Hakomari (Indonesia):Jilid 3 Putaran Pertama

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search
Error creating thumbnail: Unable to save thumbnail to destination

Status: Incomplete

▶Hari pertama <A> Ruang [Kazuki Hoshino]

Hal pertama yang memsauki pandanganku adalah langit-langit hitam dan bola lampu yang terpasang di sana. Aku melompat berdiri, terkejut pada pemandangan asing tempat ini.

“...Ruang apa ini?”

Menahan kebingunganku yang menjadi-jadi, aku mencoba mengingat-ingat bagaimana aku bisa sampai di sini.

Aku seharusnya sedang tertidur di tempat tidur bawah, seperti biasa. Aku tidak ingat aku berpindah tempat sesudahnya. Aku tidak ingat berpindah tempat, ataupun bertemu dengan orang lain.

Aku mengamati sekeliling ruangan. Di sana ada toilet dan tempat cuci tangan di ruangan seluas enam tatami ini. Di tengahnya adalah sebuah meja dengan tas goni di atasnya.

Tapi apa yang benar-benar menonjol adalah monitor 20 inch yang terpasang di tembok dan terlihat tidak pada tempatnya di ruangan yang seperti penjara ini.

Pandanganku beralih ke tubuhku. Aku mengenakan seragam sekolahku yang semua kantongnya kosong.

Aku meraih tas goni itu dan mengeluarkan barang-barang di dalamnya satu persatu.

Sebuah pulpen.

Sebuah buku catatan.

Sebuah jam tangan digital berwarna biru.

Tujuh potong makanan padat.

Di sana juga ada terminal portable yang terlihat tepat seperti <<iPod touch>>.

Dan terakhir---

“------“

Sebuah pisau yang berat.

Dengan hati-hati aku melepaskan penutupnya. Mata pisau yang kuat. Pisau itu bahkan memiliki pinggiran yang bergerigi. Itu adalah pisau untuk bertarung yang biasa muncul di tangan-tangan para tentara dalam film.

“...Hah..? Untuk tujuan apa aku...”

Ini jelas-jelas adalah senjata. Alat untuk membunuh.

Sesorang mencoba membuatku bertarung? Jadi aku tidak punya pilihan lain selain bertarung?

Aku menggelengkan kepalaku dan melemparkan pisau itu kembali kedalam kantung. Menyadari kalau aku gemertaran, aku menarik nafas dalam dan mencoba menenangkan diri.

Sekali lagi, aku melihat ke sekitar ruangan. Tidak ada jendela. Aku juga tidak bisa menemukan lubang ventilasi. Di sana hanya ada satu pintu yang terlihat sangat berat. Aku berfikir untuk membukanya, tapi lalu menyadari kalau tidak ada gagang pintu di sana. Coba-coba aku menekankan tubuhku sedikit padanya, tapi tidak pintu itu tidak bergerak sama sekali.

Aku berjalan terhuyung-huyung ke tempat tidurku dan menjatuhkan tubuhku di sana.

“Apa yang sedang terjadi di sini...?”

Aku tidak mengerti. Aku tidak mengerti... tapi ini adalah situasi yang tidak normal.

---Tidak normal – yang tidak biasa.

Aah, apakah ini mungkin---


<<Selamat - pagi>>


Suara tiba-tiba ini mengagetkanku.

Aku menoleh dan melihat---apa ini?---makluk aneh di monitor yang tadinya gelap.


<<HaHaHa - Selamat - pagi - Kazuki-kun>>

Berlawanan dengan caranya berbicara padaku yang akrab, suaranya terdengar sangat seperti mesin, tanpa intonasi. Benda hijau berkilau di monitor seharusnya menggambarkan seekor beruang... aku rasa. Mungkin. Karena matanya yang tajam dan tubuhnya yang dibentuk buruk, dia tidak terlihat imut sama sekali. Terus terang, dia menjijikan.

