Zero no Tsukaima ~ Indonesian Version:Volume9 Bab2
Preview
Sorry! We could not process your edit due to a loss of session data. Please try again. If it still does not work, try logging out and logging back in.
Pagi Hari esoknya.. Di dalam hutan dekat Saxe-Gotha, dari dinginnya kabut pagi, seorang gadis muncul. Tubuh mungil nya terbungkus dalam mantel hitam, rambut panjang merah mudanya tergerai bagai air terjun . Dengan gerakan jengkel dia mengibaskan rambutnya yang sedikit basah karena embun pagi hutan, saat ia bersandar pada pohon. Pipi gadis itu yang sedikit merah muda, senada dengan warna rambutnya. Itulah penampilan Louise pagi ini.
Mengambil napas dalam-dalam, Louise berjongkok di samping pohon dan memeluk lututnya. Kemudian, ia membenamkan wajahnya yang cantik ke arah lututnya dan bergumam dalam hati. "Uuuuuuuu, itu sangat memalukan. Apa yang harus kulakukan? Aku tidak bisa malu. Sudah terlambat untuk merasa malu sekarang. " Dengan pipi yang bersemu merah, Louise mengambil sesuatu dari kantungnya Itu ... bagian dari kostum kucing hitam yang dia buat beberapa hari yang lalu yang kemudian ia memakainya..telinga kucing[nekomimi] hitam muncul di kepala Louise. dengan wajah Merah padam, Louise melepas telinga kucingnya.
"Ini memalukan. Tapi aku tidak bisa malu sekarang. " Dia teringat percakapan dengan Saito tadi malam. Dan kegelisahan yang muncul di hatinya karena Saito menolak untuk membicarakan Tiffania ... Apakah ada sesuatu ... yang disembunyikan di dadanya Tiffania ?? Louise bisa mati karena ledakan dari sebuah tong mesiu dengan ukuran sebesar itu. Apa rahasia. Ini ... Dia merasa tidak enak sejak tadi malam ketika ia menemukan ada yang janggal. Pokoknya, Louise merasa terikat untuk sementara waktu dan ingin menjadi yang terbaik bagi Saito. Apakah aku ingin dibandingkan dengan orang lain? pikirnya, memutuskan bahwa dia tidak menginginkan hal itu. Ini adalah pertama kalinya setelah semua. Dia ingin hati-hati memilih saat ketika hatinya akan siap. Namun ... setelah melihat hal-hal seperti ini, dia tidak bisa tetap tenang. Jadi ...
Itu adalah senjata yang menghancurkan kebanggaanku ... Payudara. Benar, senjata yang menakutkan dan brutal. Tiffania memiliki dua senjata brutal itu. Ukurannya sangat besar! Tidak, besar tidak masalah. dia mengatakan itu pada dirinya karena dia sendiri tidak memiliki senjata-senjata mematikan seperti milik Tiffania.
Setelah melihat senjata Tiffania, Saito bertanya setelah mencium Louise, "Apakah ini benar-benar dada?" Itulah kata-kata pertama yang Saito ucapkan setelah mereka berciuman. Setelah mengingat semuanya, kemudian melihat dada rata Louise, itu tidaklah sulit untuk memikirkan kesimpulan semacam itu. Namun, dia bertekad untuk tidak kalah dari keadaanya sekarang. "Bahkan aku tidak akan kalah dengan dada rata ini!" Louise mengatakan itu pada dirinya. Dan, dia ingin membuktikannya. Louise merasa perlu untuk membangun kepercayaan dirinya. Kemudian Louise berdiri, mengangkat tas besar ke dadanya dan membukanya. Setelah tasnya terbuka, dia menghela napas dalam-dalam. Louise menarik napas dalam untuk saat pendek mencoba untuk menenangkan diri. Dada datar Louise sedang mengangkat naik dan turun. Dengan wajah marah, Louise menoleh kanan-kiri seperti saatmau menyeberang jalan. "Tidak ada orang di sini." Di sini hanya anak-anak saja, tidak termasuk Tiffania,yang tinggal di Westwood Village. Dia hanya bisa melihat tupai mengumpulkan kacang dan seekor burung kecil disana. "Yak, ayo lakukan!" Bergumam pelan, Louise melepas seragam Akademi Sihir. Dia melepas roknya juga, dan berdiri hanya mengenakan pakaian dalam. Louise mengambil sesuatu dari tas untuk menjalankan strategi "membangun kepercayaan diri". "Meskipun aku mengambilnya tanpa izin ... Aku menggantinya dengan pakaianku sendiri, bukan." Tangan Louise gemetar saat sedang menggenggam seragam maid Siesta. Dia mencurinya dari samping tempat tidur Siesta, saat Siesta sedang tidur di ruang tamu. Karena seragam maid Siesta tidak ada Apron nya, ia mengambil Apron Tiffania yang diletakkan di kursi. "Idiot itu suka sama si maid bodoh." Gumam Louise, menutup matanya dan mencoba untuk meyakinkan dirinya. "Tapi dia juga suka aku. Mungkin. Mungkin. Itulah katanya. Mungkin itu hanya kata-kata ... "
Louise mengangguk - un un.
