Masou Gakuen HxH:Volume 2 Prologue: Difference between revisions

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search
RS (talk | contribs)
mNo edit summary
Zeevxs (talk | contribs)
Line 1: Line 1:
==Prologue==


{Special Attack Unit, respond.}


A voice mixed with grating noise could be heard.
== Prolog ==


“This is Special Attack Unit, imperial headquarters, please.
 
{Unit Serangan Khusus, tanggapi.}
 
 
Suara yang bercampur dengan suara kisi bisa terdengar.
 
 
"Ini Unit Serangan Khusus, markas besar kekaisaran."
 
 
{Laporkan posisi Anda saat ini.}
 


{Report your current position.}
Di bawah mataku terlihat sebuah danau yang dikelilingi pegunungan.


Below my eyes a lake surrounded by mountains was visible.


“Currently I am at Shizuoka, in the middle of passing through Hakone. The estimated time until my arrival in Nagoya is――”
“Saat ini saya berada di Shizuoka, di tengah-tengah melewati Hakone. Perkiraan waktu sampai saya tiba di Nagoya adalah―― ”


{The Nagoya operation is suspended. Return to Tokyo.}


I doubted my ears.
{Operasi Nagoya ditangguhkan. Kembali ke Tokyo.}


“What is the meaning of this? Right now magic weapons are advancing from the Entrance of Kumano right!? I have to head there quickly!”


{Nagoya is abandoned.}
Saya meragukan telinga saya.


“Wha……-?”
 
"Apa artinya ini? Tepat sekarang senjata ajaib maju dari pintu masuk dari Kumano kan !? Aku harus segera ke sana! "
 
 
{Nagoya ditinggalkan.}
 
 
“ Apa …… -?”
 
 
Ditinggalkan dia berkata …… apa artinya itu?
 
 
{Daripada itu, ini adalah tatanan baru. Pastikan Tokyo float lepas landas.}
 
 
“Eh !?”
 
 
Di dalam hatiku semakin dingin.
 
 
Pelampung Tokyo yang mengapung di Teluk Tokyo. Untuk itu lepas landas berarti――
 
 
 
 
Untuk membuang Jepang, itulah yang dikatakannya.
 
 
 
 
Keringat dingin membasahi seluruh tubuh.
 
 
Telinganya berdengung.
 
 
{Sebuah Pintu Masuk juga terwujud di Tokyo, senjata ajaib juga mendekati lokasi ini. Ambil posisi sebagai penjaga sampai warga yang berkumpul di Teluk Tokyo menaiki kendaraan hias Tokyo.}
 
 
“ Tha , itu! Nagoya akan …… apa yang akan terjadi dengan kota-kota lain! Meskipun mereka menungguku untuk membantu mereka! Apa kau menyuruhku untuk melihat banyak orang mati !? ”
 
 
{Lalu, Anda akan melihat orang-orang di sini mati?}
 
 
“…… Kuh !”
 
 
{Ini adalah perintah. Cepat kembali.}
 
 
“…… Roger.”
 
 
Saya berbalik 180 °. Pada saat itu, jeritan yang seharusnya tidak saya dengar terasa sampai ke telinga saya.
 
 
Dengan keengganan yang menyakitkan, saya menuju ke Tokyo.
 
 
Saya harus berpura-pura tidak melihat nyala api dan asap membumbung kemana-mana.
 
 
Rasanya tubuhku sendiri dipanggang.
 
 
Air mata keluar dari ketidakberdayaan saya sendiri.
 
 
Tapi, saya tidak bisa menunjukkan wajah seperti ini kepada orang lain.
 
 
Saya pelindung Jepang. Tidak mungkin saya bisa menunjukkan wajah lemah kepada orang-orang.
 
 
Menyeka air mata, saya mendarat di dermaga Teluk Tokyo.
 
 
"Ini adalah……"
 
 
Teluk Tokyo, dari dermaga hingga sekitarnya menjadi gunung hitam yang ramai dikunjungi orang. Apakah ada beberapa ribu, beberapa puluh ribu, atau bahkan lebih dari jumlah yang berkumpul di sini?
 
 
Tentu saja, menampung semua orang ini akan memakan waktu yang cukup lama.
 
 
“Oi! Apa itu!?"
 
 
“Itu Unit Serangan Khusus! Bantuan akan datang!
 
