Mushoku Tensei (Indonesia):Volume 1 Prolog

From Baka-Tsuki
Revision as of 14:41, 16 October 2016 by Logitechf1f4 (talk | contribs)
Jump to navigation Jump to search

Prolog

Aku adalah seorang pria berumur 34 tahun yang tidak memiliki rumah dan pekerjaan.


Aku gemuk dan jelek, seorang pria baik yang menyesalkan bagaimana dia menjalani hidupnya.


Aku bukan gelandangan tiga jam yang lalu; aku adalah seorang NEET berpengalaman yang tidak meninggalkan kamar selama setahun terakhir.


Namun, orang tuaku telah meninggal tanpa ku sadari.


Sebagai NEET, aku bahkan tidak menghadiri pertemuan keluarga, apalagi pemakaman mereka.


Dan pada akhirnya, aku diusir dari rumah.


Aku memukul keras dinding dan lantai, memukul-mukul dinding dan lantai seakan tidak ada seorang pun di rumah, karena tidak seorang pun berbicara kepadaku.


Aku sedang melakukan masturbasi di kamar pada hari pemakaman ketika saudara-saudaraku tiba-tiba bergegas masuk, mengenakan pakaian berkabung, dan menyatakan bahwa mereka memutuskan semua hubungan mereka denganku.


Aku mengabaikan mereka, dan adik laki-lakiku mengambil tongkat kayu dan menghancurkan komputer yang ku hargai lebih tinggi dari hidupku sendiri.


Setengah gila, aku menerjang mereka, tapi kakakku memiliki peringkat dan* di karate, dan aku dipukuli dengan kejam pada akhirnya.

[Editor note: Dan adalah nama tingkatan dalam karate. Tingkat Dan dicapai setelah melewati sabuk hitam. http://shihankuroobi.blogspot.co.id/2009/03/tingkatan-dan-gelar-dalam-karate.html?m=1]


Aku menangis dan memohon pengampunan dengan cara yang menyedihkan, tapi aku diusir keluar dari rumah, dan bahkan tidak punya waktu untuk mengganti baju.


Aku menahan rasa sakit menyesakkan di dada (sebagian besar tulang rusukku mungkin patah), dan berjalan dengan gontai di jalanan.


Teriakan marah saudara-saudaraku ketika aku meninggalkan rumah bergema di telingaku.


Hinaan-hinaan kasar itu sulit untuk diterima.


Hatiku benar-benar hancur.


Apa salahku?


Yang aku lakukan hanyalah bermasturbasi pada video loli tanpa sensor saat pemakaman orang tuaku......


Apa yang harus aku lakukan selanjutnya?


Tidak, pikiranku sebenarnya tahu apa yang harus kulakukan.


Mencari pekerjaan atau pekerjaan paruh waktu, lalu tempat untuk tinggal, dan membeli beberapa makanan.


Bagaimana caranya aku melakukan ini?


Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan untuk mencari pekerjaan.


Hmm, aku mengerti aku harus pergi ke "Hello"* untuk mencari pekerjaan.

[Editor note: Hello Work adalah agen pemerintah Jepang yang bertujuan mengenalkan pekerjaan bagi para pencari kerja sesuai kriteria mereka]


Tapi meskipun aku tidak mengumbar bahwa aku memiliki pengalaman lebih dari 10 tahun tinggal di dalam rumah, bagaimana mungkin aku tahu di mana Hello berada? Terlebih lagi, bahkan jika aku pergi ke Hello, aku mendengar bahwa lembaga itu hanya memperkenalkanmu pada sebuah pekerjaan.


Aku harus membawa resume, pergi ke tempat yang direkomendasikan, dan melakukan sebuah wawancara pekerjaan. Aku akan pergi untuk sebuah wawancara dalam pakaian olahraga kotor yang ditutupi dengan keringat dan darah.


