Difference between revisions of "Dragon Egg Indo:Bab 144"
m |
|||
Line 23: | Line 23: | ||
− | Aku meraung sambil mengayunkan tanganku. Aku bisa mendaratkan serangan pada dua semut merah yang melompat, meskipun |
+ | Aku meraung sambil mengayunkan tanganku. Aku bisa mendaratkan serangan pada dua semut merah yang melompat, meskipun mereka nggak tewas, mereka terlempar cukup jauh. |
Line 32: | Line 32: | ||
− | Para semut merah yang belum |
+ | Para semut merah yang belum bergerak terinspirasi oleh rekan-rekan mereka dan mulai membuat keributan. Itu terasa seperti mereka sudah siap untuk melompat kearahku. Meskipun cukup beruntung bahwa mereka nggak terlalu kuat, aku nggak akan bisa menangani mereka kalau mereka datang secara bersamaan. |
Line 80: | Line 80: | ||
− | Ball Rabbit |
+ | Ball Rabbit menembakkan sebuah bola api, tapi semut itu nggak menghindarinya. Bola api itu menghilang setelah menghantam tubuh semut itu, tapi nggak ada tanda-tanda terbakar. |
Line 119: | Line 119: | ||
− | Kurasa ini bagus. Aku mungkin bisa kabur saat kelabang raksasa itu keluar. Aku selamat, aku benar-benar |
+ | Kurasa ini bagus. Aku mungkin bisa kabur saat kelabang raksasa itu keluar. Aku selamat, aku benar-benar selamat. Aku betul-betul sudah bersiap menemui ajal. |
Line 143: | Line 143: | ||
− | Kelabang raksasa itu sepenuhnya lolos dari lubang |
+ | Kelabang raksasa itu sepenuhnya lolos dari lubang itu. Aku keluar dan bergerak kabur ke kanan. Aku merasa lega sesaat sebelum aku melihat pemandangan yang mengerikan. |
− | Sekitar 30 semut merah menempel |
+ | Sekitar 30 semut merah menempel pada ekor kelabang raksasa itu. Sepertinya para semut merah berkeliaran diluar dan mencoba menarik si kelabang raksasa dari ekornya untuk dibawa masuk kedalam lubang sarang mereka. |
Line 155: | Line 155: | ||
− | Si Kelabang raksasa berusaha untuk mengamuk, tapi para semut merah menahan ekornya. Para semut merah berpencar ke kanan dan kiri untuk kabur dari gigitan kelabang itu dan mulai menggigit dia. Sementara itu para semut yang lain berkonsentrasi |
+ | Si Kelabang raksasa berusaha untuk mengamuk, tapi para semut merah menahan ekornya. Para semut merah berpencar ke kanan dan kiri untuk kabur dari gigitan kelabang itu dan mulai menggigit dia. Sementara itu para semut yang lain berkonsentrasi untuk memotong kakinya. |
Line 186: | Line 186: | ||
− | Aku nggak akan |
+ | Aku nggak akan membiarkanmu mati sampai aku yang membunuhmu dengan tanganku sendiri, aku nggak punya perasaan semacam itu. Aku mungkin punya dendam, tapi kami nggak punya hubungan semacam itu. |
Revision as of 12:01, 3 January 2019
Chapter 144 - Pelarian
Ketegangan meningkat di sekeliling.
Para semut merah disekitar perlahan-lahan mendekat. Ini menjadi semakin nggak menguntungkan.
Kalau tujuanku adalah menang, maka aku nggak akan membiarkan situasi seperti ini terjadi, tapi saat ini aku nggak peduli dengan nyawaku.
Sebenarnya itu membuatnya lebih baik untukku kalau kalian bergerak perlahan-lahan sambil mendekat.
“kuchaa!”
Kayaknya para semut merah nggak bisa menahan ketegangannya. Aku mendengar suara para semut merah menghentak tanah dibelakangku.
“Guruuooooooo!”
Aku meraung sambil mengayunkan tanganku. Aku bisa mendaratkan serangan pada dua semut merah yang melompat, meskipun mereka nggak tewas, mereka terlempar cukup jauh.
Tubuh mereka berdua terbaring meringkuk. Aku penasaran apakah mereka akan pulih dengan [Self-Regeneration].
“kucha!” “kucha, kucha!”