<<YaaYaaYaa-Apa-kau-merasa-baik? Aku adalah-sang maskot-Noitan! SenanG-bertemu denganmu>>

Si beruang ---mulut---Noitan? Bergerak naik turun. Animasi ini hanya terdiri dari dagunya bergerak naik dan turun, jadi sekali lahi: menjijikan.

“...karakter yang mengerikan. Anak-anak akan menangis...”

<<Siapa yang kau panggil mengerikan babi! Haruskan aku menghukummu dengan menghancurkan ‘bola ‘mu? Itu akan cocok untukmu.>>

“......HII!”

D-dia barusan berbicara! Lebih dari itu, dengan mulut yang sangat kotor! Dan kenapa dia tiba-tiba bicara dengan lancar!? Juga, pengambaran matanya yang merah itu terlalu menakutkan!

“...U-umm... apa kau bisa berbicara denganku?”

<<Ya - Aku - bisa!>>

Nada bicaranya kembali.

Sepertinya dia diatur supaya bisa berbicara lancar hanya saat dia marah.

“Noitan,”

<<Kau sok akrab brengsek, tidak mau gunakan “san” dinamaku!? Juga, bicara lebih sopan!>>

“......Noitan-san. Aku tidak tahu bagaimana aku bisa sampai sini, jadi aku ingin tahu aku ada di mana?”

<<Kau ada di dAlam - permainan - yang disebut - [Kingdom Royale]! Aku akan-mEnjelaskannya nanti - di tempat - yang lAin berada, tapi --->>

“Yang lain...? Jadi aku bukan satu-satunya yang ada di sini?!”

<<Tutup mulutmu saat aku sedang bicara atau kau ingin aku mencabut lidahmu?!>>

“......Maafkan aku.”

<<Pintu ini - sekarang akan terbuka! Kau akaN mencapai - tempat – dimana - semua peserta - permainan ini berkUmpul! Aku akan - mEnjelaskannya padamu - di sana jadi mohon - tunggu sebentar>>

Saat Noitan selesai berbicara, pintu berat itu mulai terbuka perlahan tapi pasti.

“...Boleh aku pergi?”

<<Silahkan-kalau kau sudah-mempersiapkaN dirimu!”

“Mempersiapkan diri...?”

<<Di balik piNtu ini-adalah ruang besar-Apakah kau siap-untuk mEnemui orang-orang-yang aDa pada-posisi yang sama denganmu?>>

“Apa yang akan kami lakukan?’

Noitan merubah air mukanya yang mengerikan dan berkata,

<<Mortal combat!>>[1]

“......Eh? Apa yang---“

Monitor itu mati sebelum aku menyelesaikan kalimatku. Pada saat bersamaan, pintu itu terbuka sepenuhnya.

---Apa maksudnya ini?

Kegelapan yang tebal menghubungkan pintu dengan sisi yang lain.

Apa benar-benar ada ruangan di sana? ...Aku tidak bisa mempercayainya.

Tapi aku yakin aku tidak bisa menolak untuk pergi.

Aku memakai jam tangan biru yang ada di meja dan berdiri di depan pintu.. Karena aku merasa kakiku akan membeku, aku mencoba menenangkan diriku:

...Tidak apa-apa. Aku akan baik-baik saja.

Tidak ada hal baik yang menungguku di ujung sana. Tapi, aku ada di dalam sebuah ‘kotak’. Karenanya, dia ada di sini.

---Maria ada di sini.

Karenanya pasti akan baik-baik saja.

Dengan pikiran seperti itu di otakku, aku melompat ke dalam kegelapan.


▶Hari Pertama <B> Ruang besar

Pemandangannya berubah dengan segera.

Pertama, semuanya berubah putih. Warna putih tidak alami yang mebuatku merasa berada dalam ruang kosong rumah sakit yang baru selesai di buat, tanpa dokter, perawat ataupun pasien.

Saat aku menyadarinya sampai sini---

“Ueh...?”

---Aku dijatuhkan.

