Hakomari (Indonesia):Jilid 3 Putaran Pertama
Status: Incomplete
▶Hari pertama <A> Ruang [Kazuki Hoshino]
Hal pertama yang memsauki pandanganku adalah langit-langit hitam dan bola lampu yang terpasang di sana. Aku melompat berdiri, terkejut pada pemandangan asing tempat ini.
“...Ruang apa ini?”
Menahan kebingunganku yang menjadi-jadi, aku mencoba mengingat-ingat bagaimana aku bisa sampai di sini.
Aku seharusnya sedang tertidur di tempat tidur bawah, seperti biasa. Aku tidak ingat aku berpindah tempat sesudahnya. Aku tidak ingat berpindah tempat, ataupun bertemu dengan orang lain.
Aku mengamati sekeliling ruangan. Di sana ada toilet dan tempat cuci tangan di ruangan seluas enam tatami ini. Di tengahnya adalah sebuah meja dengan tas goni di atasnya.
Tapi apa yang benar-benar menonjol adalah monitor 20 inch yang terpasang di tembok dan terlihat tidak pada tempatnya di ruangan yang seperti penjara ini.
Pandanganku beralih ke tubuhku. Aku mengenakan seragam sekolahku yang semua kantongnya kosong.
Aku meraih tas goni itu dan mengeluarkan barang-barang di dalamnya satu persatu.
Sebuah pulpen.
Sebuah buku catatan.
Sebuah jam tangan digital berwarna biru.
Tujuh potong makanan padat.
Di sana juga ada terminal portable yang terlihat tepat seperti <<iPod touch>>.
Dan terakhir---
“------“
Sebuah pisau yang berat.
Dengan hati-hati aku melepaskan penutupnya. Mata pisau yang kuat. Pisau itu bahkan memiliki pinggiran yang bergerigi. Itu adalah pisau untuk bertarung yang biasa muncul di tangan-tangan para tentara dalam film.
“...Hah..? Untuk tujuan apa aku...”
Ini jelas-jelas adalah senjata. Alat untuk membunuh.
Sesorang mencoba membuatku bertarung? Jadi aku tidak punya pilihan lain selain bertarung?
Aku menggelengkan kepalaku dan melemparkan pisau itu kembali kedalam kantung. Menyadari kalau aku gemertaran, aku menarik nafas dalam dan mencoba menenangkan diri.
Sekali lagi, aku melihat ke sekitar ruangan. Tidak ada jendela. Aku juga tidak bisa menemukan lubang ventilasi. Di sana hanya ada satu pintu yang terlihat sangat berat. Aku berfikir untuk membukanya, tapi lalu menyadari kalau tidak ada gagang pintu di sana. Coba-coba aku menekankan tubuhku sedikit padanya, tapi tidak pintu itu tidak bergerak sama sekali.
Aku berjalan terhuyung-huyung ke tempat tidurku dan menjatuhkan tubuhku di sana.
“Apa yang sedang terjadi di sini...?”
Aku tidak mengerti. Aku tidak mengerti... tapi ini adalah situasi yang tidak normal.
---Tidak normal – yang tidak biasa.
Aah, apakah ini mungkin---
<<Selamat - pagi>>
Suara tiba-tiba ini mengagetkanku.
Aku menoleh dan melihat---apa ini?---makluk aneh di monitor yang tadinya gelap.
<<HaHaHa - Selamat - pagi - Kazuki-kun>>
Berlawanan dengan caranya berbicara padaku yang akrab, suaranya terdengar sangat seperti mesin, tanpa intonasi. Benda hijau berkilau di monitor seharusnya menggambarkan seekor beruang... aku rasa. Mungkin. Karena matanya yang tajam dan tubuhnya yang dibentuk buruk, dia tidak terlihat imut sama sekali. Terus terang, dia menjijikan.
<<YaaYaaYaa-Apa-kau-merasa-baik? Aku adalah-sang maskot-Noitan! SenanG-bertemu denganmu>>
Si beruang ---mulut---Noitan? Bergerak naik turun. Animasi ini hanya terdiri dari dagunya bergerak naik dan turun, jadi sekali lahi: menjijikan.
“...karakter yang mengerikan. Anak-anak akan menangis...”
<<Siapa yang kau panggil mengerikan babi! Haruskan aku menghukummu dengan menghancurkan ‘bola ‘mu? Itu akan cocok untukmu.>>
“......HII!”
D-dia barusan berbicara! Lebih dari itu, dengan mulut yang sangat kotor! Dan kenapa dia tiba-tiba bicara dengan lancar!? Juga, pengambaran matanya yang merah itu terlalu menakutkan!
“...U-umm... apa kau bisa berbicara denganku?”
<<Ya - Aku - bisa!>>
Nada bicaranya kembali.
Sepertinya dia diatur supaya bisa berbicara lancar hanya saat dia marah.
“Noitan,”
<<Kau sok akrab brengsek, tidak mau gunakan “san” dinamaku!? Juga, bicara lebih sopan!>>
“......Noitan-san. Aku tidak tahu bagaimana aku bisa sampai sini, jadi aku ingin tahu aku ada di mana?”
<<Kau ada di dAlam - permainan - yang disebut - [Kingdom Royale]! Aku akan-mEnjelaskannya nanti - di tempat - yang lAin berada, tapi --->>
“Yang lain...? Jadi aku bukan satu-satunya yang ada di sini?!”
<<Tutup mulutmu saat aku sedang bicara atau kau ingin aku mencabut lidahmu?!>>
“......Maafkan aku.”
<<Pintu ini - sekarang akan terbuka! Kau akaN mencapai - tempat – dimana - semua peserta - permainan ini berkUmpul! Aku akan - mEnjelaskannya padamu - di sana jadi mohon - tunggu sebentar>>
Saat Noitan selesai berbicara, pintu berat itu mulai terbuka perlahan tapi pasti.
“...Boleh aku pergi?”
<<Silahkan-kalau kau sudah-mempersiapkaN dirimu!”
“Mempersiapkan diri...?”
<<Di balik piNtu ini-adalah ruang besar-Apakah kau siap-untuk mEnemui orang-orang-yang aDa pada-posisi yang sama denganmu?>>
“Apa yang akan kami lakukan?’
Noitan merubah air mukanya yang mengerikan dan berkata,
<<Mortal combat!>>[1]
“......Eh? Apa yang---“
Monitor itu mati sebelum aku menyelesaikan kalimatku. Pada saat bersamaan, pintu itu terbuka sepenuhnya.
---Apa maksudnya ini?
Kegelapan yang tebal menghubungkan pintu dengan sisi yang lain.
Apa benar-benar ada ruangan di sana? ...Aku tidak bisa mempercayainya.