 
Orang-orang menemukan sosok saya, mereka menunjuk dan mengangkat suara mereka.
 
 
Setiap orang memiliki wajah yang dipenuhi dengan harapan dan harapan. Wajah-wajah itu mengangkat suara kegembiraan dan kelegaan.
 


Abandoned he said…… what did that mean?
Betul sekali.


{Rather than that, this is a new order. Make sure Tokyo float takes off.}


“Eh!?”
Saya harus melindungi orang-orang ini. Tidak ada waktu untuk menangis atau apapun.


Inside my heart was growing cold.


Tokyo float that was floating in Tokyo Bay. For that to take off meant――
Ketika saya mendarat di dermaga, orang-orang datang melonjak ke depan, jadi saya berbicara untuk mengendalikan kerumunan.


   
   


To throw away Japan, was what it said.
“Semuanya, harap tenang! Mulai sekarang, saya akan melindungi semua orang. Mohon tenang dengan cara apapun, ikuti instruksi dan evakuasi! ”


   
   


Cold sweats soaked the whole body.
Kata - kataku ditularkan seperti menyebarkan riak dari mulut ke mulut orang-orang. Di saat yang sama, ekspresi lega juga menyebar. Saya mengkonfirmasi situasi itu dan berjalan di antara orang-orang.


The ears were buzzing.


{An Entrance is also materializing in Tokyo, magic weapons are also approaching this location. Take position as guard until the citizens gathering in Tokyo Bay boarded the Tokyo float.}
Tua dan muda, pria dan wanita, usia dan pakaian mereka juga beragam. Alih-alih berkumpul dengan keluarga, ada banyak orang yang berkelompok dengan orang lain yang sepertinya rekan kerja mereka di sekolah atau di tempat kerja. Ada juga seorang gadis seumuran denganku di antara mereka. Seorang anak laki-laki berdiri di sampingnya, memegangi tangannya dengan kuat.


“Tha, that’s! Nagoya will…… what will happen to the other cities! Even though they are waiting for me to go to their aid! Are you telling me to watch a great number of people die!?”


{Then, you are going to watch the people here die?}
Tentunya mereka adalah sepasang kekasih.


“……Kuh!”


{This is an order. Quickly return.}
Dadaku terasa sesak. Saya berpura-pura tidak melihat dan lewat di samping mereka.


“……Roger.”


I turned around for 180°. At that time, screams that I shouldn’t be hearing felt like they reached my ears.
"Saya?"


With painful reluctance, I headed to Tokyo.


I had to pretend not seeing the flames and smokes raising everywhere.
Ada seorang ibu yang memimpin anaknya. Anaknya adalah seorang gadis seusia dengan taman kanak-kanak, dia memeluk seekor beruang empuk kecil dengan wajah yang sepertinya siap menangis.


It felt as if my own body was roasted.


Tears came out from my own powerlessness.
"Apa yang salah? Apakah kamu merasa takut? ”


But, I couldn’t show this kind of face to other people.


I am the protector of Japan. There was no way I could show a weak face to the people.
Sang ibu membuat senyum wajib dan menundukkan kepalanya. Wajah gadis itu masih terlihat sedih sambil menatapku.


Wiping the tears, I landed on the pier of Tokyo Bay.


“This is……”
“ Hicc …… uh huh. O, onee-chan ? Kamu tidak takut? ”


Tokyo Bay, from the pier until its surrounding area became a black mountain of people crowded. Was there several thousand, several tens of thousands, or even more than that number gathering here?


Certainly, accommodating all these people would take quite a bit of time.
“Ya, saya tidak takut sama sekali.


“Oi! What’s that!?”


“That’s the Special Attack Unit! Help is coming!”
Gadis itu mengedipkan matanya karena terkejut.


The people discovered my figure, they pointed and raised their voices.


Everyone had faces that were filled with hope and expectation. Those faces raised voices of joy and relief.
“Karena, semua orang jahat itu, onee-chan ini akan mengalahkan mereka semua!”


That’s right.


I had to protect these people. There was no time to cry or anything.
Sambil tersenyum riang, aku menepuk kepala gadis itu.


When I landed on the pier, the people came surging forward, so I spoke to control the crowd.