Sial, jika aku bisa mendapatkan pekerjaan. Bahkan aku sendiri tidak akan mempekerjakan seseorang yang mengenakan sesuatu yang gila seperti ini. Mungkin aku akan bersimpati dengan dia, tapi aku pasti tidak akan mempekerjakan dia.


Apakah ada toko yang menjual kertas lamaran?


Toko alat tulis? Minimarket?


Mungkin minimarket menjual peralatan itu jika aku pergi ke sana, tapi aku tidak punya uang.


Dan kemudian, apa yang akan ku lakukan jika aku menyelesaikan semua itu?


Dengan asumsi bahwa aku beruntung, berhasil meminjam uang dari lembaga keuangan, mendapatkan baju ganti, dan membeli beberapa kertas lamaran dan alat tulis.


Aku pernah mendengar bahwa kau tidak akan dapat menyelesaikan resume jika kau tidak menuliskan alamat tempat tinggalmu.


Ini sudah berakhir. Tepat pada saat ini, aku akhirnya menyadari hidupku telah mencapai akhir.


.....Hah.


Hujan mulai turun.


Tetesan hujan yang dingin menembus pakaian yang kupakai yang tidak tahu sudah berapa tahun kupakai, tanpa ampun mencuri panas di tubuhku.

Mushoku1 05.jpg

...... Jika aku bisa memulai lagi dari awal.


Aku tidak bisa menahan diri untuk mengatakan itu.


Aku tidak dilahirkan sebagai manusia busuk.


Aku lahir sebagai anak ketiga dalam keluarga yang cukup kaya. Dua kakak laki-laki, satu kakak perempuan, dan satu adik laki-laki. Anak keempat dari lima bersaudara. Di sekolah dasar, aku dipuji sebagai seorang yang pandai meskipun masih muda.


Meskipun aku tidak terlalu baik dalam belajar, aku jago dalam game, seorang bocah yang cukup baik di bidang olahraga. Aku bahkan pernah menjadi pusat perhatian di kelas.


Kemudian di SMP aku masuk ke dalam klub komputer, berdasarkan referensi dari majalah, dan menabung cukup uang untuk merakit komputer. Aku menonjol di antara keluargaku, karena tidak satupun dari mereka yang bisa menulis satu baris kode pemrograman.


Titik balik dalam hidupku adalah saat SMA ...... tidak, itu dimulai pada tahun ketiga SMP. Aku begitu sibuk bermain-main dengan komputer hingga mengabaikan pelajaran sekolah. Jika dipikirkan lagi, saat itu di mana semuanya dimulai.


Aku pikir belajar termasuk hal-hal yang tidak berguna untuk masa depan. Aku merasa hal itu tidak dapat digunakan dalam kehidupan nyata. Pada akhirnya, aku memasuki SMA yang paling buruk, dianggap yang terburuk di prefekturku.


Meski begitu, aku pikir itu tidak masalah.


Aku merasa aku akan berhasil jika aku serius, dan aku berbeda dari orang-orang idiot lainnya. Itulah yang aku pikir.


Aku masih ingat kejadian saat itu.


Saat antri untuk membeli makan siang di kantin, ada seorang pria yang memotong antrian.


Aku menggerutu beberapa kalimat seolah-olah aku melakukan hal yang benar. Itu karena kebanggaan aneh dan kepribadian chuunibyou* yang kumiliki.

[Editor Note: "Middle School 2nd Year Syndrome" ketika sesorang memiliki khayalan dia memiliki kekuatan super.]


Sialnya, dia adalah kakak kelasku, dan salah satu dari dua orang yang paling berbahaya di sekolah.


Aku akhirnya ditinju di wajah sampai bengkak, ditelanjangi, dan diikat di depan sekolah.


Dia memfotoku berkali-kali, dan mendistribusikannya ke seluruh sekolah.


Aku jatuh ke bagian bawah hirarki dalam sekejap, ditertawakan oleh orang-orang, dan bahkan mendapat julukan "Anak belum sunat".


