Suzumiya Haruhi ~ Indonesian Version:Jilid1 Bab07
Suzumiya Haruhi:Volume1 Chapter7
Seorang manusia buatan yang mengaku diciptakan oleh para alien, seorang gadis yang datang dari masa depan, dan seorang ksatria esper muda telah meyakinkanku dengan membuktikan identitas mereka padaku. Mereka mengitari Haruhi untuk tiga alasan yang berbeda. Sejujurnya, semua ini tidak terlalu buruk. Tidak, ini buruk. Karena ada satu hal yang tak kumengerti.
Kenapa aku?
Koizumi pernah mengatakan bahwa alasan para alien, penjelajah waktu, dan esper berkumpul di sekeliling Haruhi adalah karena ia menginginkannya.
Lalu, bagaimana denganku?
Kenapa aku terlibat dalam semua ini? Aku hanya seorang manusia biasa. Seratus persen normal. Aku tidak mempunyai masa lalu yang aneh, atau kekuatan yang kurahasiakan. Aku hanya seorang murid SMU yang sangat amat normal.
Siapa pula yang menulis cerita ini?
Atau seseorang telah meracuniku dan membuatku berhalusinasi tentang semua ini? Atau mungkin aku pernah terkena sambaran gelombang listrik yang beracun? Siapakah keparat yang membuatku terjerumus ke dalam kejadian-kejadian ini?
Apakah itu kau, Haruhi?
Bercanda.
Aku tak benar-benar tahu segalanya.
Kenapa aku merasa terganggu? Sepertinya semua jawaban itu terdapat pada Haruhi. Dia yang seharusnya khawatir. Kenapa aku harus ikut berfrustasi untuknya? Ini semua tidak masuk akal! Sudah kuputuskan demikian! Jika semuanya memang seperti yang dikatakan oleh Nagato, Koizumi, dan Asahina-san, maka kalianl sendiriah yang harus memberitahu Haruhi! Apa pun yang akan terjadi pada dunia ini, itu semua tanggung jawabnya; Aku tak ada hubungannya sama sekali.
Tempatkanlah dia dalam komedi putar kalian! Lepaskan aku dari semua ini!
Menjelang musim panas, aku berjalan menaiki lereng, menyeka keringatku dengan jaketku, sambil menarik dasiku dan melepaskan kancing ketiga dari bajuku. Pagi saja sudah begini panas, dan akan menjadi sepanas neraka siang nanti. Saat aku sedang menggertakkan gigiku sambil berjalan, seseorang menepuk pundakku. Saat aku berteriak "Jangan sentuh aku! Panas, tahu!" dan berbalik, wajah Taniguchi terlihat olehku.
"Yo!"
Taniguchi, berjalan di sampingku sekarang, juga berkeringat. "Benar-benar menjengkelkan, rambutku yang sudah tertata rapi hancur lebur oleh keringatku," Walaupun ia berkata seperti itu, wajahnya masih terlihat riang.
"Eh, Taniguchi," Aku cepat-cepat memotong saat Taniguchi membual tak jelas tentang anjingnya, "Aku masih anak SMU yang normal, kan?"
"Apa?"
Taiguchi tertawa seperti baru saja mendengar lelucon yang sangat lucu
"Mungkin kau perlu mendefinisikan apa itu 'normal'. Kalau tidak begitu percakapan ini tak akan masuk akal."
"Benarkah?"
Aku menyesal menanyakan hal itu padanya.
"Hanya bercanda! Kau normal? Kurasa anak SMU normal tak akan mendorong seorang gadis ke dalam kelas yang kosong!"
Tentu saja, Taniguchi tak akan melupakan hal itu.
"Aku laki-laki juga, jadi aku tahu batas-batasku. Rahasiamu pasti aman denganku, kau tahu maksudku?"
Aku tak mengerti sama sekali.
"Sejak kapan kau dan dia berhubungan? Aku menilai Nagato Yuki termasuk perigkat A-!"
Jadi, Nagato termasuk A- dalam peringkatnya. Aku mencoba menjelaskan pada Taniguchi,
"Itu karena..."
Kurasa pikiran Taniguchi sekarang dipenuhi nafsu dan khayalan yang tak nyata. Jadi, kuputuskan untuk memberinya penjelasan sebagai berikut.
Nagato yang malang, adalah korban dari pekerjaan tak jelas Haruhi di ruang Klub Literatur. Ia sangat terganggu dan tak dapat menyelenggarakn aktifitas untuk klubnya sendiri, jadi ia datang padaku untuk meminta bantuan. Ia bertanya padaku, apakah ada cara untuk membuat Haruhi meninggalkan ruang Klub Literatur dan pindah ke tempat lain. Aku tergerak oleh ketulusan hatinya, jadi kuputskan untuk membantunya, dan berdiskusi dengannya di tempat yang tak akan dapat ditemukan oleh Haruhi. Saat kami sedang berdiskusi tentang apa yang harus dilakukan di dalam kelas setelah kepergian Haruhi, Nagato pingsan akibat penyakit anemianya. Aku sempat menangkapnya sebelum ia jatuh ke lantai, dan kemudian kau tiba-tiba masuk. Tidak ada apa-apa!