“Everyone, please calm down! From now on, I will protect everyone. Please calm down by any means, follow the instructions and evacuate!”
Setelah itu, pipi gadis itu menjadi rileks, dan segera wajahnya berubah menjadi senyum bahagia.


My words was transmitted like spreading ripples from mouth to mouth of the people. At the same time, relieved expressions were also spreading. I confirmed that situation and walked around among the people.


Old and young, male and female, their ages and attires were also various. Rather than being together with their family, there were a lot of people that made a group with others who seemed to be their colleagues in school or in the workplace. There was also a girl in the same age as me among them. A boy was standing beside her, holding her hand firmly.
"Betulkah? Benarkah, onee-chan akan menyelamatkan kita? Aku juga, mama juga? ”


Surely they were lovers.


My chest felt constricted tightly. I pretended not to see and passed beside them.
“Ya, sungguh.


“My?”


There was a mother leading her child. Her child was a girl around the age of a kindergartener, she was hugging a small plushy bear with a face that seemed ready to cry.
Gadis itu mengucapkan ' uwaa ' dengan mulut terbuka, matanya berbinar-binar.


“What’s wrong? Do you feel scared?”


The mother made an obliged smile and lowered her head. The face of the girl was still looking sad while looking up at me.
“ Oii -! Apa itu!?"


“Hicc…… uh huh. O, onee-chan? You are not scared?”


“Yes, I’m not scared at all.
Suara ketakutan bisa terdengar dari sisi lain dinding manusia.


The girl blinked her eyes in surprise.


“Because, all those bad guys, this onee-chan will beat them all!”
Gelombang agitasi menyerang kerumunan.


Smiling cheerfully, I patted the head of the girl.


Thereupon, the cheeks of the girl relaxed, and soon her face turned into a happy smile.
“Mohon tenang! Apakah ada yang salah?"


“Really? Really, onee-chan will save us? Me too, mama too?”


“Yes, really.
Saya berlari ke arah suara itu. Ada, orang yang menunjuk satu tempat.


The girl went ‘uwaa’ with an opened mouth, her eyes were sparkling brightly.


“Oii-! What’s that!?
――Itu?


A scared voice could be heard from the other side of the human wall.


A wave of agitation was attacking the crowd.
Dari bayangan gedung-gedung kota, sebuah bola cahaya yang sangat besar menunjukkan sosoknya.


“Please calm down! Is something wrong?”


I ran to the direction of the voice. There, everyone were pointing at a single spot.
Mungkin diameternya sepuluh meter. Permukaannya merah, seperti gas yang berputar-putar, entah kenapa bahkan terlihat mirip seperti Jupiter yang berubah warna menjadi merah.


――That’s?


From the shadow of the town buildings, an enormous ball of light showed its figure.
“Semuanya, tenanglah! Turunkan tubuhmu dekat dengan tanah, orang yang bisa bersembunyi pindah ke gedung terdekat untuk teluk―― ”


Perhaps it had the diameter of ten meters. The surface was red, it was like gas whirling in a circle, for some reason it even looked similar like Jupiter changing color into red.


“Everyone, calm down! Lower your body close to the ground, people that can hide move to the nearby building for cove――”
Gelombang kejut yang luar biasa menusuk tubuhku.


Tremendous shockwave pierced my body.


――Eh?
――Eh?


Before I realized, the sky and earth were completely reversed.


Flame and explosion burst out on the surroundings, obstructing the field of vision.
Sebelum saya sadar, langit dan bumi benar-benar terbalik.


――Wha,


What, was happening?
Api dan ledakan meledak di sekitarnya, menghalangi bidang penglihatan.


My body floated in the air, and then crashed on the ground.
 
―― Apa ,
 
 
Apa yang terjadi?
 


“Ku…… h”
Tubuhku melayang di udara, lalu jatuh ke tanah.
 
 
“Ku …… h”
 
 
Seluruh tubuhku sakit.
 


My whole body hurt.
Saya terpesona?


I was blown away?


I crawled on all fours and somehow tried to stand up.
Saya merangkak dengan empat kaki dan entah bagaimana mencoba untuk berdiri.


A dripping sound, her blood was dripping to the ground.


Was I cut somewhere?
Suara menetes, darahnya menetes ke tanah.


However, I cannot complain about such things right now.


“E…… every…… one”
Apakah saya terpotong di suatu tempat?


I lifted my face, and lost for words.