"Aku akan menambahkan dua. Tentunya dengan ini aku tak akan terkalahkan. Nah, nekomimi cuman jadi bonus. "
Dia mengatakan sementara bermain-main dengan nekomimi.
Dia memakainya, seragam maid curian dari Siesta.
"Uu ..."
Ia menyadarikalau ruang untuk dadanya sangat longgar. Louise mengepalkan tinjunya dan mendesah. Tidak hanya Tiffania yang punya senjata mematikan. Meskipun tidak se-besar punya Tiffania, punya Siesta juga relatif mematikan.
"Apa itu! Ini terlalu besar! Ini konyol! Tidak masuk akal! Dasar maid bodoh! Ini tidak adiill! "
Meskipun Siesta tidak mencari kehormatan,tapiii.. Tendang! Tendang!! - Louise mulai menendang pohon. Setelah menendang pohon malang itu beberapa kali, ia menggelengkan kepalanya dan melihat ke bawah.
"Tidak, aku masih belum kalah. Tidak mungkin Louise akan kalah dengan cara seperti ini!! Ah, aah, aaah, Aku benar-benar nggak lucuuu!!! "
Dia bergumam berkali-kali, membujuk dirinya sendiri.
"Aku lucu. Aku Imut. Imut bangettt. Aku cewek paling imut di seluruh Halkeginia. Selain itu, aku pengguna sihir Void. Ini berarti aku penyihir yang luar biasa. Hebat. Benar-benar hebat!! Oleh karena itu seharusnya Aku bisa pergi tanpa khawatir. Itu ... "
Louise menyentuh kekosongan di bagian dada seragam maid curiannya. Sepenuhnya mengakui perbedaan dalam ukuran, ia mulai menendang pohon lagi.
"Apa pun yang kumakan Itu nggak merubah ukuran dadaku sama sekali! Tidaaaakkkkkk!!! "
Karena tendangannya yang brutal, berbagai serangga mulai jatuh dari pohon. Louise menjerit.
"T-ti-tidaaakk!!!!!!"
Orangtuanya tidak pernah melihat Louise menangis begitu keras. Tidak ada yang pernah melihatnya begitu lemah. Haah, haah Louise bernapas seperti baru lari keliling lapangan 5 putaran, lalu menggelengkan kepalanya.
"Apa? Void ku bisa menumbuhkan dada rata ini dengan mudah! Sungguh!"
Kemudian Louise menekan bajunya ke ruang kosong pada dada seragam maid. Sepertinya Louise benar-benar seorang Void. Membatalkan dalam arti tertentu. Itu kosong.
Meskipun dada nya tampak agak terdistorsi, Louise merasa puas dan mulai berlatih ketika Saito akan melewati pohon.
Pagi ini Louise menyelinap keluar diam-diam dari kamar, dan meninggalkan surat untuk Saito di bawah pintu. "Datanglah ke hutan".
Dia tidak menulis di hutan sebelah mana dan siapa yang akan menunggu.
Louise, dengan cara berpikir bangsawan-nya nya, berpikir bahwa Saito akan memahaminya secara alami. Meskipun seseorang mungkin meragukan jika tidak memberitahu tempat untuk Saito adalah ide yang baik, tetapi seperti yang sudah dijelaskan diatas, Louise ingin mempersiapkan penampilannya sebaik mungkin.
"Benar, hari ini aku akan mengatakan hal penting itu. Maaf ... "
Maaf? Louise melirik ke pohon. "Terima kasih untuk selalu membantuku. Tapi meskipun kau selalu menjagaku, aku tidak menunjukkan rasa terima kasih samasekali padamu. Oleh karena itu aku ... "
Louise mencubit dagunya,bingung.
"Oleh karena itu, familiar tidak boleh diperlakukan seperti itu selamanya. Karena kau mencintaiku ... dan aku, uhm, kadang-kadang bermimpi tentangmu ... Jangan salah paham. Ini bukan cinta. Bagaimana tentang hal itu? Tidak cukup? "
Dengan pipinya yang bersemu merah, Louise bergumam.
"Aku menyukaimu lebih dari sekedar hubungan master dan familiar. Perasaan itu. Perasaanku padamu ada dalam tingkat yang lebih tinggi. Oleh karena itu, aku mempromosikan dirimu menjadi pelayan. Hebat bukan?! Kamu dapat diperlakukan sebagai manusia. Bukankah itu hebat? Dan untuk menunjukkan bahwa aku benar-benar bersyukur ... " Louise mencoba melakukan segala yang dia bisa untuk melakukan rencana "membuatnya jatuh cinta padaku sepenuhnya."
Untuk membuatnya jatuh cinta adalah "ungkapan terima kasih" yang sedang dilatih oleh Louise.
Louise dengan kedua tangannya mengemnggam ujung roknya, dan sambil menggigit bibirnya, bergumam ...