Aku tidak pergi ke sekolah selama sebulan, dan menjadi hikikomori*. Setelah melihat aku seperti ini, ayah dan saudara-saudaraku mengatakan kata-kata yang tidak bertanggung jawab kepadaku, seperti keluarkan keberanianmu, lakukan yang terbaik.

[Editor note: Hikikomori = sebuah penyakit mental yang diderita oleh orang-orang Jepang karena trauma mental atau malas bekerja (NEET) dengan menghabiskan sebagian besar waktunya tinggal di dalam kamarnya.]


Bukan aku yang salah.


Tak seorang pun yang berada dalam situasi semacam ini akan terus bersekolah. Tidak mungkin.


Dengan demikian, tidak peduli apa yang orang lain katakan, aku dengan tegas meneruskan gaya hidup mengurung diri dalam kamarku.


Aku merasa orang-orang seangkatanku yang mengenalku semuanya melihat fotoku dan mengejekku.


Bahkan jika aku tidak pergi keluar, selama aku memiliki komputer dan internet, aku bisa menghabiskan waktuku dengan nyaman. Karena pengaruh internet, aku mulai tertarik dengan banyak hal, dan melakukan berbagai hal. Merakit model plastik, melukis figurine, membuat weblog. Ibuku bersedia untuk mendukungku dan tampaknya dia akan memberikan uang untuk membantuku selama aku memintanya.


Tapi aku muak terhadap mereka semua dalam waktu kurang dari satu tahun.


Aku kehilangan motivasi setiap kali aku melihat seseorang menjadi lebih baik dariku.


Bagi orang lain, aku hanya bermain-main. Tapi ketika aku yang selalu sendirian dengan begitu banyak waktu, bersembunyi di dalam ruangan gelapku, tidak ada hal kulakukan.


Tidak, jika aku berpikir kembali, itu hanya sebuah alasan.


Setidaknya, itu akan menjadi pilihan yang lebih baik untuk menjadi mangaka dan mulai menerbitkan web komik yang buruk, atau menjadi seorang web novelis dan mulai memposting novel.


Banyak orang dengan berbagi kondisi yang sama sepertiku melakukan hal seperti itu.


Aku menertawakan dan meremehkan orang-orang itu.


Mengejek karya mereka, berpikir diriku sebagai seorang kritikus, mengatakan hal-hal seperti "Ini lebih buruk dari kotoran", mengkritik mereka.


Meskipun aku tidak melakukan apa-apa......


Aku ingin kembali.


Jika mungkin, aku ingin kembali ke sekolah dasar, titik tertinggi hidupku, atau kembali ke masa SMP. Tidak, bahkan jika itu satu atau dua tahun yang lalu. Bahkan jika itu hanya sebentar, aku masih bisa melakukan sesuatu. Meskipun aku menyerah setengah jalan, jika aku bisa memulainya tidak peduli apa pun.


Jika aku berupaya dengan sungguh-sungguh, bahkan jika aku tidak menjadi yang terbaik, setidaknya aku bisa menjadi seorang profesional.


"......"


Mengapa aku tidak melakukan apa-apa sampai sekarang?


Aku pernah punya banyak waktu. Meskipun aku tidak keluar dari kamar selama waktu itu, aku bisa melakukan banyak hal selama aku duduk di depan komputer. Bahkan jika aku tidak bisa menjadi yang terbaik, aku bisa mencapai posisi tengah dan terus berusaha.


Manga, novel, game, atau bahkan koding. Jika berusaha keras, aku seharusnya bisa membuat prestasi kecil. Bahkan kesampingkan apakah prestasi itu bisa berubah menjadi uang......


Ah, sudahlah. Percuma saja.


Aku tidak pernah bekerja keras sebelumnya. Bahkan jika aku kembali ke masa lalu, aku mungkin akan tersandung di tempat yang sama, dan berhenti di tempat yang sama. Aku berakhir seperti ini karena aku tidak pernah bisa menyeberangi rintangan yang manusia normal dapat lakukan.


