 
Tatsuya mengatakan namanya sebagai ganti Masaki.
 
 
“Zhou Gongjin, huh.”
 
 
“Ya. Dia memberitahukan namanya selagi tertawa…”
 
 
Masaki menutup mulutnya. Karena dia bisa mengerti perasaannya, dia tidak mengatakan apa-apa kali ini.
 
 
“Sihir macam apa itu Kimon Tonkouno-jutsu?”
 
 
Orang yang merubah topik itu adalah Erika. Meskipun itu murni datang dari rasa ingin tahunya, tidak diragukan lagi, dia melakukan itu untuk Masaki.
 
 
Terlebih lagi, memang diperlukan untuk menjaga dan membagi informasi tentang sihir musuh.
 
 
“Itu adalah Kimon Tonkou dari seni penyucian, bukan?”
 
 
Mikihiko bertanya, menunggu konfirmasi.
 
 
“Ya. Itu adalah sebuah sihir dari benua, seni dari Kimon Tonkou, dengan menggunakan Sihir Pengganggu Roh yang menyimpang.”
 
 
Orang yang menjawab itu adalah Minoru.
 
 
“Menyimpang? Seperti, kau tidak tahu naik atau turunnya air? Atau itu membuatmu tenggelam.”
 
 
Minoru mennjukkan ekspresi terkesima dengan pertanyaan Leo. Ide itu, sangat aneh sampai-sampai tidak pernah terpikirkan oleh Minoru.
 
 
“Kau pastinya bisa menggunakannya seperti itu, tapi kegunaan utamanya adalah untuk menganggu kesadaran seseorang, untuk menciptakan kerusakan psikologis yang tidak sempai dilakukannya, meskipun melihat pelakunya, atau digiring menuju ke kamp dengan tumpukan batu.”
 
“…Kudou-kun.”
 
 
“Kau bisa memanggilku Minoru, Ichijou-san.”
 
 
Perkenalan antara Minoru dan Ichhijou segera berakhir setelah mereka memasuki kamar ini. Dia juga menggunakan cara yang sama untuk memanggil Masaki, karena dia lebih muda dari Masaki, dia lebih memilih untuk dipanggil dengan namanya.
 
 
“Baiklah, Minoru-kun.”
 
 
Namun, Masaki menahan dirinya untuk menolak karena itu akan membuatnya tidak jantan.
 
 
“Bukankah itu sama dengan legenda Shokatsu Koumei dari Kisah Tiga Negara?”
 
 
Setelah dia memanggil Minoru dengan namanya yang dimintanya, dia lanjut untuk bertanya.
 
 
“Ya. Institut Ke-9 tidak hanya mempelajari Sihir Kuno Jepang, tapi juga dari benua.”
 
 
Tatsuya pikir kalau itu adalah sebuah bakat. Perkembangan institut penyihir adalah yang paling dicari dalam 20 tahun terakhir. Sejak Rangkaian Sihir Modern seperti ‘Golden Electron Silkworm’ menjadi ancaman besar, sudah biasa untuk menelitinya.
 
 
Dari bekas peneliti Institut Ke-9, Shokatsu Koumei memiliki kemampuan dalam menguasai Houjutsu dari Kinon Tonkou, laporannya sepertinya disimpulkan seperti ini.
 
 
Erika menunjukkan wajah terkesan pada analogi Leo. Karena Tatsuya tidak tertarik dengan kekalahan, dia mencoba untuk merubah pembicaraan kembali pada topik sebelumnya, sebelum makin menyimpang.
 
 
“Kimon Tonkou bukan hanya sihir skala besar, bukankah ini dianggap sebagai sihir tingkat tinggi bagi seorang kombatan? Aku rasa kita kan mengkhawatirkan ini.”
 
 
“Contohnya?”
 
 
Tatsuya tidak mengatakan ‘Pikirkan sendiri” pada pertanyaan Masaki.
 
 
“Bagaimanapun saat seseorang menghentikan pergerakannya sementara saling menyerang karena dirinya mulai kehilangan kesadaran selama pertarungan, merubah lokasi mendadak dapat menyebabkan cela yang fatal.”
 
 
Namun, sebelum dia selesai menjelaskan.
 
 
“Aku mengerti. Jika awalanmu gagal, kita bahkan tidak akan tahu arah yang kita hadap sekarang.”
 
 
Dengan perkataan Masaki, penjelasan lebih lanjut sudah tidak diperlukan lagi.
 