Tapi aku yakin aku tidak bisa menolak untuk pergi.
Aku memakai jam tangan biru yang ada di meja dan berdiri di depan pintu.. Karena aku merasa kakiku akan membeku, aku mencoba menenangkan diriku:
...Tidak apa-apa. Aku akan baik-baik saja.
Tidak ada hal baik yang menungguku di ujung sana. Tapi, aku ada di dalam sebuah ‘kotak’. Karenanya, dia ada di sini.
---Maria ada di sini.
Karenanya pasti akan baik-baik saja.
Dengan pikiran seperti itu di otakku, aku melompat ke dalam kegelapan.
▶Hari Pertama <B> Ruang besar
Pemandangannya berubah dengan segera.
Pertama, semuanya berubah putih. Warna putih tidak alami yang mebuatku merasa berada dalam ruang kosong rumah sakit yang baru selesai di buat, tanpa dokter, perawat ataupun pasien.
Saat aku menyadarinya sampai sini---
“Ueh...?”
---Aku dijatuhkan.
Tanpa ada waktu untuk kebingungan atau merasakan sakitnya hantaman lantai keras terhadap punggungku, ujung sebuah pisau diarahkan padaku tepat depan mataku.
“Namamu?”
Melihat gadis dengan rambut sebahu memegang sebuah pisau di depanku, aku akhirnya menyadari apa yang terjadi padaku.
“H-HII...!!”
“Kau dipanggil <<HII>>? Itu tidak benar kan? Bukankah aku menanyakan namamu?’
S-siapa orang ini?
“K-Kazuki Hoshino.”
Aku menyadari kalau dia mengenakan seragam sekolah kami dan, di tangan kirinya, sebuah jam digital berwarna oranye. Warnanya berbeda dengan milikku.
Jadi dia peserta game ini? ...eh? Mungkin, pertarungan hidup dan mati sudah di mulai dan aku barusan sekakmat? T-Tungu sebentar! Bukannya ini terlalu kejam?!
Meskipun situasiku terlihat tanpa harapan—
“Kazuki!”
---Aah, cuma dengan mendengar suara ini aku bisa tenang.
“Mh, Otonashi-san, apa dia kenalanmu?”
“Ya, benar.”
Sesudah mengatakan hal itu, dia berdiri tanpa mengubah ekspresinya dan melangkah mundur. Aku tidak benar-benar mengerti, tapi sepertinya aku dibebaskan.
“Apa kau baik-baik saja, Kazuki?”
“Y-Ya...”
Aku menjawab sambil meraih tangannya setelah dia berlari ke arahku.
“T-tapi kenapa dia---“
“---Whoa!”
Aku menghentikan ucapanku saat suara lain bergema, dan menoleh dengan heran. Gadis tadi memegang pisau ke arah seorang laki-laki berambut kecoklatan.
“...umm, kenapa, tiba-tiba?”
Dia bertanya, saat melihat sekeliling hanya dengan matanya. Dia terkejut, tapi sepertinya cukup tenang untuk mengamati kami.
“...kau cukup tenang, benar kan?”
Menyadari hal ini, dia mengatakannya pada laki-laki berambut kecoklatan itu.
“Tidak, sebenarnya... yah, tapi aku menyadari ‘Aah, kau tidak serius’, jadi aku bisa tetap tenang entah bagaimana.”
Dia menjawab dengan “Ohoo” yang penuh arti pada jawaban laki-laki itu, lalu dia menarik pisaunya dan melepaskannya.
“...ah, kau sudah melepaskanku?”
“Lakukan apa yang kau inginkan.”
...dia segera melepaskan laki-laki berambut kecoklatan itu juga, huh. Aku benar-benar heran kenapa dia melakukan hal ini?
Laki-laki berambut kecoklatan itu sudah tersenyum seolah melupakan kejadian tadi dan berkata,
“Oh, ada tiga gadis menawan! Beruntungnya aku!”
Three...? Umm, Maria, gadis yang menyerangku dengan pisau, dan---
Aku menemukan seorang gadis dengan rambut panjang meringkuk di samping monitor besar di ruangan ini. Dengan kulit putih kontras dengan rambutnya yang hitam kelam, gadis itu memberikan kesan ramping padaku.
Juga, dia mengenakan jam digital yang berwarna abu-abu kecoklatan di tangan kirinya.
“Jangan khawatir, Yuuri!”
Gadis-pisau itu mengusap kepala gadis berambut hitam dan tersenyum padanya, menunjukkan kebaikan yang tidak dia tunjukkan pada kami. Wajah gadis berambut hitam yang berubah-rubah karena ketakutan sedikit tenang, tapi hanya selama beberapa saat.
“...Apa yang akan terjadi pada kita...?”
“Kita akan baik-baik saja!”
...sepertinya mereka berdua saling kenal.
“Kau adalah Hoshino-senpai[2], kan?”
Karena dipanggil, aku mengalihkan pandanganku dari kedua gadis itu. Dia adalah laki-laki berambut kecoklatan yang tadi.
“Apa kau mengenalku?”
“Tentu saja! Senpai, kau sangat terkenal, bersama dengan Maricchi di sana? Kau tidak mungkin lupa tentang upacara penerimaan yang ‘’legendaris’’ itu kan!”
Dia mengenakan seragam berkerut, sebuah kalung perak, dan di pergelangan tangannya sebuah jam tangan digital berwarna hijau. ...sebentar, kalau dipikir-pikir, semua yang ada di sini mengenakan seragam sekolah kami.
“Umm, siapa namamu?”
“Namaku --- ah! Kaichou, sepertinya kita semua di sini sekarang, jadi bagaimana kalau perkenalan?
Dia berkata dapa gadis-pisau.
<<Kaichou>>?[3] Apa ini artinya dia adalah Ketua Osis? Satu dari tiga manusia super yang Kokone katakan padaku?
“Mh, baiklah. Itu mungkin tidak jelek.”
Sekarang karena dia mengatakan hal ini, aku sering mendengar suara renyah ini pada pengumuman dengan mic. Gadis yang tersenyum penuh-percaya diri ini adalah... benar, tanpa keraguan dia adalah ketua Osis.
Jadi---
Aku harus bertarung melawan para manusia super itu dalam pertarungan hidup dan mati ini?
“Apa kau pikir ini sudah semuanya?”
Si ketua Osis bertanya padanya.
“Di sini ada enam kursi, jadi kurasa begitu.”
“Hmm, yeah.”
...eh? Enam?
“Tunggu sebentar! Bukankah kita hanya berlim---“
“Kazu, apa matamu terbuat dari kaca?”