"... Aku pikir ini adalah apa yang kamu inginkan. Nah, bagiku, apa yang kamu inginkan itu penting. Kau bilang kau mencintaiku. Oleh karena itu, silakan ... " Louise mengangkat rok maidnya dan sambil tetap megigit bibirnya, memperlihatkan kaki ramping dan pakaian putih di bawahnya.
Dan berkata dengan suara lembut,
"... Bersikap lembutlah padaku...."
Ini adalah tembakan pembunuh pikir Louise ...
Ini kekuatan legendaris yang luar biasa melebihi sihir Void.
Dia akan mati jika Saito melihat dia seperti itu. Seperti tontonan.
Untuk sementara, tubuh Louise membeku dalam posisi ini. Namun, dia punya pikiran lain. Di sini, di tempat seperti itu, dia bukanlah seorang bangsawan. Di sini, dia berhenti menjadi salah satu dari anggota keluarga Duke. Dia kehilangan Nama Vallerie-nya ketika ia melangkah di sini. Uuu, seorang wanita biasa.. Louise, hanya Louise.
Setelah berpikir beberapa saat, Louise menunjuk tubuhnya dengan jarinya.
"T-tapi, i-ini, i-ini masih belum cukup. Sungguh. Aku tak bisa menahannya lagi. "
Kemudian Louise menjadi lebih tersipu. Dia tiba-tiba merasa malu. Kemudian, seolah-olah tidak mampu bertahan lagi dan berhenti itu, Louise melanjutkan latihannya.
"H-Hei! a-apa yang kau sentuh! Aku bilang berhenti! sudah! "
Louise membuat gerakan mendorong pergi dengan tangannya. "Hei! Berhenti! Apakah kamu mendengar? Anjing! Bodoh anjing idiot! "
Dan sehingga burung-burung kecil dan tupai menyaksikan dengan takjub bagaimana Louise, yang sedang duduk di bawah pohon, terus menggosok tangan Saito banyak, banyak, kali.
Tiffania terbangun setelah Louise, yang sudah bangun duluan, di tempat tidur di kamarnya dan menggeliat. Kemudian melon nya, yang seharusnya berada di bawah pakaian malam nya, melompat keluar. Tiffania menyembunyikan melon nya dengan lengannya sambil tersipu-sipu. :3
Lalu dia menghela nafas.
- sigh*
"ternyata ini memang buruk ..."
Keraguan mengenai tubuhnya sendiri telah dirasakan sejak hari para tamu tiba. Tiffania membiarkan melonnya lepas dari persembunyian lengannya dan menatapnya.
"Apakah dadaku terlalu besar?"
Setelah membandingkan dadanya dengan wanita yang datang mencari Saito, itu tidak mungkin untuk menyembunyikan kenyataan ini. Tiffania tidak melihat banyak gadis dalam masa remaja. Oleh karena itu ia tidak khawatir tentang ukuran dadanya.
Tapi ...
"Louise-san, Agnes-san, Siesta-san ... bahkan yang terbesar dari mereka, Siesta-san, ukurannya cuma setengah dariku."
Jadi, Agnes adalah setengah dari itu, dan Louise adalah ...
"papan talenan."
Seperti Agnes yang akan dengan kejam mengatakan hal itu. Tapi, kemudian dadaku adalah ...
"Aneh ..."
bahu Tiffania lemas.
Aku gagal,aku cuma blasteran Elf-Manusia, dengan ini kutukan distorsi yang jatuh pada dada saya - Tiffania mulai menyalahkan asal-usul kelahirannya.Secara logika, itu tidak ada hubungannya dengan statusnya yang seorang blasteran, tetapi karena Tiffania hidup sebagian besar dengan anak-anak, dia benar-benar tidak bisa berpikir menggunakan logikanya.
Meskipun ia merasa ingin menangis sejak pagi, Tiffania menggeleng.
"Saya tidak akan menunjukkan wajah seperti itu di depan para tamu. Aku seharusnya menghibur mereka, menjadi tuan rumah yang baik. Saya sudah membuat marah mereka tadi malam dengan menyebabkan masalah saat membawa anggur. "
Menenangkan dirinya, Tiffania mulai memikirkan menu makan siang hari ini.
"Itu benar. Kami memiliki beberapa buah peach dan apel. Aku akan membuat pai apel-peach. "
buah peach dan apel yang mudah untuk ditemukan disini. Bagian dalam buahnya lembut, seperti buah persik. Pai yang dibuat menggunakan itu dan rasanya juga sangat lezat.
Namun, Saito dan yang lainnya mungkin khawatir saat mengetahui saya pergi. Para tamu tampaknya sedang dijadikan target oleh musuh yang aneh ...
Tiffania, yang mengalami bahaya yang cukup besar ketika masih kecil, tidak lagi takut pada bahaya. Saya tidak akan ceroboh dan membiarkan diriku diserang. Dan bahkan jika saya diserang, saya selalu bisa menggunakan mantra "Forget" untuk mempertahankan diri.
Untuk saat ini, Tiffania memutuskan untuk meninggalkan catatan.
"Aku pergi ke hutan untuk mengambil beberapa buah. Aku akan kembali sebelum tengah hari. "