 
“Disaat yang sama, ini memungkinkan bahwa sekutunya sendiri akan terpengaruh oleh sihir, dan juga kehilangan kesadaran. Kimon Tonkou mungkin membuat mereka kehilangan kesadaran akan musuh mereka.”
 
 
“Itu juga memungkinkan. Miyuki.”
 
 
Miyuki membuka mulutnya setelah mendengar jawaban kakaknya.
 
 
“Ichijou-san. Aku juga berhadapan dengan sihir Kimon Tonkou yang sama di Asosiasi Sihir cabang Kanto oleh seseorang bernama Chen Xiangshan.”
 
 
“Apa itu benar?”
 
 
“Ya. Tapi, aku hanya melihat di monitor pengawas, pastinya aku tidak dapat melihatnya dengan jelas saat aku berjalan di koridor. AKu seharusnya melihat di tempat yang sama dari monitor, tapi hanya jika monitor itu menampilkan situasi yang benar.”
 
 
“Bagaimana kau mengalahkan sihir itu, Shiba-san?”
 
 
Tatsuya melirik Masaki setelah dia selesai mengatakan pertanyaannya dan mengatakan ‘sesuai harapan’ di pikirannya. Bertanya ‘bagaimana’ daripada ‘mengapa’. Walaupun tidak penting untuk bertanya ‘mengapa’, tapu yang paling penting dalam pertarungan adalah bertanya ‘bagaiamana’.
 
 
“Aku sedang bersama dengan temanku yang memiliki mata yang spesial. Aku menerima panduan darinya, dan sedang menunggu pintu agar terbuka.”
 
 
Masaki terjatuh dalam pikirannya. Tatsuya menunggunya untuk membuka mulut lagi.
 
 
“Itu berarti… Kimon Tonkou tidaklah benar-benar independen? Esensi dari sihir ini adalah untuk mengarahkan kesadaran musuh sampai pada tingkat tertentu, atau mengangganggu dengan pikiran seperti untuk menghindari kesadaran mereka. Namun, jika kita tahu pada titik mana mereka akan sampai pada waktu tertentu, aku pikir kita akan dapat menentukan arah selanjutnya, kita dapat menyiapkan dan menahan induksi dari gangguan mental.”
 
 
“Seperti yang diharapkan darimu, Ichijou-san.”
 
 
Minoru memuji Masaki setelah mendengar penjelasannya.
 
 
“Tidak hanya menganggu awalan, tapi indera waktu seseorang juga, itu adalah kombinasi dari Sihir Pengganggu Mental. Itu adalah penjelasan yang paling masuk akal.”
 
 
Minoru mencari konfirmasi dari yang lain, dan menghadap Tatsuya.
 
 
Tatsuya sedikit mengangguk kepada Minoru.
 
 
“Cukup denan interpretasi dari seni sihir, bisakah kau pikirkan spesifik apapun dalam merespon ini?”
 
 
“Lalu, kita tidak boleh bergantung pada indera kita untuk memprediksi pergerakan musuh selanjutnya.”
 
 
“Tentang metode spesifik, setiap dari kita harus memikirkan cara masing-masing.”
 
 
Tatsuya pura-pura memancing Masaki, untuk melanjutkan pembicaraan tentang Kinon Tonkou. Tatsuya sudah mendengar dari Kuroba Mitsugu bahwa Kimon Tonkou tidak berguna jika digunakan melawan musuh yang terlihat di jarak dekat, itu masuk akal untuk berbicara tentang metode untuk menggagalkan sihir ini.”
 
 
“Mari kita hentikan diskusi tentang Kimon Tonkou disini, mengenai insiden hari ini. Pertarungan yang sudah kau menangkan berkat bantuan dari Ichijou, Mikihiko sudah menggunakan Shikigami untuk mendeteksi ‘tradisionalis’ yang bekerja untuk Zhou Gongjin, aku pikir mereka mencoba untuk memata-matai kita, dan berakhir menyerang kita tanpa sengaja.”
 
 
“Tidak hanya itu, Tatsuya.”
 
 
Setelah Tatsuya selesai menjelaskan kepada Masaki, Mikihiko membuka mulutnya.
 
 
Berdua Tatsuya dan Masaki memutar wajah mereka menghadap Mikihiko. Tentu saja Miyuki, Minami, Minoru juga.
 
 
“Musuh yang menyerang kita adalah pengguna Ninjutsu. Kemungkinan besar, dari Gunung Kurama, mereka menganggap pengguna Houjutsu dari benua sebagai pusat mereka. Bukankah Zhou Gongjin bersembunyi disana? Dia mugkin sudah mengalahkan sekte tradisionalis sekarang setelah pertama-tama dilindungi oleh mereka.”
 