"Ya benar!"
Ia bahkan menendangku setelah mengatakan itu. Sialan! Mengarang cerita yang sangat sempurna seperti itu memakan banyak waktu! Aku tak percaya aku tak dapat membohonginya!
"Andaikan aku percaya semua kebohongan ini; Aku masih tak menganggapmu normal. Sebenarnya kau bisa mendapatkan Nagato Yuki yang nyaris tak pernah bergaul untuk meminta pertolongan padamu, dan itu benar-benar luar biasa."
"Tolonglah, apa Nagato benar-benar setenar itu?"
"Lagipula kau adalah anak buah Suzumiya. Jika kau adalah anak SMU yang normal, maka aku senormal kutu."
Maka bertanyalah aku, "Taniguchi, apakah kau punya kekuatan super?"
"Ap-?"
Wajahnya yang sudah terlihat bodoh bertambah bodoh satu derajat lagi. Ia terlihat seperti nanpa, yang mana gadis-gadis muda harus berhati-hati padanya.
Ia berkata, "Jadi begitu, jadi kau tidak kebal terhadap racun Suzumiya... Walaupun kita tidak menghabiskan banyak waktu bersama, kau benar-benar orang yang baik. Jadi cobalah untuk tidak dekat-dekat denganku; Aku tak ingin terinfeksi virus Suzumiya juga."
Kupukul Taniguchi dengan lembut, membuatnya tertawa terbahak-bahak. Ha, jika bocah ini adalah seorang esper, maka sejak hari ini, aku adalah Sekjen PBB.
Saat aku mencapai anak tangga terakhir menuju pintu gerbang sekolah, aku merasa perlu berterimakasih pada Taniguchi untuk bercakap-cakap denganku, yang membuat panas ini terasa sedikit lebih sejuk setelah berbicara dengannya.
Pada suhu yang panas ini, bahkan Haruhi hanya dapat tergeletak kelelahan di mejanya, terlihat begitu menderita di bukit dari kejauhan.
"Kyon, aku kepanasan!"
Begitukah? Begitu pula denganku.
"Kipasi aku dengan bukumu."
"Daripada mengipasi orang lain, mending aku mengipasi diriku sendiri. Aku tak punya cukup tenaga di pagi hari untuk membantumu."
Haruhi masih tergeletak dengan malas di mejanya, tanpa aura angkuh dan cerewetnya.
"Apa yang harus dipakai Mikuru-chan selanjutnya?"
Setelah kostum gadis kelinci dan pelayan... tunggu, akankah ada kostum lain?!
"Telinga kucingkah? Atau seragam suster? Mungkinkah ia harus memakai pakaian ratu kali ini?"
Gambaran tentang Asahina-san bermunculan di pikiranku: saat wajahnya memerah dengan tubuh kecilnya menggeliat dan dipaksa untuk memakai semua kostum-kostum itu. Aku mulai sedikit pusing. Ah, dia memang sangat lucu.
Sepertinya Haruhi menebak apa yang baru saja kupikirkan dan cemberut padaku. Ia kemudian menyibakkan rambutnya ke belakang telinganya dengan lembut.
"Kau seperti orang bodoh," putus Haruhi.
Hey, bukankah kau sendiri yang mengangkat pembicaraan ini? Tapi mungkin ia benar, jadi tak ada gunanya berdebat dengannya.
Saat mengipasi leher seragamnya dengan sebuah buku, ia mengomel, "Aku bosan!"
Mulut Haruhi benar-benar seperti heno-ji. Ia terlihat seperti karakter dalam sebuah komik.
Bahkan di bawah radiasi intensif cahaya matahari, kami akhirnya dapat bertahan dari jam pelajaran olahraga siang yang bagai neraka. Setelah kelas berakhir, semua orang mengutuk "Okabe sialan! Menyuruh kita berlari maraton untuk dua jam penuh!", sambil melepas seragam olahraga kami, yang telah menjadi lembaran-lembaran pakaian basah, pada ruang kelas jam keenam, sebelum kembali ke ruang kelas jam kelima.
Sebagian besar dari para wanita sudah berganti pakaian, tapi karena pada jam terakhir diadakan absensi, ada beberapa gadis yang mengikuti klub olahraga yang masih mengenakan seragam olahraga untuk kegiatan ekstra kurikuler. Yang membuatku bingung adalah Haruhi, yang tidak terdaftar dalam klub olahraga apa pun, juga mengenakan seragam olahraga.
"Panas sekali!"
Betul, itulah alasannya.
"Memangnya kenapa? Aku masih harus berganti pakaian saat memasuki ruangan klub! Lagipula aku bertugas piket minggu ini, dan aku dapat bergerak lebih bebas dengan baju ini."
