Difference between revisions of "Zero no Tsukaima ~ Indonesian Version:Volume5 Bab2"

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search
(New page: Bagian 1 Yap, ini adalah Akademi Sihir Tristain. Liburan musim panas baru saja dimulai dan di dalam asrama, dua ningrat tengah membunuh waktu. Mereka adalah Kirche si "Ardent" dan Tabit...)
 
Line 36: Line 36:
   
 
Tabitha membuka kembali bukunya dan melanjutkan membaca. Kirche, yang tahu situasi keluarga Tabitha, memutuskan mengundangnya ke Keluarga Zerbst, tapi Tabitha menolak pergi. Tanpa pilihan lain, Kirche memutuskan untuk menemani Tabitha di Akademi. dia tak bisa meninggalkan Tabitha sendiri.
 
Tabitha membuka kembali bukunya dan melanjutkan membaca. Kirche, yang tahu situasi keluarga Tabitha, memutuskan mengundangnya ke Keluarga Zerbst, tapi Tabitha menolak pergi. Tanpa pilihan lain, Kirche memutuskan untuk menemani Tabitha di Akademi. dia tak bisa meninggalkan Tabitha sendiri.
  +
  +
"Mungkin cuma kita yang tinggal di sauna ini."
  +
  +
Kirche berpikir untuk mandi di lapangan. Karena seluruh guru dan urid pergi dan pulang ke rumah, harusnya tiada bahaya para pengintip. tapi lalu...
  +
  +
Sebuah jeritan terdengar dari lantai bawah. Kirche dan Tabitha bertukar pandang secara kilat. Kirche segera mengenakan kemejanya dan meloncat keluar dari kamar dnegan tongkat di tangan. Tabitha segera mengikuti di belakangnya.
  +
  +
Dalam sebuah kamar di lantai bawah, sebuah pasangan lain tengah bertengkar.
  +
  +
"Apa yang kau pikirkan?!"
  +
  +
"Um, aku...aku pikir kini panas, dan aku hanya coba membantu!"
  +
  +
Pertengkaran terjadi antara Guicje dan Montmorency. Mengapa pasangan ini tak meninggalkan asrama untuk liburan musim panas?
  +
  +
"Oh, begitu. jadi itu maksudmu! 'Ayo buat ramuan sama-sama' pantatmu! Akus eharusnya tak mendengarkan ocehanmu soal mampu membuat Ramuan terlarang apapun yang kemau. Apa sih maumu?"
  +
  +
"Itu tujuanku! Aku tak berdusta!"
  +
  +
"kau berpikiran yang tidak-tidak karena tiada orang, kan? Maaf saja, tapi aku takkan memberimu sejaripun hingga aku kawin!"
  +
  +
Guiche menggeleng-gelengkan kepalanya.
  +
  +
"Jangan mendekat."
  +
  +
"Aku bersumpah, aku pegang kata-kataju."
  +
  +
Guiche menaruh tangannya di dada. "Aku bersumpah demi Tuhan dan sang Pendiri bahwa aku, Guiche de Gramont tak melepas kancing Montmorency yang tengah tidur karena maksud kotor, melainkan karena benar-benar berpikir dia terlihat demam. Kau berkeringat begitu banyak sehingga aku khawatir kau akan dididihkan hingga mati."
  +
  +
"Benarkah?" tanya Montmorency yang memandangnya ragu.
  +
  +
"Demi Tuhan." jawab Guiche khidmat.
  +
  +
"...kau ga kan melakukan yang aneh-aneh?"
  +
  +
"Tidak, takkan pernah terpikir untuk itu."
  +
  +
setelah berfikir sesaat, Montmorency mengangkat roknya dan menunjukkan celana dalamnya sekilas. Karena Guiche menerjangnya seketika, dia berteriak sekeras-kerasnya. "Oh Tuhan! Pendusta! Dia seorang pendusta!"
  +
  +
"Putih! Putih! Ia benar-benar putih!"
  +
  +
"jangan! Hentikan! Mohon Hentikan!"
  +
  +
Setelah geje beberapa saat, pintu terbuka dnegan sebuah dak. Kirche dan Tabitha masuk dan mata mereka beradu dengan mata Montmorency, yang baru saja didorong ke kasur oleh Guiche.
  +
  +
"...oh, kalian baru saja akan melakukannya," desah Kirche.
  +
  +
Guiche, yang tiba-tiba jadi serius, bangkit, berdiri dan berkata dengan cara yang begitu tegas, "Oh, aku hanya...membereskan kerutan kemeja Montmorency."
  +
  +
"dengan mendorongnya ke kasur? Kirche mengejek.
  +
  +
"memberekan kerutan," ulang Guiche sekali lagi,
  +
  +
Montmorency berkata dnegan nada dingin, "Sudahlah. Hanya itu yang ada di kepalamu."
  +
  +
Guiche tersipu.
  +
  +
Kirche buka mulut dan berkata dnegan sikap lelah. "kalian berdua benar-benar pasangan murahan. Kalian tak harus melakukannya di asrama yang menyesakkan ini."
  +
  +
"Kami tak melakukan apapun!...dan akulah yang seharusnya bertanya apa yang kalian lakukan. Kini liburan musim panas."
  +
  +
"ia tak seharga masalahnya bagi kami. Meski kini liburan, cape lho untuk nyebrang perbatasan hanya untuk itu, Jadi apa sih yang kalian lakukan sebenarnya?"
  +
  +
"Kami tengah, um..."
  +
  +
Montmorency memainkan jemarinya, karena dia tak bisa bilang dia tengah membuat Ramuan Terlarang.
  +
  +
"Pe-Penelitian sihir."
  +
  +
"Hmm, kau memang tengah melakukan semacam penelitian."
  +
  +
"Adalah Guiche yang ingin melakukannya! Otaknya mungkin tergoreng dalam panas ini!"