Tanpa ada waktu untuk kebingungan atau merasakan sakitnya hantaman lantai keras terhadap punggungku, ujung sebuah pisau diarahkan padaku tepat depan mataku.

“Namamu?”

Melihat gadis dengan rambut sebahu memegang sebuah pisau di depanku, aku akhirnya menyadari apa yang terjadi padaku.

“H-HII...!!”

“Kau dipanggil <<HII>>? Itu tidak benar kan? Bukankah aku menanyakan namamu?’

S-siapa orang ini?

“K-Kazuki Hoshino.”

Aku menyadari kalau dia mengenakan seragam sekolah kami dan, di tangan kirinya, sebuah jam digital berwarna oranye. Warnanya berbeda dengan milikku.

Jadi dia peserta game ini? ...eh? Mungkin, pertarungan hidup dan mati sudah di mulai dan aku barusan sekakmat? T-Tungu sebentar! Bukannya ini terlalu kejam?!

Meskipun situasiku terlihat tanpa harapan—


“Kazuki!”


---Aah, cuma dengan mendengar suara ini aku bisa tenang.

“Mh, Otonashi-san, apa dia kenalanmu?”

“Ya, benar.”

Sesudah mengatakan hal itu, dia berdiri tanpa mengubah ekspresinya dan melangkah mundur. Aku tidak benar-benar mengerti, tapi sepertinya aku dibebaskan.

“Apa kau baik-baik saja, Kazuki?”

“Y-Ya...”

Aku menjawab sambil meraih tangannya setelah dia berlari ke arahku.

“T-tapi kenapa dia---“

“---Whoa!”

Aku menghentikan ucapanku saat suara lain bergema, dan menoleh dengan heran. Gadis tadi memegang pisau ke arah seorang laki-laki berambut kecoklatan.

“...umm, kenapa, tiba-tiba?”

Dia bertanya, saat melihat sekeliling hanya dengan matanya. Dia terkejut, tapi sepertinya cukup tenang untuk mengamati kami.

“...kau cukup tenang, benar kan?”

Menyadari hal ini, dia mengatakannya pada laki-laki berambut kecoklatan itu.

“Tidak, sebenarnya... yah, tapi aku menyadari ‘Aah, kau tidak serius’, jadi aku bisa tetap tenang entah bagaimana.”

Dia menjawab dengan “Ohoo” yang penuh arti pada jawaban laki-laki itu, lalu dia menarik pisaunya dan melepaskannya.

“...ah, kau sudah melepaskanku?”

“Lakukan apa yang kau inginkan.”

...dia segera melepaskan laki-laki berambut kecoklatan itu juga, huh. Aku benar-benar heran kenapa dia melakukan hal ini?

Laki-laki berambut kecoklatan itu sudah tersenyum seolah melupakan kejadian tadi dan berkata,

“Oh, ada tiga gadis menawan! Beruntungnya aku!”

Three...? Umm, Maria, gadis yang menyerangku dengan pisau, dan---

Aku menemukan seorang gadis dengan rambut panjang meringkuk di samping monitor besar di ruangan ini. Dengan kulit putih kontras dengan rambutnya yang hitam kelam, gadis itu memberikan kesan ramping padaku.

Juga, dia mengenakan jam digital yang berwarna abu-abu kecoklatan di tangan kirinya.

“Jangan khawatir, Yuuri!”

Gadis-pisau itu mengusap kepala gadis berambut hitam dan tersenyum padanya, menunjukkan kebaikan yang tidak dia tunjukkan pada kami. Wajah gadis berambut hitam yang berubah-rubah karena ketakutan sedikit tenang, tapi hanya selama beberapa saat.

“...Apa yang akan terjadi pada kita...?”

“Kita akan baik-baik saja!”

...sepertinya mereka berdua saling kenal.

“Kau adalah Hoshino-senpai[2], kan?”