Haruhi memegang dagunya dengan tangannya dan memandang awan mendung yang berkumpul di luar sana.
"Itu bukan ide yang buruk."
Memakai seragam olahraga untuk tema cosplay berikutnya bukan ide yang buruk! Apa? Cosplay bukan kata yang tepat? Aku tak tahu apa yang direncanakannya, tapi sekarang ia sedang berusaha bercosplay sebagai seorang gadis SMU!
"Apa yang sedang kau pikirkan?"
Tebakan Haruhi yang akurat membuatku berpikiran ia dapat membaca pikiran.
"Sebelum aku tiba di ruang klub, aku melarangmu melakukan hal-hal yang tidak senonoh pada Mikuru-chan."
Apa itu artinya aku dapat melakukan hal itu setelah kau datang?
Kusimpan pikiran itu untuk diriku sendiri dan kuangkat bahuku dengan kasar seperti seorang kriminal yang sedang diancam pistol oleh seorang sheriff di Film-film Barat.
Seperti biasa, aku mengetuk pintu terlebih dahulu, dan menunggu tanggapan sebelum masuk. Seperti sebuah boneka yang duduk di atas kursi, seorang pelayan manis menyapaku dengan senyuman yang menyilaukan, seperti bunga matahari yang menyapa matahari. Ah, aku merasa hangat!
Nagato duduk di sebelah meja sambil membaca buku, seperti setangkai Camellia yang merekah di musim semi. Argh, majas apa yang sedang kugunakan?
"Akan kubuatkan secangkir teh"
Dengan memakai bandonya, Asahina-san melangkah ke sisi meja yang berkarat dan menempatkan daun teh ke dalam cangkir dengan hati-hati.
Aku duduk di kursi komandan, dengan gembira mengamati Asahina yang menyibukkan dirinya, saat aku tiba-tiba terpikirkan sesuatu.
Aku cepat-cepat menyalakan komputer dan menunggu harddisknya bekerja. Saat layarnya terlihat, aku membuka sebuah file dan memasukkan password "MIKURU". Seperti yang sudah kuduga, kecepatan proses model terbaru dari Klub Komputer ini mengagumkan. Dalam sekejap, gambar-gambar Asahina-san dengan kostum pelayan muncul di layar monitor.
Setelah aku yakin Asahina-san sedang sibuk menyiapkan teh, aku memperbesar salah satu dari gambar-gambar itu lagi dan lagi.
Gambar itu diambil saat Asahina-san dipaksa berpose seksi oleh Haruhi. Belahannya yang menggairahkan dapat terlihat, dan terdapat tanda hitam kecil pada dada kirinya yang memikat. Kusorot tanda itu dan kuperbesar lagi; gambarnya kini menjadi sedikit kabur, tapi meyakinkan, ada tanda lahir berbentuk bintang.
"Jadi ini ya."
"Apa kau menemukan sesuatu?"
Sebelum Asahina-san menempatkan cangkir teh di atas meja, aku dengan cepat menutup semua file gambar. Aku cukup teliti saat menghadapi hal-hal seperti ini. Tentu saja, saat Asahina-san tiba di sisiku, ia takkan menemukan apa pun pada layar.
"Huh, apa ini? Ada apa di dalam file "MIKURU" ini?"
Oh tidak! Aku terlalu ceroboh!
"Kenapa di file ini tertulis namaku? Apa isinya? Aku ingin melihatnya, ayolah! Aku ingin melihatnya!"
"Er, apa yang ada di dalamnya... huh? Kupikir tak ada apa-apa. Ya, benar, tak ada apa-apa di dalamnya."
"Pembohong!"
Dengan riang, Asahina-san menempatkan lengannya dan bersandar padaku saat ia berusaha menggenggam mouse yang ada di tangan kananku. Tidak, Jose! Kugenggam mouse itu erat-erat, menolak untuk melepaskannya. Asahina-san kemudian menopangkan tubuhnya yang lembut padaku, mencoba menggapai bahuku. Aku dapat mencium baunya yang harum dari wajahku.
"Asahina-san, tolong lepaskan aku..."
"Ayolah, sedikit saja!"
Asahina-san, yang masih menempatkan tangan kirinya pada bahuku saat menggapai mouse, kini sepenuhnya menimpaku; Aku merasa situasi ini menjadi semakin buruk.
Tawanya yang lembut terdengar olehku. Tak dapat menahan godaan ini, aku melepaskan genggamanku, dan dalam saat-saat seperti ini...
"Apa yang kalian lakukan?"
Kami terbekukan oleh suara digin yang bersuhu minus 273 derajat Celcius. Haruhi, dengan memakai seragam olahraga dan membawa tasnya, menunjukkan ekspresi menyeramkan seperti ia baru saja menyaksikan ayahnya memperkosa seorang gadis tak berdosa.
Detik selanjutnya, Asahina-san yang terpaku mulai bergerak. Ia dengan kikuknya turun dari punggungku, mundur perlahan, kemudian duduk perlahan di atas kursi seperti robot ASIMO yang baterainya hampir habis. Wajah pucatnya sekarang terlihat ingin menangis.