Para semut merah yang belum bergerak terinspirasi oleh rekan-rekan mereka dan mulai membuat keributan. Itu terasa seperti mereka sudah siap untuk melompat kearahku. Meskipun cukup beruntung bahwa mereka nggak terlalu kuat, aku nggak akan bisa menangani mereka kalau mereka datang secara bersamaan.
“kuchaaa!”
Semut terbesar berteriak keras-keras.
Inspirasi bukanlah tujuannya, lebih seperti provokasi dan penahanan. Dia nggak menatapku tapi kearah langit-langit. Para semut yang cemas segera menghentikan gerakan mereka. Apa dia ini boss sementara dari para semut merah? Dia bertindak seperti kapten mereka. Kemungkinan dia berperingkat lebih tinggi juga, sekitar peringkat B.
Para semut merah sekitar mendapatkan kembali ketenangan mereka dan perlahan-lahan mendekat lagi. Musuh kayaknya nggak mau menambah kerugian mereka. Perasaan kamu sama, karena aku juga ingin Ball Rabbit lolos. Saling menghancurkan juga bukan bagian dari rencana.
Aku memfokuskan inderaku pada bagian belakangku. Bukan cuma untuk melihat seberapa banyak semut yang ada disana, tapi karena aku kuatir apakah Ball Rabbit bisa kabur.
“pefupefu!”
Woi, kenapa kau belum kabur juga! Kau bahkan nggak kelihatan punya niat untuk kabur.
Apa yang kau lakukan!? Apa gunanya aku mengulur waktu! Dimana Nina?
「.....Itu sungguh hina」
Ball Rabbit mengarahkan kepalanya ke lantai dan mengeluarkan pernyataan kasar menggunakan [Telepathy].
....Woi, woi, kalau terus kayak gini, maka kita akan dimusnahkan!
Sialan! Aku harus memikirkan sesuatu!
“kucha!”
Lalu, seekor semut merah bergerak kearah Ball Rabbit.
Pemimpin para semut merah menoleh kearah dia dan berteriak "kucha". Semut pemimpin itu mungkin nggak mau aku bertindak sampai dia berhasil mengepungku. Akan tetapi semut itu nggak berhenti.
Ball Rabbit menembakkan sebuah bola api, tapi semut itu nggak menghindarinya. Bola api itu menghilang setelah menghantam tubuh semut itu, tapi nggak ada tanda-tanda terbakar.
Ball Rabbit berada dalam bahaya.
Aku menarik nafas dan memenuhi paru-paruku. Para semut merah beraksi dan berhenti bergerak. Aku menyemburkan [Plague Breath] ke sekelilingku dan racun menyelimuti area ini.
“Kucha!?”
Aku menargetkan celah saat para semut merah kebingunan dan mengibas-kibaskan ekorku. Lalu aku bergerak kearah para semut merah dan berlari kearah Ball Rabbit.
Tepat saat si semut merah menyerbu ke arah Ball Rabbit sambil membuka mulutnya lebar-lebar, aku menggigit punggungnya.
“gucha!?”
Sambil menusukkan taringku pada punggungnya, aku mengangkatnya dan melemparnya ke dinding. Semut merah itu bahunya menghantam dinding dan jatuh ke lantai, tap dia segera bangkit dengan [Self-Regeneration] dan mendekat padaku. Para semut merah yang lain juga bergerak mendekatiku.
Hanya dengan dua semut, mereka berhati-hati dalam menyerang karena mereka nggak mau melewatkan waktu serangan mereka, tapi jika kau nggak sendirian maka nggak ada yang bisa membuatmu takut.
Aku menjatuhkan para semut merah yang melompat padaku dan memasukkan Ball Rabbit kedalam mulutku, lalu kabur ke arah yang berlawanan dari kawanan semut yang mengejarku. Aku tau bahwa itu adalah jalan buntu karena ada kelabang raksasa yang memblokir pintu masuk, tapi aku nggak bisa berhenti sekarang.
Aku mungkin akan meningkatkan level skill [Plague Breath]. Itu adalah keuntungan sekaligus kerugian, tapi aku akan menyesalinya kalau kami berhenti disini.
“Gijijijijijijijijijijijijijijijijii!!”