Karena dipanggil, aku mengalihkan pandanganku dari kedua gadis itu. Dia adalah laki-laki berambut kecoklatan yang tadi.

“Apa kau mengenalku?”

“Tentu saja! Senpai, kau sangat terkenal, bersama dengan Maricchi di sana? Kau tidak mungkin lupa tentang upacara penerimaan yang ‘’legendaris’’ itu kan!”

Dia mengenakan seragam berkerut, sebuah kalung perak, dan di pergelangan tangannya sebuah jam tangan digital berwarna hijau. ...sebentar, kalau dipikir-pikir, semua yang ada di sini mengenakan seragam sekolah kami.

“Umm, siapa namamu?”

“Namaku --- ah! Kaichou, sepertinya kita semua di sini sekarang, jadi bagaimana kalau perkenalan?

Dia berkata dapa gadis-pisau.

<<Kaichou>>?[3] Apa ini artinya dia adalah Ketua Osis? Satu dari tiga manusia super yang Kokone katakan padaku?

“Mh, baiklah. Itu mungkin tidak jelek.”

Sekarang karena dia mengatakan hal ini, aku sering mendengar suara renyah ini pada pengumuman dengan mic. Gadis yang tersenyum penuh-percaya diri ini adalah... benar, tanpa keraguan dia adalah ketua Osis.

Jadi---

Aku harus bertarung melawan para manusia super itu dalam pertarungan hidup dan mati ini?

“Apa kau pikir ini sudah semuanya?”

Si ketua Osis bertanya padanya.

“Di sini ada enam kursi, jadi kurasa begitu.”

“Hmm, yeah.”

...eh? Enam?

“Tunggu sebentar! Bukankah kita hanya berlim---“


“Kazu, apa matamu terbuat dari kaca?”


Aku menahan nafasku saat mendengar kata-kata ini.

Di tengah ruangan adalah sebuah meja bujur dengan enam kursi diatur samarata di sekitarnya. Di kursi terjauh dari tempatku adalah, dia.

“...Daiya.”

Daiya yang juga berseragam merubah bentuk mulutnya sedikit, dan mengangkat satu tangannya yang mengenakan jam digital hitam, seolah memberiku sebuah salam santai.

Meskipun ini pertama kalinya kita bertemu setelah sekitar dua bulan, meskipun di tempat seperti ini, salamnya begitu santai seolah kita baru bertemu.

“Apa? Kalian saling kenal? .......Jadi begitu.”

“Kaichou. Boleh aku menganggap dengan tindakanmu tadi kau sudah memperkirakan resiko kalau kami akan berkomplot memusuhimu kan?”

Ketua Osis itu gugup selama beberapa saat, tapi kemudian dia mendengus. Dia melanjutkan,

“Aku menyerahkannya pada penilaian kalian masing-masing.”

Saat ini Daiya yang menyeringai mendengar kata-katanya.

Percakapan macam apa yang mereka punya di sini...? Seolah mereka sudah siap untuk berperang.

...tidak, atau mungkin perang sudah dimulai? Apakah ini alasannya dia menodongkan pisau ke arahku?

“Aku satu-satunya tanpa kenalan kalau begitu? Aku merasa sangat kesepian~”

Si rambut kecoklatan memeluk kepalanya secara berlebihan seolah dia tidak menyadari ketegangan di antara dua orang itu sama sekali. ...Aku heran apakah dia menyadari disituasi macam apa dia berada...?

“Baiklah, kita akan saling memperkenalkan diri kita masing-masing. Bisakah kita mulai kalau begitu? Untuk sekarang, mari kita semua duduk lagipula sudah tersedia kursi untuk kita semua.”

Aku duduk di depan Daiya dan Maria duduk di sampingku. Maria juga mengenakan jam di pergelangan tangannya. Warnanya adalah, merah.

“Okay, sebagian besar dari kalian pasti sudah mengenalku, tapi aku akan mulai dengan perkenalan dariku. Aku adalah---“

“Sebelum itu, boleh aku menanyakan satu hal?”