Haruhi berseru "humph", dan melangkah ke dekat meja menatapku.
"Jadi, kau tertarik pada kostum pelayan?"
"Apa yang kau maksud?"
"Kami akan berganti pakaian."
Lakukanlah! Aku hanya akan meminum teh buatan Asahina-san dengan tenang.
"Bukankah kubilang kami akan berganti pakaian?"
Jadi?
"JADI KELUARLAH!!!"
Aku ditendangnya keras-keras dan jatuh di koridor, dengan pintu di belakangku ditutup dengan kencang.
"Untuk apa ia melakukan itu!?"
Bahkan aku tidak punya waktu untuk menaruh cangkirku. Aku menyeka tumpahan teh pada bajuku dengan jari-jariku dan bersandar pada pintu.
Ini aneh. Ada sesuatu yang tidak benar.
"Ah, itu benar!"
Biasanya Haruhi berganti pakaian secara terbuka di dalam kelas, tapi sekarang ia baru saja menyingkirkanku keluar ruangan.
Sepertinya ia mulai berubah. Mungkin ia mencapai suatu usia dimana ia merasa malu melakukan hal-hal seperti itu? Karena orang-orang di kelas kelima akan selalu keluar kelas saat bel jam olahraga berbunyi, dan tak ada yang benar-benar memperhatikan ia berganti pakaian. Oh ya, orang yang membiasakan kaum pria untuk keluar kelas sebelum jam olahraga berlangsung, Asakura, tak lagi bersama kami.
Aku duduk di luar pintu untuk sesaat. Suara pakaian-pakaian yang berkelebat sudah berhenti, tapi aku belum mendengar seseorang memanggilku masuk. Maka duduklah aku dan menunggu selama sepuluh menit penuh.
"Masuklah..."
Suara kecil Asahina-san terdengar dari balik pintu. Saat pelayan yang tak bercela itu membukakan pintu untukku, di balik bahunya kulihat Haruhi duduk dengan murung di depan meja dengan sepasang kaki putihnya di atas meja. Ia memakai sepasang telinga kelinci pada kepalanya dengan memakai pakaian gadis kelinci yang nostalgis itu. Mungkin ia tak merasa terganggu karena ia tak memakai manset atau dasi. Ia bahkan tak memakai stoking.
"Walaupun lengan dan punggungku terasa lumayan dingin, kostum ini sebetulnya lumayan ketat."
Setelah mengatakan itu, Haruhi mengambil cangkirnya dan meminum tehnya dengan nikmat, sementara Nagato meneruskan membaca bukunya.
Dikelilingi seorang pelayan dan seorang gadis kelinci, aku tak tahu bagaimana harus bereaksi. Jika kubawa dua gadis ini keluar untuk menarik pelanggan, pasti aku akan mendapat keuntungan. Saat aku sedang memikirkan hal ini...
"Whoa, apa ini?"
Koizumi tiba-tiba mengeluarkan bunyi-bunyian aneh saat menyapa semua orang dengan senyumnya.
"Apakah ada pesta kostum hari ini? Maafkan aku yang tidak memakai kostum hari ini."
Diamlah, kau tak ingin membuat masalah ini semakin rumit.
"Mikuru-chan, duduklah di sini."
Jari telunjuk Haruhi mengacung pada seubah kursi di hadapannya. Asahina-san menurut, duduk di depannya, terlihat ngeri akan Haruhi yang mengerikan. Aku berpikir apa yang akan dilakukan Haruhi, hanya untuk melihatnya membuat poni ekor kuda dari rambut Asahina-san yang cokelat dan keriting.
Sepintas terlihat seperti seorang kakak yang sedang merapikan rambut adiknya. Tapi karena Asahina-san begitu terpaku dan ekspresi Haruhi begitu kosong, membuat adegan yang seharusnya hangat itu menjadi sangat kaku. Sepertinya Haruhi hanya mencoba membuat poni ekor kuda untuk pelayan Asahina-san, itu saja.
Aku menatap Koizumi, yang selalu tersenyum setiap waktu sambil melihat adegan ini, dan akhirnya mengatakan,
"Mau bermain Othello?"
"Tentu saja, aku sudah lama tak bermain itu."
Saat hitam dan putih bertarung memperebutkan papan permainan, (Aku tak pernah tahu kalau Koizumi, yang dapat berubah menjadi bola bercahaya, begitu mudah kalah dalam permainan papan) Haruhi menguncir rambut Asahina-san, lalu melepasnya lagi, kemudian membuat dua ekor kuda, dan sanggul...
(Setiap kali Asahina-san tersentuh oleh tangan Haruhi, ia akan menggigil sepenuhnya) sedangkan Nagato terus mengasyikkan dirinya dengan membaca buku.
Aku menjadi semakin bingung apa sebenarnya tujuan perkumpulan ini!