 
“Bukan sekte tradisionalis, tapi bagian dari sekte.”
 
 
Kali ini, Mikihiko menunjukkan wajah ‘Apa maksudmu?” kepada Tatsuya. Erika, Leo, dan Masaki juga sama.
 
 
“Sebenarnya, ini sedikit terlalu cepat untuk dikatakan. Petunjuknya juga sedikit lemah, tapi kami sudah menyempitkan kemungkinan area dimana Zhou Gongjin mungkin bersembunyi.”
 
 
Sebelum Mikihiko bahkan dapat menunjukkan kekagetannya, Tatsuya berbicara tentang ‘shaman’ tradisionalis yang ditemuinya disekitar Kuil Kiyomizu.
 
 
“Untuk memasang pelindung seperti itu… Seperti yang diharapkan dari tanah dari penyihir tradisionalis kuno.”
 
 
Mikihiko merespon seperti itu saat dia mendengar tentang pelindung Sungai Uji.
 
 
“Bagian selatan dari ibu kota tua berarti… Selatan dari Fushimi, dari Sungai Uji kedepan. Itu merupakan area sedikit besar untuk pencarian.”
 
 
“Yang paling penting, biasakah kita percaya perkataan orang tua itu?”
 
 
Masaki dan Erika mengatakan itu, pertanyaa ‘yang paling penting’.
 
 
“Ini masih lebih mudah daripada mencari di seluruh Kyoto tanpa tahu apa-apa. Terlebih lagi, kita tahu bahwa tempat bersembunyinya sampai minggu lalu bukan? Jika kau memeriksa tempat itu, kau dapat dengan mudah menemukannya jika kau percaya perkataan orang tua itu.”
 
 
Leo mengatakan opini yang positif, Tatsuya menunjukkan senyuman kecut mendengarnya.
 
 
“Fakta bahwa Zhou Gongjin bersembunyi di Gunung Arashi dan bukti bahwa penyihit tradisionalis berada di Kuil Kiyomizu tidak bisa dipungkiri. Aku memiliki teori yang bercampur dengan kebenaran untuk membuat ceritanya masuk akal.”
 
 
Erika memberikan senyuman jahat kepada Leo.
 
 
Sebelum Leo memiliki kesempatan untuk bereaksi, Tatsuya lanjut berbicara.
 
 
“Namun, aku setuju dengan opini Leo bahwa kita dapat percaya informasi tentang tempat sembunyi Zhou Gongjin di Gunung Arashi. Jika itu memang benar, itu adalah pencapaian yang besar, jika itu hanyalah kebohongan, kita masih bisa mengurangi sedikit kebingungan kita.”
 
 
“Lalu, Onii-sama, apa kita akan pergi ke Gunung Arashi besok?”
 
 
Dengan mengejutkan, Tatsuya menggelengkan kepalanya sebelum menjawab pertanyaan Miyuki.
 
 
“Jika kita pergi bersama-sama, kita akan memancing perhatian mereka, keamanan kompetisi juga tidak bisa diabaikan. Mikihiko, Leo, dan Erika akan melakukan hal yang sama seperti hari ini, mencari orang mencurigakan di sekitar tempat pelaksanaan, tolong periksalah jika ada tempat dimana kriminal dan teroris dapat bersembunyi.”
 
 
“….Mengerti, Tatsuya.”
 
 
Mikihiko tidak terlihat benar-benar teryakinkan, tapi dia tidak bisa melupakan keamanan dari murid yang akan berpartisipasi di Kompetisi Thesis sebagai Ketua Komite Kedisiplinan Publik SMA 1.
 
 
“Aku sudah meminta keluargaku untuk mencatat komplain pada mereka yang ada di Gunung Kurama pada penyerangan hari ini. Mereka juga melaporkan ini kepada afiliasi kamidi Kyoto. Tentang serangan ini dari Gunung Kurama, dan juga beberapa perselisihan dalam sekte mereka, aku akan berpikir ini mungkin menjadi sebuah sistem check and balances di masa depan.”
 
 
“Pertama-tama, situasi seperti apa ini?”
 
 
Tatsuya belum mendengar detail dari serangan itu, sudah sedikit terlambat untuk menanyakannya.
 
 
“Sekarang aku ingat, aku belum mendengar detail penyerangan dari kalian.”
 
 
Mikihiko berbicara dengan ekspresi wajah ‘sial’.
 