Maria menunjukkan ekspresi tidak senang pada ketua osis di depannya dan menanyakan hal itu.

“Apa yang ingin kau tanyakan?”

“Aku tidak bermaksud ikut campur karena aku tidak melihat keinginan untuk menyakiti siapapun dalam dirimu... tapi apa maksud dari ancaman dengan pisaumu tadi?”

“Aah, itu?”

Terlihat tidak menghiraukan ekspresi tidak senang Maria, ketua osis mulai menjelaskan.

“Kalau kau mendapat penjelasan yang sama denganku dari beruang pandir itu, kau seharusnya tahu kalau sebuah permainan <<permusuhan-kematian>> akan dimulai di sini kan? Karenanya, aku mempertimbangkan kemungkinan kalau ada yang akan memulai saat semua orang masih kebingungan. Jadi aku berfikir untuk melakukan hal itu untuk mencegah hal ini. Singkatnya: krisis manajemen.”

“Ha!”

Daiya mendengus mendengar penjelasan ini. Ketua osis itu jelas terlihat terganggu.

“Uumm... Daiya Oomine-kun, benar kan? Aku mendengar namamu dari rumor. Jadi, apa maksud dari tawa sengitmu itu?”

“Aku cuma berfikir kalau itu adalah kebohongan yang menyakitkan. Krisi manajemen? Apa kau benar-benar berfikir kalau di sini ada militan yang akan melakukan pembantaian hanya karena mendengar penjelasan dari beruang itu? Kau hanya mencoba melakukan langkah pertama untuk membuatmu ada pada posisi menguntungkan secara psikologis, atau mungkin aku salah? Tenanglah, satu-satunya yang bisa melakukan hal ini hanyalah kau, yang bisa mencapai pemikiran semacam itu!”

“Sebuah strategi untuk berada pada posisi menguntungkan secara psikologis, huh. Kau salah, sepenuhnya tidak benar. Aku tidak akan melakukan tindakan semacam itu yang kerugiannya melebihi keuntungan. Kalau aku bersikap sembarangan dan memancing rasa permusuhan seseorang, aku akan berada dalam bahaya, benar kan?”

“Lalu apa itu untuk mengecek dalangnya? Apa kau bermaksud mencari orang-orang mencuigakan dari reaksi mereka?”

“Aku tidak berfikir sejauh itu. Tidak sopan.”

Jawaban-jawabannya ringan. Akan tetapi, kegelisahan di udara tidak bisa disembunyikan dengan itu.

“Whoa, tenanglah senpai! Kalian sangat menakutkan!”

Si rambut kecoklatan memotong pembicaraan mereka.

“...Okay. Tapi kau sangat tenang, ya kan? Kau orang yang cukup anh.”

“Kumohon hentikan! Aku seperti ini hanya karena aku tidak bisa tenang. Biasanya, aku bersikap lebih dewasa, tapi bagaimana aku harus menjelaskannya, ketegangan yang aneh di udara searang... yah, tapi aku rasa aku tidak setegang temanmu di sini, Kaichou.”

Saat pembicaraan beralih padanya, gadis yang terlihat patuh itu menarik pundaknya.

“Ma-maaf…”

“Tidak apa-apa, Yuuri. Kau tidak perlu minta maaf.”

“Ma-maaf, iroha.”

Si ketua Osis tertawa dan mengangkat pundaknya saat melihat gadis itu meminta maaf lagi.

“Aah~…entah kenapa keteganganku menghilang.”

“Bagus, Yuuri-chan!”

Si rambut coklat mengacungkan jempol.

“Eh? Eh? Apa aku melakukan sesuatu…?”

Dia berkedip kebingungan, yang membuat ketu Osis tertawa kecil lagi.

“Bisa kita kembali ke pokok permasalahan dan mulai perkenalannya? Aku murid kelas tiga Iroha Shindou dan, seperti yang kalian mungkin ketahui, ketua dari Osis sekolah kita. Kemampuan khususku adalah bisa tidur di manapun. Hobiku lari dan rintangan.”