Revision as of 18:43, 1 March 2011

Bagian 1

Yap, ini adalah Akademi Sihir Tristain. Liburan musim panas baru saja dimulai dan di dalam asrama, dua ningrat tengah membunuh waktu.

Mereka adalah Kirche si "Ardent" dan Tabitha si "Badai salju". Kirche tengah malas-malasan berbaring di kasur Tabitha dengan pose yang sangat tak sopan. Dia melepas seluruh kancing bajunya dan tengah mengipasi dada montoknya dengan tangan. Kirche memang menyukai panas tapi tak tahan hangat.

Dia tak bisa mengendalikan panas yang mendidih di ruang yang dipanggang matahari.

"Hei Tabitha, bisakah kau menghembuskan angin untukku?"

Tabitha mengayunkan tongkat panjangnya tanpa menoleh dari buku.

"Berikan yang dingin. Yang bisa dinginnya menembus tulang, tepat seperti nama keduamu."

Sebagaimana diharapkan, ada es dalam anginnya. Angin bersalju itu langsung mendinginkan badan Kirche.

"Ahh-, rasanya enak."

Sambil minum dalam angin dingin Tabitha, Kirche membuka kemejanya. dia menyilangkan kakinya dalam sikap yang takkan pernah dilihat lusinan teman lelakinya yang menyembahnya bagaikan seorang dewi.

Dia menerawang ke arah Tabitha yang dari tadi membaca buku. Tabitha tak berkeringat setetes pun, seolah-olah menyatu sempurna dengan bukunya. "Mungkin nama keduanya 'Badai Salju' mendinginkan badan dan juga pikirannya," gumam Kirche.

"Hei "Badai salju"? Kau benar-benar suka membaca buku ya? Seperti protestan saja. Apa itu buku Protestan terkenal yang berjudul "Doktrin Praktis"?

"Doktrin praktis" merupakan kitab yang dibaca oleh sekte protestan, yang merupakan kitab tafsir dari "Buku Doa Sang Pendiri", yang merekam amal dan ajaran Sang Pendiri, Brimir.

Meski setiap versi "Buku Doa Sang Pendiri" mengklaim sebagai sebagai versi yang asli, isi mereka agak berbeda. Terlebih lagi, ada teori bahwa "Buku Doa Sang Pendiri" ditulis ratusan tahun setelah kejatuhan Brimir Sang Pendiri. "Buku Doa Sang Pendiri" yang telah diwariskan turun temurun oleh keluarga kerajaan Tristain bahkan tak ada tulisannya. Karenanya, banyak teologiawan menafsirkannya dnegan cara yang begitu kabur sehingga meningkatkan kekuatan politik gereja Halkegenia dan mereka sendiri. Badan praktisi utama dari "Doktrin Praktis" dimulai di pusat agama negara Romania dan dibangun para jelata yang ingin mereformasi gereja-gereja korup yang mengeksploitasi masyarakat. Kejadian ini segera menginternasional.

Ia menyebar dari para jelata da petani-petani, mereka melucuti kekuasaan dan tanah dari para pendeta, tapi tiada yang tahu
jika perbuatan dan penafsiran mereka benar. Yang tahu jawabannya mungkin hanya Brimir Sang Pendiri sendiri.

Tabitha menutup bukunya dan menunjukkan judulnya pada Kirche. Itu bukan buku agama, hanya sebuah buku penelitian seihir kuno.

"Hanya membaca." kata Tabitha.