Aku menahan nafasku saat mendengar kata-kata ini.
Di tengah ruangan adalah sebuah meja bujur dengan enam kursi diatur samarata di sekitarnya. Di kursi terjauh dari tempatku adalah, dia.
“...Daiya.”
Daiya yang juga berseragam merubah bentuk mulutnya sedikit, dan mengangkat satu tangannya yang mengenakan jam digital hitam, seolah memberiku sebuah salam santai.
Meskipun ini pertama kalinya kita bertemu setelah sekitar dua bulan, meskipun di tempat seperti ini, salamnya begitu santai seolah kita baru bertemu.
“Apa? Kalian saling kenal? .......Jadi begitu.”
“Kaichou. Boleh aku menganggap dengan tindakanmu tadi kau sudah memperkirakan resiko kalau kami akan berkomplot memusuhimu kan?”
Ketua Osis itu gugup selama beberapa saat, tapi kemudian dia mendengus. Dia melanjutkan,
“Aku menyerahkannya pada penilaian kalian masing-masing.”
Saat ini Daiya yang menyeringai mendengar kata-katanya.
Percakapan macam apa yang mereka punya di sini...? Seolah mereka sudah siap untuk berperang.
...tidak, atau mungkin perang sudah dimulai? Apakah ini alasannya dia menodongkan pisau ke arahku?
“Aku satu-satunya tanpa kenalan kalau begitu? Aku merasa sangat kesepian~”
Si rambut kecoklatan memeluk kepalanya secara berlebihan seolah dia tidak menyadari ketegangan di antara dua orang itu sama sekali. ...Aku heran apakah dia menyadari disituasi macam apa dia berada...?
“Baiklah, kita akan saling memperkenalkan diri kita masing-masing. Bisakah kita mulai kalau begitu? Untuk sekarang, mari kita semua duduk lagipula sudah tersedia kursi untuk kita semua.”
Aku duduk di depan Daiya dan Maria duduk di sampingku. Maria juga mengenakan jam di pergelangan tangannya. Warnanya adalah, merah.
“Okay, sebagian besar dari kalian pasti sudah mengenalku, tapi aku akan mulai dengan perkenalan dariku. Aku adalah---“
“Sebelum itu, boleh aku menanyakan satu hal?”
Maria menunjukkan ekspresi tidak senang pada ketua osis di depannya dan menanyakan hal itu.
“Apa yang ingin kau tanyakan?”
“Aku tidak bermaksud ikut campur karena aku tidak melihat keinginan untuk menyakiti siapapun dalam dirimu... tapi apa maksud dari ancaman dengan pisaumu tadi?”
“Aah, itu?”
Terlihat tidak menghiraukan ekspresi tidak senang Maria, ketua osis mulai menjelaskan.
“Kalau kau mendapat penjelasan yang sama denganku dari beruang pandir itu, kau seharusnya tahu kalau sebuah permainan <<permusuhan-kematian>> akan dimulai di sini kan? Karenanya, aku mempertimbangkan kemungkinan kalau ada yang akan memulai saat semua orang masih kebingungan. Jadi aku berfikir untuk melakukan hal itu untuk mencegah hal ini. Singkatnya: krisis manajemen.”
“Ha!”
Daiya mendengus mendengar penjelasan ini. Ketua osis itu jelas terlihat terganggu.
“Uumm... Daiya Oomine-kun, benar kan? Aku mendengar namamu dari rumor. Jadi, apa maksud dari tawa sengitmu itu?”
“Aku cuma berfikir kalau itu adalah kebohongan yang menyakitkan. Krisi manajemen? Apa kau benar-benar berfikir kalau di sini ada militan yang akan melakukan pembantaian hanya karena mendengar penjelasan dari beruang itu? Kau hanya mencoba melakukan langkah pertama untuk membuatmu ada pada posisi menguntungkan secara psikologis, atau mungkin aku salah? Tenanglah, satu-satunya yang bisa melakukan hal ini hanyalah kau, yang bisa mencapai pemikiran semacam itu!”
“Sebuah strategi untuk berada pada posisi menguntungkan secara psikologis, huh. Kau salah, sepenuhnya tidak benar. Aku tidak akan melakukan tindakan semacam itu yang kerugiannya melebihi keuntungan. Kalau aku bersikap sembarangan dan memancing rasa permusuhan seseorang, aku akan berada dalam bahaya, benar kan?”
“Lalu apa itu untuk mengecek dalangnya? Apa kau bermaksud mencari orang-orang mencuigakan dari reaksi mereka?”
“Aku tidak berfikir sejauh itu. Tidak sopan.”
Jawaban-jawabannya ringan. Akan tetapi, kegelisahan di udara tidak bisa disembunyikan dengan itu.
“Whoa, tenanglah senpai! Kalian sangat menakutkan!”
Si rambut kecoklatan memotong pembicaraan mereka.
“...Okay. Tapi kau sangat tenang, ya kan? Kau orang yang cukup anh.”
“Kumohon hentikan! Aku seperti ini hanya karena aku tidak bisa tenang. Biasanya, aku bersikap lebih dewasa, tapi bagaimana aku harus menjelaskannya, ketegangan yang aneh di udara searang... yah, tapi aku rasa aku tidak setegang temanmu di sini, Kaichou.”
Saat pembicaraan beralih padanya, gadis yang terlihat patuh itu menarik pundaknya.
“Ma-maaf…”
“Tidak apa-apa, Yuuri. Kau tidak perlu minta maaf.”
“Ma-maaf, iroha.”
Si ketua Osis tertawa dan mengangkat pundaknya saat melihat gadis itu meminta maaf lagi.
“Aah~…entah kenapa keteganganku menghilang.”
“Bagus, Yuuri-chan!”
Si rambut coklat mengacungkan jempol.
“Eh? Eh? Apa aku melakukan sesuatu…?”
Dia berkedip kebingungan, yang membuat ketu Osis tertawa kecil lagi.
“Bisa kita kembali ke pokok permasalahan dan mulai perkenalannya? Aku murid kelas tiga Iroha Shindou dan, seperti yang kalian mungkin ketahui, ketua dari Osis sekolah kita. Kemampuan khususku adalah bisa tidur di manapun. Hobiku lari dan rintangan.”
“Meskipun bisa mengikuti kegiatan di berbagai pelosok negeri , lari dan rintangan atletik cuma hobi, huh? Aku bertaruh kau cukup tidak terkenal, ya kan?”
Daiya memotong.
“Kau punya lidah yang tajam, huh? Tapi ini adalah fakta sederhana kalau itulah hobiku. Lagipula aku tidak cocok untuk lari dan rintangan. Di kegiatan-kegiatan itu kau tidak punya pilihan selain bergantung pada kemampuan fisikmu. Dan aku tidak terlalu dikaruniai dalam hal itu. Karenanya, aku tidak cocok. Itu cuma hobi.”