 
Mikihiko menjelaskan bahwa Masaki membantu mereka saat mereka diserang oleh boneka yang dikendalikan oleh pengguna Ninjutsu dari benua, selagi terkadang meminta konfirmasi dari Erika dan Leo.
 
 
“…Apa mereka menggunakan darah dari pengguna Ninjutsu yang terkalahkan untuk membuat golem dari air? Dari apa yang kau katakan, pengguna Ninjutsu mungkin juga telah ditipu oleh pengguna Houjutsu.”
 
 
Minoru segera berubah, penasaran dengan jawaban dari pertanyaan Tatsuya.
 
 
“Aku pikir juga begitu. Yoshida-san kau memiliki kekuatan itu didalammu, darah merupakan bagian penting bagi penyihir kuno. Saat kau menggunakannya untuk membuat sihir, itu akan bekerja sebagai persembahan, aku tidak berpikir bahwa ritual itu dapat dilakukan hanya dengan efek samping yang kecil.”
 
 
“Kalau begitu aku akan menyingkatnya.”
 
 
Masaki membuka mulutnya kali ini.
 
 
“Shaman di Kiyomizu sepertinya mencoba memberitahu kita bahwa penyihir kuno mungkin sudah menjadi anak buah dari penyihir yang berasal dari benua, daripada dipaksa mereka terlah ditipu, jadi ini baik-baik saja selama kita bisa menemukan bukti bahwa mereka telah ditipu. Tanpa memperhatikan, ini mungkin masih mustahil untuk membuat mereka menjadi sekutu kita, selama perlawanan mereka berhenti, ini sudah cukup.”
 
 
Tatsuya mengangguk pada tawaran Masaki.
 
 
“Semakin besar keributan ini, ini juga akan mengurangi kemungkinan Zhou Gongjin melarikan diri. Aku pikir lebih baik untuk menghancurkan mereka selagi menyebarkan kebingungan dan spekulasi tentangnya.”
 
 
“Ini akan menjadi kekalahan kita jika dia berhasil untuk membuat kekacauan seperti tahun lalu, apa semua ini benar?”
 
 
Masaki melempar pertanyaan kepada Tatsuya.
 
 
“Aku baik-baik saja dengan menjadi wakil dari Keluarga Kudou, namun, aku pikir bahwa aku sendiri dapat mewakili Rumah ‘Sembilan’ untuk memancing populasi sebanyak itu yang terdiri dari penyihir tradisionalis dan penyihir kuno di Kyoto.”
 
 
“Kau benar. Kau akan menyiapkan alasan bagi tradisionalis seperti itu, lebih baik menghindari itu.”
 
 
Minoru berbicara dengan nada menyesal, dan dibuat tenang kembali oleh Miyuki yang mendukung keputusannya.
 
 
“Komplain dari Keluarga Yoshida mungkin akan menjadi kendala bagi tradisionalis. Terlepas dari apa yang akan kita lakukan selanjutnya, jika mereka berencana untuk main kasar, mereka juga akan seperti itu.”
 
 
Mikihiko mengangguk setuju dengan perkataan itu.
 
 
“Itu benar… Mengerti. Kalai begitu, kita juga akan melakukan hal yang sama seperti hari ini, untuk memeriksa area sekitar tempat pelaksanaan. Kita harus fokus pada area perumahan, hanya untuk jaga-jaga.”
 
 
“Apa yang harus kita lakukan?”
 
 
Masaki bertanya kepada Tatsuya. Tatsuya tidak bisa menjawab pertanyaan ‘apa yang harus kulakukan’ dengan ‘lakukan saja apa yang inginkan’, bahkan saat dia tidak punya kekuasaan untuk mendikte Masaki. Tapi, situasi akan berubah suram jika dia mengatakan seperti itu.
 
 
Bagaimanapun, perasaan Masaki sudah jelas, dia sedang menatap Miyuki yang berkilauan.
 
 
“Ichijou-san, kita memintamu untuk menemani kami jika kau tidak keberatan.”
 
 
Miyuki menjawab dengan proaktif untuk kakaknya. Ini dikarenakan dia diminta untuk menemani mereka bukan untuk meminta izin untuk bergabung. –Namun, Masaki berpikir bahwa dia sangat termotivasi, dia tidak sedikitpun berpikir seperti itu.
 
 
“Ya, serahkan saja padaku!”
 
 
Dengan ini, rencana mereka untuk besok sudah ditentukan.
 

Latest revision as of 16:04, 11 June 2017