"Aku tahu. Bagaimanapun juga, kau tak mungkin seorang protestan. Ahh, hari ini benar-benar pas. SANGAT PANAS. Itulah mengapa aku mengundangmu untuk pergi ke Germania denganku. Disana jauh lebih sejuk.

Tabitha membuka kembali bukunya dan melanjutkan membaca. Kirche, yang tahu situasi keluarga Tabitha, memutuskan mengundangnya ke Keluarga Zerbst, tapi Tabitha menolak pergi. Tanpa pilihan lain, Kirche memutuskan untuk menemani Tabitha di Akademi. dia tak bisa meninggalkan Tabitha sendiri.

"Mungkin cuma kita yang tinggal di sauna ini."

Kirche berpikir untuk mandi di lapangan. Karena seluruh guru dan urid pergi dan pulang ke rumah, harusnya tiada bahaya para pengintip. tapi lalu...

Sebuah jeritan terdengar dari lantai bawah. Kirche dan Tabitha bertukar pandang secara kilat. Kirche segera mengenakan kemejanya dan meloncat keluar dari kamar dnegan tongkat di tangan. Tabitha segera mengikuti di belakangnya.

Dalam sebuah kamar di lantai bawah, sebuah pasangan lain tengah bertengkar.

"Apa yang kau pikirkan?!"

"Um, aku...aku pikir kini panas, dan aku hanya coba membantu!"

Pertengkaran terjadi antara Guicje dan Montmorency. Mengapa pasangan ini tak meninggalkan asrama untuk liburan musim panas?

"Oh, begitu. jadi itu maksudmu! 'Ayo buat ramuan sama-sama' pantatmu! Akus eharusnya tak mendengarkan ocehanmu soal mampu membuat Ramuan terlarang apapun yang kemau. Apa sih maumu?"

"Itu tujuanku! Aku tak berdusta!"

"kau berpikiran yang tidak-tidak karena tiada orang, kan? Maaf saja, tapi aku takkan memberimu sejaripun hingga aku kawin!"

Guiche menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Jangan mendekat."

"Aku bersumpah, aku pegang kata-kataju."

Guiche menaruh tangannya di dada. "Aku bersumpah demi Tuhan dan sang Pendiri bahwa aku, Guiche de Gramont tak melepas kancing Montmorency yang tengah tidur karena maksud kotor, melainkan karena benar-benar berpikir dia terlihat demam. Kau berkeringat begitu banyak sehingga aku khawatir kau akan dididihkan hingga mati."

"Benarkah?" tanya Montmorency yang memandangnya ragu.

"Demi Tuhan." jawab Guiche khidmat.

"...kau ga kan melakukan yang aneh-aneh?"

"Tidak, takkan pernah terpikir untuk itu."

setelah berfikir sesaat, Montmorency mengangkat roknya dan menunjukkan celana dalamnya sekilas. Karena Guiche menerjangnya seketika, dia berteriak sekeras-kerasnya. "Oh Tuhan! Pendusta! Dia seorang pendusta!"

"Putih! Putih! Ia benar-benar putih!"

"jangan! Hentikan! Mohon Hentikan!"

Setelah geje beberapa saat, pintu terbuka dnegan sebuah dak. Kirche dan Tabitha masuk dan mata mereka beradu dengan mata Montmorency, yang baru saja didorong ke kasur oleh Guiche.

"...oh, kalian baru saja akan melakukannya," desah Kirche.

Guiche, yang tiba-tiba jadi serius, bangkit, berdiri dan berkata dengan cara yang begitu tegas, "Oh, aku hanya...membereskan kerutan kemeja Montmorency."

"dengan mendorongnya ke kasur? Kirche mengejek.

"memberekan kerutan," ulang Guiche sekali lagi,

Montmorency berkata dnegan nada dingin, "Sudahlah. Hanya itu yang ada di kepalamu."

Guiche tersipu.

Kirche buka mulut dan berkata dnegan sikap lelah. "kalian berdua benar-benar pasangan murahan. Kalian tak harus melakukannya di asrama yang menyesakkan ini."

"Kami tak melakukan apapun!...dan akulah yang seharusnya bertanya apa yang kalian lakukan. Kini liburan musim panas."

"ia tak seharga masalahnya bagi kami. Meski kini liburan, cape lho untuk nyebrang perbatasan hanya untuk itu, Jadi apa sih yang kalian lakukan sebenarnya?"

"Kami tengah, um..."

Montmorency memainkan jemarinya, karena dia tak bisa bilang dia tengah membuat Ramuan Terlarang.

"Pe-Penelitian sihir."

"Hmm, kau memang tengah melakukan semacam penelitian."

"Adalah Guiche yang ingin melakukannya! Otaknya mungkin tergoreng dalam panas ini!"