“Itu yang disebut ‘sindiran’.”
“’…anak muda itu berkata menyindir.’”
Si ketua Osis membalas acuh tak acuh. Untuk bisa mengikuti daiya, dia benar-benar manusia super.
Dia menyenggol gadis di sampingnya dengan sikunya, menyuruhnya untuk melanjutkan.
“Ah, a-aku, um, kelas tiga dan, err, berteman dengan Iroha di kelas 1 saat kami ada di kelas yang sama… umm,kemampuan khusus dan semacamnya juga, Iroha? Uumm… Aku tidak punya kemampuan khusus… tapi hobiku adalah membaca. Namaku adalah Yuuri --- Yuuri Yanagi.”
“Eh?”
Aku bergumam tanpa sadar.
Apa dia barusan bilang <<Yanagi>>?
“……Eh? Umm, ap-apa aku mengatakan hal yang aneh?”
Gadis yang menamakan dirinya <<Yuuri Yanagi>> bingung karena sikapku.
“Ah”
Aku kembali sadar dan melambaikan tanganku dengan cepat.
“Ti-Bukan apa-apa! Hanya saja aku kenal seseorang yang memiliki nama panggialan yang sama.”
“O-oh begitu...”
Yanagi-san---akan membingungkan, jadi aku akan menggunakan Yuuri-san---masih memandang ke arahku dengan heran, tapi kemudian,
“Yuuri, apa kau sudah selesai?”
“Ah, err...”
Dia ditanyai seperti itu oleh ketua osis dan melepaskan pandangannya padaku.
“Se-senang bertemu dengan kalian.”
...Oh tidak, mungkin dia memperoleh kesan aneh dariku.
Anak laki-laki berambut kecoklatan yang menyeringai ke arahku membuka mulutnya.
“Yuuri-chan sangat imut. Dia tipeku.”
“Fhue!”
“Hey, anak kelas satu, jangan menggoda Yuuri! Juga, kau terlalu sok dekat menambahkan ‘chan’.”
“Ngomong-ngomong, kau terlalu berkeinginan kuat, karena itu, bukan tipeku, Kaichou.”
“Aku tidak peduli. Sekarang mulai perkenalanmu.”
“Oke~y. Aku murid kelas satu Koudai Kamiuchi, senang bertemu dengan kalian. Ah, terutama denganmu, Yuuri-chan. Lalu, hobiku adalah bermain slot machine. ...ah, cuma untuk meluruskan, slot machine yang ada di game center.
Yang mengejutkan, Daiya memotong perkenalan si rambut-kecoklatan, Koudai Kamiuchi.
“Aah, kau si Kamiuchi itu, huh. Aku sering mendengar rumor tentangmu. Sepertinya kau tidak pernah kalah di mesin Pachinko?”
“Meskipun itu tidak benar. Yah, secara garis besar aku pasti menang. Pada dasarnya, aku punya mata yang bagus.”
“Seorang cowok bernama Haruaki Usui mengintaimu sekali untuk membuatmu masuk klub baseball, benar kan? Karena kau dulu terkenal sebagai yang menyerbu saat festival olah raga di sekolah menengah.”
“Mengintai? Tidak ingat... tapi tidak, tidak, baseball di SMA tidak mungkin untukku! Dan lagipula, tidak mungkin seseorang serapuh aku bisa mengikuti latihan keras mereka bukan? Klub pulang-ke rumah paling cocok untukku.”
Mungkinkah Kamiuchi-kun itu, meski tidak ada di level <<Manusia Super>>, seorang orang yang hebat...?
“...umm, Yuuri-san?”
“Y-ya?”
“Apakah kau, mungkin, juga sangat pintar?”
“Eh? A-aku, um... tidak juga.”
“Yuuri selalu menjadi juara pertama di kelas 1.”
Ketua Osis mengatakannya dengan datar.
Tahun ketiga, kelas 1? Itu adalah kelas elit di seni liberal yang mengarah ke universitas Tokyo dan Kyoto. Dia nomor satu di sana...?
“Itu karena kau masuk kelas Sains, Iroha. Kalau kau ada di kelas liberal, aku pasti kalah darimu...”
“Ah, ngomong-ngomong, kelihatannya hasil ujian masukku ada di peringkat dua. Yuuri-chan, kita sama-sama rangking kedua yang tidak bisa mengalahkan rangking pertama yang sangat berbakat, benar kan?”
“H-Haah...”
Jadi Kamiuchi-kun juga bukan orang biasa.
“Hmm. Aku rasa aku memahami persamaan kita. Murid-murid berprestasi... yah, karena sains dan seni liberal cukup berbeda, aku tidak bisa mengatakannya secara yakin, tapi sepertinya kita adalah kumpulan dari tiap kelas masing-masing peringkat pertama dan kedua. Jumlah orangnya akan pas.”
“Ah, tapi hasil ujianku cuma sedikit di atas rata-rata? Hasil ujian terakhirku cukup bagus, tapi masih terlalu rendah untuk---“
Aku menelan kata-kataku.
Karena ketua osis, Yuuri-san dan Kamiuchi menatapku.
...Kenapa? Apa aku baru saja mengatakan hal yang aneh?
“Cuma memastikan: Otonashi dan Oomine-kun murid berprestasi kan?”
Si ketua osis berkata dengan pandangannya terpaku padaku. Aku mengangguk dalam diam.
“Aku mengerti.”
Dia lalu bertanya dengan senyuman dimana hanya matanya yang tidak tersenyum:
“Jadi kenapa kau satu-satunya yang berbeda, aku heran?” Aku mengernyit pada kekerasan yang sama sekali tidak dia coba sembunyikan.
Apa ini? Kenapa mereka menatapku seperti itu?
“Kegegabahan itu ada batasnya.”
Mendengar kata-kata ini, ketua osis mengalihkan pandangannya dariku. Dariku---ke Maria.
“Kenapa kau sangat tegang padahal kita tidak tahu permainan macam apa ini? Apa ini berarti kalau kau mengakui permainan <<permusuhan-kematian>> dan tidak sabar untuk berpartisipasi? Kalau begitu, kaulah yang seharusnya dikhawatirkan.”
“A-Aku setuju. Lagipula belum ada apapun yang dimulai...”
Setelah mendengar kata-kata Maria, Yuuri-san mengatakan hal itu sambil menatap sejenak pada ketua osis.
Sedangkan untuk ketua osis, dia mengerutkan bibirnya sejenak. Bukannya dia mencibir - ini sepertinya hanya kebiasaanya saat berfikir.