The figures of people standing in orderly line, waiting for their turn were nowhere to be seen.
Namun, saya tidak bisa mengeluh tentang hal-hal seperti itu sekarang.


Even though just now they were staring at me, with those eyes overflowing with that much expectation.


“What in the world…… happened”
“E …… setiap …… satu”


When I hit my own leg, I stood up.


Rubble was everywhere she could see.
Aku mengangkat wajahku, dan kehilangan kata-kata.


Hell fire that burned everything to nothing.


Black smoke and tornado that the flame produced.
Sosok orang yang berdiri dalam antrean yang teratur, menunggu giliran tidak terlihat.


Suddenly, I felt a soft sensation below my feet.


I moved aside, my feet trembling.
Meskipun barusan mereka menatapku, dengan mata yang dipenuhi dengan ekspektasi sebesar itu.


It was a bear plushy, half burned and melted.


At that time, the land shook, a growling voice reverberated.
“Apa yang di dunia …… terjadi”


Enormous metals were grating each other, a voice that was like creaking.


The owner of the voice, slowly displayed its appearance from the other side of the smoke and flame.
Ketika saya memukul kaki saya sendiri, saya berdiri.


It had three necks, flexibly squirming in the air.


Coldly shining eyes, with drool of lava dripping down from the reddish shining mouth.
Puing ada di mana-mana.


   
   


――A three headed dragon.
Api neraka yang membakar segalanya menjadi tidak ada.


   
   


Even though I wanted to scream, the voice didn’t come out.
Asap hitam dan tornado yang dihasilkan api.


Terror, and rage, and sorrow, impatience, shock, everything were mixing with each other,


Impulse that was hard to describe rushed about inside my body,
Tiba-tiba, saya merasakan sensasi lembut di bawah kaki saya.


It was desperately searching for an outlet.


Like this I would break.
Aku minggir, kakiku gemetar.


I would crack.


I would crumble.
Itu adalah beruang empuk , setengah terbakar dan meleleh.


If I don’t create an outlet.


With all my body strength, I opened my mouth.
Saat itu, tanah berguncang, suara geraman bergema.


   
   


“NOooOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOO-!!”
Logam yang sangat besar saling berderit, suara yang seperti berderit.


   
   


As if to vomit out everything, a scream gushed out.
Pemilik suara itu, perlahan-lahan menunjukkan penampilannya dari sisi lain asap dan nyala api.
 
 
Ia memiliki tiga leher, menggeliat dengan fleksibel di udara.
 
 
Mata yang bersinar dingin, dengan air liur lava yang menetes dari mulut yang bersinar kemerahan.
 
 
 
 
―― Naga berkepala tiga.
 
 
 
 
Meskipun saya ingin berteriak, suara itu tidak keluar.
 
 
Teror, dan kemarahan, dan kesedihan, ketidaksabaran, shock, segala sesuatu yang bercampur dengan satu sama lain,
 
 
Dorongan yang sulit untuk dijelaskan mengalir di dalam tubuhku,
 
 
Itu sangat mencari jalan keluar.
 
 
Seperti ini saya akan putus.
 
 
Saya akan retak.
 
 
Saya akan hancur.
 
 
Jika saya tidak membuat outlet.
 
 
Dengan seluruh kekuatan tubuhku, aku membuka mulutku.
 
 
 
 
“ NOooOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOO - !!”
 
 
 
 
Seolah ingin memuntahkan semuanya, teriakan keluar.
 


<noinclude>
< noinclude >


==Translator's Notes and References==
==Translator's Notes and References==

Revision as of 15:30, 10 August 2020


Prolog

{Unit Serangan Khusus, tanggapi.}


Suara yang bercampur dengan suara kisi bisa terdengar.


"Ini Unit Serangan Khusus, markas besar kekaisaran."


{Laporkan posisi Anda saat ini.}


Di bawah mataku terlihat sebuah danau yang dikelilingi pegunungan.


“Saat ini saya berada di Shizuoka, di tengah-tengah melewati Hakone. Perkiraan waktu sampai saya tiba di Nagoya adalah―― ”


{Operasi Nagoya ditangguhkan. Kembali ke Tokyo.}


Saya meragukan telinga saya.


"Apa artinya ini? Tepat sekarang senjata ajaib maju dari pintu masuk dari Kumano kan !? Aku harus segera ke sana! "


{Nagoya ditinggalkan.}


“ Apa …… -?”


