Seri Monogatari:Jilid1/Siput Mayoi 001

From Baka-Tsuki
Revision as of 06:16, 14 October 2013 by Vorlentus (talk | contribs) (Created page with "===001=== Aku kebetulan bertemu Hachikuji Mayoi pada 14 Mei, dan hari itu hari Minggu. Bagi seluruh negara, hari itu ialah Hari Ibu. Entah kau menyayangi ibumu atau membenci ...")
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)
Jump to navigation Jump to search

001

Aku kebetulan bertemu Hachikuji Mayoi pada 14 Mei, dan hari itu hari Minggu. Bagi seluruh negara, hari itu ialah Hari Ibu. Entah kau menyayangi ibumu atau membenci ibumu, entah hubunganmu dengannya baik ataupun buruk, selama kau warga negara Jepang kau berhak menikmati Hari Ibu. Yah, kupikir Hari Ibu berasal dari Amerika. Hal ini tentu akan membuatmu bertanya-tanya apakah Hari Natal, Halloween, Valentine, dan lain-lain juga dilaksanakan seperti itu, tapi bagaimanapun juga, 14 Mei adalah hari dengan pengeluaran terbesar untuk bunga anyelir dalam satu tahun, hari dimana "Kupon Memijat Punggung" dan "Kupon Membantu Pekerjaan Rumah" dipakai di seluruh rumah tangga secara bersamaan. Tunggu dulu, aku tidak yakin apakan kebiasaan seperti itu masih ada atau tidak, tapi tetap saja, hari itu tanggal 14 Mei, dikenal luas sebagai Hari Ibu.

Pada hari itu.

Hari itu, jam 9 pagi.

Aku sedang duduk di bangku sebuah taman yang asing. Menatap langit biru seperti orang bodoh, tanpa melakukan apapun, duduk di bangku sebuah taman yang asing. Terlebih lagi, aku tidak peduli dimana ini, yang kutahu adalah tempat ini, sebuah taman.

Di gerbang tertulis Taman 浪白.

Kalau kau tanya aku apakah itu dibaca sebagai 'Namishiro', atau 'Rouhaku', atau yang lainnya, tentu aku tidak akan tahu. Asal dari nama itu juga, jelas, aku tidak akan tahu. Tentunya tidak akan ada yang berbeda jika aku mengetahuinya. Tidak masalah. Aku datang ke tempat ini tanpa ada tujuan tertentu, aku hanya pergi ke tempat yang kuinginkan, ke mana kakiku melangkah, naik sepeda gunung, hanya begitu saja, oke?

Ada perbedaan antara mengunjungi dengan tiba di tempat ini.

Tapi selain menurutku, mungkin tidak ada bedanya.

Sepedaku diparkir di lapangan parkir di dekat bagian depan gerbang.

Di lapangan parkir, dibiarkan begitu saja, terlalu banyak terkena angin dan hujan, terdapat dua benda yang sulit untuk yakin, apakah itu sepeda atau tumpukan karat, dan selain benda-benda tersebut, tidak ada sepeda lain yang diparkir selain sepeda gunungku. Dalam saat-saat seperti ini, orang-orang akan melihat dengan jelas betapa angkuhnya mengendarai sepeda gunung di jalanan aspal, tapi, yah, keangkuhan semacam itu bisa kau lihat di setiap saat, tidak hanya di saat-saat seperti ini.

Tamannya cukup luas.

Akan tetapi, taman ini terlalu sederhana dan kurang lengkap untuk digunakan sebagai taman bermain, jadi mungkin itu alasannya taman ini terasa luas. Hanya terasa kosong. Hanya ada sebuah ayunan di sudut taman dan sebuah kotak pasir kecil; tidak ada jungkat-jungkit, tidak ada panjatan, bahkan tidak ada perosotan. Untuk siswa SMA kelas tiga sepertiku, taman ini seharusnya tempat yang membuatku bernostalgia, tetapi, sungguh, yang kurasakan malah sebaliknya.