Sudah jelas, pintu masuknya masih tertutup karena kebodohan dari kelabang raksasa. Meskipun sudah nggak berguna, dia mulai berusaha mundur dengan kecepatan yang tinggi. Kayaknya dia menyerah setelah dia berpikir bahwa dia telah terjebak, tapi dia menjadi gusar setelah melihat kawanan semut merah yang besar.
Kurasa ini bagus. Aku mungkin bisa kabur saat kelabang raksasa itu keluar. Aku selamat, aku benar-benar selamat. Aku betul-betul sudah bersiap menemui ajal.
...Meskipun itu adalah cara mundur yang aneh. Bagiku itu seperti dia mengayuhkan kaki-kakinya seperti sebuah dayung, mungkin dia nggak sering mundur.
Selain itu, itu betul-betul sangat menyedihkan... Yah terserahlah, untuk saat ini akan ada gencatan senjata sementara.
Aku terus menggunakan [Roll] dan mengejar kelabang raksasa yang bergerak mundur dengan kecepatan yang tinggi. Yah memang agak lambat dari yang sebelumnya, tapi tetap saja dia mundur dengan cepat.
Apa aku salah menganggap ekornya sebagai kepalanya sebelumnya?
Tidak, itu kayaknya nggak benar.
Faktanya dia telah memakan banyak manusia lainnya sebelumnya, aku akan sangat membencinya kalau dia bisa menembakkan beam dari ekornya.
“Gijijijijijijijijijijijijijii!”
Kelabang raksasa itu sepenuhnya lolos dari lubang itu. Aku keluar dan bergerak kabur ke kanan. Aku merasa lega sesaat sebelum aku melihat pemandangan yang mengerikan.
Sekitar 30 semut merah menempel pada ekor kelabang raksasa itu. Sepertinya para semut merah berkeliaran diluar dan mencoba menarik si kelabang raksasa dari ekornya untuk dibawa masuk kedalam lubang sarang mereka.
Aku lari dengan kecepatan penuh. Saat aku melihat kebelakang, para semut merah yang mengejarku juga mulai bertarung melawan kelabang raksasa.
“Gijijijijijijijijijijijijijii!”
Si Kelabang raksasa berusaha untuk mengamuk, tapi para semut merah menahan ekornya. Para semut merah berpencar ke kanan dan kiri untuk kabur dari gigitan kelabang itu dan mulai menggigit dia. Sementara itu para semut yang lain berkonsentrasi untuk memotong kakinya.
Whoa, para semut merah sungguh menakutkan.
Kelabang raksasa itu meringkuk dan nggak berusaha menjatuhkan para semut merah yang menempel padanya. Kecepatannya menurun mungkin karena banyaknya jumlah semut yang ada diekornya yang membuat dia keberatan.
Kelabang itu mulai mengumpulkan cahaya merah di mulutnya untuk menyampaikan [Heat Ray, tapi cahaya merah itu membuat ledakan kecil di mulutnya dan menghilang. Kurasa dia sudah kehabisan MP. Kau nggak bisa menggunakan sesuatu yang setingkat [Heat Ray] tanpa MP dengan jumlah yang cukup.
Untuk sang penguasa gurun, apa kau mengalami saat yang sulit menghadapi para semut yang biasanya kau injak-injak?
“Gijijijijijijijijijijijijijijijijijijijijiii!!”
Kelabang raksasa itu menjerit keras-keras. Kebencianku terhadap kelabang itu mereda, karena itu terasa memilukan.
Aku ingin melihat akan seperti apa pertarungannya, tapi akan sangat buruk kalau mereka menargetkan aku selanjutnya. Jadi aku meningkatkan kecepatan [Roll] dan nggak melihat kebelakang.
Sampai jumpa lagi kelabang raksasa di alam sana.
Aku tau aku bersumpah suatu hari nanti aku akan mengalahkanmu, tapi kau nggak perlu bertahan hidup sampai hari itu.
Aku nggak akan membiarkanmu mati sampai aku yang membunuhmu dengan tanganku sendiri, aku nggak punya perasaan semacam itu. Aku mungkin punya dendam, tapi kami nggak punya hubungan semacam itu.
Akan lebih baik kalau kau menemui ajalmu disini.
Aku akan selamanya mengingat kematianmu sebagai seekor monster tolol yang kepalanya terjebak di lubang sarang semut.
Sebelumnya | Halaman Utama | Selanjutnya |