“Meskipun bisa mengikuti kegiatan di berbagai pelosok negeri , lari dan rintangan atletik cuma hobi, huh? Aku bertaruh kau cukup tidak terkenal, ya kan?”

Daiya memotong.

“Kau punya lidah yang tajam, huh? Tapi ini adalah fakta sederhana kalau itulah hobiku. Lagipula aku tidak cocok untuk lari dan rintangan. Di kegiatan-kegiatan itu kau tidak punya pilihan selain bergantung pada kemampuan fisikmu. Dan aku tidak terlalu dikaruniai dalam hal itu. Karenanya, aku tidak cocok. Itu cuma hobi.”

“Itu yang disebut ‘sindiran’.”

“’…anak muda itu berkata menyindir.’”

Si ketua Osis membalas acuh tak acuh. Untuk bisa mengikuti daiya, dia benar-benar manusia super.

Dia menyenggol gadis di sampingnya dengan sikunya, menyuruhnya untuk melanjutkan.

“Ah, a-aku, um, kelas tiga dan, err, berteman dengan Iroha di kelas 1 saat kami ada di kelas yang sama… umm,kemampuan khusus dan semacamnya juga, Iroha? Uumm… Aku tidak punya kemampuan khusus… tapi hobiku adalah membaca. Namaku adalah Yuuri --- Yuuri Yanagi.”

“Eh?”

Aku bergumam tanpa sadar.

Apa dia barusan bilang <<Yanagi>>?

“……Eh? Umm, ap-apa aku mengatakan hal yang aneh?”

Gadis yang menamakan dirinya <<Yuuri Yanagi>> bingung karena sikapku.

“Ah”

Aku kembali sadar dan melambaikan tanganku dengan cepat.

“Ti-Bukan apa-apa! Hanya saja aku kenal seseorang yang memiliki nama panggialan yang sama.”

“O-oh begitu...”

Yanagi-san---akan membingungkan, jadi aku akan menggunakan Yuuri-san---masih memandang ke arahku dengan heran, tapi kemudian,

“Yuuri, apa kau sudah selesai?”

“Ah, err...”

Dia ditanyai seperti itu oleh ketua osis dan melepaskan pandangannya padaku.

“Se-senang bertemu dengan kalian.”

...Oh tidak, mungkin dia memperoleh kesan aneh dariku.

Anak laki-laki berambut kecoklatan yang menyeringai ke arahku membuka mulutnya.

“Yuuri-chan sangat imut. Dia tipeku.”

“Fhue!”

“Hey, anak kelas satu, jangan menggoda Yuuri! Juga, kau terlalu sok dekat menambahkan ‘chan’.”

“Ngomong-ngomong, kau terlalu berkeinginan kuat, karena itu, bukan tipeku, Kaichou.”

“Aku tidak peduli. Sekarang mulai perkenalanmu.”

“Oke~y. Aku murid kelas satu Koudai Kamiuchi, senang bertemu dengan kalian. Ah, terutama denganmu, Yuuri-chan. Lalu, hobiku adalah bermain slot machine. ...ah, cuma untuk meluruskan, slot machine yang ada di game center.

Yang mengejutkan, Daiya memotong perkenalan si rambut-kecoklatan, Koudai Kamiuchi.

“Aah, kau si Kamiuchi itu, huh. Aku sering mendengar rumor tentangmu. Sepertinya kau tidak pernah kalah di mesin Pachinko?”

“Meskipun itu tidak benar. Yah, secara garis besar aku pasti menang. Pada dasarnya, aku punya mata yang bagus.”

“Seorang cowok bernama Haruaki Usui mengintaimu sekali untuk membuatmu masuk klub baseball, benar kan? Karena kau dulu terkenal sebagai yang menyerbu saat festival olah raga di sekolah menengah.”