Ditinggalkan dia berkata …… apa artinya itu?


{Daripada itu, ini adalah tatanan baru. Pastikan Tokyo float lepas landas.}


“Eh !?”


Di dalam hatiku semakin dingin.


Pelampung Tokyo yang mengapung di Teluk Tokyo. Untuk itu lepas landas berarti――




Untuk membuang Jepang, itulah yang dikatakannya.




Keringat dingin membasahi seluruh tubuh.


Telinganya berdengung.


{Sebuah Pintu Masuk juga terwujud di Tokyo, senjata ajaib juga mendekati lokasi ini. Ambil posisi sebagai penjaga sampai warga yang berkumpul di Teluk Tokyo menaiki kendaraan hias Tokyo.}


“ Tha , itu! Nagoya akan …… apa yang akan terjadi dengan kota-kota lain! Meskipun mereka menungguku untuk membantu mereka! Apa kau menyuruhku untuk melihat banyak orang mati !? ”


{Lalu, Anda akan melihat orang-orang di sini mati?}


“…… Kuh !”


{Ini adalah perintah. Cepat kembali.}


“…… Roger.”


Saya berbalik 180 °. Pada saat itu, jeritan yang seharusnya tidak saya dengar terasa sampai ke telinga saya.


Dengan keengganan yang menyakitkan, saya menuju ke Tokyo.


Saya harus berpura-pura tidak melihat nyala api dan asap membumbung kemana-mana.


Rasanya tubuhku sendiri dipanggang.


Air mata keluar dari ketidakberdayaan saya sendiri.


Tapi, saya tidak bisa menunjukkan wajah seperti ini kepada orang lain.


Saya pelindung Jepang. Tidak mungkin saya bisa menunjukkan wajah lemah kepada orang-orang.


Menyeka air mata, saya mendarat di dermaga Teluk Tokyo.


"Ini adalah……"


Teluk Tokyo, dari dermaga hingga sekitarnya menjadi gunung hitam yang ramai dikunjungi orang. Apakah ada beberapa ribu, beberapa puluh ribu, atau bahkan lebih dari jumlah yang berkumpul di sini?


Tentu saja, menampung semua orang ini akan memakan waktu yang cukup lama.


“Oi! Apa itu!?"


“Itu Unit Serangan Khusus! Bantuan akan datang! ”


Orang-orang menemukan sosok saya, mereka menunjuk dan mengangkat suara mereka.


Setiap orang memiliki wajah yang dipenuhi dengan harapan dan harapan. Wajah-wajah itu mengangkat suara kegembiraan dan kelegaan.


Betul sekali.


Saya harus melindungi orang-orang ini. Tidak ada waktu untuk menangis atau apapun.


Ketika saya mendarat di dermaga, orang-orang datang melonjak ke depan, jadi saya berbicara untuk mengendalikan kerumunan.


“Semuanya, harap tenang! Mulai sekarang, saya akan melindungi semua orang. Mohon tenang dengan cara apapun, ikuti instruksi dan evakuasi! ”


Kata - kataku ditularkan seperti menyebarkan riak dari mulut ke mulut orang-orang. Di saat yang sama, ekspresi lega juga menyebar. Saya mengkonfirmasi situasi itu dan berjalan di antara orang-orang.


Tua dan muda, pria dan wanita, usia dan pakaian mereka juga beragam. Alih-alih berkumpul dengan keluarga, ada banyak orang yang berkelompok dengan orang lain yang sepertinya rekan kerja mereka di sekolah atau di tempat kerja. Ada juga seorang gadis seumuran denganku di antara mereka. Seorang anak laki-laki berdiri di sampingnya, memegangi tangannya dengan kuat.


Tentunya mereka adalah sepasang kekasih.


Dadaku terasa sesak. Saya berpura-pura tidak melihat dan lewat di samping mereka.


"Saya?"


Ada seorang ibu yang memimpin anaknya. Anaknya adalah seorang gadis seusia dengan taman kanak-kanak, dia memeluk seekor beruang empuk kecil dengan wajah yang sepertinya siap menangis.


"Apa yang salah? Apakah kamu merasa takut? ”


Sang ibu membuat senyum wajib dan menundukkan kepalanya. Wajah gadis itu masih terlihat sedih sambil menatapku.