"Hm?"


Di suatu tempat di tengah hujan deras, aku mendengar orang-orang berdebat.


Keributan apa itu?


Ini menjengkelkan. Aku tidak ingin terlibat. Meskipun aku berpikir seperti itu, kakiku bergerak menjuku ke arah mereka.


"---- Itu sebabnya, Kau ----"


"Kau yang-----"


Dalam pandanganku tampak pertengkaran kekasih antar tiga siswa SMA.


Dua laki-laki dan satu perempuan. Mereka mengenakan seragam yang tidak lazim untuk siswa SMA dan seragam pelaut.


Tampaknya ada semacam perang harem terjadi. Anak laki-laki yang lebih tinggi bertengkar dengan seorang gadis, dan anak laki-laki lainnya berusaha menengahi, namun kedua pihak yang bertikai tidak mendengarkan sama sekali.


(Hmm, aku punya pengalaman seperti itu sebelumnya)


Aku pernah memiliki teman masa kecil yang cukup imut di SMP. Dia mungkin dianggap manis, mungkin oleh empat atau lima orang. Dia berpartisipasi dalam klub berlari dan memiliki rambut pendek. Dia memiliki wajah yang akan menyebabkan dua atau tiga dari sepuluh orang untuk menoleh padanya. Namun, aku sangat tergila-gila dengan anime tertentu dan merasa bahwa orang-orang di klub berlari harus memiliki rambut ekor kuda, jadi aku pikir dia adalah seorang gadis jelek.


Namun, rumahnya dekat denganku dan kami sering berbagi kelas yang sama selama sekolah dasar, jadi kami pulang bersama-sama lebih dari sekali. Kami memiliki banyak kesempatan untuk berbicara bersama-sama, dan juga bertengkar kadang-kadang. Sangat disayangkan. Dalam keadaanku saat ini, hanya mendengarkan kata-kata "SMP", "teman masa kecil", dan "klub berlari", sudah cukup bagiku untuk “keluar” sebanyak 3 kali.

[TL note: (You Know that mean)]

[ED note: yah.. “keluar” dalam arti seksual kan? :p ]


Ngomong-ngomong, aku mendengar bahwa teman masa kecilku menikah tujuh tahun lalu.


Aku mendengar rumor ini dari ruang tamu, di mana saudara-saudaraku sedang berbicara.


Hubungan kami tidak buruk. Kami bisa saling berbicara tanpa harus menahan diri karena kita sudah mengenal satu sama lain sejak usia muda. Aku tidak berpikir dia menyukaiku, tapi jika aku belajar keras dan masuk SMA yang sama, atau jika aku bergabung dengan klub berlari dan masuk sekolah yang sama melalui jalur rekomendasi, aku mungkin telah mengaktifkan Flag* miliknya. Jika aku membuat pengakuan yang serius, kita bahkan mungkin berkencan satu sama lain..

[Editor note: Flag dalam game. Tau kan?? Yg sering main VN tau lah..]


Akumungkin bisa bermesraan dan bertengkar dengannya seperti trio yang sedang bertengkar itu, dan kami bahkan mungkin telah melakukan hal-hal mesum di kelas kosong setelah sekolah.


Hah, eroge macam apa ini?


(Kalau dipikir-pikir, orang-orang ini benar-benar riajuu sialan. Meledak saja kalian .... Hm?)


Tiba-tiba, di saat itu, aku menyadarinya.


Sebuah truk melaju ke arah ketiga orang itu berada dengan kecepatan yang luar biasa.


Juga, sopir truk itu berbaring lemas pada roda kemudi.


Ia mengemudi dalam keadaan kurang tidur.


Dan mereka bertiga masih belum menyadari truk itu.


"B-B-B-Bahaya !!"