“Mengintai? Tidak ingat... tapi tidak, tidak, baseball di SMA tidak mungkin untukku! Dan lagipula, tidak mungkin seseorang serapuh aku bisa mengikuti latihan keras mereka bukan? Klub pulang-ke rumah paling cocok untukku.”

Mungkinkah Kamiuchi-kun itu, meski tidak ada di level <<Manusia Super>>, seorang orang yang hebat...?

“...umm, Yuuri-san?”

“Y-ya?”

“Apakah kau, mungkin, juga sangat pintar?”

“Eh? A-aku, um... tidak juga.”

“Yuuri selalu menjadi juara pertama di kelas 1.”

Ketua Osis mengatakannya dengan datar.

Tahun ketiga, kelas 1? Itu adalah kelas elit di seni liberal yang mengarah ke universitas Tokyo dan Kyoto. Dia nomor satu di sana...?

“Itu karena kau masuk kelas Sains, Iroha. Kalau kau ada di kelas liberal, aku pasti kalah darimu...”

“Ah, ngomong-ngomong, kelihatannya hasil ujian masukku ada di peringkat dua. Yuuri-chan, kita sama-sama rangking kedua yang tidak bisa mengalahkan rangking pertama yang sangat berbakat, benar kan?”

“H-Haah...”

Jadi Kamiuchi-kun juga bukan orang biasa.

“Hmm. Aku rasa aku memahami persamaan kita. Murid-murid teladan... yah, karena sains dan seni liberal cukup berbeda, aku tidak bisa mengatakannya secara yakin, tapi sepertinya kita adalah kumpulan dari tiap kelas masing-masing peringkat pertama dan kedua. Jumlah orangnya akan pas.”

“Ah, tapi hasil ujianku cuma sedikit di atas rata-rata? Hasil ujian terakhirku cukup bagus, tapi masih terlalu rendah untuk---“

Aku menelan kata-kataku.

Karena ketua osis, Yuuri-san dan Kamiuchi menatapku.

...Kenapa? Apa aku baru saja mengatakan hal yang aneh?

“Cuma memastikan: Otonashi dan Oomine-kun murid teladan kan?”

Si ketua osis berkata dengan pandangannya terpaku padaku. Aku mengangguk dalam diam.

“Aku mengerti.”

Dia lalu bertanya dengan senyuman dimana hanya matanya yang tidak tersenyum:

Jadi kenapa kau satu-satunya yang berbeda, aku heran?

▶Hari Pertama <C> Ruang [Kazuki Hoshino]

▶Hari Pertama <C> [Pertemuan Rahasia] dengan [Maria Otonashi], Ruang [Maria Otonashi]

▶Hari Pertama <C> [Pertemuan Rahasia] dengan [Daiya Oomine], Ruang [Kazuki Hoshino]

▶Hari Pertama <D> Ruang besar

▶Hari Pertama <E> Ruang [Kazuki Hoshino]

▶Hari Kedua <B> Ruang besar

▶Hari Kedua <C> Ruang [Kazuki Hoshino]

▶Hari Kedua <C> [Pertemuan Rahasia] dengan [Maria Otonashi], Ruang [Maria Otonashi]

▶Hari Kedua <C> [Pertemuan Rahasia] dengan [Iroha Shindou], Ruang [Kazuki Hoshino]

▶Hari Kedua <C> [Pertemuan Rahasia] dengan [Daiya Oomine], Ruang [Kazuki Hoshino]

▶Hari Kedua <D> Ruang besar

▶Hari Kedua <E> Ruang [Kazuki Hoshino]

▶Hari Ketiga <B> Ruang besar

▶Hari Ketiga <C> [Pertemuan Rahasia] dengan [Maria Otonashi], Ruang [Maria Otonashi]

▶Hari Ketiga <E> Ruang [Kazuki Hoshino]

Catatan Penerjemah

  1. pertarungan mematikan
  2. kakak kelas
  3. Ketua Osis