Benar saja, hari itu kami melakukan aktifitas SOS Brigade dengan damai. Tak ada satu pun yang berhubungan dengan alien dari dimensi lain, para penjelajah waktu dari masa depan, raksasa-raksasa biru, atau bola-bola merah yang bercahaya pada saat itu. Tak ada seorang pun yang ingin melakukan sesuatu yang spesial, ataupun tahu apa yang harus diperbuat. Kami hanya memperbolehkan diri kami menunggangi aliran waktu, menjalani kehidupan SMU kami dengan bermalas-malasan. Semuanya terasa sangat amat normal.
Walaupun aku pernah merasa tak puas dengan kehidupan normal, aku selalu berkata pada diriku sendiri "Mengapa kau begitu memikirkannya? Kau punya banyak waktu." Kemudian aku akan sekali lagi mengharapkan hari esok.
Walaupun begitu, aku merasa sedikit senang. Aku datang tanpa tujuan di ruangan klub ini dan melihat Asahina-san bekerja dengan giat seperti pelayan sungguhan, Nagato duduk seperti patung Buddha, Koizumi dengan senyuman manisnya, dan Haruhi dengan ayunan suasana hatinya. Semua ini memberikan aura kenormalan yang lengkap, dan semua ini menjadi bagian dari kehidupan SMUku yang memuaskan di luar dugaanku. Walaupun aku sudah menjalani kenyataan seorang teman sekelas yang mencoba membunuhku dan melihat monster ganas muncul di dunia yang serba abu-abu, aku masih tidak yakin itu semua bukan khayalan dari imajinasiku, hasil dari hipnotis, ataupun halusinasi.
Aku masih merasa terganggu saat Haruhi menggeretku memasuki klubnya, tapi dari sudut yang lebih dalam, hanya karena dialah aku dapat bergaul dengan damai bersama orang-orang menarik seperti mereka. Menyingkirkan pertanyaan "Kenapa aku?", mungkin suatu hari kelak akan ada manusia normal lainnya yang ingin bergabung dengan klub ini.
Ya, aku telah memikirkan masalah ini cukup lama sekarang.
Seseorang akan memberitahukanku tentang ini, kan?
Masih juga ada seseorang yang belum pernah memikirkan hal ini.
Benar, seseorang itu adalah Suzumiya Haruhi.
Malam itu, setelah makan malam dan mandi, dan menyelesaikan revisiku untuk pelajaran Bahasa Inggris besok, aku melihat jam dan sadar bahwa sekarang sudah waktunya tidur. Aku berbaring di atas kasurku dan membuka buku bersampul tebal yang ditempatkan Nagato pada tanganku dulu. Kupikir sedikit membaca takkan menyakitkan, jadi kubaca beberapa halaman pertama. Ternyata ceritanya menarik, jadi kuteruskan halaman demi halaman. Kau benar-benar harus mencoba membaca untuk mengetahui sebagaimana nikmatnya membaca buku. Membaca sama sekali tidak seburuk itu!
Merasa mustahil untuk menyelesaikan buku setebal itu dalam semalam, kutaruh buku itu setelah membaca monolog yang begitu panjang oleh seorang protagonisnya. Rasa mengantuk menghantuiku, dan setelah menempatkan pembatas buku dengan tulisan Nagato pada buku itu, kumatikan lampu dan merangkak ke dalam selimutku. Dalam beberapa menit, aku sudah di alam mimpi.
Kau tahu kenapa manusia bermimpi? Mimpi terbagi menjadi Rapid Eye Movement (REM) dan Non Rapid Eye Movement (NREM), dan keduanya bergantian secara periodik. NREM terjadi beberapa menit saat seseorang mulai tertidur, dengan otak yang biasanya dalam kondisi stabil dalam tingkatan ini. Tingkatan saat kesadaran tubuh hilang, dengan otak menjadi sangat aktif disebut REM, dan mimpi akan terjadi dalam tingkatan ini. Saat pagi hari, frekuensi REM akan meningkat, yang artinya hampir semua orang akan bermimpi sampai mereka terbangun. Aku bermimpi setiap malam, tapi karena biasanya aku bangun terlambat setiap hari, aku jadi tergesa-gesa berangkat ke sekolah sehingga biasanya aku melupakan mimpiku semalam. Namun terkadang aku tiba-tiba teringat mimpi yang telah lama terlupakan bertahun-tahun yang lalu. Struktur memori manusia memang luar biasa.
Baiklah, cukup sekian percakapan lepas ini. Aku tak mempedulikannya sama sekali.
Aku merasa seseorang menampar wajahku. Pergilah! Aku lelah! Jangan ganggu mimpiku!
"......Kyon."
Jam wekerku belum berbunyi. Kalaupun sudah, aku pasti sudah mematikannya dengan segera, dan masih ada beberapa waktu sebelum ibuku mengutus adikku untuk menarikku turun dari ranjang.
"Bangunlah."
Tidak! Aku ingin tidur lebih lama lagi. Aku tak punya waktu untuk mimpi-mimpi yang aneh.