“ Hicc …… uh huh. O, onee-chan ? Kamu tidak takut? ”


“Ya, saya tidak takut sama sekali.”


Gadis itu mengedipkan matanya karena terkejut.


“Karena, semua orang jahat itu, onee-chan ini akan mengalahkan mereka semua!”


Sambil tersenyum riang, aku menepuk kepala gadis itu.


Setelah itu, pipi gadis itu menjadi rileks, dan segera wajahnya berubah menjadi senyum bahagia.


"Betulkah? Benarkah, onee-chan akan menyelamatkan kita? Aku juga, mama juga? ”


“Ya, sungguh.”


Gadis itu mengucapkan ' uwaa ' dengan mulut terbuka, matanya berbinar-binar.


“ Oii -! Apa itu!?"


Suara ketakutan bisa terdengar dari sisi lain dinding manusia.


Gelombang agitasi menyerang kerumunan.


“Mohon tenang! Apakah ada yang salah?"


Saya berlari ke arah suara itu. Ada, orang yang menunjuk satu tempat.


――Itu?


Dari bayangan gedung-gedung kota, sebuah bola cahaya yang sangat besar menunjukkan sosoknya.


Mungkin diameternya sepuluh meter. Permukaannya merah, seperti gas yang berputar-putar, entah kenapa bahkan terlihat mirip seperti Jupiter yang berubah warna menjadi merah.


“Semuanya, tenanglah! Turunkan tubuhmu dekat dengan tanah, orang yang bisa bersembunyi pindah ke gedung terdekat untuk teluk―― ”


Gelombang kejut yang luar biasa menusuk tubuhku.


――Eh?


Sebelum saya sadar, langit dan bumi benar-benar terbalik.


Api dan ledakan meledak di sekitarnya, menghalangi bidang penglihatan.


―― Apa ,


Apa yang terjadi?


Tubuhku melayang di udara, lalu jatuh ke tanah.


“Ku …… h”


Seluruh tubuhku sakit.


Saya terpesona?


Saya merangkak dengan empat kaki dan entah bagaimana mencoba untuk berdiri.


Suara menetes, darahnya menetes ke tanah.


Apakah saya terpotong di suatu tempat?


Namun, saya tidak bisa mengeluh tentang hal-hal seperti itu sekarang.


“E …… setiap …… satu”


Aku mengangkat wajahku, dan kehilangan kata-kata.


Sosok orang yang berdiri dalam antrean yang teratur, menunggu giliran tidak terlihat.


Meskipun barusan mereka menatapku, dengan mata yang dipenuhi dengan ekspektasi sebesar itu.


“Apa yang di dunia …… terjadi”


Ketika saya memukul kaki saya sendiri, saya berdiri.


Puing ada di mana-mana.


Api neraka yang membakar segalanya menjadi tidak ada.


Asap hitam dan tornado yang dihasilkan api.


Tiba-tiba, saya merasakan sensasi lembut di bawah kaki saya.


Aku minggir, kakiku gemetar.


Itu adalah beruang empuk , setengah terbakar dan meleleh.


Saat itu, tanah berguncang, suara geraman bergema.


Logam yang sangat besar saling berderit, suara yang seperti berderit.


Pemilik suara itu, perlahan-lahan menunjukkan penampilannya dari sisi lain asap dan nyala api.


Ia memiliki tiga leher, menggeliat dengan fleksibel di udara.


Mata yang bersinar dingin, dengan air liur lava yang menetes dari mulut yang bersinar kemerahan.




―― Naga berkepala tiga.




Meskipun saya ingin berteriak, suara itu tidak keluar.


Teror, dan kemarahan, dan kesedihan, ketidaksabaran, shock, segala sesuatu yang bercampur dengan satu sama lain,


Dorongan yang sulit untuk dijelaskan mengalir di dalam tubuhku,


Itu sangat mencari jalan keluar.


Seperti ini saya akan putus.


Saya akan retak.


Saya akan hancur.


Jika saya tidak membuat outlet.


Dengan seluruh kekuatan tubuhku, aku membuka mulutku.




“ NOooOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOO - !!”




Seolah ingin memuntahkan semuanya, teriakan keluar.


< noinclude >

Translator's Notes and References


Back to Illustrations Return to Main Page Forward to Chapter 1