Aku mencoba untuk memperingatkan mereka dengan berteriak, tapi aku belum pernah menggunakan pita suara milikku sepenuhnya selama lebih dari sepuluh tahun, dan hujan yang dingin dan rasa sakit di tulang rusukku telah menyebabkan suaraku menyusut lebih jauh; Suara bisikan lemah bergetar yang ku teriakkan menghilang di tengah suara hujan.


Aku harus menyelamatkan mereka, harus. Pada saat yang sama, aku berpikir, mengapa aku harus untuk menyelamatkan mereka?


Aku punya firasat bahwa jika aku tidak menyelamatkan mereka, aku akan menyesal lima detik kemudian. Aku akan benar-benar menyesal jika aku melihat ketiga orang itu hancur menjadi bubur berdarah oleh sebuah truk.


Menyesal tidak menyelamatkan mereka.


Oleh karena itu, aku harus menyelamatkan mereka.


Dalam hal apapun, aku pikir aku mungkin akan mati kelaparan di pinggir jalan tak lama lagi. Untuk saat itu setidaknya, aku berharap untuk memiliki beberapa kepuasan diri.


Aku tidak mau mati dengan menyesal hingga akhir.


-Aku berlari dan tertatih-tatih saat berlari menuju ke arah mereka.


Kakiku tidak bergerak seperti yang kuinginkan, karena aku tidak bergerak banyak selama sepuluh tahun terakhir. Ini adalah pertama kalinya dalam hidupku bahwa aku berharap aku berolahraga lebih banyak. Tulang rusuk yang patah berdenyut dengan rasa sakit yang menyiksa, menghalangi setiap langkah yang ku buat. Ini adalah pertama kalinya dalam hidupku bahwa aku berharap untuk memakan lebih banyak kalsium.


Sakit. Sakit sekali sehingga membuatku tidak bisa berlari.


Tapi aku tetap berlari. Berlari.


Aku berlari.


Anak laki-laki yang sedang bertengkar memeluk gadis itu ketika ia menyadari truk yang mendekat di depan matanya. Anak laki-laki lain membelakangi truk dan tidak menyadarinya, hanya terkejut dengan tindakan tiba-tiba dari temannya. Aku mencengkeram kerahnya tanpa ragu dan menggunakan semua kekuatanku untuk menariknya ke belakang. Anak laki-laki itu tertarik dan jatuh ke pinggir jalan, menghindar dari laju truk.


Bagus. Tinggal dua lagi.


Ketika aku memiliki pikiran ini, truk itu sudah di depanku. Aku baru saja merencanakan untuk menarik mereka dari jarak yang aman, tapi ketika aku menarik mereka ke belakang, rekoil dari daya tarik menyebabkanku untuk bergerak maju. Itu tidak mengejutkan, dan itu bahkan tidak akan berarti jika aku memiliki berat lebih dari 100kg. Sebagai hasil dari berlari dengan kaki gemetarku, aku terseret ke depan oleh momentum.


Aku merasa ada cahaya di belakangku saat aku tertabrak truk.


Apa itu adalah cahaya yang dirumorkan sebagai cahaya kilas balik sebelum kematian? Aku tidak bisa melihat apa-apa selama waktu itu. Itu terjadi terlalu cepat.


Apakah itu berarti bahwa aku hanya melakukan sedikit dalam hidupku?


Aku terpental ke dinding beton oleh truk yang memiliki berat 50 kali tubuhku.


"PUHH .....!"


Udara di paru-paruku terdorong keluar. paru-paruku kejang, menuntut udara setelah bekerja dengan keras.


Aku tidak bisa mengeluarkan suara. Tapi aku belum mati. Lemak yang bertumpuk di tubuhku mungkin yang menyelamatkanku ......


Tapi setelah aku memikirkan hal itu, truk muncul di depan mataku lagi.


Aku tergencet seperti tomat diantara tanah beton dan truk.


Sebelumnya Novel Illustrations Kembali Ke Halaman Utama Selanjutnya Chapter 01