"Kubilang bangun! Tak Dapatkah kau mendengarku?"
Tangan-tangan yang melingkari leherku kini tak berhenti menggeleng-gelengkan kepalaku. Akhirnya kubuka mataku saat aku merasa kepala bagian belakangku membentur lantai yang keras.
Lantai yang keras?
Aku duduk, terlihat bingung. Haruhi melihatku dan mundur untuk menghindari kepala kami berbenturan satu sama lain.
"Akhirnya kau bangun?"
Berlutut di sampingku adalah Haruhi dengan seragam pelautnya. Wajah putihnya menunjukkan ekspresi gelisah.
"Kau tahu di mana ini?"
Tentu saja aku tahu; kita ada di SMU Utara, sekolah kita, dan sekarang kita ada di tangga menuju locker sepatu dekat gerbang sekolah. Tidak ada lampu yang menyala, dan sekolah saat malam terlihat kelabu......
Tidak, ada sesuatu yang tidak benar.
Tidak ada langit malam di atas.
Hanya horizon kelabu yang lebar. Langit yang monoton. Tidak ada bulan ataupun bintang, tak satupun awan. Hanya langit se-abu-abu dinding beton.
Dunia yang terselubung dalam kesepian dan kegelapan.
Ini adalah Kenyataan Terkurung.
Aku perlahan bangkit. Aku terkejut karena aku tak memakai pakaian piyamaku, tapi seragam sekolahku.
"Saat aku bangun, tiba-tiba aku sudah di sini, dan kau di sisiku. Apa yang terjadi di sini? Kenapa kita di sekolah?"
Haruhi bertanya dalam suara lembut yang abnormal. Aku tak langsung menjawabnya, tapi menggapai tanganku untuk merasakannya. Dari rasa sakit dari cubitan di punggung tanganku, hingga pakaian yang melingkupi tubuhku, tak terasa seperti mimpi. Aku menarik dua lembar rambutku. Aku benar-benar merasa sakit.
"Haruhi, apa hanya ada kita berdua di sini?"
"Ya, aku seharusnya tertidur di balik selimutku. Kenapa kita ada di sini? Dan langitnya terlihat aneh......"
"Apa kau melihat Koizumi?"
"Tidak......kenapa kau menyebutnya?"
"Tak ada apa-apa, hanya bertanya."
Jika Kenyataan Terkurung ini diciptakan oleh sebuah gempa di batas dimensi atau faktor luar, pasti ada raksasa bercahaya dan Koizumi ada di sini juga.
"Daripada itu, ayo kita tinggalkan sekolah sekarang! Mungkin kita akan menemukan seseorang."
"Bagaimana bisa kau tidak khawatir sedikit pun?"
Aku sudah pasti khawatir, terutama saat melihat kau di sini juga. Bukankah ini tempat bermain untuk raksasa-raksasa yang kau ciptakan? Atau aku terlalu sensitif dan hanya bermimpi tentang semua ini? Berdua bersama Haruhi di kenyataan yang kosong......jika Sigmund Freud di sini, dia pasti bisa menganalisis hal ini untukku!
Aku masih berada di kejauhan dari Haruhi saat kami berjalan ke gerbang sekolah, saat kami terbendung oleh tembok yang tak terlihat. Aku masih ingat rasa elastis dari tembok ini. Tembok ini dapat didorong sedikit, namun segera setelah itu, tembok lain yang lebih keras akan membendung segala usaha untuk masuk lebih dalam.
"......Apa ini?"
Haruhi menggapaikan tangannya dan mencoba mendorong tembok yang tak terlihat, sambil bertanya dengan mata yang terbuka lebar. Aku berjalan sepanjang lapangan dan menjejak tembok itu.
Sepertinya kami terjebak di dalam sekolah.
"Tampaknya tak ada jalan untuk keluar dari sekolah."
Aku tidak dapat merasakan hembusan angin. Rasanya seperti udara telah berhenti bergerak.
"Ayo kita coba gerbang belakang!"
"Oh ya, apakah ada cara untuk mengontak seseorang? Ayo kita cari telepon. Aku tidak membawa handphone-ku."
Jika ini adalah Kenyataan Terkurung yang dibicarakan Koizumi, maka mencari telepon pun akan sia-sia. Walaupun begitu, kami masih memutuskan untuk memasuki bangunan sekolah untuk mencarinya. Seharusnya ada telepon di ruangan staff.
Sekolah ini terlihat mengerikan dalam kegelapan dengan semua lampunya dimatikan. Kami melewati locker sepatu dan dengan tenang memasuki bangunan sekolah. Sepanjang jalan, kami menyalakan lampu lantai satu, dan lampu langit-langit menyala sekali. Walaupun cahaya-cahaya buatan itu dingin, lampu-lampu ini cukup untuk mendatangkan sedikit perasaan lega untukku dan Haruhi.