Dia mengatupkan mulutnya dan berkata sambil mendesah,
“Itu juga benar. Karena ini hanya hipotesis kalau kita adalah kumpulan murid-murid berprestasi, maka akan aneh kalau kita berhati-hati pada seseorang hanya karena dia tidak cocok, huh. Juga, aku rasa kau akan dijatuhkan seseorang kalau aku terus menerus mencurigai semuanya tanpa dasar.”
“Yah, dan bagaimana aku melihatnya, kau adalah yang paling mencurigakan, ketua, dengan tindakkanmu yang terlalu cepat.”
“hahaha, aku mencurigakan? Mengacalah sekali-kali.”
Daiya menunjukkan senyum puas saat mendengar kata-kata ini.
“...Umm, apa yang kalian lakukan? Apa kalian sudah mulai mencari pelakunya?”
Ujung bibir ketua osis naik sedikit mendengar pertanyaan yang kuajukan ini karena aku tidak bisa mengikuti percakapan mereka.
“Daripada mencari pelakunya, aku cuma mencari orang yang aku perlu berhati-hati. Dalang yang merencanakan permainan ini bisa jadi ada diantara kita atau pendukungnya bisa saja ada di sini untuk mendorong permainan <<permusuhan-kematian>> ini untuk dimulai. Aku ingin menyingkap hal ini secepat mungkin jika aku menemukan sesuatu - sebelum terlambat.”
Dalang, huh.
Dalang, apanya --- Aku tahu siapa yang menyebabkan hal ini.
---Daiya Oomine. Satu-satunya yang mungkin menjadi pelakunya.
...Tapi aku mulai menyadari kalau aku tidak bisa langsung memberitahu mereka fakta ini.
Pernyataan tidak hati-hati tidak diijinkan di sini. Aku dicurigai hanya karena aku bukan murid berprestasi. Sikap yang melawan aliran yang lain akan membawa pada kecurigaan dengan segera.
Apa yang akan terjadi kalau aku berkata <<ini adalah perbuatan sebuah ‘kotak’ yang digunakan oleh Daiya>>?
Itu akan menjadi lebih absurd bagi mereka dari semua ini. Paling-paling, mereka akan berfikir kalau aku mencoba untuk membuat Daiya sebagai penjahatnya.
Karenanya, tidak peduli seberapa benar hal itu, aku tidak bisa mengatakan pada mereka tentang ‘kotak’ itu.
Ini mungkin juga alasan kenapa Maria tetap diam dengan ekspresi tegang.
<<yA, ya, ya - sePeRtinya kAlian - sUdah meMulAi - kEsenaNgan meNcUrigai - saTu sAma laiN - seSuaI HaRapan- bAgus sekAli>>
Kami melihat bersamaan ke arah monitor besar di tengah ruangan.
Di monitor adalah beruang hijau yang sama sekali tidak imut yang tadi. Kejelekannya terlihat lebih jelas sekarang di monitor besar.
Ketua osis menunjukkan senyuman masam saat menatap monitor.
“Uglipooh muncul lagi.”
<<Jaga mulutmu dan panggil aku “Noitan-san”! Jangan bangga akan dirimu sendiri cuma karena kau adalah ketua osis bau dari suatu sekolah!>>
Ketua osis sendiri tersenyum tenang, tapi Yuuri-san terkejut pada kata-kata yang kasar dan grafiknya dan menarik diri dengan jeritan kecil.
...bukannya tubuhnya kecil, tapi dia memang terlihat seperti hewan kecil... meski aku tidak berhak bicara begitu, sebab orang-orang suka mengatakan hal yang sama padaku.
“Cepat beri kami penjelasan, Uglypooh.”
<<Apa kau terlalu bodoh untuk memahami kata-kata!? Aku harap kau mati duluan pelacur!>>
“Oi, tuan ketua osis! Bisakah kau ‘’kumohon’’ teatp diam? Kita tidak akan sampai dimanapun seperti ini.”
“Baik, baik.”
Ketua osis cuma menganggkat bahunya pada sindiran Daiya dan menutup mulutnya dengan patuh. Sesudah kesunyian sejenak Noitan senang kembali, grafiknya kembali ke normal dan dia mulai berkata dengan suaranya yang kaku.
<<Aku aKan muLai sekarang- meNjelasKan apa iTu- [Kingdom Royale]- !>>
Aku menatap dalam diam ke arah monitor.
<<Pada daSarNya ini AdalAh- pErmaiNan kEmatiAn- tapi lebih- tEpatNya- ini adaLaH seBuaH pErmAinan- dimana sEmuaNya meNcoba- untuk mEreBut- Tahta rAja!>>
Kami bertukar pandang mendengar penjelasan dari Noitan.
<<Sebuah [kelas] sudah- diTentuKAn unTuk masIng-maSing dAri Kalian- [kelas] peSerTa- diantaranya [Raja], [Pangeran], [Penyamar], [Penyihir], [Ksatria], dan [Revulosioner]! MeReka semua mEmiliKi- karaKteristik speSial - mAsing-maSing>>
“Bagaimana kita dapat mengetahui [kelas] kita sendiri?”
<<KaLiAn biSa meNgecEk- [kelas] kALian- di MoniTor yaNG adA di- rUaNgan kAliAn masiNg-masinG! NgOmonG-ngoMong meReKa-LaYar senTuH Dan biSa- diaTur sEsuai- [kelas] kAlian>>
Ketua osis mengerutkan dahinya dan menunggu lanjutannya.
<<oKaY, seBelum AkU- menJElasKaN pAda kaliaN- tenTanG [kelas]- akU aKan mEmbERitahuKan Pada kalian- informasi- mengenai laTar- daRi [Kingdom Royale]! KeTahuiLah- negeRi iNi- dipErintaH olEh- diktAktor- yaNg telAh mEnyeRbu- beRbaGai negEri lAin- daN--->>
“Noitan.”
Maria memotong Noitan yang akan memulai penjelasan yang biasanya akan dilewati oleh pemain kalau itu adalah sebuah game.
<<Apa- iTu- Maria-chan- ?>>
“Kami tidak butuh itu. Cukup beritahu apa yang kami perlu tahu dari permainan ini segera.”
<<Kau berani bersikap seperti itu saat aku dengan baik hati akan menjelaskan semuanya pada kalian! Dasar sombong, bocah bau!>>
Grafiknya kembli berubah menjadi bermata merah-darah.
“Bukankah kau sudah menggunakan ‘bau’ untuk Shindou barusan? Kosa kata yang menyedihkan.”
<<Kalau kau punya waktu untuk menemukan kesalahan lebih baik kau menemukan cara untuk bertahan hidup, dasar burung dalam sangkar!>>
Puas (?) mengatakan hal itu, grafiknya kembali normal.
<<mAu BagaImaNa-LaGi-Aku aKan- menJelasKan paDa kaliaN- bagian-bagiAn- yaNg penTing sAja! PertaMa- kalian harus- biSa untuk mEmatuhi- tabel waktu denGan baiK- atau kAlian akAn- secara otomAtis [kalah]- jaDi- berhati-Hatilah>>
“...apa yang terjadi saat kami [kalah]?”
<<Eksekusi>>
Udaranya membeku.
<<DipanCung- lebih tepaTnya! CukUp adil- bukAn?- seseOrang yang tidak- bIsa memaTuhi- waktu- lebih bAik- mati sAja>>
Yuuri-san bahkan tidak berkedip. Dan ssegera setelah dia menyadari kalau <<eksekusi>> akan dilaksanakan sesuai namanya, wajahnya semakin pucat.
Noitan tidak memperdulikan reaksinya sama sekali dan meneruskan.
<<Juga, -di siNi ada-batas wakTu umum! Bahan makAnan kAlian-terDiri aTas-tujuH potoNg makAnan paDat- Ini haNya cukuP-untuk semInggu-Kau tidAk akan Merasa laPar -kalAu kau memAkan-satu Potong-makanan pAdaT ajaib Ini-sekali seTiap hari! AkAn tetapi-kAlau kau Tidak-memaKan Satu-setiap haRi-kau aKan-beruBah menjAdi Mumi-kareNa kelapaRan!>>
“Mumi... huh.”
Ketua osis menggaruk kepalanya dengan bibir berkerut.
“Jadi, bagaimana aku memenangkan permainan ini? Sejujurnya, aku tidak tahu apa yang harus kulakukan.”
<<BaiKlah-konDisi uNtuk-menanG-berBeda-teRgantuNg pAda-[kelas] kaLian-Sebagai coNtohnya-Kalau kau-aDalah-seoRang [Raja]-kau bisA-menanG-dengaN-mengHabisi sEmua pemaIn-yaNg-mengincar tAhta! SekaRang-aku akAn-menunjukkaN-deTail maSing-masIng kElas>>
Noitan menghilang dan kata-kata muncul di layar menggantikannya.
[Raja] | |
---|---|
Dia adalah raja yang naik tahta dengan membunuh pemimpin sebelumnya dan melakukan berbagai invasi. Memiliki sifat curigaan, dia berencana membunuh mereka yang mengincar tahtanya. Dia tidak menyadari kalau kecurigaannya membuat orang-orang kehilangan kesetiaan padanya. Dia bisa membuat bawahannya untuk melakukan [bunuh], tapi tidak bisa memaksa mereka karena dia takut kebencian mereka akan berpindah padanya. Sebuah negeri yang diperintah oleh seorang pria yang tidak bisa mempercayai orang lain tidak mungkin akan memiliki masa depan yang cerah. | |
Kemampuan dari [Raja] |
|
Syarat kemenangan untuk [Raja] | Melidungi tahta. (Penghilangan mereka yang mengancam tahta raja - [Pangeran] [Revolusioner]) |
[Pangeran] | |||||||||||||||||||||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Seseorang yang ambisius. Dia sebenarnya hanya berada di tingkat ke tiga dalam urutan pewarisan tahta. Tapi memanfaatkan ketidakpercayaan raja, dia membuatnya membunuh pangeran lain dan membuatnya berada di tingkat pertama. Dia memperoleh anti-sihir untuk melindungi dirinya dari ketidakpercayaan raja. Kalau dia mendapatkan tahta, negeri ini kemungkinan besar akan dikuasai keditaktoran yang lebih buruk dari sebelumnya. | |||||||||||||||||||||||||||||||
Kemampuan dari [Pangeran] |
| ||||||||||||||||||||||||||||||
Syarat kemenangan untuk [Pangeran] | Untuk menjadi raja. (Pelenyapan [Raja] [Penyamar] [Revolusioner]) | ||||||||||||||||||||||||||||||
[Penyamar] | |||||||||||||||||||||||||||||||
Seorang bekas petani yang sangat patuh kepada [Raja] dan mirip sekali dengannya. Dia tidak benar-benar ambisius, tapi dia benar-benar tidak bisa membiarkan [Pangeran] untuk menjadi raja karena dia selalu diejek olehnya. Jika dia, tanpa cita-cita, menjadi seorang raja, negeri ini sepertinya akan segera mengalami kehancuran. | |||||||||||||||||||||||||||||||
Kemampuan dari [Penyamar] |
| ||||||||||||||||||||||||||||||
Kondisi kemenangan untuk [Penyamar] | Kematian mereka yang mencoba membunuhnya. (Kematian dari [Pangeran] [Revolusioner]) | ||||||||||||||||||||||||||||||
[Penyihir] | |||||||||||||||||||||||||||||||
Seorang anak buah dari [Raja]. Dia adalah guru dari [Pangeran] dalam hal sihir dan berhubungan baik dengan [Pangeran]. Dia merasa puas asalkan dia dapat meneruskan pembelajarannya dalam hal sihir dan tidak memiliki ketertarikan pada tahta raja sedikitpun. Tidak peduli seberapa banyak dia dapat meningkatkan kemampuan sihirnya, tidak ada yang akan mengharagai seseorang yang mengurung diri dalam cangkangnya sendiri. | |||||||||||||||||||||||||||||||
Kemampuan dari [Penyihir] |
| ||||||||||||||||||||||||||||||
Syarat kemenangan untuk [Penyihir] | Bertahan hidup. | ||||||||||||||||||||||||||||||
[Ksatria] | |||||||||||||||||||||||||||||||
Seorang anak buah [Raja]. Meski seorang anak buah, dia merencanakan pembalasan dendam pada kelarga kerajaan karena mereka telah merusak tanah kelahirannya. Dia percaya kalau dia hanya dapat memperoleh kebahagiaan dengan melenyapkan keluarga kerajaan. Tentu saja, seorang pria yang tenggelam pada perasaan kehilangan hanya akan jatuh kedalam gelapnya ketidakberuntungan. | |||||||||||||||||||||||||||||||
Kemampuans of the [Ksatria] |
| ||||||||||||||||||||||||||||||
Syarat kemenangan untuk [Ksatria] | Membalas dendam. (Kematian [Raja] [Pangeran]) | ||||||||||||||||||||||||||||||
[Revolusioner] | |||||||||||||||||||||||||||||||
Dia adalah tangan kanan [Raja]. Karena kemampuannya, dai menyadari kalau negeri ini akan hancur jika terus seperti ini. Karenanya dia bersiap untuk engambil alih negeri. Seorang pemimpin yang memiliki timbunan perasaan pahit karena pembunuhan tidak akan bisa memimpin negeri. Paling-paling dia sendiri akan dibunuh. | |||||||||||||||||||||||||||||||
Kemampuan dari [Revolusioner] |
| ||||||||||||||||||||||||||||||
Kondisi kemenangan [Revolusioner] | Menjadi raja. (Pembunuhan [Raja] [Pangeran] [Penyamar]) | ||||||||||||||||||||||||||||||
* Permainan berakhir setelah semua kondisi kemenangan pemain yang tersisa terpenuhi. Semuanya dalam diam membaca teks sendiri-sendiri dan mencoba memahami artinya. Aku, juga, menatap ke monitor dengan sepenuh tenaga, tapi aku tidak tahu apa yang harus kulakukan. Aku cuma mengerti kata seperti [Bunuh] dan [Pembunuhan] adalah bukti kalau [Kingdom Royale] adalah permainan kematian. “Hey, Uglypooh. Sebenarnya bagaimana cara kami menggunakan [Sihir] atau [Pembunuhan]?” <<Perintahnya terpampang di monitor di ruangan pemain bersangkutan Kau hanya perlu menekan tombol di monitor untuk menggunakan perintahnya! Karenanya sangat mudah untuk membunuh seseorang seperti membeli tiket.>> Semuanya kecuali aku berubah pucat mendengar hal ini. Aku tidak mengerti kenapa semuanya menunjukkan reaksi semacam itu dan menatap ke arah Maria. “...Maria, umm.” “Apa kau tidak melihat bahaya besar pada hal ini?” Aku menggelengkan kepalaku perlahan. Melihat hal ini, Daiya tertawa takjub. ...Aku tidak tahu, jadi mau bagaimana lagi, mau bagaimana! “Oke, mari kita anggap kau ada dalam bahaya. ...tidak, itu masih terlalu lembut. Anggaplah kau menyadari kalau kau pasti akan mati. Untuk melarikan diri dari bahaya itu kau harus membunuh seseorang. Bisakah kau membunuh orang itu dengan sebilah pisau, Kazuki?” “T-tidak mungkin aku bisa!” “Jadi bagaimana kalau kau hanya perlu menekan sebuah tombol?” “Eh...?” Dengan menekan sebuah tombol tombol aku bisa mempertahankan diriku. Dengan mengambil nyawa orang lain. “......Aku-aku masih tidak bisa! Sesuatu seperti membunuh...” “Yah, aku rasa memang seperti itu bagimu. Akan tetapi, apa kau berfikir kalau orang-orang lain yang ada di sini memiliki kesimpulan yang sama?” Aku menatap sekeliling secara spontan. Ketua osis yang aktif. Yuuri-san yang terlihat gelisah. Kamiuchi-kun yang anehnya tenang. Yang terakhir, sang ‘pemilik’ – Daiya. “Apa kau punya bukti positif kalau keenam peserta di sini, termasuk kau, tidak akan merengut nyawa orang lain kalau nyawa mereka ada dalam bahaya? ...Sejujurnya. Aku tidak.” Mungkin sama bagi yang lain. “Semuanya mungkin sedang mempertimbangkan kalau seseorang mungkin akan membunuh mereka. Dan aku bahkan tidak perlu mengatakan kalau kecurigaan ini akan semakin memperburuk keadaan kita, benar kan?” “Ta-tapi hanya karena kau bisa membunuh seseorang dengan menekan sebuah tombol bukan berarti kau bisa siap bisa melakukannya!” “Tapi bagaimana kalau batas waktu hampir habis?” “...Batas waktu?” “Bukankah beruang hijau itu sudah mengatakannya? Ada batas waktu umum; dengan kata lain kita akan mati saat persediaan makanan kita habis. Ini artinya semua orang kalah saat tidak ada pemenang...dengan kata lain, kita semua akan mati.” Aku menahan nafasku. “Tujuan kita bukan untuk menjadi pemenang. Tapi untuk keluar dari permainan ini. Tapi saat waktu hampir habis, tujuan ini akan goyah. Akan ada orang yang menyerah untuk mencapai tujuan ini. Mereka mungkin akan memprioritaskan bertahan hidup. Mereka mungkin mulai berfikir kalau lebih baik untuk mencapai kondisi kemenangan mereka daripada mati dengan yang lainnya. Dan saat mayat pertama muncul---semuanya berakhir.” “......kenapa?” “Ada sebuah mayat. Pemain lain menyadari kalau ada seseorang yang secara aktif memainkan game ini. Kalau mereka tidak melakukan sesuatu, mereka semua akan terbunuh. Karenanya, pemain lain akan kehilangan pilihan selain ikut berpartisipasi dengan juga. Kalau sudah seperti itu, game akan diteruskan sampai ada pemenang.” Maria menjelaskan dengan datar – tidak ada yang membantah. Yang lain mungkin setuju dengannya. “Saat mayat pertama muncul, itu adalah akhirnya...” Pendeknya, kita harus menemukan cara keluar dari permainan ini sebelum seseorang membuat kesalahan. <<Jadi jadi jaDi- aPa kalian mengerti- bagaimaNa permainan- ini bEkerja? SekaRang aku akAn- menunjukKan tabel waKtunya!- patUhi- tabel waktu iNi dan- bergerak daLam- toleRansi 5 menit- oke?>> Layar dibersihkan dan tabel waktu ditunjukkan di sana.
“Uhe, percakapan ini direkam dalam benda ini?” “Apa kau mengatakan sesuatu yang seharusnya tidak direkam atau semacamnya?” Si ketua osis mendesak Kamiuchi-kun segera setelah mengatakan hal itu. “Tidak, sebenarnya tidak, atau apa kau ingin menyindir...?” “Tidakkah kau berfikir kalau kau harus berhati-hati untuk tidak mengatakan apapun yang memungkinkan yang lain menebak [kelas] mu? Aku lihat kau sangat bersemangat untuk mengikuti permainan ini!” Kamiuchi-kun tersenyum masam. “Haha, yah, tidak ada seorangpun yang ingin menunjukkan titik lemah pada keadaan ini.” Bisa dimengerti kalau Kamiuchi-kun waspada. Meski aku ingin tahu [kelas] yang lain juga, meski aku tidak bermaksud untuk berpartisipasi dalam permainan. Terutama mereka yang memusuhiku dan [Revolusioner] yang berbahaya. Untuk tujuan itu kita kemungkinan besar akan membaca rekaman percakapan ini.[4] Tapi sikap ini sendiri mungkin berbahaya. Aku punya firasat kalau kita menjadi terlalu khawatir dan membaca percakapan saat dipenuhi dengan kecurigaan, meski pernyataan sepele bisa menarik perhatian kita dan membuat kecurigaan kita semakin membesar. Pada akhirnya, tidak mampu menahan kecurigaan ini, seseorang akan menekan tombol dan--- ..benar. Aku yakin kalau bahkan catatan percakapan ini cuma bagian dari rencana untuk membuat kita berpartisipasi dalam permainan ini. <<Baiklah, sekArang- aKu haraP kaLian sEmua-berTarung deNgan Baik!- JaNgan samPai mengakHiri- permAinan denGan- melAkukan Sesuatu- yAng membosAnkan- sePerti bEruBah- meNjadi muMi semuaNya- oke?>> Sesudah itu, Noitan menghilang dari layar. “Uglypooh sialan...” Si ketua osis mengutuk. Suara mekanik yang menyakitkan itu menghilang dan ruangan menjadi sunyi. Semuanya tetap terdiam dan bahkan tidak ada yang membuka mulut. Mungkin ini juga karena semuanya tahu kalau percakapan kami direkam, jadi sangat kikuk untuk berbicara. Ketua Osis lah yang akhirnya memecahkan kesunyian itu. “Otonashi-san.” “Ya?” “Sebelumnya kau bilang <<keluar dari game ini>> adalah tujua kita. Tapi apa kau benar-benar berfikir itu mungkin?” “Tentu saja. Kau tidak berfikir begitu?” “Aku...sejujurnya, kurasa akan sangat sulit. Sesudah aku mencoba memahaminya dengan logika aku merasa kalau tempat ini benar-benar <<tidak normal>>. Aku anggap ini bukan hanya pendapatku saja, tapi yang lain juga, atau ada pendapat lain?” Yuuri-san dan Kamiuchi-kun mengangguk. Aku juga segera ikut mengangguk. “Apa kau fikir ada jalur melarikan diri yang sudah dipersiapkan untuk kita di tempat yang [absurd] ini? Kalau kau memang berfikir begitu, tolong jelaskan padaku apa dasar pemikiranmu itu.” Meski nadanya ringan, suaranya tegas seperti menanyai. Bahkan yang lain melihat Maria seperti anggota juri. ...Maria punya dasar untuk pernyataannya. Maria tahu kalau seseorang dapat keluar dengan suatu cara dari ‘kotak’ ini, tidak peduli seberapa absurd tempat ini. Dia menengok sejenak ke arahku dan, “...mungkin memang akan sulit. Tapi itu satu-satunya tujuan yang kita miliki. Jadi aku fikir kita harus percaya pada hal itu, tidak peduli seberapa putus asa pun keadaan ini kelihatannya... apa aku salah?” Sudah kuduga, dia menyembunyikan fakta tentang ‘kotak’ ini. “Aku rasa juga begitu. Seperti yang kau katakan.” Ketua Osis sepertinya menerima pernyataan pembenaran Maria yang tanpa keraguan itu. “Kaichou. Pernyataan <<keluar dari permainan ini sulit>> barusan seperti penyataan atas keikutsertaanmu dalam permainan-kematian ini kan?” Daiya bertanya menyindir, lagi-lagi dengan wajah senang. “Mencoba menemukan kesalahan lagi? Kau salah! Aku tidak akan membunuh siapapun. Meski jika aku melakukannya, misalnya saja, membunuh bukanlah dosa di sini dan siapapun bisa membunuh hanya dengan menekan satu tombol, fakta kalau dia melakukan pembunuhan tidak akan berubah. Suatu saat aku tidak akan bisa menanggung dosa ini dipundakku dan aku akan menghancurkan hidupku. Jadi aku tidak akan pernah bisa melakukannya, sesuai bayanganku sejauh ini.” Daiya menjentikkan lidahnya pada jawaban yang terlihat sempurna ini. “itupun sama... buatku.” “Kita semua tahu kalau kau tidak bisa, Yuuri-chan~! Ah, ngomong-ngomong, jawabanku sama seperti ini.” “Lihat dirimu sendiri melompat ke kereta pemusik[5]... kesampingkan Yuuri, aku tidak bisa mempercayai pernyataanmu sama sekali, Kamiuchi-kun!” “Uhe... jangan begitu, Kaichou!” “Yah, Daiya satu-satunya yang paling tidak kupercayai sih.” Daiya menjawab dengan senyum biasa pada reaksi ketua osis pada sindirannya sebelumnya. Lalu dia berkata, “Yah. Karena aku akan membunuh untuk kepentinganku sendiri.” Dia membuat pernyataan yang membuat semua menjadi musuhnya, dengan tenang.
▶Hari Pertama <C> Ruang [Kazuki Hoshino]<<[Kelas] mu adalah [Penyihir].>> Aku melihat tulisan ini segera setelah aku kembali ke ruanganku. Sudah pasti, [Penyihir] adalah satu-satunya [kelas] yang tidak memiliki musuh diantara enam kelas itu. “...fuu” Aku menghembuskan nafas lega. Tujuan kita adalah mencegah dimulainya [Kingdom Royale]. Tapi tetap terasa menenangkan tahu kalau aku tidak memiliki musuh yang nyata. “...mh?’ Sebuah pesan ditunjukkan di bawah monitor. <<Belum ada target yang dipilih untuk [Bunuh].>> ▶Hari Pertama <C> [Pertemuan Rahasia] dengan [Maria Otonashi], Ruang [Maria Otonashi]▶Hari Pertama <C> [Pertemuan Rahasia] dengan [Daiya Oomine], Ruang [Kazuki Hoshino]▶Hari Pertama <D> Ruang besar▶Hari Pertama <E> Ruang [Kazuki Hoshino]▶Hari Kedua <B> Ruang besar▶Hari Kedua <C> Ruang [Kazuki Hoshino]▶Hari Kedua <C> [Pertemuan Rahasia] dengan [Maria Otonashi], Ruang [Maria Otonashi]▶Hari Kedua <C> [Pertemuan Rahasia] dengan [Iroha Shindou], Ruang [Kazuki Hoshino]▶Hari Kedua <C> [Pertemuan Rahasia] dengan [Daiya Oomine], Ruang [Kazuki Hoshino]▶Hari Kedua <D> Ruang besar▶Hari Kedua <E> Ruang [Kazuki Hoshino]▶Hari Ketiga <B> Ruang besar▶Hari Ketiga <C> [Pertemuan Rahasia] dengan [Maria Otonashi], Ruang [Maria Otonashi]▶Hari Ketiga <E> Ruang [Kazuki Hoshino]Catatan Penerjemah |