Setelah yakin tidak ada seorang pun di dalam kelas pada lantai itu, kami menuju ke ruangan staff. Biasanya, ruangan staff terkunci, jadi aku mengambil pemadam api terdekat, menghancurkan jendelanya, dan masuk melalui jendela itu.
"......Tampaknya tidak bekerja."
Haruhi menggenggam telepon pada telinganya, namun tak dapat mendengar apa pun. Ia mencoba menghubungi beberapa nomor, namun tak ada hasilnya.
Kami keluar dari ruangan itu, menyalakan semua lampu sepanjang jalan, dan menaiki tangga, atas saran Haruhi untuk kembali ke ruang kelas kami. Karena letak kelas kelima berada di lantai atas, mungkin kita dapat menemukan sesuatu dengan melihat ke bawah dari atas.
Haruhi masih menggenggam jaketku saat kami berjalan melalui koridor. Jangan bergantung padaku; aku tak punya kekuatan supranatural sama sekali. Jika kau setakut itu, genggamlah lenganku! Itu terlihat lebih alami!
"Bodoh!"
Haruhi cemberut padaku, tapi jari-jarinya tak pernah melepaskan jaketku.
Tak ada yang berubah di kelas kelima; tepat seperti tadi saat kami meninggalkan sekolah.
"......Kyon, lihat......"
Haruhi terdiam setelah berjalan melewati jendela. Aku berjalan ke sampingnya dan melihat situasinya.
Semua di sekitar kami adalah dunia abu-abu. Melihat ke bawah dari lantai empat, aku bahkan dapat melihat garis di seberang daratan. Kegelapan adalah pemandangan yang didapat, tanpa satu cahaya pun. Benar-benar seperti akhir dari dunia.
"Tempat apa ini......"
Apa yang terjadi bukanlah sejumlah populasi yang hilang, namun sebaliknya, kami yang menghilang. Sepertinya kami terjebak dalam Kenyataan Terkurung ini secara tak sengaja.
"Ini terasa aneh."
Haruhi menyentuh bahunya sambil menggumam.
Tak tahu ke mana lagi kami harus pergi, kami kembali ke ruangan klub tempat kami menghabiskan siang hari tadi. Karena aku telah mencuri kunci-kunci dari ruangan staff, kami dapat membuka pintu klub dan masuk.
Kami berdua bernafas lega setibanya kembali di ruangan yang tak asing lagi.
Kami menyalakan radio, tapi tak dapat mendengar statik apa pun. Ruangan klub ini begitu tenang hingga suara menuangkan teh pun dapat terdengar. Aku tak begitu berniat mengganti daun teh, jadi kubuat teh menggunakan daun teh yang sudah terpakai dan tak berasa. Haruhi duduk di sampingku, memperhatikan dunia abu-abu di luar sana.
"Kau ingin teh"
"Tidak."
Kuambil cangkirku, menarik kursi, lalu duduk. Kuserutup tehku. Huh, teh yang dibuat Asahina-san jauh lebih baik daripada ini.
"Apa yang terjadi di sini?! Aku tak mengerti! Tempat apa ini? Mengapa aku di sini?"
Haruhi berdiri di sisi jendela dan melihat keluar; bayang-bayangnya terlihat begitu lemah.
"Dan mengapa aku bersamamu, bukan orang lain?"
"Mana aku tahu!?"
Haruhi mengibaskan rambutnya dan cemberut melihat tanggapanku.
"Aku akan keluar untuk melihat-lihat." Katanya sambil meninggalkan ruangan. Tepat saat aku akan berdiri......
"Kau di sini saja, aku akan kembali lagi."
Ia segera meninggalkan ruangan setelah mengatakan itu. Benar-benar seperti sikap Haruhi! Saat mendengar langkah energik Haruhi menghilang dan meneguk teh hangatku, benda itu muncul.
Bola cahaya merah yang bersinar. Awalnya sebesar bola tennis, kemudian bola itu membesar, bercahaya seperti kunang-kunang sebelum akhirnya membentuk wujud yang mirip manusia.
"Koizumi, itukah kau?"
Di hadapanku berdiri bentuk manusia yang bersinar, tapi aku tak dapat melihat penampilan Koizumi sepenuhnya, termasuk mata, hidung, dan mulut.
"Hai." Suara yang santai terdengar dari obyek bersinar itu.
"Cukup lama juga kau muncul! Kupikir kau akan muncul dalam wujud manusiamu....."
"Hal-hal menjadi semakin rumit, jadi akan membutuhkan cukup waktu untuk menjelaskannya. Aku akan jujur; ini adalah kejadian yang tidak normal!" Cahaya merah itu sedikit berkedip. "Jika ini adalah Kenyataan Terkurung yang normal, aku dapat masuk dengan mudah, tapi tidak kali ini. Aku harus muncul dalam wujud tak sempurnaku. Kekuatan kami menghilang perlahan-lahan, bahkan saat kita berbicara."
"Apa yang terjadi? Apakah hanya aku dan Haruhi yang berada di sini?"
"Ya," jawab Koizumi.
"Ini artinya apa yang kami takutkan akhirnya terjadi. Suzumiya-san sudah bosan dengan kenyataan ini, dan ia memutuskan untuk menciptakan kenyataan yang baru."
"......"
"Para petinggi kami sekarang sedang panik. Tak ada seorang pun yang tahu apa yang akan terjadi pada sebuah dunia jika tuhannya telah menghilang. Walaupun ada kemungkinan dunia itu tetap dapat bertahan selama Suzumiya-san memutuskan untuk memberinya belas kasihan, ada juga kemungkinan dunia ini akan lenyap seketika."
"Apa yang ingin kau sampaikan......?"
"Sederhananya," cahaya merah itu kini berkedip-kedip seperti api, "Kau dan Suzumiya-san telah menghilang dari dunia kami. Dunia ini bukan Kenyataan Terkurung tapi kenyataan baru yang diciptakan oleh Suzumiya-san. Kenyataan Terkurung yang kita lihat sebelumnya kemungkinan hanya latihan sebelum ia memutuskan untuk benar-benar menciptakan ulang dunia ini."
Lelucon yang menarik, tapi aku tak tahu bagaimana mestinya aku tertawa sekarang. Ha ha ha.
"Aku tak bergurau. Dunia ini mungkin yang paling mendekati dunia yang diinginkan Suzumiya-san. Kami masih tak yakin dunia apa yang ia inginkan, tapi kita akan tahu jawabannya segera."
"Mari kita singkirkan masalah itu dulu, masalah sebenarnya adalah mengapa aku di sini?"
"Kau benar-benar tak mengerti? Kau adalah orang yang terpilih oleh Suzumiya-san. Kaulah satu-satunya manusia dari dunia kami yang diinginkan Suzumiya untuk bersamanya. Kukira kau sudah mengerti hal itu sekarang." Cahaya di sekeliling Koizumi sekarang meredup seperti senter yang kehabisan baterai, terang cahayanya menghilang dengan jelas. "Aku hampir mencapai batasku sekarang. Dalam kondisi seperti ini, aku tak akan dapat melihatmu lagi; di sisi lain, aku sedikit teringankan karena aku tak lagi harus memburu Avatar-avatar itu lagi."
"Haruskah aku hidup sendirian dengan Haruhi di dunia yang kelabu ini?"
"Di dunia ini, kalian seperti Adam dan Hawa. Bekerja keraslah dalam mempopulasikan dunia lagi, dan semua akan baik-baik saja."
"......Aku begitu ingin memukul wajahmu sekarang."
"Hanya bercanda! Sekarang kondisi terkurung ini mungkin hanya sementara, tapi sesegera mungkin ini akan menjadi mirip dengan dunia yang kau kenal. Walaupun dunia ini akan menjadi benar-benar berbeda dari dunia tempat kita berasal. Mulai sekarang, dunia ini akan dianggap sebagai dunia yang sebenarnya, sementara kenyataan yang sebelumnya akan dianggap Kenyataan Terkurung. Mengenai apa perbedaan antara dua dunia ini, sayangnya kami tidak tahu. Jika aku cukup beruntung untuk terlahir kembali di dunia yang baru, aku bergantung padamu untuk menunjukkanku alam sekitar."
Saat ini, obyek berbentuk manusia Koizumi mulai berpencar kemudian, seperti bintang yang kehabisan bahan bakarnya, mengecil ke ukuran bola tenis meja.
"Apakah mungkin kami dapat kembali ke dunia yang lama?"
"Selama Suzumiya-san menginginkannya, kemungkinan selalu ada. Aku hanya mengenalmu dalam waktu yang cukup singkat; sayang sekali, tapi aku benar-benar menikmati waktuku bersama SOS Brigade......Ah, ya, hampir saja aku lupa, aku harus mengantarkan pesan dari Asahina Mikuru dan Nagato Yuki untukmu."
Sebelum Koizumi menghilang sepenuhnya, ia meninggalkan pesan ini.
"Asahina Mikuru memintaku untuk mewakilinya meminta maaf : ia bilang, 'maaf, ini semua salahku.' Juga, Nagato Yuki memberitahumu untuk 'menghidupkan komputer.'"
Setelah pesan itu, ia menghilang seperti api lilin yang tertiup angin.
Aku tak tahu mengapa Asahina-san harus meminta maaf padaku. Apakah ia telah berbuat salah padaku? Tapi kuputuskan untuk tidak memikirkannya sekarang; lebih baik, aku mengikuti permintaan Nagato dan menghidupkan komputer. Setelah harddisknya mengeluarkan suara beep, logo OS harusnya muncul di layar monitor......Ini aneh, mengapa tak ada apa pun yang muncul? Layar OS yang harusnya muncul setelah beberapa detik tidak muncul; layar terlihat hitam pekat dengan hanya kursor pengetik putih berkedip di pojok kiri atas layar monitor. Lalu, kursor itu mulai bergerak tanpa suara, dan kata-kata